(0.18927265306122) | (Yer 48:21) |
(sh: Keangkuhan mengundang penghukuman Allah (Selasa, 22 Mei 2001)) Keangkuhan mengundang penghukuman AllahKeangkuhan mengundang penghukuman Allah. Moab adalah bangsa yang besar dan disegani oleh bangsa- bangsa di sekitarnya. Nama besar, kekuatan, dan kekuasaan Moab telah membuat mereka mabuk kesombongan sehingga membesarkan diri di hadapan Allah dan sesamanya (26, 29, 42). Itulah yang mengundang penghukuman Allah (30). Secara drastis dan tragis penghukuman Allah mengubah Moab yang kaya, kuat, dan gagah menjadi Moab yang miskin, lemah, dan menderita, sehingga menjadi bahan tertawaan bangsa-bangsa lain. Hukuman Allah bagi kesombongan sangat fatal, lengkap, dan tuntas (38-39). Tidak ada lagi kota-kota kebanggaan yang berdiri kokoh (21-24) sebab Allah telah mematahkan tanduk kekuatan Moab dan memecahkan lengan kekuasaannya (25). Mereka tidak akan lagi tinggal di kota layaknya orang beradab namun tinggal di bukit batu seperti orang tidak beradab (28). Anggur yang merupakan sumber devisa mereka dilenyapkan oleh Allah (33b). Sungai Nimrim, sumber air mereka pun dijadikan kering (34). Tentara kebanggaan mereka menjadi tidak berdaya (41). Tidak satu pun dari bangsa Moab yang akan luput dari malapetaka karena penghukuman Allah (43-46). Betapa mengerikan penghukuman akibat kesombongan sehingga membuat Yeremia meratap. Ratapan Yeremia juga merupakan berita peringatan kepada bangsa-bangsa lain. Kehancuran Moab tidak hanya meliputi kehidupan perdagangan dan masyarakatnya namun juga kehidupan beragama, sehingga mengakibatkan perkabungan dan ratapan yang sangat dalam diri mereka (35-39). Namun Allah yang menghukum bangsa-bangsa lain adalah Allah yang juga mengasihi bangsa-bangsa lain, sebab Ialah Allah yang berkuasa atas semua yang ada di seluruh dunia. Kesombongan berdampak penghukuman yang sangat mengerikan karena merupakan sikap yang mengagungkan, memuliakan, menghargai, dan menggantungkan diri kepada apa pun dan siapa pun selain Allah. Allah tidak lagi diakui sebagai sumber dari segala kekayaan, kejayaan, dan kebesaran manusia. Renungkan: Berhati-hatilah sebab tanpa kita sadari kesombongan ada di dalam hati kita. Ketika uang di rekening kita bertambah banyak, ketika karier dan usaha semakin mapan, benarkah kita masih sungguh-sungguh bergantung kepada Allah? Ataukah sebetulnya kita lebih bergantung kepada kekayaan dan jabatan kita? |
(0.18927265306122) | (Yeh 16:1) |
(sh: Melihat diri sendiri dengan rasa malu (Senin, 27 Agustus 2001)) Melihat diri sendiri dengan rasa malu
Melihat diri sendiri dengan rasa malu.
Pasal 16 ini merupakan kisah penuh keharuan tentang anugerah
dan perjanjian Tuhan yang sedemikian agung bagi umat-Nya yang
menjadi tidak peka terhadap keadaan mereka. Alur kisah ini
mengalir dalam beberapa babak: [1] Seorang anak yatim yang karena
belas kasihan raja diangkat menjadi seorang ratu (ayat 1-14); [2]
Seorang ratu yang melacurkan diri dengan kecantikan dan nafsunya
(ayat 15-34); [3] Seorang ratu yang menjadi orang hukuman (ayat
35-43) dan bahan olok-olokan (ayat 44-52); [4] Seorang hukuman
yang sangat memalukan dibanding dengan teman-temannya (ayat Kisah ini merupakan gambaran kegagalan bangsa Israel untuk mempercayai Tuhan dan sebaliknya berupaya dengan kemampuannya sendiri mencari bantuan kepada bangsa-bangsa asing untuk menghadapi krisis politik yang mereka alami. Hal ini merupakan penyelewengan dan ketidaksetiaan di hadapan Tuhan. Di tengah situasi seperti ini firman Tuhan datang kepada Yehezkiel agar ia menyerukan ingatan terhadap masa lalu Israel yang memalukan, sementara mereka tidak lagi menyadari bahwa semua yang dimilikinya tidak lain berasal dari Tuhan (ayat 4-14, 22). Sebagai respons atas anugerah Tuhan yang sedemikian besar, mereka bukannya hidup dengan setia, namun sebaliknya tanpa rasa malu mengikuti nafsu mereka yang di luar akal sehat (ayat 15-22). Inilah gambaran dari kondisi nyata umat Tuhan, yang sedemikian mudah melupakan anugerah yang besar dan mengikuti nafsu yang berada di luar akal sehat. Inilah suatu cerminan yang memalukan bagi kita yang seringkali juga berada dalam kondisi yang sama. Alasan dari seruan firman Tuhan yang memperhadapkan mereka dengan rasa malu ini adalah kesetiaan Tuhan dalam memelihara janji-Nya (ayat 8,60), sehingga melalui rasa malu ini mereka dituntun untuk mengingat serta mengenali siapa diri mereka dan bagaimana kondisi mereka di hadapan Tuhan. Renungkan: Masihkah kita memiliki kesadaran dan kepekaan tentang siapakah diri kita di hadapan kebesaran anugerah Tuhan? Apakah kita secara tidak sadar sedang mengikuti nafsu yang menuntun kita bertindak di luar akal sehat? Bagaimanakah seharusnya kita meresponi seruan Tuhan yang memperhadapkan kita dengan rasa malu? |
(0.18927265306122) | (Yeh 16:35) |
(sh: Dimurnikan melalui rasa malu terhadap dosa (Rabu, 29 Agustus 2001)) Dimurnikan melalui rasa malu terhadap dosaDimurnikan melalui rasa malu terhadap dosa. Seruan Yehezkiel pada bagian ini mempermalukan bangsa Israel di hadapan umum (ayat 35-43) dengan suatu perbandingan yang sangat memalukan (ayat 44-52). Mereka dibandingkan dengan Samaria dan Sodom yang dipandang rendah, namun ternyata lebih baik dari mereka. Bangsa Israel jauh lebih jahat dari mereka (ayat 47) dan kesalahan-kesalahan Sodom dan Samaria nampak benar jika dibandingkan dengan kejahatan Israel (ayat 52). Israel di sini digambarkan sebagai seorang ratu yang terhukum dan menjadi bahan olokan di antara bangsa-bangsa (ayat 44). Ia tidak lebih baik dari yang lain, bahkan secara keturunan mereka berasal dari keluarga yang hina (ayat 44,45). Ia adalah seorang ratu yang dipermalukan karena tidak mengingat dari mana ia berasal (ayat 43). Hukuman Tuhan atas Israel adalah sesuai dengan kejahatan mereka. Sebagaimana Israel mempertontonkan dirinya kepada para kekasihnya, demikianlah Tuhan akan memakai para kekasihnya untuk menghancurkan mereka. Hukuman Tuhan atas bangsa Israel bertujuan menghentikan persundalan mereka (ayat 35-41). Api cemburu dan amarah Tuhan yang suci baru akan reda jika murka-Nya sudah tertimpa atas Israel (ayat 42). Akar penyebab dari dosa Israel terletak pada kegagalannya untuk mengingat keadaan masa mudanya (ayat 43). Melalui bagian ini kita dapat mempelajari: [1] Israel menjadi rusak dan menerima penghukuman-Nya karena tidak menyadari dari mana ia berasal. Ketidaksadaran diri ini menjadikannya sombong karena merasa lebih baik dari yang lain dan tidak menyadari kesalahannya; [2] Tuhan yang suci tidak membiarkan umat-Nya berada dalam kondisi seperti ini, Ia menghancurkan kesombongan mereka dan memaparkan keadaan mereka yang sungguh memalukan; [3] Hukuman-Nya bertujuan memurnikan, sesuai dengan kejahatan yang mereka lakukan. Renungkan: Hadirnya rasa malu karena kesadaran akan dosa merupakan bagian penting dalam proses pengikisan kebebalan rasa tinggi hati. Hal ini merupakan indikasi adanya kepekaan terhadap dosa. Tuhan dapat memakai rasa malu ini sebagai alat penghukuman yang akan merobohkan kesombongan kita sehingga melaluinya kita dimurnikan. Masih adakah kepekaan terhadap dosa yang memperhadapkan diri Anda dengan rasa malu? |