(0.1042052825) | (Mat 28:1) |
(sh: Kuasa kebangkitan Kristus (Minggu, 4 April 2010)) Kuasa kebangkitan KristusJudul: Kuasa kebangkitan Kristus Sama seperti kedahsyatan kuasa Allah dinyatakan saat kematian Kristus, melalui gempa bumi yang hebat dan kebangkitan orang-orang kudus, demikian juga saat kebangkitan Sang Juruselamat terjadi gempa bumi yang hebat (ayat 2). Malaikat Tuhan muncul menggulingkan batu penutup kubur Yesus, sekaligus menjadi saksi kebangkitan-Nya. Melalui malaikat tersebut, para perempuan yang datang ke kubur mendengar kabar baik tersebut dan kemudian menjadi saksi buat para murid lainnya bahwa Yesus benar-benar sudah bangkit (ayat 8). Yesus pun kemudian menampakkan diri kepada para murid-Nya (ayat 9-10) untuk meneguhkan iman mereka karena melalui merekalah dunia harus mendengar pemberitaan akan kebangkitan Kristus. Hal ini terjadi karena tradisi Yahudi waktu itu tidak memperbolehkan seorang perempuan Yahudi menjadi saksi. Zaman sudah berubah, tidak lagi ada pembedaan laki-laki dan perempuan. Setiap orang yang sudah mengalami kuasa kebangkitan Kristus dipanggil untuk menjadi saksi kuasa-Nya yang mengubah manusia berdosa menjadi anak-anak Allah. Sudahkah Anda mengalami kuasa kebangkitan Kristus dalam hidup Anda? Dapatkah orang lain melihat Kristus yang bangkit nyata dalam hidup Anda yang mengubah karakter Anda semakin hari semakin menyerupai Kristus? |
(0.1042052825) | (Mat 28:11) |
(sh: Memanipulasi kebenaran demi uang dan kesombongan (Senin, 16 April 2001)) Memanipulasi kebenaran demi uang dan kesombonganMemanipulasi kebenaran demi uang dan kesombongan. Kekuatiran para imam terhadap kebenaran ucapan Yesus tentang kebangkitan-Nya kini terbukti. Mereka tidak menjadi percaya malah merekayasa kebenaran tersebut dengan dusta. Para penjaga yang mengabarkan berita itu mereka sogok dengan uang untuk tutup mulut terhadap kebenaran dan memerintahkan mereka untuk memberitakan cerita hasil rekayasa. Dan untuk membuat para penjaga tetap tutup mulut, mereka juga merekayasa cerita yang sebenarnya merugikan para penjaga, yaitu dengan mengatakan bahwa ketika tubuh Yesus dicuri, mereka sedang tertidur. Sesuai dengan ketentuan hukum ketentaraan Roma yang berlaku, jika seorang tentara tertidur ketika tugas maka konsekuensi dari keteledoran itu adalah hukuman mati. Namun, demi memperjuangkan keinginan untuk mewujudkan kejahatan, para imam tidak segan merancang kebohongan lain yang akan disampaikan kepada pemerintah Roma. Mereka telah berhasil mengubah fakta kebenaran menjadi sebuah cerita dusta, cerita "dongeng". Akibatnya sungguh luar biasa, banyak orang yang begitu mudahnya mempercayai cerita isapan jempol itu. Sungguh celaka mereka! Karena mereka menyangkal kemenangan Yesus Kristus atas kuasa maut. Lebih celaka lagi mereka menutup kesempatan bagi diri mereka sendiri untuk menjadi bagian dari peristiwa agung kebangkitan Kristus. Manusia bebal, seperti para imam, akan terus berusaha melakukan apa saja untuk mempertahankan pemahamannya dengan kesombongan sekalipun mereka tahu bahwa kebenaran yang sebenarnya telah terbukti. Celakanya, mereka pun berusaha melibatkan masyarakat agar mempercayai mereka. Begitu pula dengan para penjaga kubur, yang tidak berani mempertahankan kebenaran peristiwa yang disaksikannya karena uang. Ternyata peran ganda uang sebagai alat pembayaran benda dan sebagai alat pembayaran (upah) untuk menutup dan mengubah kebenaran menjadi kebohongan, kejujuran menjadi ketidakjujuran, masih terus berlaku hingga kini. Dan hal itu berlaku hampir di seluruh aspek hidup; mulai dari masyarakat sampai kepada para petinggi pemerintah; mulai dari umat sampai kepada pemimpin umat. Renungkan: Dusta dan kesombongan tidak akan mampu menutupi realita kebangkitan Kristus. Camkanlah itu! |
(0.1042052825) | (Mat 28:16) |
(sh: Perintah terakhir Yesus (Selasa, 17 April 2001)) Perintah terakhir YesusPerintah terakhir Yesus. Sekarang Matius tiba pada sebuah konklusi yang sarat dengan muatan perintah kepada para murid untuk segera dilaksanakan. Namun sebelum para murid terlibat dalam pelaksanaan perintah tersebut, ada hal lain yang Matius paparkan tentang kondisi iman para murid. Hal ini nampak dari reaksi mereka ketika melihat Yesus. Ada yang langsung menyembah-Nya, tetapi ada juga yang meragukan-Nya. Matius memaparkan kepada pembaca tentang fakta bahwa ada murid Yesus Kristus yang masih meragukan-Nya, dan bahwa Yesus tahu tentang keadaan tersebut. Artinya, Yesus tahu hati setiap orang, baik mereka yang percaya sungguh bahwa diri-Nya telah bangkit dari kematian dan menang atas maut, maupun mereka yang meragukan-Nya. Namun keraguan manusia tidaklah menjadi penghalang bagi Yesus untuk memberikan 'amanat agung' kepada para murid. Karenanya sebelum 'amanat agung' itu diberikan kepada mereka, Yesus terlebih dahulu membereskan keraguan beberapa orang di antara mereka. Memang, setiap orang yang mau, dan sedang terlibat dalam pekerjaan Allah haruslah orang yang telah memiliki persekutuan dan hubungan yang tulus dan suci dengan Yesus Kristus. Itu berarti, tidak ada seorang pun yang dapat terlibat sebagai perpanjangan tangan Yesus Kristus untuk menyatakan amanat agung-Nya bila orang tersebut tidak memiliki hubungan yang kental, indah, dan mesra dengan Tuhan Yesus Kristus. Wajar bila Matius memaparkan tindakan Yesus sebelumnya untuk membereskan keraguan hati di antara para murid tentang keberadaan diri-Nya. Tujuan-Nya adalah nantinya para murid akan keluar dengan dasar komitmen yang sama bahwa Yesus Kristus yang mereka imani adalah Tuhan yang berotoritas atas maut, alam semesta, bahkan sejarah manusia. Dengan demikian tanggung jawab untuk melaksanakan 'amanat agung' itu dapat terwujud. Para murid memikul tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaan amanat agung ini. Tapi mereka tidak sendiri dalam pelaksanaannya, karena penyertaan Yesus terhadap mereka takkan berkesudahan. Renungkan: Peran yang sekarang Kristen lakoni adalah peran para murid. Itu berarti tanggung jawab untuk mewujudkan amanat agung Yesus Kristus pun menjadi bagian kita. Pengantar Kitab Yeremia 27-33 Pasal 27-29: Pasal-pasal ini merupakan bagian dari periode yang terangkum dalam pasal 21-29. Yehuda sudah memasuki masa- masa terakhir dalam kehidupannya sebagai sebuah bangsa. Nubuat Yeremia terbukti dengan datangnya serbuan dari Babel. Dua pasal ini khususnya berbicara tentang nabi palsu dan ajarannya yang tak henti-hentinya membingungkan bangsa Yehuda yang sedang menghadapi situasi yang sangat genting karena kepungan Babel. Namun Yeremia tidak lelah-lelahnya memanggil Yehuda untuk menaati kehendak Allah dengan cara tunduk kepada Babel (27:1-22). Nubuatnya ditegaskan dengan menubuatkan kematian Hananya yang segera digenapi (28:1-17). Namun surat Yeremia kepada orang-orang Yehuda yang berada di pembuangan membuahkan tantangan yang baru bagi Yeremia. Yeremia 30-33: Pasal 30-33 berisi salah satu nubuat yang paling penting dalam keseluruhan Perjanjian Lama. Yeremia menyampaikan nubuat-nubuat yang tercatat dalam pasal- pasal ini kepada bangsa Yehuda pada saat mereka dikepung oleh tentara Babel selama 18 bulan. Yeremia memaparkan penglihatan yang luar biasa tentang rencana Allah bagi umat pilihan-Nya di masa yang akan datang, setelah mereka mengalami pembuangan. Yeremia memaparkan bagaimana Allah akan membawa Israel dan Yehuda pulang dan memulihkan mereka serta akan menghukum bangsa yang sudah menawan mereka. Selain itu Yeremia juga menyampaikan wahyu Allah yang baru dan mengejutkan. Allah bermaksud menetapkan perjanjian yang baru dengan Israel. Perjanjian ini berbeda dengan perjanjian yang pernah Allah tetapkan di Gunung Sinai. Perjanjian baru ini akan mentransformasi bangsa Israel dari dalam diri mereka sehingga mereka akan dimampukan untuk menikmati seluruh berkat Allah. Namun demikian kunci bagi Kristen untuk memahami perjanjian baru ini adalah Yesus Kristus. Perjanjian baru ditetapkan dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. |
(0.1042052825) | (Mrk 1:21) |
(sh: Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — seperti (Kamis, 16 Januari 2003)) Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — sepertiHanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus -- seperti orang Yahudi lainnya -- untuk beribadat di sinagoge atau rumah ibadat. Di rumah ibadat ada suatu tradisi yang dikembangkan, yaitu siapa saja yang hadir dalam ibadah saat itu, boleh berkhotbah. Kesempatan ini dimanfaatkan Yesus untuk mengajar. Mengenai apa yang diajarkan-Nya, tidak dicatat oleh Markus. Tetapi, Markus memberi catatan detail tentang pengaruh khotbah-Nya terhadap para pendengar-Nya. Markus mencatat dua pengaruh yang dirasakan langsung dari khotbah Yesus. Pertama, orang banyak takjub mendengar khotbah-Nya (ayat 22). Takjub karena -- secara mencolok -- ajaran Yesus berbeda dengan apa yang selama ini mereka dengar. Khotbah Yesus berbeda dengan khotbah para pemimpin agama Yahudi yang selama ini mereka dengar. Meski fakta ini nyata, namun tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa orang banyak yang takjub itu menjadi percaya pada Yesus. Mereka hanya sekadar takjub, tidak lebih. Kedua, roh jahat yang biasanya dengan tenang turut beribadah di sinagoge, menjadi terganggu dan terancam (ayat 24). Menarik untuk diperhatikan bahwa roh jahat juga beribadah dengan tenang di rumah ibadat. Namun, kehadiran Yesus mengungkapkan kehadiran roh jahat tersebut. Roh jahat tidak dapat bertahan di depan mata Yesus karena tidak tahan melihat kesucian Yesus. Ketika orang banyak melihat bahwa roh-roh jahat taat kepada Yesus, mereka semua menjadi takjub. Dalam hidup sehari-hari, kita sering melihat dan menjumpai demonstrasi kuasa roh-roh jahat di dalam hidup manusia. Akibatnya banyak sekali orang takut terhadap roh- roh jahat. Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan dengan jelas bahwa Yesus jauh lebih berkuasa dari roh-roh jahat. Renungkan: Jika kita percaya kepada Yesus, kita tidak perlu takut kepada roh-roh jahat. Sebaliknya, takut atau tunduk pada roh-roh jahat membuktikan bahwa kita tidak percaya pada Yesus. |
(0.1042052825) | (Mrk 2:23) |
(sh: Hakikat sabat (Rabu, 22 Januari 2003)) Hakikat sabatHakikat sabat. Makna sesungguhnya dari Sabat adalah saat ketika umat beristirahat dan 'bersenang-senang karena Tuhan' (Yes. 58:14). Allah menciptakan alam semesta beserta isinya selama 6 hari, lalu pada hari ke 7 beristirahat. Satu hari perlu bagi Allah untuk relaks. Allah pun menyadari bahwa manusia bukanlah robot yang mampu bekerja tanpa henti. Sabat merupakan saat ketika manusia disegarkan kembali rohani dan fisiknya. Namun, orang Farisi mengartikan lain. Bagi mereka tindakan para murid Yesus memetik bulir-bulir gandum pada hari Sabat adalah suatu pelanggaran. Sesungguhnya apa yang dilakukan para murid Yesus melanggar hukum yang ditetapkan orang Farisi, tetapi tidak melanggar Taurat. Melalui perikop ini kita melihat bahwa Yesus tidak membatalkan Sabat, apalagi membuatnya menjadi tidak berlaku. Justru Yesus berupaya meletakkan kembali fungsi sabat bagi umat manusia. Bahkan terjadi perluasan jangkauan, tidak hanya berlaku bagi orang Yahudi saja, tetapi untuk semua umat manusia (ayat 27). Sabat dibuat untuk manusia, untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Sabat bukan beban bagi manusia. Melalui Sabat, umat mengingat Allah, yang menciptakan alam dan isinya selama 6 hari, dan beristirahat pada hari ke-7. Kita mendapatkan pelajaran penting mengenai makna Sabat, yaitu bahwa selama enam hari manusia menikmati ciptaan -- bekerja, berusaha -- dan pada hari ke tujuh manusia menikmati persekutuan dengan sang Pencipta. Hanya dengan demikian manusia mengerti makna dan tujuan ciptaan. Kedua, Sabat mengingatkan bahwa Allah pembebas dan penyelamat (Ul. 5:15). Mengabaikan Sabat berarti mengabaikan Allah pencipta dan penyelamat. Renungkan: Menikmati ciptaan tanpa mengenal Allah pencipta berarti penghujatan. Manusia perlu keselamatan dari penghujatan kepada Allah. |
(0.1042052825) | (Mrk 3:1) |
(sh: Yesus, Tuhan atas Sabat (Kamis, 23 Januari 2003)) Yesus, Tuhan atas SabatYesus, Tuhan atas Sabat. Tradisi yang berlaku di agama Yahudi, hari Sabat adalah hari ketika umat berada di rumah ibadat untuk beribadah pada Allah (ayat 1). Sebagai orang Yahudi, Yesus pun beribadah pada hari Sabat di sinagoge. Bagi Yesus ini adalah suatu kebiasaan baik, ketika umat mengekspresikan rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta ini. Namun, ternyata tidak semua orang berpikiran yang sama dengan Yesus. Ada sekelompok orang yang datang ke sinagoge bukan untuk bersekutu dan beribadah, tetapi untuk mempersalahkan Yesus (ayat 2). Mereka adalah para pemimpin agama Yahudi (ayat 6; bdk. 2:24-28). Keberadaan seorang yang tangannya mati sebelah dijadikan objek oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka berharap agar Yesus menyembuhkannya, sehingga Yesus dipersalahkan karena melanggar hukum Sabat. Meski tidak diutarakan, Yesus tahu pikiran mereka. Yesus meminta orang yang tangannya mati sebelah untuk berdiri di tengah-tengah (ayat 3). Meskipun orang tersebut tidak menunjukkan indikasi bahwa ia sedang sekarat, tetapi Yesus menyembuhkannya. Melalui tindakan ini, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat. Apa yang harus dilakukan pada hari Sabat: berbuat baik dan menyelamatkan orang atau berbuat jahat dan membunuh orang? Para pemimpin agama itu tahu pilihan yang tidak melanggar Sabat. Tetapi, karena tidak mau percaya pada Yesus, mereka tetap diam. Yesus marah -- kemarahan yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah manusia sejati -- tetapi bukan kemarahan yang tanpa alasan. Yesus marah karena kedegilan orang yang tidak mau percaya pada- Nya. Marah yang timbul karena ingin mendamaikan manusia dan Allah. Amarah Yesus adalah amarah damai. Penolakan terhadap damai inilah yang membangkitkan amarah-Nya. Renungkan: Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat adalah hari ibadah dan bukan hari mencari musuh. |
(0.1042052825) | (Mrk 10:46) |
(sh: Bartimeus (Sabtu, 29 Maret 2003)) BartimeusBartimeus. Buta, miskin, sendiri, hidup dari belas kasihan orang lain. Begitulah gambaran tentang Bartimeus yang dipaparkan oleh Markus. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Ada apa dengan Bartimeus? Ternyata Bartimeus bukanlah tipe orang yang malas, yang tidak mau bangkit dari keadaan seperti anggapan orang saat itu. Justru Bartimeus adalah tipe orang yang berkemauan keras dan berkeyakinan bahwa suatu saat ia akan terbebas dari penderitaan. Apakah keyakinan Bartimeus berlebihan? Secara kasat mata mustahil bagi Bartimeus untuk terpenuhi harapannya. Tetapi, semua keraguan kebanyakan orang saat itu pupus ketika Yesus melintasi kota Yerikho, dalam perjalanan menuju Yerusalem. Berita bahwa Yesus akan lewat, membuat hati Bartimeus tergerak untuk meminta perhatian Yesus. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang bagi Bartimeus untuk terus berseru kepada Yesus. Bartimeus yakin bahwa inilah saat yang tepat baginya untuk bangkit dari ketidakberdayaan, untuk hidup normal seperti kebanyakan orang. Usaha kerasnya tidak sia-sia. Sapaan "Anak Daud, kasihanilah aku" menunjukkan bahwa siapa Yesus telah sampai ke telinga Bartimeus, dan itu menggerakkan hati Yesus. Yesus mendengar seruannya dan memenuhi kebutuhannya. Dari Bartimeus kita belajar tentang iman yang benar, yaitu iman yang diarahkan kepada Anak Daud, Mesias yang dijanjikan Allah. Keyakinan yang didasari iman yang hidup itu tidak hanya membuatnya mampu bertahan tetapi lebih lagi membuatnya mengalami perkara besar dalam hidupnya. Masing-masing kita pun dapat terhisab dalam perkara besar Allah sejauh dasarnya adalah iman yang benar dan hidup. Renungkan: Kenalilah benar permohonan yang Anda sampaikan kepada Tuhan Yesus. Apakah itu benar-benar kebutuhan hakiki yang didasari oleh iman yang hidup atau sekadar keinginan belaka? |
(0.1042052825) | (Mrk 13:24) |
(sh: Dia datang! (Kamis, 10 April 2003)) Dia datang!Dia datang! Kedua kata ini bisa diucapkan dengan berbagai ekspresi dan intonasi. Baik dalam intonasi gemetar penuh ketakutan ataupun intonasi kegembiraan yang luar biasa. Frase yang sama, dengan intonasi yang berbeda memberitahukan pesan yang berbeda pula.
Yesus mengajarkan kedatangan Anak Manusia dalam nas ini dalam
"intonasi" yang berbeda. Jika sebelumnya dalam Injil Markus
kedatangan Sang Anak Manusia bermakna penghakiman yang
menakutkan karena diberitakan bagi mereka yang belum percaya,
bahkan menolak Yesus, kini kedatangan Sang Anak Manusia adalah
sesuatu yang menjadi pengharapan dan dinantikan oleh Kristen.
Saat itu adalah saat di mana orang-orang pilihan dikumpulkan
(ayat 27). Sekali lagi, Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya
(dulu dan sekarang!) untuk terus berjaga-jaga (ayat
Dari sini ada sesuatu hal yang perlu dipertanyakan: adakah Kristen
sedang berjaga-jaga? Ataukah terlena? (bdk. dengan Renungkan: Kristen yang terlena adalah Kristen yang tidak mengharapkan dan tidak menduga jika seandainya Yesus Kristus datang hari ini, kini dan di sini. |
(0.1042052825) | (Luk 1:26) |
(sh: Tidak mengerti namun percaya (Rabu, 24 Desember 2003)) Tidak mengerti namun percayaTidak mengerti namun percaya. Bangsa Yahudi hidup di bawah ketentuan tradisi atau budaya yang sangat ketat dan ekstrim. Salah satunya adalah tidak diperkenankannya hubungan seks di luar nikah, dengan alasan apa pun. Jika itu terjadi maka perempuan yang mengandung akan diusir, bahkan dibuang untuk diasingkan. Ironisnya lagi, perempuan itu dikeluarkan dari ikatan keluarga. Kenyataan ini sempat membuat Maria kuatir karena ia mengandung tanpa pernah berhubungan seks dengan tunangannya. Sekali lagi, berbeda dengan respons Zakharia. Maria dengan penuh hormat menerima kenyataan tersebut. Itu dikarenakan utusan Tuhan, malaikat Gabriel yang mengunjungi dirinya. Tujuan Gabriel adalah mempersiapkan Maria menjadi alat Allah untuk kelahiran Juruselamat, Yesus. Sebenarnya bagi Maria itu adalah kehormatan besar, karena pada masanya ada kerinduan besar bagi para perempuan di Israel untuk menjadi ibu bagi Mesias (bdk. 1:42). Allah menjatuhkan pilihan-Nya kepada perempuan Maria. Hal itu dinyatakan dengan terus terang oleh Gabriel melalui salamnya “Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (ayat 28). Hanya saja pemilihan itu memakai cara yang sulit dimengerti dan bahkan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di kalangan Yahudi yang sangat memperhatikan kesucian keluarga. Potensi itu digambarkan di Injil Matius, justru oleh sikap calon suaminya sendiri, Yusuf (Mat. 1:19). Namun, berbeda dari Zakharia yang ketidakmengertiannya itu membuahkan sikap tidak percaya, Maria justru belajar menerima hal yang sulit itu. Dikarenakan imannya kepada Tuhan ia menerima risiko kehancuran hubungannya dengan Yusuf. Lagipula, Elisabet isteri Zakharia yang juga mengalami kuasa Allah yang ajaib itu, memberikan kekuatan kepada Maria untuk menerima hal sulit itu. Renungkan: Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Maka orang-orang yang dipilih-Nya dan dipakai-Nya juga harus berani mengatakan, “Ya Tuhan ku percaya, jadilah padaku sekehendak-Mu!” |
(0.1042052825) | (Luk 2:8) |
(sh: Yang terendah untuk yang termulia (Minggu, 26 Desember 1999)) Yang terendah untuk yang termuliaYang terendah untuk yang termulia Mengapa Lukas perlu menuliskan kejadian yang tercatat dalam perikop ini? Jawabannya terletak pada kata kunci di daerah itu (1). Kelahiran Yesus terjadi di tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian orang. Untuk lebih memperkuat fakta itu dan meningkatkan kredibilitasnya (nama baik), maka berita itu perlu diteruskan kepada orang-orang yang berada dekat daerah itu dan masih "terjaga" secara penuh (tidak tidur atau baru bangun dari tidur). Orang-orang yang memenuhi kriteria tersebut adalah para gembala, yang ketika itu sedang menjaga kawanan ternak di daerah itu. Mereka yang merupakan sekelompok orang yang dianggap paling rendah dalam tatanan sosial pada waktu itu telah dipilih Allah untuk menjadi saksi atas peristiwa terbesar dalam sejarah manusia. Jadi, dengan demikian siapa pun kita, Allah dapat memakai-Nya untuk maksud mulia-Nya. Respons yang lebih baik. Lukas menggambarkan kontradiksi yang indah antara respons kebanyakan orang dan Maria terhadap berita Injil. Lukas dengan indah menggunakan kata untuk mengkontraskan hal tersebut. Orang banyak memberikan respons yang spontan dan terheran-heran, sedangkan Maria merenungkannya. Banyak di antara kita sering mengungkapkan secara emosional dan spontan dalam meresponi suatu berita kesukaan. Namun biasanya ungkapan emosional itu akan cepat sirna karena tidak diikuti dengan perenungan. Keadaan ini akan mengurangi minat kita memahami karya besar Allah. Sudah semestinyalah minat tersebut berakar seperti yang diperlihatkan oleh Maria yaitu pengkontemplasian (perenungan) atas apa yang sudah Allah lakukan dan apa artinya bagi manusia. Renungkan: Mengimani apa yang sudah Allah lakukan dalam kehidupan umat manusia secara umum dan dalam kehidupan kita secara khusus tidak dapat diimani hanya dengan mengutamakan perasaan. Menghayati dan memahami karya Allah yang Maha Besar melibatkan seluruh keberadaan kita: pikiran, pengetahuan, perbuatan, dan perkataan. Hidup yang mulia bukan karena kemampuan kita, tetapi karya Allah. |
(0.1042052825) | (Luk 9:22) |
(sh: Pengakuan iman dan identitas diri (Minggu, 5 Maret 2000)) Pengakuan iman dan identitas diriPengakuan iman dan identitas diri. Setiap hari Minggu, Kristen di seluruh dunia mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli. Namun berapa banyakkah yang menyadari bahwa di dalam setiap pengakuan iman yang diucapkan terkandung di dalamnya pernyataan identitas diri mereka. Pengakuan iman tidak bisa dilepaskan dari identitas diri. Pengakuan para murid bahwa Yesus adalah Mesias (9:20-21) merupakan puncak pengalaman mereka bersama Yesus, karena merupakan awal dari kehidupan iman para murid dengan identitas baru. Setelah melarang memberitahukan kepada orang lain tentang identitas-Nya, Yesus menyatakan rentetan peristiwa yang harus Ia derita hingga kebangkitan-Nya. Berdasarkan pemahaman ini, setiap murid harus menjauhkan setiap pemahaman bahwa menjadi murid-Nya akan terlepas dari setiap tantangan dan penderitaan. Justru sebaliknya, Yesus mengingatkan bahwa setiap pengikut-Nya harus menyangkal diri, memikul salib setiap hari, mengalami penderitaan, mengalami malu dan penghinaan karena Dia. Ini berarti bahwa setiap murid-Nya harus seperti Yesus yang mengalami berbagai penderitaan karena kesetiaannya kepada kehendak-Nya, walau sering kali bertentangan dengan keinginan pribadi kita masing-masing. Ini seakan-akan merupakan anti-klimaks dari pengakuan para murid yang menakutkan dan menyebabkan para murid gentar. Oleh karena itu Yesus merasa perlu menguatkan iman para murid dengan mengatakan bahwa di antara mereka akan melihat Kerajaan Allah sebelum mati yaitu melihat kemuliaan Yesus dan Kerajaan-Nya (9:28-36). Ini merupakan jaminan atas pengharapan mereka terhadap Yesus sendiri. Renungkan: Pengakuan iman yang kita ucapkan harus senantiasa mengingatkan kita akan identitas kita sebagai Kristen yang harus hidup menurut kehendak-Nya, walaupun harus menentang arus dunia dan keinginan pribadi. Bacaan untuk Minggu Sengsara 1: Kejadian 2:7-9; 3:1-7 Roma 5:12-19 Matius 4:1-11 Mazmur 130 Lagu: Kidung Jemaat 446 |
(0.1042052825) | (Luk 9:28) |
(sh: Jangan menunggu logika dipuaskan baru percaya! (Senin, 2 Februari 2004)) Jangan menunggu logika dipuaskan baru percaya!Jangan menunggu logika dipuaskan baru percaya! Sulit menerima kenyataan bahwa orang yang kita harapkan dapat menjadi tumpuan kehidupan masa depan kita harus menderita. Hal inilah yang dirasakan dan dialami para murid. Kemungkinan besar sesudah mendengar berita bahwa Yesus harus menderita, mereka tidak hanya kehilangan harapan tetapi menjadi ragu-ragu akan kemesiasan Yesus. Menurut mereka apalah arti kedatangan-Nya jika ternyata Sang Pembebas, harus menderita. Bagaimana mungkin mereka mengalami pembebasan jika Dia yang diharapkan dapat memberikan kebebasan ternyata tidak dapat mengelak dari penderitaan. Apa yang bisa mereka harapkan dari-Nya? Kekuatiran ini ditangkap jelas oleh Yesus. Delapan hari sesudah Yesus dengan penuh kesabaran mengajar para murid tentang hal ini, Ia mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus naik ke atas gunung untuk berdoa (ayat 29). Para murid melihat Yesus dimuliakan. Lukas memunculkan peristiwa “pemuliaan” ini seakan-akan ingin menunjukkan suatu tanda kepada para murid bahwa Yesus yang kemesiasan-Nya sempat diragukan, ternyata adalah sungguh-sungguh Mesias yang mulia. Dia akan membebaskan umat dalam konteks yang lebih luas, bukan dalam konteks dan konsep sempit para murid yang orang-orang Yahudi. Namun, tugas itu harus didahului oleh penderitaan. Kehadiran Musa yang mewakili Taurat, dan Elia yang mewakili nabi-nabi, bersama-sama dengan Yesus merupakan bukti tergenapinya nubuatan Perjanjian Lama dalam diri Yesus Kristus. Akhirnya, Allah Bapa meneguhkan secara langsung kemesiasan Yesus, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia”. Walaupun Petrus dan rekan-rekannya tetap belum mengerti, sudah seharusnya mereka percaya kepada Firman Allah Bapa. Renungkan: Banyak orang baru mau percaya pada Yesus dan penyelamatan-Nya melalui salib bila logikanya dipuaskan. |
(0.1042052825) | (Luk 12:22) |
(sh: Murid dan hartanya bag. II (Kamis, 26 Februari 2004)) Murid dan hartanya bag. IIMurid dan hartanya bag. II.
Kadang muncul kesan dari pembacaan sepintas dwivolume Lukas dan
Kisah Para Rasul karyanya (mis. Zaman Tuhan Yesus adalah zaman yang keras. Peristiwa seperti peperangan atau bencana alam dapat dalam sekejap mencampakkan keadaan seseorang dari pas-pasan menjadi tidak memiliki apa-apa. Jika ini terjadi, lembaga keluarga besar dan kekerabatan marga ala Yahudi menjadi semacam JPS (Jaring Pengaman Sosial) dalam keadaan ini. Namun, JPS ini sirna bila seseorang melakukan sesuatu yang ditentang keluarga besar dan kerabatnya, misalnya: mengikut Yesus dan menjadi Kristen. Karena itu, seorang murid kala itu dihadapkan pada pertanyaan: apa JPS-nya bila ia mengikut Yesus? Bagaimana bila panennya gagal, atau alat bertaninya (bentuk “kekayaan” yang mungkin dimiliki petani Palestina) dirampok? Yesus menjawab “jangan kuatir!” (ayat 22). Allah Bapa mahakuasa (ayat 31-32). Sang murid tidak diajak untuk membenci kekayaan, tetapi agar ia beriman kepada Allah yang setia menyediakan providensi dan “jaring pengaman”-Nya, serta menolak cara-cara “wajar” yang justru menjauhkannya dari Allah (ayat 30). Beriman bukanlah sekadar percaya, tetapi menunjukkan bagaimana kedaulatan Allah nyata dalam diri sang murid (ayat 31). Allah memelihara melalui karya kasih-Nya yang “alamiah” (ayat 24,28) maupun yang luar biasa, dan melalui jaringan kasih sesama murid ketika mereka saling berbagi (ayat 33a). Renungkan: Andalah sang murid itu! Gumulkan terus bagaimana pekerjaan dan harta Anda dapat menunjukkan kemuridan Anda, dan dapat menjadi alat bagi Allah untuk mengasihi sesama Anda! |
(0.1042052825) | (Luk 17:20) |
(sh: Kerajaan Allah sudah datang! (Sabtu, 13 Maret 2004)) Kerajaan Allah sudah datang!Kerajaan Allah sudah datang! Mungkin Anda masih ingat berapa kali muncul nubuat-nubuat mengenai kedatangan Yesus kedua kali dalam dua dekade terakhir ini. Bukan hanya melanda manca negara, tetapi juga di Indonesia. Berita-berita ini menjadi isu yang hangat dan sangat menggairahkan. Walau tidak satu pun terbukti benar, banyak orang yang terkecoh olehnya. Tak sedikit orang yang menjadi goncang imannya. Hari kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda lahiriah zaman ini (ayat 20-21). Oleh sebab itu semua usaha untuk menandai dalam kalender kita akan berakhir sia-sia. Kerajaan Allah sebenarnya sudah datang di dunia ini (ayat 21). Ia hadir pada setiap hati orang percaya. Orang percaya dan kehidupannya seharusnya menjadi bukti kehadiran kedaulatan dan pemerintahan Allah tersebut. Yesus mengingatkan orang banyak bahwa akan ada banyak sikap terhadap kedatangan Anak Manusia. Ada orang yang dengan semangat mencari-cari tanda, menghitung-hitung hari kedatangan Anak Manusia itu (ayat 22-23), namun mereka tidak akan menemukannya. Sebaliknya ada pula orang-orang yang tidak mempedulikan sama sekali hari kedatangan Anak Manusia itu. Mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hidup dalam dosa, sama seperti orang-orang yang kemudian dibinasakan oleh air bah pada masa Nuh (ayat 26-27) dan yang kemudian dimusnahkan oleh api dan belerang pada zaman Lot (ayat 28-29). Justru, penghukuman seperti yang dialami oleh nenek-nenek moyang mereka akan menimpa mereka pada masa kini (ayat 30-37) apabila mereka tidak bertobat dan mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh sebelum Anak Manusia benar-benar datang. Renungkan: Hanya dengan menerima kehadiran Kerajaan Allah, yaitu merajakan Anak Manusia dalam hidup kita, kita akan dihindarkan dari penghukuman yang begitu dahsyat. |
(0.1042052825) | (Luk 19:28) |
(sh: Impian dan kehancuran (Minggu, 9 April 2000)) Impian dan kehancuranImpian dan kehancuran. Setiap manusia pasti mempunyai impian dalam hidupnya. Ia akan terpukul apabila impian yang mulai dibangunnya hancur berantakan. Orang-orang yang menyambut Yesus dengan sangat antusias adalah orang-orang yang memimpikan dibangunnya kembali Israel seperti pada zaman kejayaannya dahulu. Ketika Yesus menaiki keledai dengan perlahan-lahan, teriakan orang-orang yang menyambutnya itu menyatakan impian- impian mereka (ayat 38). Semakin dekat kota, orang-orang itu pasti mempunyai suatu "penglihatan" bahwa tembok Yerusalem akan semakin tinggi dan kokoh, dan akan menjadi pusat kerajaan teokratis yang akan menggantikan kerajaan Romawi. Namun ketika Yesus melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Ia bukannya melihat tembok Yerusalem yang menjulang tinggi, namun puing-puing kehancuran. Apa yang Yesus dengar bukanlah sorak- sorai sukacita dari orang banyak yang mempunyai impian, namun suara tangisan dan teriakan minta tolong dari mereka yang mengalami penderitaan. Di bait Allah Ia mendapati orang-orang yang berjual-beli. Mereka mengubah bait Allah yang seharusnya sebuah rumah doa, menjadi sarang penyamun yang merampok para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Impian orang banyak yang berseru-seru itu menjadi kosong belaka, karena realitanya berbeda. Banyak Kristen mempunyai impian melambung dan begitu bersemangat membangun kerajaan-kerajaan bagi kemuliaan Allah. Namun kemudian satu demi satu impian mereka itu hancur. Mempunyai semangat dan antusiasisme yang tinggi seperti itu bagus, namun pertanyaannya adalah apakah impian kita itu berasal dari Allah? Renungkan: Kerinduan kita bersama adalah menghadirkan perwujudan Kerajaan Allah dalam dunia, di mana Kristus memerintah sebagai Raja dalam hati insan yang bertobat. Bacaan untuk Minggu Sengsara 6: Yesaya 50:4-7 Filipi 2:5-11 Matius 21:1-11 Mazmur 22:1-11 Lagu: Kidung Jemaat 278 |
(0.1042052825) | (Luk 19:28) |
(sh: Tangisilah dirimu (Rabu, 18 Maret 2015)) Tangisilah dirimuJudul: Tangisilah dirimu Bagi Yesus, kepergian ke Yerusalem memasuki babak akhir misi Allah di dunia. Dia meminta beberapa murid-Nya ke rumah penduduk untuk mengambil keledai muda, yang tidak pernah ditunggangi orang. Dia akan memakai keledai itu sebagai simbol, bahwa diri-Nya adalah Mesias yang dinubuatkan bagi bangsa Israel (28-36). Bagi orang-orang Yahudi, pergi ke Yerusalem merupakan suatu sukacita yang besar. Mereka mengunjungi Bait Suci untuk memberi persembahan kepada Allah. Bagi para murid Yesus, pergi ke Yerusalem adalah jalan kemuliaan. Mereka merasa sedang mengiringi seorang raja yang akan memulihkan takhta Daud. Di sepanjang perjalanan, para murid bergembira, berteriak, dan memuji Allah (37-40). Namun siapakah yang tahu akan kepedihan hati Yesus, ketika dia melihat Yerusalem dari jauh. Yesus sedih bukan karena dia takut mati syahid. Yesus menangis karena dia melihat kehancuran Yerusalem dan hilangnya kesempatan bagi orang-orang Yahudi untuk diselamatkan. Yerusalem yang seharusnya menjadi kota benteng keselamatan Allah, malahan menjadi benteng pembantaian umat Allah (41-48).Di sini, tangisan dan air mata Yesus adalah bahasa kalbu Allah bagi Yerusalem. Tangisan tidak hanya muncul dari apa yang kita alami, seperti: ketidakadilan, kedukaan, kebahagiaan, kemarahan, dan lainnya. Tangisan bisa juga datang dari kepekaan hati sanubari akan dosa. Sebab itu, tangisilah dirimu di hadapan Allah, dan bertobatlah sebelum segalanya terlambat. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.1042052825) | (Luk 21:29) |
(sh: Berjaga dan berdoa (Senin, 29 Maret 2004)) Berjaga dan berdoaBerjaga dan berdoa. Sudah jelas dikatakan bahwa keda-tangan Yesus kedua kali tidak diketahui oleh siapapun. Namun, manusia selalu berspekulasi tentang waktu kedatangan-Nya. Sebenarnya apa yang harus dilakukan oleh para murid untuk berjaga-jaga? Pertama, berjaga-jaga diisi bukan dengan pesta pora dan kemabukan (ayat 34), melainkan dengan tetap sadar dan hidup yang benar dan mulia. Berjaga-jaga bukanlah suatu aktivitas yang diisi dengan usaha-usaha spekulasi yang menghitung-hitung kapan tepatnya kedatangan Yesus yang kedua kali. Berjaga-jaga berarti percaya dan taat penuh kepada firman-Nya (ayat 32-33). Kedua, berjaga-jaga haruslah diisi dengan berdoa (ayat 36). Dalam hal ini berdoa memiliki multi arti, yaitu berdoa berarti menyadari diri tidak sanggup berjaga-jaga dengan kekuatan sendiri, melainkan dengan bersandar pada kekuatan dari Allah. Berdoa, berarti mempercayakan hidup di saat-saat penantian ini dengan tetap percaya bahwa Allah akan menjaga dan mencukupkan kebutuhan hidup mereka. Berdoa menyebabkan mereka tidak tergoda untuk menyangkali imannya ketika harus menghadapi persoalan di masa penantian ini. Berdoa, berarti berjaga-jaga dengan penuh kewaspadaan, mendapatkan kekuatan Allah untuk bertahan bahkan luput dari semua yang harus terjadi di saat-saat penantian itu. Berjaga-jaga dan berdoa berjalan bersama-sama. Murid-murid Tuhan dapat bertahan sampai Tuhan datang bila hidup mereka berjaga-jaga dan berdoa. Demikian juga dengan kita, murid-murid Tuhan masa kini. Kita harus menata hidup kita dan doa kita sehingga saat sebelum Tuhan datang, di mana penderitaan akan semakin menjadi-jadi, kita tetap setia. Ketika Tuhan datang, kita boleh berdiri menyambut-Nya (ayat 36). Untuk dilakukan: Berjaga dan berdoa berarti hidup benar, sesuai kehendak-Nya, dan bersandar penuh kepada pertolongan-Nya. |
(0.1042052825) | (Luk 22:14) |
(sh: Perjamuan terakhir (Rabu, 31 Maret 2004)) Perjamuan terakhirPerjamuan terakhir. Rencana pembunuhan sudah digelar. Apakah Yesus mengetahui rencana tersebut? Ya. Tetapi mengapa masih mengadakan perjamuan Paskha? Bukankah lebih baik menyingkir saja ke Galilea? Yesus tahu kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk mati di kayu salib. Yesus tetap berdaulat dan berkuasa. Ancaman kematian tidak menyurutkan semangat hidup-Nya atau membuat-Nya gentar dan putus asa. Yesus tidak dikuasai oleh situasi yang terjadi. Situasi dan keadaan tetap di bawah kendali dan kuasa-Nya. Buktinya? Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk mempersiapkan perjamuan Paskha (ayat 22:7-13).
Saat persiapan murid-murid tepat mendapati semua yang dikatakan Yesus
sebelumnya. Yesus mengetahui dengan pasti bahwa penderitaan sedang
menanti-Nya. Namun kerinduan-Nya untuk me-rayakan Paskha bersama
dengan murid-murid-Nya tidak terhalang (ayat 15). Perjamuan Paskha
ini adalah yang terakhir dilakukan bersama murid-murid-Nya.
Menarik untuk dicatat bahwa Lukas begitu memperhatikan soal
perjamuan makan. Di dalam Injil Lukas sedikitnya tercatat sembilan
kali perjamuan makan (ayat Perjamuan merupakan wujud persekutuan yang intim. Dalam suasana perjamuan Paskha, Yesus mengungkapkan makna Paskha secara baru. Makna Paskha menjadi baru karena berkaitan dengan kematian-Nya di kayu salib. Roti perjamuan Paskha diberi arti baru. Roti Paskha menerima makna baru sebagai lambang tubuh Kristus yang diserahkan bagi murid-murid (ayat 19). Demikian juga dengan cawan Paskha. Cawan Paskha diberi makna baru sebagai tanda perjanjian baru karena tercurahnya darah Kristus di kayu salib (ayat 20). Renungkan: "Bukalah mata rohani kami melihat kedalaman makna kematian-Mu ya Yesus"! Jadikanlah ini doa sepanjang hidup Anda. |
(0.1042052825) | (Luk 22:24) |
(sh: Melayani (Rabu, 13 April 2011)) MelayaniJudul: Melayani Padahal jauh sebelum itu, model kepemimpinan yang melayani sudah diajarkan oleh Yesus kepada para murid-Nya (26). Hal ini terlihat dengan jelas ketika Yesus menanggapi perdebatan di antara para murid mengenai siapakah yang paling hebat di antara mereka (24). Sungguh memprihatinkan! Di tengah situasi menjelang perpisahan dengan Tuhan Yesus karena peristiwa salib yang akan terjadi, para murid justru memperdebatkan hal yang tidak pantas. Bukan hak mereka mempersoalkan siapa yang terbesar dan layak menjadi pemimpin di antara mereka.Kristus telah memberikan teladan kepada mereka dengan memposisikan diri sebagai pelayan (27). Dialah yang memiliki otoritas dan hak untuk itu (29). Dalam kehidupan pelayanan, terkadang kita tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain dalam masalah keberhasilan melayani. Atau kita lebih suka memilih pelayanan dengan hierarki yang tinggi agar dapat menyuruh dan bukan disuruh. Atau kita lebih mengerjakan hal-hal besar, yang bakal dikagumi orang dibandingkan mengerjakan hal-hal yang dianggap remeh. Padahal justru di situlah letak kegagalan kita, seperti yang diingatkan Yesus kepada Petrus (31). Tuhan Yesus mengingatkan para murid bahwa saat krisis menimpa mereka, adalah penting memperlengkapi diri dengan senjata rohani (36-37). Sayang sekali para murid memahaminya sebagai senjata jasmani (38). Semua itu terjadi karena mereka terjebak pada model kepemimpinan duniawi. Sebagai pengikut Kristus, mari kita mengevaluasi diri. Adakah kita menerapkan prinsip pelayanan yang meneladani Tuhan Yesus, atau terjebak pandangan modern yang mengutamakan hak dan kuasa? Kiranya kita meneladani Kristus, memimpin melalui melayani. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.1042052825) | (Luk 23:33) |
(sh: Yesus disalib (Jumat, 9 April 2004)) Yesus disalibYesus disalib. Perjalanan ke penyaliban dilukiskan Lukas dengan jelas sekali (ayat 26-32). Perjalanan Yesus ke tempat penyaliban terhenti oleh dua peristiwa. Yesus sudah tidak mampu memikul kayu salib-Nya, sehingga tentara Romawi memaksa seorang bernama Simon yang berasal dari Kirene memikul salib itu (ayat 26). Peristiwa kedua adalah percakapan Yesus dengan perempuan-perempuan (ayat 28-31). Menyusul narasi perjalanan adalah narasi penyaliban (ayat 33-38), narasi dialog dua penjahat dan Yesus (ayat 39-43) dan narasi respons alam dan manusia terhadap kematian Yesus (ayat 44-49). Di tempat penyaliban bernama 'Tengkorak' Yesus disalibkan. Bersama Yesus turut disalibkan dua orang penjahat (ayat 33). Meski disalibkan dengan tidak adil Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Tindakan demikian merupakan demonstrasi nyata pada apa yang Yesus ajarkan sebelumnya (Luk. 6:29,35). Di bukit “Tengkorak” itu tentara-tentara memperebutkan jubah Yesus (ayat 34) dan orang banyak mengolok-olok-Nya (ayat 35-38). Tiga kali olokan yang mengejek ketidakmampuan Yesus menyelamatkan diri sendiri ditujukan kepada Yesus (ayat 35,37,39). Kebutaan rohani menyebabkan pengejek tidak melihat karya keselamatan yang dilakukan Yesus. Orang banyak tidak dapat menerima bahwa Sang Mesias harus mati di kayu salib. Ejekan ketiga datang dari salah seorang penjahat yang turut disalibkan bersama Yesus (ayat 39). Penjahat ini setuju dengan ejekan orang banyak yang didengarnya. Penjahat yang lain menyadari bahwa Yesus disalib meski tanpa kesalahan apapun. Penjahat itu menyadari ketidakadilan yang dialami Yesus sehingga ia menegur penjahat yang mengejek Yesus. Terhadap ejekan orang banyak ia tidak memberi respons. Tetapi kepada ejekan penjahat yang satunya ia memberi respons yang tegas. Lalu, ia memohon kepada Yesus untuk mengingatnya (ayat 42). Camkanlah: Yesus telah mendemonstrasikan kasih sempurna. Kasih yang memaksa Yesus untuk tetap tinggal di kayu salib. |