Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 141 - 160 dari 1483 ayat untuk tangan manusia AND book:[1 TO 39] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.34) (Yes 2:22) (ende)

Suatu adjakan, agar supaja orang djangan pertjaja pada manusia jang fana. Itupun merupakan keterangan tambahan. Tidak terdapat dalam terdjemahan Junani.

(0.34) (Yes 7:13) (ende)

Si nabi (manusia) dan Allah "pajah", tidak sabar lagi karena Ahaz dan seluruh wangsa Dawud jang kurang pertjaja itu.

(0.34) (Yer 33:5) (ende)

Keruntuhan Jerusjalem tidak dapat dielakkan oleh sendjata manusia. Lalu (Yer 33:6-15) pemulihan dan kebahagiaan didjandjikan.

(0.34) (Rat 3:29) (ende: menekapkan...dst.)

ialah: merendahkan diri. Namun itupun tidak memberikan hak kepada manusia atas pertolongan dan keselamatan (mungkinlah).

(0.34) (Yeh 20:33) (ende)

Djadi Allah akan tetap radja Israil, sekalipun mereka tidak mau.

Kendati perlawanan dari pihak manusia Allah melaksanakan rentjanaNja.

(0.34) (Yeh 36:35) (ende: Eden)

negeri dongeng jang subur dan adjaib. Manusia pertama hidup disitu dengan bahagia. Djadi kebahagiaan semula itu akan kembali.

(0.34) (Dan 10:21) (ende: kitab kebenaran)

ialah kitab pada Allah, tempat tertulis nasib dunia dan manusia; suatu lambang penjelenggaraan Tuhan jang memimpin semua.

(0.34) (1Sam 17:12) (endetn: seorang)

diperbaiki menurut terdjemahan Syriah. Tertulis: "orang (Efrata) itu (tadi)".

(0.34) (Kej 9:2) (jerusalem: semuanya itu diserahkan) Seperti pada awal mula dunia, demikian sekarangpun sekali lagi Allah memberkati manusia dan menjadikannya raja atas dunia ciptaanNya. tetapi kekuasaan manusia itu sekarang mengenai dunia yang tidak bersahabat lagi dengannya. Di zaman baru sesudah air bah akan berlangsung permusuhan antara alam binatang dan manusia dan antara manusia satu sama lain. Damai yang ada di firdaus baru akan dipulihkan di akhir zaman, Yes 11:6+.
(0.34) (Kel 3:2) (jerusalem: Malaikat TUHAN) Ialah Tuhan sendiri dalam rupa yang dengannya Ia nampak oleh manusia. Bdk Kej 16:7+.
(0.34) (Bil 22:34) (jerusalem: berdosa) Setiap perbuatan manusia yang sadar atau tidak sadar bertentangan dengan kehendak Allah di sini dianggap dosa.
(0.34) (1Raj 8:27) (jerusalem: diam di atas bumi) Terjemahan Yunani. Targum dan 2Ta 6:18 menambah: diam bersama manusia di atas bumi.
(0.34) (Ayb 15:14) (jerusalem: Masakan manusia bersih....) Elifas mengulang pikirannya dahulu, 4.17, dan pikiran Ayub, Ayu 14:4+. Tetapi diberinya arti lain. Kenajisan dasari manusia tidak lagi dianggap sebab mengapa manusia rapuh dan tidak tetap Ayu 4:17-19, dan iapun tidak memaafkan manusia yang mau tidak mau bersalah, Ayu 14:1-4. Sebaliknya, kenajisan dasari itu menjadi sumber dosa berat yang memuncak dalam kefasikan.
(0.34) (Mzm 103:16) (jerusalem: tidak mengenalnya lagi) Tempat tinggal, kediaman manusia dipribadikan. Bahasa kiasan itu dipakai juga dalam Ayu 7:10.
(0.34) (Mzm 119:130) (jerusalem: terang) Firman Tuhan tidak hanya "menerangi" jalan hidup manusia sebagai petunjuk jalan, tetapi juga membahagiakan, bdk Maz 27:1+
(0.34) (Pkh 12:8) (jerusalem: Kesia-siaan....) Kitab Pengkhotbah diakhiri seperti diawali, Pengk 1:2. Antara kedua ujung ini kita Pengkhotbah telah mengajar kepada manusia betapa rapuhlah ia; tetapi iapun memperlihatkan keluhuran manusia, sehingga bumi ini tidak pantas baginya. Kitab ini mengajak manusia untuk beragama tanpa mencari untungnya sendiri; manusia diajak untuk berdoa dengan cara yang sesuai dengan dirinya, sebuah makhluk yang insaf akan kefanaannya di hadapan Allah, rahasia yang tidak terselami, bdk Maz 39.
(0.34) (Yes 40:5) (jerusalem: kemuliaan TUHAN) Bdk Kel 24:16+
(0.34) (Yes 43:24) (jerusalem: tebu wangi) Tebu itu dipakai baik untuk keperluan manusia maupun dalam ibadat, Yeh 27:19; Kid 4:14.
(0.34) (Kej 1:26) (sh: Raja atau penatalayan? (Kamis, 30 Januari 2003))
Raja atau penatalayan?

Manusia, sang homo sapiens (manusia yang berpikir), telah disebut juga sebagai homo faber (manusia yang membuat), juga homo ludens (manusia yang bermain), dan banyak homo lainnya. Semuanya adalah contoh dari usaha untuk menjawab pertanyaan berikut: siapakah sebenarnya manusia? Apa yang menjadi jati diri sejati dari manusia? Tetapi, manusia tidak eksis dan berada sendiri; manusia eksis di dalam alam. Segala pertanyaan tentang jati dirinya harus juga menjelaskan tentang hubungan manusia tersebut dengan alam sekitarnya. Manusia zaman dulu menjawab pertanyaan ini dengan menyembah alam semesta/unsur-unsurnya. Manusia masa kini menjawab pertanyaan tersebut dengan bersikap seperti seorang raja tiran mengeksploitasi alam habis-habisan. Yang lain mengambil jalan ketiga; menyatu dengan alam walaupun tidak jelas bagaimana ini bisa terjadi.Wawasan arkeologis terkini tentang zaman PL telah memungkinkan kita menafsirkan ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">26 demikian: manusia adalah gambar Allah dalam pengertian menjadi wakil dan tanda kehadiran serta pemerintahan Allah di atas segenap ciptaan. Keberadaan manusia, dan tugasnya untuk berkuasa atas alam, adalah tanda atau "gambar" dari kedaulatan Allah atas semesta. Karena itu, tugas "penguasaan" yang dilakukan manusia mempunyai sifat penatalayanan. Manusia berkuasa atas alam demi Allahnya dan bukan demi dirinya sendiri. Manusia diberikan mandat ini semata-mata untuk memberlakukan tatanan yang teratur atas alam ciptaan, sebagaimana Allah juga telah mengatur alam semesta dari kekacauan mula-mula. Karena itu, kehadiran Kristen harus menimbulkan keteraturan pada alam sekitarnya, mulai dari pekarangan dan got di sekitar rumah, hingga keprihatinan makro bagi lingkungan hidup.

Renungkan: Gambar Allah pada kita tidak hanya ditemukan di dalam diri, melalui kapasitas mental dan rohani, tetapi juga di luar, melalui tindakan penatalayanan kita atas alam dan kehidupan kita.

(0.34) (Ayb 7:1) (sh: Paradoks dalam kehidupan manusia (Kamis, 2 Desember 2004))
Paradoks dalam kehidupan manusia

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk paradoksal. Sejak dalam kisah penciptaan sifat paradoks itu sudah terlihat. Di satu sisi manusia dibuat dari unsur debu tanah, menekankan kefanaan dan kehinaan manusia. Di sisi lain manusia dihidupkan oleh hembusan nafas Allah sendiri. Ini menegaskan keistimewaan manusia sampai-sampai Allah menyebut manusia gambar dan rupa-Nya sendiri; satu-satunya ciptaan Allah yang memiliki hakikat dan kedudukan sangat mulia. Paradoks itu menjadi masalah berat bagi hidup manusia terutama karena dosa merusakkan keserasian manusia.

Menurut Ayub penderitaannya kini terkait dengan fakta paradoks tersebut. Di satu pihak ia menyadari dirinya adalah makhluk yang terbelenggu oleh waktu (ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2, 3), tidak bersifat abadi, hidup dalam realitas yang keras (ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4-6). Jiwa dan raganya mengalami keresahan dan kesakitan. Untuknya manusia seperti hembusan nafas yang singkat saja (ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-10, bandingkan dengan ucapan pemazmur (Mzm. 90:5-6). Sesudah mati, ia pun dilupakan. Namun, di pihak lain ia menyadari bahwa sebenarnya manusia agung di mata Tuhan (ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17). Cinta kasih dan kesetiaan Tuhan seolah tercurah penuh kepada makhluk yang satu ini. Cita-cita Allah menjadikan manusia menjadi agung serasi dengan kemuliaan-Nya, menjadi motivasi mengapa Allah menjaga (ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12), mendatangi sampai manusia terkejut (ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">13), memperhatikan (ayat tangan+manusia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17), menyertai (ayat 18), dan menyoroti sepak terjangnya (ayat 19). Perhatian Allah sebesar itu bagi manusia menjadi beban tak tertanggungkan. Kemuliaan itu terlalu berat bagi makhluk fana ini. Cita-cita ilahi itu terlalu tinggi, sedangkan kebebasan yang manusia dapat tanggung terlalu rendah dibanding kebebasan yang Tuhan inginkan.

Wawasan Ayub ini dalam, perlu kita tangkap dan tanggapi dengan benar. Semua kita terbatas, ada kekurangan, dan memiliki banyak simpul-simpul rapuh. Akan tetapi, Allah memiliki rencana agung untuk setiap kita.

Renungkan: Ingin hidup di tingkat biasa-biasa saja mudah tak perlu menderita. Ingin menjadi seperti bintang cemerlang perlu keberanian untuk dirubah Tuhan melalui proses yang berat.



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA