Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 147 ayat untuk batas (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17) (Mat 5:27) (sh: Kristen dan kemerosotan moral masyarakat (Jumat, 5 Januari 2001))
Kristen dan kemerosotan moral masyarakat

Sehari- harinya masyarakat Indonesia disuguhi sinetron- sinetron yang bertemakan perselingkuhan, seks bebas, pengagungan harta, dan kekerasan, demi tercapainya suatu tujuan; perempuan muda dengan pakaian super ketat di jalanan dan situs pornografi di internet; fakta pelecehan hukum demi melindungi kepentingan penguasa dan orang kaya: orang yang salah menjadi benar; dan penindasan rakyat kecil demi keuntungan bisnis. Semua itu membuat hal-hal yang tabu menjadi halal. Tindakan main hakim sendiri dan demonstrasi yang destruktif dipilih sebagai sarana pelampiasan hidup yang tertindas. Kemerosotan moral telah melanda masyarakat.

Kristen sebagai garam dan terang dunia harus mempunyai kualitas moral sesuai standar Allah, karena itu Kristen harus menolak segala bentuk dosa secara radikal (ayat 29-30). Dalam hukum masyarakat, berzinah adalah dosa sebab ia menggunakan orang lain hanya sebagai obyek seks. Bagi Allah imajinasi seksual pun termasuk zinah sebab ia memandang orang hanya sebagai obyek seksual. Padahal Kristen harus memandang manusia sebagai pribadi yang berharga. Perceraian yang disahkan secara hukum sebenarnya adalah penyimpangan terhadap ketetapan Allah dan pengkhianatan janji kesetiaan antara suami istri. Dalam masyarakat dimana hukum dilecehkan dan penguasa sulit dipercaya, kejujuran Kristen dalam perkataan harus tetap ditegakkan. Bagi Kristen, perkataan adalah hutang yang harus dibayar. Walaupun prinsip mata ganti mata dalam PL menetapkan batas pembalasan sebagai peraturan yang adil. Namun standar Yesus adalah tidak memperlakukan orang lain berdasarkan apa yang adil namun berdasarkan apa yang baik. Bahkan Kristen harus mengasihi musuhnya dan berdoa bagi mereka yang menganiaya, seperti Allah juga memberikan berkat kepada orang jahat (ayat 45). Dengan kata lain Kristen harus meneladani Allah.

Renungkan: Kemerosotan moral dalam masyarakat bukan merupakan peluang bagi Kristen untuk berkompromi ataupun merendahkan standar moralnya. Sebaliknya Kristen harus semakin giat memperlihatkan kepada masyarakat standar moral yang sesuai dengan kehendak Allah melalui kehidupan Kristennya, agar masyarakat sadar bahwa apa yang disuguhkan kepada mereka bukan sesuatu yang wajar dan biasa, namun suatu dosa yang dibenci Allah.

(0.17) (Mat 13:24) (sh: Kebaikan dan kejahatan. (Minggu, 8 Maret 1998))
Kebaikan dan kejahatan.

Di daerah Galilea tumbuh semacam lalang yang daunnya hampir sama dengan daum gandum; tetapi bulir lalang itu sangat berlainan dengan bulir gandum; dan orang baru dapat membedakan antara lalang dan gandum ketika gandum dan lalang itu mulai berbulir (ayat 26). Para petani menyebut lalang itu musuh karena mengganggu pertumbuhan gandum. Celakanya, bulir lalang yang mengandung zat beracun itu selalu tumbuh bersama gandum. Namun dalam perumpamaan itu lalang tersebut dibiarkan tumbuh bersama gandum. Apa maksud Yesus memakai perumpamaan ini? Selama firman Tuhan masih ditaburkan di dunia, selama itu pula Iblis terus berusaha menghancurkannya. Artinya, kebaikan itu akan terus bersama-sama dengan kejahatan. Tetapi bila saat menuai tiba, gandum akan dipisahkan dari lalang. Lalang akan diikat berberkas-berkas lalu dibakar. Fokus pengajaran Yesus melalui perumpamaan ini ialah penghakiman akhir. Yesus Kristus sendiri yang akan memisahkan gandum dari lalang, kebaikan dari kejahatan. Gereja Tuhan adalah benih gandum yang tumbuh hasil taburan tuan pemiliknya, Yesus Kristus. Tetapi meskipun Gereja Tuhan adalah hasil karya penebusan-Nya, Iblis tidak tinggal diam. Ia juga menabur benih yang membuat gereja Tuhan terisi orang-orang yang bukan umat sejati. Artinya, gereja Tuhan tidak terlepas dari kenyataan bahwa ada dua sifat manusia yang tak dapat dihindarkan hadir di dalamnya, yaitu manusia baik dan jahat.

Setialah! Inti pengajaran Yesus dalam perumpamaan ini menuntut Kristen untuk waspada dan berhati-hati. Dalam situasi dan keadaan tertentu mungkin sulit membedakan mana teman, mana lawan; mana yang beriman sejati, mana yang beiman semu. Namun itu hanya sampai batas tertentu. Sebab yang pasti kelak dalam penghakiman-Nya, semua dibukakan. Karena itu setialah!

Renungkan: Kesetiaan pada firman Allah berdampak positif dalam kehidupan beriman. Daya ilahi akan mendorong kita untuk bertumbuh, berkembang, dan membawa pengaruh baik ke sekitar.

(0.17) (Mat 13:24) (sh: Mengapa kejahatan tidak berkurang? (Rabu, 2 Februari 2005))
Mengapa kejahatan tidak berkurang?

Yesus memberitakan kedatangan Kerajaan Surga. Tetapi mengapa kejahatan tidak berkurang, malah semakin merajalela? Inilah yang Yesus jelaskan melalui perumpamaan lalang dan gandum. Di sini kita menjumpai tiga pokok ajaran.

Pertama, penaburan benih baik. Ketika Anak Manusia berada di dunia, Ia menabur benih yang baik yaitu anak-anak Kerajaan Surga. Kedua, penaburan benih jahat. Musuh menabur benih jahat yakni anak-anak si jahat (ayat 38). Ketiga, benih baik dan benih jahat dibiarkan tumbuh bersama. Namun, pertumbuhan keduanya memiliki batas. Ada waktu penuaian, saat keduanya akan dipisahkan. Penuai-penuai yakni malaikat akan memisahkan gandum dan lalang pada akhir zaman. Gandum bersama Anak Manusia, sementara lalang dikumpulkan untuk dibakar dalam api (ayat 40-43).

Jelas terlihat bahwa Kerajaan Surga tidak mungkin terdiri dari dua jenis manusia yang bertolak belakang, manusia jahat dan manusia baik. Perumpamaan ini mengajarkan adanya tahapan-tahapan karya Allah dalam mewujudkan kerajaan-Nya. Tahapan-tahapan itu terkait dengan tindakan Allah dalam sejarah manusia. Pada awalnya benih kerajaan itu ditaburkan melalui hidup serta karya Yesus. Sementara benih Kerajaan Surga tumbuh, tumbuh juga benih kejahatan yang dilakukan si musuh (ayat 28). Meski demikian, pada saat penghakiman kelak keduanya akan dipisahkan. Pada saat itulah kejahatan akan dimusnahkan, dan benih kerajaan yang sudah matang akan dituai. Jadi, sampai kedatangan Yesus kelak, benih Kerajaan Surga masih harus bertahan di tengah-tengah berbagai manifestasi jahat si musuh. Gereja Tuhan yang hidup di tengah-tengah dunia berdosa, menghadapi tantangan dan godaan besar untuk kompromi bahkan kehilangan iman. Syukur kepada Tuhan saatnya akan tiba, kejahatan akan dimusnahkan.

Ingat: Hari penghakiman pasti akan tiba. Jangan frustrasi oleh fakta merajalelanya kejahatan. Bertekunlah dalam kebenaran sampai pembenaran kita dinyatakan di Hari itu.

(0.17) (Mat 24:15) (sh: Penyesat dan mukjizat (Kamis, 29 Maret 2001))
Penyesat dan mukjizat

Percayakah Anda bila ada seorang yang memiliki kemampuan luar biasa: menyembuhkan, mengajar, berbahasa roh, mengusir setan, dan memimpin sebuah KKR, kemudian ia mengaku sebagai mesias? Apakah hal-hal ini yang menandai bahwa dialah Yesus Anak Allah? Sama sekali tidak cukup mewakili!

Memang tidak dapat disangkali bahwa para mesias atau nabi palsu dapat melakukan tanda-tanda ajaib dan mukjizat- mukjizat yang dapat menarik perhatian dan iman seseorang. Zaman akhir ini semakin banyak bermunculan berita yang sempat menghebohkan, membingungkan, menguatirkan, dan menantang kesetiaan iman orang percaya. Sepertinya apa yang diungkapkan para penyesat layak dipercaya dan diikuti. Banyak orang telah rela mengorbankan hidupnya mati sia-sia bersama sang pemimpin yang nampaknya rohani, suci, dan berhikmat. Namun sesungguhnya para pemimpin ini sendiri tidak jelas untuk apa atau siapa mereka berkorban dan dengan tujuan apa. Mengingat betapa simpang-siurnya kedatangan mesias yang disalahgunakan para penyesat, maka Yesus mengingatkan para murid-Nya dan Kristen masa kini untuk waspada dan tidak mudah diombang-ambingkan. Ia tidak menginginkan seorang pun Kristen yang gagal mempertahankan imannya karena beralih kepada perkataan para penyesat.

Namun di lain pihak, Pembinasa keji, seperti dinyatakan dalam Kitab Daniel, akan menyatakan penghukuman-Nya. Saat ini adalah saat penyiksaan yang berat, sampai dikatakan bahwa batas waktu yang ditetapkan hanya karena mengingat keselamatan orang-orang percaya (22). Tidak seorang pun tahan menghadapi penghukuman-Nya yang dahsyat dan mengerikan, akibat dosa manusia yang menumpahkan murka Allah.

Saat akhir ini bertujuan menguji iman Kristen. Bagaimana Kristen menghadapinya? Tak ada kuasa dalam diri kita yang memampukan kita bertahan dan setia, hanya Allah yang berdaulat dan berkuasa yang sanggup membawa kita ke jalan kemenangan dan kehidupan kekal. Maukah kita tetap berpegang senantiasa kepada pengharapan ini?

Renungkan: Doa adalah kunci utama menghadapi para penyesat dan jangan takut karena yang memastikan pengharapan adalah Allah yang menguasai dan mengontrol segala sesuatu. Ia tidak pernah membiarkan kita tersesat.

(0.17) (Yoh 1:10) (sh: Apakah artinya percaya pada Yesus? (Senin, 24 Desember 2001))
Apakah artinya percaya pada Yesus?

Apakah akibat jika seseorang percaya pada Yesus? Kata kerja 'menerima' (ayat 12) dengan jelas mengungkapkan hubungan pribadi dengan Yesus. Inilah artinya percaya pada Yesus. Yang diterima bukanlah suatu ajaran atau sistem keagamaan saja, melainkan juga seorang Pribadi. Percaya bukanlah sekadar persetujuan terhadap suatu dogma. Percaya bukan hanya berarti menjadi anggota gereja. Percaya tidak sekadar bersifat kognitif atau pengetahuan. Yang menjadi esensi, percaya berarti memiliki relasi dengan Yesus. Hubungan dengan Yesus bersifat pribadi dan dinamis. Yesus adalah objek iman.

Percaya pada Yesus membawa akibat yang luar biasa! Orang yang percaya pada Yesus diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah (ayat 12). Siapa saja yang dapat menjadi anak-anak Allah? Istilah 'semua orang' dalam ayat 12 dengan jelas menunjuk ruang tanpa batas. Apakah kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, kulit putih atau hitam, semuanya dapat percaya pada Yesus. Tidak ada batasan gender atau suku untuk menjadi anak-anak Allah.

Menerima atau percaya pada Yesus merupakan tindakan aktif manusia. Dengan perkataan lain, percaya adalah perbuatan manusia. Namun, percaya juga merupakan pemberian Allah (ayat 13). Ketika manusia dapat percaya pada Yesus, itu adalah tanda bahwa ia telah dilahirkan dari Allah. Dengan perkataan lain, percaya adalah pekerjaan Allah. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa percaya pada Yesus bukan semata-mata pekerjaan manusia, melainkan juga pekerjaan Allah. Keseimbangan dalam melihat kedua perspektif tersebut harus dipertahankan. Jadi, meskipun percaya pada Yesus adalah perbuatan manusia, namun Allahlah yang mengakibatkan manusia dapat percaya dan menjadi anak-anak Allah.

Renungkan: Orang yang menyebut diri Kristen dapat saja memiliki rasa dan tindakan keagamaan yang kuat. Namun demikian, kesejatian kekristenan ditentukan terutama oleh kepercayaan pada Yesus di dalam hubungan pribadi dengan Dia. Sudahkah Anda sungguh- sungguh menyerahkan diri kepada Yesus, menerima-Nya sebagai Juruselamat dan Tuhan? Hiduplah sebagai murid-Nya yang sejati!

PA 7: Obaja 10-16

Kita dapat menganggap bahwa hardikan Obaja kepada bangsa Edom berkaitan dengan peristiwa yang tercatat dalam 2Raj. 8:20-22 dan 2Taw. 21:8-10. Sebagaimana Esau membenci Yakub setelah Yakub "mencuri" hak kesulungannya (Kej. 27:41), bangsa Edom pun menginginkan kecelakaan Israel (Bil. 20:14-21). Dendam ini pula yang membuat Edom memberontak melawan kerajaan Yehuda. Lepasnya Edom dari Yehuda menggenapi nubuatan Ishak (Kej. 27:39-40). Maka, datanglah Obaja menghardik bangsa Edom. Obaja 10-16 mencakup 3 alasan mengapa Edom harus dihukum dan pernyataan murka Allah kepada Edom. Melalui bagian ini, keadilan Tuhan dinyatakan secara sempurna.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa kesalahan Edom yang pertama terhadap bangsa Israel (ayat 10)? Lihat pula Am. 1:11-12. Bagaimana kesalahan tersebut dikaitkan dengan sikap Israel terhadap bangsa Edom (lihat Ul. 2:4-5; 23:7-8)? Apa yang membuat dosa Edom begitu memalukan dan berakibat fatal? Kaitkan dengan Kej. 17, 25-29, 32-33!

2. Apa kesalahan Edom yang kedua terhadap bangsa Israel (ayat 11)? Kaitkan dengan Luk. 10:25-36! Apakah Edom melakukan kesalahan secara aktif atau pasif? Apa yang dapat Anda pelajari mengenai sikap pasif?

3. Apa kesalahan Edom yang ketiga terhadap bangsa Israel (ayat 12-14)? Ada berapa kali frasa "pada hari . . . " diulang? Apa kira-kira maksud pengulangan tersebut (kaitkan dengan masalah "kesementaraan")? Apakah sikap bangsa Edom dapat disebut "takabur"? Mengapa?

4. Apa yang dimaksud dengan "hari TUHAN" (ayat 15a)? Lihat juga Yes. 2:12-21. Prinsip apa yang menjadi kunci bagi penghukuman Edom (ayat 15b)? Kaitkan dengan Kel. 21:24-25.

5. Apa perbedaan antara kata "minum" yang pertama dan kedua/ketiga dalam ayat 16? Kaitkan dengan kemenangan Edom (untuk kata yang pertama), dan cawan murka Allah (untuk kata yang kedua/ketiga)!

Bagaimana Anda menerapkan pelajaran firman Tuhan ini dalam konteks Indonesia, melihat bahwa masih terjadi konflik berisu SARA di mana-mana? Apakah yang akan Anda lakukan sebagai Kristen?

(0.17) (Yoh 13:36) (sh: Mewujudkan kasih (Jumat, 15 Maret 2002))
Mewujudkan kasih

Pernyataan Yesus bahwa Ia akan pergi mengganggu pikiran Petrus. Melihat pernyataannya bahwa ia sedia mati bagi Yesus (ayat 37), mungkin motifnya bertanya (ayat 36) adalah karena ia ingin pergi bersama Yesus, sebagai wujud dari kasihnya kepada Yesus. Bukan saja Yesus tidak menjawab pertanyaan tersebut, Yesus malah menyatakan bahwa Petrus tidak dapat pergi bersama-Nya. Tidak bisa atau tidak boleh? Bukan tidak boleh sebab Tuhan tidak melarangnya. Petrus tidak bisa pergi ke tempat Yesus pergi terutama disebabkan oleh ketidaksiapan Petrus sendiri. Yesus sudah tahu bahwa sebaliknya dari setia sampai mati mengikuti Yesus, Petrus kelak akan menyangkali Dia. Tetapi, karena anugerah Allah, ketidakmampuan mewujudkan kasih kepada Tuhan Yesus ini hanya terjadi sementara saja. Akan datang saat ketika Petrus akan bersama-sama dengan Yesus sesudah Yesus bangkit, dan Petrus menerima Roh Kudus memenuhi hidupnya, dan kelak kekal di surga.

Setelah mendengar ucapan Yesus yang membedah keadaan secara radikal, Petrus bukannya menerima, tetapi malah menonjolkan kekuatan kemauannya sendiri. Petrus menegaskan kasih yang berasal dari kekuatan kemauannya sendiri. Kasih sedemikian, meski dalam batas tertentu baik, tidak cukup untuk mengikuti Yesus. Andaikan pun Petrus tidak akan menyangkali Yesus lalu mati bagi Yesus seperti yang diucapkannya waktu itu (ayat 37), itu tidak berasal dari kasih Ilahi, melainkan lahir dari kemauan sendiri untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi murid yang baik. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Petrus dan para murid lainnya mencampuradukkan motif kemuridan dengan keinginan diri masing- masing. Ketaatan dan ketergantungan kepada Tuhan jelas bukan hal yang utama di dalam diri mereka saat itu.

Meski menyakitkan bagi telinga dan hati Petrus, jawaban Yesus adalah anugerah. Memang ucapan itu adalah nubuat tentang kegagalan yang Petrus akan buat, tetapi peringatan itu keluar dari kasih kekal Tuhan yang kelak memulihkan dan memungkinkannya untuk mewujudkan kasih kepada Yesus secara benar.

Renungkan: Sumber kekuatan untuk setia dan mengasihi Tuhan tidak terletak pada sifat kodrati kita, tetapi pada Tuhan yang akan menolong kita tahap demi tahap.

(0.17) (Kis 12:18) (sh: Akhir kehidupan seorang diktator (Kamis, 10 Juli 2003))
Akhir kehidupan seorang diktator

Kekuasaan ada batasnya. Selama hidup Herodes telah banyak menyebarkan ketakutan dan bencana ketimbang ketentraman dan kedamaian di dalam kerajaannya. Nyawa manusia begitu murah tidak ada harganya apa-apa. Pengawal-pengawal yang menjaga Petrus dibunuh karena Petrus lolos dari penjara. Semua orang harus takluk dan taat kepada sang raja. Bahkan ia diangkat ke atas melampaui tahta yang di dudukinya, karena rakyat menganggap bahwa suara Herodes adalah suara Allah. Tekanan bertubi-tubi membuat manusia tidak lagi mengenal batas. Membuat manusia tidak lagi peka membedakan kekuasaan Allah dan kekuasaan manusia, sehingga tidak lagi memiliki kesadaran tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal tidak boleh dilakukan. Kekuasaan dan sanjungan bertubi-tubi juga membuat manusia berada di tempat yang paling rawan. Herodes menjadi tidak hormat dan tunduk pada Allah. Justru ia ingin merebut wilayah dan kekuasan Allah. Apa yang terjadi? Seketika itu juga malaikat Tuhan menamparnya, dan akhirnya mati dimakan cacing-cacing. Itulah akhir kehidupan seorang diktator.

Besarnya kekuasaan atau pengaruh seseorang dalam gereja tidak akan pernah dapat membatasi kehadiran Allah. Herodes bisa mati, kebesaran manusia harus berakhir, tetapi firman Allah tetap tersebar dan bertumbuh di segala tempat. Firman Allah tidak akan berakhir. Kebesaran dan kejayaan manusia bisa berakhir. Tetapi kejayaan dan kekuasaan firman Allah akan terus bertumbuh, selalu baru, dan aktual.

Renungkan: Ketika Herodes menyebarkan bencana dan ketakutan, maka firman Allah menyebarkan damai dan cinta kasih kemana-mana tempat. Itulah sebuah kebenaran yang memberikan ketenangan hati bagi setiap orang yang di cengkeram oleh tirani dan kesewenangan.

(0.17) (Ef 1:11) (sh: Menjadi umat Allah (Sabtu, 5 Oktober 2002))
Menjadi umat Allah

Siapakah umat Allah itu? Paulus menegaskan bahwa umat Allah terdiri dari etnis Yahudi dan juga etnis nonYahudi. Hal ini dijelaskan Paulus dengan mempergunakan pronomia ‘kami dan kamu’. Pronomina ‘kami’ menunjuk pada etnis Yahudi dimana Paulus adalah anggotanya. Sementara pronominal ‘kamu’ menunjuk pada semua etnis di luar etnis Yahudi. Paulus menulis ‘di dalam Dialah kami ... supaya kami (ayat 11, 12). Kemudian Paulus menulis ‘di dalam Dia kamu juga’ (ayat 13). Kedua etnis yang berbeda sekarang tidak hanya memiliki dasar yang sama yakni Yesus Kristus (ayat 11,13), tetapi juga sama-sama berada dalam Kristus, memiliki warisan yang sama dan Roh Kudus yang sama (ayat 14). Keduanya menjadi satu umat Allah.

Sekarang pertanyaannya bagaimana menjadi umat Allah? Paulus menyebut dua hal yang kelihatannya bertolak belakang. Pertama, kehendak Allah (ayat 5,9,11). Manusia dari segala etinis menjadi umat Allah karena dan oleh kehendak Allah. Persatuan dua etnis yang bertentangan bukanlah keinginan atau hasil usaha manusia. Kedua, pemberitaan Injil (ayat 13). Tanpa pemberitaan Injil iman tidak mungkin lahir. Jika tidak ada yang memberitakan Injil tidak mungkin etnis Yahudi dan nonYahudi memiliki iman pada Yesus. Injil ini disebut Paulus sebagai Injil keselamatan (ayat 13). John Stott dengan indah merumuskan relasi kehendak Allah dan pemberitaan Injil: “Pemberitaan Injil adalah satu-satunya sarana yang ditetapkan Allah dalam melepaskan manusia dari kebutaan dan perbudakan mereka yang dipilih-Nya dalam Kristus sebelum dunia dijadikan, membebaskan mereka untuk percaya pada Yesus, dan dengan demikian kehendak-Nya terjadi”. Jelas bahwa memberitakan Injil berarti memberlakukan kehendak Allah. Juga memberitakan Injil menghasilkan persekutuan umat manusia menurut cara yang tidak dapat dibuat oleh usaha-usaha manusia.

Renungkan: Jika umat Allah melintasi semua batas etnis, mengapa di dalam gereja masih dipisahkan tembok etnis? Jika Kristus telah merubuhkan tembok etnis, mengaja gereja justru melakukan tindakan sebaliknya?

(0.15) (Kej 1:26) (full: BERFIRMANLAH ALLAH, "BAIKLAH KITA". )

Nas : Kej 1:26

Ungkapan ini mengandung suatu implikasi awal mengenai Allah tritunggal. Penggunaan bentuk jamak "kita" menunjukkan adanya kejamakan di dalam diri Allah (bd. Mazm 2:7; Yes 48:16). Penyataan mengenai ketritunggalan Allah baru menjadi jelas dalam PB

(lihat cat. --> Mat 3:17;

lihat cat. --> Mr 1:11).

[atau ref. Mat 3:17; Mr 1:11]

(0.15) (Kel 32:11) (full: MUSA MENCOBA MELUNAKKAN HATI TUHAN. )

Nas : Kel 32:11

Doa syafaat Musa bagi umat Israel (ayat Kel 32:11-14) menunjukkan bahwa Allah menjawab doa-doa para hamba-Nya yang setia dan membiarkan mereka berperan serta dalam tujuan-tujuan dan keputusan-keputusan-Nya mengenai penebusan.

  1. 1) Jelas sekali bahwa Allah ingin membinasakan umat pemberontak itu (ayat Kel 32:10). Namun Musa, yang bertindak sebagai perantara di antara Tuhan dengan umat itu, dengan sungguh-sungguh memohon syafaat supaya melunakkan hati Allah sehingga mengubah maksud-Nya.
  2. 2) Karena doa Musa yang sungguh-sungguh, Tuhan menaruh belas kasihan (ayat Kel 32:14;

    lihat cat. --> Yak 5:16;

    [atau ref. Yak 5:16]

    lihat art. DOA SYAFAAT).

  3. 3) Kebenaran akbar yang ditekankan di sini ialah bahwa Allah menjadikan hamba-hamba-Nya rekan sekerja (1Kor 3:9). Ia menunjuk mereka sebagai perantara dan juru syafaat bagi yang terhilang

    (lihat cat. --> Rom 9:2),

    [atau ref. Rom 9:2]

    dan sampai batas tertentu nasib orang yang nyaris binasa ada di tangan mereka

    (lihat cat. --> Mat 9:38).

    [atau ref. Mat 9:38]

    Jadi, Allah telah menetapkan bahwa doa syafaat yang sungguh-sungguh dari orang yang benar dapat menggerakkan hati-Nya untuk mengubah maksud-Nya yang sementara dan mendatangkan penebusan bukannya hukuman (bd. Yeh 22:30). Doa sungguh-sungguh mengubahkan keadaan (bd. Mazm 106:44-45; Yer 18:8; 26:3,13,19; Am 7:2-6; Yun 3:10;

    lihat art. DOA SYAFAAT).

  4. 4) Allah tidak mengabaikan doa syafaat seorang hamba yang setia selama harapan akan penebusan masih tetap ada. Syafaat akan ditolak Allah hanya apabila dosa sudah mencapai puncaknya (bd. Yer 15:1; Yeh 14:14,16).
  5. 5) Merupakan rahasia yang tak terselami bahwa Allah dapat diyakinkan oleh doa syafaat manusia yang serba lemah untuk mengubah tindakan yang telah dinyatakan dan berbalik dari murka kepada pengampunan. Allah bukanlah oknum ilahi yang tak berperasaan atau takdir yang tegar, tetapi Allah berkepribadian yang senang digerakkan oleh kasih, iman, dan doa umat-Nya yang setia

    (lihat art. PEMELIHARAAN ALLAH).

(0.15) (1Yoh 5:19) (full: SELURUH DUNIA BERADA DI BAWAH KUASA SI JAHAT. )

Nas : 1Yoh 5:19

Kita tidak akan pernah memahami PB dengan memadai kecuali kita mengenali keyakinannya yang mendasar bahwa Iblis adalah penguasa dunia ini. Dia adalah si jahat dan kuasanya mengatur zaman yang jahat ini (bd. Luk 13:16; 2Kor 4:4; Gal 1:4; Ef 6:12; Ibr 2:14;

lihat cat. --> Mat 4:10;

[atau ref. Mat 4:10]

lihat art. KERAJAAN ALLAH).

  1. 1) Alkitab tidak mengajarkan bahwa Allah kini menguasai langsung dunia yang tidak beriman termasuk orang yang berdosa, kejahatan, kekejaman, dan ketidakadilan. Allah sama sekali tidak menginginkan atau menyebabkan penderitaan di dalam dunia, dan segala sesuatu yang terjadi juga bukan merupakan kehendak-Nya yang sempurna (lih. Mat 23:37; Luk 13:34; Luk 19:41-44;

    lihat art. KEHENDAK ALLAH).

    Alkitab menunjukkan bahwa sekarang ini dunia tidak berada di bawah kekuasaan Allah, tetapi sedang memberontak terhadap pemerintahan-Nya dan diperbudak oleh Iblis. Oleh karena keadaan inilah Kristus datang untuk mati (Yoh 3:16) dan untuk mendamaikan dunia dengan Allah (2Kor 5:18-19). Jangan sekali-kali kita memakai pernyataan "Allah sedang menguasai segala sesuatu" untuk membebaskan diri kita dari tanggung jawab untuk berjuang melawan dosa, kejahatan dan kesuaman rohani.
  2. 2) Akan tetapi, pada batas tertentu Allah juga berkuasa atas dunia yang jahat ini. Allah berdaulat, dan karena itu segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya yang mengizinkan dan pengawasan-Nya, atau kadang-kadang melalui campur tangan-Nya secara langsung sesuai dengan maksud-Nya. Sekalipun demikian, pada saat ini dalam sejarah, Allah telah membatasi kuasa dan pemerintah-Nya yang agung atas dunia ini. Namun pembatasan diri ini hanya bersifat sementara, karena pada saat yang sudah ditentukan oleh hikmat-Nya Dia akan memusnahkan Iblis dan semua kejahatan (pasal Wahy 19:1-20:15). Baru pada saat itulah, "Pemerintah atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya" (Wahy 11:15).
(0.15) (Mrk 16:9) (jerusalem) Bagian penutup Markus ini pasti termasuk ke dalam Kitab Suci dan diinspirasikan. Ini belum berarti bahwa ayat-ayat ini juga dituliskan oleh Markus. Dan sangat diragukan apakah sungguh-sungguh termasuk ke dalam injil, sebagaimana digubah oleh Markus. Memang ada kesulitan besar timbul dari keadaan naskah-naskah yang memuat Markus. Beberapa naskah, antara lain naskah yang paling penting, Vatikanus dan Sinaitikus, tidak memuat bagian penutup ini. Ada juga beberapa naskah yang memuat bagian penutup lebih pendek, seperti dalam terjemahan ini disajikan (lihat catatan di atas). Ada empat naskah yang menyajikan berturut-turut bagian penutup pendek dan bagian penutup panjang (Mar 16:9-20). Akhirnya ada satu naskah yang menyajikan bagian penutup panjang tetapi menyisipkan antara Mar 16:14 dan Mar 16:15 sisipan ini: Dan untuk membela dirinya mereka mengatakan: Dunia kejahatan dan ketidakpercayaan ini adalah di bawah kekuasaan Iblis(?). (Iblis) tidak mengizinkan bahwa apa yang di bawah roh-roh najis menangkap kebenaran dan kekuasaan Allah. Maka hendaklah sekarang menyatakan kebenaran(Mu). Begitu mereka berkata-kata (kepada Kristus). Dan (Kristus) menjawab: batas tahun-tahun kekuasaan Iblis sudah genap, tetapi lain-lain hal yang mendahsyatkan sudah dekat. Dan Aku diserahkan kepada maut bagai mereka yang berdosa, supaya mereka berbalik kepada kebenaran dan tidak berdosa lagi, dan begitu mendapat warisan di sorga yaitu kemuliaan kebenaran kebenaran yang rohani dan tidak jatuh binasa. Kutipan-kutipan pada para pujangga Gereja juga agak kacau dan sedikit tidak keruan. Boleh ditambahkan juga bahwa antara Mar 16:8 dan Mar 16:9 cerita terputus. Dari lain pihak sukar dapat diterima bahwa injil yang asli sungguh-sungguh dengan tiba-tiba berhenti dengan Mar 16:8. Karenanya sementara ahli mengandaikan bahwa bagian penutup asli hilang, entah karena apa. Maka orang menggubah bagian penutup yang sekarang ada Mar 16:9-20). Bagian ini merupakan ringkasan cerita-cerita tentang penampakan Yesus, dan gaya bahasa ringkasan ini berbeda sekali dengan gaya bahasa Markus. Namun demikian, bagian penutup yang sekarang ada (Mar 16:9-20) sudah dikenal dalam abad II Mas oleh Tatianus dan Ireneus. Inipun terdapat dalam kebanyakan naskah Yunani dan naskah-naskah terjemahan. Tidak dapat dibuktikan bahwa penggubahnya Markus, tetapi menurut Swete bagian penutup ini merupakan peninggalan sejati dari angkatan Kristen yang pertama.
(0.15) (1Raj 4:21) (sh: Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan...? (Selasa, 1 Februari 2000))
Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan...?

Apa yang paling Anda inginkan dari Anda untuk diingat orang lain, setelah Anda meninggal nanti? Mungkin akan muncul berbagai jawaban: kebaikan, kesalehan, kepandaian ataupun kekayaan. Setelah Salomo meninggal, yang paling diingat oleh manusia sepanjang zaman adalah kebesarannya, kekayaannya, kepandaiannya, istri dan gundik yang banyak.

Wilayah kekuasaan Salomo begitu besar, mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai tapal batas Mesir. Tidak hanya itu, bangsa-bangsa lain pun memberi upeti kepada Salomo seumur hidupnya. Karena begitu besar kerajaannya, Salomo mempekerjakan banyak staf, ini berarti ia memerlukan jumlah makanan yang besar setiap harinya. Kedamaian mewarnai seluruh kerajaannya seumur hidupnya. Ia pun memiliki kuda yang begitu banyak dengan makanan yang terjamin. Bahkan kepandaian Salomo melebihi siapa pun dari bangsa-bangsa lain dan ia pun menguasai ilmu pengetahuan (ayat 32-34).

Secara singkat kebesaran Salomo dalam hal-hal di atas jauh melebihi Daud ayahnya. Namun sepanjang sejarah raja-raja Israel yang selalu menjadi tolok ukur di hadapan Allah adalah Daud. Allah tidak pernah menggunakan kebesaran yang dimiliki oleh Salomo sebagai tolok ukur bagi raja-raja selanjutnya. Tolok ukur yang Allah gunakan adalah kesetiaan dan ketaatan raja-raja Israel kepada perintah Allah. Daud sudah membuktikan kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah Israel dan tidak pernah menyimpang daripada-Nya. Sebaliknya, Salomo di dalam kebesarannya telah menjauh dari apa yang digariskan Tuhan. Misalnya, seorang raja tidak boleh mempunyai banyak kuda (Ul. 17:16), tetapi Salomo melanggarnya; seorang raja harus menyuruh menulis salinan hukum-hukum Allah dan membacanya siang malam, tetapi Salomo tidak melakukannya. Artinya kebesaran dan kejayaan Salomo tidak mengandung nilai-nilai kekal dan illahi yang sesuai dengan tolok ukur Allah. Itulah sebabnya ia terkenal untuk hal yang lain.

Renungkan: Manakah yang ingin kita pilih, seperti Salomo dengan segala kebesarannya atau seperti Daud yang terkenal karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah. Ataukah Anda ingin seperti kedua-duanya?

(0.15) (1Raj 12:25) (sh: Kacang lupa kulitnya (Sabtu, 19 Februari 2000))
Kacang lupa kulitnya

Peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan karir Yerobeam sebagai raja. Belum lama ia memegang tampuk pimpinan, ia sudah mengabaikan siapa yang mendudukkan dia sebagai raja, dan melanggar syarat yang harus senantiasa dia penuhi serta batas wewenang yang ia punyai agar takhtanya tetap kokoh. Ia menggantikan Allah dengan ilah-ilah lain dan membuat kuil-kuil di bukit pengorbanan. Bahkan ia mengangkat imam-imam dari rakyat biasa. Berarti ia menjadikan dirinya sebagai pusat dari seluruh sendi kehidupan kerajaan Israel.

Apabila ditinjau dari tujuannya untuk memperkokoh kerajaannya dan menyatukan umatnya, tindakan Yerobeam sangat tepat dan merupakan bukti bahwa ia mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan. Namun bila ditinjau dari bagaimana cara ia mencapai tujuan tersebut, Yerobeam sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal dan komprehensif. Ia mempertahankan kekuasaan sosial dan politik dengan memanipulasi kerohanian bangsanya. Rakyatnya tidak hanya dibawa pada jalan yang berdosa, namun dosa mereka pun adalah dosa yang terstruktur dan terkontrol oleh lembaga politik yang sah. Betapa mengerikan apa yang dilakukan oleh Yerobeam.

Latar belakang Yerobeam adalah anak seorang pegawai istana biasa. Jika ia sekarang menjadi raja, itu bukti bahwa Allah sungguh berdaulat atas sejarah manusia (ayat 11:31). Allah pun sudah berjanji bahwa keluarganya akan dibangunkan seperti keluarga Daud jika ia setia kepada-Nya. Mengapa ia harus kuatir bahwa rakyatnya akan meninggalkannya, saat mereka harus pergi ke Yerusalem secara berkala untuk beribadah? Tidakkah ia sudah mendengar dan melihat bahwa Allah akan memecahkan kerajaan Israel menjadi dua, karena ketidaktaatan Salomo? Mengapa ia tetap melanggar perjanjian yang pernah dibuat Allah untuknya? Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah seluruh peristiwa menakjubkan yang baru saja ia alami, ternyata tidak membuat iman dan pengenalannya terhadap Allah menjadi mendalam dan berpusat kepada-Nya.

Renungkan: Berkat dan anugerah Allah yang begitu melimpah tidak selalu berdampak positif. Bila seseorang tidak meletakkan berkat Allah dalam perspektif rencana Allah bagi hidupnya, akan menjadi penyesat yang sangat berbahaya baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

(0.15) (1Taw 13:1) (sh: Sentralitas Allah (Kamis, 7 Februari 2002))
Sentralitas Allah

Bagian ini berfungsi ganda menunjukkan sentralitas hadirat Allah dalam kehidupan umatNya. Dalam zaman ketika Israel menuju tanah perjanjian, tabut perjanjian selalu diusung di depan umat, baik saat mereka berjalan maupun ketika mereka maju berperang (Kel. 25:10-22). Ketika mereka berkemah, tabut itu ditempatkan di tengah-tengah perkemahan Israel (Bil. 11:33-36). Hal ini melambangkan bahwa Allah perjanjian tidak saja menyertai mereka, tetapi juga selalu membuka jalan menggenapi janji-janji baik-Nya bagi umat-Nya. Kegagalan Israel yang membuat mereka dibuang adalah karena mereka tidak mengedepankan hukum-hukum Allah. Kegagalan menjadi-jadi karena para raja mereka menyalahgunakan kekuasaan politis dan mencemarkan kehidupan ibadah. Dalam bagian ini, semua penyebab kegagalan itu dirombak dan ditata ulang dengan mengacu pada contoh Daud.

Untuk umat yang kembali dari pembuangan dan sedang menata kembali kehidupan mereka, prinsip yang benar perlu ditegakkan kembali. Itu sebabnya dalam kisah ini kita melihat beberapa unsur penting ditekankan. Pertama, catatan tentang keputusan tentang pemindahan tabut itu beda dari yang dicatat dalam 2Sam. 6:1-11. Dalam bagian ini Daud tidak bertindak sendiri, tetapi berunding dengan para pemimpin pasukan dan seluruh jemaah. Pemimpin umat pascapembuangan harus belajar untuk tidak bertindak sendiri dan tidak memiliki wewenang tanpa batas. Kedua, selama zaman kepemimpinan Saul, tabut perjanjian itu sempat terlupakan. Kini sentralitas Allah dalam kehidupan umat ditegaskan ulang dengan menempatkan tabut perjanjian itu di pusat kehidupan mereka. Ketiga, pengakuan kembali umat akan sentralitas Allah tidak merupakan beban, melainkan menciptakan kesukaan yang besar. Ketika Allah di pusat kehidupan, kehidupan pasti mengalami kesukaan yang besar. Keempat, di dalam latar belakang inilah perlu kita melihat mengapa Uza dihukum mati. Allah bukan Allah yang kejam atau yang tidak tahu menghargai niat baik orang. Allah sedang mengajar umat-Nya agar tahu menempatkan Dia dengan segala hormat dan kemuliaan karena Dia kudus adanya (bdk. 10 dan 14).

Renungkan: Jika ingin menempatkan Tuhan sentral dalam hidup, lakukanlah dengan sikap dan cara yang benar, dengan sepenuh hati.

(0.15) (Est 9:20) (sh: Tuhan di balik apa yang terlihat (Sabtu, 30 Juni 2001))
Tuhan di balik apa yang terlihat

Seberapa jauhkah kita menyadari kehadiran Tuhan di dalam hidup kita? Di tengah dunia yang semakin sekular seperti sekarang ini, seringkali kita tanpa sadar telah menggeser Tuhan serta melupakan karya-Nya bagi kita. Untuk mencari jawab dan memperdalam akar rohani kita marilah kita belajar dari kisah Ester -- suatu catatan tentang karya dan kepedulian Tuhan yang melampaui batas pengamatan manusia.

Nama Tuhan sama sekali tidak tercantum dalam kitab ini, namun demikian umat-Nya dapat melihat dan mengalami karya-Nya (26). Ia memegang kendali atas kekuasaan Ahasyweros yang menanggungkan beban berat bagi rakyat dengan menempatkan Mordekhai yang disukai, mengikhtiarkan yang baik, dan berbicara untuk keselamatan bangsanya (1:1-3). Ia mengubah kesedihan umat-Nya menjadi sukacita, dan secara rahasia memelihara serta memakai mereka sebagai alat pelaksana keadilan-Nya (9:22,24-25). Hal ini menegaskan bahwa Tuhan yang ada di balik yang terlihat adalah Raja di atas segala raja yang mengatasi kekuasaan dan kebesaran Ahasyweros, Ia menggenapi rencana penyelamatan umat Allah dan melaksanakan penghukuman bagi bangsa Amalek. Umat-Nya menemukan persekutuan melalui karya-Nya. Pengalaman pembebasan orang Yahudi oleh "Tuhan yang ada di balik hal-hal yang dapat dilihat", ini merupakan bagian penting dalam sejarah orang Yahudi. Hal ini haruslah diingat serta diteruskan dari generasi ke generasi (9:27, 31) oleh semua orang Yahudi di mana pun mereka berada (9:21, 27, 28) sebagai sumber pengharapan dan juga unsur pemersatu orang Yahudi dari seluruh generasi dan daerah. Karena nilai penting pengalaman ini, maka pelaksanaannya diatur dan ditetapkan (9:22, 26-31) sehingga tidak kehilangan maknanya.

Jikalau kita sebagai umat Tuhan di Indonesia mengalami beban yang berat pada saat ini, itu merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk memiliki pengalaman penyertaan Tuhan yang nyata dan mahal, yang dapat kita wariskan kepada generasi sesudah kita.

Renungkan: Dia yang ada di balik realita kehidupan kita mempedulikan dan memiliki rencana bagi kita. Ingatlah apa yang sudah Tuhan perbuat dalam hidup Anda dan temukan persekutuan dengan Dia di sana! Ingatlah dan rayakanlah!

Pesan Redaksi

Dalam pandangannya tentang kebajikan dan etika, Aristoteles mengemukakan bahwa: kebajikan-kebajikan utama yang membentuk suatu masyarakat yang beradab adalah keberanian, tahan diri, hikmat, dan keadilan. Berbeda dari Plato yang menekankan perenungan rasio,

Aristoteles melihat keberadaan kebajikan-kebajikan tersebut pada seseorang adalah akibat dari tindakan mempraktikkannya secara nyata.

Apabila gerak pada Plato adalah manusia melalui rasionya bergerak balik kepada Forma yang menjadi sumber jiwa manusia beroleh harkatnya, pada Aristoteles Sebab Pertama mewujud di dalam tindakan-tindakan nyata yang kita lakukan. Tingkah laku rasional adalah ungkapan dari gerak Sang Sebab Pertama di dalam keberadaan nyata dunia ini, yang kemudian mengkristal di dalam bentuk aksi- aksi tindak nyata kita sehari-hari.

Bila kedua pendapat ini kita sederhanakan, akan tampil secara indah di dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang 2 bersaudara dalam sikapnya terhadap perintah ayah mereka. Memang perumpamaan ini tidak sepenuhnya memasalahkan kontradiksi yang mungkin terjadi antara penekanan pada aspek perenungan dan pengertian di satu pihak dan aspek menekankan praktek nyata di pihak lain. Namun jelas bahwa kedua hal tersebut bisa jadi bertentangan dan tidak serasi dalam hidup kita. Tuhan menginginkan kita tidak hanya merenungkan dan memahami firman-Nya, tetapi konsekuen melakukannya secara konkrit dalam kehidupan kita sehari-hari.

Paul Hidayat, Direktur

Pengantar Kitab Kolose ======================

Kitab Kolose yang berbentuk surat berisi nilai-nilai kebenaran yang luar biasa bagi kehidupan Kristen masa kini sebab ketika Paulus memperingatkan jemaat Kolose yang mulai terpengaruh oleh ajaran sesat, ia memaparkan secara mendalam dan jelas Pribadi Yesus Kristus dan peran pusat-Nya dalam rencana Allah dan juga dalam kehidupan Kristen sehari-hari. Inilah yang membuat kitab Kolose merupakan salah satu surat dalam Perjanjian Baru yang sangat penting.

Penulis, waktu, dan tujuan penulisan ------------------------------------

Paulus menulis surat Kolose (ayat 1:1; 4:18), ketika ia berada dalam penjara di Roma antara tahun 59-61. Ia bukanlah pendiri jemaat Kolose bahkan ia tidak pernah mengunjungi kota Kolose (ayat 2:1). Pendiri jemaat Kolose adalah Epafras yang adalah seorang penduduk Kolose.

Tujuan Paulus menulis surat ini adalah untuk memerangi pengajaran sesat yang merasuki kehidupan jemaat di sana. Walaupun tidak diketahui secara pasti bentuk ajaran sesat itu, namun ajaran ini mengandung unsur-unsur agama asing dan Yudaisme yang diselubungi dengan unsur- unsur kekristenan. Ajaran sesat ini menolak keutamaan Kristus dan menganjurkan gaya hidup yang bertentangan dengan iman kristen.

Berdasarkan hal-hal yang dinyatakan oleh Paulus, banyak ahli berpendapat bahwa ajaran sesat yang melanda jemaat di Kolose adalah bentuk awal dari Gnosticism.

Ringkasan ajaran sesat yang ada di Kolose dan respons Paulus: ------------------------------------------------------------- o Dunia materi adalah jahat; Allah adalah roh. Allah tidak mempunyai hubungan dengan materi —> Kolose 1:16 o Karena Yesus menciptakan dunia, Dia bukanlah Allah —> Kolose 1:19 o Apa yang terjadi dalam dunia materi tidak akan membuat perbedaan secara rohani —> Kolose 1:21-22 o Manusia tidak perlu diperdamaikan dengan Allah. Tubuh kita adalah jahat karena terdiri dari materi. Pikiran kita bukanlah materi karena itu baik —> Kolose 2:13 o Kehidupan rohani yang benar adalah persoalan kehidupan batin seseorang. Manusia mendatangi Allah dengan pikiran dan batin dan apa yang manusia lakukan tidak berhubungan dengan-Nya —> Kolose 2:12,17

(0.15) (Ayb 33:1) (sh: Bijaksana di mata sendiri (Senin, 12 Agustus 2002))
Bijaksana di mata sendiri

Elihu bukan hanya penuh dengan kata-kata (ayat 32:18-19), tetapi juga memiliki rasa percaya diri yang luar biasa besarnya. Di tengah ucapannya yang mengakui keterciptaannya (ayat 4-6), Elihu bermain menjadi Allah. Walau benar bahwa Ayub mengeluh kepada Tuhan, namun kutipan Elihu dalam ayat 9 merupakan penyelewengan fakta. Ayub tidak pernah menyatakan dia bersih secara moral, tanpa dosa dan pelanggaran, meski ia pernah berkata bahwa doanya bersih (ayat 16:17). Elihu telah menuduh sama seperti Zofar menuduh (ayat 11:4). Penyelidikan Elihu telah dimulai dengan kesimpulan yang salah!

Sebelumnya, Elihu menjawab dulu tuduhan Ayub tentang sikap diam Allah (ayat 12-13, bdk. 30:20). Menurut Elihu, Allah menjawab dengan cara misterius (ayat 14-15), dan Ayub gagal menangkap suara Allah. Kemudian, dalam ayat 16-30, Elihu berusaha keras menghibur Ayub dengan meyakinkan bahwa Allah selalu bermaksud baik kepada manusia dengan berbagai cara. Pertama, Ia menggunakan mimpi untuk memperingatkan manusia agar terhindar dari kematian dini akibat dosanya (ayat 16-18). Kedua, bila manusia tersebut tidak mengerti mimpi dari Allah, maka Ia akan menghukum dengan penyakit dan penderitaan (ayat 19-22). Namun, Allah tidak membiarkan mereka binasa (ayat 23-25). Malaikat penengah akan menyelamatkannya, sebagaimana dirindukan Ayub (ayat 19:25). Hanya, orang itu harus hidup benar agar diperhitungkan oleh malaikat tersebut (ayat 23). Pemulihan orang berdosa akan diikuti oleh pengakuan dosa secara publik dan pujian kepada Allah yang kembali berkenan menerima dia (ayat 26-28) dengan menyatakan wajah-Nya. Ia akan melihat terang kehidupan. Ini memang benar, namun sesungguhnya Elihu tidak memahami situasi yang dialami Ayub.

Sebagai penutup, perkataan Elihu janggal (ayat 31-33). Ia ingin membuktikan kebenaran Ayub (ayat 32b) walau tadinya ia sudah menyatakan kesalahan Ayub. Ia juga merasa mampu mengajarkan kebenaran Allah. Inilah kesombongan seorang anak muda.

Renungkan: Batas antara rendah hati dan kesombongan amat tipis terutama pada orang yang merasa mengetahui kebenaran (Ams. 26:5).

(0.15) (Mzm 40:1) (sh: Berjalan dengan Tuhan melintasi ziarah kehidupan (Jumat, 10 Agustus 2001))
Berjalan dengan Tuhan melintasi ziarah kehidupan

Perjalanan kehidupan mengarungi gelombang yang bergulung naik dan turun, senantiasa berubah, dan seringkali berada di luar batas kemampuan kita untuk memperkirakannya. Jalan yang harus kita tempuh tidaklah selalu mulus, konstan, dan stabil. Adakalanya langkah-langkah kita berjejak di atas bukit batu yang kokoh, dan adakalanya terperosok dalam rawa yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Realita kehidupan yang tidak stabil, berubah, dan bergerak di antara keyakinan dan kecemasan seperti inilah yang dialami Daud. Dalam pergumulannya, ia mengubah nyanyian syukur dan sukacita karena terlepas dari suatu kesulitan (ayat 2-11) menjadi ratapan yang penuh penyesalan dan kecemasan (ayat 12-18).

Bagaimanakah Daud menghadapi realita seperti ini? Apakah yang dapat kita pelajari darinya? [1] Ia menggeser alunan nada-nada riang menjadi nyanyian yang pilu, namun tidak mengubah isi keyakinannya kepada Allah. Walaupun ia telah menggeser nyanyian syukur (ayat 2-6) dan komitmennya (ayat 7-11) menjadi ratapan pilu karena malapetaka, kesalahan (ayat 12, 13), dan musuh-musuhnya (ayat 14-16), namun ia tetap menyanyikan kesetiaan, keselamatan, kasih, dan kebenaran Tuhan, baik dengan nada riang (ayat 11) maupun pilu (ayat 12). Ia tidak mengubah kesaksiannya tentang Tuhan baik dalam syukurnya: "Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau" (ayat 6), maupun dalam ratapnya: "Tuhan itu besar!" (ayat 17). [2] Hasratnya kepada Tuhan terus bertumbuh semakin kuat melalui pasang surut kehidupan. Hasratnya kepada Tuhan terus berdengung semakin kuat dalam tema-tema nyanyian "Aku sangat menanti-nantikan Tuhan" (ayat 2), ratapan "Tuhan segeralah menolong aku!" (ayat 14) dan permohonannya "Ya Allahku, janganlah berlambat" (ayat 18). Di manakah Daud menemukan kekuatannya? Sumber kekuatan Daud tidak lain terletak pada keyakinannya yang mempercayai bahwa sekalipun keadaan di sekitarnya berubah namun perhatian (ayat 6, 18), kesetiaan, keselamatan, kasih, kebenaran, dan rakhmat Tuhan yang sedemikian besar terhadap dirinya tidak pernah berubah, baik pada waktu senang ataupun susah (ayat 11, 12).

Renungkan: Kita tidak pernah mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi esok, tetapi kita tahu dengan pasti bahwa Tuhan yang memberikan kasih setia dapat kita percayai, baik dalam keadaan susah ataupun senang.

(0.15) (Mzm 106:1) (sh: Kemurahan kekal Allah (ayat 1) (Selasa, 23 April 2002))
Kemurahan kekal Allah (ayat 1)

Meski mazmur ini sekilas terlihat sama dengan mazmur sebelumnya, namun ada perbedaan mencolok: Mazmur 105 menegaskan tentang kebesaran Allah, mazmur ini memaparkan kegagalan umat Allah untuk mengingat perjanjian Allah. Akibatnya mazmur ini juga menegaskan keajaiban kasih karunia Allah yang dengan sabar mengatasi dosa dan pemberontakan umat-Nya. Hanya sebab kasih Allah yang tanpa batas, kisah Israel tak putus di tengah jalan.

Mazmur ini diawali oleh kebenaran teologis hakiki tentang Allah, manusia, dan prinsip kehidupan iman. Hal utama dalam hidup orang beriman adalah memuji dan memuliakan Allah. Pengakuan iman dan undangan untuk meninggikan Allah mengawali mazmur ini (ayat 1). Allah baik dan kasih-Nya kekal, karena itu Ia patut dipuji selamanya. Tetapi, pemazmur menyadari tidak seorang pun sungguh tahu mengingat dan mengutarakan syukur atas semua kebaikan Allah (ayat 2). Kegagalan ini menjelaskan mengapa umat kehilangan sukacita dan kebahagiaan. Kebahagiaan hanya terdapat di dalam hidup orang-orang yang tahu meresponi Allah dalam hidup yang adil dan benar (ayat 3).

Dalam Mazmur ini, permohonan berkat (ayat 4-5) mendahului pengakuan dosa (ayat 6-12). Dengan meminta berkat, pemazmur berpegang pada janji-janji Allah yang pernah dilanggarnya, menyatakan kerinduannya untuk kembali berpegang pada janji-janji Allah. Pengakuan dosa yang benar selalu membuat orang keluar dari keakuannya. Pemazmur tidak saja mengakui dosanya sendiri, tetapi menempatkan diri dalam pemberontakan nenek moyangnya sebelumnya. Bertobat berarti mengakui bahwa kita adalah bagian dari rantai sikap tidak tahu bersyukur, tidak mengingat perbuatan-perbuatan besar Allah, dan akibatnya melakukan pemberontakan terhadap Allah (ayat 6-7). Tetapi, pertobatan juga berarti mengakui dan mensyukuri bahwa Allah tidak berubah. Meski umat-Nya bebal dan memberontak, Dia setia kepada diri-Nya dan pad janji-janji-Nya (ayat 8). Seluruh kisah perjalanan Israel sejak dari Laut Merah seterusnya adalah kisah pemberontakan demi pemberontakan melawan rencana dan hukum Allah, tetapi juga adalah kisah kesetiaan dan kemurahhatian Allah yang tak pernah berubah (ayat 8 dst.).

Renungkan: Berkat terbesar adalah hidup serasi dengan Allah.

(0.15) (Yer 29:1) (sh: Pengharapan tak pernah sirna (Jumat, 20 April 2001))
Pengharapan tak pernah sirna

Dua tahun setelah raja Yekhonya beserta rombongannya dibuang, pembuangan belum juga berakhir (2). Sebaliknya rombongan berikutnya malah menyusul (1). Realita ini yang menghancurkan pengharapan yang bertumbuh dalam diri mereka karena pengajaran para nabi palsu. Mereka butuh kekuatan rohani sebab kekecewaan dapat mendorong mereka melakukan tindakan-tindakan yang akan merugikan diri mereka sendiri. Karena itulah Yeremia menulis surat untuk menguatkan mereka.

Isi surat itu memang merupakan sumber kekuatan rohani untuk menjalani masa pembuangan yang panjang. Ini adalah anugerah sebab ikut dalam pembuangan tidak menjadikan mereka sebagai buah ara yang baik (17). Mereka masih diberi kebebasan untuk memilih hidup sesuai dengan rencana Allah (5-7) atau memberontak terhadap Allah seperti Ahab dan Zedekia (21-23). Mereka tahu bahwa mereka yang masih tinggal di Yehuda juga mempunyai pilihan yang sama (16-19). Sumber kekuatan itu berupa jaminan akan berkat Allah bagi kelangsungan hidup manusia secara normal (5-6). Sumber berikutnya adalah persekutuan yang indah dengan Tuhan melalui doa (7-14). Doa yang dipanjatkan akan didengar oleh Allah walaupun dalam pembuangan. Keyakinan akan pemerintahan Allah walaupun berada di bawah kekuasaan Nebukadnezar adalah sumber kekuatan juga. Tindakan Nebukadnezar menawan Yehuda dapat dikatakan tindakan Allah (21) sebab Ia juga yang menetapkan batas waktunya (10). Tempat pembuangan dapat menggantikan Yerusalem sebagai tempat perlindungan sementara, sesuai dengan rencana Allah (7). Akhirnya, semua sumber itu tersedia bagi mereka jika mereka percaya kepada firman Allah yang aktif bekerja di antara mereka, walaupun dalam bentuk tulisan. Firman tertulis itu dapat menjangkau tempat dimana Yeremia tidak dapat menjangkaunya. Mereka jangan seperti nenek moyang mereka, sanak saudaranya yang masih di Yehuda, atau bahkan dirinya sebelum dalam pembuangan, namun mereka harus mendengarkan dan taat kepada firman-Nya (19).

Renungkan: Betapa besar kasih setia Allah kepada umat-Nya. Penghukuman-Nya adalah untuk mendisiplin umat-Nya agar mempunyai masa depan yang baik. Karena itu disiplin Allah bukan berarti hilangnya harapan namun persiapan untuk menyongsong hari depan yang lebih baik.



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA