(0.88) | (Ayb 9:2) |
(full: BENAR DI HADAPAN ALLAH.
) Nas : Ayub 9:2 Dalam pasal Ayub 9:1-35 Ayub mengakui bahwa dia tidak mungkin benar secara sempurna di hadapan Allah. Ia mengerti bahwa pada dasarnya ia cenderung kepada keakuan dan dosa sehingga tidak tanpa cacat di hadapan Allah (bd. Ayub 7:21). Namun, dengan segenap hati dan jiwanya ia telah melawan kejahatan dan berbalik daripadanya (Ayub 1:1,8; 2:3); ia yakin bahwa dirinya tidak melakukan dosa besar sehingga tidak patut menderita sehebat itu (Ayub 6:24; 7:20). Jadi, Ayub mengeluh bahwa Allah telah menghukum dirinya tanpa alasan (ayat Ayub 9:16-20). Sekalipun demikian, imannya tetap kokoh, karena ia terus berseru kepada-Nya (lih. Ayub 10:2,8-12; bd. Yak 5:11). Ia tidak mengutuk Allah sebagaimana diperkirakan Iblis (Ayub 1:11; 2:5), sekalipun ia mengeluarkan kata-kata yang kemudian disesalinya (ayat Ayub 9:17,20,22-23,30-31; 42:3-6). |
(0.88) | (Ayb 28:28) |
(full: TAKUT AKAN TUHAN, ITULAH HIKMAT.
) Nas : Ayub 28:28 Takut akan dan hormat terhadap Allah merupakan landasan hubungan seorang percaya dengan Allah (Mazm 61:6; Ams 1:7).
|
(0.88) | (Ayb 38:1) |
(sh: Hikmat dan misteri (Sabtu, 17 Agustus 2002)) Hikmat dan misteriSetelah Elihu menegaskan bahwa Allah tak dapat ditemui (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">37:23), kita dikejutkan dengan kehadiran Yahweh. Kehadiran Allah seakan merupakan pembenaran diri-Nya. Namun, kita melihat bahwa Allah tidak menjawab tuduhan Ayub, melainkan bertanya, menyudutkannya lagi sama seperti yang dilakukan Elihu dalam dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">37:15-18. Argumen Allah adalah bahwa Ayub ternyata tidak memahami desain yang diciptakan-Nya (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:2). Kebesaran Allah ini menunjukkan bahwa Ia tidak terkungkung atau dikotak-kotakan dalam pikiran sempit Ayub dan teman-temannya. Pertemuan ini mengubah konsep Ayub. Yahweh datang dalam badai, suatu tanda kemurkaan. Ayub mungkin berpikir bahwa ia akan dihancurkan Allah. Tetapi, ternyata Allah hanya menusuk dengan kata-kata. Jika Ayub ada waktu penciptaan, ia pasti memiliki hikmat Allah. Perkataan Yahweh selebihnya terdiri dari 2 bagian. Pertama, tentang keteraturan dunia (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:12-38) dan kedua, tentang dunia binatang (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">38:39-39:30). Di bagian pertama, Allah berbicara tentang embun dan pagi (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:12-15), tentang dunia bawah tanah (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:16-18), tentang terang dan kegelapan (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:19-21), tentang salju, hujan batu, dan guruh (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:22-24), tentang hujan (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:25-28), tentang es dan embun beku (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:29-30), tentang langit dan gugusannya (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:31-33), dan tentang guntur dan awan (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:34-38). Ayub terpojok. Ia tidak memiliki hikmat penciptaan. Ia tidak memiliki hikmat Allah. Di bagian kedua, serentetan binatang liar yang asing bagi Ayub didaftarkan: singa (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:1-2), burung gagak, kambing gunung, dan rusa (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:3-7), keledai liar (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:8-11), lembu hutan (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:12-15), burung unta (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:16-21), burung elang dan rajawali (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:29-33), kecuali kuda perang yang tidak liar (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:22-28). Binatang-binatang liar ini disebutkan untuk menunjukkan ada hal-hal yang berada di luar jangkauan berpikir dan hikmat Ayub. Hal ini ditegaskan kembali dengan penyebutan kuda perang yang ideal yang menunjukkan bahwa Ayub memang tak memiliki hikmat seperti Yahweh. Renungkan: Jawaban Allah di dalam penderitaan kadang bisa berbentuk pertanyaan yang menyadarkan batas-batas pengertian. |
(0.88) | (Ayb 2:9) |
(full: KUTUKILAH ALLAHMU DAN MATILAH.
) Nas : Ayub 2:9 Nasihat istri Ayub ini mengungkapkan inti ujian imannya. Sepanjang kitab ini, kesedihannya yang mendalam yang disebabkan oleh kesengsaraan dari Allah yang kelihatan tidak adil itu mencobainya untuk meninggalkan tekad moralnya untuk tinggal setia kepada Allah dan berhenti mempercayai Tuhan sebagai Allah yang berbelas kasihan dan penuh kemurahan (bd. Yak 5:11). |
(0.88) | (Ayb 42:6) |
(full: DENGAN MENYESAL AKU DUDUK DALAM DEBU DAN ABU.
) Nas : Ayub 42:6 Sebagai tanggapan kepada penyataan Allah, Ayub merendahkan diri dalam penyesalan. Kata "menyesal" berarti bahwa Ayub memandang dirinya dan bahkan kebenaran moralnya hanya seperti "debu dan abu" di hadapan Allah yang kudus (bd. pasal Yes 6:1-13). Ayub tidak menarik kembali apa yang dikatakannya mengenai hidupnya yang benar dan integritas moralnya, tetapi dia mengakui bahwa tuduhan dan keluhannya terhadap Allah tidaklah pantas diungkapkan seorang manusia fana, dan ia menyesal (bd. Kej 18:27). |
(0.88) | (Ayb 32:1) |
(sh: Jangan gegabah memberi penilaian (Minggu, 11 Agustus 2002)) Jangan gegabah memberi penilaianSosok Elihu mungkin dapat dikatakan sebagai yang mewakili kaum muda kebanyakan, yang gemas menyaksikan keadaan sekitarnya, dan berusaha menahan diri menanti giliran bicara. Biasanya sebelum giliran itu tiba berbagai permasalahan yang terjadi diamati dan berusaha dicarikan jalan keluarnya. Namun, ketika giliran itu tiba hal pertama yang dilakukan adalah mencela apa yang dilakukan sebelumnya, menganggap tidak becus, tidak bertanggungjawab, dst.. Gejolak orang muda biasanya memang begitu. Seperti itu jugalah reaksi Elihu ketika melihat upaya para sahabat Ayub untuk meyakinkan Ayub tentang apa yang dialami dan apa yang harus dilakukannya, menemukan jalan buntu. Gejolak jiwa mudanya mendorong dia untuk terlibat dalam perdebatan itu, dan berdasarkan pengamatan dan analisanya, ada dua hal penting yang dijadikan alasan untuk berbicara (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1-3). Pertama, ia mencela orang-orang tua, para sahabat Ayub karena gagal menembus pertahanan Ayub. Mereka tidak mampu memberikan jawaban yang meyakinkan Ayub terhadap penderitaan yang dialaminya (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">9). Kedua, sikap Ayub yang tetap menganggap dirinya benar. Elihu menilai bahwa sikap Ayub menempatkan dirinya lebih benar dari Allah inilah yang membuat ia berani membantah Allah. Benarkah penilaian Elihu tersebut? Meskipun penjelasan dan pernyataan Elihu ini diungkapkan berdasarkan pengamatan, dan analisa, namun itu bukan berarti penilaian tersebut akurat benar 100%. Renungkan: Berpikir kritis dan analitis memang diperlukan untuk menilai sesuatu. Tetapi hasil dari pemikiran dan analisa tersebut masih harus dibuktikan kebenarannya. |
(0.88) | (Ayb 2:6) |
(full: IA DALAM KUASAMU.
) Nas : Ayub 2:6 Allah mengizinkan Iblis mendatangkan penderitaan lagi atas Ayub sebab baik komitmen Ayub sepenuhnya kepada Allah tidak dapat dibuktikan ataupun usaha Allah untuk menebusnya dari dosa tidak dapat ditunjukkan dengan efektif tanpa penderitaan yang tidak semestinya dialamai.
|
(0.88) | (Ayb 19:11) |
(full: MENGANGGAP AKU SEBAGAI LAWAN-NYA.
) Nas : Ayub 19:11 Ayub kini hidup dengan salah paham yang serius bahwa Allah langsung menyebabkan penderitaannya (bd. ayat Ayub 19:8-13).
|
(0.88) | (Ayb 22:21) |
(full: ENGKAU MEMPEROLEH KEUNTUNGAN.
) Nas : Ayub 22:21-30 Elifas menghimbau Ayub dengan doktrin pertobatan yang tradisional namun terlalu sederhana: jikalau Ayub bersedia kembali kepada Allah, menerima instruksi dari firman-Nya, merendahkan diri dan menghapus dosa dari hidupnya, dan meninggalkan ketergantungannya pada hal-hal dunia serta bersukacita di dalam Yang Mahakuasa, maka dengan sendirinya Allah akan membebaskannya dari semua kesulitan, doa-doanya akan didengar, dan keberhasilan akan mengikuti semua usahanya. Akan tetapi, Elifas bersalah dalam tiga hal.
|
(0.88) | (Ayb 25:1) |
(sh: Kasih sayang Allah yang tak berkesudahan (Senin, 20 Desember 2004)) Kasih sayang Allah yang tak berkesudahanSeberapa sering Anda menyadari bahwa di hadapan Allah, manusia kecil dan terbatas? Hari-hari Anda ditandai kesadaran demikiankah? Bildad menjawab keputusasaan Ayub yang mencari pembelaan Allah, dengan menjabarkan siapakah manusia di hadapan Allah. Menurut Bildad, di hadapan Allah, manusia kecil dan terbatas (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">6). Bagi Bildad, kecil dan terbatas berarti tidak berdaya di hadapan Allah (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">4). Padahal pernyataan ini tidak perlu mengandung makna negatif karena keberadaan manusia yang terbatas dan kecil inilah yang membuat Allah memberikan kasih-Nya pada kita. Hendaklah di dalam curahan kasih Allah itu manusia semakin menyadari kebergantungan mutlak dirinya kepada Allah. Juga menemukan arti diri dan hidupnya dalam persekutuan dengan Allah. Jika kita sudah memahami dan telah meletakkan makna teologis tersebut dalam pemikiran kita maka kita dapat menerima setiap rencana Allah baik suka maupun duka dengan lapang dada dan hati yang terbuka. Sebaliknya, jika kita berpihak pada pandangan Bildad pada nas ini, maka kita tidak akan pernah menemukan arti positif dari kata "kecil" dan "terbatasnya" manusia di hadapan Allah (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">4). Tanpa pemahaman teologis itu, kita akan terbentuk menjadi orang yang apatis dan tak berpengharapan. Menjadikan diri sendiri apatis dan tak berpengharapan akan menghalangi kita mengalami persekutuan yang indah dengan Allah. Akibatnya, kita cenderung melarikan diri untuk menghindar dari kasih Allah. Selama manusia hidup, pasti mengalami banyak pergumulan. Semua pergumulan, termasuk penderitaan yang kita alami jika dipahami dalam proporsi teologis dan realitas hidup yang benar, akan memunculkan harapan bagi hidup kita sendiri, bahkan menjadikan kita sanggup menularkan pengharapan itu kepada orang lain. Inilah yang diharapkan berproses dalam diri anak Tuhan. Renungkan: Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Baik penderitaan, peperangan, kemiskinan, bahkan kematian sekalipun. Justru, kasih Allahlah yang menjadikan keselamatan dinyatakan melalui Yesus Kristus. |
(0.88) | (Ayb 41:1) |
(sh: Hanya Allah yang mampu (Selasa, 20 Agustus 2002)) Hanya Allah yang mampuTidak ada keraguan bahwa Lewiatan (buaya) berkaitan dengan kepercayaan mitos (ayat 40:20), meskipun gambarannya, sama seperti Behemoth, mirip seperti reptil yang asli. Namun, Lewiatan (hidup) di dalam air. Yang dimaksud di sini adalah laut dan kedalaman samudera, bukan di sungai di mana Behemoth hidup. Ini menunjukkan bahwa Lewiatan hidup bukan di laut biasa saja, tetapi di samudera yang sangat luas dan dalam. Dua dari tiga pemunculan Lewiatan dalam PL menunjukkan bahwa Allah berperang untuk membunuhnya (Mzm. 74:14, Yes. 27:1). Namun demikian, dalam Mzm. 104:26, Lewiatan telah dijinakkan dan telah menjadi binatang yang tak berbahaya, bermain-main di lautan ciptaan Allah. Tidak ada alasan untuk menyamakan Lewiatan dan Behemoth karena ciri-ciri yang sangat berbeda. Dalam bagian ini, pertama-tama Lewiatan dilukiskan memiliki kekuatan yang menakutkan manusia (ayat 40:20-41:2). Tidak mungkin ia ditangkap dan amat berbahaya untuk mencoba menjinakkannya. Gambaran tentang ciri-ciri fisiknya dimulai dari dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">41:3. Dari pengungkapan ini, terlihat bahwa Lewiatan memang mirip buaya. Ayat-ayat yang muncul berbicara mengenai rahang dan gigi yang mengerikan (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">41:5), "sisik" yang tidak dapat ditembus oleh apa pun (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">41:3,6-8,14). Lehernya yang keras menjadi kekuatannya (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">41:13). Di lain pihak, ciri yang dimilikinya adalah nafas api seperti yang dipunyai binatang naga dalam mitos dan legenda (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">41:9-12). Namun demikian, dalam 41:24-25, Lewiatan dilihat sebagai makhluk bumi. Ia digambarkan sebagai raja dari binatang-binatang yang tiada taranya di atas bumi. Dalam 41:24b, ia dinyatakan sebagai makhluk, yang tidak mengenal takut. Dari bahasa aslinya, kata "makhluk" dapat diterjemahkan dengan lebih tepat, yaitu "yang dibuat". Allah yang membuat Lewiatan. Setelah Ayub melihat Lewiatan dan Behemoth, Ayub tidak hanya mengerti, tetapi juga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Yahweh kepadanya (ayat 40:20 dan 41:4-5). Hanya Yahweh yang dapat melakukan semuanya itu! Renungkan: Mari kita merenungkan kebesaran Allah di dalam dunia ini dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Dia! |
(0.88) | (Ayb 1:9) |
(full: APAKAH DENGAN TIDAK MENDAPAT APA-APA AYUB TAKUT AKAN ALLAH?
) Nas : Ayub 1:9 Iblis menanggapi pernyataan Allah bahwa Ayub itu seorang saleh dengan mengecam baik Allah maupun Ayub.
|
(0.88) | (Ayb 42:7) |
(full: SETELAH TUHAN MENGUCAPKAN FIRMAN ITU.
) Nas : Ayub 42:7 Walaupun kitab Ayub tidak pernah memberikan penyelesaian yang menentukan mengenai persoalan penderitaan yang tidak sepantasnya dialami orang benar, jawaban akhirnya tidak dijumpai dalam pemikiran teologis, tetapi dalam suatu perjumpaan pribadi di antara Allah dengan penderita yang setia.
|
(0.88) | (Ayb 23:10) |
(full: SEANDAINYA IA MENGUJI AKU
) Nas : Ayub 23:10-12 (versi Inggris NIV -- apabila Ia telah menguji aku). Ayub yakin bahwa Allah masih memperdulikan hidupnya dan tahu bahwa tidak ada kesengsaraan yang dapat membuat Ayub berbalik dari kesetiaan kepada-Nya.
|
(0.88) | (Ayb 14:1) |
(sh: Jangan takut datang kepada-Nya (Sabtu, 27 Juli 2002)) Jangan takut datang kepada-NyaDalam sebuah percakapan konseling dengan seseorang yang sedang menderita, kadang percakapan menjadi meluas hingga akhirnya terlontar pertanyaan seperti ini, "Mengapa Tuhan begitu kejam?" Sudah tentu pertanyaan ini keluar dari hati yang penuh kepedihan, kekecewaan dan kebingungan, bukan dari hati yang ingin menghujat Allah. Ada kalanya pertanyaan ini keluar karena cawan yang kita harus minum itu terlalu pahit dan kita merasa tidak sanggup lagi untuk meminumnya. Nama Ayub pun mungkin lebih cocok dipanggil Mara, karena hidupnya sekarang menjadi sangat pahit. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, ia mengetahui bahwa Tuhan mempunyai kuasa absolut atas hidupnya, dan bahwa penderitaannya tidak dapat dilepaskan dari tangan Tuhan. Bagi Ayub, tangan Tuhanlah yang sedang memukulnya dengan murka. Itu sebabnya ia datang kembali kepada Tuhan dan meminta Tuhan untuk "menyembunyikanku di dalam dunia orang mati … sampai murkaMu surut."(ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">14:13). Di dalam kesedihan dan kekalutan, akhirnya Ayub berpikir bahwa musibah yang dialaminya merupakan ungkapan kemarahan Tuhan terhadapnya. Ayub keliru dan kita pun sering kali keliru sewaktu menghubung-hubungkan penderitaan yang kita alami dengan kemarahan Tuhan. Benar bahwa kita adalah makhluk yang rasional dan kita ingin menemukan jawaban untuk setiap hal yang terjadi dalam hidup kita. Tetapi, itu bukanlah alasan untuk mulai mereka-reka alasan mengapa musibah menimpa karena jawaban yang paling logis dan paling mudah untuk meredam kemarahan dan kekecewaan ialah, Tuhan marah kepada kita. Penderitaan acap kali merupakan bagian dari rencana Tuhan yang tidak kita mengerti. Tetapi, ada hal yang terpenting untuk kita pahami dan imani dalam kehidupan kita, yaitu bahwa penderitaan tidak dapat memisahkan kita dari kasih sayang Tuhan. Renungkan: Dalam menghadapi penderitaan, datanglah kepada-Nya bukan dengan ketakutan terhadap kemarahan-Nya. Datanglah kepada-Nya sebagai Bapa yang menyayangi anak-anak-Nya. |
(0.88) | (Ayb 2:11) |
(sh: Simpati dan Empati (Sabtu, 27 November 2004)) Simpati dan EmpatiKata-kata hiburan yang terlalu cepat diucapkan, tidak akan terlalu menolong. Kesalahan seperti ini banyak kita lihat dalam adegan-adegan film seperti ketika orang menderita sakit berat, atau mengalami kecelakaan, sering orang lain menghibur dengan ucapan: "Tidak usah kuatir. Segalanya akan beres. Engkau tidak akan mengalami masalah berat." Maksud ucapan penghiburan itu mungkin baik, tetapi sayang orang bermasalah berat tidak akan ditolong hanya dengan simpati. Seorang perempuan misionari berusia setengah baya tiba-tiba mengalami depresi berat. Ia beroleh panggilan untuk melayani Tuhan penuh waktu belum berapa lama. Sesudah mengalami pembaruan hidup ia merasakan panggilan Allah. Tetapi mengapa kini di tengah ia menjawab panggilan itu, ia depresi? Selidik punya selidik, ternyata akar masalahnya ada di masa kecilnya. Ketika masih usia belia, ia diperkosa berulangkali oleh kakeknya sendiri. Luka batin dahsyat itu mendadak pecah. Bagaimana konselor menolongnya menjalani pemulihan diri? Tidak dengan simpati gampangan tetapi dengan empati. Ketika perempuan itu dengan pedih menangis pilu, "Di manakah Allah ketika kakekku merejang memperkosaku?" Si konselor menjawab singkat dengan nada lirih, "Ia di kamar itu juga bersamamu, menanggung derita tak terperi." Empati sarat pemahaman teologis itu berhasil mendukung perempuan itu bangkit dari kehancurannya tentu masih diikuti oleh perjuangan panjang dan berat. Mengapa empati seperti yang diungkapkan Elifas, Bildad, dan Zofar adalah sikap yang paling tepat? Dengan menghibur dan mengucapkan kata-kata menguatkan, orang memposisikan diri lebih daripada yang dihibur. Dengan menangis, mengoyakkan baju, membisu, teman-teman Ayub memposisikan diri serendah dasar terdalam jurang derita temannya itu. Hanya ketika orang yang menderita memiliki orang lain yang sepenanggungan, ia akan sungguh tertolong. Ingat: Satu-satunya yang mengerti penuh derita manusia adalah Kristus, sebab Ia menjadi manusia, dicobai dalam segala perkara, mati dan bangkit bagi kita. Bagikan empati Kristus itu melalui hidup Anda. |
(0.88) | (Ayb 34:33) |
(ende) Ijob menolak penjelenggaraan Allah jang berbelas kasihan itu, oleh sebab ia mengenal keadilan jang sempit sadja. Dan oleh karena Ijob memilih anggapan ini, maka ia sendiri harus memberi keterangan tentang kedjadian2. Elihu mengetahui djawaban atas soal itu, tetapi Ijob tidak, bila ia terus berpegang pada anggapannja tadi. |
(0.88) | (Ayb 3:13) |
(full: AKU TERTIDUR DAN MENDAPAT ISTIRAHAT.
) Nas : Ayub 3:13 Ayub membayangkan kubur sebagai suatu tempat perhentian. Ia tidak menganggapnya sebagai kemusnahan, tetapi sebagai tempat untuk meneruskan keberadaan pribadi (ayat Ayub 3:13-19; lihat cat. --> Mazm 16:10, ttg. Sheol). [atau ref. Mazm 16:10] |
(0.88) | (Ayb 32:8) |
(full: ROH YANG DI DALAM MANUSIA.
) Nas : Ayub 32:8 Meskipun Elihu menyatakan bahwa ia telah menerima wawasan rohani dari Allah (bd. Ayub 33:4), pernyataan-pernyataan dan pandangan teologisnya tidak tanpa kesalahan. Beberapa di antaranya penuh wawasan, lainnya kurang daripada penyataan alkitabiah. |