Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 145 ayat untuk layulah ia AND book:[1 TO 39] AND book:26 (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.82) (Yeh 8:1) (full: KEKUASAAN TUHAN ALLAH )

Nas : Yeh 8:1

(versi Inggris NIV -- tangan Tuhan yang berdaulat). Yehezkiel mengalami sebuah kunjungan yang mempesonakan dari kehadiran dan kuasa Allah pada saat ia diangkut ke Yerusalem "dalam penglihatan-penglihatan ilahi" (ayat Yeh 8:3; bd. 2Kor 12:1-4). Orang percaya PB juga mengalami kehadiran dan kuasa Allah ketika dipenuhi dengan Roh Kudus (Kis 4:29-31) dan menerima berbagai penglihatan dan mimpi (Kis 2:16-18). Orang percaya dewasa ini harus meminta, mencari dan mengetuk agar Roh Kudus datang atas mereka dengan kuasa (Luk 11:5-13) dan mencurahkan karunia-karunia rohani-Nya sehingga mereka dapat bersaksi bagi Kristus (Kis 1:8; 2:4,16-18). Dengan demikian, firman Allah akan keluar dari rumah Allah dan memasuki dunia dengan penuh keberanian, kuasa mukjizat serta penuh keyakinan (Kis 2:1-12,37-41; 1Tes 1:5; Ibr 2:4).

(0.82) (Yeh 33:12) (full: WAKTU IA JATUH DALAM PELANGGARAN. )

Nas : Yeh 33:12-20

Allah menghakimi setiap orang dengan benar dan adil.

  1. 1) Orang benar yang meninggalkan Allah dan kembali kepada dosa akan diminta pertanggungjawaban atas dosa-dosa mereka dan akan mati di dalamnya jikalau mereka tidak bertobat; mereka tidak dapat mengandalkan perbuatan benar di masa lalu untuk menyelamatkan mereka (ayat Yeh 33:12-13).
  2. 2) Pada pihak lain, orang fasik yang berbalik kepada Allah dan meninggalkan dosa akan diselamatkan, dan dosa-dosa mereka tidak akan diingat lagi (ayat Yeh 33:14-16); mereka akan menerima karunia hidup kekal.
  3. 3) Karena itu, nas ini menekankan pentingnya hubungan kita dengan Allah saat ini. Meninggalkan Allah dan firman-Nya sambil beranggapan bahwa iman dan perbuatan baik yang lalu akan menyelamatkan kita adalah fatal secara rohani. Sebaliknya, jikalau kita berpaling kepada Allah dalam pertobatan yang sungguh-sungguh dan iman sejati, maka Dia akan menerima kita, terlepas dari dosa-dosa yang lalu

    (lihat cat. --> Yeh 18:21-23;

    lihat cat. --> Yeh 18:24).

    [atau ref. Yeh 18:21-24]

(0.82) (Yeh 36:27) (jerusalem: RohKu) Roh (embusan) Tuhan menciptakan dan menjiwai segala makhluk, Kej 1:2; 2:7+; Kej 6:17+. Iapun menyergap orang dan memberinya kekuatan yang lebih dari kekuatan insani, Kej 41:38; Kel 31:3; 1Sa 16:13; khususnya Roh itu mempengaruhi para Hakim, Hak 3:10; 6:34; 11:29; 13:25. Terutama pada zaman Mesias kelak Roh Tuhan, yaitu roh kenabian, akan dicurahkan Zak 4:6; 6:8, dan diberikan kepada semua orang berupa karunia-karunia istimewa, Bil 11:29; Yoe 2:28-29; Kis 2:16-21+. Tetapi secara lebih rahasia Roh ilahi menjadi penyebab pembaharuan batiniah yang menjadikan orang mampu melaksanakan Hukum Allah dengan saksama, Yeh 11:19; 36:26-27; 37:14; Maz 51:12 dst; Yes 32:15-19; Zak 12:10. Begitu Roh itu menjadi dasar perjanjian yang baru, Yer 31:31+; bdk 2Ko 3:6+. Laksana air yang menyuburkan Roh itu menumbuhkan buah kebenaran dan kekudusan, Yes 44:3; Yoh 4:1+. Buah-buah itu menjamin bagi manusia kasih karunia dan perlindungan dari Allah, Yeh 39:24,29; Mesiaslah yang akan mencurahkan Roh ilahi itu. Ia sendiri pertama-tama menerimanya guna melaksanakan karya penyelamatanNya, Yes 11:13; 42:1; 61:1; Mat 3:16+.
(0.82) (Yeh 40:1) (jerusalem: Dalam tahun) Bagian terakhir kitab Yehezkiel, bab 40-48, menyajikan semacam bagan terperinci pemulihan keagamaan dan kebangsaan umat Israel di Palestina. Nabi Yehezkiel berpangkal pada masa yang lampau yang ternyata dikenalnya baik-baik. Tetapi ia mencoba menyesuaikan hukum lama dengan keadaan baru dan iapun memanfaatkan pengalaman umat belum lama berselang. Maksudnya ialah mencegah umat Israel dari godaan dan kesalahan yang dahulu mengakibatkan keruntuhannya. Begitulah nabi Yehezkiel nampak sebagai organisator yang ingin mewujudkan pembaharuan yang sudah lama diharapkan dan diinginkan. Apa yang dahulu dijanjikan nabi Yehezkiel sehubungan dengan pemulihan umat dan mengenai perjanjian yang baru menurut bahwa jemaat Yahudi diorganisasikan secara lain dari dahulu. Memang di zaman nabi Yehezkiel segenap bangsa Israel perlu dibangun kembali. Karena itu Yehezkiel sempat memberi Israel semacam "piagam pembangunan" yang menjadi dasar segenap usaha dan pengharapan di masa kemudian dari Yehezkiel, mulai dengan Ezra sampai dengan kitab Wahyu yang berkata tentang "Yerusalem sorgawi". Umat Kristen agaknya mengartikan semuanya itu begitu rupa sehingga mengenai kekudusan yang dicita-citakan, Yeh 44:23; 43:7, dan kehadiran Allah, Yeh 48:35, sebagaimana yang terujud dalam Gereja Kristus
(0.82) (Yeh 48:1) (jerusalem: Inilah nama suku) Bab Yeh 48:1-28 merupakan bagian rencana nabi Yehezkiel yang paling tidak sesuai dengan kenyataan. Ia membagi-bagikan negeri menjadi sejumlah lajur yang sejalan, masing-masing mulai pada batas timur lalu langsung ke Laut Tengah. Nabi tidak memperhatikan keadaan tanah atau penduduk. Sesuai dengan batas-batas negeri seperti yang ditetapkan bab 47, suku-suku yang tinggal di daerah seberang sungai Yordan dipindahkan ke daerah di sebelah barat sungai itu. Ada tuju suku di bagian negeri di sebelah utara daerah kudus dan lima suku di bagian negeri di sebelah selatan. Daerah kudus itu menjadi milik Tuhan dan bait Allah terletak di situ. Bagian milik Tuhan itu terbagi menjadi dua: sebagian (yang mencakup bait Allah) didiami para imam dan sebagian didiami orang-orang Lewi). Sisanya teruntuk bagi kota Yerusalem serta padang rumputnya. Bagian milik "raja" terletak sebelah-menyebelah daerah kudus itu, Yeh 48:9-22 yang terdapat pula dalam Yeh 45:1-8
(0.81) (Yeh 5:1) (sh: Anugerah tidak meniadakan keadilan (Jumat, 20 Juli 2001))
Anugerah tidak meniadakan keadilan

Pertama kalinya Allah memerintahkan Yehezkiel untuk menyampaikan berita secara lisan mengikuti lakon teater yang terakhir (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1-8). Berita yang harus dikatakan sebetulnya tidak berkenaan secara langsung dengan kehidupan bangsa Israel yang berada dalam pembuangan bersama-sama Yehezkiel. Karena itu dapat dikatakan bahwa berita itu merupakan penjelasan mengapa Allah menjatuhkan penghukuman yang begitu mengerikan atas Yerusalem.

Apa yang akan mereka alami? Tidak dapat disangkal bahwa penderitaan yang akan dialami oleh mereka yang masih tinggal di Yerusalem sangat mengerikan. Mereka akan dikepung selama 18 bulan, setelah itu kematian demi kematian akan terjadi secara sadis (ayat 10). Setiap bangunan penting akan dirobohkan, demikian pula tembok Yerusalem. Mereka yang luput dari malapetaka akan dibawa ke dalam pembuangan. Allah tidak menjatuhkan penghukuman secara semena- mena. Ia mempunyai alasan yang kuat yaitu bangsa Israel telah memberontak kepada Allah, melakukan kekejian melebihi bangsa- bangsa yang tidak mengenal Allah, menyembah berhala dalam Bait Allah, serta menajiskan tempat kudus-Nya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">6, 9, 11). Bahkan yang lebih jahat lagi, mereka telah menggantikan perintah Allah dengan peraturan-peraturan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">7). Namun di balik awan penghukuman yang gelap terdapat secercah pengharapan karena kemurahan dan anugerah Allah, yaitu tidak selama-lamanya Allah marah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">13); penghukuman atas Yerusalem tidak akan dijatuhkan lagi (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">9); walaupun sedikit, tetap akan ada orang-orang sisa yang akan selamat karena pemeliharaan Allah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">3).

Renungkan: Kristen tidak boleh menutup telinganya terhadap berita penghukuman Allah dan kemudian berlindung di bawah keyakinan keselamatan yang Allah berikan, yang memang indah dan memerdekakan jiwa. Allah kita adalah Allah yang murah hati namun juga Allah yang keras (lih. Rm. 11:22). Kebenaran ini mengajak kita untuk memperhatikan peringatan tentang penghukuman Allah secara serius baik bagi diri kita maupun bagi dunia sekeliling kita yang memberontak dan belum percaya kepada Allah. Bagaimanakah kehidupan yang tidak mengenal kemurahan Allah? Bagaimanakah jadinya kehidupan yang tidak mengenal kekerasan Allah?

(0.81) (Yeh 7:1) (sh: Lenyapnya penglihatan, pengajaran, dan nasihat (Minggu, 22 Juli 2001))
Lenyapnya penglihatan, pengajaran, dan nasihat

Ada satu kengerian yang dahsyat dalam perkataan `kesudahanmu tiba' (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">2), diikuti dengan `malapetaka datang' dan `waktunya datang' (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">7). Waktu demi waktu umat-Nya selalu mendapat kesempatan kedua, penghukuman dibatalkan ataupun ditangguhkan. Namun di tangan Allah yang konsisten, akan tiba saat-Nya dimana palu akan diketukkan.

Yehezkiel berseru `inilah saatnya bagi Yerusalem'. Mereka akan kehilangan pengharapan, ngeri, dan malu (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">17). Uang berapa pun jumlahnya tidak akan dapat menyelamatkan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">19). Mereka akan berusaha keras untuk mendapatkan kedamaian namun sudah terlambat (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">25). Penderitaan mereka akan bertambah parah sebab pada masa itu 3 sumber kekuatan rohani bagi Israel yaitu penglihatan nabi, pengajaran Taurat Allah, dan nasihat para orang-tua akan lenyap. Hilangnya ketiga sumber itu merupakan pukulan yang lebih dahsyat dibandingkan malapetaka yang didatangkan Allah atas mereka (ayat 10-14). Apa yang akan terjadi pada umat Tuhan jika sumber-sumber kekuatan rohaninya lenyap? Lenyapnya penghiburan, tidak ada lagi bimbingan, dan tidak ada lagi pengarahan akan membuat bangsa ini terus terpuruk ke dalam jurang kehancuran yang lebih dalam (ayat 27). Semuanya serba gelap, tanpa arah, dan tidak ada pengharapan. Betapa mengerikannya jika saat ini tiba.

Renungkan: Apakah umat Tuhan masa kini mungkin mengalami penghukuman berupa lenyapnya sumber-sumber kekuatan rohani? Ya, sebab penglihatan, pengajaran, dan hikmat merupakan karunia Allah sehingga Ia berhak memberikan ataupun menahannya ketika umat-Nya tidak lagi percaya kepada-Nya. Betapa tragisnya bila Allah berhenti berfirman. Karena itu berdoalah agar kelaparan akan firman Allah tidak pernah terjadi sampai Kristus datang kembali.

Bacaan untuk Minggu Ke-7 sesudah Pentakosta

Yehezkiel 2:1-5

II Korintus 12:7-10

Markus 6:1-6

Mazmur 123

Lagu: Kidung Jemaat 49

PA 3 Yehezkiel 2:1-3:15

Pertumbuhan gereja di Indonesia berdampak meningkatnya berbagai aktivitas pelayanan. Untuk mendukung berbagai pelayanan tersebut, banyak Kristen segala usia yang sekarang terlibat di dalamnya. Itu adalah fakta yang menggembirakan. Namun kita harus waspada supaya pelayanan bukan sekadar aktivitas belaka atau bahkan sebagai ajang unjuk kebolehan maupun untuk mendapatkan kedudukan dan kuasa. Oleh karena itu kita perlu mempelajari hakikat pelayanan berdasarkan panggilan Yehezkiel.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Siapa yang berinisiatif dalam pelayanan Yehezkiel (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">3)? Kepada siapa Yehezkiel diutus (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">3)? Apa yang harus dilakukan oleh Yehezkiel dan siapa yang menentukan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">4)? Kebenaran apa yang Anda dapatkan tentang hubungan Allah dengan pelayanan? Bagaimanakah pelayanan yang selama ini Anda lakukan?

2. Apa yang Yehezkiel alami dan sikap apa yang Yehezkiel perlihatkan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1:28)? Pentingkah hal-hal itu terjadi sebelum ia mendapatkan panggilan Allah? Apakah ini yang Anda alami sebelum terlibat dalam pelayanan, ceritakanlah! Dengan sebutan apakah Allah memanggil Yehezkiel (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1)? Apa makna sebutan itu? Mengapa sebutan itu senantiasa diulang-ulang? Apa maknanya bagi sikap Yehezkiel dalam menjalankan panggilan-Nya?

3. Apa yang Allah lakukan sebelum Yehezkiel pergi untuk melayani (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">3:1)? Apa makna tindakan Allah bagi Yehezkiel pribadi dan pelayanannya? Apa lagi yang Allah perbuat bagi Yehezkiel (ayat 8- 9)? Pada masa kini, bagaimanakah Allah melakukan hal-hal di atas? Bagaimanakah pengalaman Anda dalam hal ini?

4. Apa yang Allah tuntut dari Yehezkiel (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">2:6, 8 ; 3:2, 10)? Bagaimanakah Yehezkiel harus memandang keberhasilan dalam pelayanan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">5, 7)? Bagaimanakah konsep keberhasilan pelayanan dalam gereja sekarang?

5. Berdasarkan penggalian di atas bagaimanakah hakikat pelayanan yang benar? Bagaimanakah hakikat pelayanan yang selama ini Anda miliki? Bandingkanlah! Apa yang harus Anda perbaiki dan bagaimana Anda melakukannya?

(0.81) (Yeh 12:1) (sh: Berlakon untuk orang buta (Jumat, 27 Juli 2001))
Berlakon untuk orang buta

Yehezkiel terus diperintahkan untuk memberitakan firman Tuhan tentang penghukuman bangsa Yehuda kepada mereka yang ada dalam pembuangan. Untuk menjalankan tugas ini, Yehezkiel harus mempunyai keuletan, kesabaran, dan tidak mengenal lelah, sebab target utama pelayanan Yehezkiel adalah orang-orang yang buta dan tuli (ayat 2). Mereka sebetulnya dapat melihat dan mendengar namun mereka menyangkali apa yang mereka lihat dan dengar. Sebagai contoh: mereka tahu bahwa raja sah mereka Yoyakhin -- ikut dalam pembuangan, sementara itu yang ada di Yehuda -- Zedekia -- bukanlah raja yang sah. Namun mereka tetap berkeyakinan bahwa dengan tetap adanya seorang raja di Yehuda berarti kemarahan Allah telah reda dan kini berpihak kepada mereka (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">12-14). Karena itulah mereka disebut pemberontak (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">3).

Tujuan utama pelayanan pemberitaan adalah mereka yang mendengar pemberitaan itu menjadi insaf. Karena itulah Yehezkiel diperintahkan untuk memberitakan firman Tuhan dengan cara melakonkannya di depan mata mereka (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">4-7, 17-20). Ini berfungsi untuk memancing perhatian serta memberikan kesan yang mendalam di hati dan pikiran mereka (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">8). Setelah itu penjelasan secara lisan diberikan dengan menekankan Allah sebagai Sutradara tunggal. Namun Yehezkiel juga diminta untuk jangan berharap terlalu banyak sebab meskipun banyak cara dan usaha sudah dilakukan ada kalanya mereka tetap bersikeras menyangkal kebenaran pemberitaan penghukuman itu dengan berbagai argumentasi yang secara logika seringkali dapat dipahami, sebagai contoh waktu penundaan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">21-22, 26). Sekalipun demikian Yehezkiel tidak boleh putus asa, sebaliknya ia tetap harus memberitakan dan semakin menegaskannya sebab apa yang sudah difirmankan Allah pasti terjadi, entah kapan waktunya.

Renungkan: Situasi Yehezkiel sama dengan situasi kita masa kini. Berita penghakiman atas dunia sudah dikumandangkan dalam terang kematian dan kebangkitan Yesus. Namun itu sudah dimulai beribu-ribu tahun lalu sehingga kadang-kadang membuat kita bertanya-tanya apakah Yesus akan datang untuk menghakimi dunia. Namun Allah sebagai Sutradara tunggal akan menggenapi firman-Nya. Marilah kita saling menguatkan untuk tetap bertahan dan tekun menanti hari itu.

(0.81) (Yeh 14:12) (sh: Terlalu terlambat, kereta penghukuman sudah berjalan (Senin, 30 Juli 2001))
Terlalu terlambat, kereta penghukuman sudah berjalan

Ketika berita bahwa penghukuman atas Yerusalem yang tidak dapat dielakkan diutarakan kepada bangsa Yehuda yang berada dalam pembuangan, mereka yang dalam pembuangan masih mencoba beragumentasi. Argumentasi mereka bukannya tidak berdasar sebab mereka menggunakan kebenaran firman Tuhan yang terdapat dalam Kejadian 18. Allah memperhatikan doa Abraham dan berjanji akan membatalkan penghukuman atas Sodom dan Gomora jika ada 10 orang benar hidup dalam kota Sodom. Terhadap Sodom saja Allah mau menunjukkan kemurahan-Nya apalagi terhadap bangsa-Nya yang sudah dipilih, dipanggil, dan diberikan tanah Perjanjian. Mereka berkeyakinan bahwa Allah pasti akan membatalkan penghukuman-Nya karena masih ada beberapa orang benar di Yerusalem. Apakah demikian?

Firman Allah kepada Yehezkiel menegaskan bahwa Yehuda yang ada di Yerusalem sudah sampai pada tahap dimana pengampunan tidak mungkin diberikan lagi. Pintu kesempatan sudah ditutup. Allah sangat serius dalam pernyataan-Nya sebab Ia menyebutkan tiga tokoh besar dalam sejarah Israel yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub. Mereka adalah orang yang setia dan taat kepada Allah walaupun situasi dan kondisi menekan dan memaksa mereka untuk berlaku tidak setia. Namun kebenaran mereka tidak dapat membatalkan penghukuman Allah atas Yehuda. Kebenaran seseorang tidak dapat menyelamatkan orang lain yang tidak benar. Allah sangat konsisten dengan prinsip ini. Walau penghukuman dijatuhkan, tetap akan ada orang-orang yang terluput dari penghukuman yaitu orang-orang yang benar (ayat 22- 23).

Ketika kita mencoba memahami dan menerima prinsip ini memang tidak mudah. Yehezkiel sendiri pun nampaknya bersedih atas apa yang akan menimpa Yehuda yang ada di Yerusalem. Allah dengan kesetiaan-Nya menjanjikan penghiburan yang akan membuat Yehezkiel memahami prinsip Allah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">22-23).

Renungkan: Kesempatan tidak selalu ada. Keputusan Allah tidak selalu akan dapat kita pahami. Kita tidak perlu merisaukan dan memperdebatkan masalah itu. Prioritas utama kita adalah bagaimana agar kesempatan pertobatan atas bangsa kita tidak ditutup dan keputusan Allah yang kadang sulit untuk kita pahami tidak dijatuhkan.

(0.81) (Yeh 18:21) (sh: Konsekuensi kekal (Minggu, 2 September 2001))
Konsekuensi kekal

Perkembangan pemikiran argumen Yehezkiel dari ayat sebelumnya kini menuju kepada saran bahwa pribadi tidak perlu hidup di bawah bayang-bayang dosa para pendahulunya. Jika ia dapat berbalik dari dosa bapaknya, dia dapat pula berbalik dari dosa pribadinya (ayat 21-22). Bagaimana pun logika yang disampaikan oleh Yehezkiel ini bukanlah logika semu. Alasan dibalik semua pernyataannya adalah Allah menginginkan manusia untuk bertobat.

Hukum pertanggungjawaban pribadi yang telah Yehezkiel uraikan ini sangat jelas, sehingga setiap manusia dapat memiliki pilihan untuk hidup berkenan kepada Allah atau tidak. Dan manusia meninggalkan setiap jejak yang tidak hanya berimplikasi temporal, namun berkonsekuensi kekal karena Allah akan menghakimi setiap orang menurut jalannya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">30).

Kombinasi dari fakta dan pengetahuan tentang Allah yang tidak menghendaki kematian seseorang (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">32) telah memimpin Yehezkiel kepada seruan terhadap manusia di dalam nama Allah agar yang tersesat segera bertobat dan kembali kepada jalan-Nya. Di mana ada pembaruan hati dan roh, di situ ada keselamatan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">31). Sebagai pribadi kita dapat diarahkan hingga bertobat.

Renungkan: Setiap hari kita diperhadapkan dengan kebebasan memilih menu makanan, demikian pula Allah memberi kita kebebasan untuk memilih jalan hidup kita. Dengan kehendak bebas (free will) di dalam diri kita, kita dapat berbuat apa saja namun dengan catatan bahwa semua pilihan kita akan meninggalkan jejak kekal. Ada konsekuensi kekal di dalam setiap pikiran, perasaan, angan-angan, dan perbuatan yang kita lakukan. Wahai Kristen yang berbuat kebajikan, siapkan sukacitamu menerima pahala dan bagi yang berbuat jahat, siapkan pula dukacitamu menerima hukuman

Bacaan untuk Minggu ke-13 sesudah Pentakosta

Amsal 9:1-6

Efesuslayulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">5:15-20

Yohanes6:51-59

Mazmur 34:9-14

Lagu: Kidung Jemaat 416

(0.81) (Yeh 34:1) (sh: Gravitasi dan cinta (Minggu, 11 November 2001))
Gravitasi dan cinta

Di dalam dunia hanya ada 2 gaya: gravitasi dan cinta. Yang satu menarik ke dalam, yang lain memberi ke luar. Yang satu menghisap, yang lain tiada berharap. Kekuasaan pun ada 2 macam: kekuasaan black hole (eksploitasi) dan kekuasaan cinta (eksplorasi).

Nubuat Yehezkiel kini difokuskan pada para raja Israel yang digambarkan sebagai gembala-gembala yang tidak bertanggung jawab. Alih-alih mencintai domba-domba (rakyat Israel), mereka tidak acuh terhadap tugas penggembalaan, dan hanya bisa menikmati tanpa pernah memberi (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">3). Egoisme seperti ini menimbulkan kemarahan Allah. Raja-raja Israel tidak sadar bahwa mereka hanyalah gembala-gembala, dan bukan pemilik. Allahlah yang mempunyai domba-domba itu.

Allah mengambil alih dari sini. Ia akan menggembalakan domba- domba-Nya kembali "sebagaimana seharusnya" (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">16). Seorang gembala lain yang setia kepada tugasnya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">23-24) akan diangkat (kemungkinan Yoyakhin -- 2Raj. 25:27-30). Di bawah pemerintahannya, rakyat akan sejahtera. Namun demikian, domba-domba itu pun memiliki tanggung jawab, suatu seni menjadi domba yang baik (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">17-22).

Pasal ini ditutup dengan janji Allah yang merentang sampai ke masa depan ketika bangsa Israel dipulihkan (ayat 25-31). Keadaan yang digambarkan mengingatkan pada Yes. 11:6-9. Tanpa kekerasan -- hanya cinta yang hadir. Manusia tidak lagi memperkosa alam dan sesamanya. Kasih setia Allah kukuh hingga kekal.

Renungkan: Waspadalah! Kekuasaan ala gravitasi seringkali mengatasnamakan cinta. Belajarlah sungguh-sungguh mencintai alam, diri, sesama, dan Allah. Kalahkan manipulasi gravitasi hari ini!

PA 1: Mazmur 86

Keadaan di Indonesia yang seringkali bergolak menimbulkan ketakutan dan perasaan was-was bagi rakyat. Di samping gonjang-ganjing politik, tingkat kriminalitas tidak pula menurun, kalau tidak dapat dikatakan meningkat. Hidup makin sulit. Tidak sedikit jumlah orang yang memutuskan untuk meninggalkan negeri ini dan menetap di negeri orang. Alasannya sederhana: keadaan tidak lagi aman, dan rakyat kecil tidak berdaya apa-apa ketika kejahatan menghadang. Ketidakberdayaan ini menimbulkan kekhawatiran yang kronis. Siapa yang dapat dimintai pertolongan? Bisakah rakyat hidup dalam damai sejahtera?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Mengapa dalam ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">2, 4, 16-17 Daud menyebut dirinya sebagai "hamba" (lih. Kej. 33:5, 2Raj. 8:13)? Jikalau Daud memposisikan diri sebagai hamba, bagaimanakah Daud melihat posisi Allah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">4)? Apakah yang dimaksud dengan "sengsara" dan "miskin" dalam ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1 (kaitkan dengan keadaan Daud)? Pernahkah Anda mengalami situasi seperti yang dialami Daud (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">14)?

2. Melihat frekuensi doa Daud (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">3) dan permohonannya agar diberikan sukacita (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">4), bagaimana Anda memahami perasaan yang ia alami? Apakah seseorang boleh merasa takut? Jelaskan jawaban Anda! Mengapa Daud berbicara mengenai Allah yang mengampuni (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">5)?

3. Apakah yang diimani Daud mengenai Allah yang dipercayainya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">8-10)? Jelaskan! Apakah Allah yang berkuasa hanya akan menolong jika seseorang berdoa kepada-Nya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">14 seruan muncul dalam pasal ini)?

4. Ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">11 merupakan klimaks doa. Adakah hubungan sebab-akibat antara ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">8-10 dan ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">11? Mengapa Daud meminta hati yang bulat (tak terbagi) sebagai inti doanya? Mengapa Daud bersyukur (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">12-13)?

5. Apa yang diminta Daud pada Tuhan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">17)? Apakah yang dimaksud dengan "tanda" di sini bersifat alamiah atau supra alamiah atau dua-duanya? Jelaskan jawaban Anda, kaitkan dengan keadaan Daud! Apa yang diharapkan Daud dengan hadirnya tanda dari Allah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">17b)?

6. Bayangkan: nyawa Anda diancam oleh orang-orang jahat tanpa sebab. Anda juga sadar bahwa Anda kerapkali berdosa menyakiti hati Tuhan. Anda sangat tidak berdaya. Apakah yang akan Anda lakukan?

(0.81) (Yeh 36:1) (sh: Tanah dan ranah (Selasa, 13 November 2001))
Tanah dan ranah

Tanah adalah berkah. Berkah adalah ranah (unsur atau elemen yang dibatasi) -- tiada berkah tanpa perbatasan. Ketika berkah tak lagi dianggap sebagai anugerah, kala tanah tak lagi dipertahankan cerah, di sanalah ranah dilanggar dan sang kafilah harus menanggung amarah.

Bagi bangsa Israel, tanah adalah sesuatu yang amat kudus -- jauh dari urusan broker seperti sekarang (lihat Im. 25). Tanah mengandung unsur rohani yang begitu dalam -- tanah Palestina adalah tanah Allah sendiri. Karena itulah tanah ini kudus: bukan karena pada dirinya sendiri tanah itu kudus, tapi karena Allah yang kudus memberikannya kepada Israel dan hadir di sana.

Mereka yang berada di Babel menangis. Tanah mereka dilalap habis oleh musuh yang bengis. Salah mereka sendiri. Mereka kemudian rindu rumah. Allah memberikan sepercik kebahagiaan lewat kata. Ia berjanji akan melawan musuh-musuh Israel. Edom akan dihancurkan dan tanah terjarah dapat kembali dihuni. Bangsa Israel akan mendapatkan kembali harta mereka yang sangat berharga. Keadaan akan kembali seperti dulu ketika Daud berkuasa, bahkan lebih daripada itu! Penderitaan bukan selama-lamanya. Harapanlah yang tinggal tetap.

Ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">16-21 menunjukkan suatu keadaan yang sangat menyedihkan. Waktu kekudusan tanah dilanggar, kekudusan Allah dilanggar pula. Kenajisan Israel digambarkan seperti wanita sehabis menstruasi, menyebabkan Allah murka dan menarik berkah-Nya. Tanah itu tiada lagi dapat didiami. Bangsa Israel tersebar ke mana-mana. Hukuman Allah tersebut membawa akibat kedua: kini bangsa-bangsa lain mencemoohkan nama Allah sendiri. Musuh- musuh Israel berkata, "Di mana Yahweh? Bukankah Allah mereka tidak berkuasa?" Nama Allah pun dipermalukan.

Renungkan: Allah yang kudus telah memberikan banyak hal yang baik bagi kita. Kita perlu ingat bahwa setiap berkat memiliki batasnya: jangan menajiskan berkat itu! Berdoalah pada Tuhan agar Anda dapat menghargai anugerah-Nya, sehingga Anda terluput dari hukuman dan tidak mempermalukan Sang Pemberi Rahmat!

(0.81) (Yeh 14:12) (jerusalem: firman TUHAN) bagian kitab Yehezkiel yang berikut, Yeh 14:1-23, bersama dengan bab 18 mengutarakan sesuatu yang merupakan suatu langkah maju yang amat penting dalam ajaran akhlak yang tercantum dalam Perjanjian Lama.Nas-nas yang lebih tua terutama memandang manusia sebagai sebagian suatu keluarga atau suku dan kemudian sebagai anggota suatu bangsa, Nuh, Kej 6:18 diselamatkan bersama dengan seluruh keluarganya: Abraham dipanggil Tuhan, Kej 12 dan ia membawa segenap sukunya ke negeri Kanaan. Pikiran kolektip itupun diterapkan dalam hal tanggungjawab dan pembalasan. Abraham meminta doa bagi kota Sodom, Kej 18:22-33. Bukan maksudnya supaya orang benar dipisahkan dari yang fasik, lalu diselamatkan, tetapi maksudnya supaya melalui kesetiakawanan terbalik orang benar menyelamatkan orang jahat dari hukum yang sewajarnya menimpa mereka. Dianggap wajar sekali bahwa sebuah kota atau negeri secara menyeluruh dihukum, orang benar bersama-sama dengan orang fasik; wajar pulalah bahwa anak-anak diperlakukan sesuai dengan kelakuan orang tuanya, Kel 20:5; Ula 5:9; 7:9; bdk Yer 31:29; Yeh 18:2. Tetapi pemberitaan para nabi tidak dapat tidak meletakkan tekanan pada masing-masing orang secara perorangan. Begitu mereka membetulkan prinsip-prinsip lama itu. Nabi Yeremia, Yer 31:29-30, hanya mengharapkan bahwa di masa mendatang kesetiakawanan keturunan-keturunan dalam hal kesalahan dan pembalasan dilampaui. Tetapi kitab Ula 24:16; bdk 2Ra 14:6, sudah menentang kebiasaan bahwa anak dihukum oleh karena dosa orang tuanya. Melalui penglihatan-penglihatan yang tercantum dalam Yeh 14:8-10 nabi Yehezkiel menjadi yakin bahwa hukuman yang dijatuhkan pada Yerusalem dikarenakan dosa-dosa penduduknya sekarang. Lalu nabi Yehezkiel menjadi pendekar dan pengajar dalam hal pertanggungjawaban perorangan. Keselamatan dan kebinasaan manusia tidak bergantung pada nenek moyangnya, bahkan tidak ditentukan oleh kelakuan orang sendiri dahulu. Hanya sikap hatinya sekarang saja diperhitungkan Tuhan. Pandangan Yehezkiel yang terlalu perorangan itu pada gilirannya dibetulkan oleh prinsip kesetiakawanan yang terungkap dalam Nyanyian Hamba Tuhan yang keempat. Yes 52:13-53:12; bdk Yes 42:1+. Selebihnya kalau dianggap hanya berlaku dalam rangka dunia ini prinsip pertanggungjawab dan rangka dunia ini prinsip pertanggunganjawab dan pembalasan perorangan yang diajarkan Yehezkiel ternyata berlawanan dengan pengalaman sehari-hari (karena itu ajaran itu dibantah oleh penulis kitab Ayub). Pertentangan antara ajaran dan pengalaman tsb pada gilirannya menghasilkan suatu kemajuan baru lagi, yaitu kemajuan yang dibawa oleh pewahyu mengenai pembalasan di dunia akhirat (bdk Pengantar bagi kitab-kitab Kebijaksanaan). Perjanjian Baru, khususnya Paulus, melandaskan pengharapan Kristen pada kesetiakawanan manusia dengan Kristen yang dibangkitkan, yang terjalin melalui kepercayaan. Begitu dipertahankan dan dipersatukan pertanggungjawaban dan pembalasan perorangan yang diperjuangkan nabi Yehezkiel dan kesetiakawanan umat manusia (yang diciptakan dan diselamatkan Tuhan) dalam dosa dan dalam penebusan.
(0.81) (Yeh 16:1) (sh: Melihat diri sendiri dengan rasa malu (Senin, 27 Agustus 2001))
Melihat diri sendiri dengan rasa malu

Pasal layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">16 ini merupakan kisah penuh keharuan tentang anugerah dan perjanjian Tuhan yang sedemikian agung bagi umat-Nya yang menjadi tidak peka terhadap keadaan mereka. Alur kisah ini mengalir dalam beberapa babak: [1] Seorang anak yatim yang karena belas kasihan raja diangkat menjadi seorang ratu (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1-14); [2] Seorang ratu yang melacurkan diri dengan kecantikan dan nafsunya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">15-34); [3] Seorang ratu yang menjadi orang hukuman (ayat 35-43) dan bahan olok-olokan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">44-52); [4] Seorang hukuman yang sangat memalukan dibanding dengan teman-temannya (ayat 53- 58); dan [5] Seorang hukuman yang karena anugerah dan kesetiaan raja diselamatkan, dibersihkan, diperbaharui, dan diangkat kembali (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">59-63).

Kisah ini merupakan gambaran kegagalan bangsa Israel untuk mempercayai Tuhan dan sebaliknya berupaya dengan kemampuannya sendiri mencari bantuan kepada bangsa-bangsa asing untuk menghadapi krisis politik yang mereka alami. Hal ini merupakan penyelewengan dan ketidaksetiaan di hadapan Tuhan. Di tengah situasi seperti ini firman Tuhan datang kepada Yehezkiel agar ia menyerukan ingatan terhadap masa lalu Israel yang memalukan, sementara mereka tidak lagi menyadari bahwa semua yang dimilikinya tidak lain berasal dari Tuhan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">4-14, 22). Sebagai respons atas anugerah Tuhan yang sedemikian besar, mereka bukannya hidup dengan setia, namun sebaliknya tanpa rasa malu mengikuti nafsu mereka yang di luar akal sehat (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">15-22). Inilah gambaran dari kondisi nyata umat Tuhan, yang sedemikian mudah melupakan anugerah yang besar dan mengikuti nafsu yang berada di luar akal sehat. Inilah suatu cerminan yang memalukan bagi kita yang seringkali juga berada dalam kondisi yang sama. Alasan dari seruan firman Tuhan yang memperhadapkan mereka dengan rasa malu ini adalah kesetiaan Tuhan dalam memelihara janji-Nya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">8,60), sehingga melalui rasa malu ini mereka dituntun untuk mengingat serta mengenali siapa diri mereka dan bagaimana kondisi mereka di hadapan Tuhan.

Renungkan: Masihkah kita memiliki kesadaran dan kepekaan tentang siapakah diri kita di hadapan kebesaran anugerah Tuhan? Apakah kita secara tidak sadar sedang mengikuti nafsu yang menuntun kita bertindak di luar akal sehat? Bagaimanakah seharusnya kita meresponi seruan Tuhan yang memperhadapkan kita dengan rasa malu?

(0.81) (Yeh 16:53) (sh: Perjanjian kekal yang menumbuhkan rasa malu (Kamis, 30 Agustus 2001))
Perjanjian kekal yang menumbuhkan rasa malu

Pernahkah kita merasa malu dengan masa lalu kita, terlebih lagi jikalau kita membandingkannya dengan anugerah dan kebaikan Tuhan? Inilah bagian dari anugerah yang Tuhan berikan, sebagaimana dapat kita lihat pada bagian ini. Bagian ini berbicara tentang pemulihan yang dikerjakan Tuhan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">53-55) melalui peneguhan perjanjian yang kekal dengan mereka (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">60, 62). Pemulihan yang dikerjakan Tuhan ini menghasilkan rasa malu atas segala perbuatan mereka yang telah memandang ringan ikatan perjanjian dengan Tuhan (ayat 61, 63) yang diikat dengan sumpah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">59, 60), padahal Tuhan dengan setia tetap mengingat perjanjian-Nya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">22, 43, 60). Ini merupakan suatu perjanjian yang baru, dimana Tuhan sendiri akan menebus mereka sehingga terjadi persekutuan yang baru antara Tuhan dan Israel, sebagaimana janji Tuhan bahwa Ia akan menebus umat-Nya (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">63).

Setelah tiba pada akhir pasal ini kita dapat melihat pasal layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">16 ini sebagai berikut: (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1) Dimulai dari dosa diakhiri dengan pemulihan; dan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">2) Diawali dengan pernikahan kemudian diikuti dengan perzinahan, penghukuman, dan pembaharuan ikatan pernikahan. Hal ini menegaskan tema utamanya yang berbicara tentang anugerah Tuhan yang diberikan secara melimpah dan cuma-cuma. Hanya dengan anugerah Yerusalem diselamatkan, dan hanya karena anugerah Yerusalem dipulihkan.

Di dalam anugerah ini kita diampuni dan kesalahan kita dilupakan (Yes. 43:25). Namun hal ini bukanlah berarti bahwa kita tidak lagi memiliki kesadaran tentang keberadaan diri kita yang berdosa. Salah satu bukti adanya anugerah yang bekerja dalam diri kita adalah hadirnya rasa malu terhadap dosa-dosa kita (ayat 61, 63). Kesadaran dan ingatan kita akan masa lalu yang membuat kita sedih dan malu tidaklah selalu merupakan sesuatu yang salah, karena seringkali semakin kita mengenal kasih Tuhan, maka kita menjadi semakin malu terhadap apa yang sudah kita lakukan. Rasa malu seperti inilah yang akan mendorong kita untuk hidup bersih dan menghindari segala kecemaran.

Renungkan: Jika pada masa lalu kita terdapat ingatan yang membuat kita menjadi malu dan sedih, mungkin semuanya itu merupakan bagian dari anugerah Tuhan yang menjaga Anda tetap berada dalam kesetiaan.

(0.81) (Yeh 19:1) (sh: Jalankan peranmu (Senin, 3 September 2001))
Jalankan peranmu

Dalam ratapan pertama, para penguasa Yehuda digambarkan sebagai singa (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1-9). Dalam ratapan kedua, sebagai cabang-cabang pohon anggur (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">10-14). Syair ini merupakan penyesalan karena apa yang terjadi atas bangsa Israel. Bangsa Israel sudah tidak menjadi sebuah bangsa yang diharapkan oleh Allah tetapi justru menjadi batu sandungan bagi bangsa-bangsa lain.

Yehezkiel memakai simbol singa untuk menggambarkan umat Israel, khususnya Yehuda (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">1-2), sedangkan singa muda menggambarkan Yoahas, yang dibelenggu oleh Firaun Nekho setelah Yoahas memerintah selama tiga bulan dan digiring ke Mesir pada tahun 608 sM (ayat 2Raj. 23:31-34). Anak singa lain yang dimaksudkan di sini adalah Yoyakim, adik Yoahas, menggantikannya naik takhta, tetapi kepemimpinannya tidak dibahas di sini karena dia mati sebelum berbuat banyak. Yoyakhin, anak Yoyakim sesudah tiga bulan menjadi raja, ia ditawan oleh Nebukadnezar ke Babel pada tahun 597 sM (ayat 2Raj 24:8-16). Syair ini meratapi bukan hanya induk singa yang dikurung tetapi juga pengeran-pangerannya yang dijadikan tontonan bagi kesenangan para raja Asyur dan khalayak ramai negeri itu (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">8-9).

Dari metafora singa, Yehezkiel beralih ke pohon anggur. Penguasa yang dimaksudkan berikut ini adalah Zedekia, yang dianggap bertanggungjawab terhadap keruntuhan kota Yerusalem, karena kota itu akan terhindar dari kemusnahan, sekiranya menyerahkan diri kepada bangsa Babel (Yer. 38:20-23). Akhirnya sejarah memuat kisah singa yang terpilih dan terlatih, telah dikurung dan ditawan ke Mesir. Pohon anggur yang tadinya amat subur dengan buahnya yang lebat telah layu, kering, bahkan dimakan api. Situasi ini sangat tepat menggambarkan krisis kepemimpinan umat Allah yang bobrok, mengakibatkan bangsa pilihan telah kehilangan kesaksian hidup.

Renungkan: Ratapan ini memberi peringatan kepada gereja agar tetap menjadi bangsa pilihan Allah yang tetap berperan sebagaimana ketetapan Allah. Dalam rancangan skenario Allah setiap kita baik pribadi maupun sebagai Gereja memiliki peran sebagai bangsa pilihan Allah. Wahai Kristen, marilah kita hidup sesuai dengan peran kita, supaya keluarga, tetangga, rekan kerja, dan semua orang mengakui identitas kita sebagai Kristen.

(0.81) (Yeh 20:1) (sh: Komitmen diri (Selasa, 4 September 2001))
Komitmen diri

Bagian ini mengulas tentang fakta sejarah bangsa Israel yang senantiasa berubah setia kepada Allah. Mereka berlaku tidak senonoh dengan berhala hati mereka di hadapan Allah, sehingga Allah jijik terhadap mereka. Dengan tidak segan-segan mereka mempersembahkan anak-anak mereka sebagai korban api (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">17-26). Mereka berlaku tidak setia kepada-Nya dengan perzinahan rohani (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">27-29). Allah membiarkan mereka yang dengan sengaja telah membutakan diri dengan berbakti kepada pohon dan batu (ayat 30- 32), sampai pada waktu Allah memelekkan mata mereka dengan paksa.

Walaupun Allah telah berulang kali memperingatkan Israel, namun mereka tetap tidak mau mengindahkan-Nya sampai kepada generasi Yehezkiel. Karena kebebalan hati Israel maka Allah mendisiplin mereka dengan berbagai hajaran. Disiplin Allah bukan pertanda Allah meninggalkan mereka, tetapi harus dipandang sebagai bentuk komitmen Allah yang kuat untuk mengkonfirmasi bangsa ini bahwa mereka tetap umat-Nya. Justru karena Allah mengasihi umat-Nya, maka Ia mempedulikan mereka dalam bentuk pendisiplinan, supaya mereka mengerti isi hati-Nya. Perwujudan kasih yang sejati dari Allah adalah memadukan metode bimbingan dengan berbagai cara untuk mendisiplin umat-Nya.

Zaman kini terdapat begitu banyak Kristen yang masih bercabang hati di dalam mengikut Dia. Dengan mulut mengaku beriman kepada Tuhan Yesus namun di dalam hatinya ada allah lain. Mereka menyediakan takhta-takhta lain dan menempatkannya lebih tinggi dari Yesus di dalam mahligai hati mereka. Dosa sinkretisme telah diterima sebagai agama baru di dalam masyarakat kita. Seharusnya sikap Kristen sejati adalah menolak kepercayaan campuran ini. Bila Allah hari ini menghajar Kristen yang tidak setia, itu adalah pertanda baik, bahwa Allah masih mempedulikan, masih ada kesempatan bagi kita untuk kembali menapaki jalan yang ditawarkan oleh satu- satunya Jalan, Kebenaran, dan Hidup, yakni Yesus Kristus.

Renungkan: Kristen mungkin tidak melakukan dosa sinkretisme secara rasio, namun bila kenyataannya di hati ada subyek lain yang telah menggeser otoritas Tuhan Yesus dalam hidup Kristen, berhati- hatilah karena Allah akan melakukan pembersihan.

(0.81) (Yeh 20:33) (sh: Disiplin Allah harus diresponi dengan pertobatan (Rabu, 5 September 2001))
Disiplin Allah harus diresponi dengan pertobatan

Keinginan Allah menyatakan kemuliaan-Nya, terlihat lewat tindakan- Nya dengan tangan teracung menghukum bangsa Israel, sekaligus bertindak menjaga kelangsungan hidup mereka (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">33). Kini, Allah akan memulihkan umat-Nya dengan cara-Nya, sehingga umat pilihan Tuhan tidak menyeleweng dari Tuhan dengan memuja ilah lain. Allah akan menggembalakan umat-Nya, supaya mereka mengetahui bahwa Dialah Tuhan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">34-38). Sambil terus mengecam kebusukan perilaku Israel, Tuhan memproklamirkan berita anugerah-Nya, bahwa Ia akan menuntun umat-Nya menuju keluaran yang kedua (Yes. 41:17- 20).

Dalam bagian selanjutnya, tiga kali Tuhan menyuruh Yehezkiel menghadapkan wajahnya ke Selatan (ayat 46). Perintah itu disampaikan kepada nabi-Nya, bukan untuk menyatakan perkenanan-Nya tetapi sebaliknya murka Allah telah berkobar. Hutan Negeb di Selatan akan dibakar oleh Tuhan, bahkan sampai ke Utara akan tertimpa murka yang dahsyat. Tujuan dari hajaran Tuhan bukan untuk memusnahkan, melainkan untuk menyadarkan umat-Nya.

Banyak Kristen tidak lagi beribadah secara rutin di gereja, karena pengkhotbahnya membawakan berita kecaman terhadap dosa. Maka mereka mencari pengkhotbah yang menyampaikan berita pengampunan dosa. Tubuh Kristus yang sehat seharusnya menerima kedua berita ini secara berimbang. Bila di dalam kelana rohani, kita tiba di padang pasir yang kering kerontang, justru saat itulah kita telah mendapat kesempatan yang baik untuk menyelami sumur kasih Allah. Tuhan adalah Sang Guru Agung, yang di dalam setiap momen kehidupan mempunyai sasaran tertentu untuk mendidik setiap pribadi yang telah dipilih dan dikasihi-Nya.

Renungkan: Firman Tuhan yang kita simak hari ini datang menegur kita. Mari kita mengevaluasi diri. Adakah kita bertanggungjawab di dalam proyek yang dipercayakan kepada kita? Apakah kita tulus ketika memberikan persembahan? Adakah dosa pemberontakan yang tersembunyi? Apakah kita telah menyelewengkan visi dan misi gereja? Apakah kita terlibat di dalam penggelapan harta organisasi? Wahai Kristen, angkatlah kepalamu dan lihatlah tangan Allah yang teracung tidak selalu berarti pemberian anugerah, tetapi juga memberlakukan hukum kedaulatan-Nya atas dosa-dosa kita.

(0.81) (Yeh 21:18) (sh: Peta dua jalan (Jumat, 7 September 2001))
Peta dua jalan

Ibarat sebuah medan pertempuran yang tak terhindarkan, Yehezkiel harus menggambar dua jalan yang berpangkal dari satu titik, yakni Babel. Kedua jalan ini semakin menjauh, yang satu menuju Yerusalem dan satunya lagi menuju Raba, ibukota Amon (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">19-20). Raja Babel yakni Nebukadnezar berada di persimpangan jalan. Ia mengocok panah, meminta petunjuk dari terafim, dan menilik hati binatang untuk meramal situasi. Walaupun panah tenungan itu jatuh menunjuk ke Yerusalem namun itu adalah tenungan yang menipu (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">21-23). Tanpa spekulasi manusia, Allah sudah menyediakan penghakiman yang terakhir bagi raja Israel, orang fasik yang durhaka (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">24-25). Sama sekali tidak ada gunanya mengenakan serban dan mahkota, karena hari kemalangannya sudah tiba. Yang rendah harus ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan (Yer. 13:18). Keturunan raja dan negeri Israel harus dijadikan puing sampai kedatangan Sang Mesias (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">26-27). Gaung perjanjian ini sudah digemakan sejak Kej. 49:10, "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda atau pun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa- bangsa".

Bani Amon juga mendapatkan bagian babatan pedang kilat Allah. Paranormal yang bertenung dusta akan mendapatkan sasaran pedang di leher mereka yang fasik dan durhaka (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">28-29). Allah akan mencurahkan api murka-Nya kepada manusia yang menyerahkan diri ke dalam tangan orang-orang yang dungu, yang menimbulkan kemusnahan (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">31). Mereka akan menjadi makanan api, dan darahnya akan tertumpah ke atas tanah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A26&tab=notes" ver="">32). Suatu keadaan tanpa prospek pembaharuan, tidak ada generasi penerus, dan tanpa kenangan. Semuanya terlupakan.

Gambaran peta Allah atas keputusan-Nya ini menjadi peringatan bagi kita semua. Bila murka Allah sudah menyala, tiada satu kuasa pun yang dapat menyurutkan-Nya. Tiada satu benteng atau pun menara kekuatan manusia yang dapat menangkis kegeraman-Nya. Allah selalu menepati apa yang dikatakan-Nya. Penghakiman Allah atas manusia selalu mempunyai alasan yang tepat.

Renungkan: Tiada jalan lain untuk mencegah murka Allah menimpa kita, kecuali bertobat dan berbalik kepada-Nya. Tinggalkan dosa dan hidup dengan benar.

(0.81) (Yeh 23:1) (sh: Dua kekasih hati yang ingkar janji (Senin, 10 September 2001))
Dua kekasih hati yang ingkar janji

Umat Tuhan dilukiskan sebagai dua bersaudara. Samaria yang mewakili Kerajaan Utara disebut Ohola dan Yerusalem yang mewakili Kerajaan Selatan disebut Oholiba. Yehezkiel melukiskan mereka sebagai orang yang tidak setia kepada Allah dan telah berzinah secara rohani karena bersundal dengan bangsa-bangsa lain. Persundalan di sini menunjuk kepada usaha Israel dan Yehuda untuk bersekutu dengan bangsa-bangsa kafir, daripada mengandalkan Allah sebagai sumber kekuatan dan perlindungan.

Israel pada mulanya mengadakan persekutuan dengan Asyur (ayat 2Raj. 15:19-29) dan kemudian dengan Mesir (ayat 2Raj. 17:3-6); akhirnya mereka mulai beradaptasi dengan budaya kafir dan menghalalkan ibadah berhala. "Adiknya", Yehuda kemudian meniru kakaknya, melakukan hal yang sama (ayat 2Raj. 24:1). Bahkan tingkah laku umat Tuhan ini sempat membuat risih penduduk bangsa kafir yang tidak mengenal Tuhan. Sungguh, Tuhan tidak tahan melihat kebebalan Israel dan Yehuda, ibarat dua kekasih hati-Nya yang tidak setia. Kebebalan umat Tuhan sedemikian tebal hingga mereka tidak gentar walaupun hukuman sudah dijatuhkan kepada kakaknya.

Ketika kehidupan manusia telah mencapai ambang ketidakgentaran terhadap peringatan Tuhan, maka ibarat pengemudi, ia sedang menuruni tebing terjal tanpa rem. Selagi rambu-rambu firman masih dapat ditanggapi, berarti masih tersedia harapan bagi kita untuk memalingkan diri dari jalan yang salah, yang menuju maut. Namun seringkali kita mengabaikan rambu-rambu firman Tuhan karena terlanjur menikmati indahnya menuruni tebing atau kehidupan menuruni tebing telah menjadi kebiasaaan sehari-hari.

Pemberian identifikasi Tuhan kepada orang percaya, yang diibaratkan sebagai kekasih hati, bahkan sebagai mempelai-Nya seharusnya membuat kita malu bila dandanan fisik maupun rohani kita tidak sesuai dengan status kita yang begitu mulia.

Renungkan: Bagaimanakah Anda menghias diri Anda hari ini? Adakah unsur ke- cuek-an Yehuda dan Israel yang Anda adopsi di dalam menjalani kehidupan Anda sehari-hari? Andakah kekasih hati Allah yang telah ingkar janji, ingkar ikrar, atau ingkar nazar? Hentikanlah coreng- moreng pada dandanan Anda, sebelum tetangga Anda risih melihatnya.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA