Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 11521 - 11540 dari 11807 ayat untuk Kepada setiap orang (0.008 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.01) (Im 17:10) (sh: Darah yang sakral dan hidup yang suci (Kamis, 19 September 2002))
Darah yang sakral dan hidup yang suci

Sistim pegorbanan dalam Perjanjian Lama merupakan pemberian Tuhan yang penuh anugrah kepada UmatNya. Walaupun anugrah ini diberikan dengan cuma-cuma, namun tidaklah boleh diperlakukan dengan sembarangan. Tuntutan untuk memiliki pola hidup yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, merupakan padanan dari anugrah tersebut.

Hal inilah yang mendasari mengapa Tuhan melarang Israel memakan darah. Melalui peraturan ini, Tuhan mengajarkan beberapa hal kepada Israel: [1] menghargai kesakralan kehidupan yang adalah milik Tuhan. Karena itu tidak memakan atau meminum darah merupakan penghargaan terhadap kehidupan dan penciptanya; [2] menghargai makna penebusan yang terkandung dalam penumpahan darah hewan korban. Darah merupakan lambang penebusan bagi nyawa manusia (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">11). Darah anak domba yang tidak bersalah haruslah ditumpahkan untuk menggantikan kesalahan manusia. Lambang dan makna penebusan ini akan dirusakkan jika Israel memakan atau meminum darah; [3] menghargai anugrah Tuhan melalui gaya hidup yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Memakan darah merupakan kebiasaan praktik-praktik penyembahan berhala pada masa itu. Israel sebagai umat kudus Allah telah dipisahkan dan dibedakan dari bangsa-bangsa asing disekitar mereka

Peraturan yang memberikan perhatian terhadap kesakralan darah ini memiliki makna spiritual yang penuh bagi Kristen. Prinsip ini digenapi oleh kematian Kristus yang menggantikan dosa manusia (Rom 5:11). Kristen dibenarkan, diampuni dan diselamatkan melalui darah Kristus (Rom. 5:9; Ef. 1:17). Melalui darahNya kita memperoleh akses langsung dengan Allah (Ibr. 10:19–22), mengalamai kemenangan atas yang jahat (Wah. 12:10-11), dan berdiri melayani Tuhan dihadapan kemuliaanNya yang kekal (Wah. 7:14-15).

Renungkan: Pemahaman Teologis yang benar merupakan bagian esensial dalam kehidupan umat Tuhan, namun belumlah memadai jikalau tak diiringi oleh praktek hidup yang suci. Pemahaman yang teraplikasi melalui kehidupan praktis yang suci merupakan identitas umat Tuhan.

(0.01) (Bil 14:1) (sh: Lupa diri memundurkan diri (Minggu, 24 Oktober 1999))
Lupa diri memundurkan diri

Itulah ungkapan yang patut diberikan kepada bangsa Israel. Dalam perjalanan menuju tanah Kanaan sudah banyak kali mereka bersungut-sungut ketika menghadapi kesulitan. Padahal penyataan Allah yang dahsyat dan agung melalui keajaiban-keajaiban yang dilakukan-Nya sudah mereka lihat dan alami bagi hidup mereka. Mengapa bisa demikian? Nampaknya mereka melupakan apa yang pernah Allah nyatakan di kaki gunung Sinai (Kel. 19:5, 6). Mereka lupa identitas mereka di dunia ini sehingga ketika ada kesulitan, mereka selalu memberontak dan ingin kembali ke masa lalu mereka, yakni di Mesir (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">2-4). Identitas yang menyatakan hubungan khusus dengan TUHAN yang mereka miliki, seharusnya merupakan sumber pengharapan dan keyakinan ketika menghadapi bahaya sekalipun. Hubungan khusus inilah yang menjamin bahwa Allah pasti bertindak untuk membela mereka. Mereka lupa siapa mereka, mereka kehilangan identitas, kehilangan pegangan dan menjadi tidak percaya kepada Allah. Mereka mencari identitas yang lama yaitu Mesir demi menjamin kehidupan dan keselamatan mereka. Seperti inikah Anda yang juga sudah memiliki hubungan khusus dengan Allah melalui Yesus?

Pemimpin yang bersyafaat. Musa tidak kehilangan identitasnya, yaitu sebagai pemimpin Israel yang akan membawa mereka masuk tanah perjanjian. Karena itu ketika bangsa yang dipimpinnya -- yang menjadi tanggung-jawabnya -- akan dimusnahkan, maka segera ia melakukan tugas dan tanggungjawabnya yaitu menaikkan syafaat bagi mereka, bagi kesejahteraan mereka, dan bagi keselamatan mereka. Syafaat Musa mempunyai tiga aspek penting sebagai dasar, yaitu demi kemuliaan Allah di hadapan bangsa-bangsa lain (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">16), demi apa yang pernah Allah firmankan di gunung Horeb (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">17), dan demi apa yang sudah dilakukan Allah di masa lampau (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">19). Inilah teladan syafaat bagi para pemimpin Kristen di lingkungan mana pun, yaitu naikkanlah syafaat demi kemuliaan-Nya, firman-Nya dan karya-Nya.

Doa: Jadikanku pemancar kemuliaan-Mu, pelaku firman-Mu, dan pemberita karya-Mu. Amin.

(0.01) (Ul 5:22) (sh: Seruan serius dari Allah (Jumat, 2 Mei 2003))
Seruan serius dari Allah

Kitab Ulangan ini ditulis pada akhir masa pelayanan Musa, ketika ia berada di daerah Moab sebelum menyeberangi sungai Yordan dan akan segera menyerahkan kepemimpinannya kepada Yosua (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1:5). Musa sebagai perantara yang telah dipilih untuk menyampaikan Firman Tuhan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">23-27; 30-31) bertekad untuk mempersiapkan Israel memasuki Kanaan dengan mengingatkan mereka akan peristiwa khusus ketika perjanjian Tuhan diberikan.

Musa mengingatkan, bahwa pada saat itu mereka mendengar firman itu disampaikan dengan dahsyat: [1] yang secara langsung bersumber dari Tuhan; [2] berotoritas atas seluruh Israel; [3] dinyatakan dengan kemegahannya; [4] diberikan secara menyeluruh dan tuntas; serta [5] dituliskan dalam bentuknya yang stabil dan permanen (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">5:22). Pada peristiwa itu Israel takut dan menghormati Tuhan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">23-26,28), serta berjanji untuk mendengar dan melakukan firman Tuhan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">27). Namun, pada perjalanan selanjutnya mereka gagal. Sikap takut dan hormat hanyalah sesaat. Hal inilah yang mendorong Musa dengan setia menyuarakan jeritan hati Tuhan bagi kegagalan umat-Nya: "Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, …" (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">29).

Inilah gambaran natur manusia berdosa yang dipanggil dalam komunitas milik Allah. Komitmen yang dibuat dengan sungguh-sungguh dan bersumber dari perasaan takut kepada Tuhan, dapat dengan cepat berubah dan terlupakan. Untuk memelihara kesetiaan tersebut diperlukan adanya abdi Allah yang dengan setia menyerukan jeritan hati Tuhan agar umat kembali berpegang dan berjalan sesuai dengan firman.

Renungkan: Semua kita masih harus berjuang melawan pencobaan dari luar dan kecenderungan dosa di dalam diri kita. Jangan ikuti dorongan hati atau ajakan apa pun bila tidak jelas apakah itu sesuai dengan firman-Nya.

(0.01) (Ul 7:12) (sh: Kasih setia dan kesucian (Selasa, 6 Mei 2003))
Kasih setia dan kesucian

Masa kini gereja sebagai umat Allah sedang berada dalam tantangan yang berat. Sungguhkah Allah setia dan beserta kita? Bagaimanakah kita harus bersikap ketika menghadapi berbagai masalah berat? Ulangan 7:12-16 berisi janji-janji Tuhan terhadap Israel dengan syarat mereka mendengarkan dan setia terhadap peraturan-peraturan Tuhan. Dua aspek dari janji tersebut adalah: [1] Tuhan akan memegang perjanjian-Nya kepada Israel (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">12); dan [2] Tuhan akan mendatangkan kutuk bagi bangsa-bangsa yang membenci Israel (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">15b-16). Wujud nyata kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya dinyatakan melalui sikap-Nya yang mengasihi, memberkati dan melipatgandakan Israel (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">13) melebihi bangsa- bangsa lain (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">14-15a). Berkat-berkat ini meliputi: [1] kesuburan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">13); [2] kesehatan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">14-15); dan [3] kemenangan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">16).

Ulangan 7:17-26 mengulas tentang perlunya iman dalam bahaya perang yang akan segera mereka hadapi. Musa meyakinkan Israel untuk tidak mengulangi kesalahan generasi sebelumnya yang takut memasuki peperangan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1:27-28). Superioritas bangsa-bangsa Kanaan tidaklah perlu menjadikan mereka panik. Jumlah Israel yang kecil bukanlah penghalang bagi Tuhan untuk memberikan kemenangan. Yang lebih berbahaya dari kekuatan musuh adalah ketakutan mereka yang lebih besar dari keyakinan akan kuasa Tuhan. Obat terbaik untuk menawarkan racun ketakutan ini adalah mengingat kembali perbuatan Tuhan memimpin Israel keluar dari Mesir (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">18-19). Musa mengingatkan bahwa peristiwa keluaran ini bukan hanya merupakan sejarah di masa lampau, tetapi paradigma bagi Israel, yaitu suatu cara Israel melihat realitas kesulitan. Prinsip keluaran adalah juga paradigma Allah bagi kita semua. Ia setia dan suci dan ingin agar itu menjadi pengalaman pribadi dari tiap-tiap anggota komunitas umat Allah dari generasi ke generasi.

Renungkan: Kesetiaan Allah telah mendahului kesetiaan kita kepada-Nya.

(0.01) (Ul 16:1) (sh: Kilas balik karya besar Allah (Senin, 19 Mei 2003))
Kilas balik karya besar Allah

Perayaan agama sangat berarti bagi pembaruan iman umat. Itulah sebabnya Allah selalu meminta umat-Nya untuk senantiasa merayakan perayaan agama (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1). Tiap-tiap perayaan memiliki keunikan makna masing-masing, namun sama bertujuan agar umat menyadari semua kebaikan Tuhan dan hidup mengasihi Tuhan.

Khususnya perayaan Paskah bermaksud untuk mengingatkan kembali peristiwa keluaran dari Mesir. Dalam perayaan ini umat harus melakukan kegiatan-kegiatan ritual seperti mempersembahkan korban hewan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">2), sebagai tindakan simbolis dari penyerahan diri umat kepada Allah Israel satu-satunya. Uniknya, kegiatan ini harus dilakukan di tempat yang dipilih Allah (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">2,6,7). Pemusatan ibadah di tempat yang dipilih Allah ini bertujuan agar, [1] umat tidak memiliki hati dan sikap yang bercabang. Melalui merayakan Paskah itu hati, pikiran dan jiwa umat ditujukan kepada Allah saja yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. [2] Umat diingatkan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan jalan Tuhan, sesuai dengan berbagai ketetapan, peraturan dan hukum yang relevan pada waktu itu seperti yang terdapat dalam Ulangan 12-26.

Kesukaan dan penderitaan merupakan pengalaman bukan saja umat Israel tetapi juga pengalaman umat Allah masa kini. Keunikan perayaan umat Kristen adalah bahwa perayaan-perayaan itu terjadi karena penderitaan: Penderitaan Allah di dalam Kristus yang rela menjadi manusia dan mati untuk menebus dosa. Terkadang Allah mengizinkan kita menderita. Apabila kita menderita karena kebenaran, kita patut bersyukur atas hak istimewa itu.

Renungkan: Apabila kita tidak paham mengapa kita menderita, setidaknya penderitaan Kristus dapat menjadi sumber penghiburan dan pengharapan bagi sesuatu yang indah yang belum kita lihat kini.

(0.01) (2Raj 6:24) (sh: Percaya, jangan menghujat! (Selasa, 10 Mei 2005))
Percaya, jangan menghujat!


Iman sejati seseorang akan teruji saat melewati masalah berat. Yaitu, apakah ia akan tetap setia kepada Tuhan atau akan kehilangan iman bahkan menghujat-Nya.

Raja Yoram sudah menerima banyak pertolongan Tuhan melalui hamba-Nya, Elisa. Pengalaman sewaktu diluputkan dari penghadangan musuh seharusnya membawa Yoram percaya pada pemeliharaan Tuhan. Rupanya, iman Yoram hanya sebatas penglihatan fisik saja sebab mata rohaninya tidak tercelik. Tatkala yang dilihatnya adalah pengepungan musuh sekeliling Samaria (ayat 24), bencana kelaparan di antara penduduk kota (ayat 25), dan hilangnya rasa kemanusiaan dalam diri bangsanya (ayat 28-29), Yoram berbalik menghujat Allah (ayat 33) bahkan mengancam membunuh hamba-Nya (ayat 31).

Sikap Raja Yoram itu menunjukkan: Pertama, ia mengelak bertanggung jawab sebagai raja dengan cara mempersalahkan Elisa (ayat 31). Padahal seharusnya ia mengupayakan segala daya untuk menyelamatkan bangsanya. Kedua, ia mengakui bahwa malapetaka yang menimpa Samaria berasal dari Tuhan. Akan tetapi, Yoram tidak mau mencari Dia untuk bertobat dan memohon pertolongan-Nya (ayat 35). Sikap yang serupa juga ditunjukkan oleh seorang perwira ajudan raja. Ia menyepelekan nubuat Elisa bahkan menghujat Tuhan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">7:1-2). Itu sebabnya, ia hanya akan menyaksikan pertolongan Tuhan tanpa dapat menikmatinya. Berbeda dengan Yoram, Elisa tidak menggantungkan imannya pada penglihatan fisiknya melainkan percaya pada pemeliharaan Allah. Itulah sebabnya, Allah menyingkapkan pertolongan apa yang akan dilakukan-Nya bagi umat-Nya.

Iman sejati tidak bergantung pada keadaan melainkan percaya pada janji firman Tuhan. Jadi, semakin berat masalah hidup menimpa, semakin anak-anak Tuhan mendekat kepada-Nya sehingga tidak menanggalkan iman ataupun berbalik mengkhianati-Nya.

Tekadku: Musibah boleh datang menerpa silih berganti, tetapi aku akan tetap percaya pada pemeliharaan Tuhan.

(0.01) (2Raj 13:14) (sh: Perjalanan hidup yang tidak sia-sia (Senin, 27 Juni 2005))
Perjalanan hidup yang tidak sia-sia


Membaca biografi seorang pendeta yang dipakai Tuhan semasa hidupnya pasti menimbulkan sukacita. Melihat perbuatan Tuhan yang menyertai hidupnya akan membuat kita mendapatkan penghiburan rohani.

Bagian ini istimewa sebab mengisahkan akhir hidup Elisa yang terkesan "diselipkan" di antara cerita para Raja Yehuda dan Israel. Pelayanan Elisa dimulai ketika ia menggantikan Elia (Lihat 2Raj. 2:1-18). Elisa dikenal di Israel sebab ia sering menubuatkan jalannya politik negara Israel (Lihat 2Raj. 3; 5; 6:8-7:19; 8:7-15). Di sini pun, Elisa tetap menubuatkan tindakan Allah yang menolong Raja Yoas dari penindasan raja Aram (ayat 2Raj. 13:15-18).

Di akhir hidupnya, Elisa tidak menolak kedatangan Yoas meski ia tahu Yoas tidak takut pada Tuhan. Ia justru bernubuat sebab ia berharap agar dengan jalan ini Yoas berpaling pada Allah. Itu sebabnya, tindakan Yoas yang melakukan petunjuk Elisa dengan setengah hati membuatnya gusar (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">19,22,24-25). Kehidupan, integritas, kesetiaan, dan pelayanan Elisa kepada Allah Israel tak berubah sampai akhir hidupnya. Elisa mengakhiri hidupnya dengan baik dan benar sampai-sampai kuasa Allah tetap dinyatakan setelah kematiannya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">20-21). Seumur hidupnya Nabi Elisa tetap melayani Israel sebab ia tahu Allah mengasihi mereka (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">23). Sayang sekali, sampai Elisa meninggal pun Raja Yoas tak kunjung berpaling kepada Allah Israel.

Melayani mereka yang tersesat tidak selalu memberikan hasil seperti yang kita harapkan, yaitu melihat pertobatan mereka. Apakah hal ini berarti para hamba Tuhan tidak usah melayani umat-Nya lagi? Apakah berarti kita tidak perlu lagi menjaga integritas diri sesuai dengan firman-Nya? Jawabnya tidak! Sebab upah kita bukan dari manusia melainkan dari Allah yang melihat semua jerih-payah kita.

Renungkan: Pertahankanlah panggilan Allah untuk melayani-Nya! Akhirilah perjuangan pelayanan dengan hati yang tetap tertuju pada-Nya.

(0.01) (2Raj 14:1) (sh: Ceroboh & sombong membawa petaka (Selasa, 28 Juni 2005))
Ceroboh & sombong membawa petaka


Apakah musuh terganas yang mengintai seseorang di balik keberhasilannya? Jawabnya adalah kecerobohan dan kesombongan.

Takhta kerajaan Yehuda yang Allah berikan kepada Amazia di usianya yang ke-25 sungguh merupakan anugerah yang mulia. Apalagi Alkitab mencatat bahwa ia melakukan apa yang benar di mata Allah (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1-3). Oleh karena itu, Allah memberinya kemenangan melawan Edom serta menghadiahkan kota Sela sehingga kegembiraan Yehuda menjadi lengkap (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">7). Ketegasannya untuk menyingkirkan pegawai-pegawai yang telah membunuh ayahnya patut diacungi jempol, apalagi hal ini dilakukan setelah kerajaannya kokoh. Kebijakan ini dapat mencegah kemungkinan terjadinya pemberontakan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">5-6). Sayangnya, dia tidak sekaligus menjauhkan bukit-bukit pengorbanan sehingga bangsa Yehuda tetap mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit pengorbanan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">4).

Namun, siapa yang dapat menduga kesuksesan yang Allah berikan ini jutru membuat Amazia tergelincir dalam kecerobohan dan kesombongan. Kesalahan kedua yang dilakukan oleh Amazia adalah mengirim tantangan kepada Kerajaan Israel. Apa gunanya mengadu kekuatan? Sesuatu yang sebenarnya tidak boleh terjadi antar saudara kandung (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">8). Peringatan Tuhan melalui jawaban Yoas itu sama sekali tak dapat meredakan kesombongannya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">9-11). Akhirnya bukan hanya Amazia yang harus membayar kekalahan ini, namun juga Yerusalem dengan Bait Allah serta seluruh Yehuda (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">12-14).

Kecerobohan dan kesombongan selalu menyebabkan umat Allah menderita. Keduanya bagaikan pintu terbuka yang di baliknya telah menunggu suatu petaka. Cara untuk menghindarinya ialah dengan mempertajam kepekaan mendengar firman-Nya bagi hidup kita.

Renungkan: Firman-Nya adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm. 119:105)

(0.01) (2Raj 15:27) (sh: Yotam kurang sungguh mengikut Tuhan (Jumat, 1 Juli 2005))
Yotam kurang sungguh mengikut Tuhan

Hidup di lingkungan yang jahat tidak berarti harus ikut-ikutan jahat. Tuhan pasti melindungi anak-anak-Nya yang hidup kudus. Namun, tidak berarti mereka boleh hidup seenaknya. Mereka tetap bertanggung jawab memelihara hidup suci dan tidak kompromi dengan dosa.

Sejarah kerajaan Israel yang dipimpin Raja Pekah sedang mendekati kehancuran. Tidak satu pun raja yang baik. Secara agamawi, mereka semua menyembah berhala dan membawa umat Allah berdosa. Secara politik, kudeta berdarah terus-menerus terjadi. Secara moral, terjadi ketimpangan sosial dan penindasan rakyat kecil. Karena itu, hukuman Tuhan akan segera datang. Di bawah pimpinan Tiglat Pileser, Asyur merebut sebagian wilayah Israel dan menawan penduduknya ke tanah pembuangan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">29).

Raja-raja yang memimpin Yehuda pada periode ini relatif lebih baik daripada raja-raja Israel. Azarya (2Raj. 15:1-7) dan Yotam, keduanya menjauhkan diri baik dari penyembahan berhala maupun dari beribadah kepada dewa-dewi bangsa kafir (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">34). Sayangnya, kesungguhan mereka mengikut Tuhan tidak cukup tuntas. Sama seperti Azarya (2Raj. 15:4), Yotam masih membiarkan rakyat memberikan persembahan kurban di bukit-bukit pengurbanan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">35) mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa kafir dan perbuatan keliru Israel. Padahal ada Bait Allah yang telah ditetapkan Tuhan untuk digunakan beribadah kepada-Nya. Akibat ketidaktuntasan dalam mengikut Tuhan ialah mulai masa Yotam Tuhan mengizinkan Aram dan Israel mengganggu Yehuda (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">37).

Mengikut Tuhan harus sepenuh hati dan tuntas. Jangan biarkan kebiasaan nonkristen bercampur dengan ibadah kudus. Kompromi seperti itu berdampak jangka pendek menggerogoti kesetiaan dan iman kita, sedangkan dampak jangka panjang adalah hidup kita semakin mirip dunia.

Renungkan: Hidup kudus berarti tidak mengizinkan hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan mengatur hidup kita.

(0.01) (2Raj 25:22) (sh: Dihancurkan untuk dipulihkan (Minggu, 17 Juli 2005))
Dihancurkan untuk dipulihkan

Seorang koruptor muda divonis 20 tahun masuk penjara. Harta hasil korupsi disita negara. Istri dan anak-anaknya meninggalkannya. Selesai menjalani masa hukuman, ia tidak mempunyai apa-apa lagi. Namun, di penjara ia telah bertobat. Ia keluar dari penjara dengan pengharapan, yaitu memulai hidup baru bersama Tuhan.

Bangsa Yehuda dalam keadaan krisis. Sebagian besar penduduk telah dibawa ke tanah Babel sebagai tawanan. Penduduk yang ditinggalkan di tanah Yehuda tidak mengalami nasib yang lebih baik. Penduduk yang tersisa di tanah Yehuda hanyalah kelompok kecil yang tidak berarti. Akan tetapi, dari yang tersisa ini pun masih ada yang tidak mau tunduk kepada Babel. Mereka memberontak terhadap Babel dan membunuh Gedalya, pemimpin yang diangkat Nebukadnezar untuk memimpin Yehuda. Lalu, kelompok ini lari ke Mesir (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">22-26).

Tampaknya Yehuda sudah tidak memiliki masa depan. Namun, penulis 2Raja menutup kisah sejarah Israel dengan suatu pengharapan pada bagian akhir tulisannya. Yoyakhin mendapat belas kasih Raja Ewil-Merodakh dengan dibebaskan dari penjara dan dipelihara hidupnya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">27-30). Hal ini merupakan pernyataan keyakinan penulis 2Raja bahwa Allah masih mengasihi Yehuda. Setelah Allah menghukum secara dahsyat, Ia akan kembali mengampuni dan memulihkan mereka (Yer. 32:28-41).

Tuhan tidak memberikan hukuman untuk memusnahkan umat-Nya. Ia menggunakan hukuman tersebut sebagai alat supaya umat-Nya bertobat. Pertobatan yang terjadi akan menghasilkan hidup baru. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan kesempatan yang Ia berikan. Bertobatlah dan mulailah hidup baru Anda dengan setia mengikut Dia.

Doaku: Aku bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan karena Engkau sudi menghajarku agar aku bertobat dan dipulihkan kembali. Terima kasih karena kasih setia-Mu jauh melampaui segala kejahatanku.

(0.01) (1Taw 17:1) (sh: Tidak semua keinginan baik adalah rencana Allah (Selasa, 12 Februari 2002))
Tidak semua keinginan baik adalah rencana Allah

Sesudah menjadi raja yang mapan, Daud membandingkan keadaan dirinya yang diam dalam istana yang megah dengan tabut perjanjian Tuhan yang hanya disimpan dalam tenda (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1). Bagi umat Tuhan Perjanjian Lama, tabut perjanjian Tuhan adalah lambang kehadiran Tuhan sendiri. Hati yang sangat mengasihi Tuhan dan penuh syukur atas kesetiaan Tuhan dalam hidupnya membuat Daud berpikir bahwa hal tersebut tidak patut. Dengan spontan timbullah suatu keinginan di dalam hatinya. Keinginan tersebut segera disampaikannya kepada nabi Natan yang juga dengan segera memberi restu kepadanya (ayat 2).

Namun, tanggapan Tuhan terhadap inisiatif cemerlang Daud sungguh di luar dugaan. Tuhan tidak mengizinkan Daud untuk membangunkan rumah bagi-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">4). Melalui nabi Natan, Tuhan menyampaikan rentetan kaleidoskop kisah perjalanan umat-Nya yang memperlihatkan kebenaran prinsip tentang Allah. Tenda lebih tepat melambangkan keberadaan Allah yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu karena selalu dinamis (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">5). Bukan Daud yang harus membesarkan Allah, melainkan Allah yang menjadikan Daud raja besar dan disegani banyak pihak (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">7-10). Allah yang melenyapkan musuh dan membuat namanya menjadi besar. Bahkan lebih dari itu, Tuhan akan menanamkan dinasti Daud dengan memberkati keturunannya dan melaluinya mengizinkannya untuk membangun bait-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">11-12). Dengan adanya nubuat kerajaan kekal yang menunjuk kepada kerajaan mesianis, jelaslah bahwa Tuhan ingin menyadari Daud bahwa Tuhanlah sang Raja yang bertakhta atas sejarah dunia dan seisi semesta.

Adalah suatu teladan yang sangat patut dipuji apabila di dalam diri seorang pemimpin terdapat keinginan yang beratasnamakan pekerjaan Allah. Namun, manusia harus lebih dulu menyadari sepenuhnya bahwa bukan manusia yang berjasa bagi Tuhan, tetapi Tuhanlah yang pertama dan utama dalam segalanya.

Renungkan: Pemimpin yang dipimpin Tuhan tidak sekadar berkonsentrasi pada gagasan-gagasan cemerlang, tetapi pada suara dan kehendak-Nya.

(0.01) (Neh 8:1) (sh: Hidup Baru (Senin, 10 Juli 2017))
Hidup Baru

Kehidupan baru umat Israel di tanah Yerusalem telah dimulai. Bersama dengan Ezra, Nehemia mengajar Taurat Allah kepada orang Israel, yaitu bagaimana mengalami hidup baru dan pengharapan bersama dalam Tuhan. Taurat Allah menjadi suatu keharusan karena mereka telah lama tidak melakukan kewajibannya sebagai umat Allah, yaitu Hari Raya Pondok Daun. Perintah untuk merayakan Hari Raya Pondok Daun (Ul. 6:13-15) dilakukan oleh umat Israel beserta aturannya selama tujuh hari lamanya.

Pada bulan ketujuh, orang-orang Yahudi menetap di kota Yerusalem. Mereka berkumpul dan Ezra membacakan kitab Taurat di depan umat. Bersama Nehemia, ia mengajarkan pada umat Yahudi tentang tatanan hidup sesuai Taurat Allah. Ajaran itu merupakan hari yang kudus sehingga tidak boleh berduka (10), makan yang sedap dan minum yang manis, karena sukacita dalam nama Tuhan (11), sehingga tenang dan tidak bersusah hati (12). Mereka melakukan apa yang difirmankan Tuhan, termasuk tradisi pada bulan ketujuh dengan perayaan Hari Raya Pondok Daun.

Mereka menghidupkan kembali tradisi yang dilakukan pada zaman Yosua. Mereka mengambil daun pohon zaitun, daun pohon minyak, daun pohon murad, daun pohon korma dan daun dari pohon-pohon yang rimbun untuk membuat pondok-pondok, masing-masing di atas atap rumahnya, di pekarangan mereka, juga di pelataran-pelataran rumah Allah, di lapangan pintu gerbang Air dan di lapangan pintu gerbang Efraim (16-18). Setiap hari Taurat Allah dibacakan dan pada hari kedelapan ada pertemuan raya.

Kehidupan baru seharusnya membawa suasana baru pula. Tentu kehidupan yang dijalani adalah kehidupan yang penuh sukacita. Sukacita tersebut harus disertai komitmen dan tindakan yang baru. Karena itu, semua ajaran yang diwariskan kepada kita sepatutnya menjadi pedoman menuju hidup yang baru. Demikian halnya saat kita hidup baru dalam kuasa Tuhan untuk menjadi terang dan garam Allah bagi dunia. Marilah kita hidup seturut kehendak Allah dan senantiasa belajar bersukacita dalam Tuhan! [WLD]

(0.01) (Neh 9:38) (sh: Komitmen dasar kehidupan Kristen (Minggu, 26 November 2000))
Komitmen dasar kehidupan Kristen

Kebangunan rohani sejati menghasilkan reformasi rohani total yang berdampak praktis dalam kehidupan umat Allah sekaligus mendorong mereka untuk bertindak konkrit. Bangsa Israel telah siap mengikat perjanjian yang baru, menandatangani komitmen tertulis bahwa mereka akan melakukan semua firman-Nya (Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">9:38 - 10:28). Tindakan ini penting dilakukan sebagai tanda pertobatan sejati dan tanda pulihnya hubungan Allah dan manusia. Isi dokumen yang ditandatangani menyatakan secara khusus kesalahan-kesalahan yang harus mereka perbaiki (Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">10:29-39). Karena itu reformasi mempunyai pengertian pengakuan kesalahan dan kelemahan dilanjutkan dengan komitmen untuk memperbaikinya. Karena itulah pengikatan perjanjian yang dilakukan oleh bangsa Israel ini merupakan tindakan yang sangat serius. Sebab kata `mengikat perjanjian' berasal dari kata Ibrani 'brit' yang mempunyai arti sebuah kontrak.

Keseriusan melakukan reformasi terlihat dari tekad mereka tidak hanya memberikan komitmen secara umum tetapi juga komitmen secara khusus. Secara umum mereka berkomitmen untuk hidup menurut hukum Allah dan tetap mengikuti dan melakukan segala perintah-Nya (Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">10:29). Komitmen khusus apakah yang mereka janjikan kepada Allah (30-39)? Hampir semua komitmen khusus mereka terfokus pada kehidupan ibadah kepada Allah. Ini tidak berarti kehidupan sosial tidak penting. Hal ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa kehidupan ibadah merupakan dasar bagi kehidupan sosial. Jika hubungan dengan Tuhan beres, hubungan dengan sesama pasti mengalami hal yang sama.

Renungkan: Kebangunan rohani sejati membuahkan reformasi sejati yang akan menghasilkan komitmen yang melandasi kehidupan sosial manusia.

Komitmen apa yang akan Anda lakukan agar kehidupan sosial Anda semakin mencerminkan kehendak Tuhan?

Bacaan untuk Minggu ke-24 sesudah Pentakosta

Maleakhi 2:1-10

1Tesalonika 2:7-13

Matius 23:1-12

Mazmur 131

Lagu: Kidung Jemaat 391

(0.01) (Ayb 42:1) (sh: Wawasan yang baru (Rabu, 21 Agustus 2002))
Wawasan yang baru

Ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">3a dan 4 jelas bukan perkataan Ayub. Kelihatannya Ayub mengingat lagi kata-kata Yahweh dalam Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">38:2 dan 38:3b waktu akan memberikan jawaban kepada Yahweh. Peristiwa yang mengharukan ini menunjukkan bahwa pada akhirnya Ayub luluh di dalam sikap menyerangnya. Akhirnya Ayub puas. Yang menarik adalah, Ayub puas bukan karena telah mendapatkan jawaban, tetapi karena wawasan yang baru bahwa hak-hak manusia bukanlah yang terpenting di dalam desain Allah. Kehendak dan kedaulatan Allah, itulah yang terpenting.

Dalam jawaban pertamanya kepada Yahweh (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:37-38), ia telah mengakui kehinaannya dan kesia-siaan untuk mengadili Allah. Kini ia mengulanginya lagi (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Dalam ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">3, mengulangi Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">38:2, ia kini mengakui bahwa ia telah berbicara dalam ketidaktahuan mengenai karya-karya ajaib yang sekarang telah disingkapkan Yahweh kepadanya. Karya-karya itu tetap melampaui pengertiannya. Dengan demikian, respons Ayub telah berubah, dari mengakui kehinaannya sampai menarik kasusnya - mengakui hal itu sebagai kekeliruan. Perlu dicatat bahwa sampai akhir kitab Ayub pun tidak disinggung mengenai kebersalahan atau ketidakber-salahan Ayub. Allah tidak melihat hak dan kedudukan manusia sebagai yang sentral.

Ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">4-5 berbicara mengenai dua model pengetahuan. Pertama adalah mendengar. Ini bisa berarti mendengar melalui telinga, semacam berita yang belum tentu kebenarannya. Kedua adalah melihat. Setelah Ayub melihat Allah, maka barulah ia memahami Dia. Ia masuk ke dalam wawasan baru, bukan sekadar menerima tradisi, tetapi mengalami penyingkapan-penyingkapan yang mencerahkan pikiran dan hatinya.

Ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">6 menyatakan pertobatan Ayub. Ia mengubah pikirannya dan mencabut kasusnya. Ayub duduk dalam debu dan abu, menunjukkan kerendahan hati dan menghinakan diri sendiri karena ketidakmengertiannya.

Renungkan: Segala sesuatu ada waktunya. Badai pasti berlalu. Hidup berjalan terus. Lihatlah cakrawala baru dari Allah dan temukan keindahan dalam misteri Ilahi.

(0.01) (Mzm 47:1) (sh: Kemerdekaan suatu bangsa adalah berkat Ilahi (Jumat, 17 Agustus 2001))
Kemerdekaan suatu bangsa adalah berkat Ilahi

Ada 2 hal yang sangat menarik untuk diperhatikan dalam mazmur kita hari ini. Pertama, mengapa pemazmur mengajak segala bangsa untuk meresponi Allah yang dahsyat hanya dengan pujian (ayat 2, 7- 8)? Tidakkah lebih tepat jika meresponi-Nya dengan kegentaran yang besar? Kedua, bukankah Israel yang menerima berkat yaitu keberhasilan menaklukkan bangsa-bangsa lain (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-5), mengapa pemazmur justru mengajak bangsa-bangsa untuk memuji Allah? Bagaimana memahami mazmur ini?

Tindakan pemazmur berlandaskan pemahaman kebenaran eskatologis yaitu pada akhir zaman segala bangsa akan berkumpul untuk memuji Allah yang dahsyat (Why. 4:9). Dalam bertindak, pemazmur berorientasi jauh ke masa depan. Hal ini memanifestasikan keyakinannya bahwa sebagai umat Allah tindakannya harus sejalan dengan karya keselamatan Allah dalam sejarah manusia yang sudah dimulai sejak zaman purbakala dan terus berjalan hingga seluruh rencana-Nya digenapi. Tindakan pemazmur juga dilandasi pemahaman kebenaran yang mendalam tentang berkat. Tuhan memberikan berkat dengan tujuan agar umat manusia kembali kepada tatanan dunia yang sudah ditetapkan oleh Allah yaitu menyembah Allah yang adalah Raja dan Penguasa seluruh bumi. Ini berarti bangsa-bangsa lain yang ditaklukkan oleh Israel bukanlah korban. Karena itulah tidak mengherankan jika akhirnya mereka menjadi umat Allah (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">10).

Segala tindakan dan alasan yang melandasi tindakan pemazmur mempunyai satu tujuan yaitu Allah sangat dimuliakan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">10). Kemenangan Israel bukan untuk Israel saja. Kekalahan bangsa-bangsa lain bukan untuk menghancurkan mereka. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah manusia memang diarahkan pada satu tujuan yaitu kembalinya tatanan Ilahi dimana Allah sangat dimuliakan dan menjadi pusat dari seluruh gerak dan aktivitas manusia.

Renungkan: Kemerdekaan Indonesia merupakan berkat Tuhan yang dicurahkan untuk membawa bangsa Indonesia kembali masuk ke dalam tatanan Ilahi. Karena itu kita harus mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai upaya yang sejalan dengan karya keselamatan Allah atas bangsa kita sehingga bangsa kita dapat kembali kepada tatanan Ilahi dan menyembah Allah yang benar.

(0.01) (Mzm 77:1) (sh: Memantapkan akar iman (Minggu, 24 April 2005))
Memantapkan akar iman


Ada seorang janda miskin yang telah lama menderita kanker. Selama sakit, ia selalu berseru kepada Tuhan. Berbagai upaya telah ditempuh, termasuk didoakan oleh hamba Tuhan yang mempunyai karunia penyembuhan. Namun, ibu ini tak kunjung sembuh. Bagaimanapun iman ibu ini tak sampai sirna, ia tetap percaya Tuhan mengasihi lepas dari disembuhkan atau tidak.

PeMazmur sedang mengalami penderitaan berat (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">3). Ia merasa tidak mampu menghadapinya sendiri, maka ia pun berseru nyaring memohon pertolongan Tuhan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Yang luar biasa dari peMazmur ini ialah ia tidak larut dalam penderitaannya melainkan tetap mencari Tuhan dan mengingat-ingat-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">4). Memang dalam pergumulan itu sesaat sepertinya ia merasa Tuhan tidak lagi mengasihinya. Ia merasa Tuhan sudah berubah setia, tidak seperti masa lampau (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">5-11). Namun, peMazmur menolak percaya bahwa Tuhan benar-benar telah berubah! Kembali ia mengingat-ingat perbuatan Tuhan di masa lampau (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">12-13). Yaitu, perbuatan Allah menuntun umat-Nya dengan perantaraan Musa dan Harun melewati padang gurun dan laut menuju tanah perjanjian (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">21). Tuhan dengan ajaib telah menyatakan pertolongan-Nya pada umat Israel dengan cara mengalahkan musuh-musuh mereka (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">15-16). Bukan hanya bangsa-bangsa yang gentar menghadapi-Nya, alam pun ngeri kepada kedahsyatan kuasa-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" vsf="TB" ver="">17-20).

Saat kita berada dalam penderitaan dan masalah, adalah kesempatan untuk mengenang pertolongan-Nya pada masa lampau. Ketika kita berhenti mengeluh dan berpaling pada-Nya, kita akan dikaruniai kekuatan untuk melihat sekali lagi karya ajaib Tuhan dalam hidup kita. Akar-akar pengalaman iman inilah yang memampukan kita menyongsong masa depan dan sekali lagi meyakini bahwa sesuai dengan kedaulatan dan kehendak-Nya, Ia akan menolong.

Renungkan: Tatkala kita menuruni jurang derita, ingatlah kedalaman keterlibatan Allah dalam Yesus Kristus. Jadikan derita-Nya dasar keteguhan iman kita.

(0.01) (Mzm 98:1) (sh: Kasih setia Tuhan (Rabu, 12 Oktober 2005))
Kasih setia Tuhan

Mazmur 98 mirip dengan Mazmur 96 karena kedua mazmur ini mengajak kita menyanyikan nyanyian baru. Perbedaannya, nyanyian baru di Mazmur 98 mengajak kita memuji Allah karena kasih setia-Nya kepada umat-Nya, Israel. Apa isi nyanyian baru itu?

Pertama, pujian bagi perbuatan Allah pada masa lalu Israel. Tuhan telah mengerjakan keselamatan bagi umat-Nya (perhatikan kata "telah" di ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1-3). Seluruh dunia melihat dan menyaksikan bagaimana kasih setia Tuhan telah memberikan keselamatan bagi umat-Nya, sementara keadilan-Nya dinyatakan bagi bangsa-bangsa lain (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">3). Kedua, dampak perbuatan Allah itu dinikmati semua makhluk. Akibat tindakan kasih setia dan keadilan Allah itu bukan hanya dirasakan oleh umat Allah melainkan juga oleh seluruh alam semesta. Itu sebabnya, pemazmur mengajak seluruh dunia dan alam semesta untuk bergembira (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">4-8).

Akhirnya, pemazmur mengajak Israel memuji Tuhan untuk menyambut kedatangan-Nya kelak untuk menghakimi dunia dan bangsa-bangsa (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">9). Pada akhirnya keadilan dan kebenaran Tuhan akan ditegakkan secara tuntas. Jika hal ini terjadi maka era baru akan muncul, masa saat Tuhan memimpin dunia dan bangsa-bangsa dengan keadilan dan kebenaran-Nya. Jadi, nyanyian baru ini ingin menunjukkan kasih setia Tuhan yang mendampingi umat-Nya baik di masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan datang.

Kasih setia Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya, dulu, sekarang, bahkan selama-lamanya. Tengoklah ke belakang, lihatlah bagaimana Ia telah menyelamatkan hidup kita serta memelihara gereja dari teror dan upaya musuh-musuh Injil untuk membinasakannya. Hari ini kita hidup di bawah naungan sayap perlindungan-Nya dengan penuh pengharapan bahwa suatu saat nanti Dia akan datang untuk menjemput kita, umat yang setia kepada-Nya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.01) (Mzm 100:1) (sh: Sukacita atau rutinitas (Jumat, 14 Oktober 2005))
Sukacita atau rutinitas

Ibadah dapat menjadi sebuah rutinitas belaka tanpa ada maknanya. Jika hal ini telah terjadi dalam hidup kita maka sebaiknya kita mengadakan introspeksi diri. Ibadah bukanlah pertemuan formal atau rutinitas semata. Begitu juga dengan pemazmur yang berusaha menghindari hal tersebut. Oleh karena itu, pemazmur berusaha mengungkapkan makna ibadah kepada Tuhan.

Mazmur ini digolongkan sebagai nyanyian pujian. Melalui pujian pemazmur mengajak umat menyatakan bahwa Allah itu baik. Ajakan ini dimulai di ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">2 dengan kata "beribadah." Kata ini memiliki arti melayani Tuhan dengan sukacita. Pemazmur mengajak umat untuk memikirkan alasan untuk memuji Tuhan, yaitu Dia adalah Allah di atas ilah-ilah, yang telah menciptakan manusia, dan yang telah menebus umat-Nya menjadi milik-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">3). Hal ini mengingatkan pengalaman keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Tidak mengherankan jika di ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">4 muncul nyanyian syukur. Kebaikan Allah disyukuri dengan mendekat kepada-Nya serta menghampiri takhta-Nya, sambil memuji kasih setia-Nya. Formula ekspresi ini dipakai untuk masuk ke dalam sebuah ibadah korban syukur sehingga umat Allah tahu persis bahwa Allah itu baik dan layak untuk disembah.

Umat Israel mengetahui bahwa Allah yang mereka sembah sungguh baik karena keselamatan yang telah Ia berikan. Artinya kebaikan Allah itu kekal dan menyentuh seluruh kehidupan manusia. Berangkat dari titik inilah, pemazmur mengajak umat untuk beribadah bukan lagi sebagai karena suatu rutinitas atau paksaan melainkan dengan sukacita. Ekspresi apa yang kita pancarkan ketika kita memasuki ibadah? Penuh dengan sukacita atau sekadar kebiasaan? Jika kita mampu memahami kebaikan Allah dalam hidup kita secara baik maka ibadah bukan menjadi rutinitas melainkan sukacita.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.01) (Mzm 105:1) (sh: ujian dan ketaatan (ayat 1) (Minggu, 21 April 2002))
ujian dan ketaatan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1)

Mazmur 105 ini sering dipahami sebagai mazmur sejarah yang bersifat pengajaran. Maka, penuturan tentang data nama, tempat, dan kejadian dalam sejarah Israel bukan pusat perhatian mazmur ini. Perhatian mazmur ini adalah pujian (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1-6) dan ketaatan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">45). Tujuan pemazmur mengisahkan ulang kisah lama Israel adalah untuk menciptakan rasa syukur dalam kehidupan umat dan respons setia mereka kepada pemilihan Allah (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">6), agar mereka setia memelihara hubungan mereka dengan-Nya dalam suatu perjanjian (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">8-10). Pujian dan kesetiaan tersebut bersumber bukan pada kekuatan rohani umat sendiri, tetapi di dalam perbuatan-perbuatan Allah yang secara nyata menunjukkan bahwa diri-Nya penuh kasih dan setia pada janji-janji-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">2,5).

Pujian dan ketaatan adalah tujuan mazmur ini. Maka, perhatian pemazmur tidak ditujukan hanya pada masa lalu, melainkan juga pada masa kini dan masa depan kehidupan umat. Untuk umat Israel pascapembuangan, juga ke masa kini, tegas pesannya: jangan tidak beriman, namun taatlah kepada Dia yang setia dan berbelas kasih.

Karya-karya ajaib Allah (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">2b,5a), penghukuman-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">7), kesetiaan-Nya pada perjanjian-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">8-11), yang umat Israel zaman Keluaran alami, patut menjadi pusat perenungan umat Allah seterusnya. Hal-hal tersebut adalah sebagian kecil bentuk nyata kemuliaan Allah yang tak terukur besarnya. Dengan merenungkan perbuatan-perbuatan besar Allah, umat Allah memasuki proses pengenalan lebih dalam akan Allah mereka. Puji-pujian terhadap kemuliaan nama Allah tidak saja akan mewujud dalam kegiatan penyembahan, tetapi juga dalam sikap beriman lebih dalam dan ketaatan lebih sungguh (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">1-3).

Renungkan: Hakikat dari penyembahan, pujian, dan membesarkan Allah adalah memuliakan Allah dalam kata dan hidup.

Bacaan untuk Minggu Paskah 4

Kisah Para Rasul 13:44-52

Wahyu 7:9-17

Yohanes 10:22-30

Mazmur 100

Lagu:

Kidung Jemaat 293

PA 7 Mazmur 104

Dalam tafsirannya, Calvin menulis bahwa mazmur ini bertujuan mengokohkan keyakinan kita tentang masa depan agar kita tidak hidup dalam keadaan takut dan khawatir terus-menerus dalam dunia ini, sebagaimana yang lazim kita lakukan apabila Allah tidak menyaksikan bahwa Dia telah memberikan dunia ini menjadi tempat kediaman manusia. Lebih lanjut Calvin menulis bahwa Allah memiliki sifat terbaik seorang bapak yang dalam kelembutannya berkenan melimpahi anak-anaknya dengan kebaikan agar mereka bertumbuh penuh kesukaan. Kebaikan kebapaan Allah memberikan dunia ini sebagai kediaman manusia. Dengan indah Katekismus Heidelberg mengungkapkan demikian: Allah memerintah sedemikian rupa agar daun dan rumput, hujan dan kekeringan, tahun-tahun berkelimpahan panen dan berkekurangan, makan dan minum, kematian dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan serta segala sesuatu lainnya datang kepada kita bukan karena kebetulan, tetapi dari tangan kebapaan-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Telusuri bagaimana pemazmur melihat kebesaran Allah dalam alam (ayat 1-9). Perhatikan lebih rinci hal apa saja dari diri dan sifat Allah nyata dalam unsur-unsur alam tersebut! Bagaimana doktrin penciptaan dan pemeliharaan menganjurkan orang beriman bersikap terhadap alam?

Dalam masyarakat purba sekitar Israel, terdapat kepercayaan takhayul dan penyembahan berhala, antara lain tentang laut/air dan bulan serta matahari. Apa kata mazmur ini tentang samudera raya dan air? Tentang bulan dan matahari? Jika Allah mengubah pemahaman tentang unsur-unsur tersebut, hal apa yang kita pelajari tentang kuasa dan kasih Allah?

Bila kepercayaan purba diwarnai oleh takhayul yang membuat mereka cenderung menyembah alam, kepercayaan modern diwarnai oleh sikap menolak adanya campur tangan atau unsur Ilahi dalam alam. Apa kata mazmur ini tentang keberadaan dan keberlangsungan alam (ayat 10-26)?

Bagaimana sikap kita seharusnya terhadap alam dan kepada Allah dari menyaksikan keberadaan dan keberlangsungan alam (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">27-35)?

(0.01) (Mzm 116:1) (sh: Allah pasti mempertahankan milik-Nya (Minggu, 5 Mei 2002))
Allah pasti mempertahankan milik-Nya

Mazmur ini dibuka dengan ungkapan pemazmur, “Aku mengasihi Tuhan”. Kasih pemazmur ini merupakan respons terhadap kasih Allah yang telah menyendengkan telinga-Nya kepadanya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">2). Ungkapan ini didasari pada pengalamannya dibebaskan dari bahaya maut. Memang tidak disebutkan oleh apa bahaya maut itu disebabkan, tetapi ia merasa sudah tertangkap oleh sang maut (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">3). Pemazmur menuturkan bagaimana ia mengalami krisis iman ketika tenggelam dalam penderitaannya. Tidak ada seorang pun yang menolong. Sendiri dalam penderitaan melahirkan kekecewaan yang dalam (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">11). Namun, keadaan itu tidak menggoyahkan kepercayaannya kepada Tuhan (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">10). Wajar bila pemazmur rindu untuk membalas segala kebaikan Allah. Ia akan mengangkat piala keselamatan, menyerukan nama-Nya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">13), membayar nazarnya di depan umat Allah (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">14,18); mempersembahkan kurban syukur kepada Allah. Arti nya, ia ingin hidupnya selalu memuliakan Allah.

Dari pengalaman iman pemazmur bersama Allah ini, kita belajar tiga hal. Pertama, hakikat hidup kita adalah karunia Tuhan semata-mata, dan bernilai kekal. Kedua, hidup kita berharga di mata-Nya. Hal ini makin membuat kita menghayati kehadiran dan keberadaan Allah yang mempedulikan keberadaan umat-Nya. Bahkan tidak akan dibiarkan-Nya kematian menjemput mereka sebelum waktunya (ayat Kepada+setiap+orang&tab=notes" ver="">15). Ketiga, kebaikan Allah yang juga bernilai kekal itu diresponi dengan sikap paling mulia, yaitu mengabdi sebagai hamba-Nya, makin mengasihi-Nya untuk selama-selamanya.

Renungkan: Allah mengizinkan kita mengalami “krisis iman” agar kita menyadari dan makin menghayati kasih setia Allah dalam hidup kita.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA