Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 271 ayat untuk anak yang tua AND book:[1 TO 39] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.30) (Ul 27:11) (sh: Dua belas kutuk (Jumat, 9 Juli 2004))
Dua belas kutuk

Tekad untuk menjunjung hukum-hukum Allah dapat diungkapkan dari sisi negatif yaitu kesehatian menolak dan mengutuk tindakan yang melawan hukum-hukum Allah. Dalam bagian ini, kebulatan tekad mengutuki dosa umat dipimpin oleh orang Lewi. Seluruh umat bersehati menyatakan penolakan mereka atas dosa.

Dua belas ucapan kutuk yang diucapkan oleh sebagian suku Israel di gunung Ebal dan Gerizim merupakan suatu pernyataan bahwa ikatan perjanjian antara TUHAN dan Israel kudus dan serius. Dua belas ucapan kutuk ini bukan suatu uraian lengkap menyeluruh mengenai larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Israel, tetapi merupakan beberapa sikap dasar yang harus dipelihara sebagai bagian kesetiaan mereka terhadap perjanjian Sinai. Perjanjian Sinai menyatakan Allah dan Israel terikat dalam suatu perjanjian.

Pengelompokkan kedua belas ucapan kutuk tersebut sbb.: Pertama, ucapan kutuk terhadap pelanggaran hukum pertama dan kedua dari sepuluh hukum Allah (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">15). Diletakkan paling atas karena merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Allah sendiri. Kedua, ucapan kutuk terhadap pelanggaran dari hukum yang mengatur kehidupan dengan sesama (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16-25). Sikap yang dikutuk adalah sikap melecehkan orang tua, sesama saudara, harta milik sesama, kekudusan pernikahan, dan nyawa sesama manusia. Ketiga, ucapan kutuk terhadap pelanggaran pasif hukum Taurat (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">26). Hukum Taurat tidak saja untuk tidak dilanggar melainkan untuk diterapkan dalam perilaku setiap hari.

Kita bersyukur, di dalam Tuhan Yesus tidak ada lagi kutukan yang menimpa kita, karena pengampunan-Nya bersifat tuntas. Pengampunan-Nya memampukan kita untuk belajar apa yang Allah harapkan untuk kita lakukan dan tidak lakukan sebagai anak Tuhan.

Renungkan: Ketika umat Allah berkumpul berbakti bersama, penting sekali menyatukan hati dan tekad untuk melakukan kebenaran dan untuk menolak segala bentuk kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum Allah.

(0.30) (Kej 18:1) (jerusalem) Dalam sadurannya yang terakhir kisah yang berasal dari tradisi Yahwista ini menceritakan suatu penampakan Tuhan, Kej 18:1,10-11,13,22. Tuhan didampingi dua "orang" yang menurut Kej 19:1 adalah dua malaikat. Teks kisah itu kurang menentukan (seperti juga terasa dalam varian-varian yang terdapat dalam Pentateukh orang Samaria dan dalam terjemahan Yunani): kadang-kadang pelakunya hanya satu orang saja (dipakai bentuk tunggal) dan kadang-kadang pelakunya ada beberapa orang (pakai bentuk jamak). Dalam diri tiga orang yang oleh Abraham disapa sebagai satu (Tuhanku) sejumlah besar pujangga Gereja melihat tersingkap rahasia Allah Tritunggal yang sepenuh-penuhnya dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Ceritera ini menyiapkan kisah yang termuat dalam bab berikut, Kej 18:19, yaitu kisah mengenai ilahi. Si Yahwista memanfaatkan (sambil menyadurnya seperlunya) sebuah hikayat tua mengenai penghancuran Sodom. Dalam hikayat itu berperanlah tiga tokoh ilahi. Hikayat tua itu menjadi bagian inti suatu rangkaian ceritera tentang Lot. Kemudian ceritera-ceritera itu dikaitkan pada riwayat Abraham.
(0.30) (Bil 11:4) (sh: Bahaya kerakusan (Rabu, 20 Oktober 1999))
Bahaya kerakusan

Nafsu rakus sangat berbahaya, baik bagi pribadi maupun masyarakat. Nafsu serakah yang mula-mula hanya menguasai beberapa orang mampu mencemari seluruh bangsa dalam waktu singkat (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4, 10). Hal ini juga membuahkan "keberanian besar" untuk mengundang kembali murka Allah yang baru saja akan menghanguskan mereka (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1-3). Karena dikuasai nafsu serakah itu, maka mereka hidup di dalam 'halusinasi' (bayang-bayang). Hidup di Mesir yang penuh kesengsaraan, diingatnya sebagai hidup penuh kemakmuran (bdk. Kel. 2:23-24). Itulah kekuatan nafsu serakah.

"Bersungut-sungut" selalu dosa? Musa bersungut-sungut kepada Tuhan karena merasa bahwa tanggungjawabnya terlalu berat. Emosi dan keputusasaannya sudah mencapai puncaknya, sehingga ia meminta Allah untuk membunuhnya. Respons Allah terhadap Musa sungguh sangat mengejutkan. Allah tidak murka, sebaliknya tujuh-puluh tua-tua diangkat untuk memikul tanggung jawab bersama Musa. Mengapa Allah tidak murka? Karena ada motivasi murni di balik sikap Musa yang ingin mengungkapkan kekesalannya terhadap pemberontakan Israel yang terus-menerus dan mengungkapkan kebutuhannya yang nyata, jadi bukan karena nafsu serakah.

Renungkan: Apakah motivasi ini yang melatarbelakangi sikap bersungut-sungut dalam kehidupan Anda?

(0.30) (1Sam 4:1) (sh: Karena A, maka pasti B? (Sabtu, 2 Agustus 2003))
Karena A, maka pasti B?

Karena Anda cantik/ganteng, maka anak Anda hidup bahagia. Benarkah pernyataan ini? Tentu saja tidak. Orang Romawi bilang: 'non sequitur'; "tidak mengikuti". Pernyataan kegantengan atau kecantikan fisik orang tua tidak dapat dijadikan sebab, lalu 'diikuti' oleh pernyataan bahwa anak orang tersebut bahagia sebagai akibatnya. Tidak ada hubungannya, dan tidak bisa dihubung-hubungkan.

Sayang, istilah Latin itu tidak dikenal orang Israel. Karena kira- kira justru demikianlah cara mereka waktu itu berpikir. Mereka berpikir jika tabut perjanjian Allah dibawa ke medan perang, pasti Allah akan memenangkan mereka (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3). Siapa tahu, seperti yang ditakutkan Filistin (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-8), karenanya Allah bertindak seperti pada saat Israel keluar dari Mesir. Non sequitur. Dari perspektif teologi PL, hal pemberian kemenangan bagi Israel dalam peperangan bersangkut paut dengan kedaulatan dan kekudusan Allah sendiri, serta ketaatan umat. Kekalahan adalah hukuman Tuhan. Kekalahan Israel yang dahsyat menjadi bukti ketidakberkenanan Allah (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10-11). Melalui peristiwa ini pula firman Tuhan mengenai penghukuman terhadap Eli dan keluarganya digenapi (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">11-22). Istri Pinehas memberikan kesimpulan yang tepat: dengan berbuat demikian, justru Israel kehilangan kemuliaan (ayat 21- 22).

Apa yang dilakukan Israel mirip dengan apa yang sering dilakukan Kristen masa kini. Kadang "klaim" akan janji Tuhan berubah menjadi pemerasan terhadap Allah: kita menjebak Allah dengan menaruh janji firman tertentu untuk menghadapi masalah kita. Kita anggap Allah pasti tidak mau dipermalukan karena janji-Nya "tidak digenapi." Padahal, upaya jebak-paksa rohani ini sering berakar dari pengertian salah tentang janji atau firman tersebut. Seharusnya Kristen selalu ingat bahwa Allah tidak bisa dipaksa.

Renungkan: Keyakinan tentang kedaulatan, kasih, keadilan Allah akan mengajarkan kita berserah bukan memaksa Allah.

(0.30) (1Raj 20:35) (full: ROMBONGAN NABI )

Nas : 1Raj 20:35

(versi Inggris NIV -- para putra nabi). Mereka adalah murid para nabi yang sedikit banyak telah dibina oleh para nabi yang lebih tua dan berpengalaman seperti Elisa (bd. 2Raj 2:3,5,7,15; 4:1,38; 5:22; 6:1; 2Raj 9:1). Mereka berhubungan dekat dengan nabi pemimpin mereka, menentang penyembahan Baal, dan mengajarkan ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan Allah. Mereka dikenal karena bernubuat dengan kuasa Roh.

(0.30) (Yeh 8:1) (sh: Agama alternatif (Senin, 23 Juli 2001))
Agama alternatif

Peristiwa yang terdapat dalam pasal anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">8 terjadi pada suatu masa dimana Yehezkiel sudah menjadi nabi atas orang-orang buangan di Babel, lebih kurang empat belas bulan setelah penglihatan pertama. Di hadapan para tua-tua Yehuda, kekuasaan Tuhan Allah meliputinya dan ia kembali menerima penglihatan dari Allah. Penglihatan itu memaparkan perzinahan rohani yang terjadi tepat di tengah-tengah pusat ibadah bangsa Israel yaitu Bait Allah.

Kepada Yehezkiel diperlihatkan 4 penglihatan tentang agama alternatif bangsa Israel yaitu ilah lain yang disembah secara sembunyi-sembunyi sementara mereka masih menyembah Allah. Pertama, bangsa Israel meletakkan berhala cemburuan di dekat jalan masuk gerbang mezbah (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6). Kedua, 70 tua-tua Israel secara sembunyi- sembunyi menyembah gambar-gambar berhala menjijikkan yang terukir pada tembok (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-13). Ketiga, para perempuan pun terlibat dalam penyembahan berhala bahkan mereka sampai menangisi Tamus, dewi alam yang dilambangkan dengan taman dan cinta romantis. Keempat, para imam pun menyembah matahari dengan membelakangi Allah (ayat 16).

Apa yang mereka lakukan bukanlah perkara kecil di hadapan Allah (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17) sebab tindakan mereka telah membuat kemuliaan Allah tidak ada lagi di dalam Bait Allah. Yehezkiel melihat kemuliaan Allah telah berada di tempat lain (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4). Dari perjalanan penglihatan Yehezkiel, ada peringatan keras bagi umat Tuhan. Allah mengetahui setiap bentuk agama alternatif dalam kehidupan rohani umat-Nya sekalipun tersembunyi atau bahkan ditutupi dengan ibadah mereka di Bait Allah. Ini juga menyebabkan Allah undur dari kehidupan umat-Nya secara diam-diam sehingga ketika mereka menyadarinya semuanya sudah terlambat (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18). Akibat puncak dari memiliki agama alternatif adalah kehancuran atas diri sendiri karena penghukuman Allah (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18).

Renungkan: Pada masa kini agama alternatif ini dapat berbentuk uang, jabatan, karier, ilmu pengetahuan, partai politik, dlsb. Agama alternatif ini seringkali tertutup dengan kehidupan ibadah kita di gereja masing-masing sehingga tidak ada yang tahu. Ingatlah bahwa agama alternatif bukan masalah kecil di hadapan-Nya dan Ia akan menjatuhkan hukuman atas kita. Mintalah pada Tuhan untuk menyatakan kepada kita agama alternatif apa yang kita miliki dan segera tinggalkan.

(0.30) (Ul 26:5) (jerusalem: Kemudian engkau harus menyatakan ....) Pengakuan iman yang tercantum dalam Ula 26:5-9 ini meringkaskan sejarah penyelamatan yang berpusatkan pembebasan Israel dari negeri Mesir. Unsur-unsur pengakuan ini dijumpai juga dalam "pengakuan-pengakuan iman" yang terdapat dalam Ula 6:20-23 dan (dengan beberapa tambahan) dalam Yos 24:1-13; Neh 9:7-25. Titik berat pengakuan-pengakuan iman itu terletak pada pemberian tanah yang berlimpah susu dan madunya, Ula 26:9. Ini sesuai dengan penyataan iman yang bersangkutan dengan persembahan hasil bumi pertama. Pengakuan iman itu sama sekali tidak sampai menyebut peristiwa-peristiwa yang terjadi di gunung Sinai. Tetapi ini tidak membuktikan bahwa pengakuan iman itu berasal dari sebuah-tradisi yang tidak tahu akan peristiwa-peristiwa itu. Nas ini tentu tidak terlalu tua usianya dan pengumuman hukum Taurat tidak menjadi pusat perhatiannya.
(0.30) (Hak 5:1) (jerusalem) Nyanyian Debora ini adalah salah satu sajak yang paling tua dalam seluruh Kitab Suci. Diciptakan tidak lama sesudah kejadian yang dimasyhurkan olehnya. Ia adalah sebuah nyanyian kemenangan yang diberi kerangka puji-pujian. Lagu ini meluhurkan perang suci di mana Tuhan berperang dengan musuh umatNya, Hak 4:20-21,23 yang merupakan lawan Tuhan sendiri, Hak 5:31. Lagu itu memuji suku-suku yang menanggapi seruan Debora, sementara mencela suku-suku yang enggan turut berperang. Nama suku-suku yang disebut membingungkan sedikit. Makhir disebut padahal Manasye tidak muncul, Hak 4:14 orang Gilead tampil di mana semestinya suku Gad disebut Hak 5:17; Meros, Hak 5:23, tidak pernah disebut di antara suku-suku Israel; Yehuda dan Simeon tidak muncul sama sekali, entah karena menyendiri di bagian selatan negeri, entah karena belum menggabungkan diri dengan persekutuan suku-suku Israel.
(0.30) (2Raj 4:8) (sh: Jadilah seperti Elisa atau Gehazi (Jumat, 19 Mei 2000))
Jadilah seperti Elisa atau Gehazi

Pelayanan Elisa di kalangan masyarakat Israel terus berlanjut. Kali ini ia bertemu dengan seorang perempuan kaya, yang mampu memberi makan Elisa setiap kali Elisa melakukan perjalanan. Ia bahkan mampu membuatkan sebuah kamar batu lengkap dengan perabotannya. Dari apa yang ia lakukan, tidak hanya membuktikan bahwa ia kaya, namun juga baik hati dan penuh perhatian terhadap kepentingan orang lain.

Keadaan perempuan itu menunjukkan bahwa seakan-akan ia tidak membutuhkan apa-apa lagi. Ia tidak membutuhkan pertolongan orang lain, dan tidak kekurangan apa pun. Itulah sebabnya ketika Elisa bertanya "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu?", perempuan itu menjawab "Aku ini tinggal di tengah-tengah kaumku" yang artinya, aku ini sudah cukup dan tidak kekurangan sesuatu pun. Apakah benar bahwa ia tidak memerlukan apa pun dari Elisa yang mewakili Allah? Ternyata tidak! Masih ada yang ia butuhkan yang ia sendiri tidak mungkin dapat memenuhinya, yaitu seorang anak, karena suaminya sudah tua. Gehazi, abdi Elisa, dengan jeli melihat kebutuhan perempuan itu - suatu kebutuhan yang oleh perempuan kaya itu sendiri sudah dilupakan atau tidak diakuinya lagi.

Allah melalui hamba-Nya, Elisa, memenuhi kebutuhan perempuan itu walaupun pada mulanya perempuan itu meragukannya. Ketika anaknya yang sudah besar itu mati mendadak, barulah perempuan kaya itu menyadari bahwa ada kebutuhan dalam dirinya yang tidak mungkin dipenuhi oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu ia pun datang kepada 'pihak' yang tepat yaitu Allah melalui hamba-Nya, Elisa. Karena dahulu Allahlah yang membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kini ketika anaknya mati, walaupun nampaknya tidak mungkin, ia akan minta supaya anaknya dihidupkan kembali. Dan memang benar anaknya hidup kembali. Mukjizat melalui Elisa menegaskan bahwa Allahlah Sang Pemberi dan Penguasa hidup, dan inilah yang paling dibutuhkan oleh perempuan Sunem yang secara materi tidak kekurangan apa pun.

Renungkan: Masih banyak jiwa seperti perempuan Sunem yang tidak membutuhkan apa pun, namun membutuhkan kehadiran Sang Pemberi dan Penguasa hidup yaitu Yesus Kristus. Kita bisa berperan seperti Gehazi jika tidak mempunyai kemampuan berperan seperti Elisa.

(0.29) (Pkh 1:1) (sh: Arti hidup (Rabu, 29 September 2004))
Arti hidup

Ada sebuah kisah tentang seorang misionaris tua yang pada masa mudanya mengembara ke berbagai negara di dunia ini untuk menemukan arti hidupnya. Akan tetapi, ia tidak memperoleh arti hidup yang dicarinya itu, sebaliknya ia justru "ditemukan" oleh Tuhan. Pada waktu Tuhan menemukannya misionaris itu pun mendapatkan arti hidupnya. Sekarang ia melayani Tuhan dan mendapati bahwa sebenarnya, arti kehidupan adalah jika kita berjalan dalam kehendak Allah.

Raja Solomo yang diyakini banyak penafsir Alkitab sebagai penulis kitab Pengkhotbah (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1,12) menyatakan bahwa semua kegiatan manusia dan "gerakan" alam di dunia adalah kesia-siaan karena peristiwa itu merupakan aktivitas berulang yang membosankan (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3-7). Bahkan isi hikmat dan ajaran pengetahuan dunia ini merupakan pengulangan dari ilmu yang pernah ada sebelumnya dan yang pada akhirnya akan dilupakan (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9-11). Menurut Raja Salomo hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang mulia seperti hikmat dan pengetahuan dunia sekalipun tetap merupakan kesia-siaan dan tak dapat memahami hidup (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">8,18).

Kita perlu mengerti adanya keterbatasan-keterbatasan dalam hidup ini yang tidak mampu kita hindari, seperti kematian, proses menjadi tua, dsb. Maka kita pun harus mengetahui apa yang dapat kita kerjakan untuk dicapai dalam kehidupan ini. Kita mungkin beranggapan bahwa kesuksesan, kekayaan, kesehatan, paras cantik/tampan, kepintaran dan ketenaran dapat memberi kita kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup ini. Namun, pandangan ini tidak selalu tepat sebab semua hal tersebut mungkin memberikan kita kelimpahan materi dan status sosial di masyarakat, tetapi belum tentu menghasilkan kebahagiaan dan kepuasan hidup yang benar. Sebaliknya, Tuhan Yesus menjanjikan damai sejahtera dan berkat yang "membuahkan" kebahagiaan serta arti hidup yang sesungguhnya, tersedia bagi siapa saja yang mau menerima-Nya dalam kehidupan ini (Yoh. 10:10).

Renungkan: Menikmati hidup tanpa Tuhan akan berakhir dengan kesia-siaan, sedangkan menjalaninya bersama Tuhan memperoleh damai.

(0.29) (Im 2:1) (jerusalem) Korban sajian bersama dengan persembahan hasil bumi pertama yang dianggap korban sajian juga, Ima 2:14-15, ialah suatu korban yang bahannya terdiri atas hasil bumi. Maka jelaslah korban ini berasal dari suatu bangsa yang menetap dan bertani. Di Israel korban itu mulai dipersembahkan setelah suku-suku Israel menetap di negeri Kanaan - Persembahan ukupan yang menyertai korban sajian adalah lazim pada bangsa-bangsa di sekitar Israel, khususnya pada bangsa Mesir. Dan korban ini barangkali lebih tua dari pada korban sajian. Korban sajian disamakan dengan korban bakaran dengan jalan membakar segenggam tepung yang disirami dengan minyak (zaitun) sebagai "korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan", Ima 1:9+. Biasanya korban sajian itu dipersembahkan sebagai pelengkap korban berdarah. Kalau demikian korban sajian dilengkapi dengan korban curahan air anggur, bdk Ima 23:13; Kel 29:40; Bil 15:5,7.
(0.29) (Ul 27:1) (jerusalem) Bab ini terdiri atas tiga unsur yang berbeda-beda, yakni: Ula 27:1-8; 27:9-10 dan Ula 27:11-26; 27:9-10 barangkali melanjutkan Ula 26:19. Kedua bagian lain merupakan sisipan. Dalam bagian-bagian ini tidak disajikan peraturan umum, tetapi dibebankan beberapa kebaktian yang bersangkutan dengan tempat kudus di Sikhem. Dengan disadur sedikit beberapa tradisi tua dimanfaatkan. Memang kitab Ulangan tidak mungkin menyuruh membangun mezbah di gunung Ebal (atau Gerizim), Ula 27:4 dst, dan hukum Taurat yang dituliskan pada batu-batu haruslah lebih singkat dari pada Kitab Hukum Ulangan yang dituliskan dalam sebuah kitab, bdk Ula 31:24-26. Upacara yang tercantum dalam Ula 27:11-26 juga tidak sesuai dengan hukum yang hanya mengizinkan satu tempat kudus saja.
(0.29) (Kel 30:22) (jerusalem) Peraturan-peraturan mengenai pemakaian minyak urapan ini (dan juga yang mengenai ukupan, Kel 30:34-38) berasal dari zaman agak belakangan. Semua imam diurapi dengan minyak kudus itu, sedangkan kaum awam tidak boleh diurapi dengannya. Dalam nas-nas tua mengenai sejarah bangsa Israel pengurapan dengan minyak (zaitun) khusus teruntuk bagi raja, 1Sa 10:1 dst; Kel 16:1 dst; 1Ra 1:39; 2Ra 9:6; 11:12. Pengurapan itu memberi raja ciri kekudusan, sehingga ia menjadi "orang yang diurapi Tuhan", 1Sa 24:7; 26:9,11,23; 2Sa 1:14-16; 2Sa 19:21. Dalam bahasa Ibrani "yang diurapi" ialah "Mesias", yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dengan "Kristos". Mazmur-mazmur kerap kali menyebut raja Daud serta keturunannya sebagai "Mesias". Gelar itu lalu menjadi gelar khusus bagi Raja di masa mendatang, yang pra-lambangnya ialah Daud. Perjanjian Baru memberi gelar itu kepada Yesus Kristus. Adapun para imam mereka rupanya baru diurapi di zaman penjajahan oleh orang Persia. nas-nas tua dari tradisi Para Imam berkata bahwa hanya imam besar diurapi dengan minyak kudus, Kel 29:7,29; Ima 4:3,5,16; 8:12. Baru kemudian juga imam-imam biasa diurapi secara demikian, Kel 30; 28:41; 40:15; Ima 7:36; 10:7; Bil 3:3.
(0.29) (Bil 25:1) (jerusalem) Ceritera kuno, Bil 25:1-5, mengandaikan keadaan historis yang sama seperti yang melatarbelakangi ceritera-ceritera mengenai Bileam, bdk Bil 22:36+. Tempat kudus bagi Baal-Peor, bdk Bil 23:28, terletak di perbatasan Israel dengan Moab. Kedua bangsa itu berziarah ke tempat kudus itu. Perempuan-perempuan Moab membujuk orang Israel, sehingga turut beribadat kepada dewa (dewata) mereka, bdk Bil 31:16. Bil 25:6-18 yang melalui Bil 25:18 dihubungkan dengan tempat kudus yang sama, berasal dari tradisi Para Imam. Tetapi tradisi Para Imam itu memanfaatkan sebuah tradisi lebih tua. Dalam ceritera tua itu tampil berperan seorang perempuan Midian. Suku Midian itu memang mengembara di seluruh kawasan itu, bdk Bil 22:4,7, jauh di luar wilayah mereka sendiri, bdk Kel 2:11+. Mereka juga berziarah ke tempat kudus yang sama. Ceritera ini menjadi alasan mengapa diceriterakan juga perang melawan Midian, Bil 31:1+. Tradisi mengenai Musa memandang baik suku Midian, bdk Kel 2:18+, tetapi dalam tradisi lain ini suku itu menjadi musuh Israel. Bdk Hak 7-9.
(0.29) (1Sam 9:1) (sh: Pemimpin Pilihan Tuhan. (Sabtu, 29 November 1997))
Pemimpin Pilihan Tuhan.

Samuel menaati pimpinan Tuhan untuk melantik seorang raja. Namun ia tidak tahu siapa yang harus diurapinya. Ia menunggu Tuhan menyatakannya. Pada waktunya Samuel diperintahkan mengurapi Saul. Alasan apa pun tua-tua Israel untuk memiliki seorang raja sama sekali tidak dipedulikan Tuhan. Tuhan memutuskan memilih raja karena Ia ingin membebaskan umat-Nya dari tangan bangsa Filistin (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16). Kesengsaraan umat secara keseluruhan inilah yang diperhatikan Tuhan.

Riwayat Saul. Dalam pemilihan pemimpin, yang dilihat pertama ialah riwayat hidupnya. Saul berasal dari keluarga berada (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1), kondisi fisik baik (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2). Ia hidup tanpa kepedulian sosial sehingga tidak mengenal siapa pemimpin bangsanya (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18). Kerohaniannya pun rendah. Di tengah kegagalannya mencari keledai yang hilang, pelayannya mengusulkan mencari seorang hamba Allah untuk meminta petunjuk (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6,9). Keengganan itu disebabkan juga oleh ketidaksediaan mengeluarkan biaya sedikit pun (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7). Karena pelayannya yang membayar, baru ia setuju untuk pergi (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">8). Tidak terlihat kesediaannya untuk berkorban.

Renungkan: Betapa pun hebatnya seorang pemimpin, jangan tempatkan ia sebagai pengganti Tuhan.

Doa: Untuk karakter para pemimpin.

(0.29) (Yes 3:1) (sh: Ketika Tuhan mengambil (Kamis, 9 Oktober 2003))
Ketika Tuhan mengambil

Dalam hidup ini, kita kadang mengalami kehilangan. Bisa disebabkan oleh sesuatu di luar kendali, seperti bencana alam atau karena ketidakadilan yang menimpa kita. Atau bisa juga terjadi karena kelalaian dan dosa kita. Jika yang terakhir merupakan kasusnya, kita tak mampu berbuat apa-apa karena kita hanya bisa menyesali segala perbuatan kita.

Begitulah kasus yang akan menimpa Yehuda. Mereka sudah melawan Tuhan, menentang Tuhan dengan dosa-dosa mereka. Tuhan memberikan nubuat melalui Yesaya bahwa Ia akan mengambil segala-galanya dari kehidupan bangsa Yehuda. Kehancuran Yehuda itu nyata jelas dengan hal-hal dahsyat yang akan menghantam umat Allah: [1] orang-orang yang masih belum bisa memimpin akan menjadi hakim, tua-tua, dan raja mereka (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4); [2] manusia akan memakan sesamanya dan strata sosial menjadi berantakan (ayat anak+yang+tua+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5); [3] kepemimpinan akan menjadi kosong -- tidak ada yang mau menjadi pemimpin dalam situasi yang hancur-lebur seperti itu (ayat 6-7). Kenyataan bahwa mereka disamakan dengan Sodom menunjukkan bahwa kehancuran tidak terelakkan.

Mulai ayat 13, suasana beralih ke dalam ruang sidang. Yahweh menjadi hakim dan jaksa yang mengajukan kasus melawan Yehuda. Yang menjadi lawan dalam persidangan itu adalah para penatua dan raja Yehuda, para pemimpin. Jelas sekali bahwa kehancuran Yehuda dimulai oleh para pengambil keputusan. Mereka berlaku tidak adil kepada orang-orang miskin. Namun, sekarang umat Allah pun telah berdosa. Karena itu, Allah akan mengambil kemegahan, kecantikan, keperkasaan, dan menggantikan semua itu dengan kehinaan yang tiada tara. Harinya jelas: "pada hari itu!"

Renungkan: Seorang rabi Yahudi tertawa ketika melihat Yerusalem yang telah hancur. Alasannya: kalau Yahweh yang Mahabaik menggenapi nubuat penghukuman, bukankah Ia akan lebih lagi menggenapi janji keselamatan-Nya?

(0.29) (Yer 29:6) (ende)

Njatalah, bahwa keadaan kaum buangan tidak sangat buruk. Mereka dapat bergerak dengan tjukup bebas; mereka malahan mempunjai pemerintahannja sendiri (kaum tua2 Yer 29:1).

(0.29) (Hos 7:9) (ende)

Pertolongan dari luar negeri (Asjur, Mesir)sebenarnja merusakkan Israil, karena harus dibajar dengan padjak besar. Demikian Israil mendjadi lemah seperti seorang jang tua.

(0.29) (Am 2:9) (ende)

Mengingat semua anugerah Allah, menjoloklah sikap tak kenal sjukur bangsa Israil.

(0.29) (Est 3:1) (sh: Tuhan di balik dampak-dampak negatif kesalahan manusia (Sabtu, 23 Juni 2001))
Tuhan di balik dampak-dampak negatif kesalahan manusia

Sebagai manusia, kita menginginkan adanya rasa aman dan tentram untuk hidup dan masa depan kita, tetapi kita perlu menyadari bahwa tidak ada satu pun yang dapat memberi jaminan kepada kita bahwa kita tidak akan pernah menghadapi kesulitan, krisis, ataupun bahaya. Tidak terkecuali bagi kita, umat Tuhan!

Marilah kita bermain imajinasi. Seandainya hari ini terdengar kabar: "Orang-orang Kristen dalam bahaya pembantaian masal yang diresmikan dan diatur dengan undang-undang negara yang bunyinya: 'Hendaklah semua orang Kristen dipunahkan, dibunuh, dan dibinasakan, mulai dari yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan! Juga harta benda mereka haruslah dirampas!' Undang-undang ini berlaku untuk seluruh negri, tidak dapat dibatalkan ataupun diganggu gugat oleh siapa pun!" Bagaimana perasaan Anda? Hal seperti inilah yang dialami orang-orang Yahudi (12-14). Realita kehidupan memang seringkali tidak adil! Mordekhai yang berjasa menyelamatkan raja dilupakan begitu saja sedangkan Haman, orang Agag (Amalek) musuh bebuyutan orang Yahudi (10, bdk. Ul. 25:17-19) yang jasa-jasanya tidak pernah dicatat, telah ditinggikan raja lebih dari yang lain dan beroleh kuasa atas seluruh wilayah kerajaan Ahasyweros (1-2). Ia menyalahgunakan kedudukannya, menghasut serta menyuap raja (5-6; 8-9), bahkan ia merayakan kemenangannya dengan duduk dan minum-minum bersama raja, sementara orang-orang Yahudi di kota Susan diliputi kegemparan (15). Pada masa krisis seperti ini Tuhan seakan-akan berdiam diri, namun sesungguhnya Tuhan tidak "lepas tangan", Ia mengendalikan dampak-dampak negatif yang dihasilkan oleh kesalahan manusia. Keadaan buruk sebagai akibat keangkuhan Haman dan ketidakpedulian raja tetap ada di dalam pengendalian-Nya. Raja segala raja mempersiapkan penghukuman bagi bangsa Amalek musuh- musuh-Nya melalui pengangkatan Haman dan penindasan orang Yahudi. Di balik kemenangan orang fasik atas orang benar, Dia sedang menjalankan keadilan-Nya.

Renungkan: Tuhan tidak berjanji bahwa kita tidak akan pernah mengalami kesulitan, tetapi Ia berjanji tidak akan "lepas tangan" terhadap penderitaan kita. Walaupun tak terlihat oleh mata, Dia sedang menjalankan keadilan- Nya. Lihatlah ke depan dan temukan pengharapan-Nya.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.11 detik
dipersembahkan oleh YLSA