Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1281 - 1300 dari 1515 ayat untuk firman [Pencarian Tepat] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.087792991666667) (Pkh 3:1) (sh: Segala Sesuatu Indah pada Waktunya (Senin, 28 November 2016))
Segala Sesuatu Indah pada Waktunya

Ketidakmampuan manusia mengontrol apa yang akan terjadi sering kali membuat dirinya menyesal. Contohnya, saat rumah terbakar habis, maka kita sering kali berpikir mengapa harus membangun rumah dengan bersusah payah.

Nas hari ini menekankan betapa manusia tidak mampu mengendalikan masa depan. Karena, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya" (1). Di sini, ada 7 ayat dengan 14 pasang merism (gaya bahasa yang memakai kata-kata yang berlawanan untuk menunjukkan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya) yang menekankan ada waktu untuk mengalami hal-hal yang baik dan menyenangkan, tetapi juga yang buruk dan menyedihkan (2-8).

Hal di atas menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengatur apa yang bakal terjadi. Tidak heran apabila Pengkhotbah merespons dengan kalimat, "apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah" (9; bdk. 1:3)? Tentu saja ia menyadari bahwa manusia harus berjerih payah karena itu diberikan oleh Allah (10). Meski demikian, ada hal positif yang dapat dipetik dan dipelajari. Dalam ketidakmampuan manusia mengontrol apa yang terjadi, Tuhan mengendalikan segala sesuatu dan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya" (11).

Ketika kita mengamati 14 pasang merism, pasangan pertama dimulai dengan kalimat "ada waktu untuk lahir" (2) dan pasangan terakhir dengan kalimat "ada waktu untuk damai" (8). Kata "damai" di sini diterjemahkan dari Shalom. Artinya, Allah merancang kehidupan orang percaya yang dimulai dengan kelahiran, mengalami banyak hal yang baik dan buruk, kemudian berakhir dengan Shalom.

Banyak kesulitan hidup membuat kita letih dan frustasi. Meski kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, Pengkhotbah telah memberitahukan bahwa Tuhan akan membuat segalanya indah pada waktunya. Karena itu, kita harus beriman bahwa Allah merancang kehidupan orang percaya untuk berakhir denganShalom dalam hadirat-Nya. Marilah kita menjalani hidup dengan optimis dan tabah. [IT]

(0.087792991666667) (Pkh 7:1) (sh: Nilai tambah kehidupan (Minggu, 14 Juni 1998))
Nilai tambah kehidupan

Nilai tambah kehidupan
Hal-hal yang mengandung nilai tambah perlu dikenali dan diminati sungguh oleh tiap orang yang menginginkan hidup yang berarti. Ada beberapa hal yang Pengkhotbah ingatkan di sini. Pertama keharuman nama akan lebih semerbak menyebar lebih luas daripada keharuman parfum yang mahal. Tentu saja nama harum adalah akibat dari faktor-faktor lainnya yaitu sifat dan perbuatan terpuji. Hidup terpuji itu terkait dengan hal-hal seperti: hidup hati-hati karena sadar bahwa suatu saat kita akan mati (ayat 2-4), terbuka pada hardikan orang berhikmat (ayat 5), tekun sampai ke akhir (ayat 8), panjang sabar (ayat 8b-9), tidak hidup dalam nostalgia (ayat 10), mengakui kedaulatan Allah dalam karya-karya-Nya (ayat 13).

Hikmat manusia terbatas. Hikmat penting dalam hidup sehari-hari kita. Adalah wajar bila orang ingin memilikinya. Bila Anda ingin berhikmat, Anda perlu memperhatikan beberapa pertimbangan Pengkhotbah di sini. Panjang sabarlah, dengan demikian Anda tidak akan bertindak mengikuti emosi, nafsu atau keadaan. Jangan mengidealkan masa lampau sebab dengan demikian Anda tidak hidup maju ke masa depan untuk maju. Namun jangan juga terlalu bergantung kepada hikmat manusia sebab sifatnya terbatas dan relatif seperti uang. Orang bodoh tanpa hikmat bisa kaya, sebaliknya orang berhikmat bisa juga miskin.

Jangan ekstrim. Jangan terlalu saleh jangan terlalu jahat. Itu kesimpulan dalam ayat 15-22. Apakah firman Tuhan ini menganjurkan orang untuk hidup biasa-biasa atau asal-asal saja dalam kesalehan? Nasihat ini perlu kita tempatkan dalam konteksnya. Pengkhotbah sedang mengadakan pengamatan dari peristiwa yang dilihatnya terjadi sehari-hari. Kenyataan mengatakan bahwa ada yang mati karena kejahatannya ada pula yang mati karena kebaikannya. Karena tak ada satu orang pun yang bisa baik sempurna, maka paling tepat adalah pas-pasan saja. Ingat itu adalah hasil pengamatan dari peristiwa sehari-hari. Tetapi bukankah kita dipanggil untuk saleh dan berhikmat apa pun resiko nyata yang harus kita hadapi?

(0.087792991666667) (Pkh 9:1) (sh: Hal-hal berharga dalam hidup (Sabtu, 9 Oktober 2004))
Hal-hal berharga dalam hidup

Hal-hal berharga dalam hidup. Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti.

Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat 9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan.

Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini?

Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar.

(0.087792991666667) (Pkh 11:1) (sh: Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan (Senin, 11 Oktober 2004))
Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan

Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan. Jim dan Elizabeth Elliot bersama seorang putrinya pergi menjadi utusan Injil ke Equador, Amerika Selatan. Dalam sebuah kunjungan ke pedalaman, Jim dan beberapa rekannya dibunuh oleh penduduk asli. Niat Elizabeth Elliot untuk memberitakan Injil tidak surut sehingga ia memutuskan masuk ke daerah pedalaman tersebut untuk meneruskan pekerjaan yang telah dirintis almarhum suaminya. Ia melayani Tuhan di sana dan akhirnya, orang yang membunuh suaminya pun menjadi anak Tuhan.

Dalam hidup ini ada banyak hal yang terjadi namun, sedikit yang mampu kita pahami. Seberapa pun kepandaian manusia memahami semua ilmu pengetahuan dan mampu menciptakan berbagai alat yang berguna bagi kehidupan, tetap ada banyak peristiwa hidup yang tak terselami. Keterbatasan tersebut disebabkan Tuhan yang mengatur kehidupan manusia dan di "tangan-Nyalah" nafas semua makhluk hidup. Firman Tuhan menyatakan "Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah" (ayat 5). Pekerjaan Tuhan terhadap dunia ini tak terselami, seperti kita juga tidak mampu mengatur pertumbuhan benih yang kita tabur di tanah (ayat 6) ataupun memahami gerakan alam semesta ini (ayat 3). Adakalanya kita lupa bahwa kita bukanlah pusat dari alam semesta; melainkan kehidupan kita di dunia ini hanyalah bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar. Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang memercayai Tuhan dalam segala lakunya (ayat 8).

Namun, ada satu penghiburan bagi kita anak-anak-Nya yaitu Tuhan itu kasih. Jika Ia bukanlah Tuhan yang kasih maka Ia tidak akan mau menjadi manusia untuk mengorbankan diri-Nya di kayu salib dan membayar hukuman atas dosa kita. Sebenarnya, Tuhan tidak harus menjadi manusia, tetapi Ia memilih untuk melakukan semua itu demi kasih-Nya kepada kita. Kendati Ia mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa kita bukan berarti rancangan-Nya yang indah untuk hidup kita akan gagal.

Renungkan: Iman sejati berarti memercayai rencana Tuhan tetap yang terbaik bagi hidup kita pada saat kita sedang menderita.

(0.087792991666667) (Yes 8:1) (sh: Jika harus takut (Rabu, 15 Oktober 2003))
Jika harus takut

Jika harus takut. Hidup yang penuh dengan ancaman dan kejahatan seperti ini membuat beberapa orang mencoba untuk mendapatkan kekebalan dari kuasa- kuasa jahat seperti jimat. Sebagian orang lagi mencoba mendapatkan kekayaan dari dukun-dukun atau orang-orang "pintar". Hal-hal tersebut merupakan manifestasi ketakutan manusia terhadap hal-hal yang tidak bisa dikendalikan dirinya.

Setelah di pasal 7 Ahas menolak tanda, di pasal 8 ini Allah kembali memberikan tanda yang kurang lebih sama. Istri Yesaya melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Maher-Syalal Hasy-Bas, yang berarti "Perampasan yang Tangkas, Perampokan yang Cepat" (menurut terjemahan BIS). Kita mungkin tidak akan pernah berpikir untuk memberikan nama anak kita seperti itu. Yesaya taat kepada Tuhan untuk menjadikan anaknya semacam tanda bahwa dalam waktu 9 bulan setelah anak itu lahir (yang dianggap normal sampai seorang anak tahu memanggil "Bapak" atau "Ibu"), Asyur akan menghancurkan Samaria serta Israel. Janji ini bahkan lebih cepat daripada janji 2 tahun dalam pasal 7.

Sayang sekali, Ahas memang sudah tidak memerlukan tanda. Ia menjadi sebuah "sistem yang tertutup", tidak bisa lagi mendengarkan suara Allah. Allah sudah memberikan sebuah pilihan: biarkanlah air Syiloah mengalir lamban. Artinya, biarkanlah keadaan seperti apa adanya, percayalah kepada Allah saja. Namun, Ahas memilih untuk meminta tolong kepada Asyur, daripada kepada Allah.

Pasal ini menyerukan agar Ahas takut kepada satu-satunya yang harus ditakuti, yaitu Yahweh sendiri. Allah adalah satu-satunya ancaman yang perlu diperhitungkan oleh Yehuda. Namun demikian, Allah juga adalah satu-satunya sumber keselamatan.

Renungkan: Jika Anda takut, ingatlah bahwa Allah harus lebih Anda takuti daripada apa pun. Berpeganglah pada firman-Nya dalam mengambil keputusan!

(0.087792991666667) (Yes 21:1) (sh: Hanya Allah dan Allah saja (Jumat, 19 Oktober 2012))
Hanya Allah dan Allah saja

Judul: Hanya Allah dan Allah saja
Ucapan Ilahi ini ditujukan kepada negeri Babel (Mesopotamia), dan berisi nubuatan kejatuhan bangsa ini. Ucapan ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengepungan Babel oleh Elam dan Madai (1-5); lalu kejatuhan Babel (6-10).

Ucapan ini terjadi setelah penaklukan Asyur atas bangsa-bangsa di sekitarnya. Babel takluk di bawah bangsa Media-Persia (Elam dan Madai) yang pada waktu penaklukan itu diperintah oleh Koresy.

Babel adalah bangsa yang mengandalkan kekuatan berhala (9). Mereka yakin, bahwa berhala mereka akan melindungi dan melawan kekuatan dari luar yang ingin menaklukkan mereka. Percaya diri yang berlebihan dan ketergantungan akan berhala yang mati ini, mengakibatkan mereka kurang waspada. Kekurangwaspadaan ini dibuktikan ketika raja Babel mengadakan pesta pora dan mabuk-mabukan. Pada saat itulah Tuhan datang melalui bangsa Elam dan Madai, dan mengalahkan berhala-berhala yang menjadi andalan bangsa Babel tersebut.

Pertama, secara diam-diam bangsa Elam dan Madai mengepung Babel. Mereka tahu, bahwa Babel kurang waspada karena terlalu percaya diri akan berhala dan kekuatan diri mereka. Tiba-tiba datanglah seorang tentara dari menara pengawas untuk memberitahukan bahwa musuh telah mengepung. Saat itu Babel tidak siap menghadapinya. Untuk itulah ada seruan, "Sudah jatuh, sudah jatuh Babel, dan segala patung berhalanya telah diremukkan dan bertaburan di tanah" (9).

Penaklukkan Babel, menunjukkan bahwa Tuhan telah mengalahkan kekuatan ilah-ilah yang sebenarnya mati. Yesaya mengingatkan kepada bangsa Yehuda bahwa kekuatan kita asalnya dari Tuhan, dan hanya Tuhan saja.

Sesuai dalam syahadat umat Israel, "Tuhan adalah Allahmu, Tuhan saja!" (Ul. 6:4; terjemahan bebas!). Apakah Anda mengingat syair lagu God and God Alone (Hanya Allah dan Allah saja)? Artinya, kekuatan kita satu-satunya hanyalah Allah, bukan dari yang lain, ilah-ilah lain, atau kekuatan diri sendiri.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/10/19/

(0.087792991666667) (Yes 33:1) (sh: Mazmur bagi sang penolong sejati (Selasa, 21 September 2004))
Mazmur bagi sang penolong sejati

Mazmur bagi sang penolong sejati. Sifat mazmur kita rasakan dalam pasal ini. Ciri utamanya ialah pujian kepada Allah dalam suasana penyembahan. Seiring dengan pemahaman akan kedaulatan Allah, cercaan celaka ditujukan kepada musuh-musuh-Nya (ayat 1) seiring dengan itu takut akan Allah menjadi keunikan umat-Nya (ayat 6).

Mengapa menaikkan pujian bagi Allah? Pertama, karena Ia akan mengadakan keadilan bagi umat-Nya dengan menyediakan masa damai. Hal ini didapatkan umat Allah karena mereka memiliki "takut akan Tuhan" yang menimbulkan hikmat dan pengetahuan (ayat 5-6). Kedua, karena Allah akan "bangkit" untuk melenyapkan manusia yang mengingkari perjanjian-Nya (ayat 7-9). Orang berdosa dan murtad, suku bangsa dan bangsa-bangsa gemetar oleh karena keperkasaan-Nya (ayat 10-14). Ketiga, karena Allah membela orang-orang yang hidup dalam kebenaran, tidak menerima suap, tidak turut dalam kejahatan meski mereka hidup dalam masyarakat yang bobrok moralnya. Orang-orang demikian akan ditinggikan-Nya sehingga kedudukan mereka kuat dan kokoh. Selain itu Tuhan memelihara hidup mereka dengan menyediakan kebutuhan hidupnya (ayat 15-16). Keempat, karena Allah akan memberkati kediaman umat-Nya menjadi tempat yang kuat dan aman sehingga semua orang akan melihatnya sebagai tempat keselamatan, tempat nama Allah dimuliakan, tempat sukacita, tempat keadilan (ayat 17-24).

Dapatkah kita menyadari pertolongan Tuhan tatkala kesesakan terasa menghimpit? Pertolongan Tuhan pada umat-Nya tidak terbatas pada zaman Nabi Yesaya saja atau hanya diberikan bagi umat Israel pada waktu itu saja, tetapi juga dapat kita terima pada masa kini. Bagaimana caranya? Kita berseru memohon pertolongan Tuhan. Takut akan Tuhan karena hal ini mendatangkan hikmat dan pengetahuan yang memberikan penyelesaian bagi masalah. Tetap setia menjalankan firman Tuhan meski keadaan sekitar kita "rusak".

Renungkan: Andalkan Tuhan dalam kesesakan. Jadikan kegelapan hidup melahirkan pujian tentang kemuliaan Tuhan.

(0.087792991666667) (Yes 35:1) (sh: Hukuman dan keselamatan (Kamis, 23 September 2004))
Hukuman dan keselamatan

Hukuman dan keselamatan. Sulit memiliki konsep positif tentang hukuman dalam zaman ini. Menggandengkan Yesaya 34 dan 35 akan menolong kita memahami bahwa hukuman dan pembayaran terhadap hutang dosa, tidak dapat dipisahkan. Demikian juga pembaruan dari pemulihan tidak dapat dipisahkan. Karena Allah dan hukum-hukum-Nya kudus dan kasih adanya, kedua hal tersebut pun berjalan seiring.

Hukuman atas dosa berakibat fatal. Gambaran-gambaran ngeri dalam pasal 35 disarikan dalam ayat 1: padang gurun dan padang tandus. Namun, Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Sukacita seperti apa akan terjadi? Pertama, sukacita yang mencelikkan mata yang buta dan menguatkan lutut yang gemetar (ayat 5-6a). Artinya sukacita karena terbukanya "mata" kita untuk melihat Tuhan sebagai penolong. Kedua, sukacita yang menyebabkan mata air di padang gurun memancarkan air segar dan tanah kersang (kering tidak subur) menjadi sumber-sumber air (ayat 6b-7). Kias ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat jauh melebihi kuasa pemerintahan ketika hukuman dijatuhkan. Ketiga, sukacita yang menghantarkan orang-orang yang diselamatkan Allah memasuki "Jalan kudus" (tempat suci) (ayat 8-9). Keempat, sukacita yang abadi (ayat 10). Sukacita dari Allah ini memberi kekuatan bagi kita untuk dapat berdoa di tengah kesulitan.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita, seperti: kesedihan, perasaan tertolak, kehilangan orang yang dikasihi, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, dll. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Pertama, memercayai janji pembelaan dari Tuhan sungguh nyata bagi kita. Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri sebab dengan iman seseorang dibenarkan (Luk. 18:7-8). Kedua, tetap setia melakukan firman Tuhan, meski sendiri saja sebab pada waktu-Nya pasti Tuhan akan membela kita.

Renungkan: Hidup baru dalam anugerah Tuhan berkualitas menaklukkan segala masalah hidup betapa pun sulitnya.

(0.087792991666667) (Yes 36:22) (sh: Prinsip menghadapi masalah (Sabtu, 25 September 2004))
Prinsip menghadapi masalah

Prinsip menghadapi masalah. Cara Allah menolong anak-anak-Nya keluar dari berbagai masalah pasti unik dan berbeda-beda. Meski berbeda, dari berbagai kesaksian itu kita dapat menarik prinsip-prinsip penting. Demikian juga dari kesaksian Hizkia ini.

Pertama, gumuli masalah itu secara wajar di hadapan Allah (ayat 1). Perasaan takut, tertekan, marah, adalah wajar pada orang-orang yang mengalami masalah berat. Hanya, jangan biarkan emosi-emosi tersebut menguras tenaga Anda atau menyita iman Anda. Bersikaplah seperti Hizkia. Ungkapkan secara jujur keadaan Anda kepada Tuhan. Kedua, kita semua memerlukan orang lain. Kita memerlukan bahu yang menyambut kita bersandar, tangan terulur menolong, nasihat bijak sesuai kebenaran firman Allah. Tubuh yang dingin karena kecut hati memerlukan tubuh sesama untuk mendukung dan mendekap menghangatkan kita kembali. Hizkia memiliki beberapa orang kepercayaan termasuk Yesaya, hamba Allah yang mampu mengingatkannya tentang kebenaran Tuhan. Kita pun perlu memiliki teman-teman rohani seperti itu. Ketiga, kata-kata Hizkia kepada Yesaya dan doa Hizkia kepada Allah pada dasarnya sama. Fokusnya bukan pada keselamatan dirinya atau Israel tetapi pada kemuliaan Allah (ayat 20).

Reaksi Hizkia ini menyatakan perbedaan tajam antara sikap orang yang beriman kepada Allah sejati dari Sanherib, yaitu orang yang percaya kepada ilah yang sia-sia. Sebelum pertolongan nyata Tuhan menelanjangi kebodohan dan kesalahan iman orang fasik, respons orang beriman terhadap kefasikan sudah membongkar kesalahan tersebut. Cara kita memperlakukan kejahatan, fokus isi doa dan objek kepada siapa kita berdoa, mempermalukan kesesatan, kejahatan dan kedegilan orang fasik. Karena itu bertumbuhlah dalam pengenalan akan Tuhan, supaya tiap doa dan tindakan kita merespons kejahatan justru menjadi sarana untuk kebenaran iman dinyatakan.

Renungkan: Penderitaan dalam iman bagaikan proses melahirkan. Itulah krisis yang dalam pertolongan tangan Tuhan akan melahirkan keajaiban hidup.

(0.087792991666667) (Yes 39:1) (sh: Akibat melupakan Allah (Selasa, 28 September 2004))
Akibat melupakan Allah

Akibat melupakan Allah. Seseorang yang pesawatnya hendak jatuh memohon pertolongan Tuhan sambil berjanji jika selamat maka ia akan memberikan persembahan sukarela sebesar gaji satu bulan dan persembahan perpuluhan setiap bulan. Namun, ia lupa setelah Tuhan menolongnya.

Sungguh menyedihkan membaca kisah Hizkia di nas ini. Ia telah mengalami pertolongan Tuhan, tetapi cepat melupakannya karena raja Babel. Merodakh-Baladan (raja Babel) mengirimkan utusannya mengunjungi Hizkia di Israel (ayat 1). Tujuannya adalah turut bergembira karena Hizkia telah sembuh. Hizkia merasa tersanjung dengan kunjungan kenegaraan ini sebab pada saat itu Babel adalah negara yang kuat. Akan tetapi, Babel juga merupakan musuh Israel. Tindakan Hizkia memperlihatkan seluruh kerajaannya merupakan tindakan bodoh (ayat 2). Yesaya diutus Tuhan untuk memberitahukan firman Tuhan tentang Hizkia, yaitu "segala yang disimpan oleh nenek moyangmu akan diangkut ke Babel" (ayat 6); "Keturunan Hizkia akan dibawa ke Babel sebagai tawanan" (ayat 7) (band. Dan. 1:1-7). Dengan demikian, tindakan Hizkia ini sama dengan "menjual" keturunannya dan bangsa Israel kepada Babel. Respons Hizkia terhadap nubuat Nabi Yesaya adalah "lain di mulut lain di hati" (ayat 8). Hal ini menunjukkan bahwa Hizkia melupakan Tuhan dan semua pertolongan-Nya yang pernah ia alami, yakni ketika campur tangan Tuhan meluputkan Yerusalem (Yes. 36-37) dan menyembuhkan sakit kerasnya (Yes. 38).

Apa yang kita pelajari dari kegagalan Hizkia? Ia melupakan Tuhan. Akibat perbuatannya ini dirasakan oleh keturunannya bahkan rakyat Israel. Seorang pemimpin yang bertingkah laku keliru berpengaruh kepada orang-orang yang dipimpinnya. Orang Kristen pada masa kini juga dapat melupakan Tuhan karena banyak hal, seperti sahabat, kekasih, suami/istri, jabatan dan pangkat, uang dan barang berharga, dll. Sepadankah menukarkan kepercayaan pada Yesus dengan hal yang sementara?

Renungkan: Belajarlah dari tindakan Hizkia agar kita tidak melupakan Tuhan! Melupakan Tuhan berakibat fatal bagi masa depan kita dan keluarga.

(0.087792991666667) (Yes 40:25) (sh: Allah adalah Yahweh (Minggu, 20 Desember 1998))
Allah adalah Yahweh

Allah adalah Yahweh
Meragukan kemampuan Tuhan sama halnya tidak mempercayai-Nya sebagai Tuhan yang sesungguhnya. Secara teori, Yehuda percaya bahwa Allah Yahweh adalah Tuhan, tetapi dalam penerapan, mereka ragu bahwa Allah itu sungguh hidup dan mendengar mereka. Tidak heran, bila mereka terpengaruh bangsa sekitar yang menyembah dewa, yang nyata mereka lihat, pegang, dan rasakan kehadirannya. Sedangkan Allah Yahweh, sama sekali tidak terlihat. Mereka lupa bagaimana Allah bertindak sedemikian rupa dengan kedahsyatan dan kehebatan-Nya, menuntun umat. Mereka tetap tidak merasakan kehadiran Allah karena nilai kepekaan mereka tertutup oleh dosa (bdk. Yes. 59:1-2).

Gambaran nyata. Kondisi Yehuda menggambarkan kehidupan kita juga. Kita harus berhati-hati, karena pengetahuan tentang Allah yang benar ternyata sering tidak membawa kita pada kehidupan yang benar. Tahu bahwa tidak boleh menyembah ilah-ilah lain, tetapi realitanya, banyak ilah-ilah lain yang tanpa sadar menjadi sembahan kita.

Tahu dan dengar. Tahu tapi tak mengenal, dengar tapi tak mengerti. Itulah pernyataan Allah pada umat. Penyataan kehadiran Allah begitu konkrit namun sederhana, yaitu melalui ciptaan dan Firman-Nya, tetapi masih saja keberadaan Allah diragukan. Kita lebih bergantung pada kecukupan materi ketimbang berserah pada Allah. Lebih mengandalkan kekuatan dan hikmat manusia ketimbang mengandalkan Allah, meskipun Allah berkali-kali telah Allah tegaskan bahwa: "Tuhan ialah Allah kekal; yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung" (ayat 28b). Bila demikian, kepada siapa kita berharap? Bukan kepada yang sia-sia tetapi kepada Allah. Setialah dalam pengharapan menantikan tindakan tangan Allah dalam hidup kita karena Allah pun setia dalam setiap tindakan-Nya.

Doa: Ya Tuhan, ampunilah kami yang selama ini hanya pandai bicara tentang penyertaan Tuhan, tetapi yang sulit memasrahkan diri sepenuhnya pada Engkau. Berikan pengharapan baru agar kami setia.

(0.087792991666667) (Yes 43:14) (sh: Allah menghapus air mata umat-Nya (Sabtu, 30 Juli 2005))
Allah menghapus air mata umat-Nya

Allah menghapus air mata umat-Nya Hukuman pembuangan bagi Israel telah berakhir oleh inisiatif Allah (ayat 14). Ia membebaskan Israel sebab Israel milik kepunyaan-Nya. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Yang Mahakudus, Raja Israel ketika Ia melepaskan umat-Nya itu (ayat 15). Penyataan identitas itu dilakukan-Nya sebagai sebuah proklamasi. Hal ini ditujukan-Nya kepada ilah-ilah lain dan semua bangsa di bumi karena mereka beranggapan Allah Israel tidak berkuasa menolong umat-Nya (ayat 14, 16-17).

Allah memulihkan keadaan Israel sehingga hubungan antara Israel dan Allah menjadi baru kembali (ayat 19). Pembaruan hubungan itu digambarkan sebagai hal yang aiaib seperti jalan di padang belantara, sungai-sungai di belantara, dan air yang memancar di padang gurun. Hasilnya umat Allah akan memuliakan nama-Nya bahkan binatang hutan, serigala, dan unta melakukan hal yang sama (ayat 20). Mengapa Allah mau memulihkan Israel padahal mereka telah melupakan-Nya? Karena Dia tahu keterbatasan umat-Nya dalam menaati perintah-perintah-Nya (ayat 22-24). Maka Ia tidak menimpakan murka-Nya setimpal dengan kesalahan umat-Nya melainkan Ia menghapusnya karena Diri-Nya (ayat 25). Allah telah mengenal kebebalan umat-Nya semenjak kaum leluhurnya sampai kepada para pemimpin rohani yang telah terbukti mengecewakan-Nya (ayat 26-27). Meskipun demikian, kebebalan umat-Nya harus diubahkan dengan belajar menderita untuk sesaat (ayat 28).

Sungguh ajaib Allah kita. Hajaran-Nya terhadap setiap anak-Nya yang melanggar firman-Nya adalah hajaran kasih. Bila hajaran itu terasa menyakitkan sehingga menimbulkan tetesan air mata pertobatan, ingatlah Dia pun menitikkan air mata kasih. Oleh karena itu, jangan sia-siakan belas kasih-Nya. Bertobatlah dan nikmati kembali anugerah dan kemurahan-Nya.

Renungkan: Jangan undur jika Anda ditegur-Nya karena Dia ingin Anda bertobat.

(0.087792991666667) (Yes 45:14) (sh: Hasil karya Allah (Kamis, 4 Agustus 2005))
Hasil karya Allah

Hasil karya Allah Seperti halnya rencana dan cara Allah itu mengejutkan, demikian pula dengan hasil karya-Nya. Allah tidak saja membebaskan Israel, Ia juga membuat bangsa-bangsa adidaya dalam perspektif zaman itu berubah sikap. Mesir, Etiopia, dan Syeba akan mengakui keunggulan Israel yang memiliki Allah sejati (ayat 14). Ketika Allah bertindak, semua penyembah dan penganjur berhala akan dipermalukan (ayat 15, 16). Allah tidak akan membiarkan kesesatan terus berlangsung. Ia sendiri akan meninggikan diri-Nya.

Tindakan Allah membuktikan kesejatian-Nya. Allah Israel adalah Allah sejati sebab Ia yang mencipta (ayat 18), yang menyatakan diri (ayat 19), satu-satunya yang menyelamatkan (ayat 20-22), dan yang memenuhi segala kebutuhan terdalam manusia (ayat 23-25). Semua tindakan Allah ini juga menegaskan bahwa Allah benar, maksud-maksud-Nya baik, patut dipercaya dan disembah (ayat 19). Semua firman-Nya, yang bersifat perintah, larangan, atau undangan benar adanya dan pasti terjadi (ayat 19b, 23). Semua hal mengenai Allah ini membuat nyata kebohongan berhala.

Keselamatan yang Allah karuniakan kepada Israel menjadi gambaran keselamatan kekal yang akan Allah kerjakan bagi seisi dunia. Seperti halnya penyelamatan Israel membuat bangsa-bangsa penyembah berhala menyadari kebenaran Allah, keselamatan yang akan Allah genapi dalam era Perjanjian Baru pun akan berdampak sama (ayat 20-21). Allah mengundang semua orang, segala bangsa yang hidup dalam kegelapan untuk datang dan membuka diri kepada-Nya (ayat 20a, 21a, 22a). Hanya dengan pertobatan, dampak kegelapan akibat memercayai yang palsu dapat dipatahkan. Dengan bertobat, seseorang menyambut uluran tangan penyelamatan Allah. Di dalam Dia, kebutuhan terdalam manusia akhirnya akan terpenuhi (ayat 24a). Kini menjadi tugas kita untuk menghayati dan menyaksikan karya Allah ini kepada sesama kita.

Responsku: ___________________________________________________________________________________________

(0.087792991666667) (Yes 46:1) (sh: Untung Allah tidak lentur sikap! (Jumat, 5 Agustus 2005))
Untung Allah tidak lentur sikap!

Untung Allah tidak lentur sikap! Kecenderungan berpaling kepada berhala mengancam umat Allah dahulu juga sekarang. Wujud berhala tidak harus patung dan dewa dewi sesembahan. Penyembahan berhala sudah terjadi ketika hati menolak tunduk kepada Allah sejati. Orang cenderung memberhalakan apa saja sebab berhala dapat dicocokkan sesuai selera, sedangkan Allah tidak. Allah tidak lentur, tetapi teguh setia pada diri-Nya dan bukan pada selera serta keinginan manusia. Ia kudus dan benar adanya, berbeda tajam dari berhala yang justru menyuburkan praktik-praktik tidak bermoral. Allah berdaulat dan berkuasa, sedangkan berhala tidak berdaya.

Firman Allah ini membongkar kebodohan dan kejahatan dosa penyembahan berhala. Bel dan Nebo ternyata patung-patung yang tidak berdaya. Berhala-berhala itu bukan menjadi penolong melainkan beban (ayat 1-2). Betapa bodoh menyembah berhala! Bagi umat Israel yang dikasihi Allah dan yang mengalami kesetiaan serta keperkasaan-Nya, tindakan menyembah berhala bukan saja kebodohan melainkan suatu kejahatan (ayat 3-4)! Allah tidak layak dibandingkan dengan dewa dewi dan berhala apa pun (ayat 5-7).

Untunglah Allah teguh setia kepada diri-Nya, tidak lentur seperti berhala yang memenuhi keinginan dosa manusia. Allah tidak berubah dalam sifat-sifat-Nya, juga tidak berubah dalam komitmen-Nya kepada umat pilihan-Nya (ayat 10-11). Karena itu, Ia yang setia kepada perjanjian kekal-Nya itu bertindak menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan bukan kompromi Allah dengan kedurhakaan manusia. Keselamatan adalah ketegasan Allah membebaskan umat-Nya dari dosa dan kesesatan. Karena itu, Allah menuntut umat-Nya sadar dan malu lalu bertobat (ayat 8). Keselamatan berarti seseorang sepenuhnya menempatkan Dia sebagai Allah sehingga ia mengalami kebenaran dan kesejatian hidup.

Komitmenku: __________________________________________________________________________________________

(0.087792991666667) (Yes 50:1) (sh: Hamba yang taat (Kamis, 18 Agustus 2005))
Hamba yang taat

Hamba yang taat Pada bagian ini, kita disuguhi teguran Allah kepada Israel yang tidak mau kembali dan taat kepada-Nya (ayat 1-3) dan perjuangan serta ketaatan si hamba Allah dalam menjalankan panggilan Tuhan (ayat 4-11). Ayat 4-9 merupakan Nyanyian Hamba yang ketiga.

Allah menegur Israel yang mengeluh dan mempersalahkan Allah atas penderitaan mereka di pembuangan. Hukuman Allah atas mereka terjadi karena mereka tidak mau taat kepada-Nya sebagai hamba Allah yang diutus untuk melaksanakan kehendak-Nya. Mereka adalah hamba Allah yang gagal.

Kontras sekali dengan hamba yang dinyanyikan dalam Nyanyian Hamba ketiga ini. Di sini, hamba Allah rela menjadi murid yang taat kepada Allah. Setiap hari ia duduk di bangku sekolah milik Allah untuk berguru pada-Nya. Telinganya disendengkan untuk mendengar segala pengajaran-Nya. Lidahnya tidak putus-putus memperkatakan firman Allah agar dapat menguatkan hati yang lemah dan semangat yang pudar (ayat 4-5). Bahkan saat orang-orang yang dilayaninya menolak dan menghinanya ia tetap setia menjalankan tugas kehambaannya sebab ia yakin Allah ada di pihaknya dan akan membela serta membuktikan kebenarannya (ayat 7-9). Allah sendiri menyatakan: "Inilah hamba-Ku yang berhasil" (ayat 10-11).

Tuhan Yesus adalah Hamba Allah yang berhasil. Walau ditolak bahkan dibunuh, Ia tetap setia menjalakan misi-Nya menyelamatkan manusia. Pelayanan-Nya berdampak kepada transformasi hidup orang yang dilayani-Nya. Anda dan saya adalah buah-buah pelayanan-Nya. Kita sekarang adalah hamba-hamba Allah yang dipanggil untuk menyaksikan karya Kristus itu kepada semua orang. Mari kita meneladani Tuhan Yesus dengan taat kepada Allah dan tidak gentar menghadapi penolakan serta tekanan dunia ini. Allah akan memelihara dan membela kita.

Renungkan: Keberhasilan bukan ada pada kemampuan melayani melainkan pada ketaatan melakukan kehendak-Nya.

(0.087792991666667) (Yes 66:17) (sh: Mari beritakan Injil (Senin, 5 September 2005))
Mari beritakan Injil

Mari beritakan Injil Perintah memberitakan Injil bukan terdapat di Injil Matius saja melainkan di Kitab Yesaya juga. Mengabarkan Injil berarti menceritakan kasih Allah bagi manusia yang Ia wujudkan dalam pengurbanan Tuhan Yesus untuk menebus dosa manusia.

Perintah untuk mengabarkan Injil itu ditujukan Allah kepada umat-Nya, yaitu orang-orang yang setia kepada Tuhan dan yang teguh menaati firman-Nya. Umat-Nya terdiri dari orang banyak dari berbagai bangsa, suku, dan bahasa. Meskipun orang-orang itu berasal dari budaya dan bahasa yang berbeda, namun mereka memiliki persamaan, yaitu mereka telah ditandai Tuhan sebagai milik-Nya (ayat 18-19). Tanda itu tampak di dalam sikap mereka menguduskan diri dengan tidak mengikuti perbuatan dosa yang dilakukan orang-orang di sekitar mereka. Mereka menolak mengikuti perintah para dewa sesembahan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ayat 17).

Sasaran pengabaran Injil itu ialah orang-orang yang be-lum pernah mendengar tentang Tuhan dan orang-orang yang tidak mengenal-Nya. Allah menghendaki Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa yang disebut sebagai bangsa Tarsis (keturunan Benyamin; 1Taw. 7:10), Pul (Bangsa Asyur; 2Raj. 15:19) dan Lud (keturunan Sem; Kej. 10:22), Mesekh (keturunan Yafet; Kej. 10:2) dan Rosh, Tubal dan Yawan, serta orang yang mendiami pulau-pulau yang jauh. Tujuan Injil diberitakan kepada segala bangsa adalah agar mereka memilih kemuliaan-Nya, kemegahan-Nya, dan kuasa-Nya (Yes. 66:19-23), sebaliknya mereka yang menolak berita ini akan binasa (ayat 24).

Indonesia dengan begitu banyak pulau, suku, budaya, dan bahasa di dalamnya adalah juga target dari Injil kasih karunia Allah tersebut. Berdoalah bagi pekabaran Injil di Indonesia dan bersiagalah bila Allah menginginkan Anda bersaksi tentang-Nya.

Renungkan: Siapa lagi yang mengabarkan Injil kalau bukan kita?

(0.087792991666667) (Yer 2:1) (sh: Bulan madu sudah berakhir (Minggu, 27 Agustus 2000))
Bulan madu sudah berakhir

Bulan madu sudah berakhir. Sepasang suami istri sedang menikmati makan malam di sebuah restoran dimana beberapa tahun yang lalu sang pria untuk pertama kalinya menyatakan cintanya kepada sang gadis. Setiap kali mengenang peristiwa itu, mereka menemukan kekuatan yang mendorong untuk tersenyum bahagia dan memiliki perasaan cinta yang semakin dalam.

Firman Tuhan hari ini mengungkapkan kebalikan dari kisah di atas. Setiap kali Allah mengenang hubungan-Nya dengan umat-Nya Yehuda di masa yang lalu, Allah hanya merasakan ketidakmengertian, kepedihan, dan sakit hati (1-5). Kasih Allah sebagai mempelai laki-laki masih terus membara (5). Namun mempelai perempuan yang Ia kasihi-bangsa Yehuda-sudah mengkhianati-Nya dan meninggalkan-Nya untuk mengikuti berhala-berhala lain yang sia-sia. Padahal apakah kekurangan Allah? Bukankah segala berkat dan perlindungan sudah Ia berikan (3, 5-7)?

Ada 2 penyebab utama kandasnya cinta itu yang dinyatakan oleh Yeremia. Pertama, mereka sudah puas dengan kepuasan semu sehingga kisah masa lalu mereka dengan Allah tidak bermakna lagi bagi mereka (6, 8). Kedua, mereka menyukai kerohanian bebas seperti orang menyenangi seks bebas (18). Kebebasan mereka yang salah akan membawa konsekuensi yang dahsyat dan menyeluruh (11, 19). Segala kegiatan usaha mereka tidak akan mendatangkan hasil (13). Kedudukan sosial mereka akan dijatuhkan dari seorang pengantin perempuan menjadi seorang budak (14). Sebagai 'janda' bangsa Yehuda tidak akan lagi mempunyai seorang pelindung hingga bahaya dan ancaman dengan mudah akan melumatnya (15, 18-19).

Renungkan: Anda perlu mengenang kembali saat pertama kali bertemu dengan Yesus. Perasaan yang muncul sekarang mungkin akan berbeda. Namun jika pengenangan kembali ini tidak memberikan sukacita, hati-hatilah ini mungkin Anda sudah jauh dari kasih mula-mula kepada-Nya.

Bacaan untuk Minggu ke-11 sesudah Pentakosta

Yesaya 55:1-3 Roma 8:31-39 Matius 14:13-21 Mazmur 78:14-20, 23-29

Lagu: Kidung Jemaat 395

Pemahaman Alkitab 8 -- Yeremia 1:4-19

Tugas yang diemban Yeremia tidaklah ringan. Bangsa Yehuda sudah terjerumus ke dalam lembah kebobrokan yang dalam. Ia harus memberitakan berita yang menyakitkan dan mengancam mayoritas bangsa Yehuda dan pejabat negara. Risikonya terlalu besar! Tapi mengapa ia menerima panggilan-Nya dan tidak pernah berhenti melayani walaupun harus bercanda dengan maut terus-menerus? Inilah rahasianya!

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Siapa berprakarsa dalam pelayanan Yeremia (4)? Baca Kej.1:1 dan Yoh.1:1 kemudian kaitkan dengan ayat 4, apakah pelayanan akan terhenti di tengah kesulitan dan ancaman? Jelaskan! Perhatikan ayat 4-19 khususnya kalimat 'Aku.', apa dampak bagi perjalanan pelayanan Yeremia? Jika demikian, apakah mungkin pelayanan gereja di Indonesia berhenti karena faktor ancaman dan kesulitan? Jelaskan!

2. Apakah Allah meninggalkan pelayan-Nya? Ada 4 hal yang dilakukan Allah kepada Yeremia: a) mengenal (5) = hubungan yang erat dan komitmen (Am. 3:2). Bagaimana komitmen Allah kepada Yeremia? b) menguduskan (5) = memisahkan seseorang bagi Allah. Bagaimana ini menolong Yeremia ketika menghadapi ancaman? c) apa yang akan dilakukan Allah untuk mengatasi kelemahan Yeremia (9a)? Adakah keterlibatan penuh dan pengidentifikasian Allah terhadap masalah Yeremia? Jelaskan! d) apa makna kuasa yang diberikan kepada Yeremia (10)?

3. Jelaskan diskriminasi dalam pelayanan Yeremia (5)! Bagaimanakah bentuk diskriminasi dalam pelayanan di sekitar Anda? Dua aspek apakah yang harus disampaikan Yeremia (10)? Apakah pelayanannya dapat ditunda-tunda (11-16: penglihatan pohon badam berarti pohon ini akan bersemi dan periuk mendidih). Jelaskan!

4. Bagaimana respons manusia terhadap panggilan Allah (6, 17)?

5. Adakah Allah menutup mata terhadap konsekuensi pelayanan Yeremia (18,19)? Jelaskan! Bandingkan respons Allah yang berbeda terhadap keluhan ketakutan Yeremia (6)! Bagaimana keterlibatan Allah terhadap konsekuensi yang akan dihadapi Yeremia (18,19)?

6. Tempatkanlah diri Anda sebagai Yeremia; kesulitan dan tantangan apakah yang akan Anda hadapi? Bagaimanakah kebenaran di atas memotivasi dan menguatkan Anda untuk tetap melayani?

(0.087792991666667) (Yer 5:18) (sh: Punya tapi tak berguna (Senin, 4 September 2000))
Punya tapi tak berguna

Punya tapi tak berguna. Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan bangsa Yehuda. Sebagai ciptaan Allah yang tertinggi, manusia dilengkapi dengan mata, telinga, dan pikiran yang kemampuan dan kualitasnya jauh melebihi makhluk hidup lainnya. Sayangnya, bangsa Yehuda tidak pernah menggunakannya untuk tujuan yang benar dan mulia. Semua hanya dipergunakan untuk memuaskan hawa nafsunya. Mereka sama seperti manusia tanpa otak, tanpa mata, dan tanpa telinga.

Bangsa Yehuda tidak menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memahami secara penuh bahwa hidupnya bergantung kepada pemeliharaan Allah untuk kemudian mengendalikan dan membawanya di bawah kekuasaan Allah (23-24). Sebaliknya kepandaian mereka justru dipergunakan untuk mencari cara melawan dan memberontak kepada-Nya. Padahal laut yang tidak mampu berpikir, tahu dan tidak pernah melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah (22). Mata yang dikaruniakan Allah kepada mereka seharusnya menjadi terang bagi hati dan pikiran mereka bahwa banyak sesamanya yang membutuhkan rangkulan, pembelaan, dan pertolongan. Namun mata mereka justru dipergunakan untuk mencari peluang-peluang dan siasat-siasat baru agar dapat semakin mengeksploitasi sesamanya untuk memperkaya diri sendiri (26-28).

Yang lebih parah dari semua itu adalah telinga yang merupakan pintu gerbang bagi masuknya informasi, justru dibuka lebar-lebar bagi pengajaran yang penuh kebohongan dan kepalsuan. Dengan demikian telinga ditutup rapat-rapat bagi pengajaran yang benar, yang akan menusuk dan menyakitkan hati (31) karena membongkar dosa. Betapa bebalnya hati manusia yang telah memutuskan hanya mau melihat dan mendengarkan apa yang menyenangkan hati.

Renungkan: Apakah ini juga yang dikerjakan oleh Kristen masa kini? Matanya dibuka lebar-lebar ketika merancang gedung gereja yang mewah dan megah tapi segera ditutup ketika melihat masyarakat yang lapar dan kedinginan datang meminta pertolongan. Telinganya dibuka lebar-lebar untuk mendengarkan khotbah-khotbah yang berisikan cerita-cerita yang menyenangkan hati namun segera ditutup ketika kebenaran firman Tuhan dipaparkan. Jika demikian, apa bedanya Kristen dengan yang lain?

(0.087792991666667) (Yer 7:1) (sh: Bukan simbol tapi kekudusan (Kamis, 7 September 2000))
Bukan simbol tapi kekudusan

Bukan simbol tapi kekudusan. Allah memerintahkan Yeremia untuk berkhotbah di pintu gerbang rumah Tuhan kepada bangsa Yehuda yang datang ke rumah itu untuk beribadah kepada-Nya. Mereka harus bertobat dari pola kehidupan yang kacau dan amburadul. Hidup mereka mempunyai 2 sisi yang tak terpisahkan. Sisi pertama adalah hidup beribadah kepada Allah dengan datang ke bait-Nya. Sisi kedua adalah hidup melakukan ketidakadilan, penindasan, penyalahgunaan kekuasaan, perzinahan, dan penyembahan berhala (3, 5-10). Pola hidup demikian didasarkan pada keyakinan bahwa bait Allah adalah lambang kehadiran Allah, dan datang ke bait-Nya memberikan jaminan bahwa Allah tetap bersama dan memelihara mereka, tidak peduli apa pun dosa-dosa yang telah mereka lakukan (10). Bangsa Yehuda bukan lagi beriman kepada Allah yang berpribadi ketika mereka menjalankan ibadahnya, namun mereka beriman kepada sistem, simbol-simbol, tradisi, maupun tata cara ibadah mereka sendiri (8-10). Bagi kelangsungan hidupnya mereka mengandalkan dan bergantung kepada sistem dan tata cara ibadah yang dibuat oleh manusia. Relasi telah diganti dengan sistem dan seremoni manusia.

Allah menentang itu semua. Bukankah Silo dimana Tabut Perjanjian Allah ditempatkan juga sudah dihancurkan dan Tabut Perjanjian Allah dirampas oleh orang Filistin? Karena bangsa Israel mengira bahwa dengan adanya Tabut Perjanjian maka hidup mereka akan tetap penuh damai sejahtera, walaupun hidup mereka telah menyimpang dari firman-Nya.

Apa arti khotbah Yeremia bagi misi dan peran Kristen di Indonesia? Hanya menjadikan bangsa Indonesia beragama Kristen saja tidak cukup. Allah menuntut kekudusan hidup bukan sekadar hidup beragama. Kekristenan tanpa kekudusan adalah sia-sia. Kekristenan yang demikian hanya akan mendatangkan penghukuman Allah. Namun kesalahan ini sering terjadi di dalam gereja Tuhan. Aktivis gereja menyangka bahwa dengan ber-PI secara gencar untuk Tuhan akan membebaskannya dari tanggung jawab moral.

Renungkan: Kristen harus memaparkan kebenaran. Namun pemaparan kebenaran tanpa kekudusan adalah penghujatan dan pelecehan kepada Allah yang Maha Kudus

(0.087792991666667) (Yer 10:17) (sh: Hati seorang Yeremia (Kamis, 14 September 2000))
Hati seorang Yeremia

Hati seorang Yeremia. Sekali lagi di hadapan kita dipaparkan kasih dan kepedulian Yeremia atas bangsanya. Firman yang datang pada saat Yerusalem dikepung oleh tentara Babel pada tahun 597 s.M. memastikan bahwa penghakiman sudah datang (17-18). Kehancuran Yehuda hanya dalam hitungan detik. 'Jangan banyak bicara lagi. Tak perlu lagi berdebat. Segera kemasi barang-barang dan siap pergi ke pembuangan.'

Setelah mendengar kepastian penghakiman Allah, ratapan, dan tangisan Yeremia meledak (19-21). Hati dan pikiran Yeremia sudah menyatu dengan bangsanya, secara mendalam Yeremia mengidentifikasikan dirinya dengan penderitaan bangsanya. Tangisannya adalah tangisan seluruh bangsa Yehuda, karena mereka akan sangat menderita. Lukanya tidak akan dapat disembuhkan. Malapetaka dan bencana itu dilambangkan dengan kemah yang sudah rusak dan semua talinya putus. Yeremia sangat menyesali sikap para pemimpin bangsa yang harus bertanggungjawab terhadap hancurnya bangsa Yehuda.

Kepedulian dan kasih Yeremia terhadap bangsanya sangat mendalam, sehingga tidak mungkin berhenti hanya sampai meratap dan menangis. Ia didorong dengan kuatnya oleh kepeduliannya dan hatinya dibakar oleh rasa kasih terhadap bangsanya, sehingga sampai saat-saat terakhir sebelum penghukuman datang, demi bangsanya, ia masih memohonkan kemurahan Allah (23-25). Permohonannya kini didasarkan pada suatu keyakinan dan pengakuan bahwa Allah berkuasa mutlak atas perjalanan hidup manusia. Bangsanya harus menjalani penghukuman yang dahsyat. Namun ia memohon agar pembuangan Yehuda itu merupakan hajaran Allah untuk memperbaharui kehidupan bangsanya dan bukan untuk melenyapkan bangsanya. Yeremia menghadapi sebuah dilema. Hatinya terdorong untuk memohon kemurahan Allah sementara itu pikirannya menegaskan bahwa penghukuman itu tidak terelakkan lagi. Namun ini tidak membuatnya berhenti bergumul dan berdoa bagi bangsanya.

Renungkan: Kita mungkin juga menghadapi dilema yang sama ketika melihat kondisi bangsa kita. Namun kita harus meneladani Yeremia untuk tidak berhenti bergumul dan berdoa bagi bangsa kita, walaupun nampaknya pembaharuan itu mustahil dapat terjadi.



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA