Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1321 - 1340 dari 1753 ayat untuk sebab (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.11) (Kel 20:8) (sh: Sabat untuk semua (Sabtu, 17 September 2005))
Sabat untuk semua

Sabat untuk semua Perintah keempat ini berbeda dengan perintah lainnya karena berbentuk instruksi positif. Perintah ini berada pada perbatasan antara perintah bagaimana bersikap terhadap Allah dan perintah tentang sikap terhadap sesama.

Mengingat dan menguduskan hari Sabat dilakukan dengan cara menghentikan semua pekerjaan pada hari itu. Semua yang ada dalam rumah tangga Israel, termasuk orang asing dan segala ternak, harus menaati perintah ini. Dasar perintah ini adalah menghormati Tuhan yang berhenti dari karya penciptaan-Nya pada hari ketujuh (ayat 11). Tujuannya supaya umat Tuhan bisa mensyukuri karya Tuhan dalam dunia milik-Nya. Dengan mengizinkan para pelayan dan semua ternak yang telah bekerja keras mengolah lahan pertanian selama enam hari, umat Israel menghormati Allah pencipta mereka dan menunjukkan belas kasih kepada sesama mereka. Dalam kitab Ulangan, Musa menyebutkan alasan lain mengapa hari Sabat perlu dirayakan. Hari Sabat adalah hari peringatan karya kasih Allah dalam sejarah Israel, yakni Ia telah membebaskan Israel dari kerja paksa selama di Mesir. Sebagai ucapan syukur mereka beribadah kepada-Nya setiap hari Sabat dan mengizinkan para pelayan beristirahat supaya mereka juga dapat menyembah Allah (Ul. 5:15).

Ketaatan kepada perintah hari Sabat menunjukkan keutamaan Allah bagi umat. Dengan beristirahat dari segala pekerjaan, kita juga menghargai tubuh pemberian Allah. Dengan mengizinkan karyawan kita beristirahat, kita menghormatinya sebagai sesama kita. Tuhan Yesus menekankan bahwa Ia menciptakan hari Sabat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Mrk. 2:7-8). Perintah memelihara hari Sabat berintikan penghormatan kepada Allah dan penghargaan terhadap hidup yang telah Ia karuniakan. Perintah ini bukan bertujuan membelenggu, tetapi membebaskan!

Renungkan: Sabat bukan membuat kita pasif tetapi proaktif, sebab dengan mengutamakan Tuhan saja kita dapat menghargai sesama dan hidup ini.

(0.11) (Kel 20:18) (sh: Gentar akan Tuhan (Sabtu, 24 September 2005))
Gentar akan Tuhan

Gentar akan Tuhan Pernah merasa takut dan gentar? Terhadap apa dan mengapa timbul perasaan demikian? Biasanya manusia takut terhadap sesuatu yang membahayakan dirinya atau terhadap seseorang yang jauh lebih berkuasa daripadanya. Jika Allah melalui tindakan-Nya membebaskan Israel dari perbudakan Mesir terbukti baik adanya, mengapa kini Israel takut dan gentar?

Allah yang baik itu juga adalah Allah yang dahsyat meng-gentarkan. Penyataan kedahsyatan Allah itu datang melalui gejala-gejala alam yang mematikan (ayat 18). Penyataan ini terjadi sesudah Allah memberi sepuluh hukum-Nya kepada umat perjanjian-Nya. Ini untuk menegaskan bahwa Allah menuntut umat tidak bermain-main dengan kasih, perjanjian, dan hukum-hukum-Nya. Memang Israel sudah menguduskan diri mereka sesuai perintah Tuhan sebelum Tuhan menyatakan diri-Nya di hadapan mereka (ayat 19:10-15). Namun, pengudusan itu harus terus-menerus dilakukan dan bukan hanya secara ritual atau lahiriah semata melainkan dalam seluruh aspek hidup mereka.

Dalam peristiwa ini Israel tidak tahan dan meminta Musa saja mewakili mereka (ayat 20:19). Memang tidak ada orang yang mampu menghampiri hadirat Tuhan karena dosa-dosanya. Namun, di dalam Tuhan Yesus orang beriman dimungkinkan untuk mendekat ke hadirat Allah sebab dosa-dosanya telah ditutupi oleh korban keselamatan-Nya secara sempurna (Ibr. 12:18, 19, 24). Dalam hidup sehari-hari kini kita menghayati setiap perjalanan di hadapan hadirat-Nya. Kita sekaligus menghayati rasa akrab dari kasih-Nya dan rasa gentar ka-rena kedahsyatan-Nya. Kepekaan akan sifat-sifat Allah itu membangkitkan sikap hidup yang bersuasana tunduk dan menyembah Dia senantiasa.

Ingat: Orang yang belum mengalami pembaruan hidup gentar dan menghindar dari Allah. Orang yang sedang mengalami pembaruan dari-Nya gentar dan hormat dalam dekapan kasih-Nya.

(0.11) (Kel 20:22) (sh: Ibadah sesuai keinginan Tuhan (Minggu, 25 September 2005))
Ibadah sesuai keinginan Tuhan

Ibadah sesuai keinginan Tuhan Sering orang percaya berkata bahwa beribadah pada hari Minggu di rumah saja sudah cukup karena Tuhan tahu isi hatinya. Sikap seperti ini menunjukkan ketidaktaatan. Seharusnya umat Tuhan memuliakan Dia dan beribadah dengan teratur.

Allah menegaskan ulang perintah yang kedua kepada Israel, yaitu cara beribadah kepada Allah. Penegasan itu diberikan-Nya setelah menyatakan serangkaian bukti kemaha-kuasaan Allah terhadap alam dan hidup manusia. Israel tidak boleh membuat patung dari emas dan perak untuk menyembah Dia. Perintah ini untuk mencegah Israel menjalankan konsep agama kafir bahwa dewa dewi hadir dalam wujud patung-patung berhala.

Allah bukan hanya mengatur bagaimana umat-Nya harus menyembah Dia (ayat 24a), Ia juga menentukan tempat bagi umat-Nya beribadah (ayat 24b) dan bahan mezbah yang mereka pakai saat menyembah-Nya (ayat 24a, 25). Batu boleh digunakan sebagai bahan mezbah, tetapi tidak boleh dibentuk menjadi mezbah karena segala pengerjaan terhadap batu itu menjadikannya tidak layak digunakan untuk menyembah Dia. Allah ingin penyembahan kepada-Nya dilakukan dengan cara yang berbeda. Pada waktu itu, ritual ibadah agama-agama Kanaan menggunakan batu-batu pahatan sebagai mezbah di atas bukit-bukit pengurbanan. Ritual ibadah agama-agama Kanaan juga terkenal kemesumannya dengan memperlihatkan aurat/alat kelamin pengikutnya. Oleh kare-na hal itu menjijikkan bagi Tuhan maka umat-Nya juga harus memiliki pandangan yang sama terhadap hal ini (ayat 26).

Ibadah yang benar harus sesuai dengan kehendak dan karakter Tuhan. Oleh sebab itu, kita tidak boleh bertindak semaunya dalam beribadah. Ibadah sejati berkaitan erat dengan sikap hidup yang benar di hadapan Tuhan dan sesama.

Camkan: Jauhkan diri Anda dari ibadah palsu, yang berpusat kepada keinginan diri sendiri dan bukan tertuju kepada kehendak Tuhan.

(0.11) (Kel 23:1) (sh: Kelebihan umat Tuhan. (Minggu, 10 Agustus 1997))
Kelebihan umat Tuhan.

Kelebihan umat Tuhan.
Semua orang pada dasarnya sama. Sama-sama punya kelebihan dan kekurangannya sendiri, sama-sama berdosa di hadapan Tuhan. Sebagai manusia, semua umat Tuhan pun pada dasarnya tidak berbeda dari manusia lainnya yang berbeda kepercayaan. Namun demikian pengenalan dan hubungan kita akan Tuhan, juga pengalaman menerima kasih karunia-Nya yang merubah posisi dan kondisi kita, membuat umat Tuhan harus memiliki kelebihan tertentu. Kelebihan itu bukan disebabkan oleh faktor manusia kita tetapi oleh faktor anugerah Allah. Kelebihan itu tidak membuat kita berbangga diri, tetapi mempermuliakan Allah.

Hukum dan hak manusia. Tuhan benar adanya. Ia ingin agar umat-Nya pun benar. Menyebarkan kabar bohong, menjadi saksi yang tidak benar, dan mebelokkan hukum, harus dijauhi oleh umat Tuhan. Orang lain bisa jadi biasa berbuat demikian, tetapi umat Tuhan tidak. Sebab prinsip yang dipegang umat Tuhan bukanlah apa yang lazim orang lakukan, tetapi apa yang benar di mata Tuhan. Dulu sampai sekarang ini, selalu saja orang cende-rung mempermainkan hukum. Ketidakpastian hukum itu hanya dapat dihentikan oleh orang-orang yang sungguh menjunjung kebenaran karena kemuliaan Tuhan dan karena hak manusia.

Perhatikan orang miskin. Bila orang miskin salah, umat Tuhan tidak boleh membelanya karena kemiskinannya itu. Salah harus dinyatakan salah, siapapun orangnya. Tetapi kebaikan dalam arti memperhatikan kebutuhan sesama kita harus tetap ada dalam diri orang beriman. Perhatian itu tidak boleh hanya dituju-kan kepada orang yang baik kepada kita, juga tidak dibatasi hanya kepada orang yang kita anggap layak ditinjau dari kedudukan eko-nominya. Bahkan musuh (ayat 4 dst.) dan orang miskin pun (ayat 6-13) umat Tuhan harus siap menolong. Jika kita berbuat baik hanya kepada orang yang pantas menerimanya, bagaimana kita dapat memancarkan kasih karunia dan kebaikan Allah kepada kita?

Renungkan: Ketidakbenaran hanya dapat dikalahkan oleh orang yang memiliki integritas karena taat kepada firman Tuhan.

(0.11) (Kel 35:1) (sh: Yang terbaik untuk Tuhan (Minggu, 21 September 1997))
Yang terbaik untuk Tuhan

Yang terbaik untuk Tuhan
Bangsa Israel disuruh memberikan persembahan khusus dari harta benda mereka untuk nendirikan tempat beribadah yang indah. Persembahan tersebut berbagai rupa. Ada emas, perak, barang-barang perhiasan, kain, kulit binatang, rempah-rempah, dll. Pokoknya yang dieprsmbahkan kepada Tuhan harus yang terbaik sebab seluruh hidup dan milik mereka berasal dari kebaikan Tuhan saja. Para tukang pun diminta untuk menyumbangkan keahlian mereka demi kemuliaan Tuhan.

Memberi dengan suka dan rela. Musa menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel, lalu mereka pulang ke tempat masing-masing. Ada kesempatan untuk merenungkan firman Tuhan dan memperhitungkan dulu apa yang mau mereka berikan. Tidak ada paksaan, tetapi setiap orang memberi dengan sukacita dan rela hati. Prinsip pemberian sukarela diungkapkan beberapa kali dalam perikop ini. Setiap orang memberi karena "terdorong hatinya" (ayat 5,22,29), "tergerak hatinya" (ayat 21,26), "terdorong jiwanya" (ayat 21) atau "hendak mempersembahkan persembahan khusus" (ayat 24). Namun jelas bahwa setiap orang Israel memberikan sesuatu. Persembahan bangsa Israel itu sedemikian banyaknya sehingga Musa harus menyuruh mereka berhenti, karena yang diberikan lebih banyak daripada yang dibutuhkan (Kel. 36:5-7)!

Persembahan kita. Sebenarnya Allah tidak memerlukan bantuan berupa uang atau harta atau pemberian lainnya. Sesungguhnya jika kita memberi persembahan, kitalah yang beroleh hak istimewa untuk tahu bersyukur kepada Tuhan dan menyadari bahwa Ia telah begitu baik menyediakan segala keperluan hidup kita. Persembahan adalah ungkapan dari pengakuan iman bahwa kita adalah milik Tuhan dan ungkapan dari kesediaan menjadi uluran tangan Tuhan bagi berbagai kebutuhan yang ada baik dalam pekerjaan-Nya maupun dalam sesama kita manusia.

Renungkan: Bila semua warga gereja dibina tentang kasih karunia Allah, tidak perlu dua atau tiga kantong kolekte untuk mengupayakan banyak uang bagi pelayanan gereja!

(0.11) (Im 8:1) (sh: Melayani Allah yang kudus (Selasa, 10 September 2002))
Melayani Allah yang kudus

Melayani Allah yang kudus. Pasal ini dimulai dengan memberikan garis besar dari bagian bagian selanjutnya (ayat 1-5). Pendahuluan ini berfungsi untuk menegaskan bahwa perintah ini memang berasal dari Allah. Kita memperhatikan adanya pengulangan frasa, “seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa” berkali-kali (ayat 9,13,17,dst.). Hal ini ingin menunjukan bahwa Musa, Harun dan keturunannya taat kepada Allah, dan ingin menyatakan kepada Israel bahwa asal mula ibadah mereka buan dari tradisi manusia, namun dari Allah.

Kemudian kita melihat 2 upacara yang berbeda, namun terkait. Pertama, pengudusan mezbah dan kemah pertemuan, serta pengudusan Harun sebagai imam besar (ayat 6-12). Umat mula-mula dikumpulkan “didepan pintu kemah pertemuan”. Lalu Harun dan anak-anaknya dibasuh dengan air, sebagai pembasuhan secara fisikal, juga sebagai pemurnian. Musa mengenakan pakaian imam untuk anak-anak Harun, dan pakaian imam besar untuk Harun yang mencakup hal-hal seperti tercatat dalam Kel. 28 dan 39.

Kedua,penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam-imam, yang dilakukan dengan rangkaian persembahan kurban dan upacara pemurnian, dilakukan selama 7 hari (ayat 13-36). Penahbisan merupakan pengalihan atau transfer status/jabatan. Darah kurban menyucikan Harun dan anak-anaknya, serta mengikat mereka dalam perjajian untuk melayani Allah dalam kemahNya. Selanjutnya persembahan unjukan diserahkan di telapak tangan Harun untuk dipersembahkan kekpada Tuhan karena persembahan itu adalah untuk kepentingannya dan anak-anaknya (ayat 27). Terakhir Musa menyelesaikan penahbisan itu dengan minyak urapan (ayat 30).

Melalui perikop ini kita belajar bahwa seseorang yang telah dipilih Allah menjadi pelayanNya, tidak otomatis dapat menjalankan tugas tersebut sebab orang tersebut harus terlebih dahulu dikuduskan, dan menjadi kudus.

Renungkan: Ingat bahwa sebeum anda melayani, memimpin, bersaksi, berbagi, anda perlu menguduskan diri anda, dan seterusnya hidup kudus karena Allah yang anda layani adalh kudus.

(0.11) (Im 11:1) (sh: Kebiasaan Rohani (Jumat, 13 September 2002))
Kebiasaan Rohani

Kebiasaan Rohani. Kebiasaan rohani menurut pemahaman kebanyakan kita adalah hal-hal seperti pergi ke gereja, memuji Tuhan, berdoa, membaca Alkitab. Tidak terpikirkan oleh kita bahwa kebiasaan makan adalah kebiasaan rohani juga. Oleh karena itu tidak heran jika sulit bagi kita memahami arti rohani bagian ini.Lebih-lebih karena dalam Perjanjian Baru pengaturan tentang makanan haram dan halal ini telah dibatalkan (Kis. 10), kita cenderung menganggap bagian ini tidak relevan.

Peraturan-peraturan yang Tuhan Allah berikan kepada umatNya dalam bagian ini sebenarnya sederhana saja. Ada jenis binatang yang boleh dimakan, dan dipakai juga untuk kurban-kurban; ada jenis binatang yang tidak boleh dimakan karena diperhitungkan najis. Mengapa yang satu dianggap yang lain najis, tidak Allah jelaskan. Jadi tidak dapat kita dogmakan bahwa alasannya karena kesehatan, atau karena ada binatang-binatang yang najis itu yang dipakai dalam penyembahan berhala. Lebih tepat kalau kita akui saja bahwa kita tidak tahu apa sebabnya. Sebab yang lebih dalam terletak pada kehendak Allah sendiri yang sesudah memberi umatNya peraturan tentang jalan masuk ke persekutuan denganNya melalui kurban-kurban, kini mengajarkan tentang kebiasaan-kebiasaan yang menanamkan

Kepekaan tentang kudus tidak kudus dalam kehidupan umat.

Kehidupan kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan makan, kebiasaan tidur dan bangun, kebiasaan kerja, kebiasaan yang berhubungan dengan hobi, dlsb. Kita cenderung beranggapan bahwa kebiasaan-kebiasaan itu tidak perlu dikaitkan dengan soal-soal rohani. Akibatnya kehidupan kita terbagi kedalam dua ruang terpisah: aspek rohani dan aspek sehari-hari yang tidak rohani. Bagian firman ini mengingatkan bahwa kita tidak bisa hidup terbelah dua demikian. Kebiasaan-kebiasaan kita dari rumah sampai kekantor, dari pribadi sampai komunal, ddari rumah makan sampai kerumah ibadah, harus serasi dan sepenuhnya mengekspresikan kemuliaan Tuhan.

Renungkan: Kristus menyelamatkan dan membebaskan kita agar kita boleh bebas memuliakan Dia dengan segenap hidup kita.

(0.11) (Im 22:1) (sh: Kudus..., hati-hati bertindak! (Selasa, 24 September 2002))
Kudus..., hati-hati bertindak!

Kudus..., hati-hati bertindak! Di pasal 2 kita belajar bahwa Allah tidak main-main menuntut kekudusan para imam. Tuntutan Allah tidaklah berlebihan, karena tugas yang harus dijalankan para imam adalah tugas yang kudus. Otomatis tugas yang kudus itu harus diiringi dengan kehidupan yang kudus pula. Karena itu bila merekan dianggap najis menurut aturan yang telah Allah berikan, mereka harus lebih dahuluu mentahirkan diri.

Pada pasal ini kita diajak untuk memahami beberapa hal tentang hal pentng. Pertama, tentang dampak akibat kenajisan yang dilkaukan para imam adalah larangan untuk menjamah hal-hal yang kudus (ayat 1-16); Bagian pertama ini dialamatkan kepada para imam. Meraka diingatkan akan sanksi allah yang harus dihadapi sebagai konsekuensi pelanggaran ini adalah dilenyapkan dari hadapan Allah (ayat 3), dinajiskan dalam waktu yang panjang (ayat 4a), bahkan meninggal dunia (ayat 9). Mereka juga diperingatkan supaya jangan bersalah dalam hal kurban itu, terutama supaya mereka jangan membiarkan oaran gyang tidak berhak makan persembahan kudus. Karena seluruh bangsa Israel akan terlibat menanggung kesalahan mereka (ayat 15-16).

Kedua, tentang peraturan-peraturan mempersembahkan kurban (ayat 17-25). Bagian ini merupakan penetapan tentang persembahan-persembahan yang dikorbankan, yaitu harus tidak bercela. Peraturan ini dialamatkan kepada para imam, dan umat. Dikatakan bahwa prinsip asasi untuk semua korban adalah sama, yaitu bahwa korban cacat tidak bias dipakai (ayat 18-21). Memang orang yang membawa korban cacat tidak dihukum, tetapi tujuan korbannya gagal, sebab tidak mengadakan hubungan baik antara Allah, dengan dirinya (ayat 22-25)

Melalui perikop ini, kita belajar bahwa ternyata tidak ada imam y ang dapat sepenuhnya dan sempurna menjalani ketetapan-ketetapan Allah. Hanya satu Imam Agung yang secara sempurna dan utuh untuk memenuhi segala-ketetapn-ketetapan Allah, Dialah Yesus Kristus yang tak bercacat cela.

Renungkan: Mengambil bagian dalam kekudusan Allah sama dengan masuk dalam dan mengalami keindahan hadirat-Nya.

(0.11) (Ul 5:1) (sh: Hidupi hukum-hukum Allah (Kamis, 1 Mei 2003))
Hidupi hukum-hukum Allah

Hidupi hukum-hukum Allah. Umat Allah adalah milik Tuhan. Tentunya kemilikan Allah atas umat harus berbentuk, dan terujud di dalam hubungan intim antara kedua pihak. Untuk itu Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya. Dengan menaati hukum-hukum itu umat mengalami kemilikan Allah atasnya di tengah konteks hidup bermasyarakat.

Sepuluh hukum yang kita renungkan kini adalah pengulangan. Pertama kali hukum-hukum ini diberikan di awal perjalanan mereka ke luar dari Mesir (Kel. 20). Empat puluh tahun mereka harus mengembara sia-sia sebab tidak menaati hukum-hukum tersebut. Kini sesudah generasi pembangkang itu punah dan generasi baru siap memasuki penggenapan janji Allah, Musa mengulang kembali hukum-hukum tersebut.

Sejarah kegagalan generasi pertama Israel tidak saja menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya, tetapi juga bagi kita gereja Tuhan masa kini. Kita adalah milik Tuhan, kita memiliki keunikan dan tidak dapat hidup sama dengan orang yang tidak kenal Tuhan. Tidak memiliki keunikan, tidak menaati hukum-hukum Tuhan, membuat rencana Allah gagal terujud di dalam kita.

Hukum-hukum Tuhan adalah ungkapan sifat Allah sendiri dan bertujuan agar umat Tuhan mengenal Tuhan dan dengan menaati, mengalami maksud-maksud Allah untuk umat-Nya. Dalam PL umat Tuhan mendengarkan firman ini dibacakan berulang-ulang sampai kini, dan maksudnya terpatri di dalam hati mereka. Manusia perlu prinsip dan kaidah yang mempengaruhi pemahaman tentang realitas, dorongan keinginan dalam hati dan pola penilaiannya. Karena manusia jatuh dalam dosa, kebudayaan dengan semua yang baik di dalamnya tidak dapat dijadikan norma untuk hal-hal penting ini.

Renungkan: Sepuluh hukum dari Tuhan ini harus kita jadikan norma utama dan terakhir bagi hal-hal tadi.

(0.11) (Ul 7:1) (sh: Kasih tanpa kompromi (Senin, 5 Mei 2003))
Kasih tanpa kompromi

Kasih tanpa kompromi. Kata-kata yang terdapat pada bagian ini bernada keras, dan tegas. Nada seperti ini tidaklah mudah untuk kita pahami. Ingatlah bahwa baru saja Tuhan berkata: "Jangan membunuh" (Ul. 5:17), namun kini Israel diperintahkan untuk tidak bergaul, menumpas tujuh bangsa yang mendiami tanah perjanjian serta membumihanguskan agama dan kebudayaan mereka (ayat 1-5). Bagaimana kita memahami hal ini?

Perintah ini tidak dimaksudkan untuk mengajarkan Israel agar membenci bangsa-bangsa dan budaya lain. Tetapi, untuk mengajarkan kepada Israel betapa Tuhan mengasihi mereka dan setia pada perjanjian-Nya. Perjanjian antara TUHAN dan umat-Nya adalah perjanjian yang diikat dalam ikatan cinta (ayat 6-8). Semuanya ini diperintahkan bukan untuk mengajarkan bahwa Israel adalah ras yang unggul dan diperbolehkan berbuat sekehendak hati mereka. Alasan dari semuanya ini adalah karena bangsa-bangsa asing itu membenci Tuhan dan akan menyeret Israel masuk ke dalam ketidaksetiaan kepada Tuhan (ayat 4,10). Hal ini berarti bahwa segala pengaruh yang mengotori komunitas orang beriman haruslah secara total dihancurkan, sebab mereka adalah umat kudus Allah (ayat 6). Untuk memelihara kemurnian, segala bahan pengotor harus disingkirkan tanpa kompromi.

Sebagai orang beriman, kita tidak diajarkan untuk hidup secara rasialis karena Injil ditujukan untuk semua bangsa (bdk. Mat. 28:19; Gal. 3:28; Ef. 2:11-16). Kita tidak diajarkan untuk membenci mereka yang berbeda iman. Kristen adalah pewaris iman Abraham, dan gereja yang berada dalam konteks majemuk harus selalu bersikap ramah dan lemah lembut terhadap semua orang (lih. Gal. 3:6-9; Tit. 3:1-2). Dengan cara ini kesalahan dan kejahatan kita taklukkan.

Renungkan: Tuhan sedemikian mengasihi gereja dan umat-Nya. Ia menginginkan kemurnian di dalamnya karena itu Tuhan tidak mengizinkan gereja dikotori oleh motivasi yang cemar.

(0.11) (Ul 14:1) (sh: Komunitas terpilih dan kudus (Jumat, 16 Mei 2003))
Komunitas terpilih dan kudus

Komunitas terpilih dan kudus. Israel adalah bangsa yang dikhususkan dan yang dipisahkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Kekhususan tersebut membuat Israel harus berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dengan bangsa-bangsa lain. Kadang-kadang perintah semacam ini terasa oleh kita sebagai terlampau eksklusif, ekstrim dan fanatik memutuskan hubungan antara umat Allah dengan bangsa-bangsa lain. Misalnya, Israel tidak boleh mengikuti cara berkabung bangsa-bangsa sekitar yang berakar pada kepercayaan akan ilah-ilah (ayat 1,2). Israel juga tidak diperkenankan memakan binatang yang dipersembahkan kepada ilah-ilah bangsa lain dan binatang- binatang yang diharamkan (ayat 7,8,10,12-20).

Dari ketentuan ini, kita mempelajari dua hal: pertama, larangan- larangan ini bertujuan memutuskan mata rantai umat Israel dengan bangsa-bangsa lain yang mempengaruhi Israel menyembah ilah-ilah lain. Pada waktu itu (zaman sesudah pembuangan) umat Allah telah begitu jauh meninggalkan Allahnya dan menyembah ilah-ilah lain. Kedua, larangan-larangan memakan daging hewan, burung, dan binatang laut tertentu tidak secara otomatis menjadi peraturan yang harus dilaksanakan oleh umat Allah sepanjang zaman. Sebab penekanan utamanya bukan pada jenis makanannya, tetapi pada sikap umat yang tahu membedakan mana kudus mana tidak.

Allah berinisiatif memilih dan mengkhususkan orang yang beriman kepada-Nya, termasuk kita, untuk Dia. Bahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita telah dikuduskan-Nya. Karena itu respons orang beriman adalah menyerahkan diri dan tunduk total kepada Allah dan kehendak-Nya. Seluruh keberadaan hidup kita sudah seharusnya mengikuti ciri kekudusan Allah: tidak bercacat cela, tidak membangkang terhadap Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Renungkan: Tuhan tidak hanya memilih dan mengkhususkan Anda, tetapi juga menguduskan Anda untuk Dia.

(0.11) (Ul 16:18) (sh: Kata dan perbuatan (Selasa, 20 Mei 2003))
Kata dan perbuatan

Kata dan perbuatan. Rumusan, pernyataan, dan pengakuan iman tentang karya penyelamatan Allah berakar pada tindakan nyata Allah dalam peristiwa dan sejarah umat Allah. Karena itu kata firman (Ibr. davar) mengandung dua arti yaitu kata dan perbuatan. Firman Allah adalah kata dan perbuatan Allah. Keduanya mengungkapkan hati Allah, keduanya mewujudkan kehendak Allah, serasi tanpa konflik. Apabila umat dituntut melakukan firman, maka yang dimaksud adalah memberitakan perbuatan Allah melalui kata sekaligus perbuatan. Tuntutan untuk serasi kata dan tindakan serta memberlakukan karya penyelamatan dan kasih Allah dalam kehidupan umat, khususnya perlu dilaksanakan di bidang peradilan.

Firman dengan dimensi peradilan ini disampaikan ketika berbagai penindasan dan ketidakadilan di tengah-tengah masyarakat Israel dilakukan para elit politik waktu itu. Jelas, penindasan dan ketidakadilan bertentangan dengan kebaikan, kasih dan kebenaran Allah. Setiap orang yang menerima suap dan mengadili dengan mempermainkan standar kebenaran, tidak hanya melanggar hukum peradilan, tetapi juga melawan Allah. Karena itu, para hamba peradilan diminta agar khusus menjaga diri dari menerima suap, sebab suap membutakan mata orang-orang bijaksana dan orang-orang benar (tsadiq). Para hamba peradilan menduduki kehormatan mewakili Allah. Sepatutnya bahwa wibawa Allah dan kebenaran dihormati oleh mereka. Mereka bertanggungjawab untuk menjamin peradilan yang adil dan benar bagi seluruh bangsa (bdk. 18,20). Keadaan bangsa Indonesia tercinta ini akan terus terpuruk karena praktik-praktik ketidakadilan dan suap. Selama orang tidak segan-segan melakukan ketidakadilan, berarti mata mereka buta dan tak berhikmat menegakkan keadilan.

Renungkan: Berserulah kepada Tuhan agar Ia menegakkan keadilan dan kebenaran-Nya di tengah-tengah bangsa kita.

(0.11) (Ul 22:13) (sh: Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar (Rabu, 30 Juni 2004))
Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar

Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar. Zaman di mana seks dianggap tabu sudah lewat. Kini, dari kota besar sampai ke desa terpencil, dari kaum muda gaul dunia ini sampai ke kalangan gerejani, seks sudah menjadi hal biasa. Dari menabukan kini orang cenderung menganggap seks sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya makanan dan pakaian. Akibatnya, kesukaan yang harusnya hadir dalam sikap menghormati seksualitas digantikan oleh banyak perkara menyedihkan.

Alkitab tidak menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tabu atau suatu yang boleh diperlakukan seenaknya. Seksualitas ialah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Setiap kali Alkitab menuliskan kalimat positif mengenai seksualitas, selalu dikaitkan dengan ikatan pernikahan yang sakral. Di luar pernikahan, seksualitas, menurut Alkitab, tidak boleh dipermainkan.

Perikop ini berbicara mengenai orang yang mempermainkan seksualitas dan pernikahan. Pertama orang yang memfitnah keperawanan istri yang ia nikahi. Orang seperti ini harus dihukum (ayat 13-21). Lalu, juga mengenai mereka yang melakukan seks tanpa ikatan pernikahan (mis: pemerkosaan atau kumpul kebo, ayat 22-30). Hukuman bagi mereka adalah dirajam. Mempermainkan seksualitas dan pernikahan adalah dosa dan harus dihukum.

Di tengah-tengah kehidupan modern yang tidak lagi menghargai seksualitas (apakah itu menahan atau mengumbar) di dalam pernikahan yang didirikan oleh Allah sendiri, kita dipanggil oleh Allah untuk memberikan teladan dalam masalah seksualitas. Sebagai pribadi, kita dipanggil untuk tidak mempermainkan seksualitas. Sebagai keluarga, kita dipanggil untuk menghormati pernikahan.

Renungkan: Allah ingin kita berlaku suci dalam keseluruhan aspek kehidupan. Kita dipanggil untuk menghayati seksualitas yang indah dan kudus sebab mengikuti aturan Allah.

(0.11) (Ul 28:1) (sh: Hubungan berkat dan taat (Sabtu, 10 Juli 2004))
Hubungan berkat dan taat

Hubungan berkat dan taat. Ketaatan kepada Allah mendatangkan berkat yaitu hidup yang berkenan kepada-Nya, hidup yang sesuai dengan kodrat kemanusiaan (=sifat yang asli). Artinya, segala sesuatu akan berjalan sebagaimana hidup itu seharusnya. Ini bukan akibat otomatis sebab dosa sudah merusak dan mengotori keindahan kodrat ilahi atas manusia dan ciptaan lain. Berkat adalah anugerah Allah yang dinyatakan dengan melimpah.

Dari segi jumlah tampak ketidakseimbangan antara berkat dan kutuk (Ulangan 27:11-26) yang diberikan (satu berbanding empat). Ketidakseimbangan ini diberikan karena umat Tuhan cenderung berdosa, sehingga kutuk pun dominan. Bagian berkat ini terdiri dari bagian ringkas yang memaklumatkan berkat yang diterima Israel (ayat 1-6) disusul dengan sedikit penjabaran yang berbentuk pembalikan susunan bagian kalimat; berkat berupa perlindungan dan kemenangan Israel atas musuhnya (ayat 7,13a); berkat berupa kesejahteraan dan kelimpahan hidup di tanah perjanjian (ayat 8,11-12); berkat berupa relasi Israel dengan Allah yang menjadi dasar semua berkat lainnya (ayat 9-10). Keseluruhan berkat ini diapit oleh pesan dan syarat yang sama, yaitu kesetiaan, ketelitian dan kesungguhan melakukan apa yang dituntut Tuhan dalam perjanjian Sinai (ayat 1-2,13b-14).

Berkat bagi Israel ini berhubungan dengan keberadaan mereka sebagai umat Allah. Namun, perwujudan berkat ini terjadi di dalam relasi intim Israel dengan Allah dan melalui tindakan nyata bangsa Israel yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Israel diberkati untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.

Bagi umat Kristen yang setia mengikut Kristus inti berkat yang disediakan Allah adalah kehidupan yang menjadi berkat bagi orang di sekeliling kita. Menjadi berkat dalam materi, kesehatan, persahabatan dengan sesama.

Renungkan: Berkat yang dilimpahkan kepada kita adalah anugerah yang tidak layak kita terima, kalau begitu bukankah seharusnya kita tidak menahan berkat itu bagi orang lain?

(0.11) (Ul 30:1) (sh: Jangan sia-siakan kasih setia Allah (Rabu, 14 Juli 2004))
Jangan sia-siakan kasih setia Allah

Jangan sia-siakan kasih setia Allah. Berulang kali anak itu mengecewakan ibunya, berulang kali pula ibunya mengampuni. Suatu saat, anak itu bertanya, "Ibu, masih adakah pengampunan bagiku? Apakah aku boleh mencoba lagi taat kepadamu?" Ibunya menjawab dengan berlinang air mata, "Anakku, selama matahari masih terbit, selama itu juga pengampunanku." Puji Tuhan! Kasih setia-Nya jauh melebihi kasih seorang ibu.

Bangsa Israel patut bersyukur memiliki Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Walaupun hukuman adalah konsekuensi dosa, namun Tuhan menginginkan bangsa Israel bertobat. Bahkan setelah penghukuman diturunkan, pemulihan disediakan. Allah bukan hanya berjanji memulihkan mereka yang bertobat dan memberkati dengan limpah (ayat 3-5,9), Allah bahkan akan mengubah hati mereka supaya mampu mengasihi-Nya (ayat 6) dan menaati firman-Nya (ayat 8). Puji Tuhan, kesanggupan untuk mengasihi dan taat kepada firman-Nya berasal dari Allah sendiri.

Namun bangsa Israel harus memilih untuk taat. Bangsa Israel tidak bisa berdalih, bahwa perintah Allah terlalu tinggi untuk diraih dan terlalu jauh untuk dijangkau. Sebab firman-Nya dekat kepada bangsa Israel. Yang penting adalah sikap hati yang mau taat kepada-Nya (ayat 11-14). Sekali lagi Allah memperhadapkan Israel dengan pilihan (ayat 15,19-20) janji berkat untuk ketaatan mereka (ayat 15-16), atau ancaman kutuk untuk kekerasan hati mereka (ayat 17-18).

Sama seperti Israel harus memilih, kita pun diminta untuk memilih. Tuhan menginginkan agar kita memilih taat pada firman-Nya. Kita bisa menikmati segala berkat-Nya dalam Yesus Kristus. Namun kita harus memilih untuk mengasihi Dia, taat kepada firman-Nya, dan melakukan perintah-Nya untuk dapat menikmati berkat itu.

Renungkan: Berkat Tuhan dan kasih setia-Nya tersedia bagi setiap anak-Nya yang memilih untuk taat kepada firman-Nya dan melakukan perintah-Nya. Jangan sia-siakan kasih setia Allah.

(0.11) (Ul 31:1) (sh: Ketaatan membawa berkat masa depan (Kamis, 15 Juli 2004))
Ketaatan membawa berkat masa depan

Ketaatan membawa berkat masa depan. Masa depan, siapa yang dapat meramalkannya? Para cenayang (=dukun yang dapat berhubungan dengan makhluk halus) mencoba membaca masa depan. Tidak disangkal, roh jahat memiliki pengetahuan dan kekuatan yang melampaui manusia. Namun kendali sejarah hanya ada di tangan Allah pencipta.

Israel sudah tiba di ambang pintu tanah Perjanjian. Musa dengan setia menghantar mereka sampai di situ. Namun, Musa tidak diijinkan Allah masuk ke tanah Kanaan. Yosualah yang akan menggantikan Musa memimpin umat Israel memasuki negeri itu. Ada dua masalah besar. Pertama, Israel tidak memiliki pasukan untuk berperang merebut negeri yang penduduknya ahli berperang. Kedua, walaupun Yosua pernah memimpin pasukan Israel mengalahkan Amalek empat puluh tahun yang lampau (Kel. 17:8-16), sekarang ia sudah tua. Mampukah ia menggantikan Musa dan memimpin mereka menaklukkan Kanaan?

Tidak seorang pun yang dapat menjamin Israel mampu menduduki tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua. Tetapi Allah mampu! Bukankah Dia yang mengendalikan sejarah? Oleh sebab itu Musa menasihati Israel untuk mempercayakan diri mereka kepada Allah. Allahlah yang berperang bagi mereka. Allah akan memakai Yosua sebagai pemimpin mereka mengalahkan musuh (ayat 6). Pesan untuk Yosua sama intinya, "kuatkan dan teguhkanlah hatimu ... Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" (ayat 7).

Siapa yang dapat meramal masa depan Indonesia? Mungin kita pesimis melihat gejolak politik berkaitan dengan pemilu. Orang yang menilai diri mereka layak jadi pemimpin jauh dari kualitas Musa ataupun Yosua. Namun masa depan kita tidak terletak pada mereka tetapi pada Allah pencipta, yang berdaulat atas sejarah manusia.

Renungkanlah: Inilah saatnya menaruh percaya dan harap kepada Allah. Jangan mengandalkan manusia, sebaliknya doakanlah pemimpin kita agar Tuhan menyertainya seperti Ia menyertai Yosua!

(0.11) (Ul 31:14) (sh: Nyanyian peringatan! (Jumat, 16 Juli 2004))
Nyanyian peringatan!

Nyanyian peringatan! Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Allah tahu isi hati manusia terdalam. Oleh sebab itu, ketika Allah mengungkapkan keprihatinan-Nya terhadap pengkhianatan Israel di kemudian hari, itu bukan untuk sekadar menimbulkan perasaan harap-harap cemas, melainkan sesuatu yang serius untuk ditanggapi Israel.

Bolehkah nyanyian yang dipersiapkan Musa (pasal 32) itu disebut nyanyian perkabungan? Apakah nyanyian ini boleh disebut sebagai nubuat bahwa Israel kelak akan berpaling dari Allah dan mengingkari perjanjian-Nya? Kalau begitu layaklah Israel berkabung, karena suatu saat nanti mereka dipastikan akan menyangkali Allah dan oleh karenanya akan menerima ganjaran kemurkaan Allah dan berbagai malapetaka lainnya. Namun demikian, lebih tepat dikatakan bahwa ungkapan keprihatinan Allah ini bukanlah nubuat, melainkan pernyataan keprihatinan Ilahi akan karakter dasar Israel yang cenderung melupakan Allah dan berpaling kepada ilah-ilah palsu. Artinya nyanyian yang akan digubah Musa itu berfungsi memperingatkan Israel agar mawas terhadap kecenderungan berpaling dari Allah (ayat 16-22).

Musa memerintahkan kaum Lewi untuk meletakkan kitab Taurat yang selesai ditulis itu di samping tabut Perjanjian sebagai peringatan agar Israel tidak berpaling dari Allah. Kitab Taurat dan nyanyian Musa ini berfungsi mengingatkan Israel untuk tidak melanggar firman-Nya. Kitab Taurat menjadi petunjuk bagaimana sikap Israel dan nyanyian Musa berfungsi mengingatkan mereka terhadap kelemahan mereka. Jadi sambil bersandar kepada Allah, mereka menaati firman-Nya.

Hari ini kita memiliki firman Tuhan sebagai pedoman hidup yang berkenan kepada Allah. Kita juga melihat berbagai pengalaman hidup sesama orang Kristen dan sejarah gereja yang menjadikan kita mawas diri akan kelemahan yang masih kita miliki.

Peringatan: Jangan sombong. Jangan merasa kuat. Rendahkan dirimu di hadapan Tuhan. Pelajarilah firman-Nya dengan setia. Belajarlah dari pengalaman anak-anak Tuhan.

(0.11) (Ul 34:1) (sh: Lukisan hidup (Kamis, 22 Juli 2004))
Lukisan hidup

Lukisan hidup. Perikop ini berbicara tentang kematian Musa. Mungkin kita pernah mendengar pepatah yaitu "Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan hutang". Bagaimana dengan Musa? Kenangan dan pengaruh macam apa yang ia tinggalkan sesudah kematiannya?

Tuhan tidak mengizinkan Musa memasuki tanah perjanjian karena ia gagal mempercayai Tuhan (Bil 20:12). Tuhan masih mengizinkan Musa naik ke atas gunung Nebo dan melihat negeri perjanjian itu (ayat 1-4). Musa mati dalam keadaan mata yang belum kabur dan kekuatan yang belum hilang (ayat 5-8). Ia meninggal dalam usia 120 tahun. Bangsa Israel berkabung atas kematiannya selama 30 hari. Ini adalah peringatan kematian yang panjang, karena biasanya hanya selama 7 hari. Hal ini membuktikan bahwa Musa adalah seorang nabi Tuhan yang agung yang pernah hidup di Israel. Namun demikian, sekaligus kita diingatkan bahwa bukan Musa dan Taurat dapat membawa orang masuk ke dalam perhentian kekal. Hanya sang Pemimpin hidup sejati, sang Hidup itu sendiri yang dapat menuntun kita masuk ke tanah perjanjian kekal. Ialah Yesus Kristus, dan Injil-Nya yang berkuasa mengubah hidup. Hidup Musa seperti goresan di atas kanvas yang menghasilkan sebuah lukisan indah. Dari penggembala domba Allah menjadikannya pemimpin umat dan penyampai perjanjian dan hukum Allah. Semua yang ia sampaikan tentang kepemilikan Allah atas Israel bukan teori, tetapi penghayatan hidupnya sendiri. Ia dan Pentateukh (lima kitab Musa) seolah menjadi satu, sebab Allah sungguh hidup di dalamnya. Tidak inginkah kita juga menjadi manifestasi kebenaran dan kemuliaan-Nya dalam tiap goresan hidup kita hari lepas hari?

Hidup kita bagaikan lukisan, musik, karya seni indah yang berpotensi mempengaruhi banyak orang dan kelak memainkan peran dalam liturgi yang memuliakan Allah. Firman dan Roh-Nya akan membentuk kita kepada kualitas hidup demikian.

Tekadku: Aku rindu hidupku menjadi lukisan karya Allah yang indah, supaya melalui hidupku orang menemukan Allah.

(0.11) (Hak 3:7) (sh: Tidak jera (Minggu, 5 Oktober 1997))
Tidak jera

Tidak jera
Berulang kali bangsa Israel melakukan hal yang sama. Perbuatan itu jahat, sebab mereka melupakan Tuhan Allah mereka yang hidup, lalu beribadah kepada berhala-berhala bangsa kafir (ayat 7). Allah pasti murka. Ia membangkitkan berbagai kesengsaraan atas mereka. Delapan tahun ditindas bangsa Aram-Mesopotamia. Delapan belas tahun ditindas oleh bangsa Moab. Itulah akibat dari menyembah berhala. Namun dalam kemurahan-Nya yang tak terukur Allah memberikan bagi mereka, Otniel, Ehud, Samgar untuk melepaskan mereka dari tindasan bangsa-bangsa kafir tersebut. Sayangnya, kesengsaraan sedemikian berat dan kasih setia sedemikian besar, tidak membuat orang Israel bertobat. Mereka tidak maju lebih dekat kepada Tuhan. Mereka hanya berputar-putar membuang waktu dan menyia-nyiakan hidup.

Ketergantungan kepada pemimpin. Selama hakim yang dibangkitkan Tuhan masih hidup, negeri dalam keadaan aman. Tetapi apabila hakim itu meninggal, bencana kembali menimpa mereka. Mengapa demikian? Karena mereka berbuat jahat lagi. Ketaatan mereka kepada Allah, jelas semu saja. Mereka sangat bergantung pada manusia, mereka tidak mengikut dan menaati Allah dari hati mereka sendiri. Mereka butuh pengaruh dari seorang manusia yang kelihatan. Jelaslah keimanan mereka tidak murni. Memang harus diakui betapa besar arti pemimpin dan betapa penting peran yang dijalankannya. Tuhan dapat berbuat banyak hal besar melalui pemimpin yang baik. Namun betapa pun pentingnya arti seorang pemimpin, ketergantungan dan kesetiaan kita tanpa pamrih hanya boleh diarahkan kepada Satu Pemimpin saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Renungkan: Serahkanlah hati sepenuhnya kepada-Nya, maka semua godaan dan kecenderungan untuk bergantung pada manusia akan teratasi.

Doa: Terima kasih Tuhan Yesus,Kau telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kami setiap saat.

(0.11) (Hak 21:1) (sh: Kelangsungan hidup (Minggu, 9 November 1997))
Kelangsungan hidup

Kelangsungan hidup
Kehancuran suku Benyamin luar biasa parah. Bila enam ratus orang itu tidak segera menyingkir dan melarikan diri, pastilah suku itu sudah punah (ayat 20:47). Semua suku Israel kemudian membuat kesepakatan untuk tidak memberikan kaum wanita mereka bagi pria-pria Benyamin tersebut. Dengan demikian jelaslah suku tersebut tidak akan berlangsung lama sebab tidak memiliki keturunan. Namun kemudian suku-suku Israel itu akhirnya memikirkan juga kelangsungan suku saudara mereka itu. Apa yang menyentuh hati mereka itu? Marah dan benci akhirnya mencair juga oleh sentuhan pertimbangan religius (ayat 3). Dan mereka pun merancang upaya agar para pria Benyamin itu beroleh pasangan hidup.

Kembali mempermainkan hukum. Keprihatinan suku-suku Israel itu pada dasarnya benar. Sayangnya mereka telah bersumpah untuk tidak memberikan wanita mereka kepada orang Benyamin. Sebaliknya dari mengakui kekeliruan sumpah yang dibuat karena mengikuti perasaan marah itu, mereka justru merancang sesuatu yang keliru meski tujuannya memang baik. Lebih gawat lagi, mereka menjadikan pemeriksaan religius atas orang-orang Yabesy-Gilead. Karena semua mereka tidak datang ke kemah jemaah, semua mereka termasuk kaum wanita yang telah menikah dibunuhi Dengan cara itu, mereka mendapat empat ratus wanita yang dapat diberikan menjadi istri untuk orang-orang Benyamin. Baiklah pertimbangan-pertimbangan kita melibatkan Baiklah tidak saja mempertimbangkan kelangsungan hidup yang di bumi tetapi juga nasib kekal manusia!

Renungkan: Kebijakan yang datang dari sendiri, bukan dari Tuhan, selalu akan mengandung sifat melanggar dan memutar-balikkan peraturan.

Doa: Tuhan, ajarkan kami untuk berseru kepadaMu dan menantikan hikmatMu memberi jalan keluar bagi berbagai kemelut yang kami hadapi.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.11 detik
dipersembahkan oleh YLSA