Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 1421 ayat untuk hukum beribadah (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Am 4:1) (sh: Dosa melibatkan dan meliputi (Sabtu, 19 Juli 2003))
Dosa melibatkan dan meliputi

Dalam persepsi kita pelaku penindasan adalah kaum lelaki. Nyatanya, para isteri -- kaum wanita -- diumpamakan seperti lembu liar karena penuh kekerasan, penindasan dan hawa nafsu (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">1 - para istri dalam budaya Israel menyapa suami mereka dengan sebutan tuan = pemilik). Mereka mendorong para suami melakukan korupsi dan penindasan. Karena itu penghukuman Tuhan juga berlaku atas mereka.

Pelanggaran dan dosa Israel sebagai umat Allah sudah penuh, karena telah melibatkan semua orang dan meliputi seluruh aspek kehidupan: sosial, ekonomi dan keagamaan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">4,5). Dosa dalam kehidupan keagamaan yang dinilai jahat oleh Tuhan: pertama, motivasi yang bengkok dalam beribadah. Mereka melakukan upacara ibadah secara teratur dan tertib dengan persembahan yang melimpah ruah untuk merayu Allah, agar Allah melupakan kejahatan mereka. Kedua, mereka kelihatan begitu saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah penindas kaum lemah. Saleh tetapi tidak bermoral. Keagamaan dan kerohanian berjalan serasi dengan penindasan kaum miskin dan lemah, korupsi, memutuskan perkara secara tidak adil, dan sebagainya. Ini sungguh bertentangan dengan pemahaman iman tentang arti ibadah. Ibadah dalam arti sesungguhnya adalah pengabdian secara utuh kepada Allah dalam bentuk ritual yang juga meliputi sikap hidup sehari-hari.

Dosa akhirnya membuat mereka bebal. Tujuh tindakan dalam kejadian alam, sosial, ekonomi dan politik sudah Tuhan lakukan sebagai peringatan keras (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">6-11), namun Israel sama sekali tidak peka akan hardikan Tuhan itu. Itu sebabnya kini, suara Allah berubah menjadi auman singa ganas yang siap menerkam mematikan.

Renungkan: Ibadah seharusnya membuat kita semakin peka akan kemuliaan Allah, dan semakin terdorong mewujudkan sifat mulia ilahi itu dalam seluruh hubungan sosial kita.

(0.15) (Mat 13:1) (sh: Keluar dari hati. (Minggu, 01 Maret 1998))
Keluar dari hati.

Hati adalah tempat kita mempertimbangkan pilihan, mengambil keputusan, mereka-reka kebaikan atau kejahatan. Hati adalah cerminan keberadaan diri kita secara sederhana. Dalam satu kesempatan hati adalah tempat untuk iman, tetapi dalam kesempatan lainnya hati juga dapat meniadakan Tuhan. Sedemikian pentingnya hati, sampai-sampai firman Tuhan memerintahkan kita untuk memeliharanya lebih dari harta karun.

Tak ada lagi kebaikan. Kesimpulan Daud yaitu bahwa tak ada yang berbuat baik, sungguh mengejutkan. Mustahil kalau di dunia ini sudah tidak ada lagi yang dapat berbuat baik. Bagaimana dengan orang yang bermental terpuji? Memang benar, Pemazmur tidak menyangkal adanya orang-orang yang berbudi luhur, namun ternyata perhatian Pemazmur lebih mendasar. Dua hal yang Pemazmur soroti tajam. Pertama, kebanggaan dan keinginan membangkitkan kemurtadan; Kedua, dalam hal mencari Allah, tak seorang pun memiliki dorongan tulus murni. Betapa parah dan bobroknya kondisi iman manusia dalam dosa.

Fatal akibatnya. Kemurtadan mendatangkan akibat fatal. Daud menggambarkan bahwa kejatuhan yang mengenaskan dialami oleh orang yang melakukan kejahatan. Orang yang membiarkan dirinya hidup tanpa Allah, akan mengalami kemerosotan drastis dan tragis secara mental dan spiritual. Karena itu bukan lagi hal yang luar biasa bila kini masih menyaksikan banyak orang terserang goncangan jiwa yang menghancurkan kehidupannya. Hal demikian tidak akan dialami oleh orang beriman. Kehidupan mereka dipenuhi oleh sorak-sorai dan damai sejahtera.

Renungkan: Ibadah pada hakikatnya ialah memperkokoh sikap iman kepada Allah, meneguhkan hati dan merayakan kemuliaan Allah bersama umat-Nya. Periksa kembali semangat ibadah kita, sungguhkan kita beribadah dalam sikap hati berkenan pada-Nya?

(0.15) (Mat 13:1) (sh: Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah (Senin, 5 Februari 2001))
Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah

Banyak Kristen datang beribadah, namun ketika mereka meninggalkan ruang ibadah, apakah dengan pengertian yang sama? Ada yang hanya mendengar namun sibuk dengan pikirannya sendiri; ada yang mendengar tetapi tidak mengerti; ada yang mendengar tetapi kemudian menafsirkannya sendiri; ada juga yang sungguh- sungguh mendengar dan mengerti kebenarannya. Tempat yang sama, nas Alkitab yang sama, dan pengkhotbah yang sama, tidak menentukan jemaat yang hadir mendapatkan pengertian yang sama pula. Mengapa demikian? Mengerti kebenaran firman-Nya adalah anugerah, yang dinyatakan bagi mereka yang mau terbuka kepada kebenaran-Nya.

Inilah yang dijelaskan Yesus ketika murid-murid-Nya menanyakan mengapa Ia memakai metode perumpamaan. Banyak orang berbondong-bondong datang, tetapi seperti nubuat nabi Yesaya bahwa mereka mendengar dan melihat namun tidak mengerti. Bukan karena Ia tidak mau menyatakan kebenaran kepada mereka, tetapi karena mereka yang mengeraskan hati, sehingga mereka tidak bertemu dengan kebenaran itu, yakni Yesus sendiri. Zaman kini banyak orang berbondong-bondong mencari gereja, tetapi berapa banyak yang sungguh-sungguh mau terbuka kepada kebenaran firman-Nya, sehingga ia mengerti, percaya, dan menyimpan kebenaran itu dalam hatinya? Bukan orang-orang yang secara fisik hadir di gereja yang dapat mengerti kebenaran-Nya, tetapi anugerah pengertian dinyatakan bagi Kristen yang haus akan kebenaran.

Arti perumpamaan seorang penabur adalah bahwa tidak semua orang yang menerima kebenaran kemudian akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Firman kebenaran itu harus dimengerti (diterima); diresapi (berakar); dihayati sehingga mempengaruhi pola pikir, perilaku, gaya hidup (bertumbuh); dan dipertahankan sampai menghasilkan berlipatganda (berbuah). Pergumulan, masalah, kesulitan, kekuatiran, dan segala bentuk tantangan akan merupakan ujian bagi Kristen, apakah Kristen sanggup berakar, bertumbuh, dan kemudian berbuah di tengah dunia yang menentang kebenaran.

Renungkan: Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah. Milikilah sikap terbuka untuk mengerti dan kemudian mengizinkan kebenaran itu mengubah hidup Anda, maka hidup Anda akan berbuah berlipatganda.

(0.15) (Mrk 1:29) (sh: Pelayanan dan doa (Jumat, 17 Januari 2003))
Pelayanan dan doa

Dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya mengajar banyak orang. Yesus juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon, yang menderita sakit demam (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">30). Lazimnya orang yang baru sembuh dari sakit, badan terasa lemah, karena itu diperlukan waktu beberapa lama untuk beristirahat dan mengembalikan kondisi tubuh. Tetapi, tampaknya ini tidak berlaku bagi ibu mertua Simon. Segera setelah disembuhkan ia langsung melayani Yesus (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">31). Ini memberi indikasi bahwa penyembuhannya segera dan sempurna. Tidak hanya orang sakit, orang-orang yang kerasukan setan pun dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan dan dilepaskan dari cengkeraman setan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">32,34). Menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan untuk berbicara meski mereka mengenal Yesus.

Dalam hukum+beribadah&tab=notes" ver="">1:24, setan bahkan menyapa Yesus sebagai 'Yang Kudus dari Allah'. Tetapi, Yesus membentaknya untuk tidak bicara. Yesus menolak kesaksian setan dan roh-roh jahat, karena kesaksian mereka tidak lahir dari kesadaran dan suka rela. Mereka mengenal siapa Yesus, tetapi mereka tidak mau hidup taat terhadap Yesus. Inilah iman model ala setan (Yak. 2:19): mengenal Yesus bahkan beribadah di rumah ibadat, tetapi tidak mau taat kepada kehendak Yesus; percaya pada Yesus, tetapi hidup menurut kehendak sendiri.

Di tengah kesibukan pelayanan, Yesus berdoa (bdk. 6:46 dan 14:35). Mengapa Yesus harus berdoa? Doa adalah komunikasi dengan Allah. Melalui doa, Yesus menyatakan dua hal. Pertama, relasi-Nya dengan Allah sangat intim. Kedua, Yesus menyatakan ketergantungan-Nya kepada Allah.

Rahasia kesuksesan pelayanan-Nya terletak pada ketergantungan-Nya pada Allah, dan doa merupakan ekspresi ketergantungan pada Allah.

Renungkan: Apakah iman pada Yesus memberi warna terhadap perilaku dan moralitas hidup sehari-hari? Apa hambatannya?

(0.15) (Luk 2:25) (sh: Yang dekat Allah, mengerti rencana Allah (Rabu, 31 Desember 2003))
Yang dekat Allah, mengerti rencana Allah

Kehadiran Yesus di Bait Allah, saat masih berusia sangat muda, ternyata sudah menimbulkan pengaruh besar. Ada dua orang tua bernama Simeon dan Hana, yang dihormati dan dikenal masyarakat Israel saat itu sebagai orang benar dan saleh, mengenali bayi Yesus sebagai Juruselamat Israel. Masing-masing dengan caranya sendiri merespons terhadap kehadiran bayi Yesus.

Simeon, seorang yang selain dikenal sebagai orang yang benar dan saleh juga disebut penuh Roh Kudus. Ia mendapatkan janji bahwa dirinya tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Maka setelah ia melihat bayi Yesus, ia memuji Tuhan yang intinya adalah sukacita kepuasan karena diizinkan melihat dan mengenali Yesus. Ia juga menubuatkan bahwa Yesus bukan hanya Juruselamat bagi Israel tetapi bagi semua bangsa. Bahkan secara khusus ia mengatakan kepada Maria bahwa Yesus akan menimbulkan perpecahan di Israel. Hana, seorang nabiah, yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk beribadah, doa dan puasa, juga membicarakan akan karya Yesus sebagai Penyelamat umat.

Timbul pertanyaan menarik bagi kita: “Mengapa mereka bisa mengenali Yesus yang masih bayi itu sebagai Mesias dan pengharapan Israel? Kita menemukan jawaban yang menarik pula. Ada dua alasan yang secara jelas dipaparkan dalam bacaan kita: (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">1). Karena Roh Kudus menyatakan kebenaran ilahi itu kepada mereka (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">26); (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">2). Karena mereka memelihara kehidupan saleh dan dekat dengan Tuhan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">25,37). Kedekatan mereka dengan Allah inilah yang menyebabkan mereka peka mendengar suara Roh Kudus yang menyatakan rencana Allah bagi bangsa mereka.

Renungkan: Zaman sekarang ini gereja Tuhan membutuhkan anak-anak Tuhan yang hidup dekat dengan Allah sehingga memiliki kepekaan terhadap isi hati Allah yang ingin diungkapkan-Nya lewat firman Tuhan. Andakah orangnya?

(0.15) (Luk 4:22) (sh: Jangan anggap enteng (Minggu, 2 Januari 2000))
Jangan anggap enteng

Sikap menganggap enteng memang bukan sikap yang bijaksana. Betapa banyak orang yang akhirnya mengalami cacat fisik atau mati, karena menganggap enteng luka kecil di kaki atau tangan.

Sikap ini mewarnai sikap orang-orang Nazaret dalam meresponi berita yang dibawa Yesus. Mereka kagum atas pengajaran Yesus, namun meragukannya, sehingga berakibat menjadi benci dan timbul nafsu untuk melenyapkan Yesus ketika membeberkan kebenaran dari peristiwa janda Sarfat dan Naaman. Makna kepergian Yesus adalah bahwa penghakiman sudah dijatuhkan ke atas mereka karena penolakannya terhadap Yesus. Sejak itu Yesus tidak pernah ke Nazaret lagi.

Mereka menolak untuk disamakan dengan janda Sarfat yang adalah orang kafir, miskin, dan tak berpengharapan. Apalagi disamakan dengan Naaman yang kafir dan berpenyakit kusta --- dikutuk Allah. Orang Nazaret adalah bangsa pilihan Allah, hidup beribadah, berpenghidupan layak, dan tidak sedang di bawah kutukan Allah. Karena itulah mereka tidak membutuhkan Yesus dan Injil-Nya.

Mereka merasa bahwa dosa mereka tidak begitu serius/ menjijikkan, sehingga perlu pertolongan dari Allah. Mereka memandang remeh dosa, sehingga meremehkan Yesus dan misi-Nya. Hal ini berakibat fatal bagi mereka. Kecenderungan menganggap remeh dosa terjadi di mana-mana juga saat ini. Salah satu bentuknya adalah memperhalus penyebutan perbuatan dosa yang menjijikkan supaya enak didengar. Misalnya, homoseksual/ lesbian disebut penyimpangan hormon, heteroseksual disebut penyimpangan seksual, kesalahan bertindak hingga menewaskan orang lain atau manipulasi uang negara disebut salah prosedur.

Renungkan: Betapa berbahayanya sikap demikian, karena masyarakat makin lama akan mempunyai konsep meremehkan dosa dan tidak lagi menghiraukan akibatnya. Kalau sudah demikian mereka tidak membutuhkan Yesus. Ke mana mereka akan pergi nantinya?

(0.15) (Luk 6:1) (sh: Sabat untuk manusia (Kamis, 15 Januari 2004))
Sabat untuk manusia

Banyak orang yang sangat terikat kepada tahayul. Salah satunya mengenai hari. Misal, pada hari tertentu, seseorang tidak boleh mengenakan pakaian warna tertentu, berbahaya. Kalau dilanggar bisa terkena bencana.

Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat juga terikat kepada aturan Sabat. Mereka percaya bahwa aturan Sabat adalah segala-galanya. Keyakinan ini didasarkan pada peraturan Taurat di Perjanjian Lama yang mengatur kehidupan umat Israel dimana Sabat dijadikan hari peristirahatan dan hari ibadah mereka kepada Allah. Namun dalam perkembangan selanjutnya, pemimpin-pemimpin agama Yahudi ini menjadikan hari Sabat sekadar peraturan yang harus ditaati tanpa tujuan dan makna yang jelas.

Yesus tidak menentang peraturan hari Sabat. Namun, Yesus menegaskan bahwa hari Sabat itu diberikan Allah kepada manusia untuk kebutuhan manusia yaitu kebutuhan untuk beristirahat, untuk beribadah, dan untuk bersekutu dengan Allah. Itulah inti hari Sabat. Itu sebabnya, ketika para murid lapar pada hari Sabat, mereka menggisar gandum supaya bisa memakan bulir-bulirnya (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">1). Mereka tidak melanggar hari Sabat karena yang mereka lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka saat itu. Contoh masa lampaunya adalah Daud dan pengikutnya yang makan dari roti sajian. Itu juga sebabnya mengapa Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya pada hari Sabat, karena Sabat untuk manusia, dan di situ ada manusia yang memerlukan pertolongan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">9-10).

Dasar lain adalah ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat’ (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">5). Jadi, bukan peraturan itu sendiri yang mengikat mati, tetapi Tuhan yang menciptakan Sabatlah yang menjadi patokannya. Oleh sebab Tuhan sang empunya Sabat berbuat baik pada hari Sabat, maka ‘karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat’ (Mat. 12:12b).

Renungkan: Semua hari Tuhan ciptakan untuk kebaikan kita. Hari Minggu Tuhan ciptakan agar kita memuliakan dan menikmati Dia!

(0.15) (Kis 16:11) (sh: Jalan salib penuh penderitaan (Jumat, 27 Mei 2005))
Jalan salib penuh penderitaan


Banyak orang Kristen beranggapan bahwa ketaatan pada visi menyaksikan Injil akan membuahkan hasil gemilang. Kenyataannya tidak selalu demikian. Sejarah gereja menunjukkan banyak misionaris yang ditolak, dianiaya, bahkan tidak sedikit yang dibunuh.

Pelayanan Paulus di Filipi pada minggu-minggu pertama diterima dengan baik. Paulus sengaja mengunjungi rumah ibadat Yahudi yang ada di kota itu. Selain bertemu dengan orang-orang Yahudi, mereka juga berjumpa dengan orang-orang nonyahudi yang ikut beribadah. Sejumlah orang bertobat termasuk Lidia, yang kemudian memberikan tumpangan bagi rombongan ini (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">13-15). Namun, Iblis tidak senang dan berupaya menghambat pelayanan mereka. Pertama, Iblis memakai roh tenung untuk mengganggu pelayanan Paulus dan Silas (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">16-17). Paulus mengatasi serangan ini dengan mengusir roh jahat yang merasuk seorang hamba perempuan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">18). Kedua, Iblis memakai pemilik hamba perempuan itu untuk memelopori penganiayaan Paulus dan Silas. Karena kehilangan penghasilan, mereka menghasut penduduk Filipi untuk menganiaya Paulus dan Silas serta melemparkannya ke penjara. Mereka lebih mengutamakan uang daripada jiwa hamba perempuan itu (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">19-24). Apakah visi Makedonia telah gagal?

Pertanyaan serupa muncul tatkala kita mengalami tantangan berat dalam pelayanan. Yaitu, ketika gereja ditutup, dirusak, dan dibakar; orang Kristen dianiaya, dipenjara, bahkan dibunuh. Apakah ini berarti Iblis yang menang? Atau adakah rencana-Nya yang belum diungkapkan bagi anak-anak-Nya? Apa yang harus kita lakukan? Ingatlah bahwa Allah tetap berdaulat, walau kita tidak mengerti sekarang. Pikullah salib sama seperti Kristus telah memikul salib sebagai bukti penyerahan-Nya akan kehendak Allah.

Renungkan: Saat penderitaan menyapa kita, ketahuilah bahwa Dia pernah melaluinya. Tuhan tidak membiarkan kita sendirian. Ia ada di sisi kita saat ini untuk menguatkan kita.

(0.15) (Kis 17:16) (sh: Berbagi Injil dengan orang terdidik (Selasa, 31 Mei 2005))
Berbagi Injil dengan orang terdidik


Di mana-mana berita Injil tetap sama. Allah mengasihi dunia yang berdosa dan memberikan Kristus untuk keselamatan mereka. Namun, cara memberitakan Injil harus disesuaikan dengan konteksnya.

Atena adalah kota terpelajar dan kota religius. Selain ada kumpulan orang Yahudi, di Atena terdapat banyak pengikut filsafat tertentu dan penyembah berhala. Paulus menyapa masing-masing kelompok sesuai dengan konteks masing-masing (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">16-18). Oleh karena memberitakan sesuatu yang baru, Paulus mendapat kesempatan membagikannya di sidang Areopagus (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">19-21). Di sini kita melihat strategi penginjilan Paulus yang peka konteks dan memanfaatkan pengetahuan iman mereka akan wahyu umum. Pertama, Paulus tidak mengecam berhala-berhala sesembahan mereka. Sebaliknya, ia memakai salah satu berhala yang tidak bernama untuk memperkenalkan Allah yang disembahnya (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">22-23). Kedua, Paulus memperkenalkan Allah sebagai Sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Dia berdaulat penuh atas segala ciptaan-Nya, termasuk manusia. Hidup manusia berasal dari dan bergantung penuh kepada Allah (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">24-28). Ketiga, Paulus memperkenalkan cara beribadah yang benar di hadapan Allah yang Mahabesar. Ibadah yang benar bukan dengan menyembah berhala melainkan dengan menjalani kehidupan yang kudus yang berkenan kepada-Nya. Kehidupan itu harus dipertanggungjawabkan satu kali kelak di hadapan Dia yang telah membangkitkan Kristus (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">29-31). Hasil pemberitaan Injil itu terbagi dua. Ada yang menolak Injil, tetapi tidak sedikit juga mereka yang bertobat (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">32-33).

Di balik sikap kritis bahkan sinis orang-orang terpelajar, ada kebutuhan batin yang membuat mereka mencari-cari kebenaran. Kita harus belajar peka akan konteks dan kebutuhan orang-orang di sekitar kita sehingga pemberitaan Injil kita tepat cara dan sasarannya.

Camkan: Roh Kudus mengurapi anak Tuhan yang mempersiapkan diri dengan baik untuk memberitakan Injil-Nya.

(0.15) (1Kor 14:26) (sh: Tertib dan sopan (Senin, 29 September 2003))
Tertib dan sopan

Apa tujuan diadakannya aturan-aturan dalam hidup manusia? Ketertiban, keteraturan, kesopanan, dan seterusnya. Jelas bahwa aturan diadakan agar segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur, tidak serampangan. Tetapi dalam kenyataannya kita sering menjumpai peristiwa-peristiwa yang "mengenaskan" yang terjadi karena aturan yang ada tidak diberlakukan semestinya. Misalnya, para wakil rakyat di MPR dan DPR yang bersikap brutal selama persidangan (seperti baku pukul). Dari contoh ini kita dapat menilai bahwa aturan diadakan untuk dilanggar!

Friksi yang terjadi di jemaat Korintus sudah tidak dapat disembunyikan. Karena persaingan itu dinyatakan secara terang- terangan dalam pertemuan ibadah jemaat. Semua kelompok ingin sekali menonjol dengan cara yang meremehkan serta mengganggu kelompok lainnya. Kelompok yang satu ingin mendominasi sementara kelompok yang lain juga tidak mau mengalah. Orang berbahasa roh tidak lagi memedulikan apakah orang lain mengerti atau tidak (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">27). Kelompok yang memiliki karunia bernubuat juga tidak bisa menahan diri. Semua ingin memperoleh kesempatan dan waktu yang sama untuk menyampaikan kehendak Tuhan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">29-33). Ditambah lagi dengan kehadiran kelompok perempuan -- yang rupanya di masyarakat Yunani-Romawi tidak pernah mendapat peran, perhatian serta menjadi kelompok yang harus selalu bungkam. Mereka juga menuntut kesempatan untuk tampil di pertemuan jemaat (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">34,35).

Pertemuan jemaat yang mestinya berpusat kepada Allah, dan seharusnya orang hadir dengan sikap takzim, sekarang sudah berubah menjadi ajang manusia menampilkan diri. Bukan kesejahteraan dan berkat yang mereka terima tetapi sikap bermusuhan yang menyakitkan.

Renungkan: Sikap beribadah yang tertib dan sopan menjadi salah satu petunjuk bahwa kita sungguh-sungguh menghormati Tuhan kita.

(0.15) (1Tim 3:8) (sh: Syarat bagi penilik jemaat (Rabu, 12 Juni 2002))
Syarat bagi penilik jemaat

Penilik jemaat (episkopos) pada waktu itu adalah tuan rumah darijemaat yang beribadah di rumahnya, dan karena itu menjadi pengawas/penilik atas pertemuan jemaat di sama (jabaran ini berkembang menjadi penatua seperti yang ada pada gereja masa kini). Namun, harus diingat, jabatan ini adalah jabatan yang diangkat/dipilih. Rasul Paulus menasihatkan Timotius dan jemaat agar tugas ini tidak diberikan kepada sembarang orang. Memang melayani Tuhan adalah suatu panggilan terhormat dan juga indah (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">1). Maka, harus ada syarat atau kriteria yang khusus untuk orang dipilih ke dalam pelayanan ini. Syarat-syarat tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok.

Kelompok pertama adalah kesempurnaan moral: "tidak bercacat" (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">2a). Ia harus suami dari satu istri, juga dapat menahan diri/emosi (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">2a). Juga bukan peminun, pemarah apalagi "hamba uang" (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">3). Kehidupannya pun harus telah menjadi kesaksian yang baik di luar jemaat supaya pelayanan keseluruhan jemaat tidak tercemar karena reputasi penilik jemaat yang cacat (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">7). Yang kedua, ia juga harus mempunyai sifat-sifat positif yang tepat. Ia bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">2), peramah dan pendamai (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">3). Ia juga telah membuktikan kepemimpinannya di dalam keluarganya sendiri (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">4-5) supaya ia betul-betul dapat menjadi pemimpin jemaat, yaitu keluarga Allah. Ketiga, adalah kedewasaan rohani. Seseorang yang baru bertobat tidak dapat menjadi pemimin jemaat, "agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis." (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">6)

Renungkan: Jika Anda menganggap syarat-syarat ini terlalu ketak, akan menolong untuk mengingat bahwa beberapa perusahaan menerapkan syarat yang jauh lebih ketat bagi para eksekutifnya. Syarat penilik jemaat ini berasal dari Allah, karena Ia ingin yang terbaik bagi gereja-Nya, dan Roh-Nyalah yang akan mempersiapkan orang yang tepat. Bagi kita, Kristen dipanggil untuk menerapkan disiplin rohani yang murni dalam gereja kita, karena dasar kepemimpinan yang unik dan menghasilkan jemaat yang baik pula, timbal-balik.

(0.15) (1Tim 4:1) (sh: Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (Jumat, 14 Juni 2002))
Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan

Kata "sesat" biasanya dihubungkan dengan tingkah laku dan ajaran yang aneh, mengerikan, penuh hawa nafsu, dll. Tetapi, di sini Paulus menunjuk pada suatu pengajaran sesat yang menekankan hidup melajang dan peraturan-peraturan tentang makanan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">4:3); hal-hal yang justru tampak mulia dan bersih. Ajaran "setan-setan" ternyata (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">1) juga dapat mengenakan jubah yang kelihatannya putih bersih.

Semuanya ini sangat menyedihkan. Paulus menyatakan bahwa makanan, bahkan juga seksualitas adalah ciptaan Tuhan. Semua yang Tuhan ciptakan adalah baik jika diterima dengan ucapan syukur (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">4) karena "semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">5). Tetapi, para pengajar itu memutarbalikkannya dengan menyatakan bahwa apa yang baik yang berasal dari Tuhan itu justru jahat. Ini sama sesatnya dengan menyatakan bahwa apa yang jahat adalah baik. Keduanya sama-sama mengabaikan, bahkan melawan dan melecehkan apa yang telah Allah buat dan nyatakan bagi umat-Nya.

Ada beberapa hal yang perlu Timotius perhatikan agar ia dapat menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik. Pertama, kata "terdidik" di sini artinya tidak hanya telah menerima pengajaran, tetapi juga dalam arti memiliki hidup yang berakar dalam "soal-soal pokok iman … dan … ajaran sehat" (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">6). Kondisi hidup seperti inilah yang selayaknya dimiliki oleh seorang pelayan Kristus. Kedua, seorang pelayan Kristus melatih dirinya beribadah. Makna dari kata "ibadah" di sini lebih menunjuk pada arti cara hidup yang mencirikan kehidupan Kristen sejati; tidak sekadar apa yang dilakukan di dalam tempat ibadah (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">7-8). Ibadah ini mengandung janji (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">8) dari Tuhan. Ketiga, pengharapan pada janji itulah yang menjadi dasar bagi seorang pelayan untuk berjerih-payah dan berjuang. Semua ini adalah bagian dari disiplin seorang pelayan Kristus.

Renungkan: Menjadi Kristen berarti menjadi pelayan Kristus. Renungkan seberapa jauh Anda telah melatih kehidupan Anda dalam hal-hal di atas.

(0.15) (Ibr 2:1) (sh: Yesus lebih rendah demi manusia (Selasa, 19 Juli 2005))
Yesus lebih rendah demi manusia

Penulis serius mengingatkan para pembaca suratnya supaya jangan membiarkan diri disesatkan ajaran yang menyimpang dari kebenaran Injil karena akan mengakibatkan kebinasaan (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">1). Tuhan Yesus sendiri yang mula-mula mewartakan Injil keselamatan itu dan kemudian diteruskan para murid-Nya. Kesaksian mereka diteguhkan Allah dengan tanda dan mukjizat (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">4). Kalau pelanggaran terhadap Taurat Tuhan yang disampaikan-Nya melalui para malaikat-Nya mengakibatkan umat Israel binasa, celakalah orang yang menolak dan menyia-nyiakan keselamatan yang diwartakan Anak Allah (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">2-3).

Keselamatan ini ditujukan untuk manusia, bukan untuk para malaikat. Agar manusia bisa mengerti dan merespons dengan benar Injil keselamatan ini, Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya menjadi manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia sesaat lebih rendah daripada para malaikat. Hal ini adalah suatu paradoks: Tuhan Yesus yang lebih tinggi dari semua makhluk ciptaan, demi manusia yang lebih rendah tingkatannya daripada malaikat (ayat hukum+beribadah&tab=notes" ver="">6), untuk sesaat rela merendahkan diri-Nya menjadi manusia (7a). Semua itu dilakukan-Nya agar manusia berdosa diangkat kembali ke dalam kemuliaan semula ketika ia diciptakan. Oleh karena itu, Allah menghormati Tuhan Yesus dan mengembalikan kemuliaan-Nya mengatasi semua makhluk ciptaan (7b-9).

Injil memang menyajikan paradoks, demi menyelamatkan manusia dari binasa kekal, Tuhan Yesus rela binasa tubuh. Namun, Dia dibangkitkan dan dimuliakan oleh Allah. Demikian juga dengan kita, hanya pada saat kita merendahkan diri dan menerima anugerah keselamatan-Nya, kita dikembalikan kepada kemuliaan semula oleh kasih karunia-Nya. Maka seharusnya kita yang sudah dimuliakan harus terus menerus meninggikan Dia yang Maha Mulia!

Renungkan: Kemuliaan Kristus nyata saat Ia merendahkan diri untuk menjamah manusia yang hina. Kemuliaan manusia nyata ketika ia sujud beribadah kepada-Nya.

(0.15) (1Yoh 2:18) (sh: Tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran (Rabu, 6 Desember 2000))
Tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran

Suatu malam seorang gadis cilik sedang berada di kamar tamu, tiba- tiba ia memecahkan pajangan porselen yang ditempatkan di sebuah rak. Ia sangat ketakutan dan segera menyelinap ke luar sebelum seorang pun memergokinya. Ketika ia bermaksud menyembunyikan kesalahannya, ia teringat ajaran ibunya bahwa dusta adalah dosa. Setelah ia merenungkannya, ia menceritakan semua kejadian itu kepada ibunya.

Dusta bukan sekadar perkataan tidak jujur seperti perenungan gadis cilik di atas, namun dusta adalah segala bentuk penyangkalan terhadap kebenaran, karena itu pendusta adalah musuh Allah. Di dalam dirinya tidak ada kebenaran dan segala tindakannya melawan kebenaran, inilah yang disebut antikristus. Mereka menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus dan berarti mereka pun menyangkal Allah Bapa yang mengutus-Nya (12-13). Kapan antikristus mulai muncul? Sebelum surat Yohanes ditulis pun sudah banyak antikristus (18). Sepintas mereka tidak dapat dibedakan dari orang benar, karena mereka termasuk `jemaat' (19). Mereka mungkin beribadah, melayani, mengajar, dan berdoa bersama-sama orang benar. Tetapi sesungguhnya mereka tidak sungguh-sungguh orang benar. Mereka menentang Kristus, menyesatkan dengan pengajaran yang menyimpang dari kebenaran, dan mereka adalah pendusta.

Apakah antikristus dapat dibedakan dari orang benar? Orang yang mengetahui kebenaran dapat membedakan mana kebenaran dan mana pendusta (21). Setelah kita mengetahui, kita dapat bersikap waspada terhadap ajarannya. Pengajar kita hanyalah satu yaitu Yesus Kristus yang telah nyata kebenaran-Nya dalam firman-Nya. Kita harus tetap berpegang kepada kebenaran firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus, sehingga kita tidak disesatkan oleh berbagai pengajaran yang tidak benar. Dengan tetap tinggal di dalam firman, berarti kita tinggal di dalam Yesus, dan kita akan memiliki hidup yang kekal.

Renungkan: Kristen yang sungguh-sungguh belajar firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari tidak akan tergoyahkan oleh ajaran- ajaran yang menyesatkan, karena ia dapat membedakan dusta dan kebenaran. Jadilah Kristen yang profesional, yang sungguh-sungguh mengerti mengapa Anda menjadi Kristen!

(0.14) (Yeh 20:11) (ende)

Jang disindir ialah hukum Taurat digunung Sinai.

(0.14) (Rm 7:1) (ende: Mahir)

orang Romawi terkenal sebagai ahli hukum.

(0.14) (Rm 13:8) (ende: Memenuhi hukum)

Menurut aslinja dengan "hukum" disini dimaksudkan segala matjam hukum, bukannja hukum taurat sadja. Itu pula dikesankan dalam ungkapan "dan segala perintah manapun lagi" dalam ajat berikut.

(0.13) (Im 8:35) (ende)

Kurang terang kewadjiban-kewadjiban (hukum-hukum) mana jang dimaksudkan, tetapi kiranja menjangkut ibadah.

(0.13) (Ibr 7:12) (ende: Perubahan hukum)

Kalau imamat dan ibadat Perdjandjian Lama telah dibatalkan, seluruh hukum taurat harus dibaharui.

(0.13) (Yak 4:12) (ende)

Malah lebih dari itu: merendahkan hukum Allah berarti merendahkan Allah sendiri, pembikin hukum itu.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA