Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1561 - 1580 dari 1733 ayat untuk greek:27 [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.126244384375) (Luk 12:49) (sh: Api pemisahan dari Yesus (Sabtu, 28 Februari 2004))
Api pemisahan dari Yesus

Api pemisahan dari Yesus. Api di dalam Alkitab bisa melambangkan Roh Kudus yang membawa semangat menyala-nyala dalam hati orang percaya. Api juga bisa melambangkan kuasa Allah untuk memurnikan umat-Nya. Kelihatannya arti yang kedua inilah yang dipakai Yesus dalam pemberitaan-Nya di perikop ini.

Yesus datang untuk melemparkan api ke bumi. Hal ini senada dengan apa yang Yohanes Pembaptis katakan tentang Yesus di bagian awal Injil Lukas ini. “Ia akan membaptis kamu dengan . . . api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya . . . debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” (ayat 3:16-17)

Api pemisahan itu datang untuk memurnikan siapa milik Allah siapa yang bukan. Memang Yesus datang untuk menyelamatkan manusia, tetapi sekaligus untuk menyatakan penghukuman bagi mereka yang menolak-Nya. Api pemisahan itu merupakan penderitaan yang menimpa manusia. Orang percaya akan tetap pada percayanya, walau api penderitaan itu begitu dahsyat.

Yesus sendiri juga harus melalui baptisan api itu (ayat 12:50). Yesus menerima baptisan itu bukan karena Ia berdosa, tetapi justru untuk membuktikan bahwa Dia berasal dari Allah dan diutus Allah untuk menjadi agen pemurnian tersebut.

Akibat pemurnian tersebut akan terjadi pemisahan antara orang percaya dengan orang yang menolak untuk percaya. Yesus menguraikan pemisahan itu dengan ilustrasi perpecahan di antara keluarga (ayat 52-53). Gambaran keluarga yang terpecah sampai terjadi perlawanan di antara anggota keluarga sungguh mengerikan. Bukankah hal itu sudah terjadi ketika anggota keluarga yang bertobat harus dikucilkan dan bahkan dibunuh oleh anggota keluarga yang lain tidak percaya?

Renungkan: Apakah Anda sungguh-sungguh sudah menjadi milik Tuhan? Ingat, Tuhan tahu siapa milik-Nya!

(0.126244384375) (Luk 13:10) (sh: Kerajaan Allah vs kemunafikan (Senin, 1 Maret 2004))
Kerajaan Allah vs kemunafikan

Kerajaan Allah vs kemunafikan. Tanda-tanda kehadiran Allah tidak selalu terwujud dalam hal yang besar dan menakjubkan. Seperti misalnya, dua orang yang sehati berdoa memohon urapan Tuhan atas pelayanan pemberitaan Injil mereka. Setelah bertahun-tahun berdoa dan ber-PI, kini mereka telah menghimpun lebih dari seribu orang petobat dan murid Kristus yang dengan doa dan semangat yang sama mengabarkan Injil.

Di sisi lainnya kita melihat orang yang berpengetahuan banyak akan firman Tuhan, sehingga merasa berkompeten untuk bisa menegur orang yang tidak mematuhinya, tetapi ia sendiri melanggarnya. Kemunafikan seperti itu jelas tidak bermanfaat, sebaliknya menghambat orang lain maupun dirinya untuk bertumbuh. Sikap munafik ditunjukkan oleh kepala rumah ibadat pada hari Sabat ketika ia memarahi orang-orang yang datang untuk disembuhkan Yesus (ayat 14). Ia melarang Yesus 'bekerja' pada hari Sabat, padahal ia sendiri 'bekerja' dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin di rumahnya (ayat 15).

Namun, dalam hal ini, persoalan yang lebih utama adalah sikap ketidakpeduliannya terhadap kebutuhan orang lain (ayat 16) sementara ia sibuk untuk mengurus kepentingan diri sendiri. Tindakan Yesus melakukan mukjizat penyembuhan pada hari Sabat merupakan suatu demonstrasi kehadiran Kerajaan Allah di dunia.

Memang kehadiran Kerajaan Allah tidak selalu terlihat besar dan megah. Ia mulai dari kecil seperti biji sesawi, namun, kemudian bertumbuh menjadi pohon yang besar. Atau, seperti sedikit ragi yang mengkhamirkan adonan roti. Kerajaan Allah hadir secara diam-diam, tetapi pengaruh yang dihasilkannya memberkati banyak orang.

Renungkan: Orang Kristen sejati tidak perlu gembar gembor menyatakan kekristenannya, namun ia akan menjadi berkat bagi banyak orang, dan Injil Tuhan disebarluaskan.

(0.126244384375) (Luk 14:15) (sh: Paradoks keselamatan dan paradoks manusia (Kamis, 30 Maret 2000))
Paradoks keselamatan dan paradoks manusia

Paradoks keselamatan dan paradoks manusia. Di dalam pengajaran Kristen, keselamatan juga diistilahkan sebagai "Perjamuan Dalam Kerajaan Allah" (ayat 15-24). Orang yang diundang dalam Perjamuan itu memang patut disebut berbahagia karena mereka diundang bukan berdasarkan perbuatan baik, atau penyangkalan diri, atau pun ketaatan mereka dalam menjalankan ajaran agama. Dengan kata lain Perjamuan itu gratis.

Walaupun gratis, ini tidak berarti bahwa keselamatan itu murah. Justru sebaliknya karena keselamatan itu sedemikian berharga, sehingga setiap orang yang menerimanya harus rela melepaskan/mengalami kehilangan segala sesuatu. Menerima keselamatan di dalam Yesus mungkin akan membawa konsekuensi negatif terhadap kariernya, kehidupan sosialnya, atau kehidupan keluarga, bahkan nyawanya. Setiap Kristen harus siap untuk memberikan tempat kedua setelah Kristus bagi segala sesuatu atau bahkan kehilangan yang paling berharga (ayat 25-26). Di samping itu ia pun harus siap menderita seperti Kristus dan disita segala hak dan miliknya kecuali "Anugerah di dalam Kristus" (ayat 27). Setiap orang yang mau mengikut Kristus harus menghitung-hitung dan mempersiapkan diri (ayat 25-35). Karena itulah walaupun keselamatan itu gratis namun ada kondisi yang tidak terelakkan yang harus dijalani bagi setiap pengikut-Nya. Inilah paradoks keselamatan.

Yesus mengungkapkan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana orang yang diundang ke dalam Perjamuan itu menolak untuk datang dengan berbagai alasan (ayat 15-24). Ternyata kesempatan untuk menghadiri Perjamuan itu bisa dipandang sebagai suatu kebahagiaan dan hak istimewa atau sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Bagaimanakah kita menggambarkan mereka yang menolak undangan? Mereka adalah yang menikmati anugerah Allah berupa ladang, lembu, dan perkawinan, namun memandang Pemberi Anugerah sebagai sesuatu yang membosankan. Mereka mengakui bahwa hidup di dunia bukan segala-galanya namun mereka mencari kepuasan di dalamnya. Mereka secara sengaja menolak keselamatan itu. Itulah paradoks manusia.

Renungkan: Supaya mendapatkan anugerah-Nya berupa kehidupan kekal, manusia harus segera ke luar dari paradoksnya dan masuk ke dalam paradoks keselamatan. Tidak ada pilihan lain.

(0.126244384375) (Luk 17:20) (sh: Kerajaan Allah sudah datang! (Sabtu, 13 Maret 2004))
Kerajaan Allah sudah datang!

Kerajaan Allah sudah datang! Mungkin Anda masih ingat berapa kali muncul nubuat-nubuat mengenai kedatangan Yesus kedua kali dalam dua dekade terakhir ini. Bukan hanya melanda manca negara, tetapi juga di Indonesia. Berita-berita ini menjadi isu yang hangat dan sangat menggairahkan. Walau tidak satu pun terbukti benar, banyak orang yang terkecoh olehnya. Tak sedikit orang yang menjadi goncang imannya.

Hari kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda lahiriah zaman ini (ayat 20-21). Oleh sebab itu semua usaha untuk menandai dalam kalender kita akan berakhir sia-sia. Kerajaan Allah sebenarnya sudah datang di dunia ini (ayat 21). Ia hadir pada setiap hati orang percaya. Orang percaya dan kehidupannya seharusnya menjadi bukti kehadiran kedaulatan dan pemerintahan Allah tersebut.

Yesus mengingatkan orang banyak bahwa akan ada banyak sikap terhadap kedatangan Anak Manusia. Ada orang yang dengan semangat mencari-cari tanda, menghitung-hitung hari kedatangan Anak Manusia itu (ayat 22-23), namun mereka tidak akan menemukannya. Sebaliknya ada pula orang-orang yang tidak mempedulikan sama sekali hari kedatangan Anak Manusia itu. Mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hidup dalam dosa, sama seperti orang-orang yang kemudian dibinasakan oleh air bah pada masa Nuh (ayat 26-27) dan yang kemudian dimusnahkan oleh api dan belerang pada zaman Lot (ayat 28-29).

Justru, penghukuman seperti yang dialami oleh nenek-nenek moyang mereka akan menimpa mereka pada masa kini (ayat 30-37) apabila mereka tidak bertobat dan mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh sebelum Anak Manusia benar-benar datang.

Renungkan: Hanya dengan menerima kehadiran Kerajaan Allah, yaitu merajakan Anak Manusia dalam hidup kita, kita akan dihindarkan dari penghukuman yang begitu dahsyat.

(0.126244384375) (Luk 20:1) (sh: Judul: Baca Gali Alkitab 3 (Kamis, 19 Maret 2015))
Judul: Baca Gali Alkitab 3
Apa saja yang Anda baca?

1. Dimanakah Yesus berdebat dengan para imam kepala dan ahli Taurat (1)? Apa yang mereka perdebatkan (2)?

2. Apa jawaban Yesus kepada imam kepala dan ahli Taurat (3-4)?

3. Apa pertanyaan Yesus kepada imam kepala dan ahli Taurat (4-6)? Apa jawaban mereka (7) dan apa jawaban Yesus (8)?

4. Sindiran seperti apa yang dilontarkan Yesus melalui perumpamaan penggarap kebun anggur (9-19)?

5. Tindakan seperti apa yang dilakukan oleh penggarap kebun anggur ketika mereka ditagih oleh orang suruhan pemilik kebun anggur (9-12)?

6. Persekongkolan apa yang direncanakan oleh penggarap kebun anggur terhadap anak pemilik kebun (13-15)?

7. Tindakan apa yang diambil oleh pemilik kebun terhadap para penggarap kebun anggur (16-18)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Apa yang menjadi tanggungjawab umat Allah dalam dunia ini?

2. Apa yang bakal terjadi bila kita lalai menjalankan kewajiban-Nya?

3. Apa yang membuat Allah marah terhadap kita?

Apa respons Anda?

1. Dunia ini adalah ciptaan Allah. Bagaimana kita menyikapi apa yang telah diberikan kepada kita untuk mengelolanya?

2. Apa hukuman setimpal buat orang sombong?

3. Allah telah memberkati hidup kita, apa yang akan kita lakukan?

Pokok Doa:

Agar setiap orang percaya dapat bertanggungjawab dan mensyukuri anugerah Allah dalam hidup ini.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2015/03/15/

(0.126244384375) (Luk 22:24) (sh: Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya (Minggu, 16 April 2000))
Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya

Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya. Setelah mendeklarasikan Perjanjian Baru antara Dia dan murid-murid-Nya berdasarkan darah-Nya, Yesus memberikan pembinaan terakhir bagi mereka untuk hidup dalam Perjanjian Baru. Mereka harus meninggalkan konsep dunia tentang kepemimpinan yang cenderung mendominasi sesamanya, kemudian mengikuti teladan Yesus yang menggunakan prinsip pemimpin-hamba (ayat 24-27).

Hubungan yang baru juga mewarnai orang percaya dan dunia namun dengan dampak negatif bagi para murid, karena mereka akan mengalami berbagai pencobaan dan penderitaan. Bahkan ada di antara mereka yang hampir jatuh. Namun sumber kehidupan yang vital bagi iman mereka di dalam Juruselamat ditopang oleh doa syafaat Yesus sendiri. Ini dimungkinkan karena Perjanjian Baru di dalam darah-Nya telah menciptakan hubungan baru antara orang percaya dan Kristus. Hasilnya Yesus tidak hanya mampu mengalahkan si Iblis, namun juga mampu menggunakan serangan Iblis sebagai sarana untuk menyempurnakan murid-murid-Nya (31- 34).

Perjanjian Baru ini pun telah membuat hubungan baru antara dunia dan Kristus, karena Ia dipandang sebagai pemberontak (ayat 37). Namun demikian misi untuk dunia harus terus dilanjutkan. Konsekuensinya mereka tidak lagi bisa berharap bahwa bangsa- bangsa yang menjadi target misi akan menyediakan segala keperluan mereka seperti dulu (9:1-6; 10:1-16). Sebaliknya mereka harus membawa bekal dan berjuang sendiri. Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya membawa dampak bagi hubungan antara orang percaya dengan Allah dan orang percaya dengan dunia.

Renungkan: Hubungan dengan Allah merupakan hak istimewa sedangkan hubungan dengan dunia merupakan harga yang harus dibayar. Keduanya tidak dapat saling dikompromikan, tanpa mengkompromikan hakikat dari Injil Kristus. Siapkah Anda?

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7: Keluaran 12:1-8, 11-14 I Korintus 11:23-32 Yohanes 13:1-15 Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 286

(0.126244384375) (Luk 22:24) (sh: Melayani (Rabu, 13 April 2011))
Melayani

Judul: Melayani
Kami siap melayani Anda" begitulah janji sebuah perusahan penyedia jasa layanan perjalanan melalui iklannya. Iklan tersebut merupakan sedikit dari banyak iklan yang berbicara mengenai pelayanan yang dijanjikan. Bukan hanya di dunia bisnis, model kepemimpinan yang melayani juga menjadi salah satu tren dalam dunia kepemimpinan modern.

Padahal jauh sebelum itu, model kepemimpinan yang melayani sudah diajarkan oleh Yesus kepada para murid-Nya (26). Hal ini terlihat dengan jelas ketika Yesus menanggapi perdebatan di antara para murid mengenai siapakah yang paling hebat di antara mereka (24). Sungguh memprihatinkan! Di tengah situasi menjelang perpisahan dengan Tuhan Yesus karena peristiwa salib yang akan terjadi, para murid justru memperdebatkan hal yang tidak pantas. Bukan hak mereka mempersoalkan siapa yang terbesar dan layak menjadi pemimpin di antara mereka.Kristus telah memberikan teladan kepada mereka dengan memposisikan diri sebagai pelayan (27). Dialah yang memiliki otoritas dan hak untuk itu (29).

Dalam kehidupan pelayanan, terkadang kita tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain dalam masalah keberhasilan melayani. Atau kita lebih suka memilih pelayanan dengan hierarki yang tinggi agar dapat menyuruh dan bukan disuruh. Atau kita lebih mengerjakan hal-hal besar, yang bakal dikagumi orang dibandingkan mengerjakan hal-hal yang dianggap remeh. Padahal justru di situlah letak kegagalan kita, seperti yang diingatkan Yesus kepada Petrus (31). Tuhan Yesus mengingatkan para murid bahwa saat krisis menimpa mereka, adalah penting memperlengkapi diri dengan senjata rohani (36-37). Sayang sekali para murid memahaminya sebagai senjata jasmani (38). Semua itu terjadi karena mereka terjebak pada model kepemimpinan duniawi.

Sebagai pengikut Kristus, mari kita mengevaluasi diri. Adakah kita menerapkan prinsip pelayanan yang meneladani Tuhan Yesus, atau terjebak pandangan modern yang mengutamakan hak dan kuasa? Kiranya kita meneladani Kristus, memimpin melalui melayani.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/04/13/

(0.126244384375) (Luk 24:13) (sh: Pemahaman yang utuh (Senin, 30 Mei 2011))
Pemahaman yang utuh

Judul: Pemahaman yang utuh
Gambaran mental dan kerohanian murid-murid Yesus setelah kematian-Nya tergambar dalam perikop ini. Sebutan "nabi" bagi Yesus memperlihatkan pemahaman mereka bahwa Guru mereka memang seorang yang memiliki kuasa (19). Namun Dia bukan Sang Mesias sebagaimana yang telah dideklarasikan oleh Petrus (Luk. 9:20). Dia tidak lebih dari seorang pahlawan yang gugur.

Padahal semula murid-murid berharap bahwa Yesus datang untuk membebaskan Israel (21). Mereka memandang Dia sebagai sosok Mesias yang politis. Namun harapan mereka pupus. Tak heran muka mereka muram (17). Terutama bila membandingkan perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga (bdk. 21).

Meski demikian, sebenarnya berita kebangkitan Yesus sudah sampai di telinga mereka (22-24). Namun mereka tidak bersukacita. Maka Tuhan yang sedang berjalan bersama kedua murid itu menghardik mereka karena lebih mengandalkan pemikiran (21) dan indra (24) daripada percaya Kitab Suci (25). Tuhan menyebut mereka bodoh dan lamban hati.

Dalam Perjanjian Lama, orang disebut bodoh bila ia tidak membiarkan firman Tuhan mempengaruhi sikap hidup dan pemikirannya. Begitulah tampaknya para murid. Mereka sulit memercayai perkataan para nabi tentang Mesias yang menderita (24-25), karena telah memiliki gambaran sendiri. Mereka seolah tidak ingin membiarkan perkataan para nabi mengacaukan gambaran yang telah ada di dalam benak mereka sebelumnya. Jika saja para murid memahami dengan benar apa yang telah dikatakan oleh para nabi, mereka tentu tidak akan bermuram durja. Maka Yesus menerangkan firman tentang Sang Mesias secara utuh. Mereka sendiri kemudian memberikan kesaksian bahwa hati mereka berkobar-kobar (bdk. 32).

Pemahaman yang benar akan Tuhan memang akan mempengaruhi cara pandang dan sikap hidup kita. Maka kita perlu pemahaman firman yang utuh. Jangan hanya mempelajari bagian firman yang kita sukai saja. Maka pupuklah kebiasaan membaca Alkitab setiap hari, agar pikiran kita dilengkapi oleh kebenaran firman yang utuh.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/05/30/

(0.126244384375) (Yoh 1:19) (sh: Bersaksi tanpa kompromi (Rabu, 26 Desember 2001))
Bersaksi tanpa kompromi

Bersaksi tanpa kompromi. Hari ini kita akan merenungkan berita dan akibat kesaksian Yohanes. Yohanes sering dikenal sebagai pembaptis. Namun, rasul Yohanes yang menuliskan Injil Yohanes menggambarkan Yohanes Pembaptis sebagai saksi. Yohanes bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Allah (ayat 34). Lebih jauh, dapat dilihat isi kesaksian Yohanes. Pertama, ia bukanlah mesias yang ditunggu- tunggu umat Israel. Yohanes hanyalah merupakan suara yang menyaksikan Yesus Sang Mesias (ayat 20-23). Kedua, Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus (ayat 33). Yohanes membaptis untuk menyatakan Yesus kepada Israel (ayat 26, 31). Melalui baptisan yang dilakukannya, ia dapat memperkenalkan Yesus. Ketiga, Yesus adalah Anak domba Allah (ayat 29). Istilah Anak domba Allah dikaitkan dengan dosa dan dunia. Hal ini memberikan pengertian bahwa Kristus, sebagai kurban, berasal dari dan disediakan oleh Allah. Tujuan pengurbanan Kristus adalah untuk menghapus dosa manusia. Lingkup penebusan-Nya tidak terbatas kepada umat Israel saja, melainkan kepada seluruh suku yang ada di dunia. Sekali lagi, sentralitas Yesus dalam kesaksian Yohanes terlihat jelas.

Berita Yohanes berpusat pada Kristus. Ia diutus Allah. Apakah dengan demikian berita yang disampaikannya secara otomatis diterima manusia? Para imam, orang Lewi, dan orang Farisi datang ke Yohanes untuk meminta penjelasan dan penegasan (ayat 19, 24). Tidak diberitahukan apakah mereka kemudian percaya pada Yesus sebagai akibat kesaksian Yohanes. Tetapi, jelas hal ini tidak membuat Yohanes menjadi kendur semangatnya atau kecewa. Keesokan harinya, Yohanes kembali bersaksi tentang Yesus (ayat 29). Juga, tidak diberitahu kepada siapa Yohanes bersaksi dalam ayat 29-34. Bagaimana akibat kesaksiannya juga tidak dinyatakan. Apakah ini membuat Yohanes patah semangat dan kecewa? Kita akan melihatnya besok.

Renungkan: Jangan mengharapkan hasil yang luar biasa ketika bersaksi bagi Yesus. Tidak penting hasilnya. Yang lebih utama dan terutama adalah berita Injil yang disampaikan kepada semua umat manusia tetap berpusatkan Kristus. Bersaksilah tanpa kompromi, tanpa bergeser dari inti pemberitaan, meskipun orang lain menolaknya.

(0.126244384375) (Yoh 3:22) (sh: Dia harus semakin bertambah, aku harus semakin berkurang (Senin, 31 Desember 2001))
Dia harus semakin bertambah, aku harus semakin berkurang

Dia harus semakin bertambah, aku harus semakin berkurang. Dalam narasi sebelumnya, Yohanes dengan konsisten menggambarkan dirinya sebagai saksi. Kesaksian Yohanes dan Tuhan Yesus sendiri menyebabkan Yesus semakin dikenal banyak orang (ayat 26). Popularitas Yesus yang semakin tinggi membuat beberapa orang menjadi bertanya-tanya. Tetapi, Yohanes menyadari bahwa akhir kesaksiannya sudah semakin dekat. Ia menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang mesias, melainkan hanya seorang saksi (ayat 28). Popularitas Yesus, menurut Yohanes, adalah pekerjaan Allah (ayat 27). Sama sekali tidak ada nada cemburu atau iri hati dalam perkataannya. Bahkan, Yohanes memberikan pesan kepada murid- muridnya untuk mengikuti Yesus. Mengapa? Karena dalam hal popularitas dan jumlah pengikut, Tuhan Yesus harus semakin besar, sementara ia harus semakin surut dan hilang.

Guna menegaskan kesaksian dirinya kepada murid-murid, Yohanes dengan tajam membedakan orang yang percaya dan yang tidak percaya. Dengan kontras yang tajam ini, ia mengharapkan murid-muridnya segera memahami apa arti dan akibat percaya pada Yesus. Orang percaya adalah orang yang menerima kesaksian Yesus (ayat 33) dan percaya pada Anak (ayat 36). Orang yang percaya pada Yesus beroleh hidup kekal (ayat 36). Sebaliknya, orang yang tidak percaya adalah orang tidak taat pada Anak (ayat 36). Orang yang tidak percaya tidak akan memperoleh hidup dan akan mengalami murka Allah (ayat 36). Meski kesaksian Yohanes sudah begitu kuat, tidak jelas apakah ada muridnya yang kemudian pergi meninggalkannya untuk mengikut Yesus.

Renungkan: Kita bukan sedang membangun kerajaan yang berpusat pada diri sendiri. Jika kita ingin lebih populer dibandingkan Tuhan Yesus yang diberitakan, maka kita perlu segera bertobat. Kita harus mendorong orang untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus, bukan untuk menjadi pengikut kita yang fanatik. Pada penghujung tahun ini, coba kita jujur di hadapan Allah dan diri kita sendiri. Segala pekerjaan dan pelayanan kita mungkin sekali dilatarbelakangi motivasi untuk memegahkan diri. Mari kita meminta pada Tuhan agar Ia memurnikan kita dan memakai kita semata-mata untuk kemuliaan nama-Nya!

(0.126244384375) (Yoh 15:18) (sh: Kebenaran: miliki dan nyatakan! (Minggu, 07 Maret 1999))
Kebenaran: miliki dan nyatakan!

Kebenaran: miliki dan nyatakan! "Jika seekor ayam betina dengan tanda-tanda yang berbeda, ditempatkan di antara ayam-ayam lainnya, maka ia akan dipatuk sampai mati". Ada kekuatiran, ancaman bagi dunia yang melihat sesuatu yang berbeda dengannya. Begitulah, kehadiran terang bagi dunia yang gelap, hanya akan memperjelas kegelapan dan kebobrokannya. Oleh sebab itu dunia sangat membenci terang. Padahal Terang yang berbeda dengan dirinya, adalah Terang yang memaparkan pada dunia tentang kebenaran. Kebenaran yang harus dimiliki dan dinyatakan dalam dunia.

Benar menurut dunia. Perbedaan pendapat di sekitar kita, merupakan hal wajar dan sering dijumpai. Kunci perbedaan pendapat ini umumnya bersumber pada kecenderungan dalam diri tiap orang yang merasa diri paling benar. Banyak hal negatif tercipta karena kecenderungan ini. Bahkan dalam keadaan lain, uang mampu menjatuhkan palu untuk membenarkan dan membebaskan koruptor kelas kakap, pemerkosa, pembunuh, dlsb. karena uang bukan karena fakta. "Yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan". Dunia telah memberlakukan: "Yang salah dibenarkan, dan yang benar disalahkan!" Sungguh suatu keadaan nyata yang sangat menyedihkan. Standar kebenaran apakah yang kita pakai? Sudahkah standar kebenaran itu teruji keandalannya?

Kebenaran yang sejati. Bapa mengutus Tuhan Yesus untuk menyatakan kebenaran-Nya (21). Semua firman yang diucapkan-Nya dan semua perbuatan yang dilakukan-Nya, adalah bukti kebenaran-Nya (22, 24). Kebenaran kekal yang telah teruji keandalannya dan diberlakukan kekal sepanjang zaman. Kristuslah satu-satunya kebenaran sejati. Memberlakukan kebenaran yang dunia nyatakan pada akhirnya hanya akan mendatangkan malapetaka bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Alkitab telah membuktikannya melalui peristiwa Adam dan Hawa ketika memakan buah kehidupan, Daud ketika memperisteri Batsyeba, Ahab ketika merebut kebun anggur Nabot, dlsb. Sebaliknya, memberlakukan kebenaran sejati dalam Tuhan pasti mendatangkan kelimpahan berkat dan damai sejahtera bagi banyak orang dan diri sendiri. Sebagai orang percaya, kita bertanggungjawab untuk menyatakan kebenaran Allah itu setiap hari dalam setiap perkara.

(0.126244384375) (Yoh 18:38) (sh: Tak ada kesalahan (Kamis, 28 Maret 2002))
Tak ada kesalahan

Tak ada kesalahan. Pilatus tak menemukan kesalahan pada Yesus karena Dia memang tak bersalah (ayat 38). Tetapi, orang Yahudi tetap meminta supaya Dia dihukum mati (ayat 40). Karena untuk Pilatus pertimbangan keamanan dan stabilitas politik jauh lebih utama maka ia rela mengambil keputusan yang bertentangan dengan kebenaran, bahkan menumpas hati nuraninya sendiri. Itulah jahatnya kuasa bila tidak dikontrol oleh kebenaran.

Maka, mulailah penyesahan itu. Yesus dicambuki, dicaci, dipermalukan. Pernahkah Anda dipermalukan dengan cara ini? Pernahkah muka Anda diludahi? Tuhan pernah! Itu semua demi untuk menyelamatkan kita. Itulah pengorbanan-Nya demi kasih-Nya kepada kita. Kita mendapatkan selamat, Tuhan yang menderita. Padahal sebenarnya tak satu pun dari kita layak beroleh kebaikan Tuhan itu. Dia rela berkorban menebus hidup orang-orang jahat seperti kita dengan sengsara-Nya. Dari kerelaan berkorban pada Yesus inilah mengalir keajaiban sikap Kristen yang bersedia berkorban untuk kepentingan dan kebaikan orang lain.

Memilih yang salah. Barabas yang salah dibebaskan, tetapi Yesus yang tidak salah harus disalibkan. Sulit dipahami, mengapa orang lebih suka memilih yang salah daripada yang benar. Tetapi, itulah kenyataan dunia. Yang salah, namun memuaskan diri, lebih disenangi daripada yang benar, tetapi tidak memuaskan nafsu angkara murka. Pilihan yang salah memang mungkin membuat kita senang, cuma kesenangannya hanya sesaat. Setelah itu kehancuran hebat akan segera menyusul. Pilihan untuk memuaskan kebanggaan diri dan pembalasan dendam selalu membawa pada pilihan yang salah.

Tetapi, di sinilah indahnya dan ajaibnya rencana dan karya Allah. Keputusan salah manusia menjadi pelaksanaan dari rencana dan keputusan Ilahi. Bila demikian halnya, apakah pengkhianatan Yudas dan keputusan jahat para pemimpin Israel dan Pilatus menjadi benar karena melalui mereka rencana Allah telah digenapi? Tidak! Rencana Allah berjalan melalui mereka, tetapi mereka sadar ketika melakukan kejahatan itu dan bertanggung jawab atasnya sebab manusia bukan boneka.

Renungkan: Kita harus menyambut rencana Allah secara aktif supaya kita menjalani rencana-Nya di pihak-Nya.

(0.126244384375) (Kis 3:11) (sh: Bukan "barang" baru (Jumat, 13 Juni 2003))
Bukan "barang" baru

Bukan "barang" baru. Yesus Kristus sebenarnya bukanlah hal baru bagi orang-orang Yahudi di Yerusalem. Ketika orang banyak heran melihat mukjizat yang dilakukan Petrus, ia menyatakan bahwa hanya kepercayaan kepada Nama Yesus yang telah menyebabkan mukjizat itu terjadi. Bukan karena kuasa dari dirinya sendiri (ayat 12,16-17). Karena itu Petrus menegaskan fakta-fakta berikut. Pertama, Yesus adalah Sang Hamba (ayat 13,26), Sang Mesias (ayat 14,18. "Yang Kudus dan Benar" adalah sebutan lain untuk Mesias, bdk. Mzm. 16:10, Yes. 53:11 dll.), dan kedua, sang nabi (ayat 22-23) yang diutus Allah sendiri sesuai dengan nubuat Musa dan para nabi, pertama- tama kepada Israel (ayat 20,26). Tetapi Israel, bangsa-Nya sendiri, justru menolak dan menyalibkan-Nya (ayat 14). Namun, Yesus dibangkitkan dari kematian (ayat 15) dan tinggal di surga sampai waktu-Nya tiba (ayat 21). Terakhir, Petrus menyerukan kepada bangsanya, yang sebelumnya menolak Yesus karena ketidaktahuan mereka (ayat 17), agar mau bertobat, memberi diri dipimpin Yesus, dan berbalik dari kejahatan mereka (ayat 19- 20,26).

Kepada siapakah kesempatan pertobatan masih terbuka dan ditawarkan? Kecuali hujatan terhadap Roh Kudus (Luk. 12:10), tawaran pertobatan terbuka kepada semua orang, bahkan orang-orang Yahudi yang pernah menolak dan membunuh Tuhan Yesus sendiri! Bertobat berarti berbalik dari sikap penolakan dan tindakan kejahatan mereka semula dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias. Seruan pertobatan dan percaya bukan hal baru, karena pintu pertobatan telah Allah sediakan sejak dulu, dan terutama kini melalui Yesus Kristus. Ketiadaan pertobatan sejati pada seseorang, yaitu berbalik dari kehidupan lama dan percaya kepada Kristus, berarti penghukuman (ayat 23).

Renungkan: Bertobat berarti berbalik dari kehidupan lama dan beriman bahwa Kristus adalah Juruselamat dan Pemimpin kepada hidup sejati.

(0.126244384375) (Kis 13:26) (sh: Fokus pada Injil (Rabu, 26 Mei 2010))
Fokus pada Injil

Judul: Fokus pada Injil
Orang disebut mencapai titik puncak dalam hidup, biasanya karena ia meraih prestasi di atas rata-rata. Yesus disebut menjadi titik kulminasi sejarah justru karena Ia disalib, suatu hukuman yang mengerikan. Ia bagai penjahat besar yang ditolak kehadiran-Nya, padahal Ia tengah menggenapi rencana agung Allah bagi manusia.

Mengapa Yesus ditolak? Karena orang Yahudi tidak mengenali Yesus ketika Dia datang (27). Mereka tengah menantikan Mesias politik yang akan melepaskan mereka dari dominasi Roma. Mereka membayangkan bahwa orang itu adalah tentara yang terlatih atau negarawan ulung. Ia tentu datang dari keluarga terpandang dan berpengaruh di dalam masyarakat. Namun Yesus tidak memiliki semua itu, tentu saja mereka tidak mengenal Dia. Lalu apakah mereka dapat disalahkan karena tidak mengenali Yesus? Ya, karena seharusnya mereka mengenal Dia melalui nubuat para nabi yang disampaikan kepada mereka setiap hari Sabat (27).

Agar para pendengarnya tidak mengulangi kesalahan yang sama, Paulus menyatakan tawaran pengampunan dari Allah dan pembenaran bagi orang yang percaya kepada Yesus (38-39). Tawaran itu bukan hanya berlaku untuk bangsa yang disebut bangsa pilihan saja, melainkan terbuka untuk semua orang (46-47). Terbukti bangsa- bangsa lain menyambut gembira hal ini dan mereka kemudian bertobat (48).

Namun berita bahwa bangsa lain berhak juga atas keselamatan membuat orang Yahudi merasa kehilangan superioritas. Bagi mereka, tak ada kesetaraan di hadapan Allah, Yahudilah yang utama (45). Amat disayangkan karena perasaan superior pun sering ada di antara jemaat Tuhan. Denominasi tertentu merasa bahwa pengakuan imannya lebih benar dibanding yang lain, denominasi lain meyakini bahwa pengalaman membuktikan Allah hadir di dalam jemaat mereka. Seperti itu jugakah kita? Belajar dari Paulus, kiranya hal itu bukan jadi fokus kita, melainkan bagaimana agar pemberitaan firman Tuhan diusahakan untuk didengar banyak orang.

(0.126244384375) (Kis 16:13) (sh: Antara gereja dan diskriminasi (Kamis 15 Juni 2000))
Antara gereja dan diskriminasi

Antara gereja dan diskriminasi. Diakui atau tidak, praktek diskriminasi masih dapat ditemui di berbagai bidang kehidupan di negara kita atau di negara mana pun. Praktek ini sulit dihapuskan karena pihak yang menjalankan diskriminasi tidak mau kehilangan keuntungan. Sedangkan pihak yang terkena diskriminasi, karena biasanya terus-menerus dieksploitasi (dimanfaatkan), mereka tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentang sistem ini. Sistem ini jelas bertentangan dengan iman Kristen karena bagi Allah semua individu sama dan layak menerima kasih dan anugerah-Nya.

Karena itu gereja seharusnya tidak mengenal sistem ini sebab Injil Yesus Kristus mempunyai kekuatan untuk mempersatukan (bukan menghilangkan) perbedaan antara individu-individu. Ini dibuktikan dengan lahirnya gereja di Filipi. Dua perempuan dalam kisah ini merupakan dua pribadi yang tidak hanya berbeda namun saling bertolak belakang dari berbagai spektrum sosial. Lidia adalah seorang pengusaha perempuan yang mempunyai tingkatan sosial-ekonomi tinggi dan mempunyai kebutuhan intelektual. Seperti dikatakan bahwa ia mendengarkan ceramah Paulus. Kemudian Tuhan membuka hatinya (pikirannya) sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan Paulus. Ia pun termasuk seorang perempuan yang terhormat karena kehidupan beribadahnya.

Sedangkan hamba perempuan itu secara tingkatan sosial-ekonomi tidak mempunyai tingkatan sama sekali. Karena sebagai hamba apalagi seorang perempuan, ia tidak mempunyai hak atas apa pun termasuk hak atas dirinya sendiri. Bahkan uang yang dihasilkan dari kegiatannya tidak dapat ia nikmati. Secara kebutuhan ia mempunyai kebutuhan psikologis yang mendesak. Memang roh yang merasuk dirinya sudah diusir, namun konsekuensi psikologisnya pasti belum hilang. Dia telah kehilangan identitas, kepribadian sebagai seorang manusia. Namun Allah memilih mereka sebagai pendiri gereja di Filipi, karena Allah ingin menyatakan bahwa di dalam Kristus semua itu dapat dipersatukan. Dari awal, diskriminasi tidak mendapat tempat dalam jemaat Filipi.

Renungkan: Dalam masyarakat yang dikriminatif ini, gereja-gereja harus memberikan teladan komunitas yang tidak diskriminatif, namun yang menyapa, merangkul, dan memenuhi kebutuhan setiap individu dari segala spektrum sosial.

(0.126244384375) (Kis 18:24) (sh: Terus belajar (Jumat, 3 Juni 2005))
Terus belajar

Terus belajar
Ibarat padi semakin berisi semakin tunduk, demikianlah orang yang semakin pintar semakin rendah hati. Prinsip yang sama seharusnya berlaku pada para hamba Tuhan. Semakin banyak dipercaya melayani, seharusnya semakin rendah hati untuk belajar agar dapat melayani dengan lebih baik. Sayangnya, tidak banyak pemimpin Kristen yang mau diajar karena merasa gengsi dan sudah tahu segala sesuatu.

Jarang kita jumpai pemimpin seperti Apolos. Ia seorang terpelajar akan agama Yahudi dari Aleksandria. Waktu itu, kota Aleksandria merupakan pusat agama Yahudi di Mesir. Apolos menguasai Perjanjian Lama dengan baik dan ia pandai mengajar (ayat 24). Setelah menjadi Kristen, ia dengan bersemangat mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat 25). Ia seorang pemimpin yang cemerlang. Namun, Apolos juga rendah hati. Ia bersedia diajar oleh Priskila dan Akwila, pemimpin umat di Efesus, supaya semakin mengenal kebenaran. Bukan hanya bersedia diajar, ia juga bersedia diutus untuk praktik pelayanan di Akhaya (Korintus) bagaikan mahasiswa teologi yang sedang PKL (ayat 26-27). Kesediaannya untuk diajar menghasilkan sukacita umat Tuhan. Hal ini terbukti dengan kehadirannya yang menjadi berkat bagi jemaat Korintus. Dengan bekal pengajaran yang benar dan dengan penuh semangat Apolos mengajar dan memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat 28).

Sikap rendah hati dan mau belajar adalah kunci pertumbuhan rohani anak Tuhan agar dapat dipakai-Nya memberitakan kebenaran. Gereja harus menyediakan wadah atau memberi kesempatan bagi para hamba Tuhan untuk belajar memperlengkapi dan meningkatkan diri agar pelayanan mereka efektif. Setiap hamba Tuhan juga harus selalu memelihara kerinduan bersedia dibina dan diajar agar pelayanannya mampu menjawab kebutuhan umat di dunia modern ini.

Renungkan: Pengajar kebenaran yang efektif adalah murid Kristus yang tidak berhenti belajar pada-Nya.

(0.126244384375) (Kis 21:27) (sh: Paulus satu tingkat di bawah Yesus (Jumat, 30 Juni 2000))
Paulus satu tingkat di bawah Yesus

Paulus satu tingkat di bawah Yesus. Pernyataan ini bukan dimaksudkan untuk merendahkan Yesus sebagai Tuhan dan Kristus, atau untuk mentuhankan manusia Paulus, melainkan untuk mengungkapkan bahwa Paulus telah meneladani Kristus dengan setia, hingga melalui saat-saat yang paling sulit dalam hidupnya yaitu peristiwa penangkapannya di Bait Allah. Karena itulah pernyataan ini hendaknya dilihat dari peristiwa penangkapan Paulus di Bait Allah. Mulai dari peristiwa penangkapan Paulus, tuduhan yang dijatuhkan atasnya, sikap orang banyak terhadap dirinya, hingga sikap Paulus terhadap orang-orang yang telah menganiaya dan apa yang dialami, mengingatkan kita tentang Kristus. Di dalam tubuh dan hidupnya, Paulus telah berhasil mencerminkan pribadi Yesus yang adalah Manusia sejati, manusia yang sesuai dengan gambar dan citra Allah.

Permintaannya untuk berbicara kepada orang banyak yang telah menangkap, menganiaya, bahkan akan melenyapkannya, mengungkap-kan kematangan pribadi seorang hamba Tuhan dan kesiapannya untuk taat dan setia hingga mati (23-24). Betapa tidak, tuduhan maut yang dijatuhkan atasnya sangat ironis. Paulus yang pergi ke Bait Allah untuk mentahirkan diri sebagai bukti bahwa ia menghargai tradisi dan kepercayaan Yahudi, malah dituduh menghina bangsa Yahudi dan kepercayaan mereka. Padahal hukuman atas dakwaan itu adalah mati tanpa perlu pengadilan. Itulah sebabnya mereka langsung memukuli Paulus, sehingga jika tidak diselamatkan oleh pasukan Romawi, ia pasti mati. Dari tuduhan mereka Paulus mengetahui secara pasti bahwa jiwa mereka berada dalam bahaya besar. Mereka menganggap bahwa merekalah umat Allah karena mereka memelihara hukum Taurat dan beribadah di Bait Allah di Yerusalem (28). Padahal sebenarnya mereka bukan umat Allah yang akan diselamatkan Allah. Paulus tidak hanya merisaukan jiwa mereka namun Paulus juga mengidentifikasikan dirinya dengan mereka dengan mengatakan 'Aku adalah orang Yahudi' (39).

Renungkan: Inilah Paulus yang penuh dengan kasih Ilahi. Seperti Kristus ketika di kayu salib Ia memikirkan pengampunan bagi orang-orang yang menyiksanya dan Ia juga mengidentifikasikan diri-Nya dengan penjahat yang akan dibawa ke Firdaus. Sudah sedekat manakah Anda meneladani Kristus?

(0.126244384375) (Kis 24:10) (sh: Kesempatan di dalam kesempitan (Minggu, 13 Agustus 2000))
Kesempatan di dalam kesempitan

Kesempatan di dalam kesempitan. Secara sepintas terlihat bahwa Paulus berhasil 'dikurung dan dibungkam' dalam penjara Kaisarea selama 2 tahun. Namun apakah ini berarti Injil juga dikurung dan dibungkam? Tidak! Justru sebaliknya, berita Injil semakin kuat menyatakan kuasa-Nya. Bagaimana mungkin?

Pembelaan Paulus sangat berbeda dengan Tertulus. Ia tegas menyatakan bahwa ia Kristen (14-16). Ia pun mengungkapkan beberapa fakta yang valid dan kuat untuk menggugurkan dakwaan yang ditujukan kepadanya. Pertama, ia baru tiba di Yerusalem 12 hari yang lalu, bagaimana mungkin ia menjadi pemimpin sekte (11)? Kedua, ketika ditangkap ia sedang sendirian: bagaimana mungkin ia dituduh sebagai pembuat huru-hara (12, 18). Ketiga, alasan ia ke Yerusalem adalah untuk beribadah dan membawa persembahan (17-18). Terakhir, jika Paulus mempunyai kesalahan yang lain, siapa penuduhnya (12)?

Feliks menangguhkan perkara ini dengan alasan menunggu saksi lain (22) dan harapan Paulus akan menyuap dirinya (26). Walau demikian, ia menunjukkan rasa simpati kepada Paulus dan bersikap lunak terhadapnya (23). Keadaan ini membuahkan kesempatan kepada Paulus untuk memperdengarkan Injil kepada Feliks dan istri ketiganya Drusila, seorang Yahudi yang lari dari suaminya untuk menikah dengannya. Mereka mendengar tentang kebenaran, penguasaan diri, dan penghakiman yang akan datang yang adalah dasar utama bagi panggilan pertobatan. Mereka dicelikkan matanya bahwa mereka adalah orang yang berdosa. Kenyataan ini yang membuat Feliks gelisah dan memutuskan untuk menyuruh Paulus pergi.

Renungkan: Dari peristiwa ini, kita dapat melihat bahwa berada di pihak yang benar secara hukum tidak menjamin memperoleh keadilan. Tapi, itu tidak penting bagi Kristen sejauh Kristen tetap memperoleh kesempatan memperdengarkan Injil yang berkuasa.

Bacaan untuk Minggu ke-9 sesudah Pentakosta

2Samuel 7:18-22 Roma 8:18-25 Matius 13:24-35 Mazmur 86:11-17

Lagu: Kidung Jemaat 427

Pemahaman Alkitab 6 -- Amsal 20:1-16

Menjadi orang-tua yang baik adalah dambaan setiap orang-tua. Mereka semua mempunyai satu motto: 'anak-anak mereka harus mempunyai kehidupan yang lebih baik dari kehidupan mereka`. Sebenarnya motto ini sudah ada sejak raja Salomo, kurang lebih 3000 tahun yang lalu: `orang benar yang bersih kelakuannya, berbahagialah keturunannya`. Penulis Amsal memberikan nasihat agar keturunannya berbahagia maka para orang-tua harus mempunyai kelakuan yang bersih. Apa yang harus dilakukan oleh para orang-tua?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Syarat apa yang harus dipenuhi oleh para orang-tua agar keturunannya berbahagia (7)? Bagaimana Anda mendefinisikan kelakuan yang bersih?

2. Berkelakuan bersih mencakup beberapa bidang kehidupan manusia, beberapa diantaranya dipaparkan oleh Amsal hari ini: a) bidang sosial: bagaimana mempunyai kehidupan yang terhormat di masyarakat (3)? Mengapa masalah kehormatan yang oleh masyarakat dihubungkan dengan harta dan kekayaan, tetapi oleh Amsal dihubungkan dengan menjauhi perbantahan? Hal-hal apalagi yang menyebabkan orang kehilangan kehormatannya (1)? Jika kita bukan pemabuk, apakah ini menjamin bahwa kita bukanlah pencemooh atau peribut? Jelaskan! Apa penyebabnya?

b) bidang usaha: mengapa kita harus meninggalkan sifat malas (4, 13)? Inikah faktor yang seringkali menyebabkan masyarakat tertentu tidak memiliki daya juang memperbaiki taraf hidupnya? Jika kita sebagai penjual, ukuran yang bagaimanakah yang seharusnya kita pakai (10)?

c) bidang politik: raja yang bagaimanakah yang menjadi dambaan bangsanya (8)? Sebagai warganegara, apakah kewajiban kita (2)?

d) bidang agama: adakah kebenaran dalam diri seseorang (6, 9)? Apakah kebutuhan dasar seorang yang menyadari siapa dirinya di hadapan Allah?

3. Setelah Anda memahami bagaimana kehidupan yang berkelakuan bersih, bagaimana respons Anda? Bagaimana pula hal ini diterapkan dalam kehidupan keluarga Anda, sehingga menciptakan keluarga yang bahagia dan keturunannya pun bahagia?

(0.126244384375) (Kis 25:13) (sh: Daya magnet moralitas Paulus (Selasa, 15 Agustus 2000))
Daya magnet moralitas Paulus

Daya magnet moralitas Paulus. Permintaan Paulus untuk naik-banding ke Kaisar membuat Festus berada dalam posisi yang sulit. Ia harus membuat laporan resmi tentang tuduhan terhadap Paulus dan alasan Paulus naik-banding. Karier Festus menjadi taruhannya jika ia tidak berhasil menangani kasus ini dengan baik. Inilah yang menghantui pikiran Festus ketika Herodes Agripa bersama adiknya Bernike datang mengunjunginya. Kedatangan Herodes sebagai seorang Yahudi yang sangat dihormati oleh Kaisar membawa kelegaan bagi Festus karena ia berharap Herodes dapat menolongnya menyiapkan laporan kasus Paulus.

Karena itu, Festus memaparkan kepada Herodes (14-21) secara detail dan kronologis. Pertama, ia menyalahkan Feliks yang belum menyelesaikan masalah Paulus (14). Kedua, dia menggambarkan dirinya sebagai seorang yang taat kepada hukum Romawi melawan desakan kuat pemuka agama Yahudi untuk menghukum mati Paulus (15-16). Ketiga, dia adalah orang yang tanggap dan akan bertindak adil pada waktunya dan dengan cara yang benar (17). Keempat, dia menyinggung tuduhan orang Yahudi yang hanya berhubungan dengan masalah agama Yahudi (18-19). Terakhir, dia mengakui kebingungannya untuk memeriksa perkara ini (20) namun dia tidak menceritakan bagaimana dia sudah berusaha berpihak kepada orang-orang Yahudi.

Mengapa Festus dapat dibingungkan dan diusik kehidupannya oleh seorang Paulus? Mengapa Herodes pun tertarik untuk mendengar Paulus langsung? Bila dibandingkan dengan Herodes dan segala kebesarannya (23) siapakah Paulus yang hanya seorang tawanan yang dirantai? Jawabannya terletak pada kekuatan moralitas Paulus. Dari pemaparan Festus di atas sudah dapat disimpulkan secara moral orang macam apakah Festus. Herodes pun ternyata melakukan praktek perzinahan dengan adik perempuannya sendiri - Bernike. Kehidupan mereka terusik bahkan diresahkan oleh kekuatan moralitas Paulus sehingga di hadapan mereka Paulus adalah seorang pribadi yang luar biasa yang tidak dapat diremehkan sama sekali.

Renungkan: Keadaan dan posisi Kristen di Indonesia di mata pemerintah dan masyarakat adalah seperti Paulus di hadapan Festus dan Herodes. Karena itu Kristen pun harus mempunyai kekuatan moralitas yang akan memancar dan menarik banyak orang mendengarkan Kristen.

(0.126244384375) (1Kor 7:1) (sh: Kehendak Allah atas pernikahan (Selasa, 30 April 2013))
Kehendak Allah atas pernikahan

Judul: Kehendak Allah atas pernikahan
Hubungan seksual yang amoral memang dosa, tetapi sepasang suami istri halal melakukannya karena merupakan tanggung jawab keduanya untuk memenuhi kewajiban terhadap pasangan. Bukan hanya sebagai hak istimewa suami dan kewajiban istri saja, tetapi masing-masing pihak wajib menunjukkan kasih sayangnya secara fisik terhadap pasangannya, dengan maksud untuk menyenangkan atau memuaskan pasangannya (3-4). Relasi seksual merupakan berkat Allah, bukan beban apalagi kutuk. Lagi pula relasi seksual yang sehat dapat mencegah kehidupan seksual yang amoral. Absennya seks dalam sebuah pernikahan diperbolehkan untuk sementara waktu, tetapi hanya untuk alasan spiritual (5).

Lalu bagaimana bila orang tidak menikah? Walaupun orang yang menikah berharap seandainya tidak menikah atau orang yang tidak menikah berharap menikah, Paulus menegaskan bahwa keduanya merupakan karunia Allah (7-9). Begitu pun bila orang yang menikah merasa lebih beruntung dari orang yang tidak menikah atau yang tidak menikah merasa lebih beruntung dari orang yang menikah, harus dipahami bahwa masing-masing status merupakan karunia Allah.

Isu selanjutnya adalah perceraian. Sepasang suami istri Kristen tidak boleh bercerai karena alasan apa pun (12-13). Jika terjadi perpisahan, mereka tidak boleh menikah lagi dengan orang lain. Yang boleh dilakukan hanyalah mengadakan rekonsiliasi dengan pasangan mereka sebelumnya.

Nas ini memperlihatkan kepada kita bahwa Allah memandang serius suatu pernikahan, maka begitu pula orang beriman seharusnya. Pernikahan merupakan kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita yang bersifat permanen, sehingga tak seorang pun yang berhak memutuskan kesatuan itu.

Baik menikah atau melajang menghadirkan manfaat dan berkat masing-masing. Baik menikah atau melajang, kita harus melayani Tuhan dan mencari kemuliaan-Nya. Tidak boleh ada seorang pun yang menyombongkan diri atas statusnya karena semuanya merupakan anugerah Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/30/



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA