Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 874 ayat untuk bagaimana (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.35) (Flm 1:10) (full: ONESIMUS. )

Nas : Filem 1:10

Onesimus, seorang hamba milik Filemon, telah melarikan diri, mungkin dengan membawa harta milik tuannya (ayat Filem 1:15-16,18-19). Entah bagaimana dia sampai ke Roma, berhubungan dengan Paulus dan bertobat kepada Kristus melalui pelayanan Paulus. Paulus sekarang menulis surat ini, memohon Filemon menerima Onesimus kembali dengan kelemahlembutan, kasih, dan pengampunan.

(0.35) (Kel 12:43) (jerusalem) Ayat-ayat ini menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi orang asing (bukan aseli Ibrani)yang ingin turut makan perjamuan (domba) Paskah. Ditetapkan pula bagaimana anak domba Paskah harus disediakan. Peraturan-peraturan ini melengkapi tata upacara dari tradisi para Imam, Kel 12:3-11. Orang Israel dianggap penduduk negeri yang aseli, bdk Kel 12:48, seolah-olah Israellah penduduk aseli negeri Kanaan. Paskah yang disebut dalam Kel 12:43 ialah anak domba paskah, bukannya perayaan.
(0.35) (2Taw 13:4) (jerusalem) Pidato Abia ini disusun oleh si Muwarikh sendiri. Ini sebuah contoh bagaimana orang Lewi pada zaman si Muwarikh berkhotbah. Mereka mengenangkan kejadian-kejadian di masa yang silam untuk mengajar umat sekarang. Si Muwarikh tidak hanya berkhotbah kepada orang pada zaman Abia, tetapi juga dan terutama kepada penduduk Samaria di masanya sendiri. Ia menegaskan bagi mereka bahwa hanya Yehuda saja mempunyai wangsa kerajaan yang sah, Allah sejati dan keimanan yang tulen serta satu-satunya ibadat yang sesuai dengan hukum Taurat (Pentateukh).
(0.35) (Mzm 26:8) (jerusalem: kemuliaanMu) Ialah kehadiran Allah, bdk Kel 24:16+; Bil 14:21, sebagai penyelamat dan penolong. Dahulu kemuliaan Tuhan adalah awan bercahaya, tanda kehadiranNya, Kel 16:10; Maz 85:10, yang masuk ke dalam bait Allah 1Ra 8:10. Tetapi kemudian ungkapan itu berarti: kehadiran Tuhan yang entah bagaimana menyatakan diri kuat-kuat, bdk Maz 3:4+; Maz 85:10+.
(0.35) (Dan 12:3) (jerusalem: yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran) Harafiah: yang menjadi benar banyak orang. Jadi mereka yang mengajar bagaimana orang menjadi benar di hadapan Allah. Ayat 2 menyarankan bahwa yang dimaksud bukannya bahwa mereka akan dikenangkan dan dipuji angkatan-angkatan yang menyusul(bdk Wis 3:7; Yes 1:31), tetapi bahwa mereka akan mengalami suatu perubahan yang menyangkut badan mereka juga. Badan mereka akan menjadi mulia.
(0.35) (Yoh 19:36) (jerusalem: yang tertulis dalam Kitab Suci) Dalam kutipan ini bercampur sebuah ayat dari Maz 34:21 yang menggambarkan bagaimana seorang benar terlindung oleh Allah (bdk Wis 2:18-20); (orang benar yang unggul ialah Hamba Tuhan) dengan sebuah ayat dari upacara Paskah yang mengenai anak domba Paskah, Kel 12:46; Bil 9:12. Bdk Yoh 1:29+ dan 1Ko 5:7.
(0.35) (Rm 9:19) (jerusalem: siapa yang menentang kehendakNya) Kalau ketegaran hati manusia masuk ke dalam rencana ilahi, bagaimana manusia masih dapat dipersalahkan, karena tidak melakukan kehendak Allah? Paulus sudah menghadapi keberatan yang serupa, Rom 3:7; 6:1,15, dan sama seperti di sini sudah menjawab dengan halus: keberatan itu tidak pada tempatnya. Allah adalah Penguasa karyaNya sendiri. Mengatakan bahwa Ia tidak adil, tidak ada maknanya sama sekali. Bdk Mat 20:15.
(0.35) (Gal 5:16) (jerusalem) Ayat-ayat ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana kedua prinsip perbuatan, yaitu "daging" dan "Roh", berlawanan satu sama lain, bdk Rom 5:5+; Rom 7:5+. Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh, Gal 5:18,25; Rom 8:14, memang secara wajar hidup menurut Roh itu, Gal 5:22-23, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang berasal dari "keinginan daging", Gal 5:16,24. Perbuatan "daging" itu bukanlah "kedagingan" oleh karena berpangkal pada "tubuh".
(0.35) (Flp 1:23) (jerusalem: diam bersama-sama dengan Kristus) Baik mati maupun hidup, masing-masing dengan Kristus, 1Te 5:10; Rom 14:8; Kol 3:3; dll. Paulus tidak menjelaskan bagaimana memikirkan "keuntungan" yang disebut dalam Fili 1:21, dan yang "jauh lebih baik"
(0.35) (Ayb 9:1) (sh: Tidak ada wasit di antara manusia dan Allah (Sabtu, 4 Desember 2004))
Tidak ada wasit di antara manusia dan Allah

Agak sulit untuk kita menentukan apakah ucapan-ucapan Ayub dalam pasal ini tentang Allah bernada positif atau negatif. Itu terkait dengan pertanyaan apakah ucapan-ucapan itu ditujukannya untuk dilihat dari sudut pendengarnya (para sahabatnya), atau dari sudut dirinya sendiri, atau dari sudut Allah. Mungkin yang paling baik adalah menempatkan perikop ini dalam kaitan dengan ucapan Bildad yang mendakwa Ayub

Pertanyaan Ayub bukan, "bagaimana orang berdosa dapat dibenarkan di hadapan Allah," atau "bagaimana orang yang serba terbatas dapat benar di hadapan Allah." Pertanyaan Ayub yang yakin bahwa dirinya tidak bersalah: "Bagaimana orang yang tidak bersalah, dapat dinyatakan demikian oleh Allah?" Menurutnya, tidak mungkin. Mengapa? Pertama, karena alasan keberadaan. Realitas Allah melampaui realitas manusia. Ia tidak terbatas dalam kebijakan, kekuatan, kemampuan, sebab Ia Pencipta segala sesuatu (ayat 4-10). Kedua, karena alasan posisi Allah sebagai Allah dan manusia sebagai manusia. Allah tidak di posisi harus mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan-Nya kepada manusia. Manusialah yang wajib bertanggungjawab kepada Allah (ayat 3, 11-18). Jika Ia menjelaskan sesuatu pun, belum tentu manusia menyadari atau memahami suara Allah. Oleh karena kebebasan Allah itu, maka di dalam keterbatasannya manusia mustahil dapat memahami Dia secara tepat dan benar. Nah, sampai di sini ucapan Ayub ini jelas mengritik Bildad dan masih menjunjung Allah.

Namun, mulai ayat 29 seolah muncul keraguan Ayub terhadap Allah. Jika Allah mutlak dan bebas di luar pemahaman manusia dan tidak harus menjawab manusia dan tidak mungkin dipahami manusia, bukankah kesimpulannya sangat negatif? Apa gunanya kudus, apa gunanya lagi berusaha mempertahankan hidup benar? Bagaimana mungkin mendapatkan wasit yang adil antara manusia dan Allah? Ini memang pergumulan serius sekali.

Renungkan: Siapakah dapat menjadi pengantara yang mendamaikan manusia dengan Allah dan membuat kehendak Allah terselami, terpahami, terjalani oleh manusia? Yesuslah jawabannya.

(0.35) (Ayb 21:1) (sh: Allah masih berdaulat (Kamis, 16 Desember 2004))
Allah masih berdaulat

Tudingan Zofar bahwa orang fasik segera akan binasa dijawab dengan fakta nyata lapangan bahwa orang fasik ternyata banyak yang hidup mujur (ayat 7-15). Hal itu membuktikan bahwa tuduhan-tuduhan kepada Ayub tidak sesuai kenyataan. Penderitaan Ayub bukan diakibatkan oleh dosa-dosanya.

Ayub menyadari penuh bahwa kemujuran orang fasik bukan berarti mereka bebas terus berdosa di dalam dunia milik Allah ini. Ayub mengetahui bahwa pada akhirnya orang fasik akan menerima hukuman Allah (ayat 16-21). Teori hukuman dosa yang diajukan Zofar dianggap Ayub sebagai kesombongan mau mengajari Allah bagaimana bertindak terhadap orang berdosa (ayat 22-26). Bagi Ayub sikap Zofar dan teman-temannya itu petunjuk adanya niat jahat mereka. Mereka tidak dapat membuktikan bahwa Ayub berdosa. Akan tetapi, mereka memaksakan bahwa penderitaan Ayub adalah bukti Ayub berdosa. Kenyataannya orang fasik selamat dan orang yang menggugatnya malah binasa (ayat 27-34). Tanpa disadari sebenarnya Ayub pun bersikap mau mengajari Allah bagaimana seharusnya bertindak menghadapi orang fasik (ayat 19-21).

Persoalan theodicy (soal pengaturan dan kebaikan ilahi dalam dunia yang di dalamnya terjadi penderitaan) adalah persoalan klasik yang mencuat di perikop ini. Bagaimana Allah bertindak menghadapi orang fasik dan orang benar? Para teman Ayub mencoba menjelaskannya dengan pemahaman bahwa orang fasik pasti akan dihukum oleh Allah, sedangkan orang benar akan diberkati. Namun mereka membalikkan pandangan ini sedemikian sehingga orang yang menderita pastilah sedang menerima hukuman Allah atas dosa-dosanya. Ini adalah pandangan yang keliru sama sekali. Yang benar adalah Allah berdaulat atas kehidupan manusia. Ia adil, pasti akan membalaskan kejahatan manusia dengan hukuman dan kebaikan mereka dengan berkat. Namun, kapan dan bagaimana adalah hak Allah untuk menentukannya.

Camkan: Allah berdaulat atas hidup orang fasik maupun orang benar. Kalau saat ini orang fasik masih hidup enak-enakan, sementara orang benar menderita, itu hanyalah masalah waktu!

(0.35) (Ef 1:1) (sh: Bagaimana bentuk relasi rasul-jemaat? (Kamis, 3 Oktober 2002))
Bagaimana bentuk relasi rasul-jemaat?

Paulus adalah rasul terhadap jemaat Efesus. Lebih dari itu, Paulus menjadi rarul bukan karena diutus oleh jemaat, bukan karena sukarela menawarkan diri untuk pelayanan, melainkan karena kehendak Allah (ayat 1). Kerasulannya menjadi dasar isi surat dan sekaligus menyatakan sifat resmi surat yang ditulisnya. Hubungan Paulus dengan jemaat didasarkan pada relasi formal yakni rasul dan jemaat. Sementara itu jemaat yang menerima surat dilukiskan Paulus sebagai kudus dan percaya. Kudus karena menjadi milik Allah melalui iman pada Yesus. Jemaat Efesus juga dinyatakan sebagai percaya karena memiliki relasi dengan Yesus. Jemaat Efesus telah mendasarkan hidupnya pada Yesus. Dua ciri utama jemaat adalah kudus dan percaya.

Paulus adalah rasul, sedang jemaat adalah kudus dan percaya. Ini dua keadaan dan status yang berbeda. Bagaimana relasi keduanya? Paulus menjelaskan bahwa keduanya terkait karena memiliki dasar yang sama yakni Yesus Kristus. Yesus mempersatukan Paulus dan jemaat Efesus. Paulus dan jemaat masing-masing memiliki dasar yang sama. Paulus adalah rasul Yesus Kristus, sementara jemaat Efesus adalah jemaat Yesus Kristus. Juka Kristus menjadi dasar relasi manusia, maka setiap perbedaan merupakan berkat. Tanpa Kristus setiap perbedaan status, gender, ras, atau etnis dapat menjadi sumber konflik. Di samping itu ada factor lain penghubung Pauus dan jemaat yakni Allah yang dikenal sebagai Bapa. Allah adalah Bapa oleh karena Yesus Kristus. Bapa adalah sumber anugerah dan damai baik kepada Paulus maupun jemaat Efesus. Anugerah adalah inisiatif perbuatan Allah untuk menciptakan damai. Sementara damai adalah bentuk perbuatan Allah yakni menciptakan damai antarmanusia dan manusia dengan Allah.

Kebenaran ini tidak saja menghubungkan Paulus dengan jemaat Efesus, tetapi juga dengan kita kini. Oleh karena Yesus Kristus dan pilihan Bapa atau Paulus, maka kini kita mengakui otoritas surat ini.

Renungkan: Sebagai apakah kita ingin dikenal oleh orang lain? Bagaimana sehari-hari kita mempersepsikan diri kepada orang lain? Apakah kita sudah menjadikan Kristus sebagai dasar relasi dengan orang lain?

(0.35) (Hak 8:22) (sh: Maunya Allah dan maunya manusia (Selasa, 14 Oktober 1997))
Maunya Allah dan maunya manusia

berbeda, sejauh beda teokrasi dan dinasti. Dalam potensi yang sangat berbeda itu, Gideon, hamba Allah menjadi hakim.

Dinasti serong. Orang Israel minta agar Gideon membuat dinasti. Mereka mengutamakan keamanan diri. Pokoknya aman dan hidup enak. Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan nepotisme dan semacamnya? Keinginan serong rohani itu ternyata manusiawi dan disukai Iblis. Iblis memakai kecenderungan untuk serong itu bagi usaha penyesatan. Baju imam (efod) yang dipergunakan dalam usaha mencari tahu kehendak Allah (">1Sam. 14:3,18; 30:7) "diserongkan" menjadi berhala yang disembah (ayat 30:27" context="true">27).

Teokrasi dan kendali. "Tuhan yang memerintah kamu" (ayat 23b). Ini teokrasi. Masa kini juga, dalam sistem politik bagaimana pun, haruslah kita izinkan Tuhan memerintah secara rohani dan mutlak. Haruslah kita izinkan Kristus dan Allah Bapa memegang pemerintahan (1Kor. 15;25; 2:10">2Ptr. 2:10; Why. 11:15, 12:10). Kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus. Pemerintahan Allah harus nyata dalam kehidupan Anda dan saya. Haruslah kita izinkan Allah mengendalikan pikiran, hati, tangan, usaha, pelayanan, sekolah, kota, propinsi, negara kita, juga masa depan kita.

(0.35) (Dan 11:20) (sh: Ambisi seorang penguasa (Sabtu, 3 Juli 1999))
Ambisi seorang penguasa

Dalam penglihatan Daniel, muncul tokoh-tokoh penguasa yang berambisi, yang memanfaatkan orang lain dengan segala cara. Mereka beranggapan bahwa segala siasat dapat diatur sedemikian rupa untuk memperoleh keuntungan dan kejayaan. Mereka bersaing untuk saling mengalahkan. Mereka berbuat sekehendak hati dan meninggikan diri di atas allah, bahkan terhadap Allah segala allah. Mereka justru mempertaruhkan hidupnya kepada patung. Mereka seakan-akan hidup dalam kejayaan dan kemenangan. Namun harus disadari bahwa sesungguhnya tidak selamanya mereka akan hidup dalam kesuksesan, semuanya ada batasnya.

Kesuksesan sejati. Kesuksesan bukan diukur dari apa yang dicapai seseorang (harta, kedudukan, prestasi, kejayaan, dll) tetapi bagaimana mencapainya. Seorang yang sukses adalah orang yang taat pada kehendak Allah, yang mengerti dengan sungguh bahwa seluruh hidupnya adalah untuk memperkenankan hati Allah. Orientasi hidupnya bukan lagi pada apa yang dapat diraih semasa hidupnya, melainkan bagaimana ia dapat menyenangkan hati Tuhan dalam segala aspek hidupnya. Ia tidak akan merasa gagal karena kehilangan atau tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, tetapi karena tidak menaati firman-Nya. Bagaimana dengan Anda?

(0.35) (Mat 24:15) (sh: Hukuman Tuhan. (Rabu, 15 April 1998))
Hukuman Tuhan.

Apa yang Yesus katakan ini benar-benar terjadi. Di tahun 70, Yerusalem diserbu dan dihancurkan dengan cara sangat bengis dan kejam oleh pasukan Roma. Sebelum itu, di tahun 66, orang Zelotes menyerbu dan membunuh para imam dan menajiskan Bait Allah (ayat 15). Itulah pertanda untuk Kristen saat melarikan diri dari Yerusalem. Ketika semua itu terjadi, pastilah mereka yang berteriak "salibkan Dia, biarlah darah-Nya tertanggung atas kami" masih hidup. Hukuman Tuhan berlaku untuk mereka yang melawan Tuhan.

Mesias palsu. Untuk kesekian kalinya Tuhan memperingatkan Kristen agar berhati-hati terhadap para Mesias dan nabi palsu. Ajaran mereka yang tidak benar dimaksudkan supaya mampu menyesatkan orang. Pastilah tipu daya dan penyamaran mereka sedemikian hebat! Kalau tidak bagaimana mungkin orang pilihan pun ingin mereka sesatkan? Bagaimana mewaspadai mereka? Awasi ajaran mereka! Bila tidak sesuai isi Alkitab, bagaimana pun meyakinkannya harus ditolak! Awasi manifestasi kuasa mereka! Hanya kuasa gelaplah yang sedia membuat apa saja mengikuti permintaan orang.

Renungkan: Janganlah keyakinan iman Anda membuat lengah dan lalai untuk berjaga-jaga.

Doa: Aku mengaku kepada-Mu Tuhan, acap terlena oleh dunia ini. Roh-Mu kobarkan kesiagaan di hatiku.

(0.35) (Yoh 1:1) (sh: Bagaimana mengenal Allah? (Minggu, 23 Desember 2001))
Bagaimana mengenal Allah?

Injil Yohanes dibuka dengan penegasan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia. Rasul Yohanes mempergunakan istilah logos (firman) guna mengungkapkan keberadaan dan kehadiran Yesus di luar ruang dan waktu (ayat 1). Yesus adalah Pencipta segala sesuatu (ayat 3, 10). Yohanes tidak hanya memakai istilah logos, namun juga istilah terang (ayat 4, 5). Kata 'terang' yang dipakai Yohanes dikaitkan dengan keberadaan dan kehadiran Yesus di dalam ruang dan waktu (ayat 5, 9). Yesus bukan hanya Pencipta, tetapi juga Penyelamat. Tanpa Yesus, manusia akan hidup dalam kegelapan.

Bagaimana mengenal Allah? Allah hanya dapat dikenal melalui kesaksian. Rasul Yohanes mempergunakan istilah saksi guna mengungkapkan keberadaan dan kehadiran Yohanes Pembaptis di dalam ruang dan waktu (ayat 7). Sebagai saksi, Yohanes diutus Allah (ayat 6). Inilah sumber otoritas kesaksiannya. Isi kesaksiannya adalah tentang Yesus (ayat 7, 8). Tujuan kesaksiannya adalah agar manusia percaya pada Yesus (ayat 7). Yohanes Pembaptis hidup di dalam dunia untuk bersaksi bagi Yesus. Dari Yohanes, kita belajar bahwa percaya pada dan bersaksi bagi Yesus merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Kedua hal ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan mengapa dan untuk apa kita hadir dan berada di dalam dunia.

Renungkan: Allah ingin dan rindu agar manusia ciptaan-Nya mengenal-Nya dan bersekutu dengan-Nya. Allah tidak mengutus malaikat- malaikat untuk memperkenalkan-Nya. Ia justru mengutus manusia-manusia berdosa. Setiap manusia yang telah mengenal- Nya diutus-Nya menjadi saksi-Nya. Apakah tujuan hidup Anda?

(0.30) (2Sam 11:1) (sh: Lepas kendali (Rabu, 13 Agustus 2003))
Lepas kendali

Bacaan kita hari ini mengagetkan karena membawa kita menjumpai sebuah titik tanpa jalan kembali dalam kehidupan Daud. Dosa masuk dan hidup pun berubah. Kita akan mencoba melihat tidak hanya bagaimana Daud jatuh dalam perzinahan, namun lebih dari itu, kita akan melihat bagaimana situasi Daud bisa menjadi satu refleksi yang dalam buat kehidupan kita masing-masing.

Peristiwanya terjadi ketika bangsa Israel masih terus berada dalam ketegangan militer dengan bani Amon. Daud, yang adalah seorang raja, yang seharusnya diharapkan maju berperang untuk melindungi bangsanya, malah berada di singgasananya yang nyaman di Yerusalem. Dalam situasi santai seperti itu, Daud melihat seorang wanita yang sangat cantik. Ia menanyakan siapa namanya dan milik siapa wanita itu. Ternyata ia adalah isteri Uria, orang Het, komandan pasukannya sendiri.

Daud tidak berhenti di sana. Ia merasa memiliki kendali. Bukankah ia adalah seorang raja yang kekuasaannya memampukannya melakukan apa saja? Maka, ia meniduri Batsyeba. Tidak ada masalah, sampai ketahuan bahwa wanita itu mengandung. Kini keadaan mulai berada di luar kontrol Daud. Daud panik. Ia memanggil Uria berharap agar Uria pulang dan melakukan hubungan seksual dengan istrinya. Dengan demikian peristiwa itu akan menutupi dosa Daud. Namun, Uria tetap tidak mau bersenang-senang.

Tindakan Uria ini merupakan suatu sindiran kepada Daud yang tidak punya jiwa semulia Uria. Uria adalah komandan pasukan yang senantiasa kuatir terhadap keberadaan anak buahnya dalam pertempuran. Daud makin kehilangan akal. Dosa membuatnya menjadi raja yang lepas kendali.

Renungkan: Kemenangan atau kekalahan tidak terjadi sekejap mata. Itu adalah proses dari bagaimana kita mengandalkan diri dan semua aspeknya, juga menghargai wilayah-wilayah yang harus kita hormati.

(0.30) (1Raj 12:1) (sh: Hikmat anak muda vs hikmat orang tua (Rabu, 11 Agustus 2004))
Hikmat anak muda vs hikmat orang tua

Orang tua tidak selalu lebih benar daripada anak muda. Namun, orang tua yang takut akan Tuhan, memiliki pengalaman dan hikmat yang patut didengar dan ditaati oleh anak-anak muda. Orang yang lebih tua dan hidup dalam ketaatan pada firman Tuhan layak kita perhatikan nasihatnya. Rehabeam adalah anak Salomo yang usianya masih muda ketika ia menjadi raja menggantikan Salomo. Para tua-tua (= orang yang dipandang tua, berpengalaman) yang telah melayani ayahnya mendampingi Rehabeam saat itu. Para tua-tua itu telah "Banyak makan asam garam". Mereka telah menyaksikan bagaimana Salomo memerintah, bagaimana reaksi orang yang diperintah dengan "Tangan adil" atau "Tangan keras" serta akibat-akibatnya. Oleh sebab itu, ketika Rehabeam meminta nasihat mereka mengenai bagaimana harus menyikapi tuntutan Yerobeam, nasihat mereka keluar dari pengalaman-pengalaman hidup yang berharga (hikmat orang tua). Mereka menasihati Rehabeam untuk memenuhi permintaan Yerobeam dengan tujuan mengambil hati rakyat (ayat 6-8).

Sayang, Rehabeam memilih mendengar nasihat teman-teman sebayanya (hikmat anak muda), yang berpendapat bahwa keberhasilan memimpin harus ditunjukkan dengan kekuatan, kekerasan, dan teror (ayat 8-11). Akibatnya bisa dibayangkan, rakyat memberontak, melepaskan diri dari kekuasaan Rehabeam (ayat 16-20). Hampir saja terjadi perang saudara, jika Tuhan tidak campur tangan (ayat 21-24).

Ingatlah pelajaran melalui firman Tuhan hari ini. Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang persuasif dan peka terhadap pimpinan Tuhan, yang belajar dari pengalaman hidup dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Hikmat orang tua yang takut akan Tuhan melebihi hikmat anak muda, namun hikmat ilahi jauh melampaui semua itu. Hikmat ilahi mengajarkan kepemimpinan adalah pelayanan!

Renungkan: Kita dipanggil untuk menjalankan kepemimpinan ala Yesus, yaitu memimpin melalui melayani!

(0.30) (Mzm 7:1) (sh: Kedaulatan Allah, Hakim yang adil. (Sabtu, 18 Maret 2000))
Kedaulatan Allah, Hakim yang adil.

Banyak hal terjadi dalam kehidupan kita yang seringkali membuat kita bertanya: "Mengapa    semuanya ini terjadi dalam hidupku, padahal aku telah    mempertahankan hidup benar di hadapan-Nya?" Daud pun mengalami    pergumulan yang sama. Dalam perjalanan hidup iman dan kesalehan    hidupnya di hadapan Tuhan, ia mempertanyakan berbagai tragedi    yang dialaminya. Daud tahu kepada siapa ia mengadukan semuanya    ini.

Di tengah segala tantangan, ancaman, dan penderitaan yang    disebabkan para lawannya, Daud berseru kepada Tuhan yang setia    mendengarkan doanya. Ia berani mengadu dan menyatakan    ketidakbersalahannya, karena keyakinannya akan hidupnya yang    benar. Melalui pergumulan dan jawaban doa, pengenalannya akan    Tuhan semakin bertumbuh. Ia menyadari adanya kedaulatan Tuhan    yang melampaui tindakan, kebenaran, pengertian, dan standar    manusia. Orang benar diizinkan mengalami berbagai tekanan,    ancaman, tantangan, dan pergumulan agar semakin mengerti arti    hidup benar di hadapan-Nya. Justru melalui pergumulan inilah,    ada sesuatu yang begitu istimewa yang dibukakan oleh Tuhan    tentang misteri pergumulan. Orang benar tidak seharusnya    meragukan kehidupan benarnya atau kesetiaan Tuhan kepadanya,    ketika dalam pergumulan.

Daud kenal Tuhan sebagai Hakim yang adil, yang akan murka    kepada orang fasik dan meneguhkan orang benar. Pada akhirnya    Daud menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyelamatkannya    dengan cara-Nya sendiri. Tuhan memakai berbagai rencana dan    tindakan kejahatan justru untuk menunjukkan keadilan-Nya dan    menyempurnakan pembentukan anak-anak-Nya. Daud dapat bersyukur    ketika ia mengerti dan mengalami bagaimana keadilan-Nya berlaku    dalam kehidupannya.  Betapa leganya ketika dia menyaksikan    bagaimana orang yang merencanakan segala kejahatan itu ternyata    "kena batunya".

Renungkan: Pengalaman dalam kehidupan silih berganti antara    suka dan duka. Kristen hampir tidak pernah lepas dari pergumulan    karena hidup dalam dunia yang berlawanan arus. Teladanilah sikap    pengaduan Daud dengan motivasi mencari jawab dan kepastian    keadilan Tuhan bagi orang benar seperti dirinya. Dan    bersyukurlah bila kita tetap memiliki pengharapan akan keadilan    Tuhan. Ia pasti menyatakan keadilan-Nya.

(0.30) (Ams 22:17) (sh: Bagaimana hidup bijaksana? (Kamis, 26 Oktober 2000))
Bagaimana hidup bijaksana?

Setiap orang mendambakan hidup bijaksana, tetapi apakah setiap orang tahu bagaimana caranya? Amsal-amsal orang bijak atau hikmat lebih dari pengetahuan apa pun bagi setiap orang yang mau hidup bijaksana. Mereka tidak akan meremehkan hikmat, tetapi memasang telinga untuk mendengarkan dan memberi perhatian, kemudian menyimpannya dalam hati. Inilah yang menyenangkan hatinya. Bukan karena telah tersedia timbunan harta di rumahnya atau tingginya kedudukan di pundaknya, namun karena ia telah memperoleh yang terpenting dan terutama dalam hidupnya yakni hikmat.

Hikmat menuntun seseorang hidup percaya dan mempercayakan dirinya kepada Tuhan. Ia tidak lagi meletakkan pengharapannya kepada materi, benda-benda tertentu yang memiliki kekuatan, ataupun seseorang yang dianggapnya mampu memberikan perlindungan. Hanya kepada Tuhanlah ia menaruh kepercayaannya. Hikmat akan mengajarkan makna hidup sesungguhnya, walaupun segala sesuatu akan hilang dan musnah, namun kebergantungan kepada Tuhan tidak pernah akan mengecewakan. Penulis Amsal sangat menekankan pentingnya hikmat, maka ia mengulang beberapa kali kata 'aku telah menuliskannya' dan 'aku mengajarkan'. Betapa seriusnya penulis Amsal mengatakan bahwa hikmat mengajar seseorang untuk mengetahui yang benar dan sungguh, sehingga ia tidak pernah gentar dan gelisah untuk memberikan jawaban yang tepat kepada setiap orang yang menyuruhnya.

Hidup bijaksana tidak semata berkaitan dengan diri sendiri, tetapi juga dengan sesama. Kita tidak seharusnya bersikap sewenang-wenang terhadap orang-orang yang lemah dan berkesusahan. Seringkali manusia tidak lagi memandang ke bawah ketika sudah berada di tangga pimpinan atau menjadi seorang jutawan. Dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya, ia 'membeli' orang-orang lemah dan tak berdaya untuk memuaskan hasratnya, menganggap mereka hanyalah 'sapi perahan' yang pasrah. Penulis mengingatkan bahwa Tuhan yang akan membela mereka dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka.

Renungkan: Tak seorang pun layak menganggap dirinya lebih layak, lebih kaya, lebih terhormat, lebih berkuasa daripada orang lain, karena ini berarti kita melawan Tuhan Pembela orang lemah. Bersikaplah bijaksana baik terhadap diri sendiri maupun sesama!



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA