Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 10701 - 10720 dari 10938 ayat untuk dengan berdiri (0.010 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.00) (Mzm 21:1) (sh: Kejayaan pemimpin dan rakyatnya (Rabu, 14 Maret 2001))
Kejayaan pemimpin dan rakyatnya

Betapa indah kehidupan seorang raja atau pemimpin seperti yang digambarkan dalam mazmur kita hari ini. Kesukacitaan dan kegirangan meliputi kehidupannya karena sukses demi sukses diraihnya (2, 6). Kesuksesan itu membuat posisi dan kedudukannya sebagai pemimpin semakin kokoh (6) karena tiada yang mampu menjatuhkannya jika Allah selalu dipihaknya. Bahaya dan serangan musuh akan selalu ada namun Allah selalu bersamanya dan berperang baginya (9-13). Seluruh program pembangunan bangsa dan negaranya akan terlaksana dengan baik karena pertolongan Tuhan (3). Kehidupan pribadinya secara fisik, kejiwaan, dan materi sangat memuaskan (4, 5). Yang paling indah dalam kehidupan seorang pemimpin di atas bukan terletak pada kelimpahan materi, kejayaan, dan keberhasilannya, melainkan terpusatnya seluruh kegiatan pribadi maupun pemerintahannya kepada Allah. Buktinya setiap keberhasilan yang dicapai selalu berasal dari Allah. Apa kunci kejayaan seorang pemimpin? Tidak lain dan tidak bukan adalah kepercayaan penuh kepada pemeliharaan dan kesetiaan Allah yang senantiasa menopangnya (8).

Kejayaan seorang raja yang hidupnya berpusat kepada Allah bukan untuk dinikmati sendiri namun untuk negara dan seluruh rakyatnya, sebab salah satu peran terbesar dari seorang pemimpin adalah menjadi saluran berkat bagi rakyatnya (7). Betapa indahnya sebuah negara bila pemimpinnya menyadari bahwa perannya yang paling besar adalah menjadi saluran berkat dari Allah. Ia akan selalu memikirkan dan memprioritaskan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat banyak, dan bukan kemakmuran dan kesejahteraan dirinya sendiri. Ia juga akan mendapatkan dukungan doa dari seluruh rakyatnya (14). Tidak hanya itu, apa yang ia lakukan membawa rakyatnya kepada kebangkitan rohani (14). Mereka akan menempatkan diri mereka secara benar di hadapan Allah yaitu sebagai umat- Nya, memuliakan Tuhan dan bergantung kepada anugerah- Nya.

Renungkan: Betapa indahnya Indonesia jika pemimpinnya mempunyai kualitas pemimpin yang mampu membawa perbaikan kehidupan rohani, sosial, dan ekonomi bangsa secara menyeluruh. Marilah Kristen bersatu hati dan berdoa agar Allah mengaruniakan kepada bangsa kita pemimpin- pemimpin seperti di atas.

(0.00) (Mzm 21:1) (sh: Dan pemenangnya adalah...? (Kamis, 29 Mei 2003))
Dan pemenangnya adalah...?

Kalimat semacam ini banyak kita dengar dalam berbagai perlombaan. Dunia kita yang kompetitif bergerak antara dua kutub: menang dan kalah, dan selalu dengan semangat dan tujuan bahwa "mereka" harus kalah dan "kami" harus menang. Inilah, kata banyak orang, yang membuat dunia berputar.

Melalui mazmur ini, tampak bahwa umat Israel dulu juga punya konsep kalah-menang. Namun ada beberapa kekhususan yang harus diperhatikan sebagai kekhasan dari pandangan Israel: Pertama, bukan Baal, Asytoret atau dewa-dewi kafir yang menentukan kalah atau menang tetapi TUHAN perjanjian. Kedua, kemenangan pemimpin bangsa ditujukan agar menjadi saluran berkat bagi umat. Maksud Allah memberkati umat-Nya diwujudkan melalui para pemimpin yang disertai-Nya. Ketiga, yang dikedepankan adalah kedahsyatan karya Allah, bukan karya raja (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">9-14). Allahlah yang akbar, kemenangan sang raja pun adalah pemberian Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">6). Puji- pujian akhirpun diberikan kepada Allah, sebagai penguasa sejati Israel dan alam semesta yang perkasa (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">14).

Hari ini kita mengingat kembali peristiwa dan makna dari kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus ke surga. Kristus naik ke surga, sebagai lanjutan dari kemenangan-Nya atas maut, dan persiapan atas kemenangan akbar-Nya pada saat Ia datang kembali. Kristuslah Raja kita yang jaya. Kemenangan Kristus sang Raja sejati, terjadi karena Ia menaklukkan diri kepada rencana Allah untuk menyelamatkan umat. Biarlah kenaikan Yesus ini mendorong kita untuk tidak menaklukkan ambisi pribadi yang angkuh dan egosentris demi mengutamakan pewujudan rencana Allah yang global terjelma melalui kita.

Renungkan: Jika Anda akan menggubah suatu mazmur, keperkasaan Allah dalam hidup Anda yang mana yang akan Anda mazmurkan?

(0.00) (Mzm 25:1) (sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003))
Petunjuk hidup baru

Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah.

Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">4-5, bdk. dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat.

Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda!

(0.00) (Mzm 30:1) (sh: Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001))
Sukacita juga menderita

Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya.

Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13).

Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya.

(0.00) (Mzm 36:1) (sh: Lanjutkanlah kasih setia-Mu (Sabtu, 31 Mei 2003))
Lanjutkanlah kasih setia-Mu

Orang Fasik adalah jawara dari tentara kerajaan kegelapan. Catatan tentang kejahatannya sangat menggetarkan: rasa takut kepada Allah tidak ada dalam hatinya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Ia meninggikan dirinya sedemikian rupa sehingga, jangankan membenci kesalahannya, mengenalinya pun ia tidak lagi mampu (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">3). Perkataan dan perbuatannya sepenuhnya jahat (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">4,5a bdk. Ul. 6:5, Mat. 22:37).

Pendekar yang lainnya adalah Yahweh -- TUHAN! Kasih-Nya sampai ke langit, setia-Nya sampai ke awan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">6). Keadilan-Nya seperti gunung-gunung yang gagah perkasa. Hukum-Nya seperti samudera raya yang hebat. Penjagaan-Nya menjangkau manusia dan hewan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">7). Sayap-Nya adalah perlindungan bagi anak manusia (ayat 8b). Rumah-Nya adalah sumber makanan dan sungai kesenangan-Nya sumber minuman bagi mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">9). Dari dalam diri-Nya terpancar kehidupan dan terang yang menjadi sumber hidup bagi mereka yang bernaung pada-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">10).

Namun, ketika tentara kerajaan terang menjadi sangat cemas dan ketakutan melihat 'kesaktian' pendekar dari kerajaan kegelapan, pemazmur justru tidak menampilkan sosok Allah sebagai pendekar gagah perkasa yang bersenjata lengkap dan siap untuk membinasakan orang fasik. Pemazmur justru menampilkan sosok Allah yang melindungi umat-Nya dengan "kasih setia" -- hesed (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">6, 8) -- dan "keadilan" -- tsedaqah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">6).

Dua kata ini jugalah yang dipakai oleh pemazmur ketika ia memohon perlindungan Allah atas orang benar dari kejahatan orang fasik. Kasih setia dan keadilan Allah inilah yang pada akhirnya membinasakan orang fasik. Mereka "jatuh", "dibanting" dan "tidak dapat bangun lagi".

Renungkan: Selama di dunia ini kita masih harus hidup di antara dua suara berpengaruh: kejahatan atau kebenaran. Suara manakah yang dengannya kita berdialog?

(0.00) (Mzm 41:1) (sh: Jawaban dalam belas kasihan Tuhan (Sabtu, 11 Agustus 2001))
Jawaban dalam belas kasihan Tuhan

Mazmur ini merupakan bagian dari ritual permohonan kesembuhan di Bait Allah, yang diadopsi dari pergumulan Daud ketika menghadapi pengkhianatan di waktu sakit. Penghiburan tak kunjung melegakannya, sebaliknya dusta dan kejahatan datang menimpanya. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh para musuh dan pembencinya ataupun mereka yang datang menjenguknya, tetapi juga oleh para sahabat karib yang dipercayainya yang juga "mengangkat tumit" terhadapnya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">6-10).

Di tengah pergumulan seperti ini, ia terkucil dalam ketidakberdayaannya, namun memiliki keyakinan bahwa Tuhan tidaklah sama dengan para sahabat yang mengkhianatinya, Ia akan memberikan belas kasihan, berkenan kepadanya, dan menopang dirinya (ayat 11- 13). Belas kasihan Tuhan adalah jawaban atas kesendiriannya, sehingga ia berdoa: "Ya Tuhan, kasihanilah aku, maka aku hendak mengadakan pembalasan terhadap mereka." (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">11). Tidak mudah baginya untuk menerima ataupun mengerti mengapa dia sebagai seorang raja yang memperhatikan rakyatnya yang lemah, bukannya mendapatkan kebahagiaan, terluput dari celaka, dilindungi, dipelihara, dan disembuhkan oleh Tuhan, sebagaimana layaknya mereka yang memperhatikan orang lemah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-4), sebaliknya justru senantiasa berada di bawah ancaman dan bahaya. Ia tidak menemukan jawaban yang lain, selain karena dosanya, dan jawaban bagi dosanya tidak lain hanya ditemukan di dalam belas kasihan Tuhan, sebagaimana terdapat dalam doanya: "Tuhan kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!" (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Belas kasihan Tuhan adalah jawaban bagi ketidakberdayaannya untuk menyelesaikan dosa dan ketidakmengertiannya tentang mengapa ia harus mengalami semuanya ini. Keyakinan atas belas kasihan Tuhan seperti inilah yang memampukannya tetap memuji Tuhan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">14) di tengah berbagai kondisi yang sulit diterimanya. Sikap hati seperti inilah yang diteladani orang Israel di Bait Allah ketika mereka berdoa memohon kesembuhan.

Renungkan: Keyakinan akan belas kasihan Tuhan adalah dasar bagi Kristen yang hidup berkemenangan dan penuh ucapan syukur. Inilah daya yang memampukan kita menerobos segala kebimbangan dan ketidakmengertian kita dalam menghadapi berbagai pergumulan sebagai orang benar.

(0.00) (Mzm 55:1) (sh: Percayalah kepada TUHAN! (Rabu, 9 Juni 2004))
Percayalah kepada TUHAN!

Mazmur ini mengemukakan betapa Daud mengalami tekanan jiwa yang sangat berat. Begitu beratnya hingga ia merasa seperti seorang pengembara yang terus menangis oleh karena diliputi kecemasan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">3), dan ketakutan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">5-6) karena dikejar-kejar oleh para musuhnya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">4). Ia frustrasi hingga ia merasa bahwa seekor burung merpati lebih bahagia daripadanya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">7-8).

Apakah persoalan Daud hingga ia merasa begitu tertekan? Rupanya ia dikhianati oleh sahabat dekatnya, orang kepercayaannya sendiri yang juga sama-sama beribadah dengannya di rumah Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">14-15). Baginya lebih mudah untuk menerima serangan dari para musuh yang jelas-jelas melawannya daripada musuh dalam selimut (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">13). Hal yang sama tentu akan kita rasakan seandainya dikhianati oleh seorang teman dekat, orang kepercayaan kita.

Selanjutnya, apakah tindakan Daud untuk mengatasi persoalannya? Larut dalam frustrasinya? Tidak! Meskipun ia terus-menerus dikhianati -- siang malam ia melihat kekerasan dan perbantahan, kemalangan dan bencana; penghancuran dan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang khianat (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-12) namun ia tidak membalas mereka. Sebaliknya ia semakin tekun berseru kepada TUHAN dan itu dilakukannya pada waktu petang, pagi dan tengah hari (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">18), artinya terus-menerus. Yang menarik di sini adalah bahwa Daud menasihati umat agar menyerahkan kuatirnya kepada TUHAN (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">23). Ia telah mengalami kemenangan atas persoalannya oleh pertolongan TUHAN. Akhirnya ia pun menutup mazmur ini dengan suatu pernyataan: "Tetapi aku ini tetap percaya kepada-Mu" (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">24c). Apakah sesudah menyerahkan masalah kepada Tuhan, kita pasif saja? Tidak! Ada tempat dan alasan untuk meminta Tuhan bertindak membalas orang-orang fasik sesuai kejahatan mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11).

Renungkan: Betapa pun berat persoalan kita, janganlah berhenti berseru kepada TUHAN, pertolongan-Nya pasti akan datang.

(0.00) (Mzm 57:1) (sh: Nyanyian dari dalam gua (Jumat, 11 Juni 2004))
Nyanyian dari dalam gua

Ketika kita berada dalam kesulitan dan pergumulan yang berat, reaksi spontan kita adalah mengeluh dan putus asa bahkan sering pula kita menjadi marah kepada Tuhan. Tetapi hal ini tidak kita temukan dalam diri Daud.

Mazmur ini ditulis ketika Daud sedang lari dari Saul dan harus bersembunyi di dalam gua (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1). Saul iri melihat kesuksesan Daud dan ia ingin membunuh Daud (ayat 1Sam. 22:1; 24:3). Dalam keadaan yang terjepit, Daud berseru kepada Allah. Dia tidak larut dalam kesedihan dan ketakutan, melainkan berusaha tetap memfokuskan dirinya pada Allah.

Ada beberapa hal yang bisa kita teladani dari Daud: Pertama, ia berseru kepada Allah dan mempercayakan hidupnya di dalam tangan Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-4). Daud mengumpamakan dirinya seperti seekor anak burung elang yang tidak berdaya yang berlindung di bawah naungan sayap induknya. Dalam situasi demikian ia beroleh kekuatan baru.

Kedua, ia memfokuskan perhatiannya pada kemuliaan Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">6, 12). Daud mengakui keadaannya yang lemah dan tidak berdaya di tengah-tengah serangan musuh-musuhnya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">5, 7). Tetapi ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh keadaannya. Perhatian Daud yang terutama, bahkan ketika ia memohon pertolongan dari Tuhan, adalah agar nama Tuhan ditinggikan dan dimuliakan, bukan semata-mata keselamatan pribadinya.

Ketiga, ia bersukacita menantikan pertolongan Tuhan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">8-11). DR. Martin Lloyd-Jones menyatakan bahwa kita harus membedakan antara bersukacita dan merasa bahagia. Jelaslah bahwa Daud tidak merasa bahagia dengan keadaannya, tetapi ia tidak pernah kehilangan sukacitanya sementara ia menantikan pertolongan Tuhan, karena sukacitanya itu didasarkan pada kasih setia Tuhan dan kebenaran-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">11).

Renungkan: Penderitaan kita adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa orang beriman tetap bersukacita dan memuji Allah.

(0.00) (Mzm 61:1) (sh: Memuji Tuhan, mengapa tidak? (Selasa, 15 Juni 2004))
Memuji Tuhan, mengapa tidak?

Raja berhak dan harus dilindungi oleh prajuritnya. Ketika prajurit Daud tidak mampu lagi untuk melindungi dirinya sebagai raja, Daud melarikan diri, menjauh dari musuhnya guna menyelamatkan dirinya.

Pelarian Daud membawanya kepada tempat yang asing. Dia terpisah dari kerabatnya dan keamanan yang selama ini ada di sekelilingnya. Apa yang diperbuat oleh Daud? Pertama, Daud berteriak sebagai ungkapan dari lubuk hatinya bahwa ia memerlukan pertolongan dari Allah. Dia percaya bahwa dari ujung bumi sekalipun, Allah dapat menolongnya, karena Allah tidak dibatasi oleh letak geografis (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-3). Di manapun dia berada, Allah sanggup menolongnya. Kedua, Daud bersukacita karena Allah telah mendengarkan doanya. Allah memberikan cahaya terang di tengah-tengah kegelapan yang mengelilinginya. Allah membuktikan bahwa Ia adalah tempat perlindungan yang paling aman dari musuh-musuh orang yang takut akan Dia (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">4-8). Harapan Daud kepada Allah untuk mendapat suatu perlindungan tidak bertepuk sebelah tangan. Ketiga, akhirnya melalui peristiwa ini, Daud berjanji untuk memuji Allah setiap hari, dalam waktu senang ataupun susah. Ketakutan Daud akhirnya berubah menjadi puji-pujian yang memuliakan Tuhan seumur hidupnya.

Dalam kehidupan ini, ketakutan dan kecemasan sering hadir dan membuat kita salah merespons kepada Allah. Pengalaman Daud mengajar kita untuk merespons benar terhadap Allah sehingga akhirnya dari segala situasi hidup kita bisa menghasilkan puji-pujian yang menyenangkan hati Tuhan. Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang takut akan Dia dan semuanya itu untuk menguji iman kita kepada-Nya.

Renungkanlah: Hadapilah segala pergumulan bersama Tuhan, sehingga akhirnya kita boleh menjadikan hidup penuh dengan pujian kepada Tuhan dalam setiap waktu.

(0.00) (Mzm 64:1) (sh: Jangan remehkan intimidasi kata-kata (Jumat, 18 Juni 2004))
Jangan remehkan intimidasi kata-kata

Pergumulan iman terberat seringkali kita kaitkan dengan masalah-masalah seperti kelemahan fisik, kesulitan dalam pekerjaan, pencobaan moral atau ancaman fisik. Dalam kenyataan sehari-hari, kita menemui bahwa kata-kata seperti ejekan, fitnahan, serangan terhadap isi iman Kristen, dlsb. dapat mengolok iman kita. Tentang pergumulan iman menghadapi serangan kata-kata inilah, pemazmur bicara.

Pemazmur mengalami pergumulan yang berat itu. Ia tahu bahwa musuh yang berat itu bermaksud membinasakannya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">3). Ia tahu bahkan cara-cara licik digunakan untuk menyerangnya pada saat-saat kelemahannya, yaitu berupa gosip, fitnah, dan cercaan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">4-6). Lebih daripada itu, ia tahu mereka bersungguh hati untuk menghancurkan dia. (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">7, ayat ini bisa dibaca 'mereka merancang kecurangan-kecurangan: "Kami sudah siap, rancangan sudah rampung, rancangan yang keluar dari batin dan hati terdalam"'). Seorang penafsir mengatakan, betapa dalamnya isi hati seseorang, siapa yang tahu? Apalagi, bila hati yang jahat merencanakan kejahatan, siapa bisa menduga kekejaman dan kekejiannya?

Namun, pemazmur tidak termakan oleh dampak dahsyat kata-kata buruk dari orang jahat. Ia percaya kepada Allah yang berdaulat dan berkuasa atas mereka. Ia tahu kesudahan orang-orang jahat adalah kebinasaan mereka, dan mereka akan binasa oleh senjata mereka sendiri: lidah dusta mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">8-9). Ia tahu juga orang benar, orang yang berlindung kepada-Nya akan diselamatkan, dan akan bersukacita (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11). Pemazmur belajar bahwa lidah jahat akan termakan jeratnya sendiri. Karena itu, orang yang jujur dalam kata dan tindakan adalah orang yang bertindak sesuai sikap Allah sendiri dalam firman-Nya yang "ya dan amin."

Renungkan: Jangan anggap remeh pengaruh kata-kata baik dari orang yang kita jumpai sehari-hari maupun dari sumber-sumber media. Bangunlah "filter" iman untuk menilai dan menetapkan kata-kata mana yang harus dibuang dan kata mana yang patut disimpan.

(0.00) (Mzm 69:19) (sh: Sisi gelap cinta (Rabu, 17 Oktober 2001))
Sisi gelap cinta

Mencintai sesuatu atau seseorang kadangkala merupakan tindakan barbar, karena dilakukan dengan mengorbankan pihak lain. Seorang anak bisa sangat membenci orang-orang yang mencoba menyakiti orang-tua yang dicintainya. Cinta harus memilih. Demikian pula halnya dengan cinta kita kepada Allah. Apakah ketika kita memilih Allah, pihak-pihak lain yang mencoba melawan Dia harus dikorbankan?

Pemazmur sadar bahwa ia bukan orang yang sempurna tanpa dosa (ayat 6). Meskipun demikian, ia tidak merelatifkan dosa dan toleransi terhadap orang-orang jahat. Maka kita dihadapkan kepada satu doa yang seakan-akan amat kejam. Pemazmur ingin agar kecelakaan menimpa musuh-musuh kebenaran dalam bentuk-bentuk terburuk yang dapat dibayangkan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">23-29). Itu semua merupakan satu seruan di dalam keputusasaan dan penindasan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">20-22, 30). Adakalanya Tuhan melindungi orang benar dengan cara mendatangkan celaka bagi orang fasik.

Yang ingin disampaikan oleh pemazmur di sini adalah suatu sikap hati yang menolak dengan tegas segala ketidakbenaran. Kelaliman harus dibasmi tuntas dan tidak boleh diberi kesempatan untuk bersemi kembali. Tentunya hal ini tidaklah bertentangan dengan ajaran kasih Yesus, yang menasihati agar kita mendoakan orang-orang yang menganiaya kita. Dengan demikian, mengatasnamakan Allah untuk 'menggolkan' kepentingan pribadi jelas bukan maksud pemazmur. Celakalah mereka yang mempermainkan Allah, agama, dan pelayanan demi maksud terselubung!

Doa pemazmur ditutup dengan puji-pujian kepada Allah yang menyelamatkan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">30-37). Puji-pujian lebih dikenan Allah daripada persembahan yang hanya lahiriah sifatnya. Ini berarti pemazmur memuji bukan hanya dengan mulutnya, melainkan dengan seluruh hidupnya. Dengan iman, pengharapan, dan kasihnya kepada Allah, pemazmur memuliakan Dia, lalu mengajak semua ciptaan-Nya bersukacita.

Renungkan: Cinta kepada kebenaran menuntut penyingkiran musuh-musuh kebenaran sampai tuntas. Tetapkanlah hati untuk melawan segala ketidakbenaran. Mintalah agar Tuhan memurnikan dan membuat kita rendah hati, agar tidak menjadi orang-orang yang memanipulasi kebenaran demi ambisi kita. Kemudian, bersyukurlah kepada Allah!

(0.00) (Mzm 73:1) (sh: Allah tetap baik (Rabu, 20 April 2005))
Allah tetap baik


Pernah mengalami listrik di rumah padam? Kalau itu terjadi berkali-kali, menjengkelkan bukan? Bagi kita, PLN tidak profesional. Namun, kadang kala pemadaman itu sengaja dilakukan PLN untuk menghindarkan kecelakaan yang lebih besar. Misalnya ketika terjadi kebakaran di perumahan penduduk yang padat.

Contoh di atas menggambarkan betapa terbatasnya pemahaman kita tentang sesuatu. Demikian juga dengan si peMazmur sebelum ia menuliskan Mazmur ini. Mula-mula peMazmur meyakini Tuhan itu baik (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1), tetapi kemudian ia melihat bahwa hidup orang-orang fasik lebih mujur, lebih sehat, dan lebih makmur (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">3-5). Padahal mereka sombong, berbuat jahat, dan bahkan takabur menghujat Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">6-11). Jadi peMazmur merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">13) karena hidupnya malah seperti dihukum dan hampir hancur (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">14). Di sisi lain ia merasa bahwa mengikuti jalan hidup orang fasik adalah suatu pengkhianatan iman (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">15).

Tuhan tidak membiarkan peMazmur dalam kebimbangan terus menerus. Tatkala peMazmur mendekatkan diri kepada-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">17), ia melihat bahwa pada akhirnya orang fasik akan dihancurkan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">18-20). Oleh karena itu, walaupun sekarang peMazmur masih mengalami dukacita karena pergumulan itu (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">21-22), ia memercayakan diri sepenuh-Nya kepada Tuhan. Ia yakin pada waktu-Nya Tuhan akan menyelamatkannya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">23-27). Lebih daripada itu peMazmur bertekad untuk memahsyurkan perbuatan baik Tuhan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">28).

Allah tetap setia dan mengasihi kita walaupun Ia mengizinkan kita menderita sementara orang fasik sepertinya menikmati hidup. Itu hanya masalah waktu. Bagi orang fasik itu adalah kesempatan dalam kesabaran Allah untuk bertobat sebelum dihancurkan. Bagi kita itu adalah kesempatan menyaksikan iman sejati yang tetap percaya bahwa Allah baik!

Renungkan: Bergumul dan bergumul terus demi kebenaran. Pastikan bahwa kita ada di pihak kemenangan Allah, bukan di pihak lawan-lawan-Nya.

(0.00) (Mzm 78:1) (sh: Cerita-cerita jujur (Senin, 25 April 2005))
Cerita-cerita jujur


Budaya bangsa kita adalah budaya bercerita. Masih teringat oleh saya kebiasaan kakek saya mendongeng yang intinya masih berkesan hingga sekarang. Dalam kebiasaan bercerita itu, bukan saja kisah-kisah binatang yang mengandung pelajaran perlu kita sampaikan, kisah-kisah nyata kehidupan keluarga pun layak mendapat tempat! Kisah nyata sejujurnya harus berani kita paparkan agar sejarah dapat kita jadikan sumber pelajaran yang kaya untuk kini dan generasi mendatang.

Dalam kebiasaan kita bercerita, kita cenderung hanya menonjolkan yang baik, tetapi melupakan bahkan mengubur yang buruk. Kisah peMazmur ini tidak demikian. Menurutnya amsal atau kata-kata hikmat itu harus jujur dan tidak menyembunyikan masa lalu (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">4). Justru kegagalan nenek moyang bangsa Israel dan kebesaran anugerah Allah perlu diketahui oleh semua generasi mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">4b, 6-8). Mazmur 78 ini merupakan cerita keberdosaan bangsa Israel dan panjang sabar serta anugerah Allah. Pada bagian pertama ini (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1-31) yang ditekankan adalah bangsa Israel berdosa karena telah melanggar Perjanjian Sinai (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">5-11), namun Allah tetap setia memelihara mereka oleh anugerah-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">12-16). Bangsa Israel meragukan kasih Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">19-20), bahkan kuasa-Nya untuk menyelamatkan mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">22). Itu sebabnya murka Allah menyala menghukum mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">21,31).

Apakah kebiasaan bercerita kita sudah pupus oleh hiburan-hiburan modern seperti tv, video games, internet, dlsb? Kita perlu belajar menggali kekayaan iman dengan menceritakan kisah-kisah kebaikan Allah, baik yang terdapat dalam Alkitab maupun dari pengalaman nyata hidup kita. Maksud dari kejujuran itu adalah agar iman dan kehidupan generasi penerus makin bertumpu pada kasih karunia Allah dan mereka bertekad untuk tidak mengulang kesalahan-kesalahan yang sama.

Camkan: Kejujuran dalam bercerita tentang hidup adalah akibat dari mengenal Allah telah menerima kita apa adanya.

(0.00) (Mzm 80:1) (sh: Tuhan sumber pertolongan (Kamis, 28 April 2005))
Tuhan sumber pertolongan


Kehancuran tidak menggoda peMazmur untuk memalingkan wajah dari Allah dan mencari sumber pertolongan yang lain. Belajar dari sejarah Israel, peMazmur mempergunakan metafora tentang Allah untuk melukiskan kepastian jaminan penyertaan-Nya.

Mazmur ini bisa dibagi tiga bagian, masing-masing ditutup dengan permohonan yang sama, "pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat" (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">4,8,20). Pada bagian pertama, peMazmur menyatakan permohonannya karena Allah adalah Gembala sekaligus Raja yang bertakhta di atas Kerubim. Ia berdaulat penuh atas hidup mereka. Tidak ada sumber pertolongan selain Allah. Pada bagian kedua, peMazmur meyakini bahwa oleh murka Tuhanlah mereka mengalami semua penderitaan ini (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">5-7). Oleh karena itu hanya pengampunan Tuhanlah yang dapat melepaskan mereka dari kesusahan ini.

Pada bagian ketiga, peMazmur menggunakan ilustrasi pohon anggur untuk menggambarkan bagaimana Tuhan telah melepaskan Israel dari perbudakan Mesir dan membawa serta menanamkan mereka di tanah perjanjian supaya mereka subur berkembang (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">9-12). Akan tetapi, Tuhan jualah yang melanda mereka dan menyerahkan mereka ke tangan musuh sehingga kebun anggur Tuhan dilanda, dirusak, dan dibakar (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">13-17). Oleh karena itu, peMazmur meminta supaya Tuhan mengindahkan milik-Nya sendiri (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">15-16), supaya mereka dapat menyatakan kesetiaan lagi kepada-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">18-19).

Gereja Tuhan tidak sekalipun boleh meragukan kesetiaan dan kasih Tuhan. Walaupun nampaknya saat ini Tuhan berdiam diri dan mengizinkan penderitaan menimpa kita, Dia tetap gembala umat-Nya masa kini. Dia tetap Raja yang bertakhta di atas kemuliaan dan Dia tetap pengusaha kebun anggur yang peduli akan milik-Nya.

Renungkan: Gembala yang baik telah menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Tak mungkin kini Ia membiarkan kita binasa. Berharap dan nantikan pertolongan-Nya!

(0.00) (Mzm 84:1) (sh: Gereja, oasis Allah untuk dunia (Selasa, 27 September 2005))
Gereja, oasis Allah untuk dunia

Isi mazmur indah ini mengingatkan saya tentang pengalaman saya mendaki Gunung Bromo beberapa tahun lalu. Meski perjalanan itu berat dan meletihkan, saya bertekad terus berjalan menapaki lautan pasir, lalu mendaki lereng gunung itu. Saya berbuat demikian karena ingin menempa ketahanan fisik saya. Tetapi bukan itu saja, daya tarik pemandangan kawah saat matahari terbit juga memicu semangat saya.

Kebiasaan umat Israel berziarah ke Bait Allah di Yerusalem, selain untuk mengenang perjalanan nenek moyang mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, juga menjadi bagian disiplin rohani yang menempa spiritualitas mereka agar tangguh. Medan berat dan penuh bahaya saat berziarah itu melambangkan situasi perjalanan iman umat Tuhan baik zaman dulu maupun sekarang. Kesulitan itu tidak memadamkan iman, sebaliknya ada berbagai hal penting dalam penghayatan iman itu justru memicu kobaran semangat agar umat terus berjuang untuk maju. Indahnya Bait Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">2) dan hadirat-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">3a), arti-Nya sebagai Raja dan Allah bagi umat (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">4), serta mezbah-Nya, merupakan pembangkit hasrat besar untuk umat Israel terus maju sampai mereka berjumpa dengan Tuhan dalam rumah-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">3b, 4). Dalam perjuangan untuk maju itu, orang beriman akan membawa dampak transformasi bagi sekitarnya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">7), sementara itu mereka sendiri akan semakin kuat dalam Tuhan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">6,8).

Gereja adalah diri kita sendiri. Gereja adalah tempat hadirat Allah dan keindahan-Nya terpancar, pemberlakuan pendamaian, pewartaan kebenaran, dan keakraban saudara seiman dipraktikkan. Liturgi, fokus pelayanan para pejabat gereja, sikap semua warga, suasana ibadah persekutuan, semangat misi, dan semua unsur penyelenggaraan, harus membuat Gereja menjadi inspirasi bagi umat untuk menyebarkan harum kemuliaan Allah.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.00) (Mzm 87:1) (sh: "Warna-warni" dalam Gereja (Jumat, 30 September 2005))
"Warna-warni" dalam Gereja

Saya bersyukur dan bangga terhadap gereja saya. Bukan karena gedungnya megah, bukan juga karena warganya terdiri dari orang-orang berpengaruh, berekonomi mapan, dsb. Justru saya bersyukur kepada Tuhan karena gedung gereja saya biasa-biasa saja, dan warganya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan, jenjang ekonomi, suku yang berbeda.

Dalam mazmur yang termasuk salah satu mazmur Sion ini, pemazmur memaparkan bagaimana cara pandang Allah terhadap kota Sion, tempat Ia berkenan hadir dan menyatakan kemuliaan-Nya. Cara pandang Allah itu juga sama dengan penilaian pemazmur tentang kondisi kota Sion pada zamannya. Kota Sion dicintai Tuhan lebih dari kota-kota lainnya di Israel sebab Allah sendiri telah memilih kota itu menjadi tempat Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Kehadiran dan kemuliaan Allah sendirilah yang membuat kota itu penuh pesona. Ia memilih Sion bukan agar Sion menghisap segala kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi agar Sion menarik bangsa-bangsa berziarah mencari Tuhan ke kota itu (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">4). Pancaran cahaya kemuliaan Allah yang kuat itu me-narik berbagai bangsa yang tidak mengenal Allah untuk beroleh pengenalan akan Dia dan mensyukuri fakta kemurahan-Nya itu (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">5-7).

Apabila kita merasa betah dan bangga akan gereja kita sebab adanya kesamaan golongan, tingkat sosial, dan hal lain yang seperti itu, kita justru sedang salah mengartikan jati diri dan panggilan Gereja. Apabila kita menjadikan pengalaman rohani kita sebagai alasan untuk memfokuskan acara-acara gerejawi kita bagi kelompok kita sendiri saja, berarti kita sudah membelokkan maksud Kristus menempatkan kita dalam dunia ini. Banggalah, dan berjuanglah agar gereja Anda penuh warna-warni golongan dan kelas dalam masyarakat sebab Injil keselamatan dalam Yesus Kristus yang tak pandang bulu itu menjadi daya tarik kuat gereja Anda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.00) (Mzm 89:1) (sh: Kasih Allah vs realitas buruk? (Minggu, 2 Oktober 2005))
Kasih Allah vs realitas buruk?

"Manusia berubah," demikian ucapan yang sering kita dengar tentang mengapa seseorang tidak seperti yang dikenal sebelumnya. Manusia bisa berubah bukan saja dalam tindak tanduknya, tetapi juga dalam pandangan dan pemahamannya tentang sesuatu. Hal yang sama pun dapat terjadi pada orang beriman. Mazmur ini unik karena berisi pujian, keluhan, permohonan, ratapan pemazmur, juga ucapan ilahi, dan doxology. Beragamnya isi mazmur ini, menunjukkan sedang terjadinya proses pengkajian ulang pemahaman pemazmur tentang hidup dan Allah.

Segala sesuatu memerlukan dasar kokoh. Pohon perlu akar, bangunan perlu fondasi, manusia dan umat Tuhan pun perlu prinsip teguh dalam menjalani proses perubahan kondisi dan pemahaman. Dalam bagian ini, beberapa hal dasar dihayati secara mendalam oleh pemazmur. Ia menyatakan komitmennya untuk mewariskan kesadaran tentang kasih setia Allah kepada generasi berikutnya, dengan jalan memaparkan perbuatan dan sifat Allah (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Semua kesaksian, pengajaran, dan pujian tentang Tuhan bersumber pada ucapan Allah sendiri yang mencakup sifat-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-3,15-16), kemurahan-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">4), kedudukan-Nya terhadap alam semesta (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">6-7), dan semua makhluk (ayat 12-3). Bahkan kedaulatan-Nya terhadap kekuatan-kekuatan yang acap kali mengancam kesejahteraan umat-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11). Ibarat musik, pujian pemazmur ini selang-seling antara kekaguman lembut (pianissimo) sampai kepastian menggelora (forte).

Baik sebagai individu maupun umat, kita perlu bertumbuh apalagi di tengah kehidupan yang cepat berubah dan banyak kemungkinan ini. Pertumbuhan adalah proses penuh risiko. Salah satu bagian penting dalam pertumbuhan adalah pendalaman hal-hal hakiki tentang Allah dan arti Dia bagi hidup serta dunia ini. Bertumbuhlah dalam Kristus maka kita pasti akan bertumbuh ke arah Dia.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.00) (Mzm 94:1) (sh: Kebahagian orang fasik (Sabtu, 8 Oktober 2005))
Kebahagian orang fasik

Banyak orang percaya mengira kehidupan orang fasik bahagia. Benarkah demikian? Pada ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1-7, kita justru menemukan kehidupan manusia yang tidak berbahagia sebab mereka tidak dipedulikan Tuhan. Siapakah mereka? Orang-orang fasik yang mengucapkan kata-kata kurang ajar, melakukan kejahatan, dan meniadakan Tuhan dalam hidup mereka.

Orang fasik berbuat demikian seolah-olah ingin menyatakan Tuhan tidak pernah menegur mereka, tidak pernah "menghukum" mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1-3). Sebaliknya Tuhan justru membiarkan dan memberikan izin mereka untuk melakukan apa pun yang mereka ingin perbuat. Jadi, benarkah anggapan tadi? Tidak. Mereka memang terlihat bahagia, namun sebenarnya mereka sedang menjalani kehidupan yang tidak dipedulikan Tuhan. Janganlah kita menginginkan kehidupan mereka. Hidup orang fasik adalah hidup yang menuju kebinasaan. Mengapa demikian? Karena telinga Tuhan mendengar perkataan mereka dan mata Tuhan melihat perbuatan mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">8-11). Keadilan Tuhan akan membalas perbuatan jahat mereka dan membinasakan hidup mereka (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">23).

Jika demikian, siapakah orang yang berbahagia? Orang yang berbahagia adalah orang yang dihajar oleh Tuhan (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">12a). Orangtua yang mengasihi anak-anaknya pasti akan mendidik anak-anaknya dengan disiplin. Bagi anak-anak, disiplin merupakan aturan yang tidak menyenangkan, tapi itulah inti pendidikan bagi mereka supaya mereka mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Itulah hajaran yang dilakukan Tuhan bagi kita. Ketika kita merasakan tangan Tuhan mengoreksi hidup kita, terimalah itu sebagai bukti kasih-Nya kepada kita. Orang yang berbahagia adalah orang yang menerima pengajaran-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">12b). Hidup bahagia bukan berarti hidup yang bebas dan lepas dari firman Tuhan. Justru firman Tuhan akan membimbing kita supaya kita bahagia.

Renungkanlah: Apakah Anda ingin hidup bahagia? Terima lah ajaran dan hajaran Tuhan.

(0.00) (Mzm 96:1) (sh: Di balik kemuliaan Tuhan (Senin, 10 Oktober 2005))
Di balik kemuliaan Tuhan

Pemazmur mengajak umat Tuhan untuk menyanyikan nyanyian baru (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1). Nyanyian baru itu dihubungkan dengan peperangan yang dimenangkan Allah. Kepahlawanan Tuhan itu meliputi keselamatan yang telah dilakukan-Nya bagi umat-Nya pada masa lalu (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">2,3), dan kekuasaan-Nya yang telah mengalahkan semua allah dari segala bangsa (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">4,5). Kemuliaan Tuhan akan hadir kembali dalam bait suci (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">6) serta peribadahan umat-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">8,9).

Kini, pemazmur mengajak umat-Nya untuk mengabarkan kemuliaan Tuhan ke seluruh bangsa di bumi. Umat-Nya akan menjadi saksi kemuliaan Tuhan dinyatakan. Kemuliaan Tuhan akan merambah dalam pemerintahan semua bangsa di bumi dan mempengaruhi berbagai kebijakan dan keputusan politis bangsa-bangsa (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">10a). Bukan lagi hukum dunia yang akan menjadi standar hukuman melainkan kebenaran Tuhan Allah yang akan menjadi acuannya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">10b). Perubahan acuan itu menyebabkan pemulihan menyeluruh, yakni pemulihan hidup umat Tuhan dan bangsa-bangsa serta alam semesta (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">11,12).

Kemuliaan Tuhan bagaikan matahari yang bergerak secara perlahan membersihkan langit yang gelap. Sebagaimana matahari membawa pencerahan dan perubahan suasana demikianlah kemuliaan Tuhan menyatakan terang ilahi. Ketika terang ilahi itu datang maka kejahatan di bumi pun akan terlihat dan terbongkar (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">13). Penghakiman Tuhan turut menyertai kemuliaan-Nya. Penghakiman Tuhan itu adil, yaitu Ia akan menghakimi yang orang yang berbuat kesalahan dan menyelamatkan umat-Nya yang setia melakukan kebenaran.

Bagi orang yang tidak percaya, kemuliaan Tuhan adalah bencana sebab kejahatan mereka akan terungkap. Bagi orang percaya, kemuliaan Tuhan mendatangkan penghakiman yang memunculkan kebenaran ilahi.

Ingatlah: Di hadapan Tuhan, tidak ada kejahatan yang dapat tetap tersembunyi.

(0.00) (Mzm 104:1) (sh: Allah penguasa alam semesta (Selasa, 18 Oktober 2005))
Allah penguasa alam semesta

Sama seperti otoritas seorang raja yang memberi perintah bawahannya untuk mengelola harta miliknya, maka Allah menyatakan otoritas-Nya atas alam semesta supaya umat-Nya mengetahui siapa Dia. Allah adalah penguasa sejati alam semesta. Allah jauh lebih besar daripada alam semesta ciptaannya, sedangkan manusia jauh lebih kecil daripada alam semesta.

Alam semesta yang begitu besar tidak mampu menampung keagungan Allah yang jauh lebih besar (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">1). Ketika Allah hadir di alam semesta, semua unsurnya menjadi fasilitas yang melayani-Nya. Langit yang luas menjadi atap istananya, lautan menjadi kamar-kamarnya, awan sebagai kendaraan Allah, angin dan api sebagai pengawal-pengawal-Nya, dan bumi sebagai tumpuan kaki-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">2-5). Dari gambaran maha dahsyat di atas, kendali Allah ditujukan sekarang ke bumi. Dalam kemahakuasaan-Nya Ia membatasi samudera raya yang begitu menakutkan manusia, pada tempat-tempat yang sudah ditentukan-Nya di bumi (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">7-9). Ini gambaran perlindungan Allah atas makhluk ciptaan-Nya. Lebih heran lagi, kemahakuasaan Allah itu digunakan-Nya untuk memenuhi kebutuhan segenap ciptaan-Nya sehingga tidak ada satu pun makhluk yang akan punah dalam pemeliharaan-Nya (ayat dengan+berdiri&tab=notes" ver="">10-18). Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa adalah Allah yang peduli kepada setiap ciptaan-Nya.

Di hadapan Pencipta dan Penguasa satu-satunya alam semesta dan segala isinya, manusia adalah kecil, tak berdaya, dan fana. Namun, betapa si kecil ini sering tidak tahu diri menantang dan melawan-Nya. Hanya oleh anugerah-Nya kita tidak diganjar kebinasaan. Hanya karena kasih-Nya, Ia mengampuni kita dalam Tuhan Yesus. Biarlah kita hidup untuk menyenangkan Dia, memuliakan dan memuji nama-Nya, dan bersama dengan alam semesta menyaksikan kedahsyatan-Nya kepada setiap umat ciptaan-Nya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA