Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1141 - 1160 dari 3562 ayat untuk bagi [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15018439534884) (Pkh 11:1) (sh: Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan (Senin, 11 Oktober 2004))
Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan

Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan. Jim dan Elizabeth Elliot bersama seorang putrinya pergi menjadi utusan Injil ke Equador, Amerika Selatan. Dalam sebuah kunjungan ke pedalaman, Jim dan beberapa rekannya dibunuh oleh penduduk asli. Niat Elizabeth Elliot untuk memberitakan Injil tidak surut sehingga ia memutuskan masuk ke daerah pedalaman tersebut untuk meneruskan pekerjaan yang telah dirintis almarhum suaminya. Ia melayani Tuhan di sana dan akhirnya, orang yang membunuh suaminya pun menjadi anak Tuhan.

Dalam hidup ini ada banyak hal yang terjadi namun, sedikit yang mampu kita pahami. Seberapa pun kepandaian manusia memahami semua ilmu pengetahuan dan mampu menciptakan berbagai alat yang berguna bagi kehidupan, tetap ada banyak peristiwa hidup yang tak terselami. Keterbatasan tersebut disebabkan Tuhan yang mengatur kehidupan manusia dan di "tangan-Nyalah" nafas semua makhluk hidup. Firman Tuhan menyatakan "Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah" (ayat 5). Pekerjaan Tuhan terhadap dunia ini tak terselami, seperti kita juga tidak mampu mengatur pertumbuhan benih yang kita tabur di tanah (ayat 6) ataupun memahami gerakan alam semesta ini (ayat 3). Adakalanya kita lupa bahwa kita bukanlah pusat dari alam semesta; melainkan kehidupan kita di dunia ini hanyalah bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar. Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang memercayai Tuhan dalam segala lakunya (ayat 8).

Namun, ada satu penghiburan bagi kita anak-anak-Nya yaitu Tuhan itu kasih. Jika Ia bukanlah Tuhan yang kasih maka Ia tidak akan mau menjadi manusia untuk mengorbankan diri-Nya di kayu salib dan membayar hukuman atas dosa kita. Sebenarnya, Tuhan tidak harus menjadi manusia, tetapi Ia memilih untuk melakukan semua itu demi kasih-Nya kepada kita. Kendati Ia mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa kita bukan berarti rancangan-Nya yang indah untuk hidup kita akan gagal.

Renungkan: Iman sejati berarti memercayai rencana Tuhan tetap yang terbaik bagi hidup kita pada saat kita sedang menderita.

(0.15018439534884) (Pkh 12:1) (sh: Menjadi berkat bagi orang lain (Minggu, 21 Juni 1998))
Menjadi berkat bagi orang lain

Menjadi berkat bagi orang lain
Ada sementara orang yang banyak belajar namun tidak pernah sampai kepada kebenaran. Hal yang diperingatkan tegas oleh Paulus dalam Perjanjian Baru itu (2Tim. 3:7). Bila demikian, besar kemungkinan orang itu bukan belajar kebenaran tetapi belajar hal-hal yang salah. Ada pula orang yang belajar hanya pengetahuan otak belaka, namun hidup dan kelakuan tidak mengalami perubahan. Itu pun bukan tujuan belajar yang sejati sebab hakikat belajar adalah terbuka untuk dirubah oleh hal (kebenaran) yang telah dipelajari. Ada pula orang yang belajar hanya untuk membanggakan diri, tetapi tidak menjadi berkat bagi orang lain. Sebagai hamba Tuhan, pengkhotbah memberi kita teladan bahwa apa yang secara pribadi telah diselidiki dan dipelajarinya, ia bagikan kepada orang lain dalam catatan perenungannya ini.

Akhir kata. Bila kita membaca sebuah buku bagian penting yang harus kita lihat lebih dulu ialah kata pendahuluan dan daftar isinya. Di sana kita beroleh alasan dan tujuan dan kerangka pikiran penulis. Bagian lain yang lebih penting lagi ialah bagian kesimpulan. Di sana kita melihat nilai-nilai apa yang hendak dibagikan penulis kepada pembacanya. Dengan membaca cermat beberapa hal tadi, kita dapat memutuskan apakah karangan orang itu patut dibeli dan dibaca atau tidak. Pengkhotbah kini tiba di kesimpulan akhir. Apa pesan terpenting dari begitu banyak perenungan hidup yang ke dalamnya kita telah diajak untuk mengarungi? Takutlah akan Allah. Berpeganglah pada perintah-perintah-Nya. Allah akan membuat perhitungan tentang hidup semua orang, baik yang tersembunyi maupun yang terbuka di hadapan publik. Jika saja semua kita menyimak pesan akhir yang penting itu, kita pasti tak akan hidup sia-sia.

Renungkan: Hiduplah di dalam Yesus, andalkan kuasa penebusan-Nya. Anda pasti akan dimampukan-Nya membangun hidup yang sampai kelak akan membangkitkan syukur kepada Tuhan.

(0.15018439534884) (Yes 19:1) (sh: Tuhan, Allah bagi semua manusia (Rabu, 17 Oktober 2012))
Tuhan, Allah bagi semua manusia

Judul: Tuhan, Allah bagi semua manusia
Pada abad ke-5 SM, sejarawan Yunani yang bernama Herodotus berkata bahwa Mesir merupakan "berkat dari sungai Nil". Artinya tanpa sungai Nil, tidak akan ada negeri Mesir karena daerah ini menjadi daerah yang tidak dapat dihuni manusia. Juga bukan tempat yang baik untuk bercocok tanam serta menggembalakan ternak.

Orang Mesir percaya bahwa sungai Nil merupakan ciptaan dan pemberian para dewa yang mengasihi mereka. Jika dikaitkan dengan pernyataan Herodotus tadi, maka negeri Mesir merupakan berkat dari para dewa kepada penduduknya melalui pemberian dan pemeliharaan sungai Nil. Namun, dalam perikop ini dikatakan bahwa Tuhan datang ke Mesir (1) dan menyebabkan sungai Nil menjadi kering (5-7). Tentu saja kehidupan orang Mesir akan menjadi terganggu dan terancam (8-10). Kisah ini menggambarkan kekuasaan Tuhan yang mengalahkan kekuasaan ilah-ilah Mesir (berhala-berhala Mesir gemetar di hadapan-Nya). Dikuasainya sungai Nil menggambarkan bahwa seluruh dewa Mesir telah dikalahkan. Ini juga memperlihatkan bahwa dewa-dewa tersebut merupakan ilah-ilah yang mati. Lagi pula sungai Nil bukanlah pemberian para dewa, melainkan ciptaan Tuhan semesta alam. Oleh karena itu Tuhan adalah Allah yang harus disembah oleh seluruh umat manusia di bumi.

Setelah Tuhan menyatakan diri kepada orang Mesir, maka "pada waktu itu akan ada mezbah bagi Tuhan di tengah-tengah tanah Mesir" (19). Juga akan ada pertobatan! Tuhan mengirimkan juruselamat yang akan menyelamatkan mereka. Cerita perikop ini sama seperti cerita Yunus. Seperti dulu kota Niniwe bertobat, demikian juga negeri Mesir, negeri penyembah berhala tersebut, jadi "mengenal Tuhan" dan menyembah kepada-Nya. Terdapat sebuah jalan damai yang menghubungkan antara Asyur, Israel, dan Mesir. Semuanya menyembah kepada TUHAN.

Inilah tanda-Nya bahwa Allah mengasihi seisi dunia, yaitu dengan mengirimkan Juruselamat bagi manusia supaya bertobat dan datang kepada-Nya. Tak perlu seorang pun ragu karena Tuhan adalah Allah bagi semua bangsa.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/10/17/

(0.15018439534884) (Yes 27:1) (sh: Kemenangan telak (Senin, 13 September 2004))
Kemenangan telak

Kemenangan telak. Di hari Tuhan yang dahsyat kelak, Allah akan bertindak dengan pedang-Nya yang ampuh (ayat 1), membuat Israel menjadi kebun anggur yang elok, memusnahkan semua ibadah palsu (ayat 9). Itulah masa ketika penuaian besar akan terjadi (ayat 12).

Allah telah menjanjikan pemulihan total atas umat yang setia kepada-Nya sejak ps. 24. Dalam pasal inilah diceritakan bahwa kemenangan telak umat Allah atas musuh mereka dinyatakan. Kata "pada waktu itu" menjelaskan dua hal. Pertama, menunjuk kepada waktu yang pasti ketika semua musuh Allah dikalahkan dan umat-Nya merayakan kemenangan telak. Hal ini menyatakan bahwa Allah yang sesungguhnya berperang bagi Israel. Allah juga yang mengalahkan "ular naga" dari laut. Ular naga adalah lambang kejahatan dari bangsa-bangsa yang melawan Allah (ayat 1). Kedua, memberitahukan tentang hasil kebun anggur yang telah berubah. Kebun anggur ini bukan menghasilkan buah yang tidak berguna lagi melainkan buah anggur yang dapat dinikmati seluruh dunia. Pembalikan keadaan "kebun anggur" ini menyatakan Israel akan berkembang dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di dunia (ayat 2-6 band. 5:1-7). Perbuatan Allah yang memulihkan keadaan Israel ini menyebabkan hadirnya sukacita dan pujian dari umat-Nya (ayat 13). Pada saat itu Allah juga akan menghapuskan semua dosa dari Israel dan memberikan keselamatan kepada mereka (ayat 9). Nabi Yesaya juga menubuatkan bahwa Allah akan menyatukan kembali orang-orang Israel yang telah terserak ke wilayah lain akibat peperangan dan kekalahan yang mereka alami menjadi satu bangsa yang utuh (ayat 11-12).

Kita dapat bersukacita karena Yesus telah menang atas maut ketika Ia mati dan bangkit dari kematian. Kemenangan Yesus inilah yang menjadi dasar kemenangan telak bagi kita yang kelak dinyatakan pada hari Yesus datang kembali kedua kali. Kenyataan ini menjadikan kita dapat bersukacita dan memuji Tuhan selama-lamanya (Wahyu 11:15).

Camkan: Keikutsertaan dalam perayaan dan kemenangan telak atas maut ialah iman di dalam Yesus.

(0.15018439534884) (Yes 29:17) (sh: Pengharapan karena anugerah (Kamis, 16 September 2004))
Pengharapan karena anugerah

Pengharapan karena anugerah. Krisis berkepanjangan bisa membuat kita menjadi skeptis. Kita akan merasa sepertinya keadilan tidak mungkin lagi diperjuangkan dan Tuhan seolah tiada. Sebaliknya kita cenderung beranggapan bahwa keadaan sial, gagal, dan celaka merajalela berjaya mengalahkan kebenaran. Keadaan seperti ini dapat membuat kita tidak lagi memercayai Tuhan dan tidak lagi mengharapkan kebenaran akan ditegakkan. Perikop ini menegur sikap skeptis dan mengajak kita menaruh harapan besar kepada anugerah Allah.

Tuhan akan menyatakan anugerah-Nya untuk memulihkan Israel. Kata "hanya sedikit waktu lagi" menyiratkan bahwa masa anugerah itu akan segera datang (ayat 17). Masa anugerah ini memberikan penghiburan bagi Israel yang saat itu berada dalam kesulitan. Orang-orang yang sengsara dan miskin akan bersukaria dan akan memuji Allah Israel (ayat 19). Sebaliknya, Allah akan menghabisi orang-orang yang menindas sesamanya dan menghina hukum-Nya. Dia juga akan membinasakan orang berdosa, orang yang suka memfitnah, orang yang mencegah perbuatan jahat dihukum, dan orang yang suka menyebarkan cerita bohong dengan tujuan supaya orang jujur tidak mendapat keadilan (ayat 20-21). Masa anugerah ini juga akan membawa dampak perubahan yang lain. Yaitu orang-orang bodoh akan dapat mengerti dan menjadi bijaksana bahkan orang-orang yang sering menggerutu akan senang untuk diajari berbagai pengetahuan (ayat 24). Pembelajaran yang terjadi dalam diri orang tersebut bukan karena paksaan, tetapi oleh kerelaan. Kerelaan yang "ditumbuhkan" karena anugerah Allah hadir bagi Israel.

Masa anugerah Allah tersebut juga terjadi bagi kita pada masa kini. Orang Kristen memiliki kepastian terhadap anugerah Tuhan itu oleh karena kematian dan kebangkitan Allah Yesus atas maut. Atas dasar karya Kristus itu, Roh Allah mengoperasikan anugerah Tuhan itu kedalam hidup kita.

Renungkan: Orang yang mengalami anugerah Allah akan meninggalkan sikap skeptis dan menjadi bersikap yakin bahwa kekudusan Allah pasti akan menang.

(0.15018439534884) (Yes 34:1) (sh: Hukuman bagi bangsa-bangsa yang menolak Dia (Rabu, 22 September 2004))
Hukuman bagi bangsa-bangsa yang menolak Dia

Hukuman bagi bangsa-bangsa yang menolak Dia. Pernahkah Anda menatap langit di sore hari? Melihat warna kemerahan ketika matahari terbenam membawa kita mengagumi kebesaran Tuhan sang pencipta. Namun ketika langit berubah menjadi gulungan kitab seperti yang dinubuatkan Yesaya untuk menggambarkan hukuman Allah, apakah kesan Anda?

Menggunakan perseteruan Edom terhadap Israel, firman ini menggambarkan akibat yang harus ditanggung oleh semua orang yang melawan Allah. Sejak nenek moyangnya Esau, Edom sudah menunjukkan permusuhan terhadap Yakub yang keturunannya kelak adalah Israel. Karena itu, Edom di sini mewakili semua bangsa-bangsa yang melawan Allah dan menentang rencana-rencana-Nya bagi umat-Nya. Berbagai lukisan tentang hukuman Allah yang dahsyat dan akibatnya yang mengerikan bisa jadi figuratif bisa jadi juga harafiah (mis. ayat 3,4,6,7,9, dst.). Agar lebih dapat membayangkan maksud firman ini, lihatlah ayat 1-2 sebagai keputusan pengadilan ilahi dan ayat-ayat seterusnya sebagai akibat ketika penghukuman dijalankan.

Murka Allah terhadap semua pihak yang melawan Dia akan menyeluruh mencakup realitas langit (ayat 4-5) dan realitas bumi (ayat 6, dst.). Pada waktu Allah mengganjar dosa, manusia akan musnah yang tersisa hanyalah binatang-binatang buas dan jin-jin (ayat 14-16a). Gambaran ngeri ini menekankan kehancuran, kehampaan, kegelapan seperti masa prapenciptaan. Singkat kata, firman ini mengokohkan peringatan keras tentang kengerian hukuman kekal dari Allah terhadap para pendosa. Semua manusia dan bangsa yang menentang Allah akan mengalami kebinasaan kekal.

Apakah Anda telah menjadikan Yesus sebagai Tuhan? Tidak percaya Yesus berarti menolak anugerah Allah. Jangan tunda keputusan untuk percaya dan taat kepada-Nya, sebab ada kemungkinan waktu anugerah Tuhan akan berakhir. Jangan seperti Edom yang mengundang kehancuran karena kekerasan hati mereka.

Renungkan: Mengetahui Yesus adalah Tuhan tanpa mengakui-Nya dan menyembah-Nya adalah kebohongan yang berujung kepada hukuman maut (Mat. 7:21-23).

(0.15018439534884) (Yes 38:1) (sh: Kematian. (Minggu, 6 Desember 1998))
Kematian.

Kematian.
Setiap orang, tua maupun muda, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, pada suatu saat harus mengalami kematian. Raja Hizkia gelisah, bahkan amat ketakutan. Apalagi melalui Yesaya, Allah memperingatkan kepadanya, bahwa penyakit yang dideritanya tidak tak akan sembuh, bahkan akan segera membawanya kepada kematian (ayat 1-2). Dengan putus asa, Hizkia berpaling kepada Allah menangis dengan amat sangat. Sekalipun semasa hidup orang-orang telah berusaha berbuat kebajikan dalam hidupnya, tetapi tetap kematian itu dianggap sangat mengerikan karena ternyata kebajikannya tidak dapat menutupi perbuatan dosa di hadapan Allah (ayat 3).

Allah mengubah rencana? Kematian memang sangat menakutkan. Apakah ada janji pengharapan yang melepaskan orang dari kematian? Tidak ada! Namun, pengecualian terjadi pada Hizkia sekalipun kematian itupun tak dapat dihindari. Ketika Allah mendengar jerit tangis dan melihat air mata kesungguhan Hizkia, memohon penundaan kematiannya, Allah berjanji akan memperpanjang umurnya hingga lima belas tahun lagi (ayat 5). Pengharapan sempurna hanya dapat diperoleh bila kita menggantungkan mutlak pengharapan kepada Allah.

Mati adalah keuntungan. Untuk banyak orang, kematian sering menimbulkan dilema. Apa yang Hizkia rasakan, juga dirasakan oleh Paulus. Namun karena Kristus sudah menjadi satu-satunya tujuan dan prinsip hidup Paulus, hidup atau mati sama siap dijalaninya dengan suka. Mati tidak dihadapinya dengan takut, tetapi sebagai perjumpaan dengan Kristus dalam kemuliaan. Dan setiap orang kelak akan menemui ajalnya. Saat sebelum kematian tiba adalah kesempatan bagi orang Kristen untuk menjalani saluran berkat menyaksikan Kristus bagi orang lain. Hidup manusia sangat berharga, karena itu sayang sekali bila seseorang menemui ajal tanpa kesempatan mendengar Injil. Inilah tanggung jawab Kristen yaitu berkomitmen setia kepada Kristus, bersaksi bagi-Nya, melayani-Nya dan sesama manusia.

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih kehidupan kekal yang telah kami miliki. Kami merindukan saat untuk berjumpa dengan Engkau dalam kemuliaan-Mu yang kekal.

(0.15018439534884) (Yes 52:13) (sh: Hamba yang menderita (Minggu, 14 Maret 1999))
Hamba yang menderita

Hamba yang menderita. Di jaman dulu maupun sekarang ini, tidak umum bila seseorang yang benar secara hukum membiarkan dirinya disiksa tanpa membuka mulut untuk pembelaan. Namun nabi Yesaya memaparkan kepada kita bahwa ada seseorang yang disebutnya Hamba yang menderita yang sanggup melakukan itu. Hamba itu diremukkan, dihina, diejek, diperlakukan sewenang-wenang. Tidak hanya itu, bahkan dalam kematiannya, dia dimasukkan dalam kalangan pemberontak (53:12). Bagi seorang manusia biasa penderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya justru selalu diusahakan untuk dihindari (53:3). Yesaya memaparkan makna yang terkandung di balik penderitaan hamba itu. Dikatakan Yesaya bahwa semua itu adalah bagian dari kehendak dan rencana agung Allah demi korban penebusan salah bagi manusia (53:10).

Kristus Sebagai Penggenap. Nubuat hamba Tuhan yang menderita ini digenapi dalam diri Yesus Kristus. Sama sekali tak terlihat usaha pembelaan diri-Nya. Namun justru di sinilah letak rahasia keagungan kasih Allah. Dengan mempertaruhkan Putra-Nya, Sang Bapa merencanakan penyelamatan kita. Bagi kita, penyelamatan itu memang tanpa pembayaran apapun, tetapi dari sudut Allah, penyelamatan itu menuntut pengorbanan Yesus, Anak Tunggal Bapa. Benarkah sudah kita sadari bahwa Dialah Juruselamat kita pribadi? Coba kita baca ulang dan resapi kalimat yang tertulis pada ayat 5. Gantilah setiap kata "aku" dengan kata "kita". Kesan apa yang kita terima? Kasih yang tak ternilai. Menyadari kasih pengorbanan Yesus Kristus membuat kita mampu mengasihi siapa saja, tanpa harus memandang asal, keturunan, dlsb. Dan kita pun menjadi anak-anak Bapa yang mengenal damai dan bersedia membawa damai.

Doa: Ya Bapa yang kudus, sesungguhnya pengorbanan Putra-Mu yang Tunggal adalah anugerah terbesar yang kami terima dalam hidup ini. Ajar kami selalu bersyukur atas hal itu dan hidup sesuai dengan pembenaran-Mu itu. Amin.

(0.15018439534884) (Yes 57:1) (sh: Peringatan bagi pemimpin! (Kamis, 25 Agustus 2005))
Peringatan bagi pemimpin!

Peringatan bagi pemimpin! Salah satu penyebab kehancuran sebuah bangsa adalah sikap para pemimpinnya yang tidak takut akan Tuhan. Mereka tidak takut akan Tuhan dengan berlaku jahat, tidak adil, dan menindas rakyat.

Nas hari ini membongkar perbuatan para pemimpin Israel yang tidak mengusahakan kesejahteraan rakyat sehingga umat Allah sangat menderita (ayat 1). Para pemimpin ini ternyata menjalin hubungan dengan kuasa kegelapan. Mereka menyembah dewa-dewa kesuburan, seperti Baal dan Asytoret, melakukan pelacuran bakti, beribadah kepada dewa Molokh, dan memanggil arwah orang mati (ayat 3, 5-9). Para pemimpin ini merasa kedudukan mereka kuat dan aman, berperilaku saleh, dan sama sekali tidak menyadari perbuatan mereka dibenci Allah (ayat 10-12). Mereka tidak menyadari bahwa Allah akan menghukum mereka dan tak satu pun dari dewa-dewa itu dapat menolong mereka.

Oleh karena perbuatan para pemimpin umat itu maka umat Allah tersandung jatuh dalam dosa (ayat 14). Keduanya akan dihukum Allah apabila tidak bertobat (ayat 17, 20-21). Namun, mereka yang menyesali perbuatan dosanya serta berpaling dari segala tingkah laku jahatnya akan kembali mendapatkan kemurahan-Nya (ayat 15, 18-19). Sesungguhnya Allah penuh dengan kasih dan pengampunan, tujuan-Nya adalah damai sejahtera bagi umat-Nya.

Kita harus mendoakan para pemimpin kita, baik yang di gereja maupun yang di pemerintahan agar mereka takut akan Tuhan dan menjalankan kepemimpinan mereka untuk kesejahteraan umat yang dipimpin. Kita sendiri harus menjaga diri supaya jangan mencontoh para pemimpin munafik yang tidak takut akan Tuhan. Tuhan sendiri akan membalas orang jahat dengan hukuman yang setimpal, tetapi Dia akan menyelamatkan umat-Nya yang saleh dengan anugerah yang melimpah.

Camkan: Tuhan adil! Dia akan membalaskan setiap orang berdasarkan perbuatan masing-masing.

(0.15018439534884) (Yes 60:1) (sh: Menjadi terang di tengah gelap (Rabu, 11 Desember 2013))
Menjadi terang di tengah gelap

Judul: Menjadi terang di tengah gelap
Yesaya 58-66 adalah bagian penutup dari Kitab Yesaya yang mendeklarasikan sebuah pengharapan keselamatan bagi seluruh umat manusia, runtuhnya dinding-dinding pembatas antar-bangsa, dan penyataan kemuliaan Tuhan pada akhir zaman. Yesaya 60 yang kita baca hari ini dan besok merupakan pasal yang menjadi inti dan stereotip dari bagian ini.

Yesaya menggambarkan berbagai aspek ketika "kota Tuhan" bangkit dari keterpurukan dan bersinar dengan terang, sementara seluruh dunia diliputi kegelapan. Bagaikan laron-laron yang secara instingtif terbang untuk mencari sumber cahaya, demikian pula bangsa-bangsa akan berduyun-duyun datang untuk mencari Tuhan. Orang-orang dari berbagai suku bangsa, laki-laki maupun perempuan, dari segala golongan, akan datang untuk menyembah Tuhan. Begitu banyak orang yang akan datang sehingga "pintu-pintu gerbang" kota Tuhan itu akan terus dibuka siang dan malam. John Calvin, dalam tafsirannya, menuliskan bahwa ini terjadi karena ada begitu banyak orang yang berbondong-bondong datang untuk menyembah Tuhan sehingga siang hari tidak akan cukup untuk menampung mereka, bahkan siang dan malam pintu itu harus terus terbuka untuk memberi tempat bagi orang-orang yang terus berdatangan tanpa terbendung.

Banyak persembahan dibawa umat dari seluruh penjuru dunia untuk pekerjaan Tuhan. Kepada orang Israel yang ingat bahwa Bait Allah ada di Yerusalem dan mengharapkan pemulihan dari Allah, metafora yang digunakan Nabi Yesaya ini dapat mereka pahami dengan sangat gamblang. Bagi kita, Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita pun perlu datang kepada Allah untuk dipersatukan di dalam Kristus sebagai bagian dari "bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan" (Ef. 2:21).

Sementara kita menantikan kedatangan kembali Tuhan Yesus ke dalam dunia ini, kitalah terang yang Ia tempatkan di tengah dunia yang gelap ini. Maka kita perlu bertanya, apakah kita telah hidup begitu rupa sehingga orang-orang di sekitar kita terpikat oleh terang yang kita pancarkan sehingga mereka datang kepada Kristus?

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.15018439534884) (Yer 4:5) (sh: Aduh, dadaku, dadaku! (Jumat, 1 September 2000))
Aduh, dadaku, dadaku!

Aduh, dadaku, dadaku! Musuh dahsyat yang akan membawa kehancuran bagi bangsa Yehuda sudah di ambang pintu (7, 11-13). Itu merupakan penghukuman Allah atas bangsa Yehuda yang tetap tidak mau bertobat walaupun telah berkali-kali Allah memperingatkan mereka (8, 17-18).

Yeremia menggunakan berbagai macam cara dan ungkapan perasaan serta emosi untuk menyampaikan bagaimana dahsyatnya penghukuman bagi bangsa Yehuda. Ia memberitahukan, mengabarkan, meniup sangkakala, dan berseru keras-keras (5). Ia menangisi, meratapi ('aduh, dadaku, dadaku!'), dan menggeliat kesakitan hingga tidak dapat berdiam diri karena rentetan gelombang kehancuran dahsyat yang akan terjadi akibat dosa-dosa bangsa Yehuda (19-20).

Apa yang telah dilakukan Yeremia memberi teladan bagi kita bahwa ia tidak menunjukkan sikap merasa paling suci, paling benar lalu menghakimi sebuah bangsa yang memang sudah sarat dengan dosa-dosa yang menjijikkan. Sebaliknya Yeremia, seperti Paulus dan Yesus Kristus, menangisi dosa-dosa bangsanya, mengidentifikasikan dirinya dengan mereka yang akan menerima konsekuensi dosa dan tetap tinggal bersama bangsanya ketika mereka akan menghadapi segala bencana kehancuran (5, 19 bdk. Luk. 19:41-44 dan Flp. 3:18).

Bagaimana kita sekarang meresponi dosa-dosa yang terjadi dalam masyarakat serta konsekuensinya? Harus kita akui bahwa sikap kita sangat jauh berbeda dengan Yeremia. Kita seringkali membuat jarak sehingga meresponi semua itu dari jauh. Kita mungkin melakukannya secara profesional dengan menyediakan waktu konseling, terapi, ataupun mendirikan yayasan-yayasan. Itu semua memang berguna dan penting pada saat menghadapi situasi tegang dan krisis, pada saat mengalami ketidakadilan dan kekerasan. Namun kedekatan dan kehadiran kita di dalam hidup mereka, doa, solidaritas, dan perhatian tidak dapat dan tidak mungkin digantikan dengan cara-cara profesional tadi.

Renungkan: Sejauh manakah keterlibatan kita dalam menggumuli keterpurukan bangsa kita? Apakah kita pun memiliki hati seperti Yeremia yang mau mengidentifikasikan dirinya dengan bangsanya? Tidak ada solusi konkrit tanpa keterlibatan nyata melalui kehadiran kita dalam hidup bangsa kita.

(0.15018439534884) (Yer 6:22) (sh: Kristen sebagai penyangga bangsa (Rabu, 6 September 2000))
Kristen sebagai penyangga bangsa

Kristen sebagai penyangga bangsa. Gambaran tentang penyerang ganas dari utara dipaparkan lagi secara lebih jelas dan dramatis oleh Allah (22-23). Akibat yang ditimbulkan oleh penyerangan ini sangat fatal, bahkan kabar tentang keganasan dan keperkasaan penyerang saja telah melemahkan seluruh penduduk Yehuda. Penderitaan mental serta kepedihan batin yang akan dialami oleh mereka sama seperti seorang perempuan yang melahirkan (24-25). Tidak ada tempat bagi mereka untuk berlindung (26). Begitu hebatnya serangan itu sehingga yang tertinggal bagi bangsa Yehuda hanyalah kain kabung dan debu (26). Tidak ada lagi harapan bagi mereka bagai orang tua yang ditinggal mati anak tunggalnya.

Itu semua merupakan usaha mati-matian untuk menyadarkan bangsa Yehuda supaya mereka kembali bertobat. Namun hasilnya kosong belaka! Yeremia dengan misinya sebagai penguji kadar logam membuktikan bangsa Yehuda sudah tidak dapat dimurnikan lagi, apalagi diperbaharui. Orang-orang jahat tidak mungkin dipisahkan dari masyarakat (27-30). Moral dan karakter seluruh lapisan masyarakat sudah sedemikian bobrok (28). Mereka dapat disamakan dengan perak yang ditolak, walaupun disuling beberapa kali hanya akan menghasilkan timah hitam, tembaga, dan besi. Jika pemurnian karakter nasional suatu bangsa sudah tidak mungkin dilakukan lagi maka hari penghukuman akan segera tiba. Itulah yang dialami oleh bangsa Yehuda. Itulah pula yang akan dialami oleh bangsa-bangsa lain di bumi ini termasuk bangsa kita.

Kebobrokan moral dan akhlak mewarnai seluruh lapisan masyarakat mulai dari rakyat kecil hingga para pejabat. Kolusi, korupsi, dan nepotisme menyerang kalangan pemerintahan dan sektor swasta. Hukum tidak lagi mempunyai kuasa.

Renungkan: Apakah Indonesia sedang mengalami penghukuman dari Allah? Ya! Sebab di antara negara-negara yang mengalami krisis moneter, hanya Indonesia yang belum mampu bangkit bahkan makin terpuruk karena pergolakan para elit politik. Apakah Indonesia akan diluluhlantakan seperti bangsa Yehuda? Mungkin belum, jika Allah masih dapat memisahkan orang jahat dari masyarakat. Artinya Allah masih mendapati Kristen Indonesia mempunyai kehidupan moral dan akhlak yang benar di hadapan-Nya.

(0.15018439534884) (Yer 8:4) (sh: Segalanya bermula dari firman-Nya (Minggu, 10 September 2000))
Segalanya bermula dari firman-Nya

Segalanya bermula dari firman-Nya. Yeremia memulai berita yang panjang tentang penghukuman Allah dengan sebuah pertanyaan. 'Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali?' (4). Itulah gambaran bangsa Yehuda yang tidak setia, tidak seperti alam yang senantiasa taat kepada musim yang berlaku (7). Setelah bangsa Yehuda berpaling dari Allah, mereka menolak kembali pada-Nya (5).

Setelah jatuh dalam perzinahan rohani, mereka tidak mau bertobat, justru terus berkubang dalam kenajisannya (6). Apa yang benar dan salah sudah menjadi kabur dalam pandangan mereka. Budaya malu dan sungkan tidak ada dalam masyarakat Yehuda (12). Yang lebih parah lagi ketika tanda-tanda datangnya hukuman Allah semakin dekat (10, 14-17), mereka justru menyangkalinya dengan meyakinkan

masyarakat dan diri mereka sendiri bahwa segala sesuatunya aman dan terkendali (11). Apa yang akan dihasilkan oleh bangsa ini bagi sesamanya (13)?

Situasi di atas sangat mirip dengan situasi di negara kita. Benar atau salah; melanggar hukum atau tidak, sudah menjadi kabur. Ledakan bom sudah terjadi di tempat hukum ditegakkan, pembantaian antar umat beragama terus berlangsung di Ambon, KKN masih merajalela, tetapi para petinggi negara bersikap seolah-olah negara kita dalam keadaan aman dan stabil. Bagaimana mungkin negara kita akan mengalami pertumbuhan ekonomi dan menarik minat para investor asing (13)?

Renungkan: Kita tidak mungkin mengubah keadaan ini, kecuali jika firman Tuhan dalam hati mereka (8-9). Firman Tuhan bukan hanya dasar bagi pembaharuan kehidupan spiritual individu namun juga bagi bangsa dan negara. Sebab firman Tuhan membuat orang menjadi bijaksana, sehingga tahu apa yang benar dan salah. Hatinya tidak bebal dan dibutakan oleh dosa. Ia mampu memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam masyarakat.

(0.15018439534884) (Yer 50:17) (sh: Pemulihan umat Allah (Minggu, 27 Mei 2001))
Pemulihan umat Allah

Pemulihan umat Allah. Tema hari ini dibangun oleh 3 bagian. Bagian pertama (17-20) berbicara tentang 2 hal yang berhubungan dengan Israel dan Yehuda yaitu penghukuman Babel dan pemulihan Israel sebagai konsekuensinya dan pengampunan Allah yang sempurna atas mereka. Bagian kedua (21-32) penghukuman Babel dinyatakan kembali ditambah penjelasan tentang alasannya. Bagian ketiga (33-34) berbicara kembali tentang pemulihan Israel dan tujuannya.

Keadaan Israel yang sudah pecah menjadi Israel dan Yehuda sangat tragis dan tidak berpengharapan lagi. Mereka yang dulunya digembalakan oleh pemimpin-pemimpin hebat pilihan Allah dan hidup di padang rumput pemberian-Nya, kini mereka tak mempunyai gembala dan padang rumput, bahkan segera akan musnah. Pengharapan muncul dari situasi yang tak berpengharapan ketika Allah sendiri yang akan tampil sebagai gembala mereka. Ia akan memulihkan mereka secara sosial dan fisik (19) maupun rohani (20). Pemulihan ini juga akan mempersatukan kembali Israel dan Yehuda menjadi satu bangsa di bawah pimpinan Allah.

Apakah Babel akan melepaskan Yehuda begitu saja? Tidak (33)! Namun Babel tidak akan tahan menghadapi Allah Penebus Israel (34). Ia akan menghancurleburkan Babel hingga tanpa sisa (21-27) bukan hanya karena pembalasan (28), namun lebih lagi karena kecongkakan Babel (29-32). Tidakkah terlalu sadis jika kehancuran Babel hanya bagi pemulihan Israel? Tidak! Sebab pemulihan Israel sebetulnya akan mendatangkan ketentraman bagi seluruh umat manusia (34). Renungkan: Israel yang dipulihkan adalah gambaran Kristen yang ditebus dan disatukan dalam Yesus untuk mendatangkan ketentraman bagi manusia. Sudahkah tujuan ini tercapai dalam masyarakat sekitar kita melalui diri kita?

Bacaan untuk Minggu Paskah 7

Kisah Para Rasul 1:15-17, 21-26

I Yohanes 4:11-16

Yohanes 17:11-19

Mazmur 47

Lagu: Kidung Jemaat 282

(0.15018439534884) (Yeh 32:17) (sh: Kuburan masal (Senin, 24 September 2001))
Kuburan masal

Kuburan masal. Ratapan bagian kedua dari pasal ini merupakan kelanjutan dari bagian pertama yang mendaftarkan khalayak ramai yang turut dikuburkan bersama-sama dengan Firaun (ayat 16-18). Allah mempertanyakan keberadaan mereka yang tidak ada apa-apanya di tengah-tengah umat-Nya. Sebuah kuburan masal menampung baik orang- orang yang gagah perkasa maupun rakyat jelata di dalam liang kubur yang sama (ayat 20-21). Di kuburan itu juga berisi mayat Asyur dengan segenap sekutunya (ayat 23). Elam dengan dengan rakyatnya (ayat 24-25). Mesekh dan Tubal dengan rakyatnya yang banyak (ayat 26-27). Edom dengan para pembesarnya (ayat 29). Para pemimpin utara dan Sidon pun ada di sana (ayat 30). Firaun akan melihat mereka semua dan ia akan merasa terhibur dengan nasib khalayak ramai yang mengikutinya. Dengan demikian, peristiwa ini akan menimbulkan ketakutan di dunia orang-orang hidup (ayat 31-32).

Gambaran mengenai kuburan masal di Mesir ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang meninggikan dirinya; yang mengandalkan kekuatan ototnya untuk berperang; yang mengandalkan kekayaan, keindahan, dan semarak diri untuk menyandarkan hidup.

Pemaparan hukuman Allah dengan aneka dimensi termasuk gambaran hukuman yang dahsyat ini, adalah untuk menunjukkan betapa Ia muak melihat manusia yang melupakan identitas dirinya. Bila Allah sudah mengizinkan kemerosotan itu menjadi pelajaran hidup bagi seseorang atau sekelompok orang maka tidak ada seorang pun yang sanggup membangunkannya kembali, sampai Tuhan memulihkannya.

Kuburan masal yang tersedia bagi manusia yang lebih membanggakan dirinya dibandingkan dengan Tuhan bisa termanifestasi di dalam banyak hal. Mungkin bisa berupa kebutaan konsep pikir yang jernih hingga akhirnya rasio manusia menjadi mati. Bisa juga berupa salah menambatkan sauh harapan diri hingga mengakibatkan karamnya mental, kerohanian, dan kepribadian manusia.

Renungkan: Adalah sungguh mengerikan bila Allah yang sabar terus bersuara untuk membongkar kebusukan hati manusia namun manusia tidak berespons sebagaimana mestinya, sampai Tuhan harus menyediakan kuburan masal fisik, kuburan masal prinsip yang menyesatkan, kuburan masal harapan berbau kamuflase yang membinasakan.

PENGANTAR KITAB TITUS =====================

Penulis, waktu, dan tempat penulisan. -------------------------------------

Surat Titus ditulis oleh Paulus ketika ia berada di Makedonia dalam perjalanan misinya ke-4 (Tit. 3:12). Surat ini ditulis tahun 62-64 M setelah pemenjaraannya, seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 28.

Siapakah Titus? ---------------

Titus adalah buah penginjilan Paulus yang berkebangsaan non-Yahudi (ayat 1:4). Tidak banyak informasi tentang dirinya sebab Kisah Para Rasul tidak pernah menyebutnya. Paulus membawanya ke Yerusalem pada awal misinya dimana ketika itu ia menolak untuk menyunatkan Titus (Gal. 2:1-3). Ia adalah seorang kawan sekerja yang dapat dipercayai, karena itu Paulus berani mempercayakan kepadanya masalah-masalah yang rumit seperti yang terjadi di Korintus (ayat 2Kor. 2:13; 7:6, 13, 14; 8:6, 16, 23; 12:18). Kemudian Titus diutus untuk menjadi wakil Paulus di pulau Kreta (Tit. 1:5) dan di propinsi Dalmatia (ayat 2Tim. 4:10).

Tujuan Penulisan ----------------

Titus masih tinggal di Kreta untuk melanjutkan pelayanan (ayat 1:5), karena dorongan Paulus. Secara khusus Paulus ingin supaya Titus menata organisasi gereja (ayat 1:5-9), mengatasi guru-guru palsu (ayat 1:10-14; 3:9-11) dan memberikan pengajaran yang sehat dibarengi dengan tingkah laku yang benar (ayat 2:1-3:8). Paulus juga meminta Titus segera menemui Paulus di Nikopolis setelah penggantinya datang (ayat 3:12).

Tema-tema utama --------------- * Organisasi gereja di abad awal dapat dipahami dalam surat ini, demikian pula deskripsi tentang kualifikasi seorang penatua dan penilik jemaat (ayat 1:6-9).

* Surat Titus menekankan pentingnya pengajaran yang sehat (ayat 1:9, 13; 2:1, 2) serta beberapa tema lainnya antara lain meditasi teologis tentang anugerah Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus (ayat 2:11-14; 3:4-7), kedatangan Kristus kedua kali (ayat 2:13), penebusan Kristus (ayat 2:14), kelahiran kembali oleh Roh Kudus (ayat 3:5) serta pembenaran oleh anugerah (ayat 3:5, 7).

* Kepedulian Paulus tentang ajaran yang sehat juga diimbangi dengan penekanan tingkah laku Kristen yang benar. Bagi Paulus ajaran yang sehat dan tingkah laku yang benar tidak dapat dipisahkan.

(0.15018439534884) (Am 6:1) (sh: Jaminan semu (Selasa, 22 Juli 2003))
Jaminan semu

Jaminan semu. Teguran Allah mengaum lebih keras dan kini ditujukan kepada para pemimpin umat. Mereka biasa dikenal sebagai yang terkemuka dan utama (ayat 1) dan yang beroleh kesempatan istimewa menikmati hal-hal terbaik (harfiah: utama) dalam hidup (ayat 6; bdk. ayat 4-5). Di tengah-tengah krisis bangsa seharusnya para pemimpin yang pertama prihatin, tetapi justru mereka larut dalam kehidupan gemerlap dan menganggap kekelaman dari Allah itu jauh dari mereka (ayat 3,6). Mata mereka telah dibutakan oleh kekayaan hasil rampasan dan penindasan terhadap yang lemah. Bahkan mereka masih terus menyelenggarakan pemerintahan dengan tangan besi dan memutarbalikkan keadilan (ayat 3,12). Untuk semua yang mereka lakukan, Tuhan bersumpah demi diri-Nya untuk menghukum (ayat 8) juga memusnahkan bangsa itu (ayat 9). Allah akan membangkitan suatu bangsa untuk menindas mereka (ayat 14).

Tindakan penghukuman Allah untuk bangsa Israel menjadi peringatan keras bagi kita, orang percaya masa kini. Sering kita merasa kuat dan mampu melakukan segala sesuatu tanpa Allah. Bahkan sering pula kita menutup mata terhadap berbagai krisis atau bencana yang terjadi di sekitar kita, karena kita tidak tanggap membaca tanda- tanda zaman. Kita sering bersyukur karena tidak mengalami bencana, tetapi bersikap masa bodoh terhadap orang lain yang mengalami bencana. Sikap-sikap seperti ini tidaklah patut dilakukan oleh umat Allah.

Berbagai bencana atau peristiwa pasti mempunyai hikmat tersendiri yang dapat memberi petunjuk atau tuntutan bagi langkah hidup kita. Walaupun kita memiliki kuasa dan kekuatan, harta dan kekayaan, kita tidak boleh menggantungkan hidup kita pada hal-hal itu. Karena hal-hal itu bukan allah tetapi pemberian Allah untuk diabdikan kepada Allah dan sesama.

Renungkan: Harta dan kedudukan tidak lebih adalah alat-alat agar kita mengabdi Allah dan menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama.

(0.15018439534884) (Ob 1:17) (sh: Karakteristik nubuat para nabi (Rabu, 19 Desember 2001))
Karakteristik nubuat para nabi

Karakteristik nubuat para nabi. "Habis gelap terbitlah terang" merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakteristik nubuat para nabi di Perjanjian Lama, bahwa setelah menyampaikan penghakiman Tuhan atas Israel, mereka pun memberitakan pengharapan dalam Tuhan. Di akhir kitab Obaja, kita pun menyaksikan pola yang sama: setelah penghukuman, ada pemulihan.

Pada perikop ini, Obaja memastikan kepastian firman Tuhan melalui dua hal. Pertama, kepastian hukuman bagi Edom. Kekuatan Israel digambarkan seperti api yang menghanguskan Edom, sehingga Edom tidak dapat tumbuh lagi karena mereka seperti jerami. Edom menjadi tidak berdaya pada saat Tuhan menentukan hari penghakiman tersebut. Bahkan Tuhan memakai bangsa asing lainnya untuk menghancurkan Edom. Kedua, pemulihan kembali bangsa Israel. Orang Israel dipulihkan Tuhan dan mereka memiliki kembali tanah pusaka mereka (ayat 19-21).

Sekali lagi kita membaca tentang kasih Tuhan yang menghukum orang-orang yang memusuhi dan mendatangkan penderitaan bagi umat-Nya. Kebenaran ini membukakan pengertian kepada kita bahwa kita mempunyai konsep yang keliru tentang Tuhan. Bagi kita, Dia adalah Tuhan yang gemar menghukum, bahkan kadang kita juga berpikir bahwa acungan tangan-Nya dan mata-Nya hanya tertuju pada kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Sungguh suatu pandangan yang sangat keliru! Coba kita lihat, bukankah segala tindakan Allah sarat muatan kasih? Kalau kita menerima hukuman-Nya dan menderita karena hukuman tersebut, itu semata-mata karena kesalahan kita. Namun, tujuan penghukuman itu sendiri bukanlah untuk menenggelamkan kita dalam penderitaan, tetapi memulihkan kita. Bukti paling akurat untuk menggambarkan kasih Allah kepada kita adalah ketika Dia menemui ajal-Nya di kayu salib, di bukit Golgota.

Renungkan: Ada kalanya kita pun mengalami penghukuman-Nya, namun Ia tidak pernah menghukum dengan hati bersukacita; Tuhan tidak pernah "menari di atas penderitaan kita". Percayalah bahwa setelah hukuman-Nya, akan ada pemulihan-Nya. Sambutlah kemurahan-Nya!

(0.15018439534884) (Hab 2:1) (sh: Bumi yang sunyi (Kamis, 19 Desember 2002))
Bumi yang sunyi

Bumi yang sunyi.
Menanti. Mungkin itulah yang menjadi pekerjaan manusia seumur hidupnya. Habakuk berdiam diri. Surga sunyi, bumi pun sunyi. Ia hanya bisa melihat, memperhatikan, menanti datangnya pencerahan. Tuhan pun angkat bicara. Suatu kepastian tiba: orang benar akan hidup oleh iman. Kebenaran itu bukan sekadar satu pemahaman, namun tindakan, kebergantungan penuh kepada Allah. Orang-orang tertindas memang lemah, mereka tidak berdaya. Namun, kala mereka beriman kepada Allah, maka kehidupan yang benar semacam itu akan menyelamatkan mereka – Allah siap sedia menjaga.Kesunyian dibalas oleh Allah dengan nyanyian-nyanyian, lima kutukan bagi Babel. Pertama, celaka bagi mereka yang meraup harta orang secara tak jujur (ayat 6-8). Para penjarah ini tak kenal belas kasih, kadang menyita harta milik seorang yang berhutang secara prematur begitu saja tanpa peri kemanusiaan lagi. Peringatan telah datang kepada mereka bahwa sisa-sisa korban yang tak berdaya akan bangkit dan menjadi pemenang. Kejahatan akan dibalaskan.

Kedua, celaka bagi mereka yang melakukan eksploitasi untuk kepentingan dirinya atau kepentingan dinastinya (ayat 9-11). Orang-orang semacam ini membahayakan hidup orang lain. Ketidakadilan menempel pada diri mereka, bahkan batu-batu rumah pun meminta kebenaran! Ketiga, ada pula orang-orang yang menyebarkan kekerasan (ayat 12-14). Kecelakaan juga akan menimpa mereka. Sebaliknya, pengetahuan akan kemuliaan Allah terpatri akan memenuhi bumi. Pengetahuan ini bukan teoretis sifatnya, namun aktual secara penuh dalam segala keadaan nyata. Kehidupan sepenuhnya akan memancarkan sifat-sifat kemuliaan Allah yang kudus dan adil. Kedamaian akan bertakhta. Keempat, kutuk akan datang kepada mereka yang meninggikan diri dengan mempermalukan orang lain (ayat 15-17). Terakhir, para penyembah berhala akan mendapatkan celaka. Mereka bicara kepada berhala-berhala yang bisu. Sebaliknya, seluruh bumi seharusnya diam. Allah telah berbicara!

Renungkan:
Allah ada di surga, dan kita di bumi. Dalam keheningan dan kesunyian batinlah suara Ilahi datang menyapa kita.

(0.15018439534884) (Mat 1:1) (sh: Wanita di balik rencana keselamatan Allah (Jumat, 24 Desember 2004))
Wanita di balik rencana keselamatan Allah

Wanita di balik rencana keselamatan Allah. Pada umumnya kedudukan seorang wanita dalam hak waris, hak belajar, hak bekerja, hak berpendapat, dll. dalam budaya dunia dianggap remeh. Akan tetapi, pandangan Allah terhadap wanita berbeda dengan dunia. Nas inilah buktinya.

Injil Matius dibuka dengan penulisan garis keturunan Yesus yang terdiri dari empat puluh dua keturunan dari Abraham sampai Daud; keturunan Daud yang terbuang ke Babel; generasi yang lahir dari pembuangan ke Babel (ayat 17). Yang menarik dari nas ini ialah dituliskannya tiga nama wanita yang memiliki riwayat hidup yang "cacat" Mengapa? Cerita tentang mereka kurang baik dan tidak terhormat. Ketiga wanita tersebut yakni: Tamar (ayat 3); Rahab (ayat 5a); Batsyeba, istri Uria (ayat 6). Pertama, sebenarnya Tamar adalah menantu dari Yehuda (Kej. 38:6, 8-11). Janji Yehuda untuk memberikan Syela menjadi suami bagi Tamar ternyata bohong (ayat 14). Jadi, Tamar menyamar sebagai "wanita nakal" untuk menggoda Yehuda dan melahirkan Peres dan Zerah. Kedua, Rahab adalah seorang "wanita nakal" Kanaan yang melindungi pasukan pengintai Israel saat mereka hendak melarikan diri dari kota Yerikho (Yos. 2). Penyebab Rahab menolong mereka karena ia memercayai Allah Israel (ayat 9-13). Ketiga, Batsyeba adalah istri Uria yang menjadi korban keinginan nafsu Raja Daud, ketika suaminya berperang membela Israel melawan Amon. Batsyeba melahirkan seorang anak yang meninggal tidak lama setelah ia lahir. Barulah kemudian Salomo lahir (ayat 2 Sam. 11).

Allah dalam kehendak-Nya dan kedaulatan-Nya memilih Tamar, Rahab, dan Batsyeba menjadi nenek moyang Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa penggenapan keselamatan Allah melalui Yesus bagi manusia, tidak berdasarkan "bersih" tidaknya maupun terhormat tidaknya status seseorang di masyarakat. Keselamatan bagi hidup kita pun tidak didasarkan pada siapakah kita, bagaimanakah masa lalu kita, apa pekerjaan kita, dll.

Renungkan: Syarat menjadi bagian dari umat Allah bukan karena keberadaan kita melainkan hati dan iman yang tertuju kepada-Nya.

(0.15018439534884) (Mat 2:13) (sh: Karya Allah dan peran Yusuf (Rabu, 27 Desember 2000))
Karya Allah dan peran Yusuf

Karya Allah dan peran Yusuf. Herodes tetap memutuskan untuk membunuh bayi Yesus meskipun para Majus tidak kembali ke istananya. Untuk memastikan keberhasilan keputusannya, ia memerintahkan membunuh semua anak laki-laki berumur 2 tahun kebawah yang hidup di daerah Bethlehem. Tindakan Herodes itu menunjukkan bahwa ia adalah seorang raja yang sangat kejam (2:17-18) sekaligus menunjukkan kekejaman dan kekuasaannya sia-sia dan tidak akan mampu melawan sang Bayi kudus.

Allah membimbing Yusuf untuk menyelamatkan bayi Yesus lewat mimpi. Dengan menggunakan persembahan dari orang Majus sebagai biaya perjalanan, Yusuf dan Maria melarikan diri ke Mesir. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah selalu berada di depan rencana manusia. Allah tahu Herodes merupakan ancaman bagi bayi Yesus dan Allah tahu bahwa Yusuf sangat miskin, maka Allah mengirimkan orang Majus dan memakai mereka untuk memelihara bayi Yesus. Peristiwa ini juga memperlihatkan kembali kesalehan dan ketaatan Yusuf terhadap perintah Allah. Begitu mendengar Allah berfirman, Yusuf segera mengajak Maria dan bayi Yesus pergi ke Mesir. Setelah Herodes mati, Allah kembali berfirman kepada Yusuf untuk membawa keluarganya pergi ke Nazaret di daerah Galilea, tempat dimana Yesus tumbuh besar dan memulai pelayanan-Nya. Yusuf tidak hanya taat kepada bimbingan-Nya, ia juga melakukan semua perintah- Nya tanpa keraguan sedikitpun.

Penggenapan rencana Allah bagi keselamatan manusia di dalam Yesus Kristus sepenuhnya adalah karya Allah. Namun Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk ikut berperan di dalamnya. Terlebih indah lagi adalah bahwa Allah selalu memberikan bimbingan-Nya agar manusia dapat berhasil dalam bekerja bersama Allah dan menyediakan segala yang dibutuhkannya. Allah hanya menuntut ketaatan tanpa syarat dari manusia yang dipilih untuk bekerja sama dengan-Nya. Karena ketaatannya, Yusuf diperkenankan berperan dalam penggenapan rencana besar Allah bagi manusia 2000 tahun yang lampau.

Renungkan: Sampai sekarang pun Allah masih memberikan kesempatan kepada anak- anak-Nya untuk berperan dalam penggenapan rencana-Nya. Maukah kita meneladani ketaatan Yusuf tanpa keraguan sedikit pun?



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA