Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1101 - 1120 dari 1150 ayat untuk greek:32 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10525587179487) (Mzm 78:17) (sh: Mencobai Tuhan (Minggu, 4 September 2016))
Mencobai Tuhan

Kita mungkin sering mendengar atau membaca bahwa "Israel mencobai Tuhan." Mungkin banyak di antara kita tidak benar-benar mengerti apa yang dimaksudkan dengan mencobai Tuhan. Untuk itu, mari kita melihat apa yang dimaksud dengan mencobai Tuhan seperti yang digambarkan dalam nas hari ini.

Tuhan telah memperlihatkan banyak keajaiban agar Firaun bersedia membebaskan umat-Nya. Ia juga memberikan pemeliharaan-Nya yang ajaib kepada umat-Nya selama di padang gurun. Apa yang Tuhan nyatakan dan lakukan tidak membuat umat-Nya percaya dan mengandalkan Tuhan. Mereka berkata, "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang Ia memukul gunung batu sehingga terpancar air dan membanjir sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya? (19-20). Apa yang mereka katakan di sini dinyatakan sebagai "mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menurut nafsu mereka" (18). Tentu saja Tuhan murka sebab mereka tidak percaya kepada-Nya dan tidak yakin akan keselamatan yang dilakukan-Nya (21-22).

Tidak memercayai Tuhan sama halnya dengan mencobai Tuhan. Hal ini diteguhkan oleh apa yang Yesus katakan ketika Iblis meminta-Nya menjatuhkan diri hanya untuk membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah. Yesus menegaskan: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu" (Mat. 4:7). Pada dasarnya Iblis meminta Yesus untuk tidak percaya begitu saja, tetapi perlu pembuktian bahwa Ia adalah Anak Allah. Namun, Yesus memercayai ucapan Allah, sehingga tidak perlu meminta bukti apa pun.

Jika mencobai Tuhan ada dalam ketidakpercayaan akan penyataan Tuhan, mungkin kita sering melakukan hal itu. Bukankah kita sering berpikir bahwa Tuhan tidak mengasihi kita ketika Ia tidak menjawab doa kita? Padahal, Tuhan telah menyatakan kasih-Nya kepada kita. Berhati-hatilah dan jangan terus-menerus mencobai-Nya! Hiduplah dengan iman dan percayalah pada firman-Nya walau kondisi kita tidak sesuai harapan. [IT]

(0.10525587179487) (Mzm 104:19) (sh: Allah mengatur segala sesuatu (Minggu, 28 Maret 1999))
Allah mengatur segala sesuatu

Allah mengatur segala sesuatu. Seluruh ciptaan, telah diatur Allah sedemikian rupa hingga masing-masingnya berada pada jalur dan waktu yang telah disediakan-Nya. Bulan tidak akan pernah menjadi matahari, begitu pula sebaliknya. Binatang yang keluar pada siang hari, akan beristirahat di malam hari; tumbuh-tumbuhan yang berbunga pada musim semi, tidak akan berbunga pada musim dingin, dst. Begitu pula dengan kita, meskipun kita adalah bagian tertinggi dari segenap ciptaan Allah, kita tetap berada di bawah kendali Allah. Namun fakta menunjukkan bahwa kita seringkali lupa akan posisi ini. Misalnya, ketika sukses dalam pekerjaan, keluarga, dlsb. kita menganggap bahwa kesuksesan ini diperoleh karena usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah; dan ketika kita berada dalam penderitaan, sengsara dan dijerat kemiskinan, kita sering beranggapan bahwa Allah membiarkan kita sendiri. Kita harus menyadari dan memahami bahwa masing-masing ciptaan telah Allah letakkan pada jalur menuju pemenuhan kehendak-Nya.

Setia pada Allah. Untuk tetap berada pada jalur yang telah Allah sediakan, dan demi memenuhi kehendak-Nya, maka sege-nap ciptaan harus setia dan tunduk pada ketetapan-ketetapan-Nya. Kesetiaan ini merupakan perwujudan respons kita terhadap kesetiaan dan pemeliharaan Allah yang telah terlebih dahulu Allah nyatakan dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita lupa untuk bertindak setia kepada Allah. Biasanya ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk berusaha melupakan hal-hal yang baik yang kita terima, dan mengingat-ingat hal-hal yang merugikan kita. Begitu mudahkah karya agung Allah yang telah begitu baik mencipta, memelihara, menebus dan memulihkan itu kita lupakan? Peringatan pemazmur pada ayat 29 dapat diartikan semudah kita membalikkan telapak tangan, semudah itu pula Allah bertindak pada ciptaan-Nya yang dengan sengaja melupakan kebesaran dan keagungan-Nya.

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku!" Sungguh suatu tindakan terpuji dan mengagumkan telah pemazmur bentangkan pada kita. Tak sedikitpun terbersit keinginannya untuk melupakan segala kebaikan Tuhan padanya. Bahkan seluruh keberadaan hidupnya diperuntukkan bagi pujian kepada Tuhan. Sampai sejauh ini kita hidup karena, dan bersama Tuhan. Pasti begitu banyak badai kehidupan yang berusaha menghancurkan hubungan kita dengan-Nya. Ikutilah jejak pemazmur yang begitu meyakini bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan memberikan kekuatan (31-32).

(0.10525587179487) (Mzm 107:23) (sh: Allah atas semesta untuk umat-Nya (Jumat, 26 April 2002))
Allah atas semesta untuk umat-Nya

Allah atas semesta untuk umat-Nya. Alkitab menyaksikan bahwa Allah tidak hanya Allah atas umat tebusan-Nya, tetapi juga atas seluruh alam semesta ini. Catatan Alkitab tentang kisah penciptaan pertama sampai penciptaan baru nanti menunjukkan bahwa alam semesta berasal dari Allah, adalah milik Allah, dan berada di bawah kendali Allah. Namun, pada kenyataannya, dunia ini tidak saja indah dan harmonis, tetapi bisa juga menjadi liar dan menimbulkan malapetaka yang mengerikan.

Dalam bagian ini, pemazmur melanjutkan kisah-kisah penebusan yang Allah lakukan terhadap orang per orang. Pengalaman pelepasan yang kini disaksikan adalah ancaman yang orang alami dari alam di dalam situasi bekerja (ayat 23-32). Bahaya dan ancaman dalam dunia kerja dilihat pemazmur sebagai kontrol penuh Allah dalam dunia ini. Laut adalah dunia kerja pelaut. Di dalam situasi kerja sehari-hari, para pelaut senantiasa berada di dalam situasi ketika keahlian dan keberanian sehebat apa pun tidak akan pernah membuatnya mampu mengendalikan dunia kerjanya itu. Pelaut yang harus menyesuaikan diri dan pandai-pandai membaca dunia kerjanya, bukan sebaliknya. Tetapi, hal itu juga berarti kesempatan untuk mengakui bahwa Allahlah pengendali dunianya (ayat 23-30). Di dalam ketidakmenentuan hidup dan dunia ini, orang beriman tidak saja menyadari keterbatasan dirinya, tetapi juga mensyukuri kekuasaan Allah atas segala sesuatu.

Reaksi orang terhadap kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan alam ini ada di luar kontrolnya tidak sama. Sejak dulu sampai kini, manusia cenderung menyembah hal-hal yang tak dapat dikuasainya. Dulu orang menyembah sungai, gunung, kesuburan, dewi laut, dll. Kini manusia memiliki lebih banyak lagi hal yang mereka sembah: kecantikan, kekayaan, kekuasaan, kenikmatan perut, dll. Pemazmur menolak kecenderungan menganggap bahwa hidup tergantung pada alam dan dunia ini. Allah yang mengatur irama perputaran alam (ayat 33-38) bahkan juga seluruh perjalanan sejarah (ayat 34-42). Kedahsyatan alam hanyalah sebagian kecil ungkapan kekuasaan Allah. Karena itu, kita harus bergantung kepada Allah, bukan menyembah kekuatan lain (ayat 33-43).

Renungkan: Meminta tolong kepada Tuhan berarti mengakui kelemahan dan mengungkapkan keinginan untuk masuk ke dalam tangan kuasa kekal- Nya

(0.10525587179487) (Ams 16:18) (sh: Madu dan racun (Jumat, 4 Agustus 2000))
Madu dan racun

Madu dan racun. Kata-kata mempunyai kuasa untuk membangun atau menghancurkan, menghibur atau menyakiti. Karena itu kata-kata dapat mendorong seseorang melakukan tindakan-tindakan yang sangat terpuji, yang berani sampai yang paling bodoh sekalipun. Ingatkah Anda asal mula kerusuhan Ketapang? Itu hanyalah salah satu contoh betapa kata-kata mempunyai kuasa yang luar biasa.

Karena itulah penulis Amsal perlu berbicara tentang kata-kata kepada umat Allah. Kerinduan Allah adalah kata-kata anak-anak-Nya hendaklah senantiasa seperti sarang madu bukan seperti madu (24). Artinya di dalam perkataan mereka haruslah ditemukan madu yang mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Dengan kata lain hendaklah perkataan mereka itu memberikan manfaat bagi sesamanya, jangan malah sebaliknya menjadi racun yang menyebabkan kehancuran sesama kita, lingkungan (27), dan tatanan sosial masyarakat (28).

Bagaimana agar kata-kata kita bermanfaat bagi sesama, lingkungan, dan masyarakat? Kunci yang pertama terletak pada hati manusia (23). Tepat seperti yang pernah diucapkan oleh Yesus (Mat. 12:34-37). Karena itu hati manusia harus selalu diisi dengan norma-norma, nilai-nilai, dan kebenaran-kebenaran Illahi agar menjadi bijak dan berpengertian (21, 23). Itu semua bisa didapati di dalam firman-Nya (20). Hati yang diwarnai oleh firman-Nya akan menghasilkan 'madu' yang sangat berkhasiat bagi sesamanya (23). Kunci yang kedua adalah sabar dan penguasaan diri (32). Kunci ini mempunyai makna ganda: (1) kita harus sabar dan menguasai diri sehingga tidak mengeluarkan kata-kata yang beracun, (2) ketika orang lain mengeluarkan kata-kata beracun kepada kita, kita harus mendengarkan dan menerimanya dengan sabar dan penguasaan diri, sehingga kita bisa menaklukan kebencian dan sakit hati yang merupakan dorongan yang kuat untuk melakukan tindakan-tindakan yang bodoh dan tercela.

Renungkan: Satu minggu yang lalu berapa kali Anda memberikan 'madu' dan berapa kali Anda memberikan 'racun' kepada orang-tua, suami, istri, anak, saudara, teman-teman sejawat, bahkan pembantu rumah tangga Anda? Dari 2 kunci yang tersedia, manakah yang belum Anda miliki? Apa yang akan Anda lakukan agar kunci itu dapat Anda miliki?

(0.10525587179487) (Yer 7:29) (sh: Berhala yang kosong dan tak berdaya (Sabtu, 9 September 2000))
Berhala yang kosong dan tak berdaya

Berhala yang kosong dan tak berdaya. Bangsa Yehuda memilih berhala daripada Allah. Ini merupakan pelecehan terhadap kekudusan bait-Nya dan penolakan akan kedaulatan Allah. Mereka juga secara terang-terangan mendirikan bukit pengorbanan dan membakar anak-anak mereka untuk dipersembahkan kepada dewa Molekh. Pilihan itu membawa konsekuensi yang sangat dahsyat. Pertama, mereka kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa sebab mereka telah ditolak dan dibuang oleh Allah. Karena itu bangsa Yehuda diperintahkan untuk mencukur rambut dan membuangnya (29), yang melambangkan bahwa bangsa Yehuda sudah najis dan tidak lagi dikhususkan bagi Allah (Bil. 6:2-8 dan Hak. 16:15-22). Karena itu mereka mengangkat ratapan di bukit-bukit gundul tempat pemujaan berhala-berhala kafir memohon pertolongan para berhala. Kedua, mereka akan ditimpa kengerian yang luar biasa sebab apa yang mereka puja dan sanjung justru menjadi tempat pembuangan mayat mereka (32-33). Ketiga, kehidupan masyarakat menjadi tidak normal sebab tanda-tanda kehidupan yang normal seperti suara kegirangan, suara sukacita, dan suara pengantin laki-laki dan perempuan sudah lenyap (34). Keempat, penghinaan total yang sangat menyakitkan akan mendera mereka sebab tulang-belulang mereka yang sudah mati akan dikeluarkan dari kubur dan diserakkan di depan dewa-dewa yang dulu mereka sembah dan puja (8:1-2). Konsekuensi itu tidak terelakkan sebab berhala yang mereka sembah dan agungkan ternyata hanya kosong belaka, tidak mampu berbuat apa-apa bagi bangsa Yehuda, ketika tempat kudusnya dipakai sebagai pembuangan mayat, dan ketika tulang-belulang pengikutnya dibiarkan berserakan.

Berhala zaman sekarang mempunyai bentuk yang lebih menggiurkan dan menggoda seperti harta, karier, dan kekuasaan. Banyak Kristen mengorbankan anaknya demi uang dan karier. Praktik bisnis duniawi yang kotor dan penuh kelicikan dijalankan di gereja demi posisi dan harta. Namun harus diingat bahwa semua berhala itu kosong tak berdaya.

Renungkan: Dapatkah keluarga yang hancur berantakan diutuhkan kembali dengan uang berlimpah? Dapatkah rasa malu dan terhina karena ulah anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian orang-tua disembunyikan di belakang kedudukan tinggi?

(0.10525587179487) (Yer 36:1) (sh: Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim (Sabtu, 5 Mei 2001))
Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim

Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim. Sebelum puasa bersama seluruh bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem berlangsung (9), Allah memerintahkan Yeremia untuk menuliskan firman-Nya yang sudah Ia sampaikan sejak zaman Yosia hingga tahun ke-5 pemerintahan Yoyakim dan membacakannya kepada mereka yang sedang berpuasa. Firman itu penting bagi keselamatan umat Allah, sebab ketika firman Tuhan diperdengarkan selalu ada kemungkinan pertobatan dan pengampunan Allah dicurahkan (3). Ini menegaskan bahwa firman Allah mempunyai kekuatan dan relevansi yang tidak dapat dibatasi oleh waktu. Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh umat-Nya selain doa dan puasa.

Namun sayangnya seringkali ada kekuatan tertentu yang berusaha menghalangi dibacakannya firman Tuhan kepada umat-Nya. Yoyakim adalah salah satunya. Ia membakar gulungan kitab yang menuliskan firman-Nya agar rakyatnya tidak mempunyai kesempatan mendengarnya. Ia berusaha menghalangi bahkan menutup setiap kesempatan bagi umat Allah untuk mendengarkan firman-Nya di masa itu dan di masa mendatang dengan jalan menangkap Yeremia dan Barukh.

Dua kekuatan bertemu: kekuatan firman Tuhan dan kekuatan Yoyakim beserta seluruh aparatnya. Kekuatan firman-Nya bukan hanya tidak dapat dihalangi namun setiap kekuatan yang akan berusaha menghalangi akan dilibas oleh Allah (30-32). Respons Allah terhadap tindakan Yoyakim ini menegaskan bahwa firman Allah tertulis sangat dibutuhkan oleh umat-Nya, karena itu usaha untuk menghalangi dibacakannya firman Allah tertulis dan terhadap keberadaannya adalah kesalahan yang serius di mata Allah.

Renungkan: Seringkali kita bertindak seperti Yoyakim bagi diri sendiri maupun Kristen lainnya. Bagaimana pola pembacaan Alkitab Anda setiap hari? Apakah Anda hanya membaca buku renungan yang hanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya? Jika ya, Anda sudah menjadi Yoyakim bagi diri Anda sendiri. Apakah Anda mendorong Kristen lainnya membaca buku renungan yang berisi kesaksian dan pengalaman sebagai pola membaca Alkitab setiap hari? Jika, ya berarti Anda adalah salah seorang Yoyakim zaman kini. Bertobatlah sebab kesalahan Anda adalah serius di mata Allah. Bacalah Alkitab secara langsung tiap hari dan anjurkanlah Kristen lain untuk membaca Alkitab juga secara langsung.

(0.10525587179487) (Yer 44:1) (sh: Kehancuran total bagi hati yang bebal (Selasa, 15 Mei 2001))
Kehancuran total bagi hati yang bebal

Kehancuran total bagi hati yang bebal. Perikop kita hari ini berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda yang mengungsi ke Mesir. Sepintas ini sangat mirip dengan pasal 29 dan 32 yang berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda sebelum pembuangan. Namun ada satu hal penting yang membedakan perikop ini dengan kedua pasal sebelumnya yaitu perikop ini tidak mewartakan pengharapan setelah penghukuman. Komunitas Yehuda yang ada di Mesir telah melakukan kesalahan fatal yang memupuskan semua pengharapan yang sungguhnya tersedia bagi mereka. Apa yang mereka lakukan dan bagaimana?

Di Mesir mereka menyembah allah lain - ratu sorga. Perzinahan rohani ini bukan suatu kekhilafan atau pun dosa yang baru mereka lakukan. Sebaliknya perzinahan rohani sudah membudaya di kalangan Yehuda karena sudah dilakukan oleh setiap orang Yehuda dari bayi sampai dewasa, laki-laki maupun perempuan (7). Lagipula hati nurani mereka sudah tumpul. Mereka telah sampai pada satu titik dimana hati mereka menjadi begitu keras sehingga tidak mungkin menyesali dan berbalik dari dosa- dosanya. Apa buktinya bahwa hati mereka sudah keras? Penghukuman Allah melalui tangan Babel yang baru saja mereka alami tidak membuat mereka jera sebaliknya mereka justru mendatangkan lagi celaka besar bagi diri mereka (7), dengan kesadaran penuh mereka menimbulkan sakit Allah dan mau menjadi kutuk dan aib di antara segala bangsa (8). Ketidaktaatan mereka bukan lagi disebabkan karena tekanan ataupun situasi dan kondisi yang memaksa mereka, namun secara sadar telah menjadi pilihan mereka. Bagi ketidaktaatan sedemikian tidak ada lagi hajaran dan disiplin yang akan menyadarkan dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Hanya ada satu yang harus dilakukan Allah yaitu menujukan wajah- Nya terhadap mereka dan mencabut sisa Yehuda (11-12). Artinya tidak ada pengharapan bagi masa depan Yehuda selain kehancuran total.

Renungkan: Ketidaktaatan yang dilakukan terus-menerus dapat menjadi kebiasaan, yang menjadikan hati kita keras sehingga tidak ada peringatan bahkan hajaran apa pun yang dapat menyadarkan kita dari ketidaktaatan itu, ujungnya adalah maut. Ini peringatan keras bagi kita untuk hidup dalam ketaatan terus-menerus.

(0.10525587179487) (Yeh 25:1) (sh: Providensia atas milik pusaka (Jumat, 14 September 2001))
Providensia atas milik pusaka

Providensia atas milik pusaka. Allah menghukum Bani Amon karena mereka senang atas kejatuhan Yerusalem dan kehancuran Bait Suci. Mereka bertepuk tangan dan menghentakkan kaki mereka ke tanah dan bergembira dalam hati atas kecelakaan tanah Israel. Oleh sebab itu Allah berfirman: "Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan engkau dan menyerahkan engkau menjadi jarahan bagi suku-suku bangsa dan melenyapkan engkau dari tengah bangsa-bangsa dan membinasakan engkau dari negeri-negeri; Aku akan memusnahkan engkau. Dengan demikian engkau akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan" (ayat 7). Allah menghukum Moab karena mereka percaya bahwa Allah Israel tidak lebih besar daripada dewa-dewa bangsa lainnya (ayat 11). Allah menghukum bangsa Edom karena mereka sangat membenci bangsa Israel. Allah menghukum bangsa Filistin karena dendam kesumatnya pada bangsa Israel dan bersukacita atas kecelakaan Israel. Allah yang berinisiatif menuntut balas untuk Israel, sekali lagi menunjukkan kepada kita bahwa betapa hajaran Tuhan kepada umat-Nya bertujuan baik. Hajaran Tuhan menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya.

Bangsa Israel adalah milik pusaka Tuhan (Yes. 19:25). Israel adalah harta kesayangan Allah. "Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi" (Kel. 19:5). Israel juga adalah biji mata Allah (Ul. 32:10).

Allah sedang bertindak tegas menghukum kesalahan umat-Nya namun Ia tidak membiarkan bangsa-bangsa kafir melecehkan dan menghina Israel. Allah sendiri yang akan membela umat-Nya karena sikap mereka menghina umat-Nya berarti menghina Allah.

Renungkan: Tindakan Allah yang menghukum sekaligus membela dan memelihara umat-Nya adalah ciri khas dari tindakan Allah yang Maha Kasih dan Maha Adil. Meresponi pembelaan Allah yang luar biasa ini, kita dapat memanjatkan syukur yang tiada henti dan hidup sesuai dengan status diri kita sebagai anak-anak Allah. Jadikan hidup Kristen hari ini sebagai pujian bagi Tuhan dari orang lain yang mendapat berkat karena menyaksikan aplikasi hidup dan berinteraksi dengan kita.

(0.10525587179487) (Yeh 27:12) (sh: Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan? (Senin, 17 September 2001))
Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan?

Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan? Bersama mitra usaha multi regional yang berlimpah barang-barang mewah, Tirus kembali dilukiskan sebagai kapal yang berlabuh dengan megah di tengah lautan (ayat 12-25). Pada wilayah di mana Tirus berpikir untuk menjadi penguasa, di tengah lautan (ayat 4) ia dilanda oleh bencana. Kekuatan angin timur telah memecahkannya dan ia terbenam bersama segenap krunya ke dasar lautan (ayat 26-26). Mendengar teriakan maut para penumpang pada hari tenggelamnya Tirus, si kapal maha indah, para pemilik sahamnya turut meratap bersama karena kehilangan kapal yang penuh dengan semarak kemegahan (ayat 27-29). Mereka sangat berkabung karena kehancuran ini membuat mereka amat merana (ayat 30-31). Dalam syair ratapan, mereka berkata: "Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan?" (ayat 32).

Sungguh tragis, prestasi Tirus yang meraup keberuntungan dengan mitra dagangnya telah menyebabkan raja-raja dunia kehilangan referensi kekayaannya. Hal ini telah membuat Tirus terkagum-kagum kepada dirinya sendiri.

Kini, kapal molek telah dihancurkan oleh begitu banyak unsur dari kekayaan yang termuat di dalamnya. Barang-barang dan krunya telah berubah menjadi kuburan di dalam air (ayat 33-34). Orang-orang pesisir terheran-heran melihatnya, raja-rajanya menggigil, mukanya berkerut, dan para pesaing usahanya bersuit-suit kegirangan terhadapnya (ayat 35-35). Sebuah raksasa dalam keindahan kini telah musnah dan nubuatan Yehezkiel telah digenapi: "Aku menentukan bagimu akhir hidupmu yang mendahsyatkan dan engkau tidak terjumpai lagi. Engkau dicari orang, tetapi tidak ditemui lagi untuk selama-lamanya, demikianlah firman Tuhan." (ayat 26:21).

Renungkan: Burung merak walaupun berbulu sangat mempesona namun dari abad ke abad selalu dicela sebagai simbol kesombongan. Keanggunan Tirus sebagai kapal yang maha indah tentu saja tidak salah bila tidak disertai perilaku congkak. Titanic, yang didesain tidak dapat tenggelam juga mengalami nasib yang sama. Semua keangkuhan berakhir sama, yakni kebinasaan. Kristen, ingatlah, Allah menentang semua yang berhati congkak. Berhati-hatilah dengan manifestasi dosa yang selalu menarik manusia terpikat kepadanya.

(0.10525587179487) (Yeh 40:17) (sh: Pelataran luar dan dalam Bait Suci baru (Rabu, 21 November 2001))
Pelataran luar dan dalam Bait Suci baru

Pelataran luar dan dalam Bait Suci baru. Dari pintu gerbang timur, malaikat mengajak Yehezkiel masuk ke pelataran luar, untuk melihat 30 kamar yang digunakan umat yang datang untuk beribadah (ayat 17). Lebar pelataran luar, diukur dari pintu gerbang luar (bawah) sampai pintu gerbang pelataran dalam, adalah 100 hasta (ayat 19).

Dari situ, Yehezkiel dibawa ke pintu gerbang utara (ayat 20-23). Deskripsi pintu gerbang utara sama dengan yang di timur, hanya dengan penjelasan tambahan bahwa ada 7 anak tangga dari luar kompleks Bait Suci menuju pintu gerbang itu (ayat 22). Sesudah itu, Yehezkiel dibawa ke pintu gerbang selatan (ayat 24-27), yang deskripsinya sama dengan pintu gerbang utara dan timur. Jadi, ada 3 pintu gerbang untuk masuk ke dalam Bait Suci, yakni di tembok timur, utara, dan selatan. Tembok barat tidak memiliki pintu gerbang.

Pelataran luar dipisahkan dari pelataran dalam oleh bilik-bilik dan tiga pintu gerbang, yang posisinya berhadapan dan segaris dengan ketiga pintu gerbang tembok luar. Yehezkiel diajak masuk ke pelataran dalam melalui pintu gerbang dalam sebelah selatan (ayat 28-31). Ukuran pintu gerbang pelataran dalam sama dengan pintu-pintu gerbang sebelumnya. Hanya, pelataran dalam lebih tinggi 8 anak tangga dari pelataran luar (ayat 31). Kemudian, Yehezkiel menuju pintu gerbang dalam sebelah timur (ayat 32-34), dan pintu gerbang dalam sebelah utara (ayat 35-37). Semua pintu gerbang ini sama deskripsinya.

Untuk masuk dari luar kompleks Bait Suci ke pelataran luar, orang harus menaiki 7 anak tangga, dan dari pelataran luar ke pelataran dalam, orang harus naik lagi 8 anak tangga. Hal ini menunjukkan suatu progresi, semakin dekat ke pusat kompleks Bait Suci, yakni Tempat Kudus dan Mahakudus, letaknya semakin tinggi. Tindakan menghampiri Allah digambarkan sebagai suatu tindakan ke atas. Bila kita beribadah kepada Allah, kita menghadap Allah yang di atas, bukan yang sejajar.

Renungkan: Dalam ibadah, kesadaran akan kekudusan dan kemuliaan Allah seringkali amat kurang. Kita merendahkan Allah setara dengan manusia, dan tidak menyembah Dia dengan khidmat. Ingatlah untuk menengadahkan hati kepada-Nya karena Dialah junjungan kita.

(0.10525587179487) (Yl 2:18) (sh: Alam kembali bersemi (Minggu, 17 Juni 2001))
Alam kembali bersemi

Alam kembali bersemi. Kebergantungan antar makhluk ciptaan membuktikan kebergantungan ciptaan kepada Sang Pencipta. Dialah yang berdaulat atas segala ciptaan-Nya. Tanah yang gersang atau alam yang bersemi, silih berganti sedemikian rupa di dalam kedaulatan-Nya.

Hal ini pun nampak dalam sejarah Yehuda. Janji pemulihan Tuhan kepada umat-Nya yang mau berbalik kepada-Nya ada dua: materi (2:18-27) dan rohani (2:28-32). Berkat materi sangat konkrit yakni melalui perubahan alam yang kembali bersemi dan memberikan keceriaan bagi tumbuh- tumbuhan, hewan, dan manusia. Suatu keadaan yang sangat kontras akan terjadi: masa kekeringan dan kelaparan (1:10-12, 16-18, 20) akan diganti dengan masa kesuburan dan kelimpahan (2: 19, 21-24, 26); tanaman dirusak oleh hama belalang (1:4) akan dipulihkan (2:25); ancaman dari bangsa yang kuat dan sangat besar jumlahnya (1:6) akan dijauhkan (2:19-20, 25); dipermalukan dan menjadi celaan bangsa-bangsa lain (2:17) tidak akan dialami lagi (2:26-27). Apa yang dapat kita pelajari dari cara pemulihan Allah terhadap umat-Nya ini? Pertama, tidak sedikit pun meragukan bagaimana Allah sendiri yang akan melakukannya: menyuburkan tanah yang mati, menghalau musuh yang besar dan kuat, mengganti dukacita menjadi sukacita dan sorak- sorai. Kedua, kedaulatan-Nya, kasih-Nya, dan keadilan- Nya tidak pernah konflik di dalam diri-Nya yang Esa. Ketiga, Ia yang berinisiatif – bertindak – demi keberadaan-Nya sebagai Allah bagi umat-Nya.

Renungkan: Ia menantikan umat-Nya di zaman kini pun kembali mengakui keberadaan-Nya sebagai Allah yang berdaulat, penuh kasih, dan adil. Allah tidak pernah menghitung berapa besarnya berkat materi yang dicurahkan bagi umat- Nya yang bertobat. Terlebih berharga pertobatan umat- Nya daripada berkat yang dicurahkan.

Bacaan untuk Minggu ke-2 sesudah Pentakosta

Ulangan 5:12-15

II Korintus 4:6-11

Markus 2:23-3:6

Mazmur 81:1-10

Lagu: Kidung Jemaat 335

(0.10525587179487) (Yun 1:1) (sh: Tuhan belum selesai (Kamis, 13 Desember 2001))
Tuhan belum selesai

Tuhan belum selesai. Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan peringatan Tuhan, peringatan yang membukakan peluang bertobatnya bangsa yang kejam itu.

Bagaimana respons Yunus? Menolak dan tidak rela! Ia berbalik arah dan pergi berlayar menuju Tarsis. Ia mengira dapat melarikan diri dari Tuhan. Bukankah ini suatu perkiraan yang keliru? Jika Yunus tidak rela melaksanakan tugas dari Tuhan, Tuhan pun tidak rela Yunus berbalik arah. Ia segera bertindak. Ia mengirimkan badai, yang oleh masyarakat saat itu diyakini sebagai akibat dosa terhadap Tuhan. Lalu, para pe-numpang kapal memutuskan untuk mengundi siapakah yang bertang-gung jawab atas malapetaka ini. Undian jatuh pada Yunus dan ia pun mengakui dosanya. Ia meminta mereka melemparnya ke laut agar ben-cana ini berlalu. Yunus berpikir, inilah akhir perjalanan hidupnya: be-rangkat sebagai nabi yang dipakai Tuhan, berakhir sebagai pelarian yang dibuang Tuhan; sekali lagi perkiraan yang keliru. Tuhan malah mengi-rimkan seekor ikan besar untuk menyelamatkan Yunus dari kematian.

Melalui perikop ini, kita belajar dua hal. Pertama, mata Tuhan tertuju pada semua bangsa, tidak hanya pada satu bangsa. Berbeda dengan kita yang selalu mengarahkan mata hanya kepada orang-orang tertentu; biasanya yang kita sukai, hormati, dan baik kepada kita. Tidak mudah untuk membagikan kasih Tuhan kepada orang yang tidak kita sukai, tidak kita hormati, dan tidak baik kepada kita. Tuhan meminta Yunus, dan juga kita, untuk mengasihi mereka yang tidak layak kita kasihi. Kedua, Tuhan belum selesai dengan kita. Diri kita adalah seum-pama bangunan yang masih belum selesai. Tuhan akan terus membentuk kita meski kadang kita melawan-Nya. Seperti Yunus, kita pun masih diberikan kesempatan menerima uluran tangan-Nya. Adakalanya Tuhan harus mengirimkan "badai" untuk menyadarkan kita. Tetapi, di tengah badai sekalipun, Ia tetap mengirimkan "ikan" untuk menyelamatkan kita.

Renungkan: Tuhan ingin agar kita memiliki mata-Nya dan hati-Nya. Maukah kita masuk ke dalam proses belajar mengasihi? Mari kita menyediakan diri kita senantiasa untuk dibentuk oleh Tuhan.

(0.10525587179487) (Mat 10:16) (sh: Begitu lemah dan tak berdayakah Kristen? (Sabtu, 27 Januari 2001))
Begitu lemah dan tak berdayakah Kristen?

Begitu lemah dan tak berdayakah Kristen? Yesus menggambarkan Kristen seperti domba di tengah- tengah kawanan serigala. Dapatkah domba menyerang balik serigala? Demikian pula Kristen dalam dunia yang begitu jahat, tidak dapat menyerang balik. Namun apakah ini berarti bahwa Kristen hanya pasrah ketika dijadikan korban? Apakah tidak ada seorang pun yang membelanya?

Merpati adalah binatang yang mudah ditipu dan tidak peka (Hos. 7:11) sementara di daerah Timur Tengah ular dipandang sebagai binatang buas yang pandai menghindari bahaya. Jika Kristen harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, berarti Kristen dalam menjalani kehidupan di dunia yang jahat ini harus pandai menghindari bahaya tanpa menjadi berbahaya bagi orang lain, dan tulus tanpa menjadi bodoh. Namun bagaimana jika Kristen sudah berada dalam bahaya karena sudah diseret ke Majelis Agama, ke muka penguasa-penguasa, atau raja-raja? Dalam situasi seperti ini, cerdik dan tulus tidak lagi memadai. Pada abad pertama mereka yang dihadapkan ke pengadilan membutuhkan pembela yang pandai, jika tidak maka dapat dipastikan bahwa mereka akan kalah. Kristen tidak perlu takut sebab Roh Kudus sendiri yang akan mengajarkan untuk menjadi pembela bagi dirinya sendiri.

Namun bagaimana jika Kristen tidak dibawa ke pengadilan tetapi langsung menghadapi kesadisan manusia (ayat 21-22)? Bagaimana Kristen mengatasi ketakutan itu?

Pertama, kita harus selalu ingat bahwa orang-orang zaman Yesus juga menganiaya diri-Nya. Mengapa kita sebagai pengikut-Nya berharap untuk mendapatkan perlakuan yang lebih baik (ayat 24-25)?

Kedua, kita juga harus ingat bahwa suatu saat apa yang dilakukan mereka kepada kita akan dinyatakan dalam terang dan mereka akan menghadapi penghakiman.

Ketiga, seandainya mereka berhasil membunuh kita, kita harus ingat bahwa jiwa kita tidak ikut binasa, namun masuk ke dalam kehidupan kekal.

Akhirnya, kita harus tetap yakin bahwa tidak ada satu pun yang terjadi atas diri kita di luar kehendak Allah. Jika demikian mengapa kita harus menyangkal Yesus (ayat 32-33)?

Renungkan: Ternyata Kristen tidaklah lemah dan tak berdaya, karena di dalam Kristen tersembunyi kekuatan yang luar biasa, yang bersumber dari Allah dan yang memampukan Kristen untuk tetap bertahan. Sejarah kaum martir telah membuktikannya.

(0.10525587179487) (Mat 15:32) (sh: Matematika sorga (Selasa, 13 Februari 2001))
Matematika sorga

Matematika sorga. Mana mungkin 7 roti dan beberapa ikan kecil dapat mengenyangkan 4000 laki-laki + sejumlah perempuan + sejumlah anak-anak? Dari berbagai ilmu hitung apa pun tidak mungkin menjawab perhitungan semacam ini. Namun kejadian ini tidak ditentukan oleh akal pikiran manusia yang terbatas, karena yang melakukannya adalah Yesus yang sanggup melakukan segala sesuatu yang melampaui akal, bukan tidak masuk akal.

Matius kembali menekankan bahwa mukjizat ini terjadi karena belas kasihan Yesus kepada orang banyak. Mereka telah mendengarkan pengajaran Yesus selama tiga hari dan saat itu tidak ada makanan pada mereka kecuali 7 roti dan beberapa ikan. Pernyataan Yesus bahwa mereka sudah 3 hari di tempat itu tidak mengindikasikan bahwa selama 3 hari itu mereka berpuasa, tetapi selama 3 hari itu Yesus dan murid-murid-Nya tidak menyediakan makanan untuk mereka. Kemungkinan masing-masing mereka membawa bekal dan sudah mereka makan selama 3 hari. Saat itu yang masih ada hanyalah 7 roti dan beberapa ikan kecil.

Yesus tidak mau menyuruh mereka pulang karena: (ayat 1) selain kebutuhan rohani, Yesus pun memperhatikan dan memenuhi kebutuhan jasmani. Mereka datang dari tempat yang jauh, bila mereka dibiarkan pulang dalam keadaan lapar mereka akan pingsan di jalan. (ayat 2) Yesus menyadari bahwa orang banyak itu datang dari berbagai tempat yang jauh dan bertahan sampai 3 hari, menandakan bahwa mereka itu sungguh-sungguh rindu mendengarkan pengajaran-Nya. Pelayanan Yesus adalah pelayanan yang menyeluruh, Ia peka dengan kebutuhan orang banyak dan tidak terpaku hanya pada prioritas-Nya, sehingga terjadi keseimbangan. Untuk memenuhi kebutuhan jasmani ini, Yesus tidak membuat mukjizat dari yang tidak ada menjadi ada, melainkan dari yang ada dilipatgandakan sesuai kebutuhan. Ia mengucap syukur atas makanan yang ada, memecah-mecahkannya, dan melibatkan murid- murid-Nya untuk membagi-bagikan kepada orang banyak, sehingga semuanya makan sampai kenyang. Setelah itu orang banyak itu pulang, dengan kepuasan rohani dan jasmani.

Renungkan: Yesus tahu dan tergerak oleh belas kasihan- Nya untuk memenuhi kebutuhan kita, baik rohani maupun jasmani. Ia mau memberdayakan apa yang kita miliki, bila kita mau menyerahkan dalam tangan- Nya. Ia mau melibatkan kita untuk memenuhi kebutuhan kita.

(0.10525587179487) (Mat 16:1) (sh: Pemahaman yang statis (Rabu, 14 Februari 2001))
Pemahaman yang statis

Pemahaman yang statis. Orang yang merasa dirinya paling benar, sulit menerima pendapat orang lain, sehingga ia tidak pernah memberi kesempatan bagi dirinya untuk berpikir bahwa ada kemungkinan ia salah. Kesalahan demi kesalahan menjadikan dia hidup dalam dunianya sendiri, karena ia mengisolirkan dirinya dari kebenaran yang ada. Demikianlah dengan orang Farisi yang selalu menganggap diri paling benar. Bila ada yang tidak sependapat atau setingkahlaku dengan mereka, dengan segala usaha mereka berusaha menyingkirkan musuhnya.

Orang Farisi selalu mencari sekutu untuk menyingkirkan Yesus. Kali ini mereka bersekutu dengan orang Saduki untuk mencobai Yesus dengan topik yang sama, yakni meminta Yesus membuat tanda dari surga. Tanda dinyatakan agar seorang memiliki iman kepada-Nya dan bukan sebagai ajang pembuktian diri Yesus. Mereka hanya mengakui Yesus sebagai anak tukang kayu, tidak lebih dari itu. Analogi yang digunakan Yesus untuk menjawab mereka (ayat 2- 3) seharusnya membuat mereka celik dan melihat perbuatan-perbuatan Yesus yang sesuai dengan nubuat nabi-nabi. Tanpa tanda yang diminta mereka pun, bila mereka mau terbuka kepada kebenaran yang dinyatakan dalam berbagai cara, seharusnya mereka percaya karena melihat kebenaran-Nya. jadi masalahnya bukan pada tanda sebagai bukti tetapi kebebalan hati mereka yang menghalangi mereka untuk percaya (ayat 4).

Mengingat betapa berbahayanya pengaruh orang-orang Farisi dan Saduki, maka Yesus memperingatkan murid- murid-Nya agar waspada terhadap ajaran mereka. Namun murid-murid-Nya memiliki pemahaman yang statis, artinya dari dulu hingga saat itu tidak berubah. Seharusnya mereka tidak lagi menghubungkan peringatan ini dengan hal jasmani, karena dua mukjizat yang Yesus lakukan (ayat 14:13- 21; 15:32-39) jelas membuktikan bahwa Yesus sanggup memenuhi kebutuhan tersebut. Betapa lambannya mereka untuk mengerti karena pengalaman mereka bersama Yesus tidak membuat pengenalan dan pemahaman mereka akan Yesus bertambah. Yesus menegur dengan keras sikap mereka ini (ayat 8, 11).

Renungkan: pemahaman yang statis karena kebebalan hati akan menghalangi seseorang untuk beriman kepada Yesus dan kelambanan untuk mengerti akan menghambat seseorang memiliki pertumbuhan iman kepada Yesus.

(0.10525587179487) (Luk 2:21) (sh: Makin mengenal-Nya dalam ketaatan (Jumat, 27 Desember 2002))
Makin mengenal-Nya dalam ketaatan

Makin mengenal-Nya dalam ketaatan.
Ayat 33 seharusnya membuat para pembaca terkejut. Setelah segala peristiwa dan pemberitaan sebelumnya, masih ada lagi hal tentang Yesus yang mampu membuat Yusuf dan Maria "amat heran"! Ini menandakan bahwa keduanya masih terus dalam proses mengenali siapa Yesus Kristus dan misi-Nya, salah satunya seperti yang disampaikan Simeon. Yesus adalah Sang Mesias (ayat 26), yang menjadi kelepasan bagi Israel (ayat 25,38), dan memenuhi nubuat PL (ayat 32, bdk. Yes. 42:6, 49:6; 34, bdk. Yes. 8:14). Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengenalan yang lebih mendalam tersebut berlangsung dalam konteks ketaatan dan kesalehan.Ketaatan itu tampak dari tokoh Simeon dan Hana. Simeon adalah seorang yang benar dan saleh (ayat 25), dan taat kepada Roh Kudus (ayat 25b-27). Demikian juga Hana, yang rutin melayani di Bait Allah dan beribadah dengan berpuasa dan berdoa (ayat 37). Kedua orang ini dipakai Allah untuk menegaskan dan meneguhkan jati diri Yesus, tidak hanya di hadapan Yusuf dan Maria, tetapi, seperti yang dilakukan oleh Hana, juga di hadapan banyak orang yang masih setia berharap kepada Allah (ayat 38). Ketaatan itu juga tampak dari apa yang dilakukan Yusuf dan Maria. Mereka menamai Yesus sesuai dengan perintah malaikat (ayat 21). Maria taat untuk mentahirkan dirinya (ayat 22). Mereka membawa Yesus ke Yerusalem dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan (ayat 22-23) untuk mempersembahkan kurban (ayat 24), serta menyelesaikan semuanya sesuai dengan hukum Taurat (ayat 39).

Peristiwa yang dicatat Lukas dalam bentuk khiastik (gaya penulisan dimana bagian-bagian subnas yang bertema mirip disusun berurut menjadi seperti ini: a-b-c-d-c’-b’-a’) ini memberikan teladan kepada kita, tentang betapa indahnya karya Allah yang dinyatakan melalui orang-orang yang taat beribadah kepada-Nya dan saleh kehidupannya.

Renungkan:
Kesalehan dan kekudusan hidup dikerjakan Kristen jelas bukan supaya bisa masuk surga, tetapi karena itu adalah respons syukur yang tepat atas keselamatan dari-Nya, sehingga Ia dapat memakai Kristen sesuai dengan kehendak-Nya.

(0.10525587179487) (Luk 4:31) (sh: Kata dan kuasa (Senin, 3 Januari 2000))
Kata dan kuasa

Kata dan kuasa. Kata dan kuasa tidak dapat dipisahkan. Di dalam kemampuan menguasai kata terletak rahasia kuasa suatu bangsa atau pengaruh seseorang. Tidak heran apabila di dalam bangsa-bangsa purba seperti pada bangsa Yunani, Mesir, Tiongkok, Persia, dll., para bangsawan dan para negarawan dipersiapkan di dalam pendidikan yang mengajarkan kemampuan berkata dan berbahasa dengan baik, entah dalam retorika lisan maupun dalam keahlian menulis. Hal yang sama kita jumpai juga dalam zaman lahirnya peradapan modern, yaitu dalam zaman pencerahan. Dalam zaman itu, tingkat rasionalitas dikaitkan erat dengan tingkat pengenalan kesusasteraan. Di dalam diri perorangan pun kita jumpai hal yang sama. Dari diri orang-orang besar terpancar kata-kata penting yang mempengaruhi orang lain. Atau lebih jelasnya, di dalam kata-kata orang terbaca kecil besarnya daya pikir, penglihatan hidup, dan pengaruh diri seseorang.

Demikian juga halnya dengan Tuhan Yesus. Daya diri Yesus yang dahsyat itu tampak antara lain di dalam kuat kuasa kata-kata-Nya. Kehebatan kata-kata Yesus melampui kehebatan orang-orang besar yang pernah dikenal dalam sejarah umat manusia. Kata-kata Yesus dari Nazaret bukan sekadar cerdas, berwawasan luas, dan berpengaruh besar diukur dalam skala manusia, namun juga adalah Yesus dari Sorga. Pengajaran-Nya menembus hati pendengar-Nya (ayat 32), hardikan-Nya menghancurkan cengkeraman roh jahat (ayat 36), perintah-Nya memulihkan para penderita sakit (ayat 39). Kata-kata Yesus adalah kata-kata yang penuh kuasa dan wibawa, karena Ia sendiri adalah Firman Allah yang Maha Kuasa.

Dalam zaman modern makin banyak kata, konsep, falsafah, ajakan, dan godaan yang diperdengarkan orang melalui iklan-iklan di radio, TV, buku-buku pop dan ilmiah, di dalam obrolan di warung kopi dan di ruang kuliah. Ada banyak hal dari kata, konsep, falsafah itu yang benar dan baik karena sesuai dengan kebenaran yang Allah nyatakan di dalam ciptaan-Nya. Namun ada banyak pula kata, ajakan, godaan, yang dapat meracuni iman, menggerogoti kepribadian, merasuki jiwa dengan hal-hal yang tidak bernilai bahkan jahat di mata Allah.

Renungkan: Izinkanlah firman-Nya menjadi filter dan pedang. Firman-Nya menyaring dan menguji semua kata yang kita jumpai dan melindungi kita dari kejahatan. Firman-Nya juga membangun kehidupan iman kita kokoh tegar bahkan kita mampu berperan mempengaruhi dunia.

(0.10525587179487) (Luk 23:13) (sh: Asal bukan Yesus (Kamis, 20 April 2000))
Asal bukan Yesus

Asal bukan Yesus. Seringkali kita berpendapat bahwa puncak pemberontakan manusia terhadap Allah terjadi pada waktu Yesus tergantung di kayu salib. Sesungguhnya puncak itu terjadi pada waktu pengadilan tahap akhir terhadap Yesus di hadapan Pilatus, karena disalib-kannya Yesus "hanyalah" merupakan pelaksanaan dari apa yang sudah diputuskan di dalam pengadilan.

Situasi di dalam pengadilan tahap akhir itu sungguh mengerikan dan bisa dikatakan 'gila-gilaan'. Tergambar dengan jelas bahwa manusia telah kehilangan akal sehatnya dan kehilangan nilai- nilai luhur yang seharusnya ada dalam hati nuraninya. Betapa tidak, dalam pengadilan itu terungkap dengan jelas bahwa manusia secara terang-terangan sengaja menolak dan melenyapkan Kebenaran dengan segala risikonya, untuk berpihak dan mempertahankan dusta. Tiga kali Pilatus mengajukan usul untuk membebaskan Yesus dengan kompensasi-kompensasi tertentu, seperti Yesus dihajar terlebih dahulu baru dibebaskan, karena Ia terbukti tidak bersalah. Namun demikian, hal itu tidak dapat memuaskan nafsu dan meredam niat mereka untuk melenyapkan Yesus. Yang lebih tragis lagi, mereka lebih memilih hidup bersama dengan seorang penjahat besar seperti Barabas, daripada harus hidup bersama Yesus yang selama hidup-Nya telah banyak menolong masyarakat, membawa perbaikan sosial bagi masyarakat, dan mengajarkan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan firman-Nya.

Segala perbuatan baik yang dilakukan Yesus dianggap sampah dan lebih buruk dari seorang pemberontak dan pembunuh besar. Sikap ini tidak masuk akal karena mereka berprinsip: asal bukan Yesus atau asal bukan Kebenaran. Seberapa besar usaha mereka untuk melenyapkan Kebenaran, itu hanya akan lebih menyatakan Kebenaran itu sendiri. Hal ini terungkap dari ucapan Yesus kepada para perempuan Yerusalem (ayat 31).

Renungkan: Jika rakyat yang hidup dalam suatu masyarakat beradab di bawah pemerintahan yang stabil dapat membangkang pemerintah dan menuntut pembunuhan orang yang tidak bersalah, jika para imam yang mengetahui dan memahami hukum-hukum Ilahi dapat menggunakan dusta untuk menekan para penguasa melakukan pembunuhan, apa yang akan terjadi di dalam masyarakat yang sudah tidak menghormati keadilan, hukum, moralitas, agama, dan Allah?

(0.10525587179487) (Yoh 4:27) (sh: Menyaksikan Yesus (Kamis, 3 Januari 2002))
Menyaksikan Yesus

Menyaksikan Yesus. Perempuan Samaria yang telah bertemu dan mengenal Mesias segera menyaksikan imannya. Ia tidak lagi merasa tidak berharga dan tidak berarti di dalam masyarakat. Ia tidak malu dan takut lagi berjumpa orang banyak. Ia tidak merasa lagi perlu menghindari mereka. Perjumpaan dengan Mesias telah mengubah hidupnya. Perempuan itu sekarang telah menjadi manusia seutuhnya. Ia merasa bahwa ia harus menyampaikan kepada masyarakat tempat ia berada bahwa ia telah mengenal Mesias. Imannya kepada Yesus mendorongnya untuk bersaksi tentang Yesus (ayat 29).

Kesaksian perempuan Samaria ini efektif sekali, sehingga banyak warga kota tertarik oleh perkataannya. Bahkan sesudah mendengar kesaksian tersebut mereka ingin melihat dan bertemu dengan Tuhan Yesus (ayat 30). Hal yang luar biasa lagi ialah kesaksian perempuan Samaria itu membawa banyakarga Samaria menjadi percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 39). Mereka bahkan mendesak Tuhan Yesus untuk tinggal bersama mereka karena mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Selama dua hari Tuhan Yesus tinggal bersama mereka dan mengajar mereka (ayat 40). Banyak lagi orang yang menjadi percaya dan diperdalam imannya (ayat 41). Ucapan yang luar biasa muncul dari mulut warga Samaria sebagai akibat pengenalan mereka yang semakin dalam terhadap Tuhan Yesus. Mereka mengenal Yesus sebagai Juruselamat dunia (ayat 42).

Yesus adalah Juruselamat, bukannya guru selamat. Ia bukan mengajarkan bagaimana supaya selamat. Ia sendirilah keselamatan itu. Warga Samaria tahu bahwa keselamatan tidak hanya berlaku bagi warga Yahudi atau Samaria saja, melainkan bagi semua suku bangsa di dunia. Pernyataan ini benar-benar merupakan pengakuan iman yang mengandung makna teologis yang luar biasa. Mengapa? Karena murid-murid pun belum sampai pada pengenalan sedalam itu. Mereka belum mengenal bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Dalam ayat 32-38, Yesus menjelaskan kepada murid-murid bahwa merupakan kehendak Allah agar keselamatan disampaikan di luar Israel. Lalu Tuhan Yesus mengajar dan mendorong mereka untuk terlibat dalam misi kepada seluruh suku bangsa (ayat 35-38).

Renungkan: Perjumpaan sejati dengan Yesus tidak bisa tidak segera menampakkan diri dalam bentuk kesaksian hidup bagi-Nya.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA