| (0.12287237619048) | (Mat 22:34) |
(sh: Belajar Bertanya dengan Tulus (Selasa, 21 Maret 2017)) Belajar Bertanya dengan TulusCara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian menerangkan jawabannya. Pertanyaan yang tulus untuk tujuan belajar sangatlah berbeda dengan pertanyaan yang memiliki motif menjebak atau menjatuhkan. Yesus mampu menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang Farisi, Herodian, dan golongan Saduki. Bahkan pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terbesar dijawab oleh Yesus dengan kuasa dan hikmat Allah, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Jawaban yang Yesus berikan tidak terbantahkan karena hukum terbesar itu telah menyarikan semua yang dituliskan dalam Taurat Musa dan kitab para Nabi. Beralih dari pihak yang ditanya, Yesus balik bertanya mengapa Daud menyebut Mesias sebagai "tuan", bila Mesias adalah anak keturunan Daud (Mzm.110:1). Pertanyaan Yesus membuat orang-orang yang berupaya mencobai dan menjebak-Nya bungkam seribu bahasa. Keengganan mereka tidak menjawab pertanyaan Yesus karena motif terselubung mereka bukan dilandaskan pada kasih, melainkan pada kejahatan. Jika pertanyaan seseorang dilandasi oleh kasih dan ketulusan, maka kasih tersebut akan mempertemukan orang dengan sesamanya dalam tanya-jawab yang imbang dan sehat. Selain itu, kebungkaman mereka bukan tanda kerendahan hati, melainkan ekspresi kekerasan dan kedegilan hati untuk menyangkal kebenaran Allah. Sebaliknya, bertanya dengan tulus akan membawa seseorang kepada pencerahan. Karena yang mencari mendapat, yang meminta akan diberi, dan bagi yang mengetok pintu akan dibukakan. Tetapi, sikap congkak justru mengurungkan maksud baik pihak lain untuk menolongnya. Kecongkakan, ego diri, dan sikap intoleransi akan menutup peluang untuk masing-masing pihak saling belajar dan bertemu dengan yang lain sebagai saudara dalam kemanusiaan. Karena itu, mengasihi Allah tidak dapat berjalan seiring dengan merendahkan sesama. Marilah kita bertanya dengan tulus! [YTP] |
| (0.12287237619048) | (Mat 23:16) |
(sh: Yesus membongkar kesesatan (Sabtu, 5 Maret 2005)) Yesus membongkar kesesatanYesus membongkar kesesatan
Yesus menyebut mereka celaka sebab mereka buta rohani (ayat 16) dan munafik (ayat 23,25,27). Mereka buta sebab berpikir salah tentang hal apa yang mendasari pengudusan. Yang lebih penting dan yang menguduskan, yaitu Allah dan hal-hal dari Allah (ayat 20-22) mereka tempatkan lebih rendah daripada tata cara atau alat yang sesungguhnya justru perlu dikuduskan. Yesus juga menelanjangi tiga macam kemunafikan mereka. Pertama, mereka melaksanakan aturan ibadah secara rinci, tetapi mengabaikan hakikat ibadah, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (ayat 23). Kedua, mereka kudus lahiriahnya saja, hati mereka serakah dan rakus (ayat 25). Ketiga, mereka kudus di hadapan manusia, tetapi hati mereka busuk penuh berbagai manifestasi maut (ayat 27). Di mata Allah mereka seperti kubur berkapur indah, namun berisikan bangkai. Mudah sekali kita terjebak berpikir bahwa ucapan tajam Yesus ini hanya untuk para pemimpin agama waktu itu. Memang konteks historis ucapan ini perlu kita terima, namun ucapan celaka ini harus juga dengan serius kita camkan. Ini merupakan kebalikan dari ucapan bahagia Yesus di pasal 5. Ini memperingatkan kita bahwa Juruselamat yang penuh kasih dan mengampuni kita melalui kematian-Nya juga adalah Tuhan yang kudus yang menuntut bahwa karya keselamatan-Nya berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Iman kita harus disertai perbuatan serasi. Ibadah kita harus disahkan oleh sikap hati dan perbuatan sosial yang sepadan. Camkan: Yesus yang berkata "bahagialah…" juga adalah Ia yang tegas berkata "celakalah…" Kata-kata mana ingin kita dengar dari Dia tentang kita? |
| (0.12287237619048) | (Mat 24:37) |
(sh: Tahu, tetapi Tidak Mau Tahu (Rabu, 29 Maret 2017)) Tahu, tetapi Tidak Mau TahuUntuk menjelaskan kedatangan-Nya yang kedua kali, Yesus menggunakan analogi orang-orang pada zaman Nuh (37). Pola hidup dan karakter manusia pada masa Nuh sangat korup. Mungkin saja mereka tahu dari Nuh bahwa TUHAN akan menghukum mereka dengan Air Bah, namun mereka tidak peduli. Mereka asyik dengan kehidupan mereka sendiri (37-39; lih. Kej. 6). Mata mereka baru tercelik saat melihat Air Bah itu, namun semuanya sudah terlambat. Lalu, Yesus memakai ilustrasi lain untuk menjelaskan sifat yang tak terduga melalui kisah pengangkatan (40-41). Kisah pemilik rumah yang tahu akan kedatangan pencuri menekankan sikap berjaga-jaga (43). Wawas diri dan bersiap sedia merupakan sikap yang patut dimiliki oleh siapa pun yang menantikan kedatangan Yesus kedua kalinya (42, 44). Selain itu, setia dan bijaksana dalam melakukan tugas menjadi salah satu sifat yang harus ada dalam diri orang-orang beriman. Kapan pun Sang Majikan datang, dia bisa mempertanggungjawabkan tugasnya (45-46). Tuan yang bijaksana akan memberikan upah dengan adil (47). Sebaliknya hamba yang jahat, selain meremehkan keseriusan kedatangan tuannya, ia juga melakukan kejahatan terhadap orang lain (48-49). Saat majikannya datang secara tak terduga, dia tidak dapat menghindar dari hukuman yang akan diterimanya (50-51). Tuhan tidak pernah melarang kita bergiat mencari kebutuhan materi. Hanya saja semangat yang sama hendaknya dipakai pula untuk mencari hal-hal rohani. Tahu, tetapi masa bodoh terhadap kebenaran dan realitas rohani adalah penyakit yang mematikan. Karena penyakit itu dapat menumpulkan kesadaran dan kewaspadaan kita terhadap dosa yang akan menyeret kita. Kita dapat mengasah kesadaran dan kepekaan rohani apabila kita mau menjalani disiplin rohani dengan sepenuh hati, seperti: berdoa, merenungkan firman Tuhan, berpuasa, dan lain-lain. Kita melakukannya bukan sebagai beban, melainkan sebagai kebutuhan. Karena itu dibutuhkan disiplin dan komitmen yang tinggi. [RH] |
| (0.12287237619048) | (Mat 24:45) |
(sh: Hamba yang berintegritas (Jumat, 11 Maret 2005)) Hamba yang berintegritasHamba yang berintegritas
Pada kenyataannya tak seorang pun mengetahui kapan Tuhan datang, kehadiran Tuhan pun tidak selalu dirasakan. Tuhan memberi kita kemerdekaan menjalani hidup ini. Hanya ada dua tipe hamba di hadapan Tuhan, yang setia dan bijak serta yang jahat. Yang pertama adalah hamba yang berintegritas karena ada atau tidak ada sang tuan, dia akan tetap bekerja dengan baik (ayat 46). Prinsip ini adalah etos hidup, pelayanan, dan kerja orang Kristen. Mengapa hamba yang setia ini tetap bekerja dengan baik sekalipun Tuannya pergi? Karena mereka mengerti bahwa Tuannya adalah Allah Yang Mahatahu, yang di hadapan-Nya segala perbuatan terbuka. Segala sesuatu mereka lakukan di hadapan Allah, sadar bahwa Allah senantiasa hadir dan melihat seluruh hidupnya. Inilah hidup yang berintegritas! Sebaliknya hamba yang jahat berpikir bahwa waktunya masih panjang, Tuannya tidak datang-datang. Ia bahkan naif berpikir bahwa segala kejahatan yang dilakukannya tidak diketahui, karena Tuannya tidak hadir (ayat 49). Bagi orang jahat, kehadiran Tuhan merupakan suatu ancaman dan tekanan yang berat, namun bagi orang benar kehadiran Tuhan justru merupakan penghiburan terbesar dalam hidup ini. Hamba yang jahat ini dianggap orang munafik (ayat 51), kategori yang paling dilawan Tuhan dalam injil Matius. Renungkan: Bila Anda ingin siap dalam keadaan layak ketika bertemu Tuhan kelak, sadarilah terus akan hadirat-Nya sepanjang hidup. |
| (0.12287237619048) | (Mat 25:14) |
(sh: Mempertanggungjawabkan hidup (Minggu, 19 April 1998)) Mempertanggungjawabkan hidupMempertanggungjawabkan hidup Konsekuensi kekal. Apa yang kita lakukan terhadap dan di dalam hidup yang fana ini ternyata berkonsekuensi kekal. Hal masuk tidaknya seseorang ke dalam Kerajaan Allah, ditentukan oleh bagaimana ia meresponi karunia Tuhan. Tuhan Yesus tidak memperjelas apa yang dimaksud-Nya dengan talenta. Mungkin berarti kesempatan, potensi, waktu, intelektualitas, kondisi emosional, dlsb. Tentu bukan maksudnya bahwa usaha memajukan potensi intelektual dan kondisi moral membuat kita layak masuk surga. Orang tidak selamat karena perbuatan-Nya, bukan? Tetapi penghakiman yang menentukan apakah kita layak ambil bagian dalam Kerajaan Bahagia Kekal Tuhan itu ialah apakah kita memperlihatkan sifat yang bertanggungjawab terhadap hidup karunia Tuhan ini. Hidup yang bertanggungjawab itulah bukti adanya iman yang melahirkan perbuatan berkonsekuensi kekal. Renungkan: Bukan saja orang yang merasa dirinya hebat susah masuk surga, orang yang merasa dirinya tak berarti pun terhalang masuk surga. Doa: Tolong kami menghargai karunia InjilMu dengan mengungkapkan hidup penuh syukur bagi kemuliaanMu. |
| (0.12287237619048) | (Mat 25:14) |
(sh: Hidup yang bertanggung jawab (Minggu, 13 Maret 2005)) Hidup yang bertanggung jawabHidup yang bertanggung jawab
Perumpamaan talenta ini menggambarkan bahwa hidup ini adalah karunia (ayat 15). Tiap orang mendapat jumlah talenta berbeda-beda. Tuan dalam perumpamaan ini memberikan kepada masing-masing hambanya kesempatan untuk mengembangkan talenta tersebut. Lalu mereka harus melaporkan apa yang mereka perbuat. Ternyata tidak semua yang menerima kesempatan berharga itu sungguh menghargainya. Bukan maksud perumpamaan ini bahwa yang mendapat lebih banyak talenta akan cenderung lebih bersungguh dalam hidupnya. Talenta di sini hanya perumpamaan untuk menegaskan bahwa orang harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab dan kelak Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban tiap orang. Tuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil perjuangan moral atau spiritual kita. Perumpamaan ini tidak mengajarkan bahwa kita masuk Kerajaan Surga dengan usaha moral-spiritual. Ada hal sejajar yang perikop ini ajarkan dengan yang perikop sebelumnya, menekankan soal kesiagaan, kesungguhan, dlsb. Injil diberikan Tuhan kepada tiap kita dengan cuma-cuma. Namun, anugerah Tuhan itu harus membangkitkan kesungguhan dalam diri kita. Sehingga kita tidak bermain-main dengan kebaikan Allah. Renungkan: Ketidaksungguhan dalam hidup tidak menghormati kasih dan kebaikan Tuhan yang ajaib bagi kita. |
| (0.12287237619048) | (Mat 25:31) |
(sh: Bukan iman teori tetapi iman kenyataan (Senin, 14 Maret 2005)) Bukan iman teori tetapi iman kenyataanBukan iman teori tetapi iman kenyataan
Atas dasar apakah keputusan kekal itu Tuhan jatuhkan? Bagian ini mengejutkan sekali. Tradisi Protestan mengajarkan bahwa kita selamat bukan karena perbuatan, tetapi karena iman kepada anugerah Allah. Hanya apabila orang menyambut Yesus dan karya penyelamatan-Nya, orang bersangkutan akan selamat. Namun, bagian ini kini seolah mengajarkan hal berbeda. Semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatan baik mereka. Mereka yang memiliki perbuatan kasih nyata kepada sesama, masuk ke dalam kebahagiaan kekal (ayat 35-40). Sebaliknya mereka yang tak berbuat kasih dibuang ke dalam siksaan kekal (ayat 41-46). Karena itu jangan sekali-kali mengabaikan perbuatan nyata demi menekankan prinsip sola gratia. Namun, jangan juga cepat menyimpulkan bahwa keselamatan adalah hasil amal. Yang Tuhan nilai layak bersama Dia ialah mereka yang melakukan perbuatan berjaga-jaga, mengembangkan talenta, dalam keadaan melayani, dst. Semua perbuatan itu menurut komentar Tuhan sendiri adalah perbuatan "untuk Kristus." Hasil dari menerima penyelamatan dari Kristus adalah memiliki kasih Kristus dan memiliki kepekaan Kristus. Renungkan: Hasil dari diselamatkan adalah Kristus hidup dan berkarya dalam hidup orang. Bila karya nyata itu tidak ada, maka batallah pengakuan imannya tentang Kristus. |
| (0.12287237619048) | (Mat 26:1) |
(sh: Penolakan vs pernyataan kasih (Kamis, 25 Maret 2010)) Penolakan vs pernyataan kasihJudul: Penolakan vs pernyataan kasih Penulis Matius dengan lugas mengontraskan rencana keselamatan Allah untuk manusia melalui Yesus dengan rencana jahat para pemimpin agama untuk menyingkirkan Yesus. Matius tidak hanya mengontraskan, tetapi juga memadukannya. Kelicikan Kayafas, yang dipaparkan oleh sejarawan Yahudi yang terkenal yaitu Yosefus, mewakili kedengkian para pemimpin agama Yahudi. Pengkhianatan Yudas mewakili ketamakan manusia. Keduanya dipakai Allah untuk menggenapkan maksud-Nya, yaitu penyelamatan umat manusia dari belenggu dosa melalui kematian Yesus. Secara indah Matius menyelipkan kisah yang mengharukan mengenai pengurapan Yesus di antara intrik-intrik para musuh-Nya. Ternyata di tengah kedengkian dan ketamakan mereka, ada kasih yang tulus dan yang penuh kemurahan dicurahkan kepada Yesus. Sikap para murid yang mengecam tindakan kasih itu sebagai pemborosan merupakan tanda bahwa mereka pun tak beda dari Yudas, memandang Yesus semata-mata dari sudut pandang kepentingan diri sendiri. Hanya Yesus yang melihat keluhuran pemberian kasih itu dan menyatakan pujian-Nya (ayat 10-13). Di minggu-minggu sengsara ini, mari kita memeriksa hati kita. Jangan-jangan seperti para musuh Yesus, yang hati dan pikirannya terobsesi untuk kepentingan diri. Atau kita sedang menghayati kasih pengurbanan Kristus sehingga, seperti wanita yang tak disebut namanya oleh Matius ini, kita memberi respons terhadap kasih Yesus yang dicurahkan pada kita, merespons dengan kasih yang tulus dan yang tidak pernah berlebihan! |
| (0.12287237619048) | (Mat 26:36) |
(sh: Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis (Minggu, 8 April 2001)) Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habisKehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis. Di saat-saat terakhir menjelang kematian-Nya, Yesus begitu sedih, gentar, dan takut menghadapi murka dan hukuman Allah atas dosa yang akan ditimpakan kepada- Nya. Tiga kali Ia berdoa agar cawan yang melambangkan penderitaan dan kesengsaraan itu disingkirkan. Dalam doa pertama (39) walau tetap dalam penundukkan diri dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, Yesus masih memohon agar cawan ini tidak diminum-Nya. Pada doa kedua dan ketiga (42, 44) Yesus menyadari bahwa tidak mungkin lagi Ia menghindar dari cawan yang memang harus diminum sampai tetes terakhir. Maka pada doa yang kedua dan ketiga Ia lebih siap melaksanakan kehendak Bapa- Nya. Ia rela minum cawan itu sebab Ia tahu dengan pasti bahwa itulah kehendak Bapa bagi-Nya. Di saat yang begitu menegangkan, Yesus meminta ketiga murid-Nya untuk berdoa bagi diri mereka. Sekalipun tubuh lemah, murid-murid harus berdoa menghadapi pencobaan yang berat. Sayang 3 murid yang diharapkan untuk menjadi teman doa di saat yang paling berat ini justru tidur. Yesus bergumul seorang diri. Akhirnya, Ia menang, Ia siap, Ia taat melaksanakan kehendak Bapa. Pergumulan berat dilalui Yesus dengan berdoa dan hati yang siap dan rela melaksanakan kehendak Bapa sekalipun sangat bertentangan dengan kemauan dan kehendak diri- Nya. Persekutuan dengan Bapa membuat Yesus sanggup menghadapi sengsara dan derita yang harus ditanggung- Nya. Begitu waktu-Nya tiba, Ia bersiap menyongsong para musuh yang sudah mendekat. Renungkan: Kesedihan, kepedihan, dan kegentaran untuk meminum itu diabaikan oleh Tuhan Yesus sebab Ia tahu bahwa untuk itu Ia datang ke dalam dunia, yakni menanggung murka dan hukuman Allah atas dosa manusia, dosa saya dan Anda. Bacaan untuk Minggu Sengsara 7 Lagu: Kidung Jemaat 157 |
| (0.12287237619048) | (Mat 26:47) |
(sh: Yesus pegang kendali (Senin, 29 Maret 2010)) Yesus pegang kendaliJudul: Yesus pegang kendali Yesus pertama-tama tidak tertipu oleh ciuman pengkhianatan Yudas (ayat 50). Sebaliknya Yesus menolak upaya Petrus yang impulsif untuk membela diri-Nya dengan cara kekerasan (ayat 51-52; lih. Yoh. 18:10). Penolakan Yesus untuk dibela bukan karena Dia tidak punya kuasa untuk membela diri (ayat 53). Ia menolak dibela karena inilah cawan yang harus Ia minum. Inilah cara yang Bapa pakai untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya bagi manusia berdosa (ayat 54). Yesus berani menantang para penangkap-Nya bahwa mereka tidak akan mampu ataupun berkuasa untuk menangkap Dia kecuali atas izin Allah (ayat 55; lih. Mar. 14:48-49). Yohanes mencatat bahwa para penangkap-Nya sempat tergetar jatuh oleh wibawa Yesus saat itu (Yoh. 18:6). Terhadap tuduhan bahkan saksi dusta yang diajukan oleh mahkamah agama, Yesus tetap fokus pada misi-Nya. Bahkan Ia sudah melihat kemenangan-Nya, yang kelak akan berdampak penghakiman pada mereka yang menolak percaya (ayat 64). Berbeda dengan Yesus yang begitu siap, para murid-Nya justru gagal. Mereka gagal karena tidak berharap kepada Bapa dalam doa sehingga akhirnya tergoncang iman. Mereka melarikan diri dengan meninggalkan Yesus seorang diri menghadapi pengadilan Mahkamah Agama Yahudi. Kita tidak bisa meneladani Yesus untuk mati di salib menyelamatkan manusia berdosa. Namun kita bisa meneladani sikap-Nya yang mantap melakukan kehendak Allah walau harus menanggung pengkhianatan dan penganiayaan dari pihak musuh. Kita bisa menyatakan kesetiaan kita pada-Nya dengan ambil bagian dalam pelayanan untuk memberitakan karya keselamatan-Nya yang sudah tuntas kepada mereka yang masih dibelenggu dosa. |
| (0.12287237619048) | (Mat 26:69) |
(sh: Semangat saja tak dapat diandalkan (Selasa, 22 Maret 2005)) Semangat saja tak dapat diandalkanSemangat saja tak dapat diandalkan
Mengapa Petrus yang tadinya begitu berani membela Tuhannya dengan pedang berubah menjadi sedemikian takut sehingga ia menyangkal Yesus (ayat 70,72,74)? Untuk memahami kegagalan Petrus ini kita perlu kilas balik ke kisah-kisah sebelumnya. Pertama, Petrus adalah seorang yang impulsif. Ia mudah membuat pernyataan akan setia mengikut Yesus sampai mati tanpa didasari perhitungan iman yang cermat tentang risikonya (ayat 26:33-35). Kedua, Yesus sendiri sudah memberikan peringatan bahwa ia akan gagal, namun Petrus tidak serius menanggapi peringatan tersebut (ayat 26:31-32). Ketiga, ketika dalam kelemahan fisik, mental, dan spiritual ia seharusnya berjaga-jaga dalam doa, ia justru terlena tidur (ayat 26:40). Tidak heran bukan oleh badai, tetapi hanya oleh angin kecil pertanyaan-pertanyaan orang tak berarti cukup membuat semangat manusiawi Petrus tumbang. Kisah Petrus ini memberikan peringatan sekaligus penghiburan. Peringatan, bahwa murid Yesus terdekat sekalipun bisa menyangkali Tuhannya. Juga bahwa ketekunan iman seseorang tidak dapat didasari atas semangat manusiawi semata. Hakikat iman adalah bergantung penuh pada kuasa Allah dan berpegang pada janji-janji Allah bukan pada kobaran semangat manusiawi. Penghiburan, karena kisah ini tidak berhenti sampai di sini. Tuhan yang disangkali Petrus tidak membuang Petrus, tetapi mencari dan memulihkannya (Yoh. 21). Renungkan: Bukan semangat melahirkan iman, tetapi iman melahirkan semangat. |
| (0.12287237619048) | (Mat 27:11) |
(sh: Kriminalisasi Yesus (Rabu, 31 Maret 2010)) Kriminalisasi YesusJudul: Kriminalisasi Yesus Apa kesalahan Yesus sehingga harus dihukum mati? Jawabannya: tidak ada! Tuduhan para pemuka agama terhadap Yesus, tidak satu pun yang dapat mereka buktikan wa-laupun mereka telah memakai banyak saksi palsu (ayat 26:59-61). Hanya satu tuduhan mereka yang sepertinya "diakui" Yesus, yaitu Dia sebagai Mesias, Anak Allah, yang menyebabkan Ia disebut sebagai penghujat Allah (ayat 26:63-65). Namun hal itu tidak bisa dijatuhi hukuman mati. Pilatus tahu akan hal tersebut (ayat 27:11). Pilatus tahu pula bahwa tuduhan-tuduhan itu disebabkan oleh kedengkian mereka (ayat 18). Pilatus tahu bahwa Yesus seharusnya dibebaskan. Mengapa Pilatus akhirnya memerintahkan penyaliban Yesus (ayat 26)? Pilatus tidak berani menghadapi rakyat yang sudah dihasut oleh para pemuka agama. Apabila mereka berdemonstrasi besar-besaran, hal itu akan merugikan popularitasnya di mata orang Yahudi, maupun reputasinya di mata pemerintah Romawi yang mengangkatnya. Pilatus yang takut dirinya terseret masalah memilih untuk menyenangkan hati orang banyak dengan mengabaikan hati nurani sendiri (ayat 24). Apa sikap terbaik menghadapi kriminalisasi seperti itu? Yesus memilih diam seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53:7). Dia tidak membela diri karena kematian-Nya merupakan kehendak Allah. Kebangkitan-Nya kelak membuktikan kebenaran-Nya. Saat kita difitnah bahkan dituduhkan yang jahat oleh karena iman kita, biarlah sikap Yesus yang berfokus pada salib dan kehendak Bapa menjadi sikap kita pula. Tidak perlu membela diri karena Allah pembela kita. |
| (0.12287237619048) | (Mat 27:57) |
(sh: Tetap menolak atau makin mengasihi? (Sabtu, 26 Maret 2005)) Tetap menolak atau makin mengasihi?Tetap menolak atau makin mengasihi?
Kelompok pertama diwakili oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka sudah "sukses" membunuh Yesus. Seharusnya mereka lega, saingan mereka sudah tiada. Namun, mereka meminta kepada Pilatus supaya kubur Yesus dijaga karena teringat nubuat Yesus tentang kebangkitan-Nya. Mereka takut akan pengaruh Tuhan Yesus yang begitu besar pada para pengikut-Nya (ayat 64). Mereka ingin memastikan bahwa Yesus dan pengaruh-Nya betul-betul sudah lenyap. Berbeda sekali sikap tadi dengan sikap para pengikut Yesus. Yusuf, menurut catatan Lukas adalah seorang anggota mahkamah agama Yahudi yang tidak menyetujui tindakan mereka membunuh Yesus (Luk. 23:50-51). Dengan berani Yusuf meminta izin Pilatus untuk menguburkan jenazah Yesus di kubur miliknya sendiri (ayat 57-60). Menurut hukum Romawi, kubur yang sudah dipakai untuk penjahat, tidak boleh digunakan lagi. Tindakannya memberikan kuburnya dan permohonannya untuk menguburkan Yesus adalah persembahan yang sangat mahal dan tindakan kasih yang sangat berani. Para wanita yang hadir di depan kubur itu menyatakan kesedihan dan hormat mereka kepada Yesus (ayat 61). Memang hidup dan karya penyelamatan Yesus menuntut orang untuk menentukan sikap terhadap-Nya. Terhadap Yesus tidak mungkin orang mengambil sikap netral. Entah orang akan tetap menutup diri dan akhirnya jadi pembenci Yesus, atau orang akan berani menunjukkan iman dan kasih-Nya kepada Yesus meski harus berkorban. Renungkan: Lebih beranikah Anda kini menyatakan kasih kepada Dia yang telah berkorban bagi Anda, atau sebaliknya? |
| (0.12287237619048) | (Mat 28:1) |
(sh: Hentikan ratapan, bersukacitalah! (Minggu, 15 April 2001)) Hentikan ratapan, bersukacitalah!Hentikan ratapan, bersukacitalah! Sekitar 36 jam setelah kematian Yesus, para wanita datang ke tempat Yesus dikuburkan. Tujuannya ingin merempah-rempahi tubuh Yesus. Tentu saja suasana sedih dan duka masih menyelimuti hati mereka karena kehilangan orang yang mereka kasihi. Namun mereka dikejutkan dengan peristiwa gempa bumi yang hebat. Malaikat Tuhan nampak menggulingkan batu penutup lubang kubur lalu duduk di atasnya. Peristiwa dahsyat itu ternyata tidak hanya mengejutkan mereka tetapi juga para penjaga kubur Yesus. Keterkejutan itu membuat mereka seperti orang-orang mati. Malaikat memberitakan bahwa Kristus sudah bangkit! Ia pun memerintahkan kepada para wanita untuk segera menyampaikan berita tersebut kepada para murid. Allah membangkitkan Yesus dari kematian. Kebangkitan Kristus menjawab banyak hal. Pertama, kebangkitan Kristus merupakan perwujudan dan penggenapan rencana agung Allah. Kedua, pembuktian kebenaran cerita yang telah disampaikan-Nya bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga. Ketiga, menjawab kekuatiran dan membungkam kesombongan para imam. Keempat, kebangkitan Yesus merupakan kemenangan terdahsyat dimana Ia keluar sebagai Pemenang melawan maut. Kemenangan yang mengubah hubungan manusia dengan Allah yang sempat terputus karena dosa manusia. Hari ini Kristen merayakan kemenangan akbar sepanjang sejarah dunia. Peristiwa kebangkitan yang telah menyejarah dan menjadi dasar iman gereja Tuhan. Renungkan: Jangan takut menyaksikan iman kita. Karena yang kita miliki adalah iman yang hidup. Bukan iman isapan jempol atau dongeng seribu satu malam. Bersukacitalah karena kebangkitan-Nya membuat maut tidak mampu menahan kebesaran dan kemahakuasaan Allah mewujudkan rencana agung-Nya bagi seluruh umat manusia. Bacaan untuk Hari Paskah 1 Lagu: Kidung Jemaat 341 |
| (0.12287237619048) | (Mrk 1:21) |
(sh: Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — seperti (Kamis, 16 Januari 2003)) Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — sepertiHanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus -- seperti orang Yahudi lainnya -- untuk beribadat di sinagoge atau rumah ibadat. Di rumah ibadat ada suatu tradisi yang dikembangkan, yaitu siapa saja yang hadir dalam ibadah saat itu, boleh berkhotbah. Kesempatan ini dimanfaatkan Yesus untuk mengajar. Mengenai apa yang diajarkan-Nya, tidak dicatat oleh Markus. Tetapi, Markus memberi catatan detail tentang pengaruh khotbah-Nya terhadap para pendengar-Nya. Markus mencatat dua pengaruh yang dirasakan langsung dari khotbah Yesus. Pertama, orang banyak takjub mendengar khotbah-Nya (ayat 22). Takjub karena -- secara mencolok -- ajaran Yesus berbeda dengan apa yang selama ini mereka dengar. Khotbah Yesus berbeda dengan khotbah para pemimpin agama Yahudi yang selama ini mereka dengar. Meski fakta ini nyata, namun tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa orang banyak yang takjub itu menjadi percaya pada Yesus. Mereka hanya sekadar takjub, tidak lebih. Kedua, roh jahat yang biasanya dengan tenang turut beribadah di sinagoge, menjadi terganggu dan terancam (ayat 24). Menarik untuk diperhatikan bahwa roh jahat juga beribadah dengan tenang di rumah ibadat. Namun, kehadiran Yesus mengungkapkan kehadiran roh jahat tersebut. Roh jahat tidak dapat bertahan di depan mata Yesus karena tidak tahan melihat kesucian Yesus. Ketika orang banyak melihat bahwa roh-roh jahat taat kepada Yesus, mereka semua menjadi takjub. Dalam hidup sehari-hari, kita sering melihat dan menjumpai demonstrasi kuasa roh-roh jahat di dalam hidup manusia. Akibatnya banyak sekali orang takut terhadap roh- roh jahat. Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan dengan jelas bahwa Yesus jauh lebih berkuasa dari roh-roh jahat. Renungkan: Jika kita percaya kepada Yesus, kita tidak perlu takut kepada roh-roh jahat. Sebaliknya, takut atau tunduk pada roh-roh jahat membuktikan bahwa kita tidak percaya pada Yesus. |
| (0.12287237619048) | (Mrk 1:29) |
(sh: Pelayanan dan doa (Jumat, 17 Januari 2003)) Pelayanan dan doaPelayanan dan doa. Dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya mengajar banyak orang. Yesus juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon, yang menderita sakit demam (ayat 30). Lazimnya orang yang baru sembuh dari sakit, badan terasa lemah, karena itu diperlukan waktu beberapa lama untuk beristirahat dan mengembalikan kondisi tubuh. Tetapi, tampaknya ini tidak berlaku bagi ibu mertua Simon. Segera setelah disembuhkan ia langsung melayani Yesus (ayat 31). Ini memberi indikasi bahwa penyembuhannya segera dan sempurna. Tidak hanya orang sakit, orang-orang yang kerasukan setan pun dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan dan dilepaskan dari cengkeraman setan (ayat 32,34). Menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan untuk berbicara meski mereka mengenal Yesus. Dalam 1:24, setan bahkan menyapa Yesus sebagai 'Yang Kudus dari Allah'. Tetapi, Yesus membentaknya untuk tidak bicara. Yesus menolak kesaksian setan dan roh-roh jahat, karena kesaksian mereka tidak lahir dari kesadaran dan suka rela. Mereka mengenal siapa Yesus, tetapi mereka tidak mau hidup taat terhadap Yesus. Inilah iman model ala setan (Yak. 2:19): mengenal Yesus bahkan beribadah di rumah ibadat, tetapi tidak mau taat kepada kehendak Yesus; percaya pada Yesus, tetapi hidup menurut kehendak sendiri. Di tengah kesibukan pelayanan, Yesus berdoa (bdk. 6:46 dan 14:35). Mengapa Yesus harus berdoa? Doa adalah komunikasi dengan Allah. Melalui doa, Yesus menyatakan dua hal. Pertama, relasi-Nya dengan Allah sangat intim. Kedua, Yesus menyatakan ketergantungan-Nya kepada Allah. Rahasia kesuksesan pelayanan-Nya terletak pada ketergantungan-Nya pada Allah, dan doa merupakan ekspresi ketergantungan pada Allah. Renungkan: Apakah iman pada Yesus memberi warna terhadap perilaku dan moralitas hidup sehari-hari? Apa hambatannya? |
| (0.12287237619048) | (Mrk 1:40) |
(sh: Menentang tradisi (Sabtu, 18 Januari 2003)) Menentang tradisiMenentang tradisi. Pada masa Yesus hidup, sudah merupakan tradisi bila orang yang berpenyakit kusta diasingkan masyarakat. Selain takut tertular - - menurut hukum Musa -- orang kusta itu najis dan dikutuk Allah (bdk. Im. 13:45-46). Bagaimana sikap Yesus ketika berhadapan dengan orang kusta? Yesus tidak mengusir atau menjauh. Yesus justru menggerakkan tangan-Nya ke arah orang kusta itu lalu menyentuhnya. Dapat kita bayangkan kegemparan yang terjadi karena reaksi orang-orang yang melihat perbuatan ini. Mengapa Yesus mau menyentuhnya? Karena belas kasihan (ayat 41). Belas kasihan Yesus menyembuhkan dan mengalahkan segala-galanya. Ketika orang kusta sembuh Yesus memberikan dua bentuk perintah padanya. Pertama, ia harus melakukan hukum Musa, yaitu menghadap imam agar imam dapat menyatakannya sebagai orang sehat. Tanpa pernyataan resmi ini sulit baginya diterima masyarakat. Kemudian, ia harus memberikan persembahan syukur seperti yang diatur hukum Musa (Im. 14:1-32). Kedua, Yesus melarangnya untuk memberitakan kesembuhannya kepada orang lain. Sebenarnya orang yang mengenalnya, tanpa diberitahu pun menyadari perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Selain itu melakukan ritus seperti yang dituntut hukum Musa, sebenarnya merupakan pernyataan terbuka bahwa ia telah sembuh dan tahir. Jadi, mengapa harus dilarang? Karena Yesus tidak ingin dikenal sebagai tabib penyembuh. Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Namun, orang kusta ini tidak taat. Akibatnya pekerjaan dan pelayanan Yesus menjadi terhalang. Ketidaktaatan selalu menghambat pelayanan Yesus. (ayat 45). Renungkan: Belas kasihan Yesus membawa orang-orang pinggiran ke tengah- tengah peradaban manusia. Tanpa memiliki belas kasihan Yesus kita tidak akan pernah menyentuh orang-orang yang terbuang dan terasing oleh masyarakat. |
| (0.12287237619048) | (Mrk 4:21) |
(sh: Kehadiran-Nya dilihat dan dirasakan (Senin, 3 Maret 2003)) Kehadiran-Nya dilihat dan dirasakanKehadiran-Nya dilihat dan dirasakan. Dalam pengajaran Yesus, kerajaan Allah selain harus terlihat dan kehadirannya dirasakan sekitarnya, juga bersifat dinamis. Untuk menjelaskan hal ini kepada jemaat, Tuhan Yesus memberikan tiga perumpamaan senada yaitu tentang pelita, benih dan biji sesawi, yang menggambarkan tentang Kerajaan Allah. Pertama, Kerajaan Allah digambarkan dengan pelita (ayat 21-25). Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah, meskipun masih terselubung di dalam diri-Nya, tetapi kehadiran-Nya dapat dilihat dan dirasakan oleh sekitarnya. Allah akan memberikan kesukacitaan Kerajaan Allah dalam kuasa-Nya kepada siapa pun yang menerima kehadiran-Nya dalam diri Yesus. Kedua, benih yang bertunas dan bertumbuh siap memberi tuaian yang baik (ayat 26-29). Perumpamaan ini berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagaimana ia hadir dalam diri Yesus. Si Penabur telah menabur benih. Karya keselamatan Mesias telah mulai. Dunia baru telah hadir. Namun, meskipun Kerajaan itu masih hadir dalam keadaan terselubung, tetapi ada kepastian bahwa pada waktunya benih yang telah ditaburkan, melalui karya Allah yang ajaib itu akan mendatangkan musim menuai. Ketiga, biji sesawi yang meski kecil, bahkan terkecil di antara segala benih yang ditaburkan orang di lahan (ayat 30-32). Namun karena hidup, benih itu tumbuh menjadi pohon yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari segala pohon yang ditanam di lahan itu. Kerajaan Allah itu telah datang dan telah tersedia berkatnya bagi semua orang Melalui ketiga perumpamaan ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa bila kita sungguh dalam Dia, tidak bisa tidak kita akan mengalami kerohanian yang bertumbuh. Sudah seharusnyalah Kristen menerapkan prinsip ini di dalam kehidupannya sehari hari. Renungkan: Hidup orang Kristen harus membawa berkat bagi orang lain. Orang yang ada di sekitarnya harus dapat merasakan manfaatnya bergaul dengan seorang Kristen, bukan sebaliknya. |
| (0.12287237619048) | (Mrk 5:21) |
(sh: Tidak ada masyarakat kelas dua (Kamis, 6 Maret 2003)) Tidak ada masyarakat kelas duaTidak ada masyarakat kelas dua. Masyarakat Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas dua. Bagi perempuan normal (=sehat) keadaan ini sudah merupakan siksaan, apalagi bagi perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun. Direndahkan, dianggap najis dan dikucilkan dari masyarakat karena setiap orang yang menyentuhnya juga menjadi najis. Markus mengisahkan kepada jemaat saat itu, juga kita saat ini, bagaimana Yesus mendobrak tradisi itu. Yesus membiarkan diri-Nya disentuh oleh perempuan yang dianggap najis dan dikucilkan setelah perempuan itu berhasil menerobos kerumunan orang banyak hanya untuk menyentuh jubah-Nya. Ajaibnya, perempuan itu menjadi sembuh. Tidak ada seorang pun yang menyadari peristiwa ajaib tersebut -- selain Yesus dan perempuan itu -- kalau Yesus tidak mengklarifikasinya. Dalam klarifikasi itu Yesus menyatakan sekaligus menegaskan bahwa perempuan yang mereka anggap "najis" itu telah menjadi tahir, suci sehingga harus diterima di ingkungan sosialnya; dan bahwa kesembuhan itu terjadi karena ia beriman kepada Yesus. Dengan imannya perempuan itu tidak menyerah pada kendala yang dihadapinya untuk memperoleh jamahan kuasa Allah. Melalui peristiwa ini Markus mengajak jemaat, juga kita untuk melihat tiga hal: pertama, bahwa perempuan bukan masyarakat kelas dua, yang dapat diperlakukan seenaknya. Yesus melakukan ini sebagai upaya mendobrak tradisi waktu itu. Kedua, bahwa diri-Nya adalah Mesias. Dialah yang berkuasa atas segala penyakit. Ketiga, kesembuhan dan keselamatan dikerjakan oleh Firman dan iman kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Renungkan: Yesus bisa memakai berbagai cara untuk menolong kita mengatasi berbagai pergumulan hidup, selama kita percaya dan berkeyakinan sungguh pada kuasa-Nya. |
| (0.12287237619048) | (Mrk 5:35) |
(sh: Percaya adalah kekuatan (Jumat, 7 Maret 2003)) Percaya adalah kekuatanPercaya adalah kekuatan. Manusia masa kini kadang membayangkan dunianya bagaikan dunia agen-agen rahasia yang punya semboyan "jangan percaya siapapun kecuali dirimu sendiri." Mengapa? Karena hanya diri sendiri yang dapat sungguh-sungguh diandalkan. Pihak lain dapat gagal, berkhianat, atau menimbulkan hal-hal yang tak terduga. Percaya begitu saja kepada orang lain adalah kelemahan. Untunglah Yairus bukan agen 007. Keinginan Yairus semula adalah supaya anaknya sembuh dan tidak mati (ayat 5:22). Namun tiba kabar bahwa anaknya telah mati, dan tidak ada permintaan lain yang keluar dari mulut Yairus. Yang ada hanyalah perintah Yesus: "percaya saja!" (ayat 36). Yairus kini berada dalam situasi yang baru, yang pilihan-pilihannya belum ia pikirkan. Malah, ada dua hal yang perlu ia pertimbangkan. Pertama, statusnya sebagai pejabat sinagoge. Akan lebih berwibawa bila ia menunjukkan sikap menerima keadaan dengan besar hati dengan melanjutkan upacara kedukaan, menjadi teladan bagi jemaatnya, daripada membiarkan seorang eksentrik seperti Yesus mengusir semua pelayat. Kedua, publik menertawakan pendapat-Nya (ayat 40), Dia yang memberi perintah "percaya saja!" Namun ternyata sangat jelas bahwa Yairus mau percaya, karena Yesus membangkitkan anaknya. Kepercayaan Yairus yang implisit ini penting untuk digaris-bawahi. Nas ini (dan 5:21-34) kontras dengan 6:1-6a. Kontrasnya adalah bahwa Yesus melakukan mukjizat karena Yairus dan sang perempuan percaya, sementara di Nazaret Yesus tidak melakukan mukjizat karena ketidakpercayaan mereka di sana (ayat 6:6a). Percaya kepada Tuhan dan kepada kehendak-Nya (bukan kehendak kita) adalah kekuatan Kristen. Hanya dengan demikian Kerajaan Allah diberitakan dan diberlakukan melalui hidup dan kesaksian kita. Renungkan: Kekuatan sejati adalah iman kepada Allah melalui Yesus, yang terwujud melalui sikap hati dan tindakan. |


