Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 15477 ayat untuk orang yang mendengar (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.40) (Mzm 28:1) (sh: Pertolongan pada saat kesesakan (Jumat, 28 Februari 2003))
Pertolongan pada saat kesesakan

Bila rasanya pertolongan Tuhan tak kunjung tiba, serasa tangan- tangan jahat sedang merenggut jiwa kita menuju kebinasaan. Saat- saat seperti itu membuat kita merasa kehilangan akal, dan mungkin tergoda untuk mencari pertolongan dari pihak lain, sangat mungkin untuk kompromi dengan para musuh kita.

Pemazmur ada dalam situasi yang sangat mirip. Ia tertekan karena sepertinya Tuhan berdiam diri dan membisu (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">1). Ia merasa dengan membisunya Tuhan, dirinya seperti sudah ditinggalkan untuk mati ("aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur"). Pemazmur merasa hampir terseret kepada perbuatan orang fasik (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">3). Namun, pemazmur tetap bertahan dan tetap mengharapkan Tuhan mendengar permohonan dan teriakan minta tolong (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">2), supaya ia tetap bertahan untuk tidak tergoda berkompromi dengan kejahatan pemazmur mohon, supaya Tuhan mengganjar orang-orang jahat karena kejahatan mereka (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">4-5). Lebih jauh lagi pemazmur memanjatkan ucapan syukur seakan Tuhan sudah mendengar permohonannya dan sudah menolongnya (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">6-7). Adalah keyakinan pemazmur bahwa Tuhan penolong dan penopang umat-Nya (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">8). Oleh sebab itu, seruan kepada Tuhan ini juga ditujukan demi umat milik Tuhan sendiri (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">9).

Pemazmur menyatakan iman (=percaya)nya di tengah situasi yang sepertinya tidak berpengharapan. Godaan kuat untuk menyerah begitu besar, namun imannya tidak goyah karena ia tahu dan yakin akan pertolongan Tuhan. Ia yakin Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya binasa.

Renungkan: Ketika saat-saat kesesakan begitu tidak tertahankan, godaan untuk menyerah begitu kuat, ingatlah akan doa Tuhan Yesus, "Kehendak-Mu yang jadi ya Bapa, bukan kehendakku." Jangan melihat ke situasi yang mencekam, lihatlah kepada Kristus yang sudah menang mengatasi godaan itu.

(0.40) (Hos 5:15) (full: AKU AKAN PERGI PULANG KE TEMPAT-KU. )

Nas : Hos 5:15

Allah tidak akan mendengar doa Israel yang memohon pertolongan sampai mereka mengakui kesalahan mereka, menanggung hukuman mereka dan dengan sungguh-sungguh mencari pertolongan-Nya. Pasal berikut mencatat kata-kata nubuat yang akan didoakan oleh suatu angkatan masa depan yang bertobat (Hos 6:1-3).

(0.40) (Rat 1:21) (jerusalem: Dengarlah) Begitu terbaca dalam terjemahan Siria. Dalam naskah Ibrani tertulis: Mereka telah mendengar
(0.39) (Mrk 7:14) (sh: Hati-hati dengan hati Anda! (Kamis, 13 Maret 2003))
Hati-hati dengan hati Anda!

Yesus meneruskan proses olah kata menuju olah makna yang lebih menusuk. Ia memanggil orang banyak lagi, suatu indikasi kenabian -- Ia akan meminta mereka mendengarkan sesuatu yang penting bagi kehidupan mereka, sebuah pesan Ilahi! Terdengarlah suara surgawi, suara yang melawan sistem manusia, suara yang antibatasan semu. Sistem kemurnian bukanlah sesuatu yang di luar manusia, tetapi yang di dalam manusia.

Yesus memberikan penjelasan kepada murid-murid-Nya yang sering kali digambarkan lamban untuk mengerti. Bukan makanan yang menajiskan seseorang, tetapi natur manusia yang berdosa, itulah yang mencemarkan kehidupan. Hati yang rusak bagaikan mata air yang terpolusi, mengalirkan air beracun senantiasa. Kita seakan-akan di sini mendengar gema teriakan dalam Yer. 17:9, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" Kalau hati dalam pemahaman Ibrani adalah pusat dari kepribadian manusia yang menentukan keseluruhan tindakannya baik yang aktif maupun pasif, maka kerusakan hati manusia akan menjadi sumber kenajisan.

Itulah yang tak dapat dilihat oleh orang-orang Farisi. Mata mereka silau dengan kemegahan jubah keagamaan dan peraturan-peraturan kaku. Sayang, mereka lupa bahwa dosa-dosa "roh" jauh lebih berbahaya dan mengakar daripada dosa-dosa "daging". Dosa-dosa yang tak kelihatan itulah yang mematikan -- dosa kekerasan hati, dosa kesombongan.

Orang-orang Farisi gagal untuk memahami kebenaran ini. Namun, murid- murid diharapkan dapat mengerti pesan kekal tersebut.

Renungkan: Hati Anda adalah milik Kristus. Perhatikan dengan saksama supaya Anda tidak jatuh dalam kekacauan pribadi dan sosial.

(0.39) (1Sam 11:1) (sh: Membela yang lemah. (Rabu, 3 Desember 1997))
Membela yang lemah.

Orang yang tidak takut Allah cenderung menindas yang lebih lemah. Orang-orang Yabesy-Gilead ditekan oleh musuh mereka, orang Amon (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">2). Mereka dipaksa membuat perjanjian yang sifatnya sangat kejam. Ketika Saul mendengar berita buruk itu, hatinya tersentuh. Saul tampil bukan dengan motivasi mendapatkan dukungan politik orang-orang Yabesy-Gilead, tetapi semata-mata untuk membela yang lemah dan tertindas.

Kebesaran jiwa pemimpin. Saul mengerahkan semua umat Tuhan untuk membela sesamanya dari penindasan. Namun ada pihak yang meragukan kepemimpinan Saul. Masakan Saul menjadi raja? (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">12). Saul tidak terpengaruh sikap negatif itu. Akhirnya ia dan pasukannya menang atas orang Amon. Kemenangan tidak membuat Saul lupa diri. Anjuran agar musuh-musuhnya dihabisi, ditolak Saul. Raja baru itu mengerti bahwa kekuasaannya harus dijalankan di dalam kehendak dan pimpinan Tuhan sendiri. Dengan berbuat demikian, ia memuliakan Allah, Raja atas segala raja.

Renungkan: Ikuti teladan Kristus, keberhasilan adalah karunia Allah bukan hasil perjuangan kita semata. Sikap ini akan membuat kita tetap hamba Allah, bukan budak kuasa.

Doa: Tanamkan sikap syukur dalam lubuk hatiku, Tuhan.

(0.39) (Mat 3:1) (sh: Dunia membutuhkan Yohanes Pembaptis masa kini (Kamis, 28 Desember 2000))
Dunia membutuhkan Yohanes Pembaptis masa kini

Matius tidak memuat kisah masa kecil Yesus di dalam Injilnya namun menggantikannya dengan kisah Yohanes Pembaptis. Sebagai nabi Yohanes diutus Allah untuk mempersiapkan umat manusia bagi Kristus yang akan segera datang. Apa yang dilakukan oleh Yohanes? Ia berkhotbah dengan menitikberatkan pada perkara dosa pribadi dan kolektif yang telah mencemarkan masyarakat. Ia berkhotbah menentang segala bentuk materialisme dan keegoisan, pengeksploitasian serta penindasan orang lemah (Luk. 3:11-14). Ia menegur siapa pun tanpa pandang bulu (7, 9). Teguran keras yang disuarakan Yohanes tidak dimaksudkan untuk membuat orang yang mendengar menyesali dosanya. Bagi Yohanes pertobatan pun bukan suatu usaha untuk memperbaharui diri sendiri. Teguran yang keras itu dimaksudkan Yohanes sebagai seruan agar semua yang mendengarkan mau berbalik hati dan pikirannya kepada Allah, yang dimanifestasikan melalui kehidupan yang kudus. Itulah pertobatan sejati.

Seruan pertobatan sejati ini bukanlah pilihan atau tawaran yang dapat ditolak atau diterima. Pertobatan sejati adalah suatu keputusan yang sangat serius, sebab penghukuman Allah sudah tersedia bagi mereka yang tidak secara serius meresponi seruan pertobatan ini.

Kita tidak mungkin melakukan misi Yohanes secara persis yaitu mempersiapkan jalan bagi Yesus, sebab hanya Yohaneslah yang dianugerahi tugas yang demikian agung. Namun kita dapat meneladaninya dalam hal: keberaniannya untuk menegur siapa pun yang masih bergelimang dalam dosa; menggelisahkan orang-orang yang merasakan damai sejahtera walaupun mereka sebetulnya bersandar pada pengharapan yang palsu dan menyesatkan (7, 9); dengan keras dan serius Yohanes menuntut kekudusan hidup sebagai bukti pertobatan bukan partisipasi dalam ritual keagamaan saja (6- 7); pemaparan penghukuman Allah yang akan menimpa setiap mereka yang masih bergelimang dalam dosa.

Renungkan: Penghukuman Allah jarang sekali dikhotbahkan dalam ibadah di gereja masa kini. Pemberitaan firman di dalam gereja seharusnya meliputi teguran keras kepada siapa pun untuk hidup kudus, berita anugerah, dan penghukuman. Jika demikian maka gereja masa kini dapat berperan menjadi Yohanes Pembaptis masa kini.

(0.39) (Kis 4:13) (sh: Gelap hati, gelap mata (Minggu, 15 Juni 2003))
Gelap hati, gelap mata

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pendidik adalah mengubah paradigma (cara berpikir) seseorang. Ternyata, sebanyak apa pun pemindahan informasi dari pendidik ke anak didik tidak serta merta membuahkan perubahan paradigma. Seperti kuda, pada akhirnya kita hanya berjalan sesuai dengan arah dan cakupan kacamata yang kita kenakan.

Para imam dan orang Saduki mengenakan kaca-mata yang begitu gelap sehingga mereka gagal melihat karya Allah yang begitu terang benderang. Mereka tidak melihat orang lumpuh itu sembuh total (Kis. 3:1-10), mereka hanya melihat Petrus dan Yohanes sebagai murid Yesus. Ketidaksukaan terhadap Yesus menjadi dasar bagi mereka untuk menolak mendengar pemberitaan tentang Dia. Hati mereka yang gelap telah menggelapkan mata mereka pula.

Menjernihkan mata untuk melihat dengan tepat dimulai dari hati. Datanglah kepada Tuhan, bawalah hati yang gelap itu ke hadirat- Nya. Akuilah bahwa hati kita gelap oleh dengki, kecewa, marah, atau iri. Kemudian mintalah agar Tuhan mengisi hati kita dengan kasih, namun jangan hanya meminta kasih secara umum melainkan kasih kepada orang yang menjadi obyek marah dan kecewa kita. Hanya kasih Tuhanlah yang dapat menjernihkan hati; namun kita tidak bisa meminta Tuhan menjernihkan hati bila kita menolak untuk mengasihi.

Renungkan: Mintalah kepada Tuhan, untuk menuangkan kasih-Nya ke dalam hati Anda agar bisa mengasihi orang yang tidak Anda sukai.

Bacaan Untuk Minggu Trinitas

Yesaya 6:1-8; Roma 8:12-17; Yohanes 3:1-17; Mazmur 29

Lagu: Kidung Jemaat 434

(0.39) (Mrk 10:46) (sh: Bartimeus (Sabtu, 29 Maret 2003))
Bartimeus

Buta, miskin, sendiri, hidup dari belas kasihan orang lain. Begitulah gambaran tentang Bartimeus yang dipaparkan oleh Markus. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Ada apa dengan Bartimeus? Ternyata Bartimeus bukanlah tipe orang yang malas, yang tidak mau bangkit dari keadaan seperti anggapan orang saat itu. Justru Bartimeus adalah tipe orang yang berkemauan keras dan berkeyakinan bahwa suatu saat ia akan terbebas dari penderitaan. Apakah keyakinan Bartimeus berlebihan? Secara kasat mata mustahil bagi Bartimeus untuk terpenuhi harapannya. Tetapi, semua keraguan kebanyakan orang saat itu pupus ketika Yesus melintasi kota Yerikho, dalam perjalanan menuju Yerusalem.

Berita bahwa Yesus akan lewat, membuat hati Bartimeus tergerak untuk meminta perhatian Yesus. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang bagi Bartimeus untuk terus berseru kepada Yesus. Bartimeus yakin bahwa inilah saat yang tepat baginya untuk bangkit dari ketidakberdayaan, untuk hidup normal seperti kebanyakan orang. Usaha kerasnya tidak sia-sia. Sapaan "Anak Daud, kasihanilah aku" menunjukkan bahwa siapa Yesus telah sampai ke telinga Bartimeus, dan itu menggerakkan hati Yesus. Yesus mendengar seruannya dan memenuhi kebutuhannya.

Dari Bartimeus kita belajar tentang iman yang benar, yaitu iman yang diarahkan kepada Anak Daud, Mesias yang dijanjikan Allah. Keyakinan yang didasari iman yang hidup itu tidak hanya membuatnya mampu bertahan tetapi lebih lagi membuatnya mengalami perkara besar dalam hidupnya. Masing-masing kita pun dapat terhisab dalam perkara besar Allah sejauh dasarnya adalah iman yang benar dan hidup.

Renungkan: Kenalilah benar permohonan yang Anda sampaikan kepada Tuhan Yesus. Apakah itu benar-benar kebutuhan hakiki yang didasari oleh iman yang hidup atau sekadar keinginan belaka?

(0.39) (Rm 10:16) (sh: Iman timbul dari pendengaran. (Senin, 8 Juni 1998))
Iman timbul dari pendengaran.

Banyak berita dapat didengar oleh manusia, tetapi tidak setiap berita menimbulkan iman. Seseorang menjadi percaya kepada Kristus karena mendengar firman Kristus melalui para utusan-Nya. Iman adalah tanggapan posistif yang kemudian berkembang menjadi kepercayaan yang mantap. Berapa banyak kesempatan tidak kita manfaatkan dengan benar untuk berbicara kepada siapa Tuhan pertemukan kita. Sayang sekali, pendengaran mereka kita isi dengan berita yang tidak menyangkut kebutuhan jiwa yang terutama yakni keselamatan. Mereka butuh firman Kristus, tetapi yang kita sodorkan berita lain yang juga penting, tetapi bukan yang terpenting. Mungkin kita segan, tak mempunyai keberanian atau bermasa bodoh.

Tanggapan yang menyelamatkan. Sulit sekali bagi orang Israel untuk menanggapi berita keselamatan dalam karya Kristus. Benih-benih penolakan bertumbuh subur dan kemudian membuahkan sikap yang terus menerus menentang dan membantah. Tanggapan ditentukan oleh pikiran, dan pikiran merupakan arena peperangan antara kuasa terang dan kuasa gelap. Hanya pikiran yang dikuasai oleh Roh Kudus yang peka, untuk kemudian tanggap akan setiap firman Kristus yang menyelamatkan

Renungkan: Dalam perang rohani kita perlu senjata rohani.

Doa: Karuniakan keberanian untuk memperdengarkaan firman Kristua kepada yang Tuhan tempatkan dalam lingkungan hidup kami.

(0.39) (1Raj 12:1) (sh: Hikmat anak muda vs hikmat orang tua (Rabu, 11 Agustus 2004))
Hikmat anak muda vs hikmat orang tua

Orang tua tidak selalu lebih benar daripada anak muda. Namun, orang tua yang takut akan Tuhan, memiliki pengalaman dan hikmat yang patut didengar dan ditaati oleh anak-anak muda. Orang yang lebih tua dan hidup dalam ketaatan pada firman Tuhan layak kita perhatikan nasihatnya. Rehabeam adalah anak Salomo yang usianya masih muda ketika ia menjadi raja menggantikan Salomo. Para tua-tua (= orang yang dipandang tua, berpengalaman) yang telah melayani ayahnya mendampingi Rehabeam saat itu. Para tua-tua itu telah "Banyak makan asam garam". Mereka telah menyaksikan bagaimana Salomo memerintah, bagaimana reaksi orang yang diperintah dengan "Tangan adil" atau "Tangan keras" serta akibat-akibatnya. Oleh sebab itu, ketika Rehabeam meminta nasihat mereka mengenai bagaimana harus menyikapi tuntutan Yerobeam, nasihat mereka keluar dari pengalaman-pengalaman hidup yang berharga (hikmat orang tua). Mereka menasihati Rehabeam untuk memenuhi permintaan Yerobeam dengan tujuan mengambil hati rakyat (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">6-8).

Sayang, Rehabeam memilih mendengar nasihat teman-teman sebayanya (hikmat anak muda), yang berpendapat bahwa keberhasilan memimpin harus ditunjukkan dengan kekuatan, kekerasan, dan teror (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">8-11). Akibatnya bisa dibayangkan, rakyat memberontak, melepaskan diri dari kekuasaan Rehabeam (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">16-20). Hampir saja terjadi perang saudara, jika Tuhan tidak campur tangan (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">21-24).

Ingatlah pelajaran melalui firman Tuhan hari ini. Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang persuasif dan peka terhadap pimpinan Tuhan, yang belajar dari pengalaman hidup dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Hikmat orang tua yang takut akan Tuhan melebihi hikmat anak muda, namun hikmat ilahi jauh melampaui semua itu. Hikmat ilahi mengajarkan kepemimpinan adalah pelayanan!

Renungkan: Kita dipanggil untuk menjalankan kepemimpinan ala Yesus, yaitu memimpin melalui melayani!

(0.39) (Mzm 40:1) (sh: Penantian belum berakhir (Kamis, 5 Juni 2003))
Penantian belum berakhir

Bagi sebagian orang, menanti adalah pekerjaan yang sulit dan membosankan karena menuntut kesabaran dan disiplin diri yang besar. Bagi orang beriman menanti berhubungan erat dengan kedewasaan mental spiritual. Sehubungan dengan "menanti", umat Tuhan dikenal sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan. Orang beriman yang belajar menanti, tidak akan diperbudak oleh hal-hal yang mendesak sebab tahu apa yang hakiki dan penting. Iman, harap, dan kasihlah yang membuat kita mampu menempatkan semua hal dalam hidup ini dalam nilai dan perspektif ilahi.

Dalam Mazmur ini, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya ketika ia jatuh ke dalam jerat dosa, dan menanti-nantikan Tuhan. Bagi pemazmur dosa seumpama lumpur hidup yang menghisap orang yang jatuh ke dalamnya untuk mati terbenam hidup-hidup. Semakin keras orang itu meronta berusaha melepaskan diri, semakin ia akan tersedot oleh lumpur itu. Hanya jika ada pertolongan dari luar sajalah, orang itu dapat diselamatkan. Inilah penantian yang sekaligus menunjukkan bahwa usaha manusia jelas tak mampu menyelesaikan masalah dosa. Allah tidak hanya mendengar teriakan pemazmur minta tolong. Ia bahkan menjenguk dan mengangkat si pemazmur dari lubang kebinasaan.

Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan pertama sang Juruselamat. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji Allah ini tidak berhenti sampai di sini, karena penggenapan pertama ini justru memasukkan kita pada penantian yang terbesar yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali.

Renungkan: Belajarlah hidup dalam penantian kedatangan Tuhan sebab itu akan membuat kita mengutamakan kasih, kesucian, keadilan dan kebenaran.

(0.39) (Kis 19:1) (full: EFESUS ... BEBERAPA ORANG MURID. )

Nas : Kis 19:1

Apakah dua belas murid di Efesus ini orang Kristen atau murid Yohanes Pembaptis? Kemungkinan keduanya.

  1. 1) Beberapa orang mengira bahwa mereka adalah orang Kristen.
    1. (a) Lukas menyebut mereka "murid", kata yang biasa dipakainya untuk orang Kristen. Seandainya yang dimaksudkan Lukas bahwa mereka hanya murid Yohanes Pembaptis, bukan Kristus, maka hal itu pasti akan dinyatakannya.
    2. (b) Paulus menyebut mereka sebagai sudah percaya (ayat Kis 19:2). Kata kerja "percaya" dipakai kira-kira dua puluh kali di dalam kitab Kisah Para Rasul tanpa menyebut pelengkap penderita. Dalam setiap kasus yang lain, konteks menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah percaya pada Kristus untuk keselamatan

      (lihat cat. --> Kis 19:2 selanjutnya).

      [atau ref. Kis 19:2]

  2. 2) Orang yang lain lagi beranggapan bahwa murid-murid di Efesus ini adalah murid Yohanes Pembaptis yang masih menantikan kedatangan Mesias. Setelah mendengar tentang Yesus dari Paulus, mereka percaya kepada-Nya sebagai Kristus yang dijanjikan dan mereka dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (ayat Kis 19:4-5).
  3. 3) Bagaimanapun kasusnya, jelas bahwa kepenuhan mereka dalam Roh Kudus terjadi setelah mereka beriman, dibaptis dan ditumpangi tangan (ayat Kis 19:5-6).
(0.39) (Yer 4:22) (sh: Kristen dan Dunia dalam Berita (Sabtu, 2 September 2000))
Kristen dan Dunia dalam Berita

Kemajuan pesat bidang teknologi informasi selain memberikan banyak manfaat bagi umat manusia juga memberikan dampak negatif yaitu membuat manusia melihat segala peristiwa yang terjadi di dalam dunia dari sudut pandang sebuah hiburan. Kita menyaksikan kekejaman dan kebiadaban yang terjadi di Ambon dan Poso sambil menikmati makan malam yang sedap bersama keluarga. Di lain waktu kita melihat mayat-mayat yang bergelimpangan akibat pembantaian yang terjadi di Bosnia sambil bercanda-tawa dengan keluarga, bahkan kita menyimak wawancara dengan seorang remaja yang tega membunuh seluruh keluarganya sambil menikmati teh dan makanan kecil. Apa yang kita saksikan adalah sebuah fakta kengerian dan kekejaman manusia yang dirasuk oleh dosa. Namun kita menonton dengan sikap seolah itu semua tidak lebih dari sebuah hiburan atau berita-berita utama yang selalu kita nantikan. Bahkan kita merasa kurang puas bila berita yang kita tonton tidak memaparkan peristiwa-peristiwa yang menggemparkan dan membuat bulu kuduk kita berdiri. Mata dan telinga Yeremia terbuka terhadap semua fakta kengerian dan bencana yang akan terjadi. Berkali-kali ia mengatakan 'Aku melihat..., Aku melihat serta Aku mendengar' (23-26, 31). Yeremia mampu melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta itu. Dunia sekitarnya secara perlahan namun pasti menjadi kacau balau dan porak poranda. Pilihan yang sudah dibuat oleh bangsa Yehuda membuahkan konsekuensi kengerian yang tak terelakkan (17-18). Di zaman ini kita harus memandang dunia dengan mata dan telinga yang terbuka seperti Yeremia, dan menolak paparan media massa yang cenderung mendandani dan mengemas sebuah peristiwa kebiadaban, penyalahgunaan kekuasaan, dan korupsi menjadi sebuah hiburan. Namun jika kita masih menonton berita di televisi tanpa kegentaran hati dan kengerian perasaan, bagaimana mungkin kita dapat meneladani Yeremia yang melihat, mendengar, meratapi, dan berdoa. Renungkan: Keterlibatan Kristen bagi bangsa tercinta ini bukan hanya ketika melihat dan mendengar, namun bagaimana Kristen meratapi dan berdoa kepada Allah karena benar-benar melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta yang terjadi.

(0.39) (Neh 4:1) (sh: Oposisi (Rabu, 15 November 2000))
Oposisi

Apakah suatu pekerjaan yang berasal dari dorongan Roh Tuhan terjamin berjalan dengan mulus tanpa hambatan? Belum tentu! Orang beriman terlibat dalam peperangan rohani dan lawan kita bukan manusia tetapi kekuatan anti Tuhan (lihat Ef. 6:10-12). Dari mulanya gubernur Samaria, Sanbalat, dan beberapa pemimpin wilayah tetangga lainnya mendengar rencana pembangunan tembok Yerusalem. Mereka kesal karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel (orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">2:10). Serangan pertama yang dilontarkan oleh Sanbalat dan sekutunya adalah ejekan (1-3). Ejekan ini dapat melemahkan semangat orang Yahudi sebab mereka

sedang diperhadapkan pada tugas yang sulit dan ejekan yang mereka lontarkan mengandung kebenaran. Sebagai contoh: batu yang ada pada zaman itu adalah batu yang lunak. Ketika dibakar, semua cairan yang terkandung dalam batu itu menguap sehingga batu itu akan hancur menjadi debu. Karena itu ejekan ini: "apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis?" merupakan serangan mental yang berat terhadap semangat Nehemia dan kawan-kawannya.

Bagaimana Nehemia meresponi serangan ini? Ia berdoa kepada Allah agar Allah sendiri yang membalikkan ejekan itu kepada Sanbalat dan sekutunya. Nehemia tidak beragumentasi dengan Allah tentang panggilannya sebab ia yakin bahwa Allah dapat memimpin kepada keberhasilan. Keberhasilan inilah yang akan membungkam semua ejekan. Mereka tetap teguh melaksanakan pekerjaan mereka. Namun serangan tidak berhenti sampai di sini. Ketika ejekan tidak dapat melemahkan semangat orang Yahudi bahkan pekerjaan mereka semakin menampakkan kemajuan yang berarti (7), Sanbalat dan sekutunya mulai mengadakan serangan secara fisik. Nehemia menghadapi serangan ini dengan cara yang sama yaitu berdoa, keteguhan, dan kesiapan fisik maupun mental.

Renungkan: Jangan meragukan atau mempertanyakan penyertaan Allah ketika Anda menghadapi banyak kesulitan, serangan, dan masalah dalam pelayanan ataupun pekerjaan Anda. Masalah dan kesulitan akan selalu ada. Hanya dengan doa, keteguhan hati, dan kesiapan untuk terus bekerja, yang akan memimpin kita kepada keberhasilan yang sudah Allah sediakan bagi kita.

(0.38) (Mat 22:41) (sh: Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti (Selasa, 6 Maret 2001))
Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti

Berulang-kali orang-orang Farisi berusaha mencobai Yesus, namun di luar perhitungan mereka ternyata Yesus tidak pernah terjerat oleh tipu muslihat mereka.

Pada kesempatan ini, bukan lagi mereka yang bertanya kepada Yesus tetapi Yesus yang menanyai mereka: bagaimana pemahaman mereka tentang Mesias (42a). Mereka tahu dengan pasti bahwa Mesias yang dinantikan adalah keturunan Daud, seperti yang mereka baca dalam nubuatan nabi-nabi. Mereka memahami secara hurufiah makna nubuatan ini maka penantian mereka pun adalah melihat kepada garis keturunan Daud. Berdasarkan pemahaman inilah maka dengan lantang mereka menjawab pertanyaan Yesus (42b). Pemahaman sepotong ini telah membawa mereka kepada penantian yang sia-sia, karena mereka melupakan bagian Kitab Suci lain seperti yang dikutip oleh Yesus, dimana Daud menyatakan tentang Mesias (43- 44). Ketika mereka mendengar penjelasan Yesus yang berpijak pula dari kebenaran firman Tuhan, maka mereka menjadi mati kutu, tak kuasa lagi mempertahankan argumentasi mereka tentang Mesias anak Daud. Akhir bacaan kita mencatat bahwa sejak saat itu mereka tidak lagi berani menjebak Yesus dengan pertanyaan tipu muslihat mereka, karena mereka benar-benar mati kutu (44).

Betapa mengherankan, orang-orang Farisi yang menguasai Kitab Suci ternyata tidak mampu menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini dikarenakan pemahaman yang sempit dan sepenggal-sepenggal akan firman Tuhan, sehingga mereka hanya terpaku pada apa yang tertera dan tertulis, dan bukan kepada kebenaran yang diungkapkan secara utuh dan berkesinambungan. Kita menyadari betapa berbahayanya pemahaman demikian, karena akan membawa kita kepada pengharapan yang sia-sia. Apabila kita salah memahami firman Tuhan maka akan berakibat: pengenalan yang sempit akan Yesus Kristus, kehidupan rohani yang dangkal, dan pengharapan yang tidak pernah berujung kenyataan. Betapa sia-sianya hidup iman kita!

Renungkan: Jangan mudah puas dengan pemahaman Anda saat ini, teruslah belajar menggali dan memahami firman Tuhan dengan benar dan utuh, sehingga Anda memiliki pemahaman yang benar dan pengharapan yang pasti.

(0.38) (Mzm 10:1) (full: MENGAPA ENGKAU BERDIRI JAUH-JAUH? )

Nas : Mazm 10:1-18

Doa ini bergumul dengan soal kemenangan keadilan Allah yang tampaknya ditunda (bd. seruan orang-orang kudus yang mati syahid dalam Wahy 6:9-10). Pada zaman ini ketidakadilan dan kejahatan merajalela, dan Allah kadang-kadang tampak "berdiri jauh-jauh" dan tidak turun tangan. Umat Allah harus berdoa agar Ia menghentikan kejahatan dan penderitaan. Sementara itu, kita dapat yakin bahwa sekalipun hari keadilan belum tiba, Tuhan telah mendengar doa-doa kita dan memberikan semangat untuk bertahan sampai akhirnya (ayat Mazm 10:17-18).

(0.38) (Ef 4:7) (sh: Kesucian umat Allah (Selasa, 15 Oktober 2002))
Kesucian umat Allah

Orang yang percaya pada Yesus harus hidup sesuai dengan panggilannya sebagi umat Allah. Paulus menasihatkan mereka untuk tidak lagi hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">17). Bagaimanakah hidup orang yang tidak mengenal Allah? Hati mereka yang keras mengakibatkan pikiran sia-sia (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">17), pengertian gelap dan kebodohan, serta jauh dari Allah mengakibatkan mereka hidup di bawah murka Allah. Sehingga hidup mereka serba kacau yang nampak dari pikiran yang tumpul. Dikuasai hawa nafsu dan serakah berbuat cemar (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">19).

Sebagai umat Allah, orang percaya harus hidup suci, karena orang yang percaya Yesus telah belajar mengenal Yesus Kristus, mendengar Kristus dan menerima pengajaran dalam Kristus (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">21). Sentralitas Kristus terlihat jelas. Ini berarti orang percaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, setiap hari dibarui dalam roh dan pikiran (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">23). Tidak ada artinya menyatakan diri sebagai ciptaan baru namun tabiat dan kebiasaan lama masih terus dilakukan. Semua tabiat lama harus dibuang karena manusia lama sudah dibuang. Sekarang orang percaya harus membuang dusta dan berkata benar (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">25). Kebohongan menghancurkan persekutuan umat Allah. Orang percaya harus menguasai diri (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">26-27). Boleh marah, tetapi jangan menjadi angkuh, dendam dan benci. Boleh marah, namun jangan dipelihara dan berkembang tidak terkendali. Boleh marah, tetapi saat marah jangan membiarkan iblis mengubah kemarahan menjadi kekerasan dan kebencian. Orang percaya jangan mencuri tetapi bekerja keras dan jujur (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">28). Jangan mengambil hak dan milik orang lain. Orang percaya mempergunakan mulut untuk membangun sesama (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">29), bukan untuk menghancurkan orang lain (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">30). Orang percaya jangan memiliki relasi yang pahit, geram, marah, pertikaian, dan fitnah dengan sesama orang percaya. Sebaliknya, dalam persekutuan umat hendaklah ada keramahan, kasih dan pengampunan (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">31-32).

Renungkan: Adakah tabiat lama yang harus dibuang hari ini? Mengapa terus memelihara tabiat lama, bila itu berarti menyebabkan kematian?

(0.38) (Ams 2:1) (sh: Sikap terhadap hikmat (Kamis, 22 Juli 1999))
Sikap terhadap hikmat

Serentetan petunjuk mengenai sikap yang benar terhadap hikmat dipaparkan penulis dari ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">1 sampai 4. Mencermati semua sikap ini, kita belajar bahwa untuk memperoleh hikmat, harus ada usaha yang serius, tidak mengenal lelah, bersemangat, dan terbuka untuk dipimpin oleh hikmat. Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dengan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari.

Berkat dari sikap yang berhikmat. Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan jahat; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang. Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.

Renungkan: Siapa berhikmat, akan memiliki norma hidup sesuai dengan Allah.

(0.38) (Yak 2:16) (jerusalem) Apa yang sampai sekarang dikemukakan perlu dijelaskan dengan uraian mengenai asasnya. Orang yang mendengar firman harus melaksanakannya juga, Yak 1:22-25; bdk Yak 4:11. Titik pandangan Yakobus dalam bagian surat ini dapat diperdamaikan dengan pandangan yang dipertahankan Paulus, Rom 3:20-31; 9:31; Gal 2:16; 3:2,5,11 dst; Fili 3:9. Apa yang ditolak oleh Paulus ialah nilai pekerjaan-pekerjaan manusia untuk mendapat keselamatan tanpa iman akan Kristus. Kepercayaan semacam akan daya upaya manusia untuk membenarkan dirinya menyangkal bahwa manusia pada pokoknya seorang berdosa, Rom 1:18-3:20; Gal 3:22, dan menyia-nyiakan kepercayaan kepada Kristus, Gal 2:21; bdk Rom 1:16+. Tetapi Paulus sendiri juga menerima bahwa setelah orang dibenarkan oleh kasih-karunia yang cuma-cuma saja iman harus berkarya dalam kasih, 1Ko 13:2; Gal 5:6; bdk 2Te 1:11; File 6, dan benar-benar melaksanakan hukum, Rom 8:4, ialah hukum Kristus dan hukum Roh, Gal 6:2; Rom 8:2, yang tidak lain kecuali hukum kasih, Rom 13:8-10; Gal 5:14. Namun demikian benar juga bahwa Yakobus mengartikan hal-ihwal Abraham secara lain dari Paulus dengan maksud mencamkan dalam hati kebenaran bahwa iman harus berkarya dalam kasih. Kebenaran itu perlu dicamkan dalam hati orang yang keadaannya berbeda dengan keadaan orang yang dihadapi Paulus. Yakobus lebih dekat dengan agama Yahudi dari Paulus.
(0.38) (Rm 8:18) (sh: Penderitaan orang Kristen. (Senin, 1 Juni 1998))
Penderitaan orang Kristen.

Boleh dikata tiap hari kita mendengar berbagai berita tentang penderitaan yang dialami orang di dunia ini. Orang Kristen sendiri menderitakah? Ya. Seperti halnya Kristus sudah menderita, kita pun ikut menderita bersama-Nya dan karena Dia (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">17). Karena kita masih hidup dalam dua zaman, antara zaman lama dan zaman baru, kita sedang berjalan dari penderitaan menuju kemuliaan (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">18). Penderitaan itu dialami baik oleh anak-anak Allah maupun segenap isi ciptaan (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">21-22). Namun penderitaan yang sedang kita alami ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">18).

Sikap Kristen dalam penderitaan. Kristen tidak perlu hancur di dalam penderitaan. Ada beberapa prinsip yang memungkinkan kita menang. Pertama, kita telah menerima karunia sulung Roh yang tidak saja menguatkan kita tetapi juga menjamin bahwa kita akan tiba dalam kemuliaan kelak (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">23). Kedua, kita dapat berkeluh kesah kepada Allah tentang tubuh fana kita dan sifat daging dosa kita (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">23b). Ketiga, dalam iman dan harap kita menatap ke Hari Tuhan (ayat orang+yang+mendengar&tab=notes" ver="">24). Keempat, pengharapan itu memberi kita ketekunan, kemenangan dan keselamatan di dalam penderitaan kita.

Renungkan: Kristus yang telah menderita hadir dalam penderitaan kita melalui Roh-Nya untuk mengubah keluh kesah kita menjadi nyanyian syukur.

Doa: Kiranya kemuliaan yang Kau sediakan tidak tertutup oleh penderitaan yang hendak menghentikan ketekunan kami.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA