Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu<x id="m" /> akan penderitaan yang kami alami<x id="n" /> di Asia Kecil.<x id="o" /> Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami<n id="1" />.

Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri,<x id="g" /> sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?

Dan justru itulah maksud suratku<x id="z" /> ini, yaitu supaya jika aku datang, jangan aku berdukacita<x id="a" /> oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab aku yakin<x id="b" /> tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu.

Aku menulis kepada kamu<x id="c" /> dengan hati yang sangat cemas dan sesak<n id="1" /> dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.

Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh<x id="w" /> oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian<x id="x" /> yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.

Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.<x id="r" /> Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Bukan hanya oleh kedatangannya saja, tetapi juga oleh penghiburan yang dinikmatinya di tengah-tengah kamu. Karena ia telah memberitahukan kepada kami tentang kerinduanmu, keluhanmu, kesungguhanmu untuk membela aku, sehingga makin bertambahlah sukacitaku.

Sebab itu, jika aku telah menulis surat kepada kamu,<x id="y" /> maka bukanlah oleh karena orang yang berbuat salah,<x id="z" /> atau oleh karena orang yang menderita perbuatan salah, melainkan supaya kerelaanmu terhadap kami menjadi nyata bagi kamu di hadapan Allah.

Aku memegahkan kamu<x id="b" /> kepadanya, dan kamu tidak mengecewakan aku. Kami senantiasa mengatakan apa yang benar kepada kamu, demikian juga kemegahan kami di hadapan Titus<x id="c" /> sudah ternyata benar.

Aku, Paulus,<x id="a" /> seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu<n id="1" /> demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.<x id="b" />

Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri.<x id="s" /> Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri<n id="1" /> dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!

Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan<n id="1" /> dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.<x id="i" />

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: <span class="red">"Cukuplah kasih karunia-Ku<x id="g" /> bagimu<n id="1" />, sebab justru dalam kelemahanlah<x id="h" /><x id="i" /> kuasa-Ku<x id="j" /> menjadi sempurna."span> Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Sesungguhnya sekarang sudah untuk ketiga kalinya<x id="u" /> aku siap untuk mengunjungi kamu, dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orang tuanya,<x id="v" /> melainkan orang tualah untuk anak-anaknya.<x id="w" />

Itulah sebabnya sekali ini aku menulis kepada kamu ketika aku berjauhan dengan kamu, supaya bila aku berada di tengah-tengah kamu, aku tidak terpaksa bertindak keras<x id="h" /> menurut kuasa yang dianugerahkan Tuhan kepadaku untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan.<x id="i" />