Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1561 - 1580 dari 2392 ayat untuk sudah diselamatkan [Pencarian Tepat] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.023547671818182) (Ibr 5:11) (sh: Kesejatian iman (Kamis, 27 Oktober 2005))
Kesejatian iman

Kesejatian iman Ingatkah perumpamaan Kristus mengenai lalang dan gandum? Pada waktu keduanya masih kecil dan sedang bertumbuh, sulit untuk membedakan antara lalang dan gan-dum. Namun, setelah gandum bertambah besar maka perbedaannya dari lalang akan terlihat.

Penulis Ibrani menegur para pembaca suratnya karena mereka masih kanak-kanak rohani padahal seharusnya sudah dewasa rohani. Mereka belum mengerti ajaran-ajaran kebenaran firman Tuhan padahal kebenaran itu akan membuat iman mereka kukuh saat menghadapi tekanan dan penganiayaan (ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">5:11-14). Sebaliknya, mereka justru memperdebatkan ajaran yang tidak utama, misalnya: pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang mati, dll. (ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">6:2). Memperde-batkan hal-hal seperti itu bisa membuat mereka mengabaikan berbagai perkara yang fundamental, seperti: menerima anugerah keselamatan, pencerahan oleh Roh Kudus, dll. (ayat 4-5). Akibatnya, mereka dapat berada dalam bahaya, yaitu menolak ajaran keselamatan sebagai kebenaran. Hal ini berarti mengingkari anugerah Allah di dalam Kristus (ayat 6). Apakah ini berarti murtad?

Ilustrasi tanah menjawab pertanyaan tadi. Yang beriman sejati seperti tanah yang menerima air hujan menjadi subur dan memberi hasil yang baik. Yang mengeluarkan semak duri yang tidak berguna adalah mereka yang terus-menerus menerima kabar baik, tetapi tetap mengeraskan hati. Seorang Kristen yang menyambut firman Allah dan hidup di dalamnya pasti rohaninya tidak mungkin mati (ayat 7-8). Seorang Kristen sejati memiliki hidup Kristus. Orang Kristen sejati tidak mungkin tetap menjadi bayi rohani. Allah akan berkarya dalam hidupnya, sehingga ia pasti bertumbuh. Sedangkan seorang yang tidak beriman memang pada kenyataannya tidak memiliki hidup dari Kristus.

Renungkan: Jangan terlena oleh status Kristen yang Anda miliki. Pastikan Anda sudah menjadi murid sejati-Nya melalui bergaul intim dengan-Nya.

(0.023547671818182) (Ibr 7:20) (sh: Yesus Imam Besar yang sempurna (Senin, 31 Oktober 2005))
Yesus Imam Besar yang sempurna

Yesus Imam Besar yang sempurna Penulis Ibrani menuntaskan uraiannya mengenai keunggulan imamat Yesus dari imamat Lewi. Imamat Yesus sempurna dan menyelesaikan apa yang tidak dapat diselesaikan melalui imamat Lewi. Dalam sistem Hukum Taurat, jabatan imam diturunkan dari ayah ke anak laki-laki keturunan Lewi. Oleh karena para imam itu manusia fana maka jabatan imam itu harus terus-menerus diganti. Akibatnya imamat Lewi tidak pernah bisa menjadi jaminan yang bersifat permanen. Tuhan Yesus adalah Imam berdasarkan penetapan Allah Bapa secara langsung (ayat 21) sehingga imamat-Nya bersifat permanen, sempurna, dan menjadi jaminan pasti (ayat 22,28). Oleh karena Kristus Anak Allah maka Ia bisa menjadi Imam yang kekal untuk mendamaikan setiap orang yang datang kepada Allah melalui-Nya secara sempurna (ayat 25).

Kelemahan imamat Lewi bukan hanya kefanaan para imamnya, tetapi juga keberdosaan mereka. Para imam besar keturunan Harun (Lewi) harus mempersembahkan korban pendamaian bagi diri mereka terlebih dahulu sebelum mereka bisa menjadi juru pendamai umat kepada Allah (ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">27a). Tuhan Yesus adalah Imam Besar yang tanpa dosa dan cela sehingga bukan hanya layak melakukan pelayanan pendamaian itu, tetapi juga layak menjadi korban yang dipersembahkan kepada Allah Bapa bagi pengampunan dosa (ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">27b).

Apa pun keraguan yang dimiliki oleh pembaca surat Ibrani ini tentang imamat Yesus seharusnya sirna. Bagi orang Kristen masa kini, ada bukti kuat bahwa karya pendamaian Kristus tidaklah sia-sia, yaitu hidup anak-anak Tuhan yang sudah diubahkan. Keyakinan keselamatan oleh janji firman Tuhan dan suara Roh Kudus yang hadir di hati kita, status kita sebagai anak Allah, dan kepekaan kita terhadap dosa adalah tanda-tanda yang jelas bahwa karya keselamatan Kristus sudah berlaku dalam hidup kita.

Renungkan: Keselamatan kita bukan bergantung kepada ritual agama melainkan kepada Kristus yang tersalib!

(0.023547671818182) (Ibr 12:7) (sh: Di balik sebuah penderitaan (Senin, 8 Mei 2000))
Di balik sebuah penderitaan

Di balik sebuah penderitaan. Sepanjang sejarah dunia, Kristen selalu mengalami penindasan yang semakin berat dan jahat. Ada tekanan yang datang dari para tetangga maupun pemerintahan setempat. Ada penganiayaan terjadi dalam lingkup lokal maupun nasional. Bagaimana Kristen seharusnya menyikapi keadaan ini? Kristen harus menyikapi penderitaan dan penganiayaan yang dialaminya dari 2 sudut pandang. Pertama, Kristen harus memandang kesulitan dan penderitaan sebagai sebuah disiplin. Allah tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya. Walaupun Allah tidak memberikan alasan mengapa harus mengalami sebuah penderitaan tertentu, namun Allah menjelaskan secara rinci dan hati-hati tentang apa yang Ia lakukan. Yaitu Allah memperlakukan Kristen seperti seorang ayah yang bijaksana memperlakukan anak-anak-Nya. Allah mendisiplin Kristen demi kebaikannya dan supaya beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Perspektif ini membuat penderitaan yang Kristen alami terasa jauh lebih ringan. Kristen tidak perlu lagi bertanya-tanya apa yang sudah ia lakukan sehingga Allah menghukumnya.

Kristen dapat bertahan dan melewati penderitaannya dan keluar sebagai pemenang, karena ia yakin bahwa penderitaannya juga merupakan bentuk ekspresi kasih Allah. Kedua, jika kita meragukan apakah mungkin Allah tega membiarkan anak-anak yang dikasihi-Nya menderita, lihatlah Yesus. Ia telah menderita terlebih dahulu. Yang memimpin dan membawa iman kita kepada kesempurnaan, Yesus Kristus, telah mengalami sebuah penderitaan yang maha dahsyat, walaupun Dia adalah Anak Tunggal Allah.

Renungkan: Keyakinan bahwa Allah tetap mengasihi Anda dan mempunyai tujuan yang baik di balik penderitaan itu, merupakan sumber kekuatan untuk terus bertahan di dalam penderitaan. Hanya jangan pernah berharap keuntungan secara ekonomi jika Anda harus kehilangan sebuah pekerjaan. Jangan pernah berharap keuntungan secara kesehatan jika Anda menderita penyakit yang berat. Namun berharaplah keuntungan rohani dari penderitaan yang dialami. Jika kita berserah kepada Allah, Dia akan bekerja di dalam hidup kita dan melalui penderitaan ini kita akan bertumbuh di dalam kekudusan. Bahkan kita akan menuai kebenaran dan damai sejahtera yang sudah disediakan bagi anak-anak-Nya yang sedang mengalami penderitaan.

(0.023547671818182) (Ibr 12:12) (sh: Hidup Kristen bagi dirinya dan komunitasnya (Selasa, 9 Mei 2000))
Hidup Kristen bagi dirinya dan komunitasnya

Hidup Kristen bagi dirinya dan komunitasnya. Hidup sebagai umat Allah secara individu adalah hidup yang penuh vitalitas, bukan hidup dengan tangan dan lutut yang tidak berfungsi (12). Ini menggambarkan kelumpuhan rohani. Individu Kristen harus segera berbenah dan bertindak. Kesatuan jemaat Kristus harus senantiasa diutamakan. Sebagai jemaat yang utuh, mereka harus saling menolong. Yang kuat menolong yang lemah sehingga bersama-sama bersiap untuk hidup sebagai umat Allah menurut firman Tuhan. Dengan bertindak demikian, jemaat dapat bersaksi tentang keharmonisan dan kekudusan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa kekudusan tidak akan ada keharmonisan di antara umat Tuhan, sebab orang yang kudus selalu berusaha hidup damai dengan orang lain. Jika dikatakan tanpa kekudusan tidak dapat melihat Allah, artinya jika tidak ada keharmonisan dalam umat Allah, maka mereka tidak akan mungkin melihat Allah.

Demonstrasi keharmonisan umat Allah dapat diperlihatkan dengan sangat efektif bukan melalui tidak adanya perbedaan ataupun perselisihan pendapat, namun melalui: pertama hidup yang saling menjaga satu dengan yang lain, sehingga tidak ada seorang pun yang akan undur dari perlombaan dan menolak 'hadiah' yang sudah tersedia baginya. Kedua saling menjaga agar tidak timbul akar kepahitan yaitu seseorang yang setelah mendengarkan firman Tuhan lalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya akan selamat. Namun kemudian berjalan di dalam kebebalan hatinya. Orang yang demikian membawa pengaruh destruktif kepada komunitas Kristen secara keseluruhan.

Tokoh Esau diketengahkan untuk mempertegas 2 buah peringatan. Yaitu bahwa ketidaktaatan (percabulan) seseorang dapat memberikan efek negatif kepada sebuah komunitas dimana ia tinggal. Esau mengambil 2 orang istri dari bangsa kafir. Tindakannya menimbulkan kepedihan kepada komunitasnya (Kej. 26:34-35; 27:46). Lalu tindakan menolak atau membuang berkat yang sudah menjadi miliknya sebagai ganti pemuasan nafsunya, menyebabkan ia kehilangan berkat itu untuk selama-lamanya.

Renungkan: Dosa yang Anda lakukan setelah percaya kepada Kristus tidak hanya mempunyai dampak negatif bagi Anda sendiri, namun juga bagi komunitas Ilahi dimana Anda menjadi bagiannya. Karena itu perhatikanlah bagaimana Anda hidup.

(0.023547671818182) (1Ptr 1:1) (sh: Pendatang di dunia, ahli waris di surga (Rabu, 13 Oktober 2004))
Pendatang di dunia, ahli waris di surga

Pendatang di dunia, ahli waris di surga. Selama hidup di dunia ini, anak-anak Tuhan tidak akan lepas dari masalah dan penderitaan. Namun, anak-anak Tuhan sejati tidak akan tenggelam dalam berbagai percobaan hidup ini sampai berputus asa, apalagi murtad. Tidak sama sekali! Karena anak-anak Tuhan memiliki pengharapan akan kepastian keselamatan! Di dunia ini kita boleh hidup menderita, tetapi di surga kelak, kebahagiaan kekal menanti. Puji Tuhan!

Petrus menaikkan doa ucapan syukur untuk umat Tuhan yang tinggal di wilayah Asia Kecil oleh karena sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Roh melalui darah Yesus (ayat 2), mereka adalah ahli waris surgawi (ayat 4). Sebagai orang-orang yang sudah menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus, mereka akan dipelihara oleh kekuatan Tuhan sendiri sampai akhir zaman (ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">5). Oleh sebab itu, nasihat Petrus kepada mereka adalah supaya mereka bersukacita sekalipun dalam hidup di dunia ini mereka menderita (ayat 6). Petrus juga menjelaskan bahwa tujuan Tuhan mengizinkan penderitaan kepada umat-Nya adalah bukan untuk menjatuhkan mereka sebaliknya, untuk membuktikan kesejatian iman mereka. Iman yang sejati pasti teruji dengan baik. Ibarat emas yang dimurnikan oleh api dan segala kotorannya akan terbakar habis sehingga emas itu akan tampil cemerlang. Demikian juga ketika iman anak Tuhan diuji oleh penderitaan maka hasilnya anak Tuhan akan muncul sebagai pemenang (ayat 7).

Bukti seperti apa yang harus dinyatakan oleh anak-anak Tuhan tentang kesejatian imannya? Pertama, tetap setia dan tidak menyangkal Tuhan dalam segala situasi. Kedua, tetap mempraktikkan kasih Tuhan kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang yang menganiaya kita.

Renungkan: Iman, pengharapan, dan kasih. Iman mendasarkan diri pada karya penebusan Tuhan bagi umat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari maut. Pengharapan memampukan kita melihat ke depan kepada janji surgawi. Kasih diwujudkan dalam tindakan hidup sehari-hari menantang kejahatan demi untuk membangun sesama manusia dalam dunia ini.

(0.023547671818182) (1Ptr 1:13) (sh: Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan (Sabtu, 19 November 2011))
Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan

Judul: Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan
Dengan dasar iman, pengharapan, dan kasih, Petrus menasihati para pembaca untuk hidup dalam kebenaran dan kasih persaudaraan. Mereka harus mengendalikan pikiran, waspada terhadap segala sesuatu, dan meletakkan pengharapan pada masa yang akan datang. Pengharapan akan kemuliaan harus mendorong mereka untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dengan tidak lagi membiarkan hawa nafsu yang bejat menguasai mereka seperti saat mereka hidup dalam kegelapan dosa. Mereka mesti hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus, dan itu dapat mereka lakukan dengan menjauhi segala kejahatan, kecemaran, hawa nafsu, dan dosa moral lainnya.

Orang percaya perlu tahu bahwa Allah Bapa adalah Hakim yang adil dan benar, sehingga tidak ada satu orang pun yang terluput dari penghakiman-Nya. Maka kita harus hidup takut akan Tuhan karena Dia telah menebus kita dari dosa dan cara hidup yang lama. Allah menebus kita bukan dengan barang yang fana, tetapi dengan darah Anak-Nya yang mahal dan tanpa cacat dan cela (18-19). Hal ini sesuai dengan rencana Bapa yang telah memilih dan mengutus Anak-Nya datang ke dalam dunia dan mati untuk menebus dosa manusia sehingga setiap kita yang percaya boleh dilahirkan dari benih firman Tuhan yang kekal. Kita juga dapat memiliki pengharapan yang teguh kepada Allah yang telah membangkitkan Anak-Nya. Iman dan pengharapan ini harus terwujud dalam perbuatan kita. Di antara saudara seiman harus saling mengasihi dengan kasih yang tulus ikhlas. Kasih demikian akan menjauhi kita dari kepura-puraan, manipulasi, keegoisan, dan kepentingan diri. Kasih demikian juga membuat kita rela berkurban dan mengasihi tanpa pamrih demi kebaikan orang lain.

Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang begitu luar biasa dari Tuhan sudah sewajarnya menghargai dan membalas kasih Tuhan itu. Untuk itu, kita mesti hidup dalam kebenaran dan mewujudkan iman kita dengan hidup saling mengasihi termasuk mengasihi mereka yang belum percaya agar suatu hari mereka juga mengalami kasih Kristus.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/11/19/

(0.023547671818182) (1Ptr 4:1) (sh: Penderitaan memperdalam kerohanian (Jumat, 22 Oktober 2004))
Penderitaan memperdalam kerohanian

Penderitaan memperdalam kerohanian. Ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">1 mudah disalahfahami, seolah Petrus mengajarkan bahwa penderitaan melepaskan orang dari dosa, atau bahwa tubuh adalah letak kedudukan dosa. Jika kita pernah berpandangan demikian, sadarilah bahwa ajaran itu tidak alkitabiah. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa tubuh jahat adanya dan bahwa keselamatan harus dengan jalan menyiksa tubuh. Oleh karena itu, orang Kristen tidak perlu memegang anggapan negatif tentang tubuh, materi atau unsur dunia lainnya.

Setelah di bagian sebelumnya ini ia menjadikan penderitaan Kristus sebagai teladan orang beriman, kini ia menjelaskan apa arti penderitaan dalam hidup rohani orang beriman. Jika seseorang telah berani menanggung penderitaan badani karena kebenaran, berarti orang itu sedang membayar harga demi keinginannya untuk hidup kudus. Dengan kata lain, Petrus kini mendorong orang-orang percaya untuk berjuang demi kekudusan sampai ke resiko menanggung penderitaan badani (ayat 2). Ketika seseorang masuk ke dalam anugerah Tuhan, orang itu harus meninggalkan masa lalu hidup berdosanya, apa pun resiko yang harus dipikul (ayat 3,4). Nah, bila kita telah memiliki sikap sedemikian, kekuatan daya tarik dosa sudah teramat lemah atas kita!

Ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">6 sulit dipahami sebab mirip dengan ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">3:19,20, tetapi berbeda maksud. Di ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">5, Petrus sudah menyinggung soal orang hidup dan orang mati, semua akan dihakimi Tuhan. Di ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">6 ini Petrus menyebut tentang orang-orang yang (karena imannya) dihakimi dan dihukum mati. Seperti halnya Kristus, orang beriman tersebut dapat dimatikan tubuhnya, tetapi tidak rohnya. Maksud Petrus, penilaian terakhir kualitas hidup orang tidak dapat diukur secara badani atau duniawi, tetapi harus dari prinsip kebenaran Tuhan dalam firman-Nya. Selain itu, ia kini menggemakan ajaran Yesus bahwa kita tidak perlu takut orang membunuh tubuh kita, sebab mereka tidak dapat mencelakan roh kita.

Untuk dilakukan: Manusia dapat membunuh tubuh kita, tetapi tak ada kekuatan sebesar apa pun dapat merebut iman kita atau memisahkan kita dari kasih Tuhan.

(0.023547671818182) (1Yoh 2:12) (sh: Cinta dunia atau cinta Allah? (Senin, 1 Desember 2003))
Cinta dunia atau cinta Allah?

Cinta dunia atau cinta Allah? Yohanes memberi peringatan kepada orang Kristen tentang adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa kasih pada dunia tidak berasal dari Allah (ayat 16). Dunia yang dimaksud bukanlah bumi yang kita huni, juga bukan manusia yang tinggal di bumi. Dunia menurut Yohanes adalah semua hal yang melawan Allah. Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (ayat 17). Sungguh merupakan kebodohan jika kita mengasihi hal-hal yang tidak kekal. Akan tetapi manusia tidak menyadarinya. Manusia lebih mencintai hal yang kelihatan yang bersifat sementara.

Bagaimana karakteristik cinta dunia? Yohanes menyebutkan tiga ciri khas cinta dunia:

[1] keinginan daging. Perlu dipahami bahwa wajar dan manusiawi jika manusia memiliki keinginan. Masalah timbul jika keinginan bercampur dengan daging membentuk keinginan daging. Istilah daging dalam ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">16 menunjuk pada semua hal yang menentang Allah. Misalnya, keinginan seksual. Keinginan tersebut tidaklah keliru, yang keliru adalah jika perwujudan keinginan tersebut bertentangan dengan kehendak Allah. Keinginan seksual hanya boleh dilakukan dalam koridor perkawinan;

[2] keinginan mata. Misalnya, mata melihat milik orang lain dan menginginkannya. Mata membangkitkan nafsu rakus. Jika nafsu berahi dan nafsu rakus bersatu akan mengarah pada dosa perselingkuhan;

[3] keangkuhan hidup. Hidup adalah karunia Tuhan, tetapi ketika hidup disandingkan dengan keangkuhan ia menjadi dosa. Keangkuhan hidup merupakan pernyataan penolakan kehadiran Allah. Manusia angkuh melihat benda, properti, uang, karir cemerlang yang dimilikinya adalah prestasi bukan berkat Allah. Manusia angkuh merasa tidak perlu bergantung pada Allah dalam hidupnya.

Renungkan: Jika kasih pada Allah sudah mulai dingin, maka ini menjadi tanda bahwa kita sudah mengasihi dunia ini.

(0.023547671818182) (Yud 1:5) (sh: Awas, banyak penyesat! (Selasa, 11 Desember 2001))
Awas, banyak penyesat!

Awas, banyak penyesat! Di dalam bagian ini, Yudas memberikan peringatan kepada pembacanya agar bersikap kritis dalam menghadapi para penyesat yang ada bersama-sama dengan mereka di dalam satu lingkungan. Yudas membeberkan beberapa contoh pemberontakan yang secara gamblang dan pasti mendatangkan hukuman. Ia mulai dengan sejarah ketidaktaatan bangsa Israel (ayat 5), malaikat yang tidak taat (ayat 6), dan dosa penyimpangan penduduk Sodom dan Gomora (ayat 7). Yudas juga mempertajam tulisannya dengan menyebutkan tingkah laku para penyesat yang cepat menghujat semua yang mulia di surga (ayat 8-9), dan bertindak seperti Kain: sang pembunuh saudara, atau seperti Bileam: si pengajar bangsa Israel untuk berbuat dosa.

Para penyesat ini ibarat gembala palsu yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab kepada orang lain, kecuali bagi dirinya sendiri. Pangkal perbandingan dalam ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">12b adalah jelas karena awan-awan dan pohon-pohon memang menjanjikan suatu hasil, namun kenyataannya gagal sama sekali.

Sama seperti bangsa Israel, sekalipun telah menerima hak istimewa, mereka tetap dapat jatuh ke dalam malapetaka. Kita juga tidak dapat memandang diri kita sudah aman, oleh sebab itu kita perlu selalu berada di dalam kewaspadaan terhadap hal-hal yang keliru. Untuk mengantisipasi kondisi ini maka kita harus mengingat bahwa demikian juga mereka yang mengacaukan gereja tidak pernah memandang diri mereka sebagai musuh-musuh gereja dan kekristenan, melainkan menganggap diri mereka sebagai pemikir-pemikir yang sudah lebih maju atau suatu golongan yang berada di atas orang Kristen biasa. Kelompok ini sering dikenal sebagai kelompok elite rohani palsu. Kita perlu mewaspadai mereka dengan sungguh-sungguh.

Renungkan: Para penyesat yang sedang melancarkan propaganda ajarannya tidak pernah memasang plang atau spanduk yang bertuliskan bahwa mereka adalah penyesat. Kitalah yang harus selalu memperingatkan diri sendiri dan saudara seiman agar tidak tertipu oleh para penyesat yang berada dekat dengan jemaat. Alih-alih mereka yang mempengaruhi kita, kitalah yang seharusnya mempengaruhi mereka.

(0.023547671818182) (Why 2:1) (sh: Kasih yang mula-mula (Senin, 15 Desember 2003))
Kasih yang mula-mula

Kasih yang mula-mula. Diperkirakan jemaat Efesus sudah berumur lebih dari 40 tahun ketika Kristus menyampaikan surat ini melalui Yohanes. Generasi saat itu tidak memiliki antusias yang sama seperti para pendahulu mereka pada masa penyebaran Injil mula-mula. Kristus memperkenalkan diri-Nya sebagai Pemegang ketujuh bintang di tangan kanan-Nya, yaitu utusan atau pelayan Kristus yang sejati, dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas. Hal ini berarti Kristus menguji dan mengetahui apa yang terjadi dalam setiap jemaat. Jemaat ini memiliki kelebihan yang dipuji Kristus: (ayat sudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">1). Pekerja keras dalam ketekunan; (ayat 2). Aktif dalam kegiatan dan pekerjaan; (ayat 3). Sangat tegas dalam hal pengajaran mereka menguji rasul-rasul palsu dan mendapati kesesatan mereka; (ayat 4). Sabar menderita karena nama Tuhan; (ayat 5). Dalam kesulitan dan penderitaan yang dialami itu mereka tidak mengenal lelah! Jika keadaannya demikian mengagumkan mengapa Kristus mencela mereka? Karena menurut Kristus mereka telah meninggalkan kasih yang semula. Kelima pujian tersebut ternyata dilakukan bukan karena cinta kasih kepada Tuhan tetapi semata-mata hanya menjalankan tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi.

Menurut jemaat Efesus mereka telah menjalani segala tuntutan kewajiban dan tugas mereka sebagai umat Tuhan. Mungkin bagi mereka itu sudah “memuaskan” Tuhan. Tetapi mereka melupakan hal yang esensi dari tuntutan Tuhan tersebut. Sebenarnya, jika mereka mengikuti alur atau koridor yang Tuhan tetapkan bagi umat percaya, maka segala kewajiban dan tugas itu baru lengkap sempurna jika didasari oleh cinta kasih Tuhan. Artinya, antara cinta kasih, tindakan yang benar, dan kesetiaan pada pengajaran yang benar harus berjalan seimbang dan harmoni dalam kehidupan umat Allah.

Renungkan: Berjerih lelah, bertekun, ketat dalam pengajaran, sabar menderita bagi Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan cinta kasih Tuhan yang mula-mula dalam kehidupan kita.

(0.020599922727273) (Mat 12:1) (full: SABAT. )

Nas : Mat 12:1

Hari Sabat mingguan (Yun. _sabbaton_, yang artinya perhentian) adalah hari yang ketujuh dalam setiap minggu yang dipisahkan dari hari-hari yang lain oleh Taurat Musa sebagai hari untuk beristirahat dari semua pekerjaan yang biasa serta memberikan diri kita istirahat dan menyembah Allah (Kel 20:10; Ul 15:14;

lihat cat. --> Kel 20:8).

[atau ref. Kel 20:8]

Ada alasan-alasan yang kuat untuk percaya bahwa prinsip-prinsip hari Sabat tetap berlaku bagi orang Kristen dan kita juga harus mengkhususkan satu hari dalam tujuh hari sebagai hari perhentian dan penyembahan.

  1. 1) Konsep hari perhentian yang kudus sudah ditetapkan sebelum ada hukum Yahudi: "Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya"

    (lihat cat. --> Kej 2:3;

    [atau ref. Kej 2:3]

    bd. Kel 20:11). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sudah sejak penciptaan alam semesta ini Allah menetapkan satu hari khusus sebagai sumber berkat bagi semua orang dan bukan sekedar bangsa Yahudi.
  2. 2) Yesus tidak pernah membatalkan prinsip hari perhentian, hanya penyalahgunaannya oleh para pemimpin Yahudi yang Ia kecam (ayat Mat 12:1-8; Luk 13:10-17; 14:1-6). Ia menyatakan bahwa hari perhentian itu ditetapkan Allah untuk kesejahteraan rohani dan jasmaniah manusia (Mr 2:27). Alkitab sama sekali tidak menyatakan bahwa prinsip ini telah ditiadakan.
  3. 3) Maksud rohani dari hari ketujuh sebagai hari perhentian ini menguntungkan orang Kristen. Dalam PL hari perhentian ini dipergunakan sebagai hari beristirahat dari semua pekerjaan dan untuk mempersembahkan diri kepada Allah -- suatu waktu yang khusus untuk mengenal Allah, menyembah Dia dan memusatkan diri baik secara pribadi maupun di depan umum pada perkara Tuhan (Im 24:8; Bil 28:9). Dewasa ini hari Sabat memberikan kita kesempatan untuk menyatakan kembali bahwa kepercayaan dan sukacita kita adalah di dalam Tuhan dan bukan di dalam dunia, kebiasaan yang mementingkan diri sendiri, harta atau kesenangan kita (bd. Kel 20:10; 34:21; Yes 38:13). Kita dapat mempergunakan hari perhentian ini untuk memperbaharui komitmen kita yang semula kepada Kristus dan persatuan kita dengan orang percaya lain, serta menyatakan bahwa seluruh kehidupan kita, bukan hanya sepertujuh, adalah milik Allah

    (lih. Ibr 4:9-10).

  4. 4) Sebagaimana hari Sabat merupakan suatu tanda perjanjian bahwa bangsa Israel adalah umat Allah (Kel 31:16-17), demikian pula hari penyembahan Kristen (hari Minggu) dapat dilihat sebagai suatu tanda kepada dunia bahwa kita adalah milik Kristus dan bahwa Dia adalah Tuhan kita. Orang Kristen dalam PB mengkhususkan hari pertama setiap minggu untuk menyembah Allah dan untuk memperingati hari kebangkitan Kristus (Kis 20:7; 1Korsudah+diselamatkan&tab=notes" ver="">16:2).
  5. 5) Hari Sabat dikhususkan oleh Allah sebagai hari yang kudus (Kej 2:3; Kel 16:23; 20:11; 31:14; Yes 58:13). Oleh karena itu orang percaya diingatkan bahwa mereka sendiri merupakan umat yang dikhususkan oleh Allah untuk hidup kudus di tengah-tengah angkatan yang sudah sesat (bd. Kel 31:13; 1Pet 2:9).
  6. 6) Akhirnya, hari Sabat dapat dilihat sebagai janji Allah kepada orang percaya bahwa Ia melaksanakan kehendak-Nya bagi mereka dan bahwa Ia senantiasa bersedia untuk memenuhi segala kebutuhan orang percaya. Ia senantiasa terbuka terhadap seruan doa mereka dan dengan setia memperhatikan kepentingan mereka (bd. Kel 31:13; Yeh 20:12).
(0.020599922727273) (Kel 12:1) (jerusalem) Kisah yang panjang ini mengenai Paskah mencakup berbagai unsur. Ada sebuah sumber kuno yang berasal dari tradisi Yahwista, Kel 12:21-23,27,29-39; ada beberapa tambahan yang bergaya bahasa tradisi Ulangan. Kel 12:24-27; 13:3-16, barangkali juga Kel 13:1-2; dan ada beberapa tambahan dari penggubah dari tradisi Para Imam yakni: peraturan mengenai ibadat dan keterangan tentang arti perayaan Paskah, Kel 12:1-20,28,40-51. Baik tambahan-tambahan tsb dibandingkan dengan Ima 23:5-8; Bil 28:16-25; Ula 16:1-8. - Sebenarnya perayaan Paskah dan perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi aslinya dua pesta yang berbeda. Hari Raya Roti Tidak beragi adalah sebuah pesta kaum tani. Pesta itu baru mulai dirayakan Israel setelah menetap di tanah Kanaan; baru sesudah pembaharuan agama yang dilancarkan raja Yosia pesta pertanian tsb disatukan dengan perayaan Paskah. Perayaan Paskah itu berasal dari zaman sebelum bangsa Israel terbentuk. Setiap tahun pesta itu dirayakan suku-suku Badui (peternak) hendak memohon perlindungan dewanya atas kawanan ternaknya. Kisah kuno yang berawal dengan Kel 12:21 menyebut pesta itu tanpa keterangan apapun. Ini mengandaikan bahwa Paskah sudah dikenal sebelumnya. Dapat diterima bahwa sewaktu Musa minta izin dari Firaun untuk mengadakan "perayaan TUHAN", bdk Kel 3:18; 5:1; 7:16; 8:1,8,20,27; 9:1,13; 10:4,24, apa yang dimaksudkan justru pesta Paskah tsb. kalau demikian duduknya perkara, maka hubungan antara perayaan Paskah dengan tulah yang kesepuluh dan keluaran Israel dari Mesir serba kebetulan: keluaran itu kebetulan bertepatan dengan perayaan Paskah kuno itu. Tetapi oleh karena kedua peristiwa tsb benar-benar bertepatan waktunya, maka dapat dibenarkan bahwa tambahan-tambahan yang disisipkan oleh tradisi Ulangan, Kel 12:24-27; 13:3-10 menerangkan perayaan Paskah (dan juga Hari Raya Roti Tidak Beragi) sebagai kenangan akan keluaran Israel dari negeri Mesir, bdk kitab Ulangan sendiri, Kel 16:1-3. Tradisi Para Imam menghubungkan seluruh tata upacara Paskah kuno dengan tulah yang kesepuluh dan keluaran Israel dari negeri Mesir, Kel 12:11-14,42. Tetapi sebelum tradisi Para Imam menghubungkannya sudah berhubungan juga. Sebab kisah yang berasal dari tradisi Yahwista, Kel 12:34-39, sudah menghubungkan upacara kuno dengan roti tidak beragi yang termasuk upacara Paskah dahulu, dengan keluaran dari negeri Mesir. Oleh karena dikaitkan pada peristiwa yang memutuskan dalam sejarah bangsa Israel, yaitu panggilannya oleh Tuhan, maka upacara kuno itu mendapat makna keagamaan yang serba baru: upacara-upacara itu sekarang merayakan keselamatan yang dikurniakan Allah kepada umatNya, sebagaimana diungkapkan dalam wejangan yang menurut Kel 12:26-27; 13:8 membarengi perayaan itu. Dengan demikian Paskah Yahudi merupakan persiapan bagi Paskah Kristen: Kristus, anak domba Allah, dikorbankan (salib), lalu disantap (perjamuan Tuhan) dalam rangka Paskah Yahudi (pekan suci). Kristus membawa keselamatan bagi seluruh dunia. Pembaharuan mistik dari tindakan penyelamatan itu menjadi poros ibadat Kristen yang berkisar pada Ekaristi, korban dan perjanjian suci serentak.
(0.020599922727273) (Mat 4:17) (jerusalem: Kerajaan Sorga) Kerajaan atau Pemerintahan Allah atas bangsa terpilih dan melalui dia atas dunia seluruhnya merupakan pokok utama dalam pewartaan Yesus, sebagaimana juga dicita-citakan oleh teokrasi Perjanjian Lama. Kerajaan Allah itu melingkupi suatu "kerajaan orang kudus", yang rajanya ialah Allah, oleh karena kekuasaan serta pemerintahannya sebagai raja benar-benar diakui oleh mereka berdasarkan pengetahuan dan kasih. Kerajaan/pemerintahan Allah itu telah dirongrong oleh pemberontakan ialah dosa, sehingga perlu dipulihkan oleh turun tangan Allah yang berdaulat serta MesiasNya, Dan 2:28. Justru turun tangan itulah yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis dahulu, Mat 3:2, dan sekarang oleh Yesus sebagai sesuatu yang di ambang pintu, Mat 4:17,23; Luk 4:43. Yesus sendiri mewujudkan turun tangan itu bukanlah melalui suatu kemenangan laksana seorang pejuang atau melalui kemenangan nasionalis sebagaimana diharapkan orang banyak, Mar 11:10; Luk 19:11; Kis 1:6, melainkan dengan cara yang rohani belaka, Mar 1:34+; Yoh 18:36, sebagai "Anak Manusia", Mat 8:20+, dan "Hamba Tuhan", Mat 8:17+; Mat 20:28+; Mat 26:28+, melalui karya penebusan yang merenggut manusia dari genggaman dan kekuasaan musuh, ialah Iblis, Mat 4:8; Mat 8:29+; Mat 12:25-26. Sebelum perwujudanNya yang terakhir pada akhir zaman bila para orang pilihan hidup di dekat Bapa dengan kegembiraan pesta sorgawi, Mat 8:11+; Mat 13:43; Mat 26:29, Kerajaan itu sudah tampil dengan awal yang sederhana, Mat 13:31-33, dan tersembunyi Mat 13:11, sementara ditentang, Mat 13:24-30. Namun Kerajaan itu benar-benar suatu kenyataan yang sudah dimulai, Mat 12:28; Luk 17:20-21, dan lambat laun berkembang di dunia, Mar 4:26-29, melalui Gereja, Mat 16:18+. Dengan kekuasaan ilahi Kerajaan itu sudah ditegakkan sebagai Kerajaan Kristus melalui penghakiman Allah atas Yerusalem, Mat 16:28; Luk 21:31, lalu diwartakan di dunia semesta berkat perutusan para rasul, Mat 10:7; Mat 10:24; Mat 10:14; Kis 1:3+. Secara definitif Kerajaan Allah akan ditegakkan dan dikembalikan kepada Bapa, 1Ko 15:24, berkat kedatangan kembali Kristus dengan kemuliaanNya, Mat 16:27; Mat 25:31, sesudah penghakiman terakhir, Mat 13:37-43; Mat 13:47-50; Mat 25:31-46. Sementara perwujudan terakhir itu dinantikan. Kerajaan itu nampak sebagai suatu karunia belaka, Mat 20:1-16; Mat 22:9-10; Luk 12:32, yang diterima oleh orang-orang kecil dan rendah hati, Mat 5:3; Mat 18:3-4; Mat 19:14,23-24, yang mengorbankan segala sesuatu, Mat 19:12; Mar 9:47; Luk 9:62; Luk 18:29 dst, sedangkan ditolak oleh yang angkuh hati dan yang mementingkan dirinya, Mat 21:31-32,43; Mat 22:2-8; Mat 23:13. Orang hanya dapat masuk dengan berpakaian pesta, Mat 22:11-13, ialah hidup baru, Yoh 3:3,5. Ada juga orang yang tidak diperbolehkan masuk, Mat 8:12; 1Ko 6:9-10; Gal 5:21. Orang tetap harus berjaga-jaga supaya siap mana kala Kerajaan datang dengan tidak tersangka-sangka, Mat 25:1-13. Mengenai caranya Matius menyusun rangka karyanya di sekitar pokok utama "Kerajaan Sorga" itu, bdk pengantar.
(0.020599922727273) (Kis 17:1) (sh: Hukum, politik, dan kuasa Allah (Sabtu, 17 Juni 2000))
Hukum, politik, dan kuasa Allah

Hukum, politik, dan kuasa Allah. Di Indonesia, banyak Kristen yang buta permasalahan hukum dan politik. Konsekuensinya: (1)Kristen seringkali dilecehkan oleh pihak lain, (2) Gereja tidak berdaya untuk memberdayakan jemaatnya berkiprah di bidang ini, (3) Gereja 'mengagungkan' kuasa Tuhan secara ekstrim sehingga mengharamkan segala bentuk pemberdayaan intelektual demi kepentingan gereja. Paulus memberikan teladan bagi gereja dalam mengkombinasikan kuasa Allah yang menyertainya dengan hukum dan politik yang ia kuasai.

Paulus dan Silas dijebloskan ke dalam penjara di Filipi karena kelicikan para tuan hamba perempuan yang sudah bertobat itu, yang mengangkat hukum sebagai isu utama untuk menutupi isu ekonomi (21). Dakwaan yang dijatuhkan sudah memenuhi aspek legal, karena hukum Romawi melarang warga negaranya menjalankan tata ibadah sebuah agama yang belum disahkan oleh pemerintah setempat, namun biasanya ada toleransi sejauh agama itu tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik (20-21). Di penjara, Paulus dan Silas tetap berdoa seperti yang diajarkan oleh Yesus (Luk. 18:1) dan memuji Tuhan sebagai tanda sukacita. Kesukacitaan di tengah penderitaan yang tidak seharusnya dialami, memanifestasikan keselamatan sejati yang selalu mengatasi segala keadaan. Kuasa kesaksian mereka diperkuat oleh Allah dengan gempa bumi yang mendobrak pintu penjara dan belenggu mereka. Peristiwa ini dan firman Tuhan yang diberitakan Paulus membawa kepala penjara dan seluruh keluarganya kepada keselamatan.

Mengapa mereka tidak segera keluar dan mengapa baru sekarang mereka menggugat (37)? (1) mereka ingin menegaskan bahwa kuasa Allah melebihi segala kekuatan hukum yang dimilikinya sebagai warga negara Romawi, yang tidak boleh didera dan dipenjara tanpa proses pengadilan. (2) ia ingin mengajar para pejabat pemerintah bahwa orang Kristen tidak bisa diremehkan dan dilecehkan begitu saja secara hukum dan politik karena mereka 'melek' hukum. (3) agama Kristen bukanlah agama 'murahan' karena dianut oleh warga negara Romawi yang terhormat.

Renungkan: Nyatakanlah bahwa Kristen Indonesia tidak bisa dilecehkan secara hukum dan politik. Wartakanlah bahwa agama Kristen bukanlah agama kelas 'kacangan' yang dianut oleh orang-orang yang mudah dilecehkan.

Budaya instant dan Alkitab. Budaya 'instant' (mau serba cepat) nampaknya tidak hanya merambah bidang pangan (fast food) dan keuangan (ATM), namun juga sudah merambah ke dalam Kekristenan. Salah satu manifestasinya dapat dilihat dari cara Kristen membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kecenderungan yang terjadi adalah mereka enggan membaca, merenungkan, dan memahami Alkitab sampai menemukan kebenaran-kebenaran Ilahi. Mereka lebih memilih buku renungan yang tersedia banyak di toko buku kristen, membaca uraian yang ada di dalamnya, yang biasanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya. Secara singkat dan tanpa susah payah mereka telah menemukan 'kebenaran'. Pertanyaannya adalah apakah mereka benar-benar menemukan kebenaran itu? Apakah cerita dan kesaksian orang lain mempunyai kuasa sama seperti firman Tuhan? Jika demikian, apakah orang Kristen dapat menghadapi pergumulan hidup?

Bagaimana orang-orang Tesalonika bertobat dan bagaimana mereka sebagai jemaat yang masih muda bertahan terhadap penyiksaan? Hanya ada satu jawaban yaitu firman Tuhan. Selama tiga hari Sabat berturut-turut Paulus menerangkan dan menunjukkan kepada mereka kebenaran firman Tuhan. Hingga akhirnya mereka percaya dan memutuskan untuk bertobat. Keyakinan dan keputusan mereka tidak berdasarkan pemahaman firman yang dangkal dan tanpa pemikiran. Sebaliknya mereka bersusah-payah dan menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Firman Tuhan yang dipahami dengan cara demikian ternyata juga bermanfaat sebagai sumber kekuatan dan kemampuan yang menguatkan dan memampukan Kristen menghadapi segala tantangan dan ancaman, sehingga mereka tetap kokoh dalam iman.

Yason adalah seorang Kristen yang mengalami kuasa firman Tuhan. Ketika ia menghadapi penduduk kota yang sedang makar dan ingin menghabisi Paulus dan Silas, ia rela bertindak sebagai penjamin Paulus dan Silas. Mungkin ia akan mengalami hukuman yang berat jika Paulus dan Silas tidak keluar Tesalonika. Sikap dan tindakan Yason merupakan manifestasi dari kuasa firman yang bekerja di dalam dirinya.

Renungkan: Rindukah Anda mengalami kuasa itu? Tinggalkan cara baca Alkitab Anda yang mempraktekkan budaya 'instant' dan dapatkanlah kebenaran firman Tuhan melalui penggalian dan pemahaman.

(0.020183718181818) (Kel 33:3) (full: AKU TIDAK AKAN BERJALAN DI TENGAH-TENGAHMU. )

Nas : Kel 33:3

Karena dosa Israel, Allah menyatakan bahwa seorang malaikat akan memimpin mereka ke tanah yang dijanjikan (ayat Kel 33:1-3). Akan tetapi, Musa yang tidak bersedia menerima keputusan ini, sekali lagi memohon kepada Allah (ayat Kel 33:12-14), sebagaimana telah dilakukannya sebelum ini (Kel 32:11-13,31-32). Perhatikan urutan peristiwa yang terjadi dalam hal dosa Israel dengan anak lembu emas (Kel 32:1-6), ketekunan Musa di dalam doa dan penyataan Allah kepadanya.

  1. 1) Allah bermaksud membinasakan umat itu (Kel 32:10). Syafaat Musa (Kel 32:11-13) menjadi landasan bagi Allah untuk mengubah tindakan yang akan diambil-Nya dan tidak memenuhi ancaman untuk membinasakan mereka (Kel 32:14;

    lihat cat. --> Kel 32:11).

    [atau ref. Kel 32:11]

  2. 2) Allah kemudian memutuskan untuk mengizinkan umat itu masuk ke Kanaan, tetapi dipimpin oleh Musa dan seorang malaikat saja (Kel 32:34). Dengan jelas dan tegas Allah menyatakan bahwa Ia tidak akan pergi bersama mereka (Kel 33:3).
  3. 3) Setelah berdoa lagi (Kel 33:12-13), Tuhan mengubah rencana-Nya, menanggapi permohonan Musa, dan setuju bahwa Kehadiran-Nya akan menyertai mereka (ayat Kel 33:14-17;

    lihat art. DOA SYAFAAT).

    Tanggapan Allah kepada doa syafaat Musa menunjukkan sesuatu tentang cara-cara-Nya (bd. ayat Kel 33:13) dengan umat-Nya. Tidak semua keputusan Allah itu sudah tetap atau tidak dapat dibatalkan. Sebaliknya, Ia adalah Allah yang menanggapi umat-Nya

    (lihat cat. --> Kel 32:11);

    [atau ref. Kel 32:11]

    kadang-kadang Ia mengubah tindakan yang sudah akan diambil-Nya ketika umat-Nya dengan sungguh-sungguh berseru kepada-Nya dan menyerahkan diri mereka kepada-Nya dan kehendak-Nya. Allah senantiasa bebas untuk mengubah hukuman yang telah dinyatakan-Nya supaya menunjukkan kasih dan pengampunan (bd. Yun 3:1-10).
(0.020183718181818) (Kis 19:2) (full: SUDAHKAH KAMU MENERIMA ROH KUDUS? )

Nas : Kis 19:2

Perhatikan fakta-fakta berikut tentang pertanyaan Paulus:

  1. 1) Pertanyaan Paulus ini menunjukkan dengan tegas bahwa ia menganggap para murid di Efesus itu orang Kristen yang sungguh lahir baru yang belum dipenuhi oleh Roh Kudus.
  2. 2) Pertanyaan Paulus di sini menunjuk kepada baptisan dalam Roh Kudus untuk kuasa dan pelayanan, sama seperti yang terjadi pada hari Pentakosta (bd. Kis 1:8; 2:4). Ini tidak bisa menunjuk kepada kehadiran Roh yang mendiami orang percaya, karena Paulus pasti mengetahui bahwa semua orang percaya mempunyai Roh Kudus yang tinggal dalam mereka dari saat mereka beriman, bertobat, dan dilahirkan baru (Rom 8:9).
  3. 3) Terjemahan harfiah dari pertanyaan Paulus ini adalah, "Setelah percaya, sudahkah kamu menerima Roh Kudus?" "Setelah percaya" (Yun. _pisteusantes_, dari pisteuo) adalah partisip aorist, yang biasa menunjuk kegiatan yang terjadi sebelum kegiatan dalam kata kerja utama (dalam hal ini, "menerima"). Dengan demikian, kita dapat menerjemahkannya, "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus setelah kamu percaya?" Terjemahan ini sangat cocok dengan konteks karena hal itulah yang terjadi pada para murid di Efesus ini.
    1. (a) Mereka sudah percaya pada Kristus sebelum Paulus berjumpa dengan mereka (ayat Kis 19:1-2).
    2. (b) Mereka kemudian mendengar Paulus dan percaya semua yang dikatakannya kepada mereka tentang Kristus dan Roh Kudus (ayat Kis 19:4).
    3. (c) Paulus menganggap kepercayaan mereka dalam Kristus itu sungguh dan memadai, karena dia membaptis mereka dalam nama Tuhan Yesus (ayat Kis 19:5).
    4. (d) Pada saat itulah, setelah percaya dan menerima baptisan air, Paulus menumpangkan tangannya atas mereka dan "turunlah Roh Kudus atas mereka" (ayat Kis 19:6). Jadi, di antara saat mereka percaya pada Kristus dengan kedatangan Roh Kudus atas mereka terdapat suatu selang waktu. Pertanyaan Paulus menunjukkan dengan jelas bahwa dia menganggap adalah mungkin orang "percaya" pada Kristus tanpa mengalami baptisan dalam Roh Kudus. Bagian ini sangat menentukan sebagai bukti bahwa orang bisa menjadi orang Kristen tanpa mengalami kepenuhan Roh

      (lihat art. BAPTISAN DALAM ROH KUDUS).

(0.020183718181818) (1Yoh 5:16) (full: HENDAKLAH IA BERDOA KEPADA ALLAH DAN DIA AKAN MEMBERIKAN HIDUP KEPADANYA. )

Nas : 1Yoh 5:16

Yohanes menunjuk kepada semacam doa yang sesuai dengan kehendak Allah sehingga kita yakin bahwa doa kita akan terjawab (bd. ayat 1Yoh 5:14-15), yaitu doa bagi orang percaya yang lemah rohaninya yang memerlukan dukungan doa umat Allah untuk memberikan hidup dan kasih karunia kepada mereka. Syarat-syarat bagi doa semacam itu adalah sebagai berikut:

  1. 1) Orang yang membutuhkan doa itu haruslah seorang saudara seiman yaitu orang percaya yang telah berbuat dosa dengan tidak sengaja dan dosa itu tidak meliputi suatu pemberontakan yang terencana terhadap kehendak Allah

    (lihat cat. --> Yoh 5:17 berikutnya).

    [atau ref. Yoh 5:17]

    Jadi, mereka belum melakukan dosa sehingga menghasilkan kematian rohani (bd. Rom 8:13); mereka masih memiliki kehidupan rohani tetapi lemah. Mereka sudah bertobat dan ingin bebas dari segala sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah, namun memerlukan pertolongan dalam mengalahkan kuasa Iblis dan dosa.
  2. 2) Bagi orang semacam itu gereja harus berdoa agar Allah berkenan memberikan "hidup". "Hidup" di sini berarti pemulihan kekuatan rohani dan kasih karunia Allah

    (lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA),

    yang terancam oleh dosa (bd. Rom 8:6; 2Kor 3:6; 1Pet 3:7). Allah berjanji untuk menjawab doa itu.
  3. 3) Bagi orang yang pernah percaya dan telah melakukan dosa "yang mendatangkan maut" (yaitu kematian rohani), gereja tidak dapat berdoa dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan hidup dan kasih karunia lagi. Jenis dosa ini meliputi pelanggaran terencana yang disebabkan oleh suatu penolakan yang sengaja untuk tidak taat kepada-Nya

    (lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).

    Orang yang sudah mati rohani ini hanya dapat diberikan hidup, jika ia bertobat dan berbalik kepada Allah

    (lihat cat. --> Rom 8:13).

    [atau ref. Rom 8:13]

    Kita harus berdoa supaya Allah akan mengatur kehidupan mereka sedemikian hingga ada kesempatan untuk sekali lagi menerima keselamatan Allah di dalam Kristus.
(0.020183718181818) (Kis 9:13) (jerusalem: orang-orang kudusMu) Allahlah yang sungguh-sungguh kudus, Yes 6:3. Tetapi mereka yang membaktikan diri kepada ibadahNya juga dapat dikatakan kudus, Ima 17:1. Ini juga ditrapkan pada umat Israel, Kel 19:6, dan khusus pada jemaat di zaman Mesias, Dan 7:18. Kemudian istilah itu khususnya mengenai orang-orang Kristen yang merupakan "umat kudus" yang baru, 1Pe 2:5,9. Oleh pentahbisan dalam baptisan Efe 5:26 dst, mereka terpanggil, Rom 1:7; 1Ko 1:2; Efe 1:4; 2Ti 1:9; Mat 3:1, untuk hidup secara kudus, 1Ko 7:34; Efe 1:4; 5:3; Kol 1:22, yang membuat mereka menjadi kudus seperti Allah, 1Pe 1:15 dst; bdk 1Yo 3:3, dan seperti Yesus, Yang Kudus dari Allah. Mar 1:24+, sebab kekudusan dikerjakan oleh Allah, 1Te 4:3+; 1Te 5:23. Lama kelamaan istilah "orang-orang kudus" menjadi lazim untuk menyebut jemaat Kristen, lebih dahulu jemaat di Palestina, Kis 9:13,32,41; Rom 15:26,31; 1Ko 16:1,15; 2Ko 8:4; 9:1,12, dan kemudian semua jemaat, Rom 8:27; 12:13; 16:2,15; 1Ko 6:1 dst; Kis 14:28; 2Ko 13:12; Efe 1:15; 3:18; 4:12; 6:18; Fili 4:21 dst; Kol 1:4; 1Ti 5:10; File 5,7; Ibr 6:10; 13:24; Yud 3 (bdk alamat surat-surat, 2Ko 1:1, dll). Dalam Wah 5:8; 8:3 dll, istilah tsb mengenai para martir. Boleh jadi istilah itu terbatas artinya, sehingga mengenai para pemimpin, para "rasul dan nabi", Efe 3:5 dan Kol 1:26; Efe 3:8; 4:12; Wah 18:20. Akhirnya, seperti sudah halnya dalam Perjanjian Lama. Ayu 5:1, istilah itu dapat ditrapkan pada para malaikat, Mar 8:38; Luk 9:26; Kis 10:22; Yud 14; Wah 14:10. Adakalanya sukar memastikan apakah istilah "orang-orang kudus" berkata tentang para malaikat atau tentang manusia yang sudah dimuliakan, Efe 1:18; Kol 1:12+; 1Te 3:13; 2Te 1:10.
(0.020183718181818) (1Kor 1:8) (jerusalem: tak bercacat) Bdk Fili 1:10; 2:15 dst; Efe 1:4; Kol 1:22; 1Te 3:13; 5:23; Yud 24
(0.020183718181818) (1Raj 6:14) (sh: Dana dan daya (Jumat, 4 Februari 2000))
Dana dan daya

Dana dan daya. Banyak Kristen bersedia memberikan uangnya untuk suatu pelayanan, bahkan beberapa dari mereka bersedia memberikannya dalam jumlah besar. Namun, jika diminta bantuan berupa waktu, tenaga, pikiran, dan pertimbangan, sedikit yang menyatakan kesediaannya, dengan 1001 macam alasan. Bahkan ada kesan bahwa dengan memberikan uang itu sudah lebih dari cukup, kita bisa melibatkan orang lain yang "tidak mampu" memberikan persembahan uang untuk menangani hal yang lain. Karena itu, disadari atau tidak, dalam gereja ada satu kesan bahwa ada kelompok yang khusus memberikan persembahan uang dan ada kelompok lain yang bekerja mati-matian.

Tidak demikian dengan Salomo. Ia mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk melapisi seluruh tembok dalam dan berbagai perkakas yang ada dalam Bait Allah dengan emas. Diperkirakan jumlah emas yang dipergunakan adalah 25 ton yang bernilai sekitar 1,8 triliun rupiah. Jumlah yang sangat fantastis. Salomo tidak hanya mengeluarkan dana, ia pun mengerahkan waktu, daya, segala kemampuan, dan kepandaian untuk merancang Bait Allah dan segala ornamennya, sehingga semuanya mengandung makna kebenaran rohani yang dalam, yang diyakini oleh Salomo dan seluruh bangsa Israel.

Bila kita melihat rantai emas yang melintang di depan pintu masuk ruang maha kudus, menandakan bahwa ruangan ini tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Kemudian dua kerub besar dengan sayap yang besar, yang ditempatkan tepat menghadap pintu masuk ruang maha kudus, melambangkan kekudusan Allah yang tak terhampiri. Menghadap takhta Allah bukanlah perkara yang mudah, harus mengikuti aturan-aturan yang Allah tetapkan. Pemahaman ini berdasarkan konsep bahwa kerub selalu dihubungkan dengan takhta dan pemerintahan Allah, dan merupakan penjaga jalan menuju Taman Eden (Kej. 3:24). Salomo melakukan semuanya ini karena ia sudah merasakan kasih Allah; dan ia pun mengasihi Allah, sehingga dana dan daya ia kerahkan sebagai manifestasi atas kasih dan imannya kepada Dia.

Renungkan: Tidak ada alasan bagi Kristen untuk membatasi secara sengaja persembahan kepada Tuhan. Seperti Salomo, kita pun harus mewujudkan iman dan kasih kita dalam wujud dana dan daya yang kita miliki bagi kemuliaan Allah.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.26 detik
dipersembahkan oleh YLSA