Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 141 - 160 dari 183 ayat untuk budak lelaki (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.04) (Ul 6:5) (jerusalem: Kasihilah TUHAN) Kasih kepada Allah bukanlah sesuatu yang boleh dipilih atau tidak dipilih. Sebaliknya, ia berupa perintah. Kasih yang membalas kasih Allah kepada umatNya, Allah kewajiban berbakti kepadaNya dan menepati perintah-perintahNya, Ula 6:13; 10:12-13; 11:1, bdk Ula 30:2. Perintah kasih itu secara langsung tidak disebut lagi dalam Perjanjian Lama, kecuali dalam Ulangan. Tetapi dalam 2Ra 23:25 dan Hos 6:6 terdapat keterangan yang senada. Biarpun perintah kasih tidak jadi terungkap, namun rasa kasih kepada Allah meresap ke dalam kitab para nabi, khususnya kitab Hosea, dan ke dalam kitab Mazmur. Dengan mengutip Ula 6:5 Yesus berkata bahwa perintah kasih kepada Allah itu adalah perintah utama, Mat 22:37 dsj. Dalam kasih itu terkandung rasa segan seorang anak kepada bapanya, tetapi di dalamnya tidak ada tempat bagi ketakutan seorang budak terhadap majikannya, 1Yo 4:18.
(0.04) (Yes 41:8) (jerusalem: hambaKu) Di sini untuk pertama kalinya Deutero-yesaya menyuguhkan tema "Hamba Tuhan" yang berperan besar dalam pemberitaannya. Tema "Hamba Tuhan" erat bersangkutan dengan tema kepilihan, bdk Yes 43:10,20; 44:1,2; 45:4. Dan tema kepilihan itu terkait pada panggilan Abraham. Israel-Yakub, keturunan Abraham, telah dipilih Tuhan menjadi saksiNya, Yes 43:10 kalaupun Israel dahulu tidak setia, Yes 42:19. Dosanya diampuni Allah yang menyelamatkan umatNya, Yes 44:1-5; 48:20. Adapun gagasan "hamba tidak mengungkapkan hubungan: budak-majikan, tetapi hubungan yang mencakup kepercayaan dan kasih. mengenai "Nyanyian-nyanyian Hamba Tuhan", bdk Pengantar.
(0.04) (Am 2:7) (jerusalem) Larik pertama ayat ini dalam naskah Ibrani kurang jelas. Ungkapan "ke dalam debu" tidak ada dalam terjemahan Yunani. Oleh sementara ahli dianggap sisipan. Pada umumnya ayat ini mengecam keserakahan orang berkuasa yang memeras orang lemah. Kecaman semacam itu banyak terdapat pada nabi, Ams 8:5-6; Yes 1:17,23; 3:4; Mik 2:1-2,8-11; 3:9-11; 6:9-12; Zef 1:9; Yer 2:34; Yeh 22:29
(0.04) (2Raj 4:1) (sh: Pelayanan yang mengentaskan kemiskinan (Kamis, 18 Mei 2000))
Pelayanan yang mengentaskan kemiskinan

Tentunya masih segar dalam ingatan kita, ketika kris-mon melanda Indonesia. Gereja-gereja sibuk membagikan atau menjual murah sembako kepada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pelayanan ini masih berlanjut hingga sekarang. Harus diakui bahwa pelayanan ini memang dapat membantu meringankan penderitaan masyarakat kelas bawah. Namun dampaknya hanya bersifat sementara. Pelayanan demikian tidak mampu mengentaskan mereka dari kondisi sosial yang terpuruk. Yang lebih mengkuatirkan adalah pelayanan demikian justru akan melanggengkan kemiskinan mereka. Mungkin dalam pikiran mereka akan tumbuh suatu prinsip bahwa 'kerja keras tidak perlu karena pada akhirnya akan ada yang mengulurkan bantuan'.

Elisa yang dalam pelayanannya banyak berhadapan dengan orang-orang kecil dan masyarakat biasa, memberikan teladan yang baik tentang sebuah pelayanan yang mengentaskan. Ketika seorang janda yang anak-anaknya harus dijual sebagai budak untuk membayar hutang-hutangnya datang minta pertolongan kepadanya, maka Elisa menyambut dengan penuh empati dan peduli, menyatakan siap membantunya. Namun, sang janda harus bekerja bersama anak-anaknya meminjam buli-buli sebanyak-banyaknya, menuangkan minyak ke dalamnya, dan kemudian dijual. Dari hasil usaha, yang dibantu oleh mukjizat Allah, sang janda berhasil membayar hutang dan mempunyai uang untuk hidup selanjutnya. Artinya, hidupnya tidak lagi bergantung pada bantuan orang lain.

Apa yang bisa kita simpulkan tentang bantuan yang diberikan Elisa? Bantuan itu tidak hanya membuat orang rajin bekerja tetapi juga makin mengokohkan kesatuan keluarga dengan memberdayakan keluarga tersebut, dapat menanggung permasalahan bersama-sama. Bantuan itu mengentaskan mereka dari permasalahan secara tuntas. Bahkan juga mengangkat derajat sosial mereka dari calon budak menjadi orang merdeka. Dengan bantuan ini pun mereka hidup mandiri.

Renungkan: Pelayanan Elisa di antara rakyat kecil memberikan gambaran kepada Kristen masa kini, bagaimana seharusnya menolong rakyat kecil yang dalam kesulitan ekonomi, agar nantinya pertolongan yang diberikan itu tidak menjadi bumerang bagi si penolong dan tidak menjadi racun bagi yang ditolong.

(0.04) (Kis 28:17) (sh: Jangan lakukan kristenisasi! (Kamis, 24 Agustus 2000))
Jangan lakukan kristenisasi!

Kemiskinan yang dialami non-Kristen, dipandang sebagai sarana efektif untuk menyampaikan Injil dan membuat mereka `percaya' kepada Kristus. Sehingga menimbulkan kesan bahwa banyak orang menjadi Kristen hanya supaya mendapatkan perawatan kesehatan, sesuap nasi, pendidikan, dan penghidupan yang lebih layak. Dengan kata lain mereka sebetulnya belum siap menjadi Kristen. Mereka `diperdayai' agar mengambil keputusan.

Paulus tidak pernah memanipulasi orang untuk menjadi Kristen, walau ia mempunyai semangat yang tidak pernah padam untuk mengabarkan Injil. Masa 2 tahun yang ia punyai ketika menunggu panggilan dari Kaisar di Roma, Paulus gunakan sebaik-baiknya untuk memberitakan Firman Hidup (31), seperti yang pernah terjadi di Efesus dan Kaisarea. Dia meyakini sepenuhnya bahwa ia adalah seorang prajurit yang selalu siap melaksanakan kewajiban dimana dan kapan saja yaitu berbicara atas nama Allah. Ia pun sangat peduli kepada saudara sebangsanya yaitu orang-orang Yahudi. Ia melakukan berbagai usaha untuk mengundang mereka dan menghabiskan banyak waktu untuk menginjili mereka (17, 23). Namun, sekali lagi, Paulus tidak pernah memanipulasi mereka untuk segera mengambil keputusan menjadi pengikut Kristus.

Paulus mengadakan pertemuan dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di Roma. Mereka ada yang hidup sebagai budak maupun sebagai orang merdeka. Ia memberitakan Injil dengan ketulusan dan kemurnian hati kepada mereka. Walaupun demikian, tidak semua menerima Injil. Bahkan yang menolak Injil nampaknya lebih banyak. Namun Paulus tidak memaksa atau memanipulasi dengan menggunakan kelemahan/kekurangan mereka karena sebagian dari mereka adalah budak, agar mereka segera mengambil keputusan yang mereka sendiri belum siap.

Renungkan: Program penginjilan yang selama ini kita lakukan perlu dievaluasi. Karena banyak yang dilakukan hanya dengan menyebut Yesus sebagai Penyembuh, Pemberi damai sejahtera, Pemberi berkat, dlsb. Namun mereka tidak pernah menyebut karya penebusan Kristus atas dosa manusia. Sehingga banyak orang yang mau menjadi Kristen semata-mata supaya ada perbaikan kondisi sosial dan ekonomi. Ini merupakan salah satu bentuk kristenisasi. Yang sangat tragis dari kristenisasi ini adalah usaha ini tidak akan pernah mengantar jiwa ke surga.

**Pengantar Kitab Yeremia**

Yeremia adalah seorang pribadi yang sangat peka, amat terluka karena penolakan yang dilakukan oleh teman-teman sezamannya (budak+lelaki&tab=notes" ver="">11:21). Ia dilahirkan dari keluarga imam, keturunan Abyatar (1Raj. 2:26) dan tinggal di Anatot (32:8). Ia dilahirkan kira-kira menjelang akhir pemerintahan Manasye. Masa pelayanannya kira-kira 40 tahun, dimulai kira-kira tahun 627 sM pada tahun ke-13 pemerintahan Yosia dan berlanjut hingga melewati masa kejatuhan Yerusalem karena serangan Nebukadnezar di tahun 586 sM. Ketika Yehuda di bawah pemerintahan Yoyakim dan Zedekia, Yeremia mengalami banyak penderitaan fisik di tangan musuh-musuhnya. Namun nyawanya tetap selamat dan setelah Yerusalem jatuh, Yeremia diizinkan tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang ditinggal di Yerusalem (39:14). Dia kemudian diangkut bersama-sama mereka ke Mesir (43:4-7).

Sejak pemerintahan Yosia, Yehuda mendapatkan ancaman dari bangsa-bangsa lain sampai akhirnya dikuasai Babel. Misi Yeremia adalah untuk menyerukan kepada Yehuda agar tunduk kepada penguasa asing sebagai disiplin dari Allah. Namun para raja dan rakyat Yehuda dengan sangat keras menentang khotbah Yeremia, bahkan mereka menolak Allah dan berpaling kepada dewa-dewa asing. Puncaknya, penolakan Yehuda untuk tunduk menyebabkan kekuatan Babel yang besar menyerang Yerusalem. Beberapa pasal kitab ini disebut buku harian rohani (budak+lelaki&tab=notes" ver="">11:18-12:6; 15:10-21; 17:5-10,14-18; 18:18-23; 20:7-18), karena Yeremia seringkali membagikan pengalaman rohaninya.

Kitab yang dulunya ditujukan kepada bangsa yang memberontak pada saat negaranya dalam bahaya besar, mengundang kita untuk mendengarkan dan menerapkan firman Tuhan ke dalam zaman kita sekarang ini. Kitab ini juga akan mendorong kita untuk meneladani semangat dari seorang hamba Tuhan yang seringkali hampir putus asa namun terus bergumul dengan Allah dalam doa dan dengan gagah berani menentang dosa dan orang-orang berdosa pada zamannya.

Penulis dan waktu penulisan.

Bukti-bukti kuat yang ada dalam kitab ini mengidentifikasikan Yeremia sebagai penulis buku ini. Hampir semua tulisannya sudah selesai dikumpulkan sesaat sebelum jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 sM.

(0.04) (1Ptr 3:1) (sh: Jadilah teladan, bukan korban atau tiran (Selasa, 19 Oktober 2004))
Jadilah teladan, bukan korban atau tiran

Nasihat Petrus dalam nas ini tidak asing bagi kita pada masa kini. Ia memberikan sebuah nasihat kepada para istri dan suami. Perintah ini terkesan sesuai dengan kondisi mereka, meski tetap ada prinsip penting untuk zaman ini juga. Menurut hukum Romawi, budak, anak-anak, dan istri harus tunduk kepada pria yang menjadi kepala keluarga (sebagai majikan, ayah, suami). Para budak harus tunduk sampai dibebaskan; anak-anak tunduk sampai dewasa; para istri harus tunduk seumur hidup mereka. Lalu, bagaimana pasangan Kristen menerapkan perintah Petrus ini? Bagaimana seharusnya perbedaan sikap pasangan Kristen dengan pasangan lainnya yang tidak mengenal Tuhan? Pertama, Petrus menyatakan dengan jelas bahwa sikap "tunduk" istri di sini bukanlah suatu sikap yang pasif ataupun suatu mentalitas seorang "korban", melainkan suatu tindakan aktif karena menyatakan kesalehan dan kemurnian hidup sesuai ajaran Tuhan (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">1-2). Kedua, dorongan atau kekuatan untuk melaksanakannya bukan berasal dari luar (termasuk hukum Romawi) melainkan dari kuasa Roh Kudus yang telah mengubah hidup mereka dan "melahirkan" pembaruan sikap terhadap pasangan (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">3-4).

Petrus menutup bagian ini dengan teladan dari Sara, istri Abraham (Kej. 12:5) yang begitu setia dan tunduk kepada suaminya ketika mereka keluar dari tanah kelahirannya menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Sikap Sara ini terjadi karena ia "menaruh pengharapannya kepada Allah" (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">5). Hanya dengan cara itulah Sara mampu untuk berbuat baik, bukan karena desakan suami. Demikian juga sebaliknya, Petrus tetap mengingatkan bagaimana seharusnya suami Kristen bersikap terhadap istrinya, sebab hal ini menentukan tanggapan Tuhan terhadap doa suami (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">7). Dengan demikian, suami pun harus menjadi teladan bagi istrinya, bukan memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan, menjajah dan menghancurkan istri. Jangan menjadi suami yang tiran.

Sudahkah kita menjadi teladan dalam hidup keluarga sebagai istri yang tunduk ataupun sebagai suami yang mengasihi istri?

Renungkan: Yesus mengasihi kita. Mari lakukan hal yang sama.

(0.03) (Yoh 1:14) (ende: Daging)

Istilah ini mengandung tjorak: manusia lemah dan fana. Bdl. Flp 1:2-7: "Ia telah menghampakan Dirinja dengan mengambil keadaan budak, mendjadi sama seperti seorang manusia".

(0.03) (Yos 1:1) (jerusalem)

KITAB-KITAB YOSUA, HAKIM-HAKIM RUT, SAMUEL, DAN RAJA-RAJA

PENGANTAR

Dalam Alkitab Ibrani kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja di sebut "Nabi-nabi terdahulu" untuk membedakan kitab-kitab itu dengan "Nabi-nabi kemudian", ialah Yesaya, Yeremia. Yehezkiel dan kedua belas nabi kecil. Sebutan "Nabi-nabi terdahulu" itu berdasarkan suatu tradisi yang berkata, bahwa kitab- kitab itu digabungkan oleh beberapa nabi. Menurut tradisi itu Yosualah yang menggubah kitabnya, sedangkan kitab Hakim-hakim dan Samuel dikarang oleh nabi Samuel dan kitab Raja-raja oleh nabi Yeremia. Sebutan "Nabi-nabi" tsb dapat dibenarkan juga mengingat sifat keagamaan yang ada pada kitab-kitab itu. Walaupun kitab-kitab itu lazimnya kita katakan "kitab-kitab sejarah", namun pokok utamanya ialah hubungan Israel dengan Allahnya, Yahwe, yakni kesetiaan dan (terutama) ketidak-setiaan Israel kepada firman Allah yang disuarakan oleh para nabiNya. Nabi-nabi memang sering tampil dalam kisah yang tercantum dalam kitab- kitab itu. Muncullah nabi Samuel, gat, Natan, Elia, Elisa, Yesaya dan Yeremia di samping sejumlah nabi lain yang kurang penting peranannya. Adapun kitab Raja- raja menggambarkan latar belakang bagi para nabi pengarang yang berkarya sebelum masa pembuangan.

Sebagaimana keempat kitab tsb berhubungan erat dengan kitab para nabi, demikianpun hubungan dengan kitab-kitab yang mendahuluinya dalam daftar kitab- kitab suci, yaitu kelima kitab Musa. Melihat isinya kitab-kitab itu melanjutkan Pentateukh. Pada akhir kitab Ulangan Yosua diangkat sebagai pengganti Musa dan kisah kitab Yosua mulai tidak lama sesudah wafatnya Musa. Dahulu pernah disangka, bahwa ditinjau dari segi sastrapun kelima kitab Musa dan kitab-kitab berikutnya merupakan suatu kesatuan. Maka dalam kitab-kitab itu dicari-carilah lanjutan dari "dokumen-dokumen" atau "sumber-sumber" yang ditemukan dalam Pentateukh. Ada sementara ahli yang menemukan sumber-sumber yang sama dalam kitab Yosua lalu berkata tentang "Heksateukh" (enam kitab: Pentateukh + Yosua). Kemudian lanjutan sumber-sumber itu dicari juga dalam kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja. Tetapi usaha untuk menemuka sumber-sumber Pentateukh dalam kitab- kitab tsb tidak membawa hasil yang meyakinkan. Sedikit lain halnya dengan kitab Yosua. Dalam kitab ini memang dapat ditemukan beberapa bagian yang mempunyai ciri-ciri yang juga lebih atau kuang tampak dalam tradisi Yahwista dan Elohista yang menjadi sumber bagi Pentateukh. Namun demikian unsur-unsur dalam kitab Yosua yang mempunyai ciri-ciri itu tidak boleh dikatakan lanjutan tradisi- tradisi tsb. Sebaliknya, kitab Yosua jauh lebih terpengaruh oleh tradisi (serta ajarannya) yang menghasilkan kitab Ulangan (selanjutnya disebut: tradisi Ulangan). Maka pendukung-pendukung Heksateukh terpaksa menerima, bahwa kita Yosua mengalami saduran dan penggubahan yang dikerjakan oleh seseorang (atau beberapa orang) yang dijiwai oleh tradisi Ulangan. Pengaruh tradisi Ulangan itupun terdapat dalam kitab-kitab yang berikut (Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja), walaupun pengaruh itu tidak sama besarnya dalam semua kitab itu. Pengaruh tradisi Ulangan sangat terasa dalam kitab Hakim-hakim, sedangkan terbatas sekali dalam kitab Samuel, padahal kembali berperan besar dalam kitab Raja-raja. allah dasar pengaruh tradisi Ulangan yang terasa dalam semua kitab itu sementara ahli mengemukakan hipitesa, bahwa kitab Ulangan aslinya merupakan awal sebuah kitab sejarah keagamaan besar yang merangkum kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja.

Adapun isi karya sejarah yang besar itu adalah sbb: kitab Ulangan melandaskan dalam sejarah ajaran, bahwa Israel adalah bangsa yang terpilih oleh Yahwe dan iapun menetapkan undang-undang bagi teokrasi yang dihasilkan oleh tindakan Allah yang memilih umatNya. Kitab yosua mengisahkan bagaimana umat terpilih itu menduduki Tanah yang dijanjikan kepadanya. Kitab Hakim-hakim menceritakan bahwa umat terpilih dalam tanahnya itu berulang kali murtad dari Yahwe, lalu kembali kepadaNya. Kitab Samuel terlebih dahulu menyinggung krisis hebat yang mengakibatkan terbentuknya kerajaan, lalu menguraikan bagaimana teokrasi sebagaimana dicita-citakan terwujud di zaman pemerintahan Daud. Kitab Raja-raja lalu menggambarkan kemerosotan yang berawal pemerintahan Salomo dan melalui serangkaian ketidak-setiaan, yang tidak dapat diimbagi beberapa raja yang saleh, membawa umat terpilih sampai menjadi terkutuk oleh Allahnya. Waktu segala keterangan mengenai pribadi dan karya besar itu, lalu dipersatukan dengan kitab- kitab yang sekarang termaktub dalam Pentateukh (lih. Pengantar Pentateukh).

Hipotesa tsb mengenai adanya karya sejarah yang digabungkan oleh tradisi Ulangan boleh disetujui. Tetapi hipotesa itu perlu dilengkapi atau dikoreksi sedikit dengan dua uraian tambahan. Yang pertama adalah sbb: Karya tradisi Ulangan tsb dikerjakanberdasarkan tradisi-tradisi lisan ataupun dokumen-dokumen tertulis yang berbeda-beda isi dan sifatnya. Tradisi-tradisi tsb pada umumnya sudah dikumpulkan dan dijadikan kesatuan-kesatuan literer sendiri-sendiri sebelum diolah oleh tradisi Ulangan. Bahan itu oleh tradisi Ulangan disadur dengan cara yang tidak merata. Dengan jalan demikian dapat diterangkan, mengapa kitab-kitab atau bagian-bagian besar kitab-kitab itu mempertahankan corak asli yang berbeda dengan ciri-ciri khas tradisi Ulangan. Tambahan yang kedua ialah: penggubahan oleh tradisi Ulangan tidak hanya satu kali saja. Dalam masing-masing kitab dapat ditemukan petunjuk-petunjuk, bahwa karya tradisi Ulangan itu berulang-ulang diterbitkan. Berdasarkan kitab Raja-raja, tempat petunjuk- petunjuk tsb paling jelas, harus dikatakan bahwa sekurang-kurangnya ada dua terbitan. Terbitan pertama dikerjakan tidak lama sesudah raja Yosua mengadakan pembaharuannya. Terbitan kedua dikerjakan di masa pembuangan Israel di Babel (atau sesudahnya). Dalam kata pengantar bagi masing-masing kitab akan diberikan keterangan-keterangan lebih lanjut mengenai apa yang di sini dikatakan secara umum.

Dalam bentuknya yang terakhir semua kitab ini merupakan karya sebuah mazbah orang-orang mursyid yang meresapkan ke dalam hati gagasan-gagasan dan cita-cita yang menjiwai kitab Ulangan. Mereka merenungkan sejarah bangsanya yang lampau, lalu menarik dari padanya pelajaran keagamaan. Tetapi dalam karya mereka tersimpan bagi kita berbagai-bagai tradisi, baik lisan maupun tertulis, yang sebagiannya dapat dikembalikan ke zaman kepahlawanan waktu Israel merebut Tanah yang dijanjikan dan sebagiannya mengisahkan peristiwa-peristiwa cemerlang dari sejarah umat Allah selanjutnya. Sejarah yang diperkenalkan tentu saja "sejarah suci". Tetapi ini tidak mengurangi nilai karya itu bagi sejarahwan, sedangkan bagi orang beriman justru sifat itulah yang menjadi nilainya yang tertinggi. Orang beriman tidah hanya menemukan dalam karya itu, bahwa Allah turun tangan dalam kejadian-kejadian di dunia ini, tetapi kasih-sayang Allah yang banyak tuntutannya terhadap umat pilihanNya oleh orang beriman dapat diartikan sebagai persiapan bertahap-tahap menuju ke Israel baru, yakni persekutuan kaum beriman.

Kitab Yosua terbagi menjadi tiga bagian: a) Tanah yang dijanjikan direbut Israel, Yos 1-12;b) wilayah tanah yang direbut dibagi-bagikan kepada kedua belas suku, Yos 13-21; c) Yosua menyelesaikan tugasnya dan menyampaikan wejangan-wejangan perpisahan kepada perhimpunan semua suku di Sikhem, Yos 22- 24.

Sudahlah pasti, bahwa kitab Yosua tidak dikarang oleh Yosua sendiri, sebagaimana dikatakan oleh tradisi Yahudi. Pasti juga, bahwa penyusun kitab in mempergunakan berbagai-bagai sumber. Dalam bagian pertama kitab, Yos 1-12, ditemukan sejumlah tradisi, Yos 2-9, yang kadang-kadang sejalan dan yang berpautan dengan tempat suci suku Benyamin di Gilgal; selanjutnya, Yos 10-11, terdapat dua cerita mengenai peperangan, yang satu tentang pertempuran di Gibeon dan yang lain mengenai pertempuran di Merom; cerita-cerita ini mengenai penaklukan bagian selatan dan bagian utara negeri Kanaan. Kisah mengenai orang- orang Gibeon yang terdapat dalam bab 9 dengan lanjutannya dalam Yos 10:1-6 berperan sebagai tali penghubung antara kedua kelompok tradisi-tradisi (Yos 2- 8; 10-11) tsb yang agaknya sudah dipersatukan sejak awal zaman para raja.

Kenyataan, bahwa ceritera-ceritera bab 2-9 berasal dari Gilgal, tempat suci suku Benyamin, tidaklah berarti, bahwa apa yang dikatakan tentang Yosua, seorang Efraim, baru kemudian disisipkan ke dalam tradisi-tradisi itu. Sebab sebagian suku Efraim dan sebagian suku Benyamin bersama-sama memasuki negeri Kanaan sebelum mendapat wilayahnya masing-masing. Tidak dapat disangkal, bahwa ceritera-ceritera dalam bab 2-9 mempunyai ciri etiologis, artinya: cerita-cerita itu berusaha menjelaskan beberapa gejala dan keadaan yang masih dapat disaksikan orang. Tetapi unsur etiologis itu hanya menyangkut hal-ihwal atau akibat-akibat peristiwa-peristiwa yang sendiri tidak perlu diragukan kebenaran historisnya, kecuali barangkali ceritera mengenai direbutnya kota Ai.

Bagian kedua kitab Yosua, Yos 13-21, berupa uraian geografis dan sifatnya berbeda sekali dengan sifat bagian pertama. Bab 13 berkata tentang tempat kediaman suku-suku Ruben, gad dan separuh suku Menasye yang sudah menetap di daerah di seberang yordan di zaman Musa, bdk Bil 32; Ul 3:12-17. Bab 14-19 berkata tentang tempat kediaman suku-suku di sebelah barat sungai Yordan. Dalam bab-bab ini tergabung dua macam dokumen. Dokumen pertama ialah sebuah laporan mengenai batas-batas masing-masing suku. Kadang-kadang laporan itu sangat terperinci dan kadang-kadang agak kabur. Dokumen ini agaknya disusun di zaman sebelum masa para raja. Pada dokumen itu ditambahkan dokumen-dokumen lain, yang daftar-daftar kota-kota. Paling terperinci adalah daftar kota-kota Yehuda yang tercantum dalam bab 15. Bila pada daftar itu ditambahkan daftar suku Benyamin yang terdapat dalam Yos 18:25-28, maka pembagian kota-kota itu menjadi dua belas kelompok atau wilayah. Boleh jadi daftar-daftar kota-kota itu mencermikan pembagian administratip kerajaan Yehuda, barangkali di zaman pemerintahan raja Yosafat. Bab 20 yang berupa tambahan menyebut kota-kota perlindungan. Daftar ini tidak lebih tua usianya dari zaman pemerintahan raja Salomo. Adapun bab 21 yang berkata tentang kota Lewi, ditambah sesudah masa pembuangan. tetapi di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari zaman para raja, jadi dari zaman sebelum pembuangan.

Bab 22 dalam bagian ketiga kitab Yosua, Yos 22-24, mengenai pulangnya suku- suku yang bertempat tinggal di seberang sungai Yordan dan tentang mezbah yang mereka dirikan di tepi sungai itu. Dalam ceritera ini terdapat petunjuk, bahwa diolah oleh tradisi Ulangan dan tradisi para Imam. Ceritera itu agaknya berasal dari sebuah tradisi terdiri yang usia maupun maknanya tidak jelas. Dalam bab 24 terpelihara kenangan yang kuno dan asli mengenai suatu himpunan suku-suku Israel di Sikhem untuk mengadakan sebuah perjanjian suci.

Para penyusun kitab Yosua yang berpikir sesuai dengan tradisi Ulangan tidak hanya di sana-sini mengolah bahan yang diambil dari tradisi yang tersedia tetapi juga menambah beberapa bagian. Tambahan-tambahan semacam itu ialah: bab 1 (bagian besar); Yos 8:30-35; 10:16-43; 11:10-20; 12; 22:1-8; 23, dan juga bab 24 yang diolah kembali oleh para penyusun. Kenyataan bahwa bab 24 yang disadur sesuai dengan semangat tradisi Ulangan dipertahankan di samping bab 23 yang terpengaruh oleh bab 24 tetapi berasal dari tangan lain, menunjukkan, bahwa kitab Yosua mengalami dua terbitan berturut-turut.

Kitab Yosua menggambarkan penaklukan negeri Kanaan seolah-olah merupakan hasil suatu aksi bersama semua suku Israel yang bergerak di bawah pimpinan Yosua. Tetapi ceritera yang termaktub dalam kitab Hakim-hakim, 1, memberi gambaran yang lain sekali. Menurut gambaran ini, masing-masing suku berjuang untuk merebut wilayahnya sendiri dan usahanya kerap kali gagal juga. Ceritera kitab Hakim-hakim itu merupakan suatu tradisi yang berasal dari sukul Yehuda. Beberapa unsur dari tradisi itu juga menyusup ke dalam bagian geografis kitab Yosua, Yos 13:1-6; 14:6-15; 15:13-19; 17:12-18. Gerakan kitab Hakim -hakin mengenai penaklukan negeri Kanaan bagian demi bagian dan tidak menyeluruh lebih mendekati kenyataan historis sebagaimana dapat didugai. Pendudukan bagian selatan Palestina terutama dilakukan oleh beberapa kelompok orang Israel yang berpangkal di Kadesy dan daerah Negeb dan yang tahap demi tahap menggabungkan diri dengan suku yehuda, yakni: orang-orang Kaleb, orang-orang Kenas, dll, serta suku Simeon. Bagian tengah negeri Palestina diduduki oleh beberapa kelompok yang menyeberangi sungai Yordan di bawah pimpinan Yosua, yaitu bagian-bagian dari suku Efraim-Menasye dan Benyamin. Penduduk bagian utara negeri mempunyai sejarahnya sendiri. Sejak dahulu kala, entahlah kapan, suku-suku Zebulon, Isakhar, Asyer dan Naftali menetap di situ dan suku-suku itu tidak pernah turut pindah ke Mesir. Suku-suku tsb di Sikhem memeluk kepercayaan kepada Yahwe yang telah dibawa masuk oleh kelompok-kelompok yang dipimpin Yosua. Suku-suku itu merebut wilayah yang tetap dengan memerangi orang-orang Kanaan yang telah memperbudak mereka atau mengancamnya. Di masing-masing wilayah pendudukan melaksanakan baik dengan jalan perjuangan maupun melalui informasi secara damai ataupun melalui persekutuan dengan penduduk negeri yang asli. Peranan Yosua dalam menduduki bagian tengah negeri mulai dengan penyeberangan sungai Yordan sampai dengan persekutuan di Sikhem perlu diterima sebagai kenyataan historis.

Mengingat waktunya keluaran suku-suku Israel dari Mesir (lih. Pengantar Pentateukh) dapatlah disimpulkan urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu sbb: Di sekitar thn. 1250 seb Mas sejumlah kelompok orang-orang Israel memasuki bagian selatan negeri Kanaan. Kelompok suku yang lain di bawah pimpinan Yosua menduduki bagian tengah negeri dengan menyeberangi sungai Yordan sekitar thn. 1225. Di sekitar thn. 1200 suku-suku di bagian utara negeri merambat.

Sejarah direbutnya negeri Kanaan oleh suku-suku Israel memang serba majemuk dan berbelit-belit. Sebagaimana sejarah itu direkonstruksikan di muka hanya berupa hipotesa. Kitab Yosua menyajikan suatu gambaran yang mengidealisasikan dan menyederhanakan duduknya perkara. Menurut gambaran idiil tsb. maka epos keluaran Israel dari Mesir masih berlangsung terus dalam penaklukan negeri Kanaan: kini Allah masih juga secara ajaib turun tangan guna membantu umatNya. Gambaran yang disajikan Yosua menyederhanakan sejarah yang sebenarnya oleh karena semua kejadian berpusatkan diri pribadi Yosua. Dialah yang memimpin peperangan-peperangan keluarga Yusuf, 1-12, dan dialah yang membagi-bagikan negeri yang direbutnya kepada suku-suku Israel, 13-21, meskipun pembagian it sesungguhnya tidak terlaksana sekali jadi atau oleh Yosua. Kitab diakhiri dengan wejangan-wejangan perpisahan dan ceritera tentang kematian Yosua, Yos 23; 24:29-31. Jadi dari permulaan sampai akhir Yosualah yang menguasai jalannya peristiwa-peristiwa. Dialah benar-benar tokoh utama dalam seluruh kitabnya.

Para bapa Gereja mengartikan diri pribadi Yosua sebagai pralambang Yesus. Tidak hanya nama mereka sama. Yosua-Yesus, artinya: penyelamat. Tetapi penyeberangan sungai Yordan dan masuknya ke dalam Tanah yang dijanjikan juga diartikan sebagai pralambang baptisan dalam nama Yesus yang mengantarkan umatNya menghadapi Allah. Direbutnya negeri Kanaan dan pembagian wilayahnya menjadi pralambang kemenangan-kemenangan dan perambatan Gereja Kristus.

Dalam rangka pandangan Perjanjian Lama sendiri, maka justru Tanah Kanaan itulah yang menjadi pokok inti kitab Yosua. Bangsa Israel sudah menemukan Allahnya di padang gurun. Kini bangsa itu juga menerima negerinya sendiri dan memang diterimanya dari Allahnya. Tentu saja Yahwelah yang berjuang bagi bangsa Israel, Yos 23:3-10; 24:11-12, dan Dialah yang mewariskan kepada umatNya tanah yang telah dijanjikan kepada para bapa leluhur, Yos 23:5,14.

Kitab Hakim-hakim mencakup tiga bagian yang tidak sama panjangnya: a) Pendahuluan, Hak 1:1-2:5, b) Bagian inti kitab, Hak 2:6-16:31, c) Dua bagian tambahan berupa laporan mengenai suku Dan yang pindah tempat kediaman dan mendirikan kuilnya di Daniel Hak 17-18, dan laporan mengenai perang melawan suku Benyamin sebagai hukuman atas kejahatan yang mereka lakukan di Gibea, Hak 19-21.

Pendahuluan yang sekarang terdapat dalam kitab Hakim-hakim, Hak 1:1-2:5, aslinya tidak termasuk ke dalamnya. Dalam uraian mengenai kitab Yosua sudah dikatakan, bahwa bagian kitab Hakim-hakim ini menyajikan suatu gambaran lain tentang penaklukan negeri Kanaan yang ditinjau dari segi suku Yehuda. Tersisipnya gambaran itu kedalam kitab hakim-hakim menyebabkan, bahwa keterangan mengenai kematian dan pemakanan Yosua yang diberikan dalam Yos 24:29-31 terulang dalam Hak 2:6-10.

Riwayat masing-masing hakim diberitakan dalam bagian inti kitab, Hak 2:6- 16:31. Dewasa ini sudah lazim disebutkan enam "Hakim besar", yakni Otniel, Ehud, Barak (dan Debora), Gideon, Yefta dan Simson. riwayat hakim-hakim ini lebih kurang terperinci disajikan. Di sampai itu disebutkan enam "Hakim kecil", yaitu Samgar, Hak 3:31, Tola dan Yair, Hak 10:1-15, Ebzan, Elon dan Abdon, Hak 12:8-15. Tokoh-tokoh ini hanya disinggung sepintas lalu saja. tetapi pembedaan antara Hakim besar dan Hakim kecil itu tidak terdapat dalam kitab itu sendiri. Memang perbedaan antara kedua kelompok hakim-hakim itu sangat mendalam. Gelar umum "hakim" yang diberikan kepada mereka semua dikarenakan susunan kitab Hakim-hakim melulu, yang mempersatukan berbagai-bagai unsur yang aslinya sama sekali berbeda satu sama lain. Hakim-hakim besar ialah pahlawan-pahlawan yang bertindak sebagai pembebas. Asal, watak dan kegiatan-kegiatan mereka tentau saja sangat berbeda-beda. Namun dalam satu hal mereka saling menyerupai, oleh karena mereka semua menerima karunia khusus, sebuah karisma: secara istimewa mereka dipilih oleh Allah dan diberi tugas penyelamatan. Mula-mula riwayat mereka diceritakan secara lisan dan dengan berbagai-bagai cara, sementara juga macam- macam unsur ditambahkan. Akhirnya riwayat-riwayat-riwayat itu dikumpulkan dalam sebuah kitab yang boleh diberi judul: "Kitab para pembebas Israel". Kitab itu disusun dalam kerajaan Utara, Israel, pada bagian awal zaman para raja. Kitab itu memuat riwayat Ehud, Barak serta Debora (ceritera ini barangkali sudah terpengaruh oleh ceritera yang terdapat dalam Hak 11) mengenai Yabin dari pemerintahan raja Abimelekh di Sikhem, dan riwayat Yefta yang kepadanya ditambahkan kisah mengenai anak perempuan. Ke dalam kumpulan riwayat-riwayat itu dimasukkan juga dua potongan puisi, yakni Nyanyian Debora, Hak 5, yang mengulangi ceritera yang tercantum dalam bab 4, dan sebuah pembelaan diri yang diucapkan Yotam, Hak 9:7-15, yang bernada melawan jabatan raja yang direbut Abimelekh. Dalam kitab yang disusun itu para pahlawan dari beberapa suku diangkat menjadi pahlawan nasional yang melakukan peperangan-peperangan yahwe guna seluruh Israel. Sebaliknya, catatan-ctatan mengenai hakim-hakim kecil, yaitu Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon, berasal dari tradisi lain. Mereka tidak terlibat dalam suatu aksi pembebasan dan penyelamatan. Hanya diberi beberapa keterangan mengenai asal, keluarga dan tempat makam mereka; tentang mereka dikatakan bahwa "menghakimi Israel" selama jangka waktu tertentu yang dapat berbeda-beda. Menurut arti kata "syafat" (menghakimi) dalam bahasa-bahasa Semit Barat yang berdekatan dengan bahasa Ibrani, yaitu dalam bahsa Mari (abad 18 seb. Mas.), dalam bahasa Ugarit (abad 13 seb. Mas.) dan dalam bahasa Fenisia serta Punika di zaman Yunani-Romawi ("suffet" dari kota Kartago), maka para "hakim" tidak hanya menegakkan hukum dan keadilan, tetapi juga memerintah. Kewibawaan mereka tidak meliputi lebih dari kota atau wilayahnya sendiri. "Hakim" merupakan sebuah lembaga kenegaraan di tengah antara kepada suku dan raja. Para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan tentu saja mempunyai keteranga- keterangan tepat mengenai "hakim-hakim" (kecil) itu. Tetapi mereka memperluas kewibawaan mereka sampai merangkum seluruh Israel, lalu mengurutkan mereka secara kronologis. Gelar mereka, yakni "hakim", dialihkan kepada para pahlawan yang riwayatnya ditemukan dalam "Kitab para pembebas Israel"yang disebut di muka, sehingga merekapun menjadi "hakim-hakim Israel". Adapun Yefta berperan sebagai tali penghubung antara dua macam hakim itu: ia adalah baik pembebas maupun hakim. Tentang Yefta para penyusun Hak mempunyai dan memberi keterangan yang sama, Hak 11:1-2; 12:7, seperti tentang "hakim-hakim kecil", tetapi keterangan-keterangan itu merangkakan riwayat Yefta sebagai pembebas. Dalam kitab Hakim-hakim, Hak 13-16, terjumpa pula seorang tokoh yang mula-mula tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan hakim-hakim besar atau hakim-hakim kecil. Tokoh itu ialah Simson, seorang pahlawan suku Dan yang berjuang seorang diri dan bukan hakim dan bukan pembebas. Tindakan-tindakan hebat tokoh itu dalam melawan orang-orang Filistin aslinya diceritakan di kalangan suku Yehuda. Tetapi dalam kitab Hakim-hakim Simsinpun dijadikan "hakim Israel". Pada daftar hakim-hakim itu masih ditambahkan Otniel, Hak 3:7-11, yang kiranya harus disangkutkan dengan zaman perebutan negeri Kanaan, bdk Yos 14:16-19; hak 1:12-15, dan pula Samgar, Hak 3:31, yang bahkan bukan orang Israel, bdk Hak 5:6. Dengan demikian diperoleh jumlah dua belas hakim Israel. Memang angka dua belas melambangkan Israel (dua belas suku). Justru para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan memberikan kepada kitab itu rangka kronologisnya. Dengan mempertahankan keterangan-keterangan asli mengenai "hakim-hakim kecil" para penyusun membubuhi kisahnya dengan beberapa angka lambang yang lazim, yakni angka 40 yang genap satu angkatan, atau angka 80 (2x40) dan 20 (=40-20). Dengan demikian diperoleh suatu angka yang bersama dengan keterangan-keterangan lain yang tercantum dalam Kitab Suci menghasilkan 480 thn, yang menurut sejarah Ulangan berlangsung antara keluarnya bangsa Israel dari negeri Mesir sampai dibangunnya Bait Allah oelh raja Salomo, 1Rj budak+lelaki&tab=notes" ver="">6:1. Dalam rangka itu riwayat- riwayat para hakim mengisi masa antara kematian Yosua dan permulaan kegiatan Saul dengan tidak membiarkan kekosongan.

Para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan terutama memberi kitab itu makna keagamaannya. Makna itu terungkap baik dalam kata pendahuluan umum, Hak 2:6-3:6, maupun dalam kata pengantar khusus bagi riwayat Yefta, Hak 10:6-16, dan lagi dalam beberapa keterangan tambahan yang oleh para penyusun disebarkan dalam riwayat Otniel (sebagaiman disusun oleh tradisi Ulangan) dan keterangan merangkakan riwayat-riwayat lain. Tema pokok yang terungkap dalam keterangan-keterangan itu ialah: Orang-orang Israel menjadi tidak setia kepada Allahnya; Yahwe lalu menyerahkan mereka kepada penindas- penindas. Setelah orang-orang Israel berbalik dan berseru kepada Yahwe, Ia mengutus seorang penyelamat, yaitu seorang hakim, yang membebaskan mereka. Hanya orang-orang Israel murtad kembali, lalu terulanglah sejarah yang sama.

Kitab Hakim-hakim yang terbentuk dalam tradisi Ulangan itu sekurang-kurangnya mengalami dua terbitan. Bukti-bukti yang paling jelas ialah: Dalam kata pendahuluan, Hak 2:1-3:6, ada dua bagian yang mengulang satu sama lain, Hak 2:11-19 dan Hak 2:6-10 + Hak 2:20-3:6; dalam riwayat Simson ada dua penutup, Hak 15:10 dan Hak 16:30, yang menunjuk bahwa bab 16 berupa tambahan.

Kitab Hakim-hakim seperti disusun oleh tradisi Ulangan itu belum juga memuat bab 17-21. Dalam tambahan-tambahan itu tidak dikisahkan riwayat seorang "hakim", tetapi disajikan beberapa peristiwa yang terjadi sebelum kerajaan terbentuk. Dan justru karena itulah ceritera-ceritera tsb tentu saja sangat kuno dan sudah lama beredar, entah dalam bentuk sastra entah dalam bentuk prasastra, sebelum di masukkan ke dalam Hakim-hakim. Bab 17-18 berasal dari tradisi suku Dan dan mengenai pindahnya suku itu dan dibangunnya tempat suci Dan. Hanya kemudian tradisi itu disadur sehingga mendapat nada pengecam. bab 19-21 sesungguhnya menggabungkan dua tradisi mengenai tempat suci di Mizpa dan Betel, lalu dikaitkan pada seluruh Israel. Boleh jadi tradisi-tradisi itu berasal dari kalangan suku Benyamin, tetapi kemudian di kalangan suku Yehuda tradisi-tradisi itu dirubah sedemikian rupa sehingga melawan pemerintahan raja Saul di Gibea.

Kitab Hakim-hakim hampir saja merupakan satu-satunya sumber pengetahuan kita mengenai zaman para hakim. Hanya berdasarkan kitab itu orang tidak dapat menyusun sebuah sejarah yang sebenarnya. Urutan peristiwa-peristiwa dibuat-buat saja, seperti sudah dikatakan di muka. Peristiwa-peristiwa yang barangkali bertepatan waktunya disusun secara berurutan. Dan ini boleh dikatakan oleh karena baik penindasan-penindasan yang dialami maupun pembebasan aslinya hanya menyangkut wilayah (suku) tertentu saja. Kecuali itu zaman para hakim tidak berlangsung lebih lama dari pada satu setengah abad.

Peristiwa-peristiwa utama yang tercatat dan dalam kitab Hakim-hakim diabadikan bagi kita, hanya dapat diterka-terka saja waktunya dalam rangka zaman itu secara menyeluruh. Kemenangan di Taanakh yang diperoleh Debora dan barak, Hak 4-5, boleh dirtanggalkan pada tertengahan abad 12 seb. Mas., dan peristiwa itu terjadi sebelum penyerbuan suku Midian (Gideon) dan ekspansi orang-orang Filistin keluar wilayahnya sendiri (Simson). Teruta,a menjadi nyata, bahwa di zaman yang kacau itu, orang-orang Israel tidak hanya berperang dengan orang- orang Kanaan, penduduk asli negeri seperti terjadi di daratan Yizreel tempat orang-orang Kanaan dikalahkan Debora dan Barak, tetapi juga harus menghadapi bangsa-bangsa tetangga, yaitu Moab (Ehud), Amon (Yefta), Midian (Gideon) dan bangsa Filistin yang baru-baru saja tampil dipanggung sejarah Palestina (Simson). Dalam situasi yang berbahaya itu masing-masing kelompok orang Israel mempertahankan wilayahnya sendiri. Tetapi terjadi juga bahwa beberapa kelompok tetangga membentuk suatu persekutuan, Hak 7:23, atau sebaliknya bahwa salah satu suku yang kuat membangkang oleh karena, misalnya, tidak diikut sertakan dalam pembagian barang rampasan, Hak 8:1-3; 12:1-6. Nyanyian Debora, Hak 5 mengecam suku-suku yang tidak menanggapi seruan minta tolong. Apa yang dalam nyanyian itu paling menarik ialah tidak disebutkannya suku Yehuda dan Simeon.

Memang kedua suku itu bertempat tinggal di bagian selatan negeri. Wilayah mereka terpisah dari suku-suku lain oleh kota-kota yang penduduknya bukan orang Israel, yaitu Gezer, Gibeon dan Yerusalem, Isolasi suku-suku itu menanam bibit perpecahan di Israel seperti yang terjadi di kemudian hari (sesudah masa Salomo). Sebaliknya kemenangan di Taanakh yang memberi Israel dataran Yizreel mempersatukan suku Yusuf (Efraim dan Manasye) dengan suku-suku di bagian utara negeri. Sementara itu persatuan dundamentil antara suku-suku Israel yang terpisah yang terpisah satu sama lain itu terjamin oleh kepercayaan bersama kepada Yahwe. Memang semua hakim dengan teguh menganut agama Yahwe yang sama dan tempat suci di Silo, di mana tersimpan Tabut yang suci, menjadi pusat pertemuan semua kelompok di Israel. Kecuali itu, peperangan-peperangan tsb menempa semangat kebangsaan dan mempersiapkan saat pemersatuan semua orang Israel di bawah pimpinan Samuel, dengan melawan musuh bersama, menanggulangi bahaya yang mengancam seluruh bangsa.

Kitab Hakim-hakim mengajar orang-orang Israel di kemudian hari, bahwa penindasan-penindasan oleh bangsa-bangsa lain merupajan hukuman atas kedurhakaann Israel, sedangkan kemenangan merupakan akibat berbaliknya mereka kepada Yahwe. Kitab Bin Sirakh memuji para hakim oleh karena setia, Sir 46:11-12. Dan surat kepada orang-orang Ibrani mengartikan keberhasilan para hakim sebagai ganjaran bagi kepercayaan mereka. Memang para hakim termasuk "banyak skasi" yang mendorong umat Kristen untuk menanggalkan semua beban dosa dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi mereka, Ibr 11;32-34; 12:1.

Kitab Rut yang kecil oleh terjemahan Yunani (Septuaginta), terjemahan Latin (Vulgata) dan terjemahan-terjemahan modern ditempatkan sesudah kitab Hakim- hakim. Sebaliknya, dalam Kitab Suci Ibrani kitab Rut ditempatkan dalam bagian ketiga Alkitab, yakni di tengah-tengah Hagiographa (Kethubim) sebagai salah satu dari "Kelima Gulungan" (Megillot), yang dibacakan pada hari-hari raya Yahudi. Kitab Rut dibacakan pada hari raya Pentakosta. Walaupun pokok isinya menghubungkan kitab Rut dengan zaman para hakim, bdk Rut 1:1, namun kitab ini tidak dituliskan atau diolah oleh tradisi Ulangan yang menyusun da menyadur kitab Yosua, Hakim, Samuel dan Raja-raja.

Kitab Rut menyajikan kisah Rut. dia itu seorang perempuan Moab. Setelah suaminya, seorang Betlehem yang mengungsi ke negeri Moab, meninggal, maka Rut bersama dengan ibu mertuanya yang bernama Naomi, kembali ke negeri Yehuda. Di sana Rut dikawini oleh Boas, seorang sanak saudara suami Rut, sesuai dengan hukum Levirat. Dari perkawinan itu lahirlah Obed, nenek raja Daud. Tambahan Rut 4:18-22 menyajikan silsilah Daud yang sejalan dengan silsilah yang termaktub dalam 1Taw 2:5-15.

Mengenai tanggal dituliskannya kitab Rut ada perbedaan pendapat. Segala macam kemungkinan sudah dikemukakan, mulai dengan zaman raja Daud dan Salomo sampai dengan zaman Nehemia. Ada berbagai pertimbangan untuk menanggalkan kitab itu di zaman belakangan, seperti tempat kitab itu dalam Alkitab Ibrani, bahasanya, adat-istiadat yang disinggung dalam kitab itu, ajaran yang terkandung di dalamnya, dll. Tetapi pertimbangan-pertimbangan itu tidak sampai memberi kepastian. Adalah mungkin, bahwa kitab kecil ini, dengan kecualikan ayat-ayat terakhir, dikarang di zaman para raja.

Kitab Rut adalah sebuah karangan yang mau membina. Adapun ajaran yang terkandung di dalamnya adalah sbb: Maksud utamanya ialah memperlihatkan, bahwa kepercayaan penuh harapan kepada Yahwe tentu saja mendapat ganjarannya; belas- kasihan Allah merangkum juga seorang yang bukan orang Yahudi, Rut 2:12. Justru kepercayaan kepada Penyelenggaraan Ilahi serta semangat universalisnya menjadikan kitab itu tetap berharga dan tahan waktu. Lagi kenyataan, bahwa Rut diperkenalkan sebagai nenek Daud memberi kitab Rut nilai yang khas. Matius memang mencantumkan nama Rut dalam silsilah Yesus, Mat 1:5.

Kitab-kitab Samuel dalam Alkitab Ibrani hanya satu kitab saja. Pembagian atas dua kitab berasal dari terjemahan Yunani, Septuaginta, yang juga mempersatukan kitab-kitab Samuel dan kitab-kitab Raja-raja di bawah judul yang sama, yakni: Keempat kitab Kerajaan. Terjemahan Latin Vulgata, menyebutnya: Keempat kitab Raja-raja. Kitab Samuel adalah Alkitab Ibrani sama dengan kitab Kerajaan/Raja-raja yang pertama dan yang kedua. Adapun nama "Samuel" berasal dari tradisi Yahudi yang menganggap Samuel sebagai penyusun kitab itu.

Teks kitab Samuel termasuk ke dalam teks-teks Perjanjian Lama yang paling rusak. Terjemahan Yunani, Septuaginta, kerap kali menyajikan suatu teks yang cukup berlainan. Teks Septuaginta itu berlatar-belakang suatu teks Ibrani (yang diterjemahkan Septuaginta), yang berbeda dengan yang terdapat dalam terbitan Alkitab Ibrani sekarang (teks para Masoret). Kepingan-kepingan dari teks Ibrani yang berbeda itu ditemukan kembali dalam naskah-naskah dari gua-gua di Qumran. Tidak dapat diragukan, bahwa dahulu ada beberapa resensi teks Ibrani kitab Samuel.

Dalam kitab Samuel dapat dibedakan lima bagian: a) Kisah Samuel, 1Sam 1-7; b) Kisah Samuel dan Saul, 1Sam 8-15; c) Kisah Saul dan Daud, 1Sam 16-2 Sam 1; d) Kisah Daud, 2Sam 2-20; e) beberapa tambahan, 2Sam 21-24.

Kitab Samuel menggabungkan dan menyejajarkan beberapa sumber dan tradisi yang berbeda-beda mengenai permulaan zaman para raja. Misalnya: ada sebuah cerita tentang tabut Perjanjian yang dirampas oleh orang-orang Filistin, 1Sam 4-6; dalam ceritera ini nama Samuel tida sampai disebut-sebut; ceritera itu dilanjutkan dalam 2Sam 6. Ceritera tentang Tabut Perjanjian itu disisipkan antara kisah mengenai masa muda Samuel, 1Sam 1-3, dan ceritera yang menampilkan Samuel sebagai hakim terakhir yang mengantisipasikan pembebasan Israel dari tekanan dari pihak orang-orang Filistin, 1Sam7. Samuel memainkan peranan utama dalam kisah mengenai terbentuknya pemerintahan berupa kerajaan di Israel, 1Sam 8-12. Sejak dahulu kala orang membedakan dalam kisah itu dua macam tradisi. Tradisi yang satu terdapat dalam Sam 9; budak+lelaki&tab=notes" ver="">10:1-16; 11, dan tradisi kedua ditemukan dalam Sam 8; budak+lelaki&tab=notes" ver="">10:17-24; 12. Tradisi pertama disebut "Versi Monarkis", karena mendukung terbentuknya kerajaan, tradisi kedua disebut "Versi Antimonarki", oleh karena melawan kerajaan. Tradisi kedua ini dikatakan berasal dari zaman kemudian. tetapi sebenarnya tradisi itu dua-duanya kuno dan hanya mewakili pendapat-pendapat yang berlainan. Selebihnya tradisi kedua tidak anti monarki seperti kerap dikatakan. Sebab pada pokoknya tradisi itu hanya tidak menyetujui, bahwa raja tidak menghiraukan hukum-hukum dan hak-hak Allah. Dalam Sam 13-14 diceritakan mengenai peperangan-peperangan yang diadakan Saul melawan orang-orang Filistin. Di dalam kisah itu juga tercantum ceritera pertama tentang Saul yang sebagai raja ditolak, Sam budak+lelaki&tab=notes" ver="">13:7b-15a. Ceritera kedua mengenai penolakan ituterdapat dalam bab 15, berhubungan dengan perang melawan orang- orang Amalek. Penolakan Saul sebagai raja itu mempersiapkan pengurapan Daud menjadi raja oleh Samuel, sebagaimana diceritakan dalam Sam budak+lelaki&tab=notes" ver="">16:1-13. Dalam 1Sam 16:14- 2Sam 1 terkumpul beberapa tradisi sejalan mengenai tampilnya Daud serta perselisihan-perselisihannya dengan Saul. Tradisi-tradisi itu agaknya lebih kurang sama usianya. Akhir kisah tentang tampilnya Daud itu disajikan dalam 2Sam 2-5; Daud menjadi raja di Hebron, mengadakan perang dengan orang- orang Filistin dan merebut Yerusalem. Semuanya itu meletakkan dasar bagi diurapinya Daud menjadi raja seluruh Israel, 2Sam 5:12, 2Sam 6 menyambung ceritera mengenai Tabut Perjanjian. Nubuat Natan yang disajikan dalam 2Sam 7 berasal dari tradisi kuno, tetapi jelaskan tradisi itu mengalami saduran. 2Sam 8 berupa sebuah ringkasan yang berasal dar tangan penyusun kitab Samuel sendiri. Mulai dengan 2Sam 9 tercantum sebuah kisah panjang yang terputus dalam 2Sam 20:26, lalu dilanjutkan dalam 1Raj 1-2. Kisah yang panjang itu mengenai keluarga Daud dan perebutan takhta kerajaan menjelang akhir hidup Daud. Kisah itu ditulis oleh seseorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan peristiwa-peristiwa itu. Penulisannya boleh ditanggalkan di pertengahan pertama masa pemerintahan raja Salomo, 2Sam 21-24, yang memutuskan kisah mengenai keluarga Daud itu, merupakan sekumpulan ceritera tentang pemerintahan Daud. Ceritera-ceritera itu berasal dari macam-macam sumber.

Tidak hanya ceritera panjang mengenai keluarga Daud, 2Sam 9:1-20:26 + 1Raj 1:1-2:46, tetapi juga bagian-bagian lain kitab Samuel boleh jadi sudah terbentuk selama abad-abad pertama zaman para raja, khususnya sekumpulan ceritera mengenai Samuel dan dua kisah tentang Saul dan Daud. Mungkin kelompok-kelompok itu sudah dipersatukan sekitar thn 700 seb. Mas. Akan tetapi kitab Samuel baru mendapat bentuknya yang terakhir waktu menjadi bagian dari karya sejarah besar yang digubah sesuai dengan semangat tradisi Ulangan, sebagaimana di muka diuraikan. hanya perlu diperhatikan, bahwa pengaruh tradisi Ulangan atas kitab Samuel jauh lebih kecil dari pada pengaruhnya atas kitab Hakim-hakim dan kitab Raja-raja. Pengaruh tradisi Ulangan itu khususnya terasa dalam 1Sam 2:22-36; 7 dan 12, dan barangkali juga dalam saduran yang dialami nubuat Natan, 2Sam 7. Tetapi kisah panjang dalam 2Sam 9-20 hampir secara murni dan utuh terpelihara.

Kitab Samuel meliputi masa yang bermula pada awal zaman raja-raja Israel dan berlangsung sampai akhir pemerintahan raja Daud. Orang-orang Filistin mulai menyerbu - pertempuran di Afek, 1Sam 4, yang terjadi di sekitar thn 1050 seb. Mas. - dan membahayakan eksistensi Israel. Bahaya itu memaksakan kepada suku- suku Israel suatu pemerintahan yang berupa kerajaan. Kira-kira pada thn. 1030 Saul tampil kedepan sebagai penerus para hakim dahulu. Tetapi oleh karena diterima oleh semua suku, maka kekuasaan Saul menjadi umum dan tetap. Demikian lahirlah kerajaan. Mulailah perang untuk membebaskan Israel. Orang-orang Filistin berhasil dihalaukan dari wilayah Israel, 1Sam 14. Selanjutnya pertempuran-pertempuran hanya terjadi di perbatasan wilayah Israel, 1Sam 17 (Lembah Tarbantin), 1Sam 28 dan 31 (di Gilboa). Pertempuran terakhir ini menjadi bencana bagi Israel. Saul gugur di dalamnya di sekitar thn 1010. Kembali kesatuan bangsa terancam. Sebab suku Yehuda mengurapi Daud menjadi raja, sedangkan suku-suku di bagian utara negeri melawan Daud dan menganut putera Saul, Isyboset (Isybaal) yang terpaksa melarikan diri ke daerah di seberang sungai Yordan. Setelah Isyboset mati terbunuh, muncullah kembali kemungkinan, bahwa seluruh bangsa bersatu lagi. Maka Daud diterima sebagai raja atas seluruh Israel, 2Sam 1-5:3.

Selanjutnya kitab Samuel secara singkat menguraikan keberhasilan politik pemerintahan Daud. Hasil itu memang cukup gemilang. Secara definitip orang-orang Filistin dihalaukan dari wilayah Israel; pusat-pusat kecil penduduk asli yang masih tersisa dilenyapkan, sehingga Israel sungguh-sungguh memiliki seluruh wilayahnya. Yang paling penting di bidang ini ialah direbutnya kota Yerusalem dari orang-orang Yebus. Kota itu dijadikan ibu kota negara dan agama bagi seluruh Israel. Daerah di seberang sungai Yordan ditaklukkan seluruhnya dan Daud bahkan berhasil memaksakan pengawasannya kepada orang-orang Aram di Siria Selatan. namun demikian, ketika Daud sekitar thn 970 seb. Mas. mangkat, kesatuan nasional Israel belum juga sungguh-sungguh terwujud. Daud memang menjadi raja atas Isarel dan Yehuda, tetapi kedua bagian negaranya itu kerap kali berlawanan satu sama lain. Suku-suku di bagian utara mendukung pemberontakan Absalom; Seba, orang suku Benyamin, berusaha mengorbankan pemberontakan dengan seruan: "Masing- masing ke kemahnya, hai orang Israel,"2Sam 20:1. Bibit perpecahan sudah tertanam.

Kitab Samuel menyampaikan suatu pesan keagamaan. Diberikan olehnya mana syarat-syarat dan mana kesulitan-kesulitan dalam mewujudkan pemerintahan Allah di bumi. Keadaan ideal untuk perwujudan pemerintahan Allah itu hanya tercapai di masa pemerintahan Daud saja. memang masa Daud didahului zaman Saul yang jatuh, dan disusun kerusakan yang disebabkan ketidak-setiaan para raja, pengganti Daud, baik di bagian utara maupun di bagian selatan negeri. Dan sejarah ketidak- setiaan itu akan berakhir dengan hukuman Allah dan kemusnahan bangsa Israel. Sejak nubuat nabi Natan pengharapan akan Mesias kelak bertumpu pada janji-janji yang diberikan kepada wangsa Daud. Sampai tiga kali Perjanjian Baru menyebutkan janji-janji itu, Kis 2:30; 2Kor 6:18; Ibr 1:5. Yesus adalah keturunan Daud. Oleh rakyat Ia diberi gelar "Anak Daud" dan gelar itu ialah suatu sebutan bagi Mesias. Para bapa Gereja melihat suatu persamaan antara kehidupan Daud dan kehidupan Yesus: Kristus juga dipilih untuk menyelamatkan segala manusia dan menjadi raja atas umat Allah yang rohani. Tetapi Iapun dianiaya oleh bangsaNya sendiri.

Sebagaimana halnya dengan kitab-kitab Samuel, demikianpun Kitab-kitab Raja- raja mula-mulanya merupakan satu kitab saja. Dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, disebut kitab 3/4 Kerajaan, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, berjudul: Kitab 3/4 Raja-raja.

Tempat kitab itu dalam daftar kitab-kitab suci tepat sesudah kitab Samuel. Bahkan 1Raj 1-2 mengakhiri kisah panjang yang tercantum dalam 2Sam 9-20. Menyusullah kisah panjang mengenai pemerinthan Salomo, 1Raj 3-11, yang menampilkan hikmatnya yang luar biasa, semarak bangunan-bangunannya, teristimewanya Bait Allah di Yerusalem, dan lagi kekayaan Salomo yang melimpah- limpah. Sudah barang tentu zaman raja Salomo adalah zaman kejayaan. Tetapi justru di zaman itupun hilanglah semangat berjuang yang merupakan ciri khas pemerintahan Daud. Ciri khas masa pemerintahan Salomo ialah : mengatur, memelihara dan memanfaatkan apa yang dimulai oleh Daud. Ketegangan dan pertentangan antara kedua bagian kerajaan Daud di masa Salomo tetap ada, bahkan pada tahun mangkatnya raja Salomo, thn 931 seb. Mas., terpecahlah negara kesatuan. Sepuluh suku di bagian utara memisahkan diri dan pemisahan itu menjadi parah oleh karena merupakan perpecahan di bidang agama pula, 1Raj 12-13. Selanjutnya sejarah kedua kerajaan, yakni kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda, sejalan dan dikisahkan dalam 1Raj 14-2Raj 17. Sejarah itu kerap kali terdiri atas peperangan antara kedua kerajaan bersaudara itu dan berbagai serangan dan penyerbuan dari luar, yaitu dari pihak Mesir terhadap kerajaan Yehuda dan dari pihak negeri Aram terhadap kerajaan Israel. Bahaya meningkat waktu tentara kerajaan Asyur mulai menyerbu ke jurusan barat, terutama selama abad ke-9, lalu bahaya memuncak selama abad ke-8 sampai Samaria, ibu kota kerajaan utara, direbut dan dimusnahkan dalam thn 721 seb. Mas. Kerajaan Yehuda sebelumnya sudah menaklukkan diri kepada Asyur, Kerajaan Yehuda masih melanjutkan sejarahnya sampai Yerusalem direbut dalam thn 587. Sejarah itu tercantum dalam 2 Raj 18- 25:21. Di situ khususnya diceritakan masa pemerintahan raja Hizkia, 2Raj 18- 20, dan raja Yosia, 2Raj 22-23. Kedua pemerintahan itu merupakan masa kebangkitan semangat kebangsaan dan pembaharuan agama. Peristiwa-peristiwa politik yang paling penting di zaman itu ialah:serangan raja Asyur, Sanherib, selama pemerintahan raja Hizkia, yakni dalam thn 701. Dengan penyerbuan itu Sanherib membalas tindakan Hizkia yang tidak membayar lagi upeti kepada raja Asyur. Peristiwa penting yang kedua ialah: di masa pemerintahan Yosia kerajaan Asyur mengakhiri riwayatnya dan diganti dengan kerajaan Kasdim atau Babel (baru). Raja Yehuda terpaksa menaklukkan diri kepada kuasa yang baru di kawasan timur itu. Namun tidak lama kemudian raja Yoyakim memberontak. Tetapi segera jugalah datang hukumannya. Dalam thn 597 seb. Mas. tentara raja Nebukadnezar merebut kota Yerusalem dan mengangkut sebagian penduduknya sebagai tawanan masuk pembuangan, 2Raj 23:36-24:17. SEpuluh tahun kemudian raja Zedekia mencoba merebut kemerdekaan politiknya. Maka untuk kedua kalinya datanglah tentara raja Nebukadnezar. Penyerbuan itu berakhir dalam thn 587 seb. Mas., dengan dimusnahkannya kota Yerusalem dan pembuangan yang kedua, 2Raj 24:18-25:21. Kitab Raja-raja berakhir dengan dua ceritera pendek berupa tambahan, 2Raj 25:22-23.

Kitab raja-raja sendiri dengan jelas menyebut tiga sumbernya, yakni: Kisah Riwayat Salomo, 1Raj 11:41, Kitab Sejarah Raja-raja Israel, 1Raj 14:19, dll, dan Kitab Sejarah Raja-raja Yehuda, 1Raj 14:29, dll. tetapi masih ada sumber- sumber lain yang dipergunakan. di muka sudah dikatakan, bahwa 1Raj 1-2 melanjutkan kisah tentang keluarga Daud yang tercantum dalam 2Sam 9-20. 1Raj 6- 7 merupakan suatu lapiran tentang pembangunan bait Allah yang berasal dari kalangan para imam. Kisah Raja-raja khususnya memanfaatkan sebuah kisah mengenai nabi Elia yang agaknya dikarang pada akhir abad ke-9 seb. mas., dan sebuah kisah mengenai nabi Elisa yang dikarang tidak lama kemudian dari itu; Kedua kisah tsb menjadi sumber sejumlah ceritera mengenai Nabi Elias, 1Raj 17-2Raj 1, dan sejumlah ceritera tentang Nabi Elisa, 2Raj 2-13. Adapun ceritera-ceritera tentang pemerintahan raja Hizkia yang menampilkan nabi Yesaya, agaknya berasal dari kalangan murid-murid nabi itu, 2Raj 18:17-20:19.

Sejarah sumber-sumber yang dimanfaatkan mengizinkan kisah-kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam kitab Raja-raja diberi rangka yang sama:masa pemerintahan masing-masing raja diceriterakan sendiri-sendiri dan secara lengkap dan awal serta akhir masing-masing ceritera dirumuskan dengan ungkapan-ungkapan yang hampir sama. Di dalamnya terungkap penilaian keagamaan terhadap tingkah laku raja yang bersangkutan. Semua raja kerajaan di utara dikutuk. Sebab pemerintahan mereka semua dinodai oleh semacam "dosa asal", yaitu pembangunan bait suci di Betel oleh raja Israel yang pertama. Dari raja-raja Yehuda hanya delapan saja yang dipuji oleh karena setia kepada penetapan- penetapan Yahwe. Tetapi sampai enam kali pujian itu diperlemah dengan catatan, bahwa "bukti-bukti pengorbanan tidak dijauhkannya". Hanya raja Hizkia dan raja Yosia mendapat pujian dengantidak bersyarat.

Penilaian positip dan negatip terhadap raja-raja itu sudah barang tentu diinspirasikan oleh hukum kitab Ulangan yang menetapkan, bahwa hanya diperbolehkan satu bait Allah saja. Selebihnya, ditemukannya kitab Ulangan di masa pemerintahan raja Yosia serta pembaharuan agama yang dijiwai oleh kitab merupakan puncak seluruh sejarah sebagaimana disajikan kitab Raja-raja. Memang kitab Raja-raja justru mau membuktikan kebenaran tema pokok kitab Ulangan, seperti dengan jelas terungkap dalam 1Raj 8 dan 2Raj 17. Tema pokok itu ialah: Apabila melakukan perjanjian yang diikatnya dengan Allah, maut diberkati; sebaliknya, mana kala perjanjian itu dilanggarnya, tidak dapat tidak ia dihukum. Pengaruh tradisi Ulangan terasa setiap kali penyusun kitab Raja-raja sendiri mengembangkan sumber-sumber yang dimanfaatkan, atau memberi komentarnya.

Boleh jadi, bahwa pertama kitab Raja-raja yang disusun dalam tradisi Ulangan dikerjakan sebelum raja Yosia gugur di Megido dalam thn 609 seb Mas. Pujian yang diberikan kepada raja itu dalam 2Raj 23:25 (kata-kata terakhir harus dihilangkan) merupakan kata penutup terbitan pertama itu. terbitan kitab Raja- raja yang kedua juga berasal dari tradisi Ulangan dan agaknya dikerjakan sesudah masa pembuangan, tagasnya sesudah thn 562 seb. Mas., kalau bagian penutup yang sekarang terdapat dalam 2Raj 25:22-30 dihubungkan dengan terbitan kedua itu. apabila 2Raj 25:21 dipandang sebagai kata penutup asli terbitan yang kedua itu - dan ayat itu memang berupa kata penutup kitab - maka terbitan itu harus ditanggalkan sebelumnya sedikit. Sebab 2Raj 25:21 hanya memberitahukan pembuangan kedua dengan tidak berkata apa-apa tentang apa yang terjadi di masa pembuangan. Tetapi baik di masa pembuangan maupun sesudahnya kitab Raja-raja masih diberi beberapa tambahan.

Kitab raja-raja tentau saja harus dibaca sesaui dengan maksud para penyusunnya, yaitu sebagai sejarah penyelamatan. Sikap masa bodoh yang tidak tahu terima kasih yang menjadi sifat umat terpilih; kemusnahan yang berturut- turut dialami kedua bagian bangsa, seolah-olah menggagalkan rencana Allah. tetapi selalu ada sejumlah orang beriman yang tidak bertekuk lutut di hadapan baal., suatu sisa Sion yang setia pada perjanjian. Dan mereka itulah yang menjadi penerus rencana Allah dan menjamin masa depan. Kemantapan keputusan- keputusan ilahi terutama nyata dalam keturunan Daud yang secara mengherankan tetap tinggal dan menjadi pewaris janji-janji tentang Mesias di masa mendatang. Kitab Raja-raja dalam bentuknya yang paling akhir diakhiri dengan catatan mengenai belas-kasihan Ewil-Merodakh, raja Babel, terhadap raja Yoyakhin yang merupakan fajar masa depan yang menyingsing.

(0.03) (Kel 21:12) (sh: Nyawa ganti nyawa. (Kamis, 7 Agustus 1997))
Nyawa ganti nyawa.

Manusia tidak berhak mencabut nyawa sesamanya. Hanya Allah yang berhak menentukan masa hidup seseorang (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">13). Allah menuntut agar kepada orang yang memukul orang sampai mati (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">12-14), memukul orang-tuanya (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">15), menculik orang lain untuk dijadikan budak (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">16), mengutuki ayahnya (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">17), atau keteledoran yang menyebabkan kematian sesamanya (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">28-32), diberlakukan hukuman mati. Aturan ini menegaskan bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatu dan bahwa setiap ciptaan Tuhan berhak atas hidup yang dikaruniakan Tuhan kepadanya dan pengakuan tentang kebenaran itu dari sesamanya.

Keadilan Allah. Hukuman mati terhadap orang yang menyebabkan sesamanya mati, bukan karena Allah kejam melainkan karena adil. Andaikata prinsip ini diberlakukan terus sampai kini, akan banyak orang harus dihukum mati. Sesungguhnya semua dosa selalu mengandung sifat berontak melawan Allah dan sangat besar kemungkinan berdampak destruktif (merusak) secara sosial. Jelas bila semua orang yang berdosa harus mati. Dalam keadilan dan kasih-Nya, Allah menuntut nyawa seorang Penebus yang sempurna agar kita boleh luput dari hukuman kekal Allah.

Renungkan: Dengan apakah kita dapat "membayar" hutang nyawa kita pada Kristus?

(0.03) (Ul 15:1) (sh: Pembebasan (Minggu, 18 Mei 2003))
Pembebasan

Pada Tahun Sabat berbagai tindakan pembebasan harus umat lakukan. Pertama, penghapusan utang. Kedua, pembebasan para budak. Dengan bertindak demikian, umat turut serta di dalam mewujudkan kemurahan Allah. Murah hati (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">6-8), memancarkan kesadaran akan kemurahan Allah yang lebih dulu telah memberkati umat dengan limpah. Kebaikan membebaskan orang yang memperhamba diri sebab ketidakberdayaan memancarkan kesadaran bahwa Allah adalah Pembebas yang telah memberi kebebasan dengan melimpah (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">15). Pengakuan bahwa Allah adalah sumber segala berkat juga dinyatakan dalam korban sulung (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">19-23).

Dalam sejarah manusia, mungkin tidak pernah ada zaman seperti zaman ini dimana berbagai kebaikan bendawi dapat kita nikmati berkat kemajuan teknologi, komunikasi, dlsb. Adalah kenyataan getir bahwa justru di zaman yang semakmur ini juga tengah terjadi cabikan besar antara kaum berpunya dan kaum papa. Ketidakpedulian terhadap sesama selalu seiring dengan keserakahan, yang pada intinya adalah penyembahan berhala materi. Orang Kristen selayaknya berbeda. Bertuhankan Allah, bukan benda, orang Kristen tidak saja tahu menikmati segala berkat Allah, tetapi juga tahu bersyukur kepada sang Pemilik berkat. Tidak terbelenggu oleh benda, orang Kristen tahu menghargai dan mengasihi manusia dan menempatkan benda di kedudukan semestinya.

Renungkan: Karena Allah sendiri telah memberikan buah hati-Nya sendiri demi keselamatan kita, kita sepatutnya berpola hidup melepas bukan merebut.

Bacaan Untuk Minggu Paskah 5

Kisah Para Rasul 9:26-31; 1Yohanes 3:18-24; Yohanes 15:1-8; Mazmur 22:25-31

Lagu: Kidung Jemaat 288

(0.03) (Ul 24:6) (sh: Kasihilah sesamamu manusia (Minggu, 4 Juli 2004))
Kasihilah sesamamu manusia

Mengasihi sesama manusia harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Sebagai anak Tuhan, kita dipanggil untuk mewujudkan kasih itu tanpa memandang bulu. Siapapun dia, tua muda, kaya miskin, berstatus atau tidak adalah sesama manusia.Bacaan hari ini adalah serangkaian peraturan yang kalau disimak baik-baik memiliki beberapa dasar yang penting. Pertama, dasar kesetaraan. Misalnya, seorang yang menghutangi orang lain, ia harus menjaga martabat orang yang berhutang itu dengan tidak mempermalukan dirinya (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">10-11). Orang yang menghutangi itu harus memperlakukan orang yang berhutang sebagai sesama manusia di hadapan Allah (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">12-13; 25:3).

Kedua, dasar kasih dan kepedulian terhadap sesama (ayat 6,14-15; 17-18; 19-22). Israel dipanggil untuk menyatakan kasih dan kepedulian kepada sesama mereka, karena Allah telah lebih dahulu mengasihi dan mempedulikan kehidupan dan penderitaan mereka ketika masih diperbudak di Mesir (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">18,22).

Ketiga, dasar keadilan dan kebenaran. Seorang yang menculik orang lain dan memperlakukannya sebagai budak telah melanggar rasa keadilan masyarakat yang setara (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">7). Di hadapan Allah, semua yang berdosa harus dihukum sesuai dengan dosanya (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">8-9; 25:1-2), sedangkan yang tidak bersalah harus dibebaskan (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">16).

Renungkan: Orang Kristen dipanggil untuk mewujudkan kasih kepada sesamanya, karena ia sudah terlebih dahulu dikasihi Kristus.

(0.03) (1Sam 11:1) (sh: Membela yang lemah. (Rabu, 3 Desember 1997))
Membela yang lemah.

Orang yang tidak takut Allah cenderung menindas yang lebih lemah. Orang-orang Yabesy-Gilead ditekan oleh musuh mereka, orang Amon (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">2). Mereka dipaksa membuat perjanjian yang sifatnya sangat kejam. Ketika Saul mendengar berita buruk itu, hatinya tersentuh. Saul tampil bukan dengan motivasi mendapatkan dukungan politik orang-orang Yabesy-Gilead, tetapi semata-mata untuk membela yang lemah dan tertindas.

Kebesaran jiwa pemimpin. Saul mengerahkan semua umat Tuhan untuk membela sesamanya dari penindasan. Namun ada pihak yang meragukan kepemimpinan Saul. Masakan Saul menjadi raja? (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">12). Saul tidak terpengaruh sikap negatif itu. Akhirnya ia dan pasukannya menang atas orang Amon. Kemenangan tidak membuat Saul lupa diri. Anjuran agar musuh-musuhnya dihabisi, ditolak Saul. Raja baru itu mengerti bahwa kekuasaannya harus dijalankan di dalam kehendak dan pimpinan Tuhan sendiri. Dengan berbuat demikian, ia memuliakan Allah, Raja atas segala raja.

Renungkan: Ikuti teladan Kristus, keberhasilan adalah karunia Allah bukan hasil perjuangan kita semata. Sikap ini akan membuat kita tetap hamba Allah, bukan budak kuasa.

Doa: Tanamkan sikap syukur dalam lubuk hatiku, Tuhan.

(0.03) (2Sam 17:15) (sh: Jejaring dan tindak lanjut. (Selasa, 07 Juli 1998))
Jejaring dan tindak lanjut.

Keyakinan bahwa Allah memihak kita umat-Nya, juga bahwa kita memahami rencana Allah bagi kita, tidaklah membuat bahwa kita harus berdiam diri pasif! Iman selalu aktif. Daud yang secara arif telah menyusupkan Husai ke kubu musuh telah mempersiapkan jejaring dengan Zadok, Abiyatar, Yonatan dan Ahimaas. Juga pada gilirannya seorang budak wanita. Tempat yang strategis pun perlu dipersiapkan (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">17). Ketika Absalom mengetahui mata rantai tadi, ada tindakan sigap dan cepat lagi tepat untuk mengelabui lawan (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">19,20). Tindakan selanjutnya segera dilaksanakan tanpa ragu (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">21,22).

Titik balik. Ahitofel yang dikecewakan karena nasihatnya ditolak Absalom, bunuh diri. Kemudian terjadilah berbagai rentetan peristiwa yang menguntungkan Daud. Absalom mengganti Yoab dengan Amasa (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">25). Sementara itu beberapa tokoh yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Absalom malah memihak dan membantu Daud dan kelompoknya (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">27-29). Tuhan sedang bekerja menjalankan rencana dan kehendak-Nya.

Renungkan: Sesungguhnya Tuhan mampu mengatur peristiwa-peristiwa politis agar berjalan sesuai rencana-Nya.

Doa: Ampunilah kami, apabila pasif dalam kehidupan beriman. Kami tahu Tuhan bekerja, karena itu, kami pun harus bekerja sesuai dengan rencana-Mu.

(0.03) (Pkh 2:1) (sh: Kesenangan adalah sia-sia. (Selasa, 26 Mei 1998))
Kesenangan adalah sia-sia.

Pengkhotbah mencoba mencari makna hidup dalam berbagai kesenangan dan kenikmatan. Semua kesenangan fisik yang tersedia dicobanya: makan, minum, rumah dan taman dengan segala isinya yang mewah. Juga para budak, dan berbagai jenis harta kekayaan. Ia juga menyediakan berbagai hiburan seni dalam rumah mewahnya itu. Bahkan banyak istri dan gundik untuk memberikannya kepuasan dari kenikmatan seks pun sudah dicobanya. Akhirnya ia hanya berdesah "segala sesuatu kesia-siaan seperti menjaring angin tak ada keuntungan di bawah matahari" (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">11).

Hikmat dan kebebalan sama sia-sia. Dari hal-hal badani, ia kini berusaha menemukan makna hidup dalam lingkup pikiran manusia (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">12). Sudah pasti orang berhikmat lebih dari orang bodoh. Kesimpulannya pasti kita setujui: orang berhikmat seperti orang yang berjalan dengan mata celik, orang bodoh seperti orang berjalan dalam kegelapan (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">13,14). Disadarinya bahwa dirinya berhikmat (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">15) bukan orang bodoh. Namun nasibnya dan semua orang berhikmat akan sama sama dengan nasib semua orang bodoh. Semua sama akan mati (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">16-17)! Dan sesudah orang mati, apa yang tadinya miliknya menjadi milik orang lain.

Renungkan: Tak ada apa pun dalam hidup ini yang berarti dalam dirinya sendiri. Arti sejati hanya didapat bila di dalam konteks keserasian dengan maksud ilahi.

(0.03) (Yl 2:28) (sh: Pencurahan Roh dan pembalasan, hak Tuhan (Minggu, 21 November 2004))
Pencurahan Roh dan pembalasan, hak Tuhan

Kasih Allah berlanjut dengan memberikan Roh Tuhan. Roh Tuhan itu dicurahkan bagi setiap manusia mulai dari orang yang tua hingga orang yang muda, termasuk para hamba atau budak. Ini menunjukkan bahwa setiap orang dapat berhubungan langsung dengan Allah. Juga terbukanya kemungkinan untuk mengerti rencana dan kehendak Allah. Dalam Roh Tuhan itu, siapa saja yang berseru kepada Allah akan diselamatkan (ayat 28-29). Urapan Roh Tuhan ini akan membuat tanda dan mukjizat yang mendahului datangnya hari Tuhan (ayat 30-31).

Kemahakuasaan Allah juga dinyatakan dengan menuntut bangsa-bangsa yang telah menyengsarakan umat-Nya (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">3:1-3), sebab penghinaan terhadap umat Allah dan segala milik mereka berarti menghina-Nya juga (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">4-6). Itu sebabnya, Allah akan membalas setimpal dengan kejahatan yang telah mereka lakukan (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">7-8).

Kehadiran Roh Tuhan atas diri setiap manusia memampukan orang Kristen hidup menurut kehendak Allah dan menghasilkan peniadaan pembedaan dan tingkatan dalam kehidupan persekutuan. Kehidupan persekutuan pun menjadi dinamis karena Roh Tuhan hadir sehingga setiap orang dapat saling membina, memperlengkapi dan, mengembangkan. Juga mendorong setiap orang Kristen untuk mengasihi sesama termasuk musuh, sehingga tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan mengakuinya sebagai hak Allah.

Renungkan: Persekutuan umat yang telah menerima kehadiran Roh Tuhan adalah persekutuan yang tidak membuat perbedaan.

(0.03) (Rm 1:1) (sh: Hamba Kristus Yesus. (Kamis, 7 Mei 1998))
Hamba Kristus Yesus.

Siapakah Paulus? Kepada jemaat yang belum pernah mengenalnya secara pribadi ini (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">11) Paulus memperkenalkan dirinya.Ia adalah hamba Kristus Yesus berarti ia adalah "budak" yang hidup untuk melayani Kristus Yesus. Ia menyebut dirinya "rasul" yang dipanggil dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">1, bdk. budak+lelaki&tab=notes" ver="">1:1">Gal. 1:1). Allah sendiri mengaruniakan Paulus panggilan hidup yang mulia itu. Allah pulalah yang membuat pelayanannya membawa banyak berkat dan tulisannya ini menyandang otoritas ilahi untuk membentuk pemahaman dan penghayatan iman Kristen kita.

Injil adalah penggenapan janji Allah. Pada awal hidup Paulus, Injil Yesus Kristus adalah sesuatu yang dianggapnya bertentangan dengan keyakinan Iberaninya. Namun ketika Yesus yang bangkit itu sendiri menyatakan diri kepadanya, yakinlah ia bahwa injil sebenarnya adalah penggenapan janji Allah kepada nenek moyangnya dulu. Injil tidak menyimpang tetapi sesuai dengan yang disuratkan dalam kitab-kitab suci Perjanjian Lama. Karena yang menggenapi janji itu ialah Yesus Kristus, maka injil disebut injil Yesus Kristus dan kita percaya kepada Yesus Kristus.

Renungkan: "Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita." Itukah keyakinan hayati Anda?

(0.03) (Rm 6:15) (sh: Bukan hamba Dosa. (Jumat, 22 Mei 1998))
Bukan hamba Dosa.

Pada zaman Paulus, seorang budak atau hamba adalah seorang yang hidupnya bergantung pada orang lain dan dikontrol penuh oleh tuannya itu. Begitulah keterikatan yang manusia alami bila berbuat dosa atau menyerahkan diri kepada dosa. Namun Paulus mengingatkan bahwa karena kita telah diselamatkan oleh Kristus, kita telah dibebaskan dari perhambaan dosa itu. Kita bukan lagi hamba dosa. Jadi kita tidak perlu lagi taat kepada dosa dan menjalani hidup yang menuju kepada kebinasaan.

Hamba Kristus. Allah telah menebus kita (membayar harga ganti agar kita bisa lepas dari berbagai kemalangan akibat dosa) melalui karya agung Yesus Kristus. Pengorbanan Kristus telah membayar seluruh utang dosa seharga darah putra tunggal Allah. Betapa tinggi nilai hidup kita! Kita sangat berharga bati Allah. Kita kini dijadikan orang-orang merdeka. Dan arti kemerdekaan sejati ialah bila kita terikat (menjadi hamba) dari kebenaran Allah, menjadi hamba Kristus sendiri. Memang itulah tujuan Allah menciptakan dan menyelamatkan kita. Hidup bagi Dia! Hidup dalam kekudusan dan kemuliaan-Nya!

Renungkan: Kristus telah memerdekakan kita. Kita hanya bisa mengalami itu hari lepas hari bila kita praktekkan kemerdekaan itu dalam kebiasaan kita sehari-hari.

Doa: Aku ingin memusatkan iman dan harapku pada karya salibMu, Yesus.

(0.03) (Rm 7:1) (sh: Hukum Taurat. (Sabtu, 23 Mei 1998))
Hukum Taurat.

Apa sebenarnya fungsi Taurat (hukum Allah)? Karena Paulus orang Yahudi dan sedang menulis kepada jemaat yang sebagian besar bukan Yahudi, hukum yang dimaksudkannya bisa berarti luas. Bisa berarti Taurat (hukum Allah untuk orang Yahudi) dan bisa juga hukum alami dalam nurani yang Allah tanamkan dalam diri tiap orang (bdk. budak+lelaki&tab=notes" ver="">1:20; 2:14). Dalam bagian terdahulu Paulus telah menjelaskan bahwa hukum tidak dapat menyelamatkan. Dalam bagian ini Paulus memperluas penjelasannya itu dan mengatakan bahwa hukum pun tidak dapat menguduskan. Karena itu, Kristen tak perlu lagi hidup di bawah hukum.

Hidup oleh Roh. Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen terhadap hukum-hukum Allah. Dalam dunia kini banyak orang menganut paham antinomianisme, artinya menolak norma susila dan bertingkahlaku sesuka diri sendiri. Ini tentu bukan pilihan orang Kristen. Menentang sikap itu ada Kristen yang bersikap legalistis, artinya menaati hukum untuk mendapat upah keselamatan dari Tuhan. Ini pun bukan sikap Kristen. Sikap yang benar ialah sebagai orang yang telah dimerdekakan Kristus dari dosa, kita hidup sesuai hukum Tuhan dengan bantuan Roh Kudus.

Renungkan: Kita taat hukum Tuhan bukan dengan sikap budak dan motivasi ingin dibenarkan, tetapi karena sudah dibenarkan dalam kasih kita menyukai hukum-hukum Tuhan.

Doa: Tolong kami hidup bukan sebagai "istri" dari Taurat tetapi sebagai "istri" dari Kristus.

(0.03) (Flp 4:4) (sh: Bersukacitalah senantiasa. (Senin, 2 November 1998))
Bersukacitalah senantiasa.

Meskipun banyak anggapan mengatakan bahwa anjuran ini tidak realistis dan mustahil untuk dilakukan, tetapi perintah ini dianjurkan oleh orang dalam posisi menderita, Paulus kepada jemaat yang juga terancam aniaya, Filipi! Yang mustahil menjadi mungkin, sebab sukacita yang dimaksud tidak bergantung kepada situasi atau peristiwa-peristiwa tertentu, melainkan sukacita yang keluar dari hati dan jiwa yang dipenuhi oleh damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, dan yang memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (ayat budak+lelaki&tab=notes" ver="">7; bdk. Yoh. 14:27).

Rahasia sukacita. Tak ada penyangkalan bila ditanyakan apakah seseorang merindukan damai sejahtera dan sukacita dalam hidupnya. Bahkan berbagai usaha dilakukan untuk pemenuhan kedua hal tersebut. Memang Paulus menganjurkan untuk melakukan sesuatu, tetapi bukan dengan cara askese (mengasingkan diri), mengkonsumsi obat penenang, kemaruk harta, budak uang, dlsb. Damai sejahtera dan sukacita tidak dapat diperoleh dengan cara-cara kedagingan! Hanya dari Allah dan dekat dengan Kristus saja, hati dan pikiran kita boleh mengalaminya. Hanya oleh anugerah Allah dalam Tuhan Yesus sajalah mendatangkan sukacita terus-menerus dalam kehidupan kita.

Renungkan: Segala keadaan dapat diatasi dalam keyakinan pemeliharaan-Nya.

(0.03) (2Kor 3:17) (full: ROH ... DI SITU ADA KEMERDEKAAN. )

Nas : 2Kor 3:17

Kemerdekaan yang datang melalui Kristus (Gal 5:1) pertama-tama dan terutama merupakan pembebasan dari hukuman dan perbudakan dosa (ayat 2Kor 3:7-9; Rom 6:6,14; 8:2; Ef 4:22-24; Kol 3:9-10) dan seluruh kuasa Iblis (Kis 26:18; Kol 1:13; 1Pet 5:8).

  1. 1) Pembebasan sebenarnya dimulai dengan bersatunya orang percaya dengan Kristus (Kis 4:12; Ef 1:7) dan penerimaan Roh Kudus

    (lihat art. PEMBAHARUAN).

    Pembebasan dari perhambaan rohani dipelihara melalui Roh yang berdiam dalam diri secara terus-menerus dan melalui ketaatan terhadap bimbingan-Nya (Rom 8:1-dst.; Gal 5:18; bd. Yoh 15:1-11).
  2. 2) Kemerdekaan yang disediakan oleh Kristus bukanlah kemerdekaan agar orang percaya melakukan apa saja yang mereka inginkan (1Kor 10:23-24), tetapi untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan (Rom 6:18-23). Kemerdekaan rohani sama sekali tidak boleh dipakai untuk menutupi kejahatan atau untuk membenarkan pertengkaran (Yak 4:1-2; 1Pet 2:16-23). Pembebasan Kristen memerdekakan orang percaya untuk melayani Allah (1Tes 1:9) dan orang lain (1Kor 9:19) dalam jalan kebenaran (Rom 6:18-dst.). Sekarang kita menjadi budak Kristus (Rom 1:1; 1Kor 7:22; Fili 1:1) yang hidup bagi Allah oleh kasih karunia (Rom 5:21; 6:10-13).


TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA