(0.28) | (2Raj 23:1) |
(sh: Tindakan Setelah Pertobatan Hati (Kamis, 24 September 2015)) Tindakan Setelah Pertobatan HatiJudul: Tindakan Setelah Pertobatan Hati Penulis Alkitab biasanya menulis dengan singkat dan tidak bertele-tele. Mereka hanya menuliskan hal-hal penting yang hendak disampaikan oleh Allah. Karena itu rasul Yohanes mengatakan bahwa banyak dari perkataan dan perbuatan Tuhan Yesus yang tidak dicantumkannya (lih. Yoh. 20:30). Dengan demikian, ketika kita melihat bahwa penulis Raja-raja mencantumkan begitu detail tindakan reformasi yang dilakukan oleh Yosia, berarti penulis melihat bahwa tindakan tersebut sangat penting. Yosia memerintahkan supaya segala perkakas yang dipakai untuk menyembah Baal, Asyera, segala tentara langit, dan semua perkakas tersebut dibakar (4). Tiang-tiang berhala dari rumah Tuhan juga dibakar, bahkan ditumbuk halus halus sampai menjadi abu, kemudian dicampakkan ke kuburan rakyat (6). Bukit-bukit pengurbanan dirubuhkan dan dinajiskan (8). Mezbah-mezbah yang dibuat oleh raja-raja Yehuda dan Manasye, dirobohkan, diremukkan, dan abunya dicampakkan ke sungai Kidron (12). Begitu pula bukit-bukit pengurbanan yang didirikan oleh Salomo untuk Asytoret, Kamus, dan Milkom, dinajiskan (13). Allah memakai Yosia untuk menggenapi penghancuran mezbah di Betel yang didirikan oleh Yerobeam, dan membakar tulang-tulang manusia diatasnya untuk menajiskannya seperti yang telah dinubuatkan oleh abdi Allah (15-16; lih. 1Raj. 13:2). Pertobatan dalam hati yang diikuti oleh tindakan menunjukkan kesungguhan dari pertobatan tersebut. Janganlah kita memandang ringan, karena tindakan itu menyenangkan hati Tuhan. Jadi, kita harus memperlihatkan pertobatan kita dari pelbagai perubahan dalam perilaku dan tindakan kita. [IT] |
(0.28) | (1Taw 17:1) |
(sh: Tidak semua keinginan baik adalah rencana Allah (Selasa, 12 Februari 2002)) Tidak semua keinginan baik adalah rencana AllahTidak semua keinginan baik adalah rencana Allah. Sesudah menjadi raja yang mapan, Daud membandingkan keadaan dirinya yang diam dalam istana yang megah dengan tabut perjanjian Tuhan yang hanya disimpan dalam tenda (ayat 1). Bagi umat Tuhan Perjanjian Lama, tabut perjanjian Tuhan adalah lambang kehadiran Tuhan sendiri. Hati yang sangat mengasihi Tuhan dan penuh syukur atas kesetiaan Tuhan dalam hidupnya membuat Daud berpikir bahwa hal tersebut tidak patut. Dengan spontan timbullah suatu keinginan di dalam hatinya. Keinginan tersebut segera disampaikannya kepada nabi Natan yang juga dengan segera memberi restu kepadanya (ayat 2). Namun, tanggapan Tuhan terhadap inisiatif cemerlang Daud sungguh di luar dugaan. Tuhan tidak mengizinkan Daud untuk membangunkan rumah bagi-Nya (ayat 4). Melalui nabi Natan, Tuhan menyampaikan rentetan kaleidoskop kisah perjalanan umat-Nya yang memperlihatkan kebenaran prinsip tentang Allah. Tenda lebih tepat melambangkan keberadaan Allah yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu karena selalu dinamis (ayat 5). Bukan Daud yang harus membesarkan Allah, melainkan Allah yang menjadikan Daud raja besar dan disegani banyak pihak (ayat 7-10). Allah yang melenyapkan musuh dan membuat namanya menjadi besar. Bahkan lebih dari itu, Tuhan akan menanamkan dinasti Daud dengan memberkati keturunannya dan melaluinya mengizinkannya untuk membangun bait-Nya (ayat 11-12). Dengan adanya nubuat kerajaan kekal yang menunjuk kepada kerajaan mesianis, jelaslah bahwa Tuhan ingin menyadari Daud bahwa Tuhanlah sang Raja yang bertakhta atas sejarah dunia dan seisi semesta. Adalah suatu teladan yang sangat patut dipuji apabila di dalam diri seorang pemimpin terdapat keinginan yang beratasnamakan pekerjaan Allah. Namun, manusia harus lebih dulu menyadari sepenuhnya bahwa bukan manusia yang berjasa bagi Tuhan, tetapi Tuhanlah yang pertama dan utama dalam segalanya. Renungkan: Pemimpin yang dipimpin Tuhan tidak sekadar berkonsentrasi pada gagasan-gagasan cemerlang, tetapi pada suara dan kehendak-Nya. |
(0.28) | (1Taw 22:2) |
(sh: Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu (Senin, 18 Februari 2002)) Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, AllahmuArahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Di dalam bukunya tentang kepemimpinan, Leroy Eims menuliskan 12 ciri kepemimpinan yang efektif sebagai berikut : 1. Bertanggung Jawab 2. Bertumbuh 3. Memberikan Teladan 4. Membangkitkan Semangat 5. Bekerja Efisien 6. Pemerhati 7. Berkomunikasi 8. Berorientasi pada Sasaran 9. Tegas 10. Cakap 11. Mempersatukan 12. Bekerja. Daud memiliki ke-12 ciri tersebut. Keseluruhan ciri tersebut kelihatan dari kebesaran hatinya menerima akibat dosa yang dilakukannya. Hukuman Allah tidak membuat ia meninggalkan Tuhan atau tawar hati untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah. Walaupun bukan dirinya yang direstui Tuhan sebagai pembangun Bait Allah, Daud memiliki jasa besar di dalamnya karena dialah yang menyiapkan segala kebutuhan dasarnya. Hingga pada akhirnya tercetuslah satu kerelaan penyerahan estafet kepemimpinan kepada anaknya dengan kalimat, "Maka sekarang, arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Mulailah mendirikan tempat kudus Tuhan, Allah, supaya tabut perjanjian Tuhan dan perkakas kudus Allah dapat dibawa masuk ke dalam rumah yang didirikan bagi nama Tuhan" (ayat 19). Mulai dengan bagian ini seterusnya, catatan kitab ini tentang Daud terfokus pada Bait Allah. Dalam bagian ini sendiri ungkapan "mendirikan Rumah Allah" muncul sembilan kali dan ungkapan "mengadakan persediaan" paling tidak lima kali. Persediaan atau persiapan yang dimaksud terdiri dari tiga hal. Pertama, firman yang telah Daud terima menjadi prinsip bagi seluruh tindakan Daud menyiapkan pembangunan Bait Allah. Kedua, penyiapan diri Salomo agar taat kepada Allah menempati prioritas mendahului persiapan material. Itu sebabnya Daud berbicara mewakili Allah memberikan pesan-pesannya kepada putranya ini. Sesudah kedua hal tersebut, barulah hal ketiga dimunculkan, yaitu penyediaan material. Renungkan: Bukan rahasia lagi bahwa pemimpin yang tingkatnya semakin tinggi justru cenderung berkelakuan bebas tanpa batas dan menganggap diri kebal terhadap nilai dan norma-norma legalitas. Wahai Kristen pemimpin, arahkanlah hatimu kepada Tuhan dan layanilah Dia dan sesamamu. |
(0.28) | (2Taw 16:1) |
(sh: Komitmen setengah hati (Jumat, 24 Mei 2002)) Komitmen setengah hatiKomitmen setengah hati. Kembali Yehuda menghadapi ancaman dari Israel di bawah pimpinan raja Baesa (ayat 1). Strategi pertama Baesa adalah memblokade Yehuda dengan memperkuat Rama yang terletak sekitar 15 km sebelah utara Yerusalem. Tujuannya mungkin ingin mencegah perdagangan dan perjalanan umat yang ingin berziarah ke Yerusalem. Karena bukan termasuk teritorial Yehuda, Asa merasa tidak mampu untuk membuyarkan blokade tersebut. Sayang bahwa hikmat dan kekuatan yang didapatnya dari komitmen iman kepada Allah tidak lagi terlihat. Asa mencari bantuan Benhadad dari Aram dengan memberi imbalan emas dan perak (ayat 3). Yang lebih parah adalah ia tidak lagi berpegang pada janji setia Allah dan lebih mengandalkan ikatan perjanjian antarmanusia yang pernah dibuat antar orang-tua mereka sebelumnya.Memang hasil seperti yang diharapkan terjadi. Baesa menghentikan proyeknya, bahkan kini beberapa kota Isr ael d itaklukkan oleh pasukan Aram (ayat 4-6). Mendapat yang baik namun kehilangan yang terbaik, itulah akibat dari orang yang lebih mengandalkan manusia daripada Allah (ayat 7). Teguran pahit ini disampaikan oleh Hanani kepada Asa. Teguran lain menelanjangi akar dosa Asa, yaitu tindakannya mengandalkan Aram adalah ungkapan ketiadaan iman kepada Tuhan Allah yang bukan saja berkuasa membela umat-Nya, tetapi juga memiliki rencana yang lebih besar, yaitu menyerahkan Aram ke bawah kedaulatan Yehuda. Karena takut dan setia kepada Allah, sumber segala hikmat, maka sebaliknya ketiadaan iman setia dan takut kepada Allah adalah kebodohan. Ini sebenarnya tak dapat ditolerir sebab sebelumnya Asa mengalami sendiri bahwa Tuhan menyanggupinya mematahkan kekuatan Etiopia dengan sejuta pasukan perkasanya (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14:9-15). Reaksi Asa terhadap nubuat tersebut menelanjangi keberpalingan hatinya membelakangi Allah. Ia tidak bertobat, tetapi memenjarakan Hanani. Juga ketika sakit, ia lebih mencari pertol ongan dukun-dukun daripada Allah (ayat 11-13). Renungkan: Tuhan Allah menginginkan iman sejati, yaitu yang terungkap dalam bentuk komitmen untuk setia dan taat terus menerus kepada-Nya dan firman-Nya, seperti halnya kasih setia-Nya tak pernah berubah. |
(0.28) | (Neh 2:11) |
(sh: Gaya kepemimpinan Nehemia (Senin, 13 November 2000)) Gaya kepemimpinan NehemiaGaya kepemimpinan Nehemia. Mengapa begitu banyak kegiatan besar yang menghabiskan waktu dan tenaga berlalu tanpa membuahkan hasil yang memadai? Salah satu sebab kegagalannya adalah kelalaian sang pemimpin untuk mendapatkan data yang akurat. Sebelum berbicara dengan pemuka masyarakat di Yerusalem, Nehemia pergi sendiri untuk menyelidiki dengan saksama segala sesuatunya. Inilah teladan pertama dari gaya kepemimpinan Nehemia. Teladan kedua yang dapat kita ambil adalah sebagai pemimpin ia tidak memakai gaya memerintah namun ia 'membagikan visi' yang ia miliki kepada orang-orang yang akan bekerja sama dengan dirinya. Memang tidak mudah bagi seseorang yang mempunyai visi untuk memotivasi orang lain agar mau turut serta mewujudnyatakan visi yang ia miliki. Namun Nehemia mempunyai pendekatan yang tepat dalam menularkan visinya. (1) Ia membeberkan dengan jelas tantangan dan masalah yang dihadapi (17). (2) Ia melihat masalah itu bukan sebagai urusan 'kalian', tetapi sebagai urusan 'kita' (17). Ia mengidentifikasikan dirinya dengan saudara-saudaranya yang sengsara di Yerusalem. (3) Ia mengajak saudara-saudaranya untuk mengambil tindakan yang nyata (17). (4) Ia memberikan kesaksian yang meyakinkan dan membangkitkan semangat mereka bahwa Tuhan telah menolongnya dan akan senantiasa menolongnya (18, 20). Teladan ketiga dari gaya kepemimpin Nehemia adalah kedekatannya dengan Tuhan. Ini adalah salah satu kunci keberhasilan perwujudan visinya menjadi sebuah realita. Ia peka terhadap suara Tuhan sehingga rencana pembangunan tembok ini 'diberikan Allah dalam hatinya' (11). Tantangan dan ejekan dari kerajaan tetangga pada awal pelaksanaan pembangunan tembok Yerusalem dapat dihadapi juga berkat keyakinannya akan kuasa Tuhan: Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Renungkan: Sebagai pemimpin rohani yang efektif, Nehemia secara realistis mengevaluasi setiap masalah dan kesulitan yang dihadapi. Namun ia tidak membawa dirinya dan orang yang dipimpinnya terfokus pada masalah yang dihadapi, melainkan terfokus kepada kekuasaan Allah. Ia berusaha membangun keyakinan diri dan semangat diri berlandaskan kekuasaan Allah. Bagaimana ciri kepemimpinan kita selama ini di gereja, kantor, rumah tangga, dan pelayanan? |
(0.28) | (Neh 13:14) |
(sh: Pemimpin dalam ketidakpastian (Sabtu, 2 Desember 2000)) Pemimpin dalam ketidakpastianPemimpin dalam ketidakpastian. Kehidupan sosial - ekonomi umat Israel menampakkan perbaikan yang mengesankan karena tembok sudah dibangun, dan Yerusalem kembali menjadi pusat perdagangan. Kondisi ini membuat mereka lupa diri dan kembali tergelincir ke dalam dosa. Mereka tidak lagi menguduskan hari Sabat. Yerusalem menjadi pasar justru pada hari perhentian Allah. Beberapa orang Yahudi mengambil perempuan asing menjadi istri mereka. Bahkan salah seorang anak dari seorang imam besar menjadi menantu Sanbalat. Mereka telah lupa, sekian lamanya mereka harus hidup di dalam pembuangan karena menerima murka Allah atas dosa-dosa mereka. Baru saja hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan, mereka kembali melanggar berbagai perintah Allah yang telah mereka sepakati untuk ditaati. Mereka lebih suka hidup menurut keinginan mereka sendiri bukan kehendak Allah. Melihat itu semua Nehemia berani mengoreksi setiap kesalahan (19-22, 25, 28-30). Nehemia melakukan itu semua tanpa pandang bulu. Sekalipun pelaku pelanggaran adalah anak seorang imam besar, Nehemia tidak segan-segan mengusirnya. Buku sejarah terakhir dalam Perjanjian Lama berakhir dengan suatu catatan ketidakpastian. Jika umat Allah sedemikian cepat meninggalkan Allah ketika Nehemia tidak berada bersama mereka untuk waktu yang singkat, apa yang akan terjadi dengan mereka pada masa-masa yang akan datang? Sekali lagi peristiwa ini menyatakan betapa pentingnya kehadiran seorang pemimpin rohani seperti Nehemia. Sebagai seorang pemimpin Nehemia menerima tanggung jawab, bergantung dalam doa, menunjukkan kemurahan hatinya kepada yang membutuhkan, tekun dan gigih mencapai tujuannya, berani menghadapi tantangan, mampu memotivasi rekannya, menjaga standar moral yang sesuai kehendak Allah, dan selalu berani menyatakan kebenaran. Nehemia menjadi seorang pemimpin yang demikian karena baginya membangun kehidupan seseorang bagi Allah lebih penting dari apa pun. Buktinya ia tidak pernah berkata: "Ya Allah ingatlah aku yang telah membangun kembali tembok Yerusalem." Renungkan: Dalam pelayanan rohani yang paling penting adalah mendorong dan membimbing orang yang dilayani agar mereka dapat memuji dan menyembah Allah lebih baik, menghormati Dia lebih sungguh, dan hidup dengan setia dan murni di hadapan-Nya. Pengantar Kitab I Yohanes Penulis. Isi dan gaya tulisan I Yohanes mirip dengan Injil Yohanes, karena itu hampir dapat dipastikan keduanya ditulis oleh penulis yang sama yaitu Yohanes anak Zebedeus. Tradisi mendukung kesimpulan ini. Tujuan dan maksud penulisan. 1Yohanes ditulis untuk memperingatkan dan mengajar pembacanya tentang ajaran sesat yang menyangkal inkarnasi Yesus Kristus (dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4:2, 3). Ajaran sesat ini menyatakan bahwa Kristus hanya nampak seperti manusia. Juruselamat yang Illahi tidak dapat mati bagi orang berdosa. Ajaran sesat ini disebut doketisme (kata Yunani 'dokeo' = 'nampaknya'). Beberapa indikasi menyatakan bahwa I Yohanes ditulis setelah Injil Yohanes. Pertama, kitab ini berbicara secara singkat tentang masalah-masalah yang diuraikan secara panjang lebar oleh Injil Yohanes. Pembaca diasumsikan sudah membaca Injil. Kedua, konflik dengan doketisme tidak disebut dalam Injil Yohanes. Ketiga, konflik ideologis dengan orang Yahudi yang mewarnai Injil Yohanes tidak muncul dalam I Yohanes. Jika dibandingkan dengan surat Ignatius yang berbicara tentang ajaran sesat yang sama (110 M) dan Polikarpus, maka dapat disimpulkan bahwa kitab I Yohanes berkisar antara 90 - 110 M. Karakteristik dan tema-tema utama. Meskipun menurut tradisi dipandang sebagai sebuah surat, kitab ini tidak mempunyai ciri-ciri utama sebuah surat seperti salam pembuka, isi, salam perpisahan. Sebaliknya Yohanes menyapa pembacanya dengan sebutan anak-anakku (dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2:1). Nampaknya ia menulis kepada sebuah kelompok tertentu yang mempunyai hubungan dekat dengan dia. Tidak mudah untuk membuat garis besar surat pendek ini. Tema-temanya nampak tidak saling berhubungan. Walau bahasa yang digunakan tidak sulit, ide yang terkandung di dalamnya sangat kaya dan dalam. Sebagai contoh, Yohanes mengatakan bahwa Allah adalah Terang, Kebenaran, dan Kasih dan menghubungkannya dengan perkembangan kebajikan di dalam diri orang percaya yang telah mengalami kelahiran kembali dan pengampunan dosa.Selain menolak inkarnasi Yesus Kristus, musuh Injil - sang anti Kristus juga mengajarkan bahwa seseorang dapat percaya kepada Allah tanpa mempraktikkan kasih dan kebaikan yang merupakan sifat dasar Allah. Menurut mereka keselamatan hanya sekadar slogan dan penampilan saja. |
(0.28) | (Ayb 8:1) |
(sh: Terlalu luas untuk dipahami (Senin, 22 Juli 2002)) Terlalu luas untuk dipahamiTerlalu luas untuk dipahami. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan meminta agar manusia mematuhi-Nya, dan bahkan Ia menjanjikan berkat bagi kita yang menaati-Nya. Sebaliknya, hukuman akan diberikan bagi kita yang tidak menaati kehendak-Nya (Mzm. 1). Inilah pemahaman Bildad dan kebanyakan kita, tentang Tuhan - sebuah pemahaman yang benar, namun tidak menyeluruh. Itu sebabnya Bildad terus mendesak Ayub untuk mengakui dosanya. Alasan Bildad sederhana saja, yaitu bahwa Tuhan memberkati orang yang benar dan menghukum orang yang fasik. Tuhan tidak mungkin keliru menjatuhkan vonis-Nya dan Ayub memang layak menerima hukuman ini. Ini adalah sebuah hukum sebab-akibat yang universal dan mudah dicerna. Namun, ada segi-segi lain dalam hukum ini yang perlu kita pertimbangkan. Kemakmuran bukan pertanda bahwa Tuhan memberkati kita dan kesusahan bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum kita. Rencana dan karya-Nya terlalu luas untuk dikotakkan dalam hukum ini. Sebagai Allah, Ia memiliki kebebasan untuk berbuat sekehendak hati-Nya dan kadang tindakan-Nya melenceng dari pemahaman kita tentang Allah yang terlalu sederhana ini. Tetapi, jangan mengira bahwa kebebasan Allah identik dengan kejahatan. Kebebasan Allah tidak sama dengan kesewenang-wenangan. Ia adalah Allah yang kudus. Jadi, segala tindakan-Nya tidak akan tercemari oleh dosa dan tidak akan termuati oleh maksud jahat. Sewaktu kesusahan menimpa kita, janganlah kita tergesa-gesa memvonis bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Periksalah diri kita, apakah ada dosa tersembunyi yang perlu kita bereskan dengan Tuhan. Jika tidak ada, terimalah kesusahan itu sebagai kehendak Tuhan yang tidak kita pahami. Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan senantiasa mengerti tujuan akhir dari tindakan-Nya karena Ia terlalu luas untuk dicerna oleh otak kita yang terlalu kecil ini. Renungkan: Charles Haddon Spurgeon, pengkhotbah terkenal, berkata,"Kemurahan Tuhan kerap kali datang ke pintu hati kita mengendarai seekor kuda hitam yang bernama Penderitaan." Kesusahan tidak senantiasa berarti kemarahan Tuhan; ada kalanya kesusahan adalah baju kemurahan Tuhan. |
(0.28) | (Ayb 11:1) |
(sh: Zofar berusaha 'membela' Allah (Senin, 6 Desember 2004)) Zofar berusaha 'membela' AllahZofar berusaha `membela' Allah. Zofar menyatakan penyebab penderitaan Ayub adalah kesalahan dan dosanya. Menurut Anda benarkah demikian? "Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?"(ayat 7). Zofar menyatakan pertanyaan teologis yang sulit dijawab, bukan hanya oleh Ayub, melainkan oleh siapa pun juga. Allah memang tidak terpahami dalam hakekat-Nya, siapakah yang dapat mengerti Allah? Zofar mengatakan bahwa Allah tidak dapat dibandingkan dengan kehebatan alam ciptaan mana pun, sebab Allah jauh melampaui semua buatan tangan-Nya (ayat 8-9). Zofar juga menyatakan bahwa kedaulatan Allah yang dikaitkan dengan ke-Mahatahuan-Nya tidak dapat dibantah oleh manusia (ayat 10-11). Oleh karena itu, Zofar menganjurkan agar dalam hatinya Ayub bersedia berbalik kepada Allah serta menjauhkan diri dari semua kejahatannya (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">13-15). Dengan berlaku demikian, Ayub hidup sebagai orang benar dengan memperoleh ganjarannya yaitu bahwa orang benar akan merasa aman, tenteram, dan berpengharapan (ayat 18). Pada masa kini, ujaran Zofar ini mewakili orang Kristen yang "main hakim" sendiri dengan menyatakan hal yang sama. Yaitu langsung memvonis bahwa penyebab anak Tuhan menderita adalah dosa yang dibuatnya. Benarkah demikian adanya? Melalui ucapan Zofar, terlihat bahwa ia menyepelekan penderitaan yang sedang Ayub alami. Zofar tidak peka untuk menempatkan dirinya pada posisi sahabatnya. Alangkah berat tanggungan derita Ayub di tambah oleh tekanan `penghakiman' Zofar ini. Zofar, sahabat yang seharusnya mengerti dan bersimpati terhadap penderitaan Ayub, kini malah tampil menjadi seorang hakim yang menambah dan memperberat pencobaan Ayub. Memang sulit bagi kita untuk sungguh bersimpati kepada orang-orang yang menderita jika kita sendiri tidak berada dalam keadaan itu. Terlebih lagi jika kita belum pernah mengalami penderitaan serupa. Camkankanlah: Jangan menjadi "Zofar masa kini". Bersikaplah kaya anugerah terhadap sesama yang sedang menderita. Itulah tanda dari orang yang hidup dalam anugerah Tuhan. |
(0.28) | (Ayb 21:1) |
(sh: Kenyataan hidup ini rumit adanya (Jumat, 2 Agustus 2002)) Kenyataan hidup ini rumit adanyaKenyataan hidup ini rumit adanya. Sebenarnya yang dapat menolong orang yang sedang dalam penderitaan adalah sahabat yang sedia sama menanggung dan mendengarkan, bukan mengecam dan menghakimi (ayat 2). Dengan terus terang Ayub menyatakan bahwa hatinya "terhenyak" oleh ketiadaan empati para sahabatnya itu (ayat 5). Karena inti kecaman para sahabatnya berkisar di dua hal: bahwa penderitaan Ayub adalah akibat dosa dan bahwa penderitaan itu berasal dari Tuhan yang menghukum, kini Ayub mengajukan gigih bantahannya di sekitar dua hal itu pula. Pertanyaan Ayub adalah kebalikan dari argumen-argumen Zofar, dan dua sahabatnya lainnya, Bildad dan Elifas. Sebaliknya dari mendukung kesimpulan bahwa Allah menghukum orang berdosa, Ayub kini mengajukan fakta-fakta tentang orang berdosa yang justru tidak sedikit pun memperlihatkan adanya hukuman Tuhan atas hidup mereka (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9b). Berlawanan dari pendapat Zofar yang mengatakan bahwa orang berdosa akan mati muda (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">20:11), ternyata mereka panjang umur bahkan semakin uzur semakin bertambah kuat (ayat 7). Keturunan mereka bukannya menderita (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">20:10), tetapi bertambah-tambah dan berhasil (ayat 8). Mereka tidak merana miskin, tetapi ternak mereka berkembang biak dan membuat mereka semakin kaya (ayat 10-11). Bahkan sebaliknya dari mengalami penderitaan dan ketidakbahagiaan, hidup mereka penuh dengan keceriaan perayaan (ayat 12-13). Tuhan bahkan tidak berbuat apa pun dalam kenyataan dunia sementara ini, bahkan terhadap orang-orang yang membuang Dia (ayat 14-16). Ayub mengajukan fakta-fakta ini tidak untuk meragukan keadilan Tuhan, tetapi ia berpendapat bahwa tidak selalu Tuhan langsung menghukum di dunia ini secara langsung (ayat 17-21). Keadilan Allah atas orang fasik dan atas orang benar mungkin sekali baru terjadi pada penghakiman kekal di akhir zaman nanti (ayat 30). Renungkan: Banyak masalah dan pergumulan iman kita tidak dapat dijawab dengan pikiran dan ide yang sempit dan pendek. Masalah pelik harus disoroti dari perspektif kekal dan lingkup kebenaran menyeluruh. Bila tidak, bukan hiburan, tetapi ocehan hampa makna yang orang akan dapatkan. |
(0.28) | (Ayb 22:1) |
(sh: Dosa sosial (Sabtu, 3 Agustus 2002)) Dosa sosialDosa sosial. Bila dalam ucapan-ucapannya sebelumnya Elifas terdengar sebagai yang paling menahan diri dari menuduh dan berupaya untuk menghibur Ayub (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4:6; 5:17), kini terang-terangan Elifas menuduh Ayub dihukum Tuhan karena dosa-dosanya. Seperti halnya ucapan Zofar dan Bildad, ucapan Elifas ini pun mengandung kebenaran. Firman Allah tidak saja melarang orang dari melakukan perbuatan salah, tetapi juga mendorong orang untuk berbuat benar. Perintah-perintah Allah dalam Taurat maupun uraiannya, serta ucapan para nabi, menegaskan dua sisi sifat perintah-perintah Allah itu. Karena itu, kejahatan tidak saja harus berbentuk melakukan yang jahat terhadap orang lain, tetapi bisa juga dalam bentuk menahankan yang baik terhadap orang lain. Dosa-dosa juga tidak saja bersifat individual tetapi bisa pula bersifat sosial. Bahkan dalam sorotan Alkitab, aspek sosial menjadi ukuran dari kesungguhan spiritualitas seseorang. Dengan terang-terangan, kini Elifas menuduh Ayub telah melakukan dosa-dosa sosial dalam bentuk menerima gadai (ayat 6), tidak peduli terhadap orang miskin (ayat 7) dan menelantarkan para janda dan yatim piatu (ayat 9). Kelak Ayub akan menegaskan kembali bahwa tuduhan bahwa dirinya telah melakukan ketidakpedulian sosial ini pun tidak benar (ps. 29). Maju selangkah lebih jauh, Elifas juga menuduh bahwa Ayub telah meremehkan Allah. Rupanya Elifas menafsirkan ucapan-ucapan Ayub sejauh ini yang membela bahwa dirinya benar di hadapan Allah sebagai kemunafikan. Seolah Ayub menganggap Allah dapat dikelabui atau Allah tidak peduli terhadap benar atau salahnya perbuatan orang. Berdasarkan pengandaian keliru ini, Elifas lalu mengunci khotbahnya dengan undangan agar Ayub bertobat (ayat 21-30). Undangan untuk bertobat diikuti dengan janji yang mengandung kebenaran: Orang yang bertobat dan mengikuti jalan benar, akan diperkenan Tuhan dan beroleh berkat-berkat-Nya. Sayang semua kebenaran ini berasal dari orang yang tidak pernah membuka mata dan telinga hatinya kepada rintihan rohani sahabatnya, Ayub. Renungkan: Meski tidak beroleh keberuntungan sosial, kita tetap harus memiliki kepedulian sosial. |
(0.28) | (Ayb 26:1) |
(sh: Membuka hati mendengar suara-Nya (Selasa, 21 Desember 2004)) Membuka hati mendengar suara-NyaMembuka hati mendengar suara-Nya. Pada pasal ini kita berjumpa dengan permainan kata dalam puisi Ayub yang secara keras dan tajam merespons pernyataan Bildad. Pasal ini dibagi dua bagian di mana Ayub mengungkapkan pandangannya tentang Allah. Bagian pertama Ayub mengecam pemikiran Bildad yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang ke-Mahabesaran Allah. Ayub mempertanyakan asal-usul pemikiran Bildad tersebut (ayat 1-4). Pada bagian kedua, tampak bahwa melalui perenungannya tentang kuasa Allah atas semua ciptaan, Ayub mencoba menjernihkan pemikiran Bildad tentang bagaimana Allah sebenarnya (ayat 5-14). Pemikiran Ayub tentang Allah terwujud dari hubungan persekutuan Ayub yang erat dengan Allah. Tanpa hal itu, manusia bisa terjebak pada pengungkapan yang keliru tentang Allah. Biasanya manusia berusaha mempelajari Allah melalui ilmu-ilmu kebatinan, pengalaman hidup, bahkan pemahaman teologis. Akibatnya, kita dapat memberikan penjelasan yang sarat teori berdasarkan `teologi yang hambar' dan pengalaman hidup semata kepada teman kita yang sedang menderita. Sebaliknya, Ayub mendasarkan pemahamannya tentang Allah melalui penderitaannya. Buktinya Ayub mampu mengungkapkan suatu pernyataan yang mencengangkan (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14b). Pertanyaan buat kita: "Mengapa Ayub dapat melakukan hal itu?" Jawabnya hanya satu yaitu dengan hati nurani yang bersih Ayub mempertahankan ketulusan hatinya di hadapan Allah. Ayub terus belajar untuk mendengar panggilan Allah sebagai petunjuk untuk membina persekutuan dengan-Nya. Rindukah Anda memiliki pandangan yang benar tentang Allah? Dia tidak bisa dicari dengan ilmu pengetahuan mutakhir ataupun ilmu teologi yang `tinggi' saja. Sebaliknya, kita justru dapat mengerti bagaimana Allah sebenarnya melalui pergumulan hidup, seperti Ayub yang mampu `mendengar' suara Allah dalam penderitaan. Renungkan: Allah rindu memiliki hubungan persekutuan yang erat dengan kita. Apakah disiplin rohani yang Anda jalankan merupakan pantulan respons Anda terhadap kerinduan Allah tersebut? |
(0.28) | (Ayb 27:1) |
(sh: Memperjuangkan kebenaran (Rabu, 22 Desember 2004)) Memperjuangkan kebenaranMemperjuangkan kebenaran. Tidak sedikit para tokoh iman kristiani, seperti: Paulus, Petrus, Yohanes, Stevanus, Galileo Galilei, Marthin Luther King, dll. yang divonis hukuman mati atau dibunuh akibat kesalahan yang tidak dilakukannya. Pada nas ini, Ayub memperjuangkan kebenarannya yaitu menyatakan dirinya tak bersalah (ayat 5). Meskipun, para sahabatnya telah bersepakat menyatakan penderitaan Ayub adalah karena ia telah berdosa. Untuk memperjuangkan kebenarannya itu, Ayub membuat suatu pernyataan yang mencengangkan. Ia mengajukan permohonan naik banding kepada Allah. Pernyataan Ayub di ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2 tentang Allah yang hidup, "yang tidak memberi keadilan kepadaku, yang memedihkan hatiku", bukanlah merupakan pernyataan menantang Allah. Sebaliknya ia menyerukan pernyataan keprihatinannya yang mempertanyakan kebijaksanaan Allah, berkaitan dengan penderitaan yang menimpa dirinya. Melalui ucapan ini sebenarnya Ayub ingin mengungkapkan dua hal: Pertama, Ayub merasakan kenyataan bahwa hidup telah berlaku tidak adil terhadapnya. Hal ini diukur Ayub dari kehidupan orang fasik yang akan memperoleh nasib sial karena telah ditetapkan Allah (ayat 13-19). Akan tetapi, Ayub bukanlah orang fasik. Namun, mengapa hidupnya diperlakukan Allah sama seperti hidup orang fasik? Kedua, Ayub menyatakan bahwa ia benar di hadapan Allah. Dan sekalipun Ayub harus menanggung penderitaan, Ayub tetap mengikrarkan keteguhan imannya, Ayub bertekad akan tetap hidup dalam kebenaran Allah seraya menjaga kemurnian hatinya (ayat 6). Setiap orang berhak untuk memperjuangkan kebenaran bagi dirinya sendiri. Akan tetapi, sebelum Anda melakukan hal itu, instrospeksi diri dulu bahwa Anda tidak melakukan kesalahan yang dituduhkan. Jauh lebih baik, jika bukan kebenaran diri saja yang diperjuangkan. Melainkan hendaknya kita juga berani menyatakan kebenaran firman Allah yang dituangkan dalam perbuatan, perkataan, dan pemikiran kita. Ingatlah: Jangan gentar untuk memperjuangkan kebenaran, apalagi yang bersumber dari firman Allah karena Ia di pihak kita. |
(0.28) | (Ayb 31:1) |
(sh: Pembelaan terakhir Ayub (Sabtu, 10 Agustus 2002)) Pembelaan terakhir AyubPembelaan terakhir Ayub. Solilokui atau ungkapan perasaan terdalam Ayub melalui perkataan ini (ps. 29-31) ditutup dengan pengakuan bahwa dirinya tidak bersalah (ps. 31). Kembali Ayub menggunakan gaya bahasa seakan dirinya diadili, dan kini ia berkesempatan untuk membela dirinya dalam cara lain. Dalam nas ini hati nurani Ayub tampil ke depan, dan memberikan pertanggungjawaban tentang kehidupannya di hadapan prinsip-prinsip moralitas yang benar. Pertanggungjawaban ini sekaligus juga menjadi pertanyaan kepada Allah (ayat 35), yang telah "mengamat-amati … dan menghitung ..." (ayat 4), dan ketetapan-ketetapan-Nya. Pertanggungjawaban itu diberikan Ayub dalam bentuk rangkaian perkataan, 'jika saya melakukan dosa A maka biarlah B terjadi pada saya.' Para penafsir nas ini menghitung ada empat belas (dua kali tujuh) bentuk dosa yang Ayub nyatakan tidak pernah ia lakukan (dengan kutukan jika dirinya ternyata melakukan dosa tersebut). Angka tujuh dalam PL bermakna kegenapan. Dua kali tujuh menunjukkan kesungguhan Ayub membela perkaranya di hadapan Allah. Hampir semua dosa yang diucapkan Ayub berkaitan dengan etika kehidupan, kecuali satu, mengenai ibadah (menyembah berhala, ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">26-27). Hal ini menunjukkan Ayub layak menerima pujian dari Allah sebagai orang yang "demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1:8). Yang perlu diperhatikan di sini adalah keteguhan Ayub untuk tetap mempertahankan integritas moralnya, walaupun prinsip pada ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2-3, terbukti dalam kehidupan Ayub terjadi sebaliknya. Namun Ayub tetap menjaga integritasnya, bukan karena takut dihukum, atau demi berkat Allah. Ayub telah terpuruk, tetapi ia tetap menjaga kehidupannya. Kini, dari Allah pula Ayub menanti jawaban atas semua pergumulan, kebingungan, dan jeritan hatinya. Renungkan: Apa alasan Anda menjaga moralitas kehidupan Anda? Seharusnya bukan supaya masuk surga, atau demi berkat Tuhan dalam hidup. Tetapi semata karena kerinduan untuk tetap ada dalam hubungan dengan Allah yang benar, betapapun sulit dan membingungkan hidup yang harus dijalani. |
(0.28) | (Ayb 34:1) |
(sh: Orang pandai yang bodoh (Selasa, 13 Agustus 2002)) Orang pandai yang bodohOrang pandai yang bodoh. Walau Elihu menjamin ingin membela Ayub (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">33:32), dalam pasal ini jelas bahwa ia memihak teman-teman Ayub. Masalahnya jelas: dengan mengaku dirinya bersih, Ayub menuduh Allah tidak adil. Karena itu, Ayub harus memohon belas kasihan Allah. Elihu berbicara di muka orang-orang berhikmat yang akan menentukan kebenaran (ayat 1-4). Ia mulai mengajukan kasusnya dengan mengutip tuduhan Ayub kepada Allah (ayat 5-6). Namun, dia menyerang Ayub dengan menyatakan bahwa Ayub hidup tak bermoral (ayat 7-8), sebuah tuduhan yang tidak adil karena tanpa bukti. Ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9 menunjukkan keraguan Ayub bahwa hidup dikenan Allah tidak menjamin keadaan akan seperti demikian terus. Maka, Elihu melihat bahwa Ayub bukan hanya menuduh Allah tidak adil, tetapi sedang menghujat Dia. Karena itu, ia mengimbau agar orang-orang (maksudnya Ayub) menjadi berhikmat (ayat 10). Dengan berbagai argumen Elihu menegaskan bahwa Allah tidak mungkin salah dan bahwa manusia mutlak tergantung pada-Nya (ayat 11-15). Setelah itu, Elihu berkata-kata kepada Ayub (ayat 16-37). Bukankah Allah tidak mungkin memerintah bumi kalau Ia jahat (ayat 17)? Allah memakai kekuasaan-Nya untuk kebaikan, menunjukkan Allah yang tidak pilih kasih (ayat 18-20). Ayub, yang sedang kesusahan dan terpuruk dalam debu, sulit mengerti argumen ini. Ucapan Elihu seterusnya tentang penghakiman Allah secara tidak langsung menyindir Ayub. Orang jahat tidak bisa lari dari Allah karena Allah mahatahu dan kesalahan pasti dihukum, dan sebenarnya Elihu menuduh bahwa Ayub menindas orang miskin (ayat 21-30). Bagian ini ditutup dengan keputusan tentang Ayub (ayat 31-37). Ayub telah melakukan dosa kebodohan dan ia harus mengaku dosa dan meminta hikmat kepada Allah. Elihu mengharapkan agar Ayub menerima usulannya agar tidak dihukum. Elihu juga meminta para pendengar lain mendukung pikirannya: Ayub bodoh dan kekerasan hatinya menambah kesalahannya. Renungkan: Orang yang pandai selalu menyadari keterbatasannya. Orang bodoh selalu merasa pandai dan menganggap orang lain bodoh. |
(0.28) | (Ayb 42:1) |
(sh: Wawasan yang baru (Rabu, 21 Agustus 2002)) Wawasan yang baruWawasan yang baru. Ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3a dan 4 jelas bukan perkataan Ayub. Kelihatannya Ayub mengingat lagi kata-kata Yahweh dalam dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">38:2 dan 38:3b waktu akan memberikan jawaban kepada Yahweh. Peristiwa yang mengharukan ini menunjukkan bahwa pada akhirnya Ayub luluh di dalam sikap menyerangnya. Akhirnya Ayub puas. Yang menarik adalah, Ayub puas bukan karena telah mendapatkan jawaban, tetapi karena wawasan yang baru bahwa hak-hak manusia bukanlah yang terpenting di dalam desain Allah. Kehendak dan kedaulatan Allah, itulah yang terpenting. Dalam jawaban pertamanya kepada Yahweh (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:37-38), ia telah mengakui kehinaannya dan kesia-siaan untuk mengadili Allah. Kini ia mengulanginya lagi (ayat 2). Dalam ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3, mengulangi dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">38:2, ia kini mengakui bahwa ia telah berbicara dalam ketidaktahuan mengenai karya-karya ajaib yang sekarang telah disingkapkan Yahweh kepadanya. Karya-karya itu tetap melampaui pengertiannya. Dengan demikian, respons Ayub telah berubah, dari mengakui kehinaannya sampai menarik kasusnya - mengakui hal itu sebagai kekeliruan. Perlu dicatat bahwa sampai akhir kitab Ayub pun tidak disinggung mengenai kebersalahan atau ketidakber-salahan Ayub. Allah tidak melihat hak dan kedudukan manusia sebagai yang sentral. Ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4-5 berbicara mengenai dua model pengetahuan. Pertama adalah mendengar. Ini bisa berarti mendengar melalui telinga, semacam berita yang belum tentu kebenarannya. Kedua adalah melihat. Setelah Ayub melihat Allah, maka barulah ia memahami Dia. Ia masuk ke dalam wawasan baru, bukan sekadar menerima tradisi, tetapi mengalami penyingkapan-penyingkapan yang mencerahkan pikiran dan hatinya. Ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6 menyatakan pertobatan Ayub. Ia mengubah pikirannya dan mencabut kasusnya. Ayub duduk dalam debu dan abu, menunjukkan kerendahan hati dan menghinakan diri sendiri karena ketidakmengertiannya. Renungkan: Segala sesuatu ada waktunya. Badai pasti berlalu. Hidup berjalan terus. Lihatlah cakrawala baru dari Allah dan temukan keindahan dalam misteri Ilahi. |
(0.28) | (Mzm 5:1) |
(sh: Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidup (Kamis, 9 Januari 2003)) Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidupMaju dalam Tuhan di tengah masalah hidup. Kejahatan, baik yang ditujukan kepada kita maupun yang terjadi di sekitar kita, pasti menimbulkan penderitaan. Mazmur ini melukiskan langkah mendaki makin mendekat Allah yang justru terjadi di dalam pergumulan orang beriman. Hal pertama yang pemazmur lakukan adalah menyatakan isi hatinya dan keluh kesahnya kepada Allah (ayat 2-4). Hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang riil, bukan teoretis belaka. Doa adalah kebiasaan rohani yang mewadahi komunikasi riil tersebut. Menyadari itu, pemazmur berdoa di pagi hari. Dalam doanya, Ia dengan bebas dapat meninggikan Allah sebagai Raja sambil meminta secara nyata seolah kepada seorang sahabat. Kedua, pergumulan rohani yang dialaminya adalah kesempatan untuk pemazmur mengakarkan keyakinan imannya bahwa Allah konsisten dalam kekudusan-Nya (ayat 5-7). Apa pun kenyataan yang kini dialaminya tidak ia izinkan untuk mengaburkan keyakinan bahwa Allah membalas kejahatan dengan adil dan tegas menolak dosa. Ketiga, pemazmur mengutarakan tekad imannya berdasarkan kasih karunia kekal Allah untuk makin maju dalam hubungannya dengan Allah (ayat 8-9). Keempat, pemazmur memperjelas evaluasinya tentang orang jahat sambil meminta agar Tuhan memperlakukan orang jahat setimpal dengan kejahatan mereka (ayat 10-11). Perhatikan bagaimana pemazmur dengan tajam menilai kondisi hati dan sifat jahat mereka (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">10). Dengan demikian permohonannya bukanlah dorongan balas dendam, tetapi dorongan agar kemuliaan Allah dinyatakan (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">11). Kelima, akhirnya pemazmur mengutarakan keyakinan imannya bahwa orang benar akan bersukacita sebab Tuhan melindungi dan memberkati 12-13). Renungkan: Tuhan tidak saja melindungi kita saat kita tertekan kejahatan, Ia juga menuntun kita berjalan semakin mesra dengan-Nya. |
(0.28) | (Mzm 16:1) |
(sh: Iman dan kesehatan manusia (Minggu, 14 Januari 2001)) Iman dan kesehatan manusiaIman dan kesehatan manusia. Berbicara tentang iman seringkali membawa kita kepada konsep-konsep yang abstrak, seakan tak ada hubungannya dengan realita kehidupan sehari-hari. Mazmur 16 mengajarkan kepada kita realita iman, manifestasi iman, dan peran iman bagi kebahagiaan manusia. Doa pemazmur (ayat 1) mengungkapkan imannya terhadap Allah. Imannya senantiasa menyadarkannya akan realita kehidupan yang sering tidak bersahabat. Iman yang ia miliki juga terungkap di dalam kepuasannya terhadap Allah (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2, 5). Apa pun yang ia alami, ia tetap yakin bahwa Allah yang terbaik dan akan selalu menjadi yang terbaik. Pemazmur mengungkapkan bahwa orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang selalu rindu untuk bersekutu dengan saudara lainnya yang seiman, dan berbuat kebaikan kepada mereka (ayat 3). Perbedaan antara orang beriman dan yang tidak, dapat diidentifikasikan dengan melihat perbuatan dan perkataan mereka (ayat 4). Di samping membuat orang puas dengan Allah, iman juga membuat orang puas dengan kehidupannya (ayat 6). Ini tidak berarti bahwa iman membuat orang menjadi cepat puas sehingga tidak ada niat dan kerja keras untuk terus memperbaiki taraf hidupnya. Namun kepuasan ini yang memampukan orang beriman untuk mensyukuri setiap yang dimiliki dan tidak iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Iman juga akan menjauhkan Kristen dari rasa kuatir dan gentar menghadapi masa depan, sebab masa depan terletak dalam genggaman tangan Tuhan dan Ia senantiasa menyertainya (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">8, 11). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman berhubungan erat dengan kesehatan jiwa dan fisik seseorang (ayat 9). Renungkan: Seorang yang merasa puas, hatinya akan bersukacita dan tentram. Jika Anda mengalami stress, depresi, tekanan darah tinggi, sakit maag, jantung, dll., evaluasilah kehidupan iman Anda. Bacaan untuk Minggu Epifania 2 Lagu: Kidung Jemaat 379 PA 2 Mazmur 14 Melihat apa yang terjadi di masyarakat, kita seringkali bertanya mengapa ada orang yang begitu tega dan jahat menyakiti bahkan menghabisi orang lain. Dan bila kita amati lebih jauh, nampaknya kekejaman dan kejahatan yang terjadi cenderung meningkat. Bagaimana kita memandang hal ini? Bagaimana respons kita? Apa yang dapat kita lakukan? Itulah yang akan kita pelajari dari Mazmur ratapan ini. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Keyakinan apa yang dimiliki oleh orang bebal (ayat 1)? Seberapa parahkah keyakinannya itu? Bagaimanakah hubungan antara keyakinan dengan perbuatannya? Apa pun pasti membutuhkan proses untuk menjadi busuk dan menjijikkan. Apakah kebenaran ini berlaku juga bagi perbuatan seseorang? Lalu apa yang mempercepat pembusukan dari perbuatan seseorang? Apakah proses ini dapat dicegah dan dihentikan? 2. Keyakinan yang tercela (ayat 1) dimanifestasikan oleh tindakan dan pikiran yang tercela. Temukan itu satu-persatu dan beri penjelasan (ayat 3,4)! Bila dihubungkan dengan keyakinan orang bebal, menurut Anda mengapa umat Allah digambarkan sebagai korban kejahatan yang paling mengenaskan? Jelaskan! 3. Ratapan pemazmur diselingi dengan ungkapan keyakinannya akan tindakan Allah (ayat 1-3). Teladan apa yang Anda dapatkan? Keyakinan apa lagi yang dimiliki oleh pemazmur dalam kondisi masyarakat yang demikian (ayat 5-6)? Apa yang memampukan pemazmur untuk tetap dapat mempunyai keyakinan kepada Allah walaupun ancaman dan serangan siap melumatnya? 4. Usaha apa yang dilakukan pemazmur untuk memperbaiki masyarakat yang sudah tercela keyakinan dan perbuatannya (ayat 7)? Katakan kembali ayat ini dengan kata-kata Anda sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini di Indonesia! 5. Berdasarkan kebenaran-kebenaran di atas, bagaimana Anda menilai masyarakat kita sekarang? Bagaimana Anda memandang pembakaran gereja dan penganiayaan yang dialami oleh Kristen di Indonesia? Apa yang harus kita lakukan secara konkrit untuk memperlambat proses pembusukan dalam masyarakat? |
(0.28) | (Mzm 35:1) |
(sh: Orang baik selalu kalah? (Selasa, 27 Mei 2003)) Orang baik selalu kalah?Orang baik selalu kalah? Kadang, tindakan kita menjawab pertanyaan ini dengan seruan "ya" yang menggema. Apalagi, kata "mengalah" tidak jauh bedanya dengan kata "kalah". Bersikap dan bertindak baik adalah suatu ketidakpraktisan yang naif, terutama ketika semua orang lain bersikap gesit, tegas, sigap menjaga diri, dan agresif. Ini Indonesia, Bung! Di sini, baik berarti naif dan lemah, dan lemah berarti terpinggirkan. Dari kacamata di atas, pemazmur mungkin termasuk sosok orang naif: ia berbuat baik, sangat baik bahkan, kepada orang yang berbuat jahat kepadanya (ayat 11-14). Bahkan, berbuat baik kepada orang- orang yang dengan agresif menjahati dirinya. Seperti manusia lainnya, kondisi ini memedihkan hatinya dan membuatnya geram. Pemazmur bereaksi, bukan membalas, tetapi mengadu kepada Tuhan. Dalam pemahamannya, bukan tangannya yang akan membalas kejahatan para musuhnya, bukan tangannya sendiri. Mazmur seruannya ini ditutup dengan suatu keyakinan, bahwa dirinya tetap akan bertahan dan memuji-muji Allah dalam ucapan syukur karena keadilan-Nya (ayat 28). Keyakinan ini patut kita teladani. Sering kali Kristen menyerah dan berkompromi karena tidak yakin, apakah dengan berlaku benar dirinya masih dapat bertahan di dalam kerasnya persaingan hidup dalam dunia nyata ini. Mungkin banyak Kristen yang berseru dalam kata-kata yang sama dengan seruan pemazmur, "sampai berapa lama, Tuhan?" (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17, bdk. 22). Jika demikian, ada baiknya kita meneladani kepercayaan yang menjadi dasar dari mazmur ini. Pemazmur percaya kepada keadilan, kemahakuasaan, dan kepedulian Allah, betapapun suramnya hidup. Iman inilah yang menjadi kekuatan untuk tetap berserah, dan bertahan dalam mengikuti jalan Tuhan. Renungkan: Percayalah kepada Allah karena Allah itu adil. Menyerah dan mengikuti dunia berarti percaya kepada ketidakadilan. |
(0.28) | (Mzm 36:1) |
(sh: Lanjutkanlah kasih setia-Mu (Sabtu, 31 Mei 2003)) Lanjutkanlah kasih setia-MuLanjutkanlah kasih setia-Mu.
Orang Fasik adalah jawara dari tentara kerajaan kegelapan.
Catatan tentang kejahatannya sangat menggetarkan: rasa takut
kepada Allah tidak ada dalam hatinya (ayat 2). Ia meninggikan
dirinya sedemikian rupa sehingga, jangankan membenci
kesalahannya, mengenalinya pun ia tidak lagi mampu (ayat 3).
Perkataan dan perbuatannya sepenuhnya jahat (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">4,5a bdk. Pendekar yang lainnya adalah Yahweh -- TUHAN! Kasih-Nya sampai ke langit, setia-Nya sampai ke awan (ayat 6). Keadilan-Nya seperti gunung-gunung yang gagah perkasa. Hukum-Nya seperti samudera raya yang hebat. Penjagaan-Nya menjangkau manusia dan hewan (ayat 7). Sayap-Nya adalah perlindungan bagi anak manusia (ayat 8b). Rumah-Nya adalah sumber makanan dan sungai kesenangan-Nya sumber minuman bagi mereka (ayat 9). Dari dalam diri-Nya terpancar kehidupan dan terang yang menjadi sumber hidup bagi mereka yang bernaung pada-Nya (ayat 10). Namun, ketika tentara kerajaan terang menjadi sangat cemas dan ketakutan melihat 'kesaktian' pendekar dari kerajaan kegelapan, pemazmur justru tidak menampilkan sosok Allah sebagai pendekar gagah perkasa yang bersenjata lengkap dan siap untuk membinasakan orang fasik. Pemazmur justru menampilkan sosok Allah yang melindungi umat-Nya dengan "kasih setia" -- hesed (ayat dikuatkan+hatinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">6, 8) -- dan "keadilan" -- tsedaqah (ayat 6). Dua kata ini jugalah yang dipakai oleh pemazmur ketika ia memohon perlindungan Allah atas orang benar dari kejahatan orang fasik. Kasih setia dan keadilan Allah inilah yang pada akhirnya membinasakan orang fasik. Mereka "jatuh", "dibanting" dan "tidak dapat bangun lagi". Renungkan: Selama di dunia ini kita masih harus hidup di antara dua suara berpengaruh: kejahatan atau kebenaran. Suara manakah yang dengannya kita berdialog? |
(0.28) | (Mzm 37:21) |
(sh: Kebahagiaan orang benar (ayat 2) (Senin, 2 Juni 2003)) Kebahagiaan orang benar (ayat 2)Kebahagiaan orang benar (ayat 2). Di dua bagian terdahulu kita telah melihat bagaimana pemazmur mengajar orang benar untuk tidak marah karena kesuksesan dan kemakmuran orang fasik. Bagian ketiga (ayat 23-29) masih meneruskan pokok-pokok pikiran dari dua bagian sebelumnya, tetapi dengan fokus yang agak berbeda. Kalau bagian pertama didominasi oleh panggilan kepada orang benar untuk bersandar dan berlindung kepada Tuhan, dan bagian kedua menitikberatkan pada kesia-siaan usaha orang fasik, bagian ketiga sekarang memusatkan perhatian pada Tuhan dan perlindungan-Nya atas orang benar. Tuhan menjaga orang benar sehingga walaupun mereka dapat "jatuh" mereka tidak akan sampai tergeletak (ayat 23-24). Tuhan juga mencukupi kebutuhan mereka dan bahkan dari kecukupan itu mereka dapat memberi dengan murah hati (ayat 25-26). Bagian ini ditutup dengan panggilan ajakan untuk menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan karena Tuhan adalah Tuhan yang "mencintai hukum". Juga terdapat penegasan tentang orang benar yaitu bahwa mereka akan mewarisi negeri (ayat 27-29). Siapa saja orang benar yang akan mewarisi negeri? Orang-orang yang mulutnya mengucapkan hikmat, yang lidahnya mengatakan hukum, yang hatinya dituntun oleh Taurat Allah (ayat 31), dan yang hidupnya senantiasa menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya meskipun berada di tengah-tengah ancaman orang fasik (ayat 32-34). Jika Anda tergoda oleh suatu pencobaan, bandingkanlah hasil akhir orang benar dan orang fasik. Orang yang jatuh ke dalam dosa, sering kali disebabkan oleh kemalasan untuk tidak berpikir panjang. Mata gelap, pikiran pendek, membuat orang begitu saja membiarkan dirinya melakukan dosa. Renungkan: Pikiran dan pemahaman firman adalah hal utama dalam kehidupan. Bangunlah kebiasaan baik mempelajari firman bila Anda ingin memiliki ketahanan dan ketangguhan rohani. |