Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 331 ayat untuk Perang (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Yer 34:1) (jerusalem) Apa yang diceriterakan di sini agaknya terjadi pada awal pengepungan kota Yerusalem dalam th 588-587 (pada masa yang sama terjadi peristiwa yang dikisahkan dalam Yer 21:1-7 dan Yer 32:1-5). Perang belum berpusatkan ibu kota tetapi masih berkecamuk di daerah di sebelah selatan dan barat daya negeri, Yer 34:7. Maka raja Zedekia masih dapat meluputkan diri dari kehancuran dengan menyerah dan menaklukkan diri, sama seperti dibuat raja Yoyakim pada th 605
(0.29) (Yeh 21:18) (jerusalem) Ini sebuah nubuat lain mengenai raja Nebukadnezar yang maju perang ke barat untuk menindas pemberontakan. Dengan membuang undi diambil keputusan dahulu menyerang negeri Yehuda. Begitu Nebukadnezar tidak jadi menyerang Raba, ibu kota bani Amon, yang sekarang bernama Aman, tetapi justru Yerusalem. Ini tidak berdasarkan "tenungan penipu", Yeh 21:23, tetapi menjadi kesaksian tentang kesalahan Israel yang memberontak terhadap Nebukadnezar dan meminta pertolongan pada Mesir.
(0.29) (Dan 11:17) (jerusalem: mengadakan persetujuan dengan dia) Naskah Ibrani rusak dan terjemahannya dikira-kirakan saja. Antiokhus Agung kuatir kalau-kalau orang Roma akan turun tangan. Maka ia mengambil keputusan berdamai dengan Ptolomeus. Puterinya, Kleopatra, dikawinkannya kepada Ptolomeus. Pernikahan itu dirayakan di Rafia pada th 194 seb Mas. Akhir Dan 11:17 yang kurang jelas agaknya menyinggung kenyataan bahwa tidak lama kemudian perang pecah lagi oleh karena Ptolomeus dengan alasan kuat mencurigai Antiokhus Agung.
(0.29) (Dan 11:18) (jerusalem: tanah-tanah pesisir) Harafiah: pulau-pulau. Antiokhus Agung memanfaatkan waktu tidak ada perang dengan Mesir untuk menyerbu ke Asia Kecil dan merebut kota-kota Yunani dan Mesir di pantai. Ia tidak menghiraukan peringatan keras dari pihak orang Roma. Tetapi pada th 190 seb Mas tentara Antiokhus dihancurkan oleh konsul Roma. Lusius Kornelius Skipion (disebut di sini panglima). Selanjutnya Antiokhus Agung tidak berdaya lagi.
(0.29) (Hos 5:8) (jerusalem) Bagian ini (mungkin sekali sampai dengan Hos 6:6) agaknya bersangkutan dengan perang saudara antara Israel-Siria dan Yehuda (th 735-734 seb Mas), bdk 2Ra 16:5+.
(0.29) (Hos 14:3) (jerusalem: buatan tangan kami) Ialah berhala-berhala. Menolak berhala juga berarti: menolak pemujaan berhala yang tidak kecuali percaya pada perjanjian-perjanjian dengan negara-negara asing (Asyur) dan pada kekuatan militer (kuda, ialah pasukan kereta perang). Dahulu memang kepercayaan pada Tuhan diganti dengan kepercayaan pada "dewa" semacam itu. Tetapi hanya Tuhan saja Penyelamatan Israel. Bdk Hos 8:9+; Yes 30:1-5; 31:1-3.
(0.29) (1Raj 17:7) (sh: Perhatian Allah di waktu perang (Rabu, 1 Maret 2000))
Perhatian Allah di waktu perang

Dalam suatu perang dapat dipastikan bahwa para penguasa tidak mungkin lagi memperhatikan dan memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap masing-masing individu, karena masing-masing penguasa sibuk dengan rencana dan strateginya untuk memenangkan perang. Bahkan tidak sedikit individu-individu tersebut justru dijadikan perisai oleh para penguasa untuk kepentingannya sendiri. Contohnya Sadam Husein. Ia menggunakan rakyatnya sebagai perisai untuk melindungi kedudukannya. Namun tidak demikian dengan Allah ketika 'sedang dalam peperangan' menghadapi Iblis.

Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal 17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang terkena dampak dari peperangan tersebut.

Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua memperlihatkan bahwa di dalam "peperangan" melawan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu.

Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak dari permasalahan atau situasi tersebut.

(0.29) (Mzm 83:1) (sh: Apa arti sebuah nama? (Jumat, 2 November 2001))
Apa arti sebuah nama?

Perang 6 hari Israel-Arab pada bulan Juni 1967 menyebabkan dataran tinggi Golan direbut Israel. Waktu itu, dengan kemampuan badan intelijennya yang luar biasa dan peralatan perang yang tergolong canggih, Israel dapat memenangkan perang, padahal negara-negara Arab seperti Suriah, Mesir, dan Yordania bergabung dan mencoba mengepung.

Keadaan Israel yang digambarkan dalam Mazmur 83 ini mirip dengan situasi ketika Israel dikepung bangsa-bangsa Arab tahun 1967. Bedanya, Israel saat itu belum memiliki persenjataan yang canggih dan belum mengembangkan dinas rahasianya seperti waktu perang 6 hari. Akibatnya, mereka begitu gentar karena merasa tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang amat menjepit. Sedangkan, bangsa- bangsa sekitarnya siap menyerbu Israel dan melenyapkan nama mereka dari muka bumi (ayat 5-9).

Satu hal yang perlu kita pelajari di sini adalah mengenai konsep "nama", baik nama Israel (ayat 5) maupun nama Yahweh (ayat 17, 19). Dalam kebudayaan Timur Tengah kuno, nama bukan hanya sebutan belaka, tetapi memiliki arti yang juga mencakup keberadaan, karakter, dan reputasi seseorang. Nama Israel sedang berusaha dihapuskan, ini berarti keberadaan bangsa Israel pun dengan sendirinya akan lenyap. Namun, bangsa Israel tidak bersandar pada kekuatan diri mereka, tetapi bersandar pada nama Yahweh yang tidak mungkin guncang dan hilang.

Bangsa Israel menyadari bahwa dalam kelemahan, mereka memiliki Allah yang menyayangi mereka, Yahweh yang hidup dan setia pada perjanjian-Nya. Yahweh tidak akan diam kala umat-Nya berseru di dalam kesesakan (ayat 2). Bangsa Israel bisa berharap pada Yahweh karena Ia telah membuktikan keperkasaan- Nya menghancurkan musuh-musuh umat-Nya (ayat 10-13). Kini bangsa Israel berdoa lagi agar para musuh mereka dikacaubalaukan oleh Tuhan (ayat 14-16) agar nama Yahweh dimuliakan, dan semua bangsa tunduk pada Dia (ayat 17-19).

Renungkan: Apakah arti nama Yahweh dalam hidup Anda? Sudahkah Anda merasakan kehadiran dan karya-Nya secara kongkret dalam hidup Anda setiap hari?

(0.29) (Hak 9:22) (sh: Akan jadi seru dan laku andaikata kisah perang ini disinetronkan. (Kamis, 16 Oktober 1997))
Akan jadi seru dan laku andaikata kisah perang ini disinetronkan.

Bukankah orang suka menonton adegan berdarah, dendam kesumat, kekerasan dan sejenisnya?

Kekuasaan manusia ada batasnya. Tiga tahun Abimelekh memerintah sebagai raja. Kemudian muncullah cerita perang yang panjang. Pembangunan ke arah masyarakat sejahtera, adil dan makmur tidak disebut sama sekali. Mungkin pembangunan itu ada, tetapi tidak seberapa. Agaknya yang perlu bagi dia adalah kekuasaan demi kekuasaan, tetapi kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Ini peringatan telak bagi saya, Anda dan setiap penguasa. Untuk menopang kekuasaan, diperlukan ketulusan, kejujuran, hikmat ilahi, sistem yang baik.

Pembalasan adalah hak Allah. Allah dapat membiarkan berlakunya hukum sebab-akibat terhadap penguasa dan rakyat. Bukan Allah yang jahat, tetapi dalam hal apa pun selalu ada akibat dari kejahatan. Itu dapat kita simak dengan gamblang dalam kisah Kain yang membunuh Habel. Kisah itu adalah bapa dari semua kisah pembunuhan, pembantaian, dan kekerasan lain. Allah yang membalas kejahatan Abimelekh yang tak menghormati ayahnya dan membunuh saudara-saudaranya, bukan pendendam. Allah bertindak adil, memberi yang setimpal dengan yang telah dipilih Abimelekh sendiri.

(0.29) (2Sam 18:1) (sh: Konsolidasi dan koordinasi. (Rabu, 08 Juli 1998))
Konsolidasi dan koordinasi.

Selama beberapa waktu Daud sempat menjadi tidak tegas dan mengalami kelesuan moral (dalam menghadapi masalah Amnon yang memperkosa Tamar, dan pembunuhan Amnon oleh Absalom). Kini dia bangkit, dan sebagaimana dahulu, dia mengambil alih pimpinan, mengadakan konsolidasi dan koordinasi secara rinci. Bahkan dia sendiri Siap ikut berperang, walau akhirnya dia bersedia juga mendengar usul para prajuritnya untuk tidak ikut berperang. Namun di sela-sela kerunyaman situasi, kelembutan hati Daud terhadap Absalom tetap nampak. Dia tidak menghendaki Absalom diperlakukan kasar, dan hal itu diperintahkannya di depan umum.

Hukum perang. Sebagai tentara profesional, Yoab hanya mengenal kaidah, membunuh atau dibunuh. Karenanya dia begitu antusias untuk menyelesaikan perang saudara ini dengan membunuh Absalom. Yoab melupakan kaidah hukum perang lainnya yaitu bahwa suka tidak suka, setuju atau tidak, perintah atasan haruslah dilaksanakan. Tindakan Yoab itu demi negara atau demi melampiaskan dendam? Memang peperangan acapkali dilihat sebagai kesempatan untuk melampiaskan dendam dan demi negara dijadikan dalih untuk membenarkan perbuatan tersebut.

Renungkan: Umat Tuhan tidak menganut etika "tujuan menghalalkan cara".

(0.25) (1Raj 20:22) (sh: Taat melakukan perintah Tuhan (Rabu, 25 Agustus 2004))
Taat melakukan perintah Tuhan

Apa yang kita pilih jika diperhadapkan antara dua pilihan: taat melakukan perintah Tuhan namun tidak memperoleh keuntungan atau memperoleh keuntungan tetapi melanggar perintah Tuhan? Ahab, raja Israel mengambil pilihan yang kedua.

Pegawai Benhadad, raja Aram, mengusulkan tiga strategi perang kepadanya untuk menghadapi Ahab, raja Israel. Ketiga strategi perang itu adalah: menyerang di tanah rata (ayat 23), menempatkan bupati sebagai komandan perang (ayat 24), dan mengerahkan tentara dalam jumlah besar (ayat 25). Tetapi, strategi itu tidak dapat mengalahkan Ahab karena Tuhan menolongnya (ayat 28-30).

Ketika Benhadad telah kalah dalam peperangan, pegawainya kembali mengusulkan strategi baru yaitu memohon belas kasih Ahab (ayat 31-32). Ahab mempercayai janji Benhadab, sehingga ia melanggar perintah Tuhan. Sebenarnya, Tuhan telah memberitahu Ahab melalui abdi-Nya bahwa Dialah yang menentukan segala sesuatu (ayat 28), tetapi Ahab tidak taat sehingga harus menanggung akibatnya (ayat 42). Penyebab Ahab tidak taat adalah: Pertama, Ahab tidak mencintai Tuhan. Kalau saja, ada cinta kepada Tuhan dalam diri Ahab, dia tidak akan tergiur untuk menukarkan ketaatannya kepada Tuhan dengan keuntungan dari Benhadad (ayat 34). Kedua, Ahab lebih memilih menghormati Benhadab sebagai saudara daripada menghormati Tuhan (ayat 32-33). Ini berarti Ahab lebih mengutamakan manusia dibandingkan Tuhan.

Cinta dan hormat kepada Tuhan menyebabkan kita taat melakukan perintah Tuhan. Sikap taat ini dapat diwujudkan dengan melakukan perintah Tuhan tersebut dalam kegiatan setiap hari. Misalnya: ketika mengalami suatu peristiwa yang menyedihkan, carilah perintah Tuhan untuk menghadapi peristiwa itu; ketika bermasalah dengan seseorang yang menyebalkan, carilah perintah Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita dengan orang tersebut.

Renungkan: Memilih untuk taat melakukan perintah Tuhan terasa sulit, jika kita melupakan bahwa Tuhan adalah sumber berkat dan Tuhanlah yang menentukan segala sesuatu.

(0.25) (Ul 20:10) (ende)

Peraturan-peraturan ini lebih bersesuian dengan peperangan-peperangan pada djaman para radja dikelak kemudian hari. Pada waktu itu karena pertimbangan-pertimbangan politik kadang-kadang orang terpaksa mempermaklumkan perang melawan bangsa-bangsa djauh diluar Palestina (aj:15)(Ula 20:15). Mula-mula diusahakan adanja persetudjuan perdamaan. Sikap terhadap bangsa di Palestina ditentukan oleh bahaja penularan agama. Perbedaan dalam menghadapi bangsa-bangsa jang dekat dan jang djauh itu barangkali lebih merupakan suatu hal jang disusun setjara teoretis sesudah terdjadi: daripada berakar pada prinsip-prinsip jang ditentukan sebelumnja.

Peringatan terhadap vandalisme (ajat 19(Ula 20:19) sld) barangkali djuga baru merupakan gagasan dari djaman Deuteronomium.

(0.25) (Yos 11:20) (ende)

Disini (dan berulang kali) pembinasaan mutlak penduduk kena'an dihubungkan dengan takdir (kehendak) dan perintah Allah. Menurut pandangan susila si pengarang itupun sudah sewadjarnja. Sebab bangsa2 itu menentang Israil dan dengan demikian mereka menentang Allah, tidak menuruti dan tidak memudja Jahwe, Tuhan semesta alam.

Karenanja mereka mesti dihukum. Keadilan Allah dan kekuasaanNja jang mutlak atas segala sesuatu ditekan dengan djalan ini. Selain dari pada itu agama kafir bangsa2 itu merupakan antjaman besar untuk agama Jahwe jang harus dilindungi. Achirnja: membunuh dan membinasakan segala sesuatu termasuk kedalam adat perang djaman itu. Sebenarnja Israil tidak berhasil membinasakan semua penduduk Kena'an.

(0.25) (Hak 2:22) (ende)

Tadi (Hak 2:20-21) keadaan malang Israil di-tengah2 bangsa2 kafir diperlihatkan hukuman karena ketidaksetiaan. Disini (djuga: Hak 3:2,4) muntjul maksud lain: Keadaan itu mendjadi sebangsa batu udjian (dan sekolah perang) untuk kesetiaan itu. Adakah ajat2 ini ditambahkan dikemudian hari? Pada masa Josjua' dan sesudahnja bangsa tetap setia (Hak 2:7), namun Josjua' tak berhasil mengenjahkan bangsa2 kafir itu. Demikian muntjul suatu soal, jang mau dipetjahkan dengan tambahan ini.

(0.25) (1Sam 17:1) (ende)

Dalam bagian ini dua tradisi muntjul mengenai tjara Dawud datang dalam istana Sjaul. Menurut 1Sa 17:1-11, jang meneruskan 1Sa 16:14-23, Dawud dipanggil sebagai biduan, jang lalu menjertakan Sjaul dalam pertempuran dan mengalahkan Goljat (1Sa 17:32-53). Menurut 1Sa 17:12-30 Dawud adalah seorang gembala muda, jang membawa bekal kepada kakak2nja dimedan perang. lalu muntjul raksasa Felesjet dan tradisi ini menjusul tradisi jang pertama (1Sa 17:32-53). Lalu baru ia dipanggil kedalam istana (1Sa 17:55-18:2).

(0.25) (1Taw 22:8) (ende)

Darah dahulu dianggap sebagai daja hidup. Hanja Allah berhak atas darah (hidup). Karena itu menumpahkan darah mendjadi halangan untuk menghadap Allah, seperti djuga terdjadi dalam pembangunan BaitNja. Menurut si pengarang Dawud tidak boleh membangun Bait-Allah, karena perang2nja. Sebenarnja Dawud, karena peperangan2nja tidak ada sempat (dan modal). Tetapi si pengarang harus menerangkan, mengapa radja jang saleh itu tidak membuat Bait-Allah. Nah, itu dilarang sadja oleh Allah dengan alasan tadi. namun Dawud mengambil inisiatip, menjediakan semua, dan Sulaiman hanja melaksanakan rentjana serta perintah ajahnja. Kesemuanja akan keluhuran Dawud.

(0.25) (Mzm 76:1) (ende)

Dalam mazmur ini Allah dipermuliakan oleh sebab Ia telah "menghakimi" musuh umatNja, jakni dengan mengalahkannja dalam perang (Maz 76:2-8). Mungkin lagu ini ditjiptakan sesudah kalahnja radja Assyriah Sanherib (Lih. 2Ra 19; Sir 48:21). Pengarang bersedjarah ini merupakan suatu lambang dan ia barat pengadilan Jahwe atas seluruh bumi untuk menjelamatkan para mursjidNja dan memaksa semua untuk bersudjud dihadapanNja (Maz 76:8-12). Allah betul adalah dahsjat sekali (Maz 76:5,8,12). Lagu ini menjamai Maz 46 dan Maz 48.

(0.25) (Mzm 98:1) (ende)

Sekali lagi suatu keradjaan Allah. Ia menjelamatkan umatNja, mungkin suatu kemenangan dalam perang (Maz 98:1-3b). Demikian Ia menjatakan diriNja kepada kaum kafir, seluruh bumi karena itu harus memudji dan memuliakan Jahwe Israil (Maz 98:3-6). Waktu Jahwe datang mengadili kelak, maka bahkan semesta alam akan ikut serta dalam pudjian itu (Maz 98:7-9). Lagu ini sangat menjerupai Maz 96.

(0.25) (Kej 34:25) (full: SIMEON DAN LEWI ... MENYERANG KOTA ITU. )

Nas : Kej 34:25

Simeon dan Lewi bukan saja membunuh orang laki-laki dari kota itu, tetapi juga merampas kota itu serta menawan wanita dan anak-anak. Tindakan kejam ini mengakibatkan Simeon dan Lewi hilang kepemimpinan dalam bangsa mereka. Allah membedakan antara perang yang sah dengan kekejaman yang semena-mena (lih. Kej 49:5-7).



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA