Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 187 ayat untuk makhluk-makhluk hidup AND book:43 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.63) (Yoh 1:19) (sh: Identitas diri yang teguh. (Minggu, 27 Desember 1998))
Identitas diri yang teguh.

Identitas diri yang teguh.
Serentetan pertanyaan diajukan orang-orang utusan para imam dan para Lewi kepada Yohanes tentang dirinya. Mungkin dia dianggap seorang pengganggu, karena berada di luar sistem agama Yahudi saat itu, apalagi dia tidak memegang jabatan tertentu dalam pelayanan di rumah ibadah orang Yahudi. Kehadirannya dipertanyakan, kiprah pelayanannya disepelekan, dan kuasa yang dimilikinya untuk membaptis diragukan. Semua ini ditimbulkan oleh kelompok orang yang menyebut diri sebagai kelompok "elite rohani". Yohanes sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meninggikan dirinya, atau mencatut nama Mesias demi keuntungan dan kepentingan pribadi. Justru kondisi tanya ini dia manfaatkan untuk menjelaskan siapa dirinya dan siapa Mesias yang dinanti-nantikan itu.

Misi Yohanes. Yohanes sadar betul akan tugas panggilan dan misi yang diembannya, yaitu memusatkan pelayanan dan kesaksiannya pada sang Mesias, yaitu Yesus Kristus. Dia hanyalah utusan dari Allah untuk sang Mesias. Dan Yohanes Pembaptis telah membuktikan bahwa seorang utusan yang baik tidak akan pernah berpikir apalagi bertindak berani untuk merebut kemuliaan Tuhan yang dilayaninya.

Misi Anak Domba Allah. Julukan Yohanes kepada Yesus yang baru saat itu ditemuinya sebagai "Anak Domba Allah", "yang menghapus dosa dunia," "yang telah mendahului aku." Kemungkinan besar julukan Yohanes ini mengacu kepada Anak Domba Paskah yang darahnya meluputkan tiap anak sulung Israel di Mesir. Dengan misi yang diemban-Nya jelas bahwa Yesuslah yang mampu mengangkut dosa kita hingga kita luput dari cengkeraman dosa dan akibatnya yang mematikan.

Renungkan: Pelayanan dan kesaksian hidup yang berpusatkan pada Sang Mesias, Yesus Kristus, akan menjaga kita dari kejatuhan, merebut kemuliaan Tuhan.

Doa: Tuhan berilah kepada kami hati yang penuh dengan kasih dan kepekaan terhadap panggilan-Mu agar kami menyaksikan pada dunia tentang keselamatan-Mu yang agung.

(0.63) (Yoh 2:1) (sh: Bertumbuh dalam kemuliaan (Jumat, 28 Desember 2001))
Bertumbuh dalam kemuliaan

Bertumbuh dalam kemuliaan. Jika kita berbicara tentang iman yang semakin dalam dan kuat, apakah sebenarnya yang kita maksudkan? Apakah hanya sebatas semakin banyaknya informasi yang kita serap dan kuasai? Hari ini kita akan merenungkan apa artinya iman yang semakin bertumbuh.

Jika pada peristiwa sebelumnya kesaksian disampaikan melalui perkataan, maka dalam teks hari ini kita melihat bahwa kesaksian juga disampaikan melalui perbuatan. Dalam sebuah pesta pernikahan di Kana, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 11). Yesus bersaksi melalui perbuatan, yakni dengan mengubah air menjadi anggur (ayat 9). Ia bersaksi kepada pelayan-pelayan dan juga orang-orang yang hadir dalam pesta perkawinan. Tetapi, tidak dinyatakan bahwa mereka, sebagai akibatnya, menjadi percaya pada Yesus dan kemudian melihat kemuliaan-Nya. Mereka gagal melihat kemuliaan Yesus.

Apakah artinya melihat kemuliaan Yesus? Jika kita mengingat janji Yesus seperti tertera dalam makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1:50-51, maka dapat dikatakan bahwa melihat kemuliaan Yesus identik dengan mengalami hadirat Allah. Melihat surga terbuka dan melihat malaikat- malaikat Allah turun-naik kepada Yesus merupakan pernyataan kehadiran Allah. Pada peristiwa sebelumnya, dinyatakan bahwa murid-murid telah percaya pada Yesus (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1:35-51). Mengapa dalam ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">11 dikatakan murid-murid percaya pada Yesus? Peristiwa di Kana bukanlah awal kelahiran iman murid-murid pada Yesus. Peristiwa ini memperlihatkan pendalaman iman. Iman murid-murid bertumbuh semakin dalam melalui dan oleh peristiwa di Kana. Ini sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sebelumnya (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1:50-51). Melihat kemuliaan Yesus menyebabkan iman murid-murid bertumbuh. Mereka yang percaya pada Yesus selanjutnya akan menikmati persekutuan bersama- Nya, mengalami hadirat Allah. Melihat kemuliaan Yesus berarti mengalami hadirat Allah. Inilah artinya iman yang bertumbuh.

Renungkan: Setiap manusia yang percaya pada Yesus akan melihat kemuliaan-Nya (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1:14). Belajarlah peka melihat kemuliaan- Nya dalam hidup Anda. Ucapan syukur Anda bisa jadi merupakan tanda bahwa iman Anda bertumbuh.

(0.63) (Yoh 5:19) (sh: Aksi kesaksian (Minggu, 6 Januari 2002))
Aksi kesaksian

Aksi kesaksian. Kepada pemimpin-pemimpin agama yang ingin menganiaya (ayat 16) bahkan membunuh-Nya, Yesus tidak membalas dengan perbuatan yang sama. Ia mendorong mereka untuk menyelidiki kesaksian Yohanes, pekerjaan-pekerjaan-Nya, dan Kitab Suci. Semuanya itu bersaksi tentang-Nya. Dengan perkataan lain, Tuhan Yesus membalas kejahatan dengan kesaksian akan kebenaran. Di sini Tuhan Yesus memberikan sebuah teladan. Satukan kasih dan kesaksian akan kebenaran dalam reaksi kita terhadap aksi-aksi kejahatan orang.

Yesus mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan-Nya merupakan kesaksian bahwa Ia diutus Bapa. Bagaimanakah bentuk pekerjaan-Nya? Pekerjaan-Nya tidak hanya bersumber dari Bapa, melainkan juga pekerjaan yang dilakukan Bapa (ayat 19). Pekerjaan-Nya didorong oleh dan dilingkupi dalam suasana kasih (ayat 20). Sama seperti Bapa adalah pemberi hidup demikian juga pekerjaan Tuhan Yesus (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">21,24-26). Penghakiman juga adalah pekerjaan-Nya (ayat 22,27). Secara khusus Tuhan Yesus menyebutkan dua bentuk pekerjaan-Nya yang menimbulkan keheranan pemimpin-pemimpin agama. Pekerjaan tersebut adalah membangkitkan orang mati dan menghakimi seluruh manusia. Kedua bentuk pekerjaan ini adalah pekerjaan yang hanya berhak dan mungkin dilakukan Allah. Pemimpin-pemimpin agama terkejut karena dengan menyatakan bahwa Ia melakukan kedua pekerjaan ini, Yesus bersaksi bahwa Ia adalah Allah. Kedua bentuk pekerjaan ini pun sedang terjadi saat ini (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">21,24-25,27) dan juga akan terjadi pada masa akan datang (ayat 28-30) sebab Yesus Allah fungsinya dan adanya.

Renungkan: Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah kejahatan dengan kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias.

(0.63) (Yoh 11:45) (sh: Sidang agama merencanakan pembunuhan (Senin, 4 Maret 2002))
Sidang agama merencanakan pembunuhan

Sidang agama merencanakan pembunuhan. Perikop ini merupakan kelanjutan peristiwa penampakan kuasa Yesus memberi hidup dengan membangkitkan Lazarus dari kubur. Para pelayat yang menjadi saksi mata sebagian menjadi percaya kepada Yesus (ayat 45). Tetapi, ketika sebagian mereka melaporkan peristiwa itu kepada orang-orang Farisi, Sanhedrin bersidang. Sanhedrin adalah mahkamah agama tertinggi untuk orang Yahudi, terdiri dari orang Farisi dan Saduki, para imam, dan pemuka umat. Sidang perlu diadakan sebab mereka melihat bahwa situasi yang Yesus akibatkan melalui membangkitkan Lazarus sudah menjadi krisis. Yesus semakin tenar dan semakin memiliki banyak pengikut. Hal tersebut dapat mengundang bahaya bagi keamanan apabila penjajah Roma mengetahuinya. Dua kali mereka menunjukkan keprihatinan tentang “bait Allah kita” dan “bangsa kita”. Tetapi, sebenarnya yang sedang mereka pikirkan adalah status dan popularitas mereka sendiri.

Di tengah persidangan itu Kayafas bicara. Ucapannya jelas sekali menunjukkan sikap ingin menyingkirkan semua hal yang mengganggu kekuasaan mereka, termasuk Yesus sekalipun (ayat 50-52). Tetapi, ucapannya itu sekaligus bernilai nubuat sebab dalam pengertian Yohanes, Kayafas telah menyampaikan hal tentang penyelamatan. Maksud Kayafas, membunuh Yesus berarti menyelamatkan orang Yahudi dari hukuman Roma bila gerakan para pengikut Yesus semakin besar dan diartikan sebagai pemberontakan. Tetapi, dalam sudut pandang Yohanes, yang Kayafas katakan menyangkut cara Allah menyelamatkan manusia melalui kematian Yesus. Untuk Yohanes, salib Yesus bukan saja penyataan Allah, tetapi juga penyelamatan dari Allah (bdk. makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1:29). Ucapan Kayafas tentang keselamatan itu dalam catatan Yohanes menggunakan kata bangsa, bukan umat. “Umat” adalah kata untuk Israel sebagai umat pilihan Allah. Dengan tidak menggunakan istilah ini, Yohanes ingin menegaskan bahwa pikiran Kayafas politis saja sifatnya dan dengan itu, Israel memang telah berhenti dari kedudukan sebagai umat Allah.

Melalui itu, upaya memburu dan membunuh Yesus menjadi resmi dijalankan.

Renungkan: Kita perlu belajar melihat pertarungan antara kuasa Allah dan kuasa kejahatan dalam perspektif kedaulatan Allah dan kemenangan Kristus.

(0.63) (Yoh 18:38) (sh: Tak ada kesalahan (Kamis, 28 Maret 2002))
Tak ada kesalahan

Tak ada kesalahan. Pilatus tak menemukan kesalahan pada Yesus karena Dia memang tak bersalah (ayat 38). Tetapi, orang Yahudi tetap meminta supaya Dia dihukum mati (ayat 40). Karena untuk Pilatus pertimbangan keamanan dan stabilitas politik jauh lebih utama maka ia rela mengambil keputusan yang bertentangan dengan kebenaran, bahkan menumpas hati nuraninya sendiri. Itulah jahatnya kuasa bila tidak dikontrol oleh kebenaran.

Maka, mulailah penyesahan itu. Yesus dicambuki, dicaci, dipermalukan. Pernahkah Anda dipermalukan dengan cara ini? Pernahkah muka Anda diludahi? Tuhan pernah! Itu semua demi untuk menyelamatkan kita. Itulah pengorbanan-Nya demi kasih-Nya kepada kita. Kita mendapatkan selamat, Tuhan yang menderita. Padahal sebenarnya tak satu pun dari kita layak beroleh kebaikan Tuhan itu. Dia rela berkorban menebus hidup orang-orang jahat seperti kita dengan sengsara-Nya. Dari kerelaan berkorban pada Yesus inilah mengalir keajaiban sikap Kristen yang bersedia berkorban untuk kepentingan dan kebaikan orang lain.

Memilih yang salah. Barabas yang salah dibebaskan, tetapi Yesus yang tidak salah harus disalibkan. Sulit dipahami, mengapa orang lebih suka memilih yang salah daripada yang benar. Tetapi, itulah kenyataan dunia. Yang salah, namun memuaskan diri, lebih disenangi daripada yang benar, tetapi tidak memuaskan nafsu angkara murka. Pilihan yang salah memang mungkin membuat kita senang, cuma kesenangannya hanya sesaat. Setelah itu kehancuran hebat akan segera menyusul. Pilihan untuk memuaskan kebanggaan diri dan pembalasan dendam selalu membawa pada pilihan yang salah.

Tetapi, di sinilah indahnya dan ajaibnya rencana dan karya Allah. Keputusan salah manusia menjadi pelaksanaan dari rencana dan keputusan Ilahi. Bila demikian halnya, apakah pengkhianatan Yudas dan keputusan jahat para pemimpin Israel dan Pilatus menjadi benar karena melalui mereka rencana Allah telah digenapi? Tidak! Rencana Allah berjalan melalui mereka, tetapi mereka sadar ketika melakukan kejahatan itu dan bertanggung jawab atasnya sebab manusia bukan boneka.

Renungkan: Kita harus menyambut rencana Allah secara aktif supaya kita menjalani rencana-Nya di pihak-Nya.

(0.63) (Yoh 21:20) (sh: Ikutlah Aku! (Minggu, 7 April 2002))
Ikutlah Aku!

Ikutlah Aku! Kalau sebelumnya Tuhan menubuatkan penyangkalan dan pemulihan Petrus (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">13:37-38), kini Tuhan menubuatkan bahwa Petrus akan menggenapi ucapan untuk sedia mati bagi Tuhan, tetapi dalam rencana dan anugerah Allah. Kini saatnya Petrus belajar taat dan mengasihi Tuhan secara penuh bahkan dengan risiko mati sekali pun. Tak seorang pun manusia mudah menerima kematian begitu saja. Petrus pun perlu anugerah dan waktu untuk dapat menerima hal tersebut. Gembalanya yang baik telah digiring ke pembantaian untuknya. Petrus pun mendapat kehormatan untuk mati karena Tuhannya. Dalam tradisi Gereja, dituturkan bahwa Petrus mati disalibkan dalam posisi terbalik, kepala di bawah kaki di atas karena merasa tidak layak disalib dalam posisi sama seperti Tuhannya.

Murid yang dikasihi Yesus tidak lain adalah Yohanes sendiri. Bila ditilik dari sejarah, maka Yohanes telah mencapai usia lanjut pada waktu itu dan mati lama kemudian sesudah uzur. Agaknya Petrus ingin tahu apa yang akan dialami oleh Yohanes di masa yang akan datang (ayat 21). Tetapi, jawaban untuk Petrus jelas, “tetapi engkau ikutlah Aku” (ayat 22). Yesus ingin mengingatkan Petrus sesudah ia dipulihkan, bahwa untuk mengikut Yesus orang tak boleh terpengaruh kondisi atau keadaan orang lain. Mungkin ada yang mengalami kehidupan mudah, sementara yang lain harus menderita. Mengikut Yesus haruslah dengan sebulat hati, apa pun risikonya. Orang juga harus setia pada tugas apa pun yang Tuhan percayakan. Petrus dipercaya sebagai ‘gembala domba’ sementara Yohanes menjadi saksi akan karya Yesus.

Renungkan: Kemuliaan kita bukan terletak pada kemudahan dalam ukuran manusia. Entah menderita sampai mati atau hidup sambil ambil bagian dalam derita, kita dipanggil untuk menjalaninya dengan suka dan setia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 2

Kisah Para Rasul 5:12-16

Wahyu 1:9-13,17-19

Yohanes 21:1-14

Mazmur 149

Lagu:

Kidung Jemaat 408

PA 5 Yohanes 21:15-25

Tugas terberat yang harus dijalani seorang pemimpin ialah memastikan bahwa estafet kepemimpinan untuk menggenapi misi dan menjalankan tugas-tugas terkait berjalan baik. Kesulitan bisa disebabkan beberapa faktor. Faktor beratnya tugas bisa merupakan sebab pertama. Faktor kekurangmampuan orang adalah sebab lainnya. Faktor kelebihan pemimpin dalam kemampuan dan integritas dirinya pun bisa menjadi sebab sulitnya pengalihtugasan terjadi dengan baik karena kesenjangan dengan kader yang disiapkan terlalu lebar. Ketika Tuhan Yesus memandatkan penyebaran Injil keselamatan kepada para murid-Nya, ketiga faktor tersebut hadir dan dapat menyulitkan kelangsungan misi Yesus di dunia. Namun demikian, di bagian akhir catatan Yohanes, kita menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyingkirkan semua masalah tadi.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Kesenjangan apa saja yang ada antara Yesus dan kondisi para murid? Hal-hal apa dalam diri Yesus yang bisa membuat para murid-Nya sulit untuk meneruskan pola pelayanan-Nya? Hal-hal apa dalam diri para murid yang masih bisa merintangi mereka menerima misi dari Tuhan?

Bagaimana kondisi para murid waktu itu (ps. 20-21)? Pikirkan juga kondisi masing-masing murid seperti Tomas, Petrus, dan Yohanes. Hal apa yang kita pelajari tentang sifat dan cara Yesus meyakinkan mereka tentang Yesus sebagai sumber tak terbatas baik bagi kekurangan mereka maupun dalam tugas mereka kelak? Begitukah juga kita menempatkan Yesus dalam pelayanan kita?

Apa problem Petrus dan apa tugas yang Tuhan ingin percayakan kepadanya? Bagaimana isi dan cara bertanya Tuhan membimbing Petrus menuju pertobatan dan pemulihan sejati? Mengapa Yesus bertanya sampai tiga kali? Apa maksud Yesus mengubah dari kasih Ilahi dalam dua yang pertama ke kasih kodrati dalam yang terakhir? Apa yang Petrus sadari sampai ia menangis?

Bagaimana urutan prioritas yang harus Petrus jalani: mati bagi Tuhan, mengasihi Tuhan, setia mengikut Tuhan, dan menggembalakan menjalani misi dari Tuhan? Bagaimana Anda melihat para pelayan Tuhan kini melihat hal tersebut?

Pengantar Mazmur 93-111

Menurut tradisi orang Yahudi dalam Midrash Tehillim, “Seperti Musa memberi lima kitab taurat untuk Israel, demikian pun Daud memberi lima kitab mazmur untuk Israel.” Kelima bagian tersebut adalah pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1-41, 42-72, 73-89, 90-106, dan 107-150. Dengan demikian, bacaan kita kali ini terambil dari bagian akhir kitab IV dan permulaan kitab V. Bila struktur isi kitab I-III menegaskan kegagalan perjanjian dengan garis kerajaan Daud yang berakhir dalam pembuangan, kitab IV-V adalah respons terhadap kegagalan teresebut. Jadi, kitab IV dan V menekankan pemerintahan Allah. Di dalam tema utama inilah kita jumpai mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dalam pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">93-99, sedangkan pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">100-111 terdiri dari berbagai mazmur yang juga menekankan berbagai aspek sifat dan tindakan Allah terhadap umat-Nya atau yang menyerukan berbagai respons setimpal umat terhadap sifat-sifat Allah.

Mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menegaskan bahwa yang sesungguhnya Raja adalah Allah. Pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">94 yang tidak secara eksplisit menyebut Allah sebagai Raja, menekankan sisi Allah sebagai Hakim dan berfungsi mengikat mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dengan Mazmur 90-92. Hal ini penting sebab salah satu tekanan dari ke-Raja-an Allah adalah penegakan keadilan dan kebenaran. Tujuan kitab IV adalah menjawab krisis yang dialami Israel di pembuangan dan mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menjadi pola konsep bagi pembangunan kembali umat yang pulang dari pembuangan.

Allah sang Raja sejati itu memerintah kekal, adil, benar, menaklukkan dan menghukum kejahatan, memerintah bukan saja Israel, tetapi seluruh kosmos dengan serasi. Saat Anda merenungkan mazmur-mazmur tersebut, Anda akan menemukan tema-tema tertentu yang diulang tentang sifat Allah dan sifat pemerintahan-Nya, dengan masing- masing pasal menekankan hal tertentu tentang ke-Raja-an Allah. Dengan Allah sebagai Raja, tidak saja ada harapan bagi dunia ini, tetapi juga ada kehidupan umat yang penuh pujian dan pengabdian. Kita segera sadar bahwa mazmur-mazmur ini menghidupkan pengharapan pada penggenapan eskatologis Kerajaan Allah ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya kelak.

Mazmur-mazmur berikutnya adalah respons terhadap pengakuan bahwa Allah adalah Raja. Karena tema Allah sebagai Raja merupakan poros teologis seluruh mazmur, maka tema tersebut dan respons terhadapnya kita jumpai pula dalam pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">100-111.

Mazmur 100 menggemakan pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">2, dan mewakili seluruh mazmur berikutnya yang menyerukan penyembahan sepenuh hati kepada Allah saja. Mazmur 101-102 adalah ratapan agar ketaatan kepada Allah menjadi semangat utama para pemimpin umat. Mazmur 103-106 merefleksi balik pada model kepemimpinan Allah dalam zaman Musa. Mazmur pembuka kitab V, yaitu pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">107, memaparkan kepada umat tentang kasih setia Allah yang kekal, sebagai tema yang juga bergema dalam sisi lainnya di pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">108 dan 109.

Pemerintahan Allah itu beroleh wujud di dalam raja mesianis di pasal 110 dan yang diresponi dalam ucapan syukur dalam pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">111. Respons kepada Allah itu tidak saja menekankan kelayakan Allah dalam kemuliaan dan kebaikan-Nya untuk menerima penyembahan dan pengabdian umat, tetapi sekaligus juga memberi kerangka bagi umat untuk beroleh jati diri yang benar untuk hidup tepat dalam dunia ini (bdk. pasal makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">103). Respons tersebut bahkan mencerminkan keteraturan dunia yang diatur Allah seperti yang secara puitis diungkapkan dalam bentuk akrostik yang sangat indah dalam pasal 111 dan 112 (baris-baris puisi dalam kedua mazmur ini dimulai dengan abjad-abjad Ibrani dalam urutannya).

Ketika Anda mendalami makna mazmur-mazmur ini, ingatlah untuk selalu mengaitkan perspektif Allah Israel dengan Allah di dalam Yesus Kristus dan kita sebagai Gereja. Ingatlah juga untuk menempatkan mazmur-mazmur ini dalam rentang waktu konteks zaman itu sambil mengikutsertakan kondisi kita kini dan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah kelak.

Di dalam Kristus yang telah mati, bangkit, memerintah di surga, dan kelak akan datang kembali untuk mewujudkan pemerintahan total dan kekal Allah atas segala sesuatu, kita belajar meresponi kenyataan dunia sehari-hari kini dengan takut akan dan kasih kepada Allah, syukur dan percaya kepada-Nya, memiliki pengharapan yang hidup akan kemenangan-Nya yang mengalahkan mutlak semua anasir kejahatan. Dengan demikian, dalam perspektif tema mazmur-mazmur ini, kita sudah mulai menghayati hidup sebagai ibadah yang hidup bagi Sang Raja dalam suasana surgawi.

(0.63) (Yoh 1:14) (sh: Berita Natal (Selasa, 25 Desember 2001))
Berita Natal

Berita Natal. Rasul Yohanes telah menegaskan bahwa Yesus adalah Allah. Dalam ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">14, ia menegaskan bahwa Yesus adalah manusia. Peristiwa Natal merupakan suatu rahasia besar tentang mengapa dan bagaimana Allah di dalam Kristus menjadi manusia sejati. Tidak dapat dikatakan bahwa Yesus hanya kelihatannya saja sebagai manusia. Juga, tidak dapat dinyatakan bahwa Yesus merupakan campuran Allah dan manusia. Yesus adalah sungguh- sungguh manusia 100%. Yesus, seperti ditegaskan makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1:1, 18, juga adalah Allah sejati. Peristiwa Natal membuktikan bahwa Allah dan manusia dapat bersekutu. Peristiwa Natal menyatakan bahwa Allah ingin berdamai dengan manusia. Berita perdamaian ini harus disampaikan kepada semua umat manusia. Allah mengutus utusan-utusan-Nya, yakni Yohanes dan Anak-Nya yang tunggal.

Yohanes kembali dilukiskan sebagai saksi (ayat 15). Ia bukan seorang reformator atau pemimpin agama. Ia juga tidak mencetuskan gagasan keagamaan atau spiritualitas. Yohanes hanya menyaksikan Yesus. Tidak ada agenda atau berita lain. Yohanes menegaskan bahwa Yesus lebih utama (ayat 15). Yohanes menyaksikan bahwa Yesus juga telah ada sebelum segala sesuatu ada (ayat 15). Jelas bahwa hidup Yohanes berpusat pada Yesus.

Yesus, sama seperti Yohanes, juga diutus sebagai saksi. Kata kerja 'menyatakan' pada ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">18 penting sekali. Dalam bahasa Yunani, kata kerja ini tidak memiliki objek. Oleh karenanya, biasanya terjemahan Alkitab harus menambahkan objeknya. Di dalam terjemahan LAI-TB, kita membaca 'Dialah yang menyatakan-Nya'. Jelas ini merupakan terjemahan penafsiran. Jika tidak ada objeknya, akan muncul pertanyaan, "Apa atau siapakah yang dinyatakan Yesus?" Ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">18 menjawab bahwa yang dinyatakan adalah Allah yang tidak pernah dilihat manusia, yaitu Allah Bapa. Karena dalam ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1 dinyatakan bahwa Yesus adalah Allah, maka sebenarnya ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">18 memiliki objek ganda. Yesus menyatakan Bapa dan diri-Nya sendiri. Inilah kesaksian Yesus.

Renungkan: Perbuatan dan perkataan Yesus menyatakan keallahannya pada manusia. Jika ingin mengenal dan melihat Allah, maka manusia harus melihat Yesus. Tidak ada yang dapat datang ke Bapa kecuali melalui Yesus (Yoh. 14:6). Sampaikanlah berita Natal ini kepada orang-orang yang merasa mengenal Allah, tetapi menolak Kristus!

(0.63) (Yoh 4:27) (sh: Menyaksikan Yesus (Kamis, 3 Januari 2002))
Menyaksikan Yesus

Menyaksikan Yesus. Perempuan Samaria yang telah bertemu dan mengenal Mesias segera menyaksikan imannya. Ia tidak lagi merasa tidak berharga dan tidak berarti di dalam masyarakat. Ia tidak malu dan takut lagi berjumpa orang banyak. Ia tidak merasa lagi perlu menghindari mereka. Perjumpaan dengan Mesias telah mengubah hidupnya. Perempuan itu sekarang telah menjadi manusia seutuhnya. Ia merasa bahwa ia harus menyampaikan kepada masyarakat tempat ia berada bahwa ia telah mengenal Mesias. Imannya kepada Yesus mendorongnya untuk bersaksi tentang Yesus (ayat 29).

Kesaksian perempuan Samaria ini efektif sekali, sehingga banyak warga kota tertarik oleh perkataannya. Bahkan sesudah mendengar kesaksian tersebut mereka ingin melihat dan bertemu dengan Tuhan Yesus (ayat 30). Hal yang luar biasa lagi ialah kesaksian perempuan Samaria itu membawa banyakarga Samaria menjadi percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 39). Mereka bahkan mendesak Tuhan Yesus untuk tinggal bersama mereka karena mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Selama dua hari Tuhan Yesus tinggal bersama mereka dan mengajar mereka (ayat 40). Banyak lagi orang yang menjadi percaya dan diperdalam imannya (ayat 41). Ucapan yang luar biasa muncul dari mulut warga Samaria sebagai akibat pengenalan mereka yang semakin dalam terhadap Tuhan Yesus. Mereka mengenal Yesus sebagai Juruselamat dunia (ayat 42).

Yesus adalah Juruselamat, bukannya guru selamat. Ia bukan mengajarkan bagaimana supaya selamat. Ia sendirilah keselamatan itu. Warga Samaria tahu bahwa keselamatan tidak hanya berlaku bagi warga Yahudi atau Samaria saja, melainkan bagi semua suku bangsa di dunia. Pernyataan ini benar-benar merupakan pengakuan iman yang mengandung makna teologis yang luar biasa. Mengapa? Karena murid-murid pun belum sampai pada pengenalan sedalam itu. Mereka belum mengenal bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Dalam ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">32-38, Yesus menjelaskan kepada murid-murid bahwa merupakan kehendak Allah agar keselamatan disampaikan di luar Israel. Lalu Tuhan Yesus mengajar dan mendorong mereka untuk terlibat dalam misi kepada seluruh suku bangsa (ayat 35-38).

Renungkan: Perjumpaan sejati dengan Yesus tidak bisa tidak segera menampakkan diri dalam bentuk kesaksian hidup bagi-Nya.

(0.63) (Yoh 5:1) (sh: Di mana ungkapan syukur itu? (Sabtu, 5 Januari 2002))
Di mana ungkapan syukur itu?

Di mana ungkapan syukur itu? Di Yerusalem Tuhan Yesus bertemu dengan seorang yang lumpuh. Meski namanya tidak diberi tahu, namun keadaannya secara rinci diungkapkan. Ia telah lumpuh selama 38 tahun (ayat 5). Tidak jelas ia lumpuh sejak lahir atau sesudahnya. Jadi, kita tidak tahu apakah saat itu ia berusia 38 tahun atau sudah lebih tua. Lamanya ia menderita lebih penting ketimbang usianya.

Menderita 38 tahun bukanlah singkat. Ia sudah putus asa. Ia tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga secara sosial. Ia hidup sendiri. Ia tidak memiliki teman yang memperhatikannya atau menolongnya (ayat 7). Suatu penderitaan yang luar biasa! Ketika Tuhan Yesus menyapanya dan menawarkan kesembuhan, segera terungkap keputusasaannya dan kesendiriannya. Ia tidak mengharapkan Yesus mampu menyembuhkannya. Tetapi, Tuhan Yesus menyembuhkannya (ayat 8). Sekarang ia bisa berjalan. Tidak lumpuh lagi (ayat 9). Namun, kita kecewa kepadanya. Ia lupa berterima kasih kepada Tuhan Yesus. Mungkinkah ia terlalu gembira sehingga lupa berterima kasih? Tetapi, ketika para pemimpin agama menuduhnya melanggar perbuatan yang dilarang pada hari Sabat karena mengangkat tilam, ia membela diri (ayat 10). Ia balik menuduh Tuhan Yesus sebagai sumber pelanggaran ini (ayat 11). Ia tidak hanya lupa berterima kasih kepada Tuhan Yesus, tetapi menjadikan Tuhan Yesus sebagai kambing hitam.

Ia tidak peduli pada Tuhan Yesus yang menyembuhkannya (ayat 13). Tetapi, Tuhan Yesus tidak membuangnya. Ia mencarinya. Mengapa? Karena Tuhan Yesus mengasihinya. Kala Tuhan Yesus memperingatkannya agar jangan berbuat dosa lagi, sebenarnya Ia sedang mengundangnya untuk percaya kepada-Nya (ayat 14). Tidak percaya kepada Yesus adalah dosa. Jika tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus, maka hukuman akan datang. Hukuman ini lebih dahsyat daripada kelumpuhan yang dialami oleh orang itu selama 38 tahun. Orang yang tidak percaya kepada Yesus adalah orang yang terasing. Ia terasing dari hadirat Allah. Ini adalah penderitaan yang dahsyat sekali. Bagaimana respons orang lumpuh yang disembuhkan ini? Ia tidak peduli dengan tawaran dan undangan Tuhan Yesus (ayat 15). Ia tetap tidak mau percaya kepada-Nya.

Renungkan: Mengalami mukjizat penyembuhan dari Tuhan Yesus tidak secara otomatis melahirkan iman pada Yesus.

(0.63) (Yoh 6:1) (sh: Yesus dan kebutuhan fisik (Selasa, 8 Januari 2002))
Yesus dan kebutuhan fisik

Yesus dan kebutuhan fisik. Dalam narasi sebelumnya, kita sudah melihat pengaruh kesaksian Yesus. Istilah orang banyak yang muncul dalam ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">2,5,22,24 menunjukkan tingkat popularitas Tuhan Yesus dan sekaligus juga akibat kesaksian-Nya selama ini. Sudah banyak kesaksian yang diberikan-Nya (ayat 2) sehingga tidak heran jika banyak orang berbondong-bondong mengikuti-Nya (ayat 5), bahkan lebih dari 5000 orang jika perempuan dan anak-anak diikutsertakan (ayat 10). Meski mereka hanya mengikut-Nya, Tuhan Yesus tidak menolak mereka.

Didorong oleh kasih kepada mereka Ia kembali bersaksi, kali ini tidak melalui perkataan, melainkan perbuatan. Ia memberi mereka makan. Dari 2 ekor ikan dan 5 roti jelai Tuhan Yesus membuat mereka semua dapat makan sampai kenyang. Pada masa itu makanan ikan dan roti jelai bukanlah merupakan makanan yang mewah. Tetapi, makanan ini diberkati oleh Tuhan Yesus sehingga berlipatganda dan cukup membuat mereka semua kenyang (ayat 11). Jika ada sisanya bukan karena mereka tidak suka makanan ini, melainkan karena mereka semua telah kenyang. Perbuatan Tuhan Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang merupakan suatu mukjizat. Perkataan Filipus menegaskan hal ini (ayat 7).

Setelah orang banyak ini kenyang bagaimana reaksi mereka? Apakah mereka menyadari bahwa Yesus adalah Mesias dan kemudian percaya kepada-Nya? Kelihatannya tidak. Mereka hanya menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 14). Tetapi, nabi dalam pengertian mereka sangat berbeda sekali. Mereka ingin menjadikan Yesus sebagai nabi yang dapat dinobatkan sebagai raja, bukan penyampai dan pemberita kehendak Allah (ayat 15). Konsep nabi dan raja bercampuraduk dalam pengertian orang banyak. Orang banyak lebih tertarik pada pemberian ketimbang pemberi. Mereka lebih memperhatikan roti daripada Yesus yang memberi roti tersebut. Mereka hendak menjadikan Yesus sebagai raja agar setiap hari mereka dikenyangkan dengan roti. Mereka tidak ingin dikenyangkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Terhadap pemahaman yang demikian Tuhan Yesus tidak marah. Ia hanya menghindar dan pergi ke gunung (ayat 15).

Renungkan: Jangan terpesona oleh pemberian dan berkat dari Tuhan Yesus sehingga melupakan pemberinya. Janganlah berkat menjadi yang terutama dalam hidup sehingga Tuhan Yesus diabaikan.

(0.63) (Yoh 6:41) (sh: Yesus ditolak karena menyatakan kebenaran (Jumat, 11 Januari 2002))
Yesus ditolak karena menyatakan kebenaran

Yesus ditolak karena menyatakan kebenaran. Pemimpin-pemimpin agama merasa keberatan terhadap pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa Ia berasal dari surga (ayat 41-42). Mereka mengenal keluarga-Nya. Bagaimana mungkin Ia menyatakan bahwa Ia berasal dari surga? Tetapi, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa Ia tidak berasal dari dunia ini. Yesus diutus oleh dan datang dari Allah (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">44,50-51,57-58). Ia menyapa Allah sebagai Bapa-Nya (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">44-46,57). Sulit sekali bagi pemimpin-pemimpin agama untuk menerima asal Yesus dari surga sebagai suatu fakta. Pemimpin-pemimpin agama juga tidak dapat menerima pernyataan Yesus bahwa Allah adalah Bapa-Nya, sementara mereka mengenal orang tua-Nya.

Di samping ini, pemimpin-pemimpin agama juga merasa keberatan terhadap pernyataan Yesus bahwa kematian-Nya akan membawa efek bagi seluruh dunia (ayat 52). Kelihatan bahwa mereka memahami ucapan Yesus bukan sebagai pernyataan kanibalisme. Bukan ini yang menjadi keberatan mereka. Pemimpin-pemimpin agama tidak dapat menerima kematian Yesus yang berdampak terhadap seluruh dunia sebagai sebuah fakta (ayat 51). Sulit bagi mereka membayangkan kematian Yesus yang mereka kenal membawa akibat yang luar biasa terhadap dunia. Tidak mungkin dalam pemahaman mereka kematian Yesus akan mengakibatkan keselamatan terhadap mereka yang menerima-Nya (ayat 53-54,56-58). Dalam bagian ini, tindakan menerima-Nya diungkapkan dalam metafora makan dan minum. Melalui persekutuan yang erat dan intim sekali dengan Yesus, orang menerima hidup Yesus dalam hidupnya.

Inilah dua hal yang merupakan ganjalan bagi pemimpin-pemimpin agama di Galilea untuk menerima dan percaya kepada Yesus. Mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus adalah Allah. Bagi mereka Yesus adalah manusia biasa saja. Mereka juga tidak dapat menerima bahwa kematian Yesus memiliki dampak terhadap seluruh dunia. Dua kebenaran sangat penting tentang Yesus telah mereka tolak.

Renungkan: Meski Yesus telah menyatakan kesaksian-Nya dengan tegas dan jelas, Ia tetap tidak diterima. Jangan mengharapkan bahwa kesaksian kita akan selalu diterima. Penolakan akan tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu kesaksian.

(0.63) (Yoh 7:32) (sh: Perpecahan lebih tajam (Selasa, 15 Januari 2002))
Perpecahan lebih tajam

Perpecahan lebih tajam. Kesaksian Tuhan Yesus dalam ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">37-38 telah menimbulkan perpecahan yang tajam di kalangan pendengar-Nya. Penulis Yohanes memakai istilah yang cukup kuat guna merekam perpecahan yang terjadi sebagai akibat kesaksian tersebut. Penulis mempergunakan kata `skisma' (ayat 43). Pendengar-Nya terpecah dalam beberapa kelompok. Kelompok yang pertama menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 40), sementara yang lain berpendapat bahwa Yesus adalah Mesias (ayat 41). Kelompok yang lain dengan keras tidak dapat menerima bahwa Yesus adalah Mesias (ayat 42). Melihat `skisma' yang ditimbulkan oleh kesaksian tersebut, maka ada baiknya kita melihat lebih dalam isi kesaksian tersebut.

Kesaksian tersebut disampaikan pada puncak hari raya Pondok Daun (ayat 37). Yesus sedang bersaksi tentang kehadiran Roh Kudus di dalam hidup orang percaya. Dalam kesaksian-Nya, Yesus memakai simbol air terhadap Roh Kudus. Mengapa kesaksian tentang Roh Kudus membawa pendengar-Nya pada kesimpulan bahwa Yesus adalah Mesias? Beberapa teks dari Perjanjian Lama menjawab pertanyaan ini. Dalam Yesaya makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">11:1-5, 10; 42:1-4; 61:1 kedatangan Mesias berkaitan dengan kedatangan Roh Kudus. Di samping itu, menurut Yoel 2:28-29, kedatangan Mesias juga berkaitan dengan pencurahan Roh Kudus kepada semua orang percaya. Tuhan Yesus pada awal pelayanan-Nya mengutip Yesaya 61:1 dalam khotbah-Nya (Lukas 4:18). Ketika membicarakan kedatangan Mesias dalam surat Roma 15:12, rasul Paulus juga mengutip Yesaya 11:10. Rasul Petrus pada hari Pentakosta mengutip Yoel 2:28-29.

Dalam ayat-ayat dalam Perjanjian Lama terlihat bahwa Allah yang memberikan Roh. Namun, dalam Yohanes 7:37, Yesus yang memberikan Roh. Ia mengundang orang untuk percaya agar Roh dapat diberikan. Semuanya ini menunjuk satu hal, yakni ke-Allahan Yesus, karena hanya Allah yang dapat mencurahkan Roh Allah. Kesaksian inilah yang membuat para pendengar-Nya terpecah tajam.

Renungkan: Setiap yang percaya kepada Yesus, maka padanya diberi Roh Kudus. Tidak ada orang yang percaya kepada Yesus yang tidak memiliki dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Jika Anda dipenuhi dan dipimpin Roh Allah, bersyukurlah karena hak istimewa tersebut.

(0.63) (Yoh 8:12) (sh: Terang dunia (Senin, 11 Februari 2008))
Terang dunia

Judul : Terang dunia Apa gunanya terang bagi dunia? Terang berfungsi memberi cahaya pada dunia dan manusia. Teranglah yang membuat manusia hidup dan beraktivitas. Terang yang sejati adalah Yesus Kristus, seperti kesaksian yang Dia nyatakan kepada orang banyak, "Akulah terang dunia ..." (ayat 12).

Namun, orang Farisi tidak bisa melihat hal itu. Bagi mereka, kesaksian seseorang tentang dirinya sendiri tidak dapat dibenarkan (ayat 13). Yesus menunjukkan bahwa Ia punya kualifikasi untuk memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri. Ia dapat melihat kekekalan (ayat 14), Ia menghakimi dengan benar (ayat 15-16), dan kesaksian-Nya didukung oleh Bapa (ayat 17-18). Mengacu pada Taurat, kesaksian dua orang adalah sah. Meski manusia tidak mengakui kebenaran kesaksian-Nya bukan berarti manusia benar. Kebenaran manusia mengikuti ukurannya sendiri. Kebenaran Allah hanya dapat diukur oleh Allah sendiri. Padahal pengenalan akan Bapa hanya dapat terjadi melalui pengenalan akan Anak terlebih dulu (ayat 19).

Kesaksian Yesus selanjutnya mengarah pada perbedaan keberadaan manusia dan diri-Nya. Yesus berasal dari atas, yaitu Surga, tempat di mana tak ada dosa. Manusia berasal dari bumi dan akan mati dalam dosa. Perbedaan tempat hidup manusia dan Allah mencerminkan perbedaan kebenaran yang terjadi. Namun demikian Allah dan Putra-Nya yang benar. Ini akan dibuktikan di salib. (ayat 28). Penjelasan Yesus itu membuat para pendengar-Nya semakin marah.

Yesus juga menunjukkan ketergantungan-Nya pada Bapa. Ajaran-Nya berasal dari Bapa (ayat 28). Ia selalu melakukan kehendak Bapa (ayat 29). Ketaatan ini Dia perlihatkan bahkan sampai Ia mati di kayu salib. Ia tidak berupaya membelokkan atau mengelak dari kehendak Bapa. Keseluruhan hidup-Nya Dia arahkan pada penggenapan kehendak Bapa di dalam dan melalui diri-Nya, yakni menjadi terang bagi dunia, bagi manusia. Sudahkah Anda percaya kepada terang dunia itu? Jika sudah, jadilah terang juga bagi dunia yang masih gelap ini, yaitu dunia di sekitar Anda.

(0.63) (Yoh 8:37) (sh: Komitmen (Rabu, 22 Januari 2020))
Komitmen

Menurut James Fowler, tahap perkembangan iman manusia diharapkan terbentuk sesuai dengan bertambahnya usia. Dimulai dari anak usia dini yang belajar memercayai orang di sekitarnya sampai orang dewasa yang percaya pada kehendak Allah.

Yesus mengakui bahwa orang Yahudi adalah keturunan Abraham secara lahiriah, namun kehidupan mereka tidak mencerminkan sikap sebagai hamba Allah (37). Mereka memiliki kesamaan lahiriah, namun kehidupannya tidak sama dengan Abraham yang percaya sepenuhnya kepada Allah. Hal ini nyata dari sikap tidak percaya kepada Yesus (38). Seharusnya mereka dapat percaya kepada Yesus yang menyatakan kebenaran dari Allah (39-40).

Orang-orang Yahudi mengaku bahwa mereka adalah anak Allah (41). Yesus menanggapinya dengan mengatakan bahwa jika mereka benar anak Allah, maka akan menerima Yesus sebagai utusan yang menyatakan kehendak-Nya (42). Yesus tidak memahami sikap orang-orang Yahudi yang tidak menerima diri-Nya (43). Yesus melihat bahwa mereka lebih pantas disebut sebagai anak-anak Iblis karena tidak hidup dalam kebenaran Allah (44). Akhirnya, Yesus menegaskan agar mereka percaya kepada-Nya (45-46). Orang yang percaya kepada-Nya akan berserah pada kehendak-Nya (47).

Tuhan Yesus menghendaki pengikut-Nya dapat membuktikan identitas dirinya melalui tindakan konkret dan bukan hanya atribut yang dimiliki. Dilahirkan sebagai orang Kristen adalah sebuah anugerah, maka perlu dilanjutkan dengan menjalani kehidupan dengan menyatakan kehendak Kristus dengan sukacita. Jangan sampai kita merasa melakukan kehendak-Nya, namun kita tidak menerima-Nya sebagai Tuhan.

Tanpa komitmen tersebut, kehidupan para pengikut Kristus tetap sama dengan orang lain yang tidak mengenal-Nya. Mari kita buktikan identitas Kristen dengan melakukan kehendak-Nya. Adakah komitmen bagi Kristus dalam diri kita?

Doa: Teguhkanlah komitmen kami menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia yang berdosa. [JST]

(0.63) (Yoh 9:13) (sh: Iman yang tumbuh dalam tekanan (Senin, 21 Januari 2002))
Iman yang tumbuh dalam tekanan

Iman yang tumbuh dalam tekanan. Menarik sekali melihat perkembangan pengenalan orang buta tentang Tuhan Yesus. Ketika tetangga-tetangganya bertanya bagaimana ia menjadi celik, ia hanya mengenal nama Yesus (ayat 11). Namun, ia sama sekali tidak tahu di mana Yesus berada (ayat 12). Kelihatannya ia tidak begitu mempedulikan Yesus yang menyembuhkannya. Namun, saat ia diperiksa oleh pemimpin-pemimpin agama, ia menjadi sadar bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Orang buta ini menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 17). Ketika ia diperiksa untuk kedua kalinya, pengenalannya akan Yesus meningkat tajam. Orang buta ini menyatakan bahwa Yesus bukan orang berdosa (ayat 25). Yesus didengar Allah (ayat 31). Bahkan orang buta ini menegaskan bahwa Yesus datang dari Allah (ayat 33). Pernyataannya ini membuat ia dibuang oleh pemimpin-pemimpin agama (ayat 34).

Namun, Yesus tidak membuangnya. Yesus mencarinya (ayat 35). Yesus menyatakan diri kepadanya dan mengundangnya untuk percaya kepada-Nya. Orang buta ini percaya kepada Yesus dan menerima-Nya sebagai Tuhan (ayat 38). Ia tidak hanya percaya, namun juga menyembah Yesus. Ia tidak mempedulikan para pemimpin agama. Di depan mereka ia menyembah Yesus (ayat 41). Tentulah perbuatan ini mengejutkan pemimpin-pemimpin agama. Bukankah hanya Allah yang patut disembah? Mengapa orang buta ini menyembah Yesus? Mengapa Yesus tidak melarang orang buta ini untuk menyembah-Nya? Semuanya ini mengungkapkan satu hal kepada kita. Orang buta tersebut menyadari bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, sehingga ia tidak segan-segan untuk menyembah-Nya.

Jika kita melihat perkembangan pengenalan orang buta ini akan Yesus, kita kagum sekali. Ia mengenal Yesus bukan dari kesaksian murid-murid Yesus atau Tuhan Yesus sendiri. Pengenalannya akan Tuhan Yesus berkembang karena tekanan pihak-pihak yang ingin menganiaya Tuhan Yesus. Melalui interogasi yang berusaha memojokkannya dan juga menjerat Tuhan Yesus, orang buta ini semakin mengenal Yesus. Dengan perkataan lain, kesulitan hidup yang dialami orang buta membawanya ke pengenalan akan Yesus.

Renungkan: Iman sejati selalu tumbuh. Iman kepada Yesus akan membawa orang percaya menyembah-Nya. Iman melahirkan ibadah.

(0.63) (Yoh 12:27) (sh: Bapa muliakanlah nama-Mu (Jumat, 8 Maret 2002))
Bapa muliakanlah nama-Mu

Bapa muliakanlah nama-Mu. Mengapa harus ada permohonan Yesus seperti itu kepada Bapa-Nya? Apakah selama ini Ia tidak memuliakan nama Bapa di surga? Ungkapan ini diucapkan saat Ia sangat terharu. Saatnya hampir tiba (ayat 28). Saat kematian-Nya makin dekat. Semua itu harus Ia jalankan, lakukan demi kehendak Bapa-Nya. Sangat sulit rasanya mengungkapkan kesedihan dan keharuan Yesus. Justru pada saat yang mengerikan itu Ia mengucapkan kata-kata ini sebagai bukti kesiapan-Nya melakukan kehendak Bapa. Percakapan Yesus dengan kedua murid-Nya dapat diartikan sebagai jawaban atas kerinduan orang Yunani untuk bisa berjumpa dengan-Nya.

Di tengah-tengah percakapan yang serius itu, terdengarlah suara dari surga: “Aku telah memuliakan-Nya dan Aku akan memuliakan lagi.” Suara Bapa ini menjawab ucapan Yesus, “Bapa muliakanlah nama-Mu.” Hubungan Bapa dan Anak di sini jelas sangat dekat dan harmonis. Suara dari surga itu dapat didengar oleh telinga jasmani orang banyak, termasuk orang-orang Yunani (ayat 28). Hal ini terjadi supaya orang banyak itu percaya apa yang dikatakan Yesus kepada mereka, termasuk orang-orang Yunani yang rindu bertemu dengan-Nya (ayat 29-30). Tetapi, reaksi terhadap suara dari surga itu ternyata tidak sama. Ada yang mengatakan seperti bunyi guntur, juga ada yang mengatakan seperti malaikat yang berbicara kepada- Nya. Sebagian besar tetap saja tidak paham, terutama sesudah Yesus kembali berbicara tentang kematian-Nya (ayat 33-34).

Salib melambangkan penghakiman atas penguasa dunia karena iblis dikalahkan dan kasih Allah dinyatakan oleh ketaatan Yesus (ayat 31-33). Prinsip ini sangat penting. Saat peninggian salib akan menarik banyak orang datang kepada-Nya. Maksudnya kematian Yesus di atas kayu salib mendatangkan berkat bagi banyak orang. Ucapan- ucapan ini tidak dapat dipahami oleh orang banyak, dan mungkin juga oleh para murid-Nya sendiri. Ini terbukti mereka bingung dengan pernyataan itu (ayat 34-35). Atas permintaan agar Yesus bicara lebih jelas, Ia tidak meladeni. Terang telah bersinar. Yang mereka perlukan bukan lebih banyak penjelasan dan tanda, tetapi menentukan sikap.

Renungkan: Masihkah ada kegelapan tersisa dalam hidup Anda yang belum disoroti oleh terang Injil Kristus?

(0.63) (Yoh 12:37) (sh: Demi kehormatan (Kamis, 28 Februari 2008))
Demi kehormatan

Judul : Demi kehormatan Demikianlah akhir bagian Injil Yohanes yang dikenal para penafsir dengan nama "kitab tanda-tanda". Penulis Injil menyusun Injil ini sedemikian rupa sehingga tanda-tanda mukjizat Yesus ditempatkan paruh pertama, beriringan dengan tema respons, dan akhirnya penolakan para pemimpin Yahudi. Semuanya kini jelas. Setelah berbagai tanda yang dilakukan Yesus, mereka jelas-jelas menolak-Nya. Alasannya, demi kehormatan manusiawi (ayat 43).

Kehormatan sangatlah penting bagi masyarakat abad pertama dan juga masyarakat kita kini. Sebagai orang Asia, 'kehilangan muka' merupakan sesuatu yang sangat ditakuti. Bahkan, jika kita kaitkan dengan tema kemarin, banyak orang lebih rela menderita ketimbang kehilangan muka. Menjadi murid Yesus punya potensi lebih dahsyat lagi. Tidak hanya menderita, pada saat yang bersamaan seorang murid juga bisa sekaligus kehilangan kehormatan di hadapan manusia lainnya. Tapi yang dipentingkan nas ini adalah kehormatan dari Allah, yaitu kesempatan untuk menyaksikan karya Allah dan menaati firman-Nya. Makna inilah yang tercakup dalam frasa "percaya kepada Yesus". Seharusnya, bagi seorang murid sejati, anugerah ini adalah kehormatan yang paling tinggi.

Inilah tantangan kita sekarang sebagai murid-murid Kristus masa kini. Ada begitu banyak dosa yang jika dilakukan justru membuat pelakunya sangat dihormati. Tapi kehormatan seperti ini jauh dari hidup yang kekal dan bertentangan dengan firman Allah. Nas ini seharusnya membuat kita bertanya, apakah kehormatan yang kita peroleh saat ini adalah anugerah Allah yang memungkinkan kita melayani dan memuliakan nama-Nya, atau justru wujud penolakan kita terhadap Allah. Sebagai murid Tuhan, kehormatan jenis terakhir harus sepenuhnya ditanggalkan. Menolak Yesus berarti menolak Allah Bapa yang mengutus-Nya (ayat 48-49). Tidak hanya itu, menikmati kehormatan seperti itu berarti menolak Yesus, Sang Kebangkitan dan Hidup.

(0.63) (Yoh 13:12) (sh: Mengikuti dorongan kasih (Selasa, 12 Maret 2002))
Mengikuti dorongan kasih

Mengikuti dorongan kasih. Peristiwa pembasuhan kaki yang mengejutkan para murid dapat menjadi sia-sia bila artinya tidak dijelaskan oleh Yesus sendiri. Karena itu, Yesus bertanya sejauh mana mereka mengetahui makna perbuatan-Nya itu (ayat 12). Istilah tahu yang dipakai di sini bukan sekadar pemahaman akali. Yesus menginginkan pengetahuan yang diiringi oleh tindakan sesuai dengan pengetahuan tersebut. Penjelasan Yesus dimulai dengan penegasan kembali bahwa diri-Nya adalah Guru dan Tuhan. Karena itulah Ia kembali mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya, “kembali” ke status-Nya semula sebagai Guru dan Tuhan. Ia ingin para murid memahami bahwa dari status-Nya itulah Ia telah merendahkan diri demi memungkinkan mereka beroleh bagian di dalam-Nya. Kini mereka diajar untuk mewujudkan keikutsertaan mereka dalam Tuhan itu dengan jalan mengikuti teladan-Nya, saling mengasihi dan melayani di dalam kerendahan hati.

Dalam bagian ini, Yesus menggunakan frasa “Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu ….” Kalimat sesudah frasa tersebut, di ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">16, harus diperhatikan dengan cermat. Di situ Yesus membandingkan antara hamba dan tuan, antara utusan dan pengutus. Semestinya para murid sudah mengetahui tentang hierarki dari hubungan- hubungan ini – hamba pasti lebih rendah daripada tuannya. Lalu mengapa Yesus mengatakannya lagi? Konteks di sini adalah mengenai kasih Kristus melalui penderitaan-Nya. Yesus ingin mengatakan bahwa penderitaan yang akan dialami para murid ketika mengasihi tidak akan sebesar penderitaan-Nya. Jadi, tak ada alasan untuk tidak mengasihi. Di dalam mengasihi, para murid akan mengalami kebahagiaan — suatu istilah yang menunjuk pada kebahagiaan meski keadaan sulit. Kristus akan meninggalkan para murid. Mereka harus belajar untuk mengasihi — itulah misi Kristus ke dunia, mewujudnyatakan kasih.

Mulai dari ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">18, Yesus menubuatkan pengkhianatan Yudas terhadap diri-Nya dengan lebih jelas. Namun demikian, Yesus bukanlah korban yang tak berdaya — semuanya harus terjadi agar ke-Allah- an-Nya bersinar cerlang dan manusia percaya kepada-Nya (ayat 19- 20).

Renungkan: Cinta hanya dapat dipahami jika aktif. Berbahagialah mereka yang hidup di dalam cinta Ilahi!

(0.63) (Yoh 13:21) (sh: Menepis kasih (Rabu, 13 Maret 2002))
Menepis kasih

Menepis kasih. Untuk ketiga kalinya dalam pasal ini Yesus menggunakan frasa “Sesungguh-sungguhnya …” (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">16,20,21). Juga Yesus kembali mengejutkan para murid ketika Ia mengatakan bahwa ada di antara mereka yang akan mengkhianati diri-Nya. Meskipun Yesus dikhianati dan diserahkan (ayat 21), Ia tidak menjadi korban yang pasif. Pada akhirnya bukan musuh-musuh-Nya yang membunuh Yesus, tetapi Yesus sendiri “menyerahkan nyawa-Nya” (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">19:30). Terhadap kematian Lazarus, Ia menunjukkan kemarahan, terhadap pengkhianatan yang akan membuat-Nya mati, Ia menunjukkan kesedihan yang dalam. Keduanya menunjukkan kasih-Nya yang dalam, pertama kepada manusia (Lazarus), kedua kepada Allah. Di dalam kasih kepada Allah itu tercakup kasih-Nya yang tanpa syarat kepada para murid-Nya, termasuk kepada Yudas. Kasih itu menjadi kesedihan yang dalam karena ditolak dan dikhianati.

Para murid bertanya-tanya, siapa yang akan melakukan hal sekeji itu. Maka, seorang murid yang dikasihi Yesus bertanya kepada-Nya. Yesus menjawab dengan simbol bahwa yang akan mengkhianati-Nya adalah orang yang dicintai-Nya. Yesus menunjukkan hal tersebut dengan memberikan roti kepada Yudas Iskariot sesudah mencelupkan ke dalam mangkuk yang mungkin berisi anggur. Sesudah peristiwa itu, dikatakan bahwa setan “memasuki” Yudas Iskariot. Tindakan Yesus bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, tindakan Yesus sungguh mencurahkan seluruh kasih-Nya kepada Yudas dan berusaha menarik Yudas kepada-Nya. Di sisi lain, tindakan itu merupakan suatu kesempatan bagi Yudas untuk memutuskan apa yang harus dipilihnya. Bila ia tidak memilih Yesus, tindakan cinta menjadi permulaan penghakiman dan penghukuman baginya. Sayang sekali, setanlah yang akhirnya dituruti oleh Yudas. Yudas Iskariot, yang dicintai Yesus, menerima roti itu, tetapi menepis cinta-Nya.

Perintah Yesus agar Yudas segera melakukan apa yang akan dia kerjakan memperlihatkan bahwa semakin kejahatan menggalang kekuatan melawan-Nya, semakin penggenapan terang rencana Allah di salib mendekati kenyataan. Yudas segera menuju kehidupan gelap tanpa cinta. Ia makin menjauh dari sang sumber terang dan hidup.

Renungkan: Jadikan kasih Ilahi pertimbangan utama dari tiap pilihan Anda.

(0.63) (Yoh 14:1) (sh: Jalan ke rumah Bapa (Sabtu, 16 Maret 2002))
Jalan ke rumah Bapa

Jalan ke rumah Bapa. Kepada orang banyak Yesus berkata bahwa mereka tidak dapat ikut bersama-Nya ke rumah Bapa-Nya (ayat makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">13:33). Kepada Petrus, Ia mengatakan hal yang sama, namun dengan arti dan alasan berbeda. Tuhan menyatakan bahwa keadaan hatinya tidak menjamin bahwa ia dapat setia mengasihi Tuhan. Orang banyak yang tidak menerima Dia tidak dapat bersama Dia. Sekarang Yesus menegaskan bahwa sebenarnya para murid telah mengetahui jalan ke sana, ke rumah Sang Bapa, dan mereka pasti akan bersama Dia sesudah Ia selesai menyiapkan tempat di rumah Bapa bagi mereka (ayat 3-4). Meski benar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan kondisi hati mereka agar setia dan kelak sampai ke tujuan kekal, namun mereka sudah percaya dan dengan terus mempercayai karya-karya Yesus mereka pasti akan sampai di tujuan. Tuhan memerintahkan mereka untuk percaya. Kenyataan janji-janji Allah tidak tergantung pada perasaan dan kondisi hati kita, tetapi pada Dia yang setia pada janji-janji-Nya. Bertekun dalam iman adalah cara untuk memiliki keteguhan hati (bdk. dengan yang Yesus lakukan, makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">12:27).

Kebenaran tentang jaminan kekal tersebut lebih jelas dalam jawaban- Nya kepada Tomas. Ungkapan “Akulah …” menggemakan kembali ungkapan-ungkapan yang sama dalam Injil Yohanes yang menegaskan kesetaraan Yesus dengan Yahwe dalam Perjanjian Lama. Karena itulah Dia dapat mengklaim bahwa diri-Nya sendirilah jalan, kebenaran, dan hidup (ayat 6). Akibatnya, Dia dan hubungan dengan-Nya menentukan apakah orang yang mengenal Bapa akan sampai ke rumah Bapa kelak atau tidak. “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku" (ayat 7). Sang Bapa telah berkemah di dalam Yesus, sehingga siapa mengenal Dia, mengenal Bapa (bdk. makhluk-makhluk+hidup+AND+book%3A43&tab=notes" ver="">1:14, 14:10). Firman Bapa ada di dalam-Nya dan itulah yang disampaikan kepada mereka (ayat 10-11).

Tidak saja mengenal Bapa dan beroleh jaminan kekal di dalam Yesus, para pengikut-Nya akan pula melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah bahkan yang lebih besar dari yang Yesus telah buat. Pekerjaan- pekerjaan besar itu adalah juga pekerjaan Yesus di dalam mereka, dan dapat terus dilakukan karena mereka mengandalkan Dia di dalam doa (ayat 12-13).

Renungkan: Perbuatan kita mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA