Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1041 - 1060 dari 1761 ayat untuk raja [Pencarian Tepat] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15403813214286) (2Taw 22:1) (sh: "Like father like son" — Seperti bapaknya begitulah anaknya (Rabu, 26 Juni 2002))
"Like father like son" — Seperti bapaknya begitulah anaknya

"Like father like son" -- Seperti bapaknya begitulah anaknya. Peribahasa ini hendak mengatakan bahwa kerap kali suatu generasi penerus mewarisi prinsip, sikap, dan gaya hidup para pendahulunya. Peribahasa ini tepat sekali bagi Ahazia. Semua yang buruk dan jahat pada diri dan kelakuan Yoram ada padanya. Sama seperti ayahnya, ia juga berada di bawah bayang-bayang ibunya, Atalya, yang begitu kuat mendominasi kehidupan keluarga raja Yosafat. Praktik penyembahan dewa-dewa asing makin marak dan subur di seluruh Yudea. Ibadah tersebut adalah ibadah kesuburan yang dipercaya bisa memberikan berkat kepada para penyembahnya. Kita tidak tahu persis perbuatan-perbuatan tak bermoral apa yang dilakukannya, tetapi bahwa "ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN sama seperti keluarga Ahab" sudah menolong kita untuk dapat memperkirakan perilaku kehidupannya.

Ia juga suka melakukan petualangan politik dengan mencoba memanfaatkan kondisi melemahnya kekuatan negara-negara besar di sekitar mereka seperti Mesir, Aram, dan Asyur. Ia bersekutu dengan Yoram bin Ahab menyerbu Aram. Kelemahan-kelemahan pribadi Ahazia semakin diperparah oleh para penasihat yang tak lebih adalah para penjilat pencari keuntungan yang tidak mempedulikan nasib seluruh bangsa dan nasib raja. Tidak banyak catatan yang bisa kita peroleh tentang Ahazia karena masa pemerintahannya hanya setahun. Masa yang singkat yang tidak dipergunakan dengan baik oleh Ahazia, mungkin karena dominasi ibunya sedemikian mencengkeramnya sehingga ia tidak bisa lepas. Jadi, pepatah yang lebih tepat adalah "seperti bapa, seperti ibu, seperti itu pula anak." Tidak ada pembaruan hidup terjadi jika seseorang tidak bertaut erat dengan Tuhan. Secara resmi Ahazia adalah seorang raja dari negara yang teokratis, tetapi pada kenyataannya ia sama sekali tidak mengindahkan apa pun yang Tuhan keh endak i.

Renungkan: Lingkungan berpengaruh besar membentuk hidup. Namun, sikap dan kelakuan seseorang adalah pilihannya sendiri, lingkungan tidak bisa dikambinghitamkan. Kesalahan yang kita warisi adalah kesalahan yang kita ambil bagi diri sendiri. Tentang hal itu kita harus bertanggung gugat di hadapan Allah.

(0.15403813214286) (2Taw 22:10) (sh: Ambisi — ya; Ambisius — tidak! (Kamis, 27 Juni 2002))
Ambisi — ya; Ambisius — tidak!

Ambisi -- ya; Ambisius -- tidak! Ambisi bermakna positif: keinginan untuk berkembang atau mencapai cita-cita. Ambisius selalu digunakan dengan konotasi negatif: keinginan mencapai cita-cita dengan itikad tidak baik, menghalalkan segala cara.

Atalya, janda Yosafat, tua-tua keladi -- makin tua makin menjadi-jadi. Dia ambisius, tidak puas mendominasi kehidupan Yoram -- suaminya -- kemudian Ahazia, anaknya sendiri. Sesudah mereka gugur, ia tidak lagi menyembunyikan keinginannya untuk menjadi orang nomor satu di kerajaan Yehuda. Sepak terjangnya mengerikan, ia memerintahkan pembunuhan semua keturunan raja Yehuda, artinya termasuk cucu-cucunya sendiri juga (ayat 10). Sungguh seorang nenek yang haus darah. Gila kuasa telah mengubahnya menjadi serigala. Syukurlah, Tuhan selalu punya cara menyelamatkan orang pilihan-Nya untuk pada waktunya memerintah Yehuda. Lewat taktik menarik yang melibatkan Yosabat, putri raja Yoram sekaligus isteri imam Yoyada, Yoas berhasil diselamatkan dari pembantaian sistematis itu dan disembunyikan aman di dalam bait Allah.

Imam Yoyada kemudian membangun kekuatan spiritual-moral bait Allah untuk menentang kesewenangan Atalya dan ia berhasil, bahkan juga berhasil menobatkan Yoas yang baru berusia sekitar enam tahun itu menjadi raja baru Yehuda (ayat 23:3) melalui satu upacara yang mengesankan (ayat 23:1-11). Imam Yoyada mengambil prakarsa untuk melakukan hal ini karena yang terancam bukan hanya kerajaan Yehuda, tetapi kehidupan bangsa itu sebagai umat Allah. Matinya Atalya menjadi perlambang kembalinya pengakuan bahwa Yahwe sajalah Tuhan dan Allah umat. Peraturan-peraturan kehidupan yang dari Yahwe pulalah yang harus ditegakkan dan dilaksanakan kembali demi pulihnya kesejahteraan kehidupan umat Allah.

Renungkan: Sejarah dan bagian firman ini membuktikan bahwa kekuatan spiritual-moral meski tanpa senjata dan minoritas saja, mampu membawa perubahan sosial penting. Keyakinan yang benar disertai komitmen yang tinggi memang dahsyat dampak pembaruannya bila dilaksanakan secara tetap dan tekun.

(0.15403813214286) (2Taw 29:20) (sh: Pendamaian bagi Yehuda (Kamis, 4 Juli 2002))
Pendamaian bagi Yehuda

Pendamaian bagi Yehuda. Sekali lagi terlihat betapa pentingnya pertobatan Yehuda di mata raja Hizkia. Raja tidak menunda-nunda; pagi-pagi keesokan harinya ia mengumpulkan para pemimpin kota bersama dengan para jemaat (ayat 20). Tujuan mereka adalah untuk mempersembahkan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa untuk keluarga raja, untuk tempat kudus, dan untuk Yehuda (ayat 21), bahkan bagi seluruh Israel (ayat 24). Sekali lagi terlihat betapa Hizkia berusaha mengikuti ketetapan firman Allah. Seperti dalam Imamat 16, percikan darah menandai penahiran dan pengudusan mezbah bagi pendamaian, sementara penumpangan tangan pada kambing-kambing jantan merupakan simbol dalam konsep keselamatan dalam PL (sebelum inkarnasi Yesus Kristus) yang menyatakan bahwa hewan-hewan itu mati karena dosa pembawa kurban sebagai ganti diri pembawa kurban itu sendiri.

Selanjutnya Hizkia juga mengatur para pemusik dan penyanyi yang mengiringi ibadah di bait Allah, mulai dari alat musik yang dipakai (ayat 25-26) sampai lagu puji-pujian yang dinyanyikan (ayat 30). Dalam hal ini pun Hizkia melakukannya tidak berdasarkan selera pribadinya, tetapi sesuai dengan perintah Tuhan melalui perantaraan Daud, Gad dan para nabi-Nya (ayat 25). Pengaturan ibadah yang seperti ini membuat para jemaat menyanyikan puji-pujian dengan sukaria (ayat 30).

Kemudian Hizkia menyatakan bahwa Israel telah menahbiskan diri mereka untuk Allah (ayat 31). Sebagaimana para imam dan orang Lewi telah menguduskan diri agar kembali dapat melayani Allah di bait-Nya, demikian juga Israel kini telah menahbiskan diri agar kembali berada dalam perjanjian dengan Allah. Sebagai ungkapan sukacita atas apa yang telah dikerjakan Allah, umat dengan rela hati membawa kurban syukur kepada Allah (ayat 31b-36).

Renungkan: Di hadapan Allah, Kristen tidak hanya bertanggung jawab untuk menjaga kekudusan pribadi, tetapi juga kekudusan dari komunitas iman di mana ia hidup dan bertumbuh. Karena itu, seorang Kristen harus memberi perhatian dan terus menggumuli bagaimana komunitas di mana ia menjadi bagian dapat hidup dalam kekudusan di hadapan Allah.

(0.15403813214286) (2Taw 34:1) (sh: Apa dan bagaimana memulai reformasi (Kamis, 11 Juli 2002))
Apa dan bagaimana memulai reformasi

Apa dan bagaimana memulai reformasi. Melalui tokoh raja Yosia, penulis Tawarikh memberikan satu lagi teladan bagi orang-orang Yehuda pascapembuangan. Reformasi yang dilakukan oleh raja Yosia menjadi teladan bagi mereka, seperti yang terlihat dalam dua langkah penting yang diambil Yosia.

Langkah pertama adalah bertindak tegas terhadap dosa-dosa terdahulu. Yosia mulai mencari Tuhan pada saat yang sangat muda, tetapi juga saat ketika ia mulai dapat mengambil keputusan secara mandiri sebagai raja (ayat 3a). Permulaan yang baik ini menuntunnya untuk bertindak tegas, menghancurkan semua bentuk ibadah kepada berhala di Yerusalem, di Yehuda, dan pada saat melemahnya kekuatan Asyur, juga di antara suku-suku Israel Utara (ayat 3b-7). Tidak ada kompromi bagi dosa yang selalu menjadi titik lemah untuk orang-orang Israel. Penulis Tawarikh menyatakan bahwa Yosia ingin "menahirkan negeri dan rumah Tuhan" (ayat 8). Tindakan ini juga mencerminkan keinginan Yosia agar Yehuda tidak terjatuh ke dalam dosa yang sama pada masa pemerintahannya. Menyeluruhnya tindakan pembersihan ini juga menunjukkan keikutsertaan rakyat untuk bertobat. Ini tentunya menjadi teladan bagi mereka yang kembali dari pembuangan ke Babel, yang adalah penghukuman Allah justru atas dosa ini.

Hal kedua adalah kesadaran dalam diri untuk segera membawa bangsanya kembali kepada Allah, hanya beribadah kepada Allah, dan melakukannya dengan cara yang benar (ayat 8-13). Usaha tersebut dilakukan tidak hanya melalui menghancurkan berhala, tetapi juga dengan membangun, bahkan memotivasi rakyat dari Yerusalem sampai Efraim untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan bait Allah (ayat 9). Selain itu, penulis Tawarikh juga menyebutkan pengaturan yang cukup saksama yang dilakukan oleh Yosia untuk memperbaiki bait Allah (ayat 8-13). Perhatian yang saksama dan dukungan Yosia bagi perbaikan bait Allah ini, juga patut diteladani para pemimpin Yehuda.

Renungkan: Bertobat berarti berhenti berkompromi terhadap dan memberi celah bagi dosa, serta terus mengarahkan diri kepada ibadah dan kekudusan yang berkenan bagi Allah.

(0.15403813214286) (Mzm 95:1) (sh: Beri penghormatan bagi-Nya (Minggu, 9 Oktober 2005))
Beri penghormatan bagi-Nya

Beri penghormatan bagi-Nya Hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Salah satunya adalah memilih untuk menyembah dan mengabdi kepada Tuhan, atau memilih untuk hidup bagi diri sendiri dan menolak Dia berdaulat atas hidup ini.

Seolah pendidik yang piawai, pemazmur membimbing umat Tuhan untuk memuji membesarkan Allah (ayat 1-2) lewat dua pendekatan. Pertama, melalui pendekatan positif. Mazmur ini menegaskan bahwa Allah adalah Raja atas alam semesta dan segala isinya (ayat 3-5). Maka semua makhluk harus tunduk kepada-Nya. Pemazmur kemudian menegaskan bahwa Raja penguasa seluruh isi dunia ini telah bertindak secara khusus menggembalakan umat Israel (ayat 7). Umat telah merasakan dan mengalami tuntunan dan pemeliharaan-Nya. Seharusnya pengabdian umat dilakukan sebagai ucapan syukur atas kebaikan-Nya. Oleh karena Tuhan adalah Raja dan Gembala, maka memberikan penyembahan yang semarak dan tulus kepada-Nya adalah respons wajar umat Tuhan (ayat 7).

Kedua, melalui pendekatan negatif. Mazmur ini memberi peringatan keras terhadap bahaya pengerasan hati seperti yang dilakukan oleh nenek moyang Israel di Meriba dan Masa (ayat 8-11; band. Ibr. 3:7-12). Akibat sikap hati yang tidak mau mengakui Allah sebagai Tuhan yang berdaulat dalam hidup mereka, Allah harus menghukum keras mereka dengan tidak mengizinkan mereka masuk ke Tanah Perjanjian.

Meninggikan Tuhan dalam disiplin rohani kita setiap waktu adalah prinsip yang paling tepat untuk menghindarkan diri dari bahaya pengerasan hati. Disiplin rohani menyembah, memuji, mengucap syukur, berdoa, dan membaca firman Tuhan adalah sikap dan tindakan yang serasi dengan kedaulatan dan kebaikan Allah. Apabila kita mengizinkan Roh-Nya menumbuhkan sikap dan tindakan tersebut dalam hidup kita, kita akan mengalami suasana perhentian dalam hati kita.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.15403813214286) (Mzm 99:1) (sh: Kuduslah Tuhan (Minggu, 14 April 2002))
Kuduslah Tuhan

Kuduslah Tuhan. Mazmur ini merangkumkan dan mendefinisikan ulang tema kedaulatan Allah. Mengingat situasi dunia yang jauh dari benar, adil dan damai, mazmur ini juga mengarahkan pengharapan umat Tuhan pada kedatangan penghakiman akhir Allah kelak, dan mendorong umat untuk hidup di bawah kendali Allah.

Kebesaran, kedahsyatan, kedaulatan, dan semua sifat Allah yang disoroti sebelumnya dan juga di sini, kini disarikan dengan tegas: “Kuduslah Ia!” (ayat 3,5,9). Penegasan tentang kekudusan Allah ini menyimpulkan tiga bagian yang mengulas tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja yang besar, agung, dan misteri-Nya ada di luar jangkauan manusia (ayat 1-3). Kedua, Allah adalah Raja yang kuat, mencintai hukum, melakukan keadilan, menegakkan kebenaran (ayat 6-9). Ketiga, Allah adalah Raja yang menjawab umat-Nya dengan anugerah dan tuntutan ketaatan (ayat 6-9).

Meskipun kedaulatan Allah bersifat universal, namun kedaulatan itu mulai dari pusatnya, yaitu di tengah umat Allah (ayat 1-3). Ini dinyatakan dengan menyebut “Sion’ dan “kerub-kerub” (menunjuk pada tabut perjanjian yang di atasnya dibuat patung kerub). Kekudusan Allah dinyatakan di dalam dan dipancarkan ke seisi dunia mulai dari umat-Nya sendiri. Kekudusan Allah itu menjelaskan kebesaran Allah sebagai hal mencintai hukum dan menegakkan keadilan (ayat 4-5). Dengan demikian, kekudusan yang dalam arti harfiahnya adalah terpisah, kini mendapatkan definisi baru. Allah juga terlibat di dunia dan mewujudkan kebenaran agar manusia berelasi dengan-Nya. Bagi Allah yang demikian, kegentaran bersanding dengan ketaatan dan kasih kepada-Nya. Dari sini lahir kehidupan yang selalu ingin memuliakan Allah (ayat 8-9).

Renungkan: Kristus datang tidak saja untuk mengampuni dosa, tetapi untuk mewujudkan kebenaran dan kekudusan Allah di dalam dan melalui kita di dunia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 3

Kisah Para Rasul 5:27-32

Wahyu 5:11-14

Yohanes 21:15-19

Mazmur 30

Lagu:

Kidung Jemaat 405

PA 6 Mazmur 96

Pemahaman mengenai konteks sebuah mazmur perlu, agar kita pembaca masa kini dapat menempatkan diri secara tepat dengan pergumulan pemazmur waktu itu. Demikian pula ketika kita membaca Mazmur 96 ini. Versi Alkitab Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta atau LXX) memberikan judul “Ketika rumah itu telah selesai dibangun setelah pembuangan. Nyanyian Daud.” Jika ini benar, maka Mazmur 96 dinyanyikan setelah Bait Allah dibangun kembali, setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel. Tema utama dari mazmur ini adalah Yahweh itu Raja (ayat 10) yang memelihara umat-Nya sekaligus hakim yang akan datang menuntut pertanggungjawaban setiap orang. Kepada-Nyalah pujian harus dilantunkan dan perayaan diadakan.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Perintah-perintah apa yang disampaikan pemazmur (ayat 1-3)? Apa yang dirayakan oleh pemazmur dan bangsa Israel waktu itu? Mengapa “segala suku bangsa” harus mendengar kabar baik ini (ayat 4-6)? Apakah “pesan” yang terkandung dalam tindakan yang dianjurkan kepada umat?

Dalam hal-hal apakah Allah Israel berbeda dengan allah-allah lain? Hal apa saja merupakan ciri sifat dan perbuatan Allah Israel (ayat 4-6)? Adakah pengalaman Anda yang melaluinya Anda lebih mengenal sifat dan perbuatan Allah? Bagikan!

Apakah tujuan dari ibadah? (perhatikan kata yang diulang-ulang dalam ayat 7-8). “Persembahan” dalam bahasa aslinya berarti pemberian kepada Allah apa yang sebenarnya berasal dari Dia. Jika Allah memang mulia dan sumber segala berkat, mengapa kita masih harus memuliakan Dia dan memberi persembahan kepada-Nya? Apakah ibadah gerejawi Anda didasarkan atas motivasi seperti ini? Bagaimana agar ibadah gerejawi kita lebih dekat lagi kepada prinsip ini?

Puncak pujian ada di dalam pengakuan bahwa Tuhan itu Raja yang datang menyertai sekaligus menjadi hakim (ayat 10-13). Bagaimana Anda mengaitkan harta rohani kita di dalam Yesus Kristus dengan tanggung jawab kita untuk memberitakan penghakiman Allah dan penyelamatan Allah untuk sesama kita?

(0.15403813214286) (Ams 21:1) (sh: Kejernihan hati (Senin, 23 Oktober 2000))
Kejernihan hati

Kejernihan hati. Siapa dapat menduga hati seseorang? Orang yang terdekat dengannya atau dirinya sendiri? Harus diakui betapa misteriusnya hati seseorang, diri sendiri pun kadang-kadang tidak mengerti hatinya. Oleh karena itu perlu ada yang mengontrol hati manusia, yang benar-benar dapat menguji hati manusia, tiada lain adalah Sang Pencipta yang Maha Tahu, Dialah yang menguji hati manusia.

Penulis Amsal mengatakan bahwa hati raja seperti batang air di dalam tangan Tuhan yang gerakan mengalirnya air senantiasa dikontrol oleh Tuhan (1). Raja yang berkuasa memiliki kesempatan melakukan apa saja yang dianggapnya baik dan benar. Tetapi raja yang hatinya condong kepada Tuhan tidak seperti hati orang fasik yang sombong (4) dan mengingini kejahatan (10), tidak akan melakukan tindakan dan mengambil keputusan yang merugikan rakyat dan kerajaannya. Bila Tuhan yang mengontrol hatinya maka ia hanya melakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Bila Tuhan memegang pusat hidup seorang pemimpin, maka pikirannya, perilakunya, perasaannya, keputusannya, tindakannya tertuju kepada-Nya. Betapa sejahteranya kehidupan rakyatnya yang hati pemimpinnya ada di dalam tangan Tuhan.

Melakukan kebenaran dan keadilan berkenan kepada Tuhan dan merupakan kesukaan bagi orang benar (15). Persembahan sebesar apa pun tak berarti bila tidak didasari kehidupan yang penuh dengan kebenaran dan keadilan (3). Orang fasik akan mengalami penganiayaannya sendiri karena mereka tidak mau melakukan keadilan (7). Mereka tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya karena hatinya tertutup terhadap jeritan orang lain (10). Apakah melakukan kebenaran dan keadilan sama dengan memeratakan penghasilan atau membagikan kepada semua orang jumlah yang sama? Tentu saja bukan demikian pengertiannya. Melakukan kebenaran dan keadilan adalah menyatakan benar kepada orang benar dan salah kepada yang bersalah, membagikan sesuai kebutuhan masing-masing, dan tidak menindas hak orang lain.

Renungkan: Suara kebenaran dan keadilan semakin lemah di tengah merebaknya realita ketidakbenaran dan ketidakadilan. Bagaimana Anda memegang peran sebagai pelaku kebenaran dan keadilan dalam profesi Anda masing-masing? Adakah hal-hal konkrit yang dapat Anda lakukan, agar keduanya bukan sekadar slogan semu?

(0.15403813214286) (Ams 31:1) (sh: Nasihat ibu bagi seorang raja (Kamis, 9 November 2000))
Nasihat ibu bagi seorang raja

Nasihat ibu bagi seorang raja. Seorang pemimpin yang bijaksana, adil, arif, dan benar menjadi dambaan setiap orang yang dipimpinnya. Kehidupan seorang pemimpin yang demikian tak lepas dari berbagai pengaruh, pembentukan, nasihat dari orang-orang di sekitarnya. Demikian pula dengan Lemuel, raja Masa yang menjadi tumpuan harapan ibunya dan rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu ibunya berpesan beberapa hal penting bagi Lemuel, dan selayaknya juga menjadi perhatian bagi setiap pemimpin segala zaman.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seorang pemimpin yang ingin berhasil adalah: Pertama, jangan dikuasai perempuan. Beberapa pemimpin yang dahulunya berhasil, kemudian rusak namanya karena seorang `perempuan' yang hadir dalam hidupnya, sehingga beritanya tersiar kemana-mana dan mempermalukan dirinya, keluarganya, dan orang-orang yang dipimpinnya. Menghadirkan seorang `perempuan' biasanya juga menjadi strategi seorang musuh yang paling jitu untuk menjatuhkan kedudukan lawannya. Waspadalah! Kedua, jangan dikuasai anggur, minuman keras, dan narkoba. Kecanduan membuat hilang pikiran sehat, mudah dipengaruhi, dan berumur pendek. Betapa ironisnya bila seorang pemimpin meninggal bukan karena memperjuangkan nama bangsa dan negaranya, namun karena berjuang mengatasi kecanduan dirinya sendiri terhadap obat-obatan dan minuman keras. Bagaimana ia dapat memimpin orang lain dengan baik bila gagal memimpin dirinya sendiri. Ketiga, adil terhadap yang tertindas. Hal ini biasanya diabaikan seorang pemimpin yang telah mendapatkan banyak dukungan. Ia melupakan hak orang lemah, orang miskin, dan orang tertindas. Mereka yang diabaikan haknya tidak akan tinggal diam, mereka mungkin mengadakan pemberontakan untuk menuntut keadilan.

Di negara kita banyak terjadi pemberontakan arus bawah yang diabaikan haknya, sehingga mereka mengadakan aksi menuntut keadilan. Hal ini pun dapat menggoyahkan pemerintahan seorang pemimpin. Namun seorang pemimpin yang berhasil adalah yang mampu mengendalikan dirinya terhadap segala godaan yang mengancam kedudukannya.

Renungkan: Mewaspadai diri dari segala godaan yang menghancurkan, adalah sikap pemimpin sejati.

(0.15403813214286) (Pkh 2:1) (sh: Menikmati hidup (Kamis, 30 September 2004))
Menikmati hidup

Menikmati hidup. Pastor Henri Nouwen adalah seorang dosen di Universitas Harvard, Amerika yang sering menjadi pembicara dalam seminar di kalangan orang-orang terpelajar pada waktu itu, namun akhirnya ia meninggalkan semua kegiatan itu dan mengabdikan waktu, tenaga dan dirinya untuk melayani orang-orang yang mentalnya terbelakang di Belanda sampai ia meninggal di sana. Pastor Henri Nouwen memilih untuk menghambakan dirinya kepada Kristus dan tidak menerima pujian duniawi atas prestasi akademisnya itu.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Raja Salomo, yaitu ia menilai semua hal yang dulu menjadi kebanggaannya telah dianggapnya sia-sia. Raja Salomo adalah seorang raja yang kaya-raya, terkenal, berhikmat serta telah menikmati semua keindahan dunia ini (ayat 1-10). Akan tetapi, baginya menikmati hidup bukanlah terletak pada harta yang berlimpah, keberhasilan mencapai prestasi tertentu, menjadi orang terpandai di dunia melainkan berdasarkan pada anugerah yang diberikan Tuhan untuk dapat menikmati "pahit-manisnya" hidup ini (ayat 24-25). Sebab semua usaha yang dilakukan manusia dengan susah-payah untuk meningkatkan keadaan hidupnya menjadi lebih baik pada akhirnya akan sia-sia karena ia tidak akan membawa keberhasilannya itu setelah ia meninggal (ayat 16-17). Manusia yang berjuang untuk menjadi lebih kaya pada akhirnya kekayaan yang dikumpulkannya itu akan diambil oleh orang lain yang tidak layak menikmatinya (ayat 18,21). Tuhanlah yang menentukan siapakah yang akan menikmati hasil kerja keras orang tersebut (ayat 26).

Banyak orang yang dalam hidupnya menetapkan sasaran tertentu sebagai syarat keberhasilannya, tetapi ketika tidak dapat meraihnya menjadi orang yang kecewa, sedih, putus asa dan menganggap Tuhan tidak adil. Sebaliknya, ada beberapa orang yang mampu menikmati hidupnya meskipun ia tidak sukses. Bagaimana dengan kita?

Renungkan: Orang yang dapat menikmati hidup ini adalah orang yang mampu bersyukur dan menerima segala anugerah yang Tuhan berikan kepadanya.

(0.15403813214286) (Pkh 11:9) (sh: Hiduplah dengan Saleh (Jumat, 9 Desember 2016))
Hiduplah dengan Saleh

Dalam segala kesulitan hidup yang pernah dilewati, kerap kali kita tidak mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan (Rm. 12:1). Karena itu, Pengkhotbah memerintahkan kita untuk mengingat Pencipta pada masa muda (12:1). Kata "mengingat" dalam konsep bahasa Ibrani tidak sekadar mengingat dengan akal budi, tetapi juga menjalankannya sebagai suatu komitmen.

Mengapa perlu menjalankan hidup dengan mengingat (komitmen) kepada Tuhan pada masa muda? Sesungguhnya, Pengkhotbah mengetahui bahwa keadaan akan menjadi semakin sulit bagi kita jika tidak memulainya pada usia muda. Perhatikan kata "sebelum" yang muncul pada ayat 1, 2, 6, yang menunjukkan 3 fase yang berbeda dalam hidup manusia. Pertama, sebelum keadaan menjadi sulit karena banyak "hari-hari yang malang" dan tahun-tahun di mana tidak ada lagi kesenangan (1), yaitu keadaan yang penuh kesulitan dan tanggung jawab kita dalam hidup semakin berat.

Kedua, sebelum kondisi fisik kita menua dan menjadi semakin memburuk. Misalnya, tangan sudah gemetar, kaki sudah membungkuk, gigi banyak yang copot, mata sudah rabun, bibir mengatup karena gigi yang berkurang, suara menjadi sangat mengganggu, dan kita tidak dapat menikmati nyanyian, takut ketinggian, rambut memutih, dan sebagainya (3-5). Semua kondisi tersebut memperlihatkan apa yang menyenangkan hati, sekarang sudah tidak menarik bagi kita. Hari-hari yang sulit akan datang tanpa henti (sesudah hujan awan datang kembali, yang berarti hujan akan datang lagi, 2).

Ketiga, waktu tidak ada lagi karena "debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya" (7). Akhirnya, kita tidak dapat lagi mengingat Tuhan karena kematian sudah dekat.

Hidup itu singkat. Jika kita tidak segera berkomitmen hidup takut akan Tuhan, maka hidup akan menjadi semakin sulit. Jangan menunda lagi. Hiduplah dengan mengingat Tuhan. Hiduplah dengan saleh! [IT]

(0.15403813214286) (Yes 38:1) (sh: Kedaulatan Allah (Senin, 27 September 2004))
Kedaulatan Allah

Kedaulatan Allah. Sakit yang dialami oleh Hizkia karena barah (bisul)(ayat 21) menyebabkan ia semakin mengenal Allah. Sebelumnya Hizkia diizinkan melihat kedaulatan Allah melalui peristiwa serangan raja Asyur atas Yerusalem (ayat 36:1-22) dan melalui penyertaan-Nya sehingga Israel terluput dari kehancuran (ayat 37:1-38). Kini Hizkia mengalami lagi kebaikan Allah atas tubuhnya sendiri. Peristiwa-peristiwa ini jelas menunjukkan betapa sayang Allah kepada orang yang dikasihi-Nya.

Dalam nas ini, Hizkia mempelajari kedaulatan Allah atas hidup manusia (ayat 1-2). Kerendahan hatinya adalah dasar dari kehidupan doa Hizkia yang berinti permintaan belas kasih Allah. Bahwa ia menyebut keberaniannya menghapuskan penyembahan berhala dari tanah Israel (ayat 2Taw. 29-32) bukan suatu kesombongan atau menuntut upah, tetapi ungkapan kesungguhan imannya. Peristiwa ini juga menyatakan Allah sebagai penjawab doa. Allah berkenan menyembuhkan Hizkia dan menambahkan usianya (ayat 4-5) bahkan juga memberikan kebebasan Israel dari raja Asyur (ayat 6). Untuk janji pelepasan Israel, Allah memberi tanda yaitu bayang-bayang matahari pada penunjuk matahari buatan Raja Ahas akan mundur sepuluh tapak. Untuk janji kesembuhan dirinya, Hizkia meminta tanda lain (ayat 22). Dari pergumulan mati-hidup yang dahsyat ini lahirlah sebuah pujian yang indah dan sarat kebenaran (ayat 9-20). Di dalamnya Hizkia mengungkapkan pengalamannya menghadapi maut dan fakta bahwa dirinya fana adanya (ayat 10-12). Dalam mazmur doa ini, Hizkia menunjukkan sikap tunduk kepada kehendak dan keputusan Allah (ayat 13-16). Sementara menggumuli masalahnya dengan Allah itu, Hizkia mengalami peneguhan dalam imannya (ayat 17-20).

Kesembuhan Hizkia menjadi bukti total kedaulatan Allah. Ia bukan hanya berdaulat atas bangsa-bangsa di dunia, tetapi Ia juga berkuasa atas penyakit dan hidup umat-Nya. Apa yang menjadi masalah Anda? Ambillah sikap seperti Hizkia yang memercayai Allah sepenuhnya.

Ingat: Allah berdaulat atas segala sesuatu. Kedaulatan Allah memampukan kita bersikap tenang menghadapi hidup ini.

(0.15403813214286) (Yes 44:1) (sh: Allah adalah Raja! (Minggu, 07 Februari 1999))
Allah adalah Raja!

Allah adalah Raja! Gambaran yang diberikan mengenai Tuhan Allah Israel tidak lagi sekadar yang menjadikan, membentuk, menolong dan memilih Israel, tetapi Ia adalah juga Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam. Sekalipun demikian agung dan mulianya Tuhan, namun Ia tetap dekat dengan umat-Nya.

Janji Allah dan jaminan-Nya. Secara keseluruhan Yesaya 44 merupakan satu bagian yang di dalamnya Allah mengingatkan kembali status bangsa Israel dan janji pemulihan-Nya. Ia mencurahkan apa yang menjadi kebutuhan jasmani umat-Nya dan mencurahkan Roh dan berkat-berkat-Nya atas keturunan Israel. Akibat pencurahan Roh Allah itu selain tanah akan diberkati (4), akan tumbuh suatu generasi yang bersaksi bahwa mereka adalah milik Allah (5), mereka adalah hamba Allah. Allah bukan sekadar berjanji, tetapi memeteraikan janji-Nya dengan kedaulatan penuh.

Hidup dalam berkat-Nya. Mengalami berkat-berkat yang nyata dari Tuhan dalam kehidupannya membuat Israel menyadari arti pentingnya kedudukan sebagai kepunyaan Tuhan. Semua yang dialami Israel dalam hubungannya dengan Tuhannya itu menjadi dasar bagi Israel untuk menyaksikan kesetiaan dan kuasa Tuhan: "Bahwa Tuhan Allah yang memanggil mereka sebagai umat-Nya dan mau menjadi Tuhan bagi mereka, Dialah satu-satunya Allah yang hidup. Tidak ada Allah lain selain daripada TUHAN, Dia pulalah yang menghidupkan umat dalam berkat-Nya.

Janji Allah untuk Gereja-Nya. Seperti halnya bangsa Israel tak mampu mengubah kondisinya dengan kekuatan sendiri, demikian juga gereja maupun Kristen perorangan. Janji pemulihan Allah itu berlaku kekal, dan berkat Allah itu mencakup segala segi kehidupan. Karena itu marilah kita beri seluruh bakti dan cinta kita kepada-Nya saja.

Doa: Tuhan, buatlah kami percaya akan janji-Mu yang akan memulihkan keadaan kami. Kami memegang janji-Mu, semata karena Engaku sendiri menyatakannya.

(0.15403813214286) (Yes 45:1) (sh: Allah yang berdaulat (Rabu, 13 November 2013))
Allah yang berdaulat

Judul: Allah yang berdaulat
Sangat mengejutkan! Tak masuk di akal. Koresh, raja dari bangsa penyembah berhala, yang tidak mengenal Allah Israel dipakai Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya (4).Tuhan sendiri yang memanggil, mengurapi, dan memimpin Koresh untuk menaklukkan raja-raja dunia (1). Tuhan sendiri yang memastikan keberhasilan Koresh (2-3, 5). Padahal pengurapan dalam Perjanjian Lama ialah penugasan Tuhan kepada orang pilihan-Nya dari umat-Nya untuk jabatan tertentu!

Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan berdaulat dan berkuasa untuk memakai siapa saja. Sepasti kekuasaan-Nya atas terang dan gelap, atas kemujuran dan malapetaka dan atas seluruh alam semesta ini (7-8) sedemikian pula kekuasaan-Nya atas Koresh. Allah melalui Yesaya memberitahu umat Israel, dan bangsa-bangsa bahwa Koresh adalah alat di tangan-Nya, yang dipakai untuk kebesaran dan kemuliaan-Nya (6).

Untuk apa Koresh dipanggil dan diurapi? Allah membangkitkan Koresh dengan suatu tujuan, yaitu untuk membebaskan bangsa Israel (4). Allah memakai raja bangsa Persia ini untuk menggantikan raja-raja adikuasa Babel. Yeremia menubuatkan kehancuran Babel (Yer. 25:12-14).. Koreshlah yang nantinya menjadi "juruselamat" bagi bangsa Yahudi. Hal ini terlihat dari tindakan Koresh di kemudian hari. Ia memberikan kebebasan bagi bangsa Israel untuk pulang ke negerinya serta mengizinkan pembangunan kembali tembok Yerusalem dan Bait Suci (44:28; 2Taw. 36:22-23; Ezra 1:1-4). Yeremia telah menubuatkan pemulihan umat Israel ini (Yer. 29:10-14) dan Daniel telah mendoakannya sebagai antisipasi ketika saat pembebasan yang dijanjikan itu telah tiba (Dan. 9:1-19).

Seringkali kita membatasi kehendak Tuhan sebatas logika kita. Apa yang bagi kita tidak masuk akal, Allah sanggup melakukannya. Jika kita lihat apa yang Tuhan nyatakan pada hari ini, maka kita akan belajar bahwa Tuhan bisa menggunakan siapa saja walaupun itu orang yang tidak seiman, bahkan mungkin musuh kita untuk menjadi alat di tangan-Nya. Percayalah Allah berdaulat dan berkuasa.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.15403813214286) (Yeh 12:1) (sh: Berlakon untuk orang buta (Jumat, 27 Juli 2001))
Berlakon untuk orang buta

Berlakon untuk orang buta. Yehezkiel terus diperintahkan untuk memberitakan firman Tuhan tentang penghukuman bangsa Yehuda kepada mereka yang ada dalam pembuangan. Untuk menjalankan tugas ini, Yehezkiel harus mempunyai keuletan, kesabaran, dan tidak mengenal lelah, sebab target utama pelayanan Yehezkiel adalah orang-orang yang buta dan tuli (ayat 2). Mereka sebetulnya dapat melihat dan mendengar namun mereka menyangkali apa yang mereka lihat dan dengar. Sebagai contoh: mereka tahu bahwa raja sah mereka Yoyakhin -- ikut dalam pembuangan, sementara itu yang ada di Yehuda -- Zedekia -- bukanlah raja yang sah. Namun mereka tetap berkeyakinan bahwa dengan tetap adanya seorang raja di Yehuda berarti kemarahan Allah telah reda dan kini berpihak kepada mereka (ayat 12-14). Karena itulah mereka disebut pemberontak (ayat 3).

Tujuan utama pelayanan pemberitaan adalah mereka yang mendengar pemberitaan itu menjadi insaf. Karena itulah Yehezkiel diperintahkan untuk memberitakan firman Tuhan dengan cara melakonkannya di depan mata mereka (ayat 4-7, 17-20). Ini berfungsi untuk memancing perhatian serta memberikan kesan yang mendalam di hati dan pikiran mereka (ayat 8). Setelah itu penjelasan secara lisan diberikan dengan menekankan Allah sebagai Sutradara tunggal. Namun Yehezkiel juga diminta untuk jangan berharap terlalu banyak sebab meskipun banyak cara dan usaha sudah dilakukan ada kalanya mereka tetap bersikeras menyangkal kebenaran pemberitaan penghukuman itu dengan berbagai argumentasi yang secara logika seringkali dapat dipahami, sebagai contoh waktu penundaan (ayat 21-22, 26). Sekalipun demikian Yehezkiel tidak boleh putus asa, sebaliknya ia tetap harus memberitakan dan semakin menegaskannya sebab apa yang sudah difirmankan Allah pasti terjadi, entah kapan waktunya.

Renungkan: Situasi Yehezkiel sama dengan situasi kita masa kini. Berita penghakiman atas dunia sudah dikumandangkan dalam terang kematian dan kebangkitan Yesus. Namun itu sudah dimulai beribu-ribu tahun lalu sehingga kadang-kadang membuat kita bertanya-tanya apakah Yesus akan datang untuk menghakimi dunia. Namun Allah sebagai Sutradara tunggal akan menggenapi firman-Nya. Marilah kita saling menguatkan untuk tetap bertahan dan tekun menanti hari itu.

(0.15403813214286) (Yeh 34:1) (sh: Gravitasi dan cinta (Minggu, 11 November 2001))
Gravitasi dan cinta

Gravitasi dan cinta. Di dalam dunia hanya ada 2 gaya: gravitasi dan cinta. Yang satu menarik ke dalam, yang lain memberi ke luar. Yang satu menghisap, yang lain tiada berharap. Kekuasaan pun ada 2 macam: kekuasaan black hole (eksploitasi) dan kekuasaan cinta (eksplorasi).

Nubuat Yehezkiel kini difokuskan pada para raja Israel yang digambarkan sebagai gembala-gembala yang tidak bertanggung jawab. Alih-alih mencintai domba-domba (rakyat Israel), mereka tidak acuh terhadap tugas penggembalaan, dan hanya bisa menikmati tanpa pernah memberi (ayat 3). Egoisme seperti ini menimbulkan kemarahan Allah. Raja-raja Israel tidak sadar bahwa mereka hanyalah gembala-gembala, dan bukan pemilik. Allahlah yang mempunyai domba-domba itu.

Allah mengambil alih dari sini. Ia akan menggembalakan domba- domba-Nya kembali "sebagaimana seharusnya" (ayat 16). Seorang gembala lain yang setia kepada tugasnya (ayat 23-24) akan diangkat (kemungkinan Yoyakhin -- 2Raj. 25:27-30). Di bawah pemerintahannya, rakyat akan sejahtera. Namun demikian, domba-domba itu pun memiliki tanggung jawab, suatu seni menjadi domba yang baik (ayat 17-22).

Pasal ini ditutup dengan janji Allah yang merentang sampai ke masa depan ketika bangsa Israel dipulihkan (ayat 25-31). Keadaan yang digambarkan mengingatkan pada Yes. 11:6-9. Tanpa kekerasan -- hanya cinta yang hadir. Manusia tidak lagi memperkosa alam dan sesamanya. Kasih setia Allah kukuh hingga kekal.

Renungkan: Waspadalah! Kekuasaan ala gravitasi seringkali mengatasnamakan cinta. Belajarlah sungguh-sungguh mencintai alam, diri, sesama, dan Allah. Kalahkan manipulasi gravitasi hari ini!

PA 1: Mazmur 86

Keadaan di Indonesia yang seringkali bergolak menimbulkan ketakutan dan perasaan was-was bagi rakyat. Di samping gonjang-ganjing politik, tingkat kriminalitas tidak pula menurun, kalau tidak dapat dikatakan meningkat. Hidup makin sulit. Tidak sedikit jumlah orang yang memutuskan untuk meninggalkan negeri ini dan menetap di negeri orang. Alasannya sederhana: keadaan tidak lagi aman, dan rakyat kecil tidak berdaya apa-apa ketika kejahatan menghadang. Ketidakberdayaan ini menimbulkan kekhawatiran yang kronis. Siapa yang dapat dimintai pertolongan? Bisakah rakyat hidup dalam damai sejahtera?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Mengapa dalam ayat 2, 4, 16-17 Daud menyebut dirinya sebagai "hamba" (lih. Kej. 33:5, 2Raj. 8:13)? Jikalau Daud memposisikan diri sebagai hamba, bagaimanakah Daud melihat posisi Allah (ayat 4)? Apakah yang dimaksud dengan "sengsara" dan "miskin" dalam ayat 1 (kaitkan dengan keadaan Daud)? Pernahkah Anda mengalami situasi seperti yang dialami Daud (ayat 14)?

2. Melihat frekuensi doa Daud (ayat 3) dan permohonannya agar diberikan sukacita (ayat 4), bagaimana Anda memahami perasaan yang ia alami? Apakah seseorang boleh merasa takut? Jelaskan jawaban Anda! Mengapa Daud berbicara mengenai Allah yang mengampuni (ayat 5)?

3. Apakah yang diimani Daud mengenai Allah yang dipercayainya (ayat 8-10)? Jelaskan! Apakah Allah yang berkuasa hanya akan menolong jika seseorang berdoa kepada-Nya (ayat 14 seruan muncul dalam pasal ini)?

4. Ayat 11 merupakan klimaks doa. Adakah hubungan sebab-akibat antara ayat 8-10 dan ayat 11? Mengapa Daud meminta hati yang bulat (tak terbagi) sebagai inti doanya? Mengapa Daud bersyukur (ayat 12-13)?

5. Apa yang diminta Daud pada Tuhan (ayat 17)? Apakah yang dimaksud dengan "tanda" di sini bersifat alamiah atau supra alamiah atau dua-duanya? Jelaskan jawaban Anda, kaitkan dengan keadaan Daud! Apa yang diharapkan Daud dengan hadirnya tanda dari Allah (ayat 17b)?

6. Bayangkan: nyawa Anda diancam oleh orang-orang jahat tanpa sebab. Anda juga sadar bahwa Anda kerapkali berdosa menyakiti hati Tuhan. Anda sangat tidak berdaya. Apakah yang akan Anda lakukan?

(0.15403813214286) (Hos 7:3) (sh: Persekongkolan dalam kejahatan (Sabtu, 7 Desember 2002))
Persekongkolan dalam kejahatan

Persekongkolan dalam kejahatan.
Kecaman Hosea terhadap kejahatan bangsa itu tidak pernah berhenti. Kejahatan Israel makin bertambah, meski sudah sering diperingati, bahkan dicambuk oleh Tuhan dengan berbagai malapetaka. Nubuat Hosea pada pasal ini dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa historis perebutan kekuasaan yang berlangsung terus-menerus di Israel Utara (ayat 7). Persekongkolan para pemuka dengan para pembunuh dilakukan dalam pesta pora di istana raja. Setelah berpesta pora dan mabuk- mabukan, mereka membunuh raja dengan iring-iringannya yang juga sedang mabuk (ayat 5).Agaknya, Hosea melihat kejahatan seperti perebutan kekuasaan yang berakhir dengan tewasnya sejumlah raja merupakan suatu kejahatan politik, yang bisa dilihat sebagai pemberontakan kepada Allah sekaligus sebagai penghukuman Allah. Sayangnya, keadaan ini tidak membuat mereka berseru meminta pertolongan Tuhan ( 7,10). Mengapa? Karena mereka tidak berakal budi dan tolol (ayat 11)! Ketololan Israel tampak ketika ia berkoalisi dengan bangsa-bangsa lain. Krisis politik yang mereka alami—sebagai akibat dari kejahatan yang mereka lakukan—tidak membuat mereka berbalik mencari Allah dan kehendak-Nya, tetapi justru mencari pertolongan dari bangsa-bangsa yang sebenarnya akan menghancurkan mereka (ayat 9-11). Akar segala malapetaka adalah pemberontakan Israel kepada Allah, sehingga usaha apapun yang dilakukan Israel untuk mengatasi berbagai krisis tidak akan bermanfaat—termasuk meminta bantuan bangsa-bangsa lain. Jalan satu-satunya adalah kembali kepada Allah dan kasihnya yang mula- mula. Hanya dengan itu mereka mampu menghentikan semua kejahatan di berbagai bidang kehidupan termasuk politik.

Kita semua tentu pernah atau bahkan sedang mengalami krisis yang luar biasa dalam kehidupan kita, baik sebagai bangsa, masyarakat, gereja, atau pun dalam keluarga. Tanyakan pada diri kita apakah dalam mengupayakan penyelesaiannya kita sudah menempatkan Allah sebagai yang sentral?

Renungkan:
Utamakan kebaikan Allah yang nyata dalam cara berpikir, berbuat, dan berkata. Itulah yang dikerjakan Allah dalam natal.

(0.15403813214286) (Mat 22:1) (sh: Jangan main-main dengan anugerah Allah (Senin, 28 Februari 2005))
Jangan main-main dengan anugerah Allah

Jangan main-main dengan anugerah Allah. Menerima undangan, apalagi dari seorang yang terhormat dan terkenal, tentunya akan menjadi suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri. Pasti orang yang diundang itu akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia akan menaruh di agendanya, bahkan menggeser acara-acara lain supaya bisa menghadiri undangan tersebut. Ia akan mempersiapkan pakaian pesta dan hadiah yang layak untuk si pengundang.

Namun, yang terjadi dalam kisah ini sungguh ironis. Seorang raja mengundang banyak tamu untuk menghadiri pesta perkawinan anaknya. Namun, tidak seorang pun tamu yang hadir pada perjamuan itu. Ada saja alasan mereka untuk menolak undangan itu. Masing-masing mementingkan urusan mereka dan bahkan ada yang dengan kasar menganiaya serta membunuh utusan-utusan yang menjemput mereka (ayat 2-6). Jelas sikap mereka yang seperti ini meremehkan raja. Ini sama saja dengan memberontak. Tidak ada hukuman yang lebih pantas daripada ditumpas habis (ayat 7).

Kini undangan perjamuan Kerajaan Surga disebarkan lagi kepada setiap orang yang bukan tamu terhormat. Raja menyatakan anugerahnya kepada rakyat. Namun sekali lagi, banyak di antara rakyat yang tidak merespons dengan tepat. Mereka datang tanpa mempersiapkan diri baik-baik. Mereka datang dengan sembarangan (ayat 11-12). Seakan-akan perjamuan Kerajaan Surga tidak lebih daripada makan di warung makan sekadarnya. Orang-orang itu pun harus tersingkir (ayat 13). Kebaikan dan anugerah Allah mahal harganya dan menuntut pertobatan serta komitmen yang sepadan pula.

Yesus melalui perumpamaan ini memperingatkan dengan keras bahwa anugerah Allah tidak boleh dipermainkan. Anugerah Allah memang diberikan cuma-cuma tetapi bukan berarti murahan. Setiap orang yang menyepelekannya akan membayar mahal, yaitu ditolak Tuhan.

Camkan: Menolak Injil atau merespons Injil secara sembarangan sama fatal akibatnya.

(0.15403813214286) (Luk 9:18) (sh: Pengakuan dari pengenalan yang benar (Minggu, 23 Januari 2000))
Pengakuan dari pengenalan yang benar

Pengakuan dari pengenalan yang benar. Pertanyaan: "Siapakah Yesus?" tak pernah pupus di sepanjang sejarah era-mesianik. Berbagai asumsi orang tentang Yesus muncul dari kalangan rakyat sampai raja Herodes. Yesus perlu mempertegas pengenalan murid-murid tentang siapa Dia. Yesus bertanya: "Siapakah Aku ini?". Bukan menurut pendapat orang banyak tetapi menurut diri mereka sendiri. Petrus menjawab: "Mesias dari Allah".

Beberapa pengenalan akan Yesus dari orang banyak: Yesus dari Nazaret anak tukang kayu Yusuf, Rabi yang mengajarkan Kerajaan Allah, Penyembuh penyakit, dan Pengusir Setan. Maka mereka berpendapat bahwa Yesus mungkin Yohanes Pembaptis atau nabi Elia yang bangkit. Sama sekali tak ada dalam benak mereka bahwa Yesus adalah Mesias Karena gambaran Mesias yang diharapkan bangsa Yahudi adalah raja yang akan menjadi pembebas dari penjajahan bangsa Roma, raja yang agung dan perkasa. Sedang Yesus, sama sekali tidak menampakkan sifat rajawi-Nya. Pengakuan Petrus dan murid-murid tidak perlu disebarluaskan. Hal ini menjaga terjadinya salah paham dari orang-orang Yahudi tentang Kemesiasan Yesus.

Pengakuan ini amat penting. Yesus adalah nama pribadi, sedangkan Mesias (Kristus) adalah gelar-Nya. Mesias berarti yang diurapi untuk menyelamatkan manusia, bukan hanya dari penderitaan jasmani tetapi dari dosa dan maut. Sepanjang hidup-Nya di dunia Yesus tak dikenal sebagai Mesias yang sudah dinantikan berabad-abad. Kemesiasan-Nya menjadi jelas setelah kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke sorga. Namun bagi murid-murid pengenalan ini amat penting. Sebab menjadi pengikut Yesus tanpa memiliki pengenalan pribadi yang jelas akan mudah terpengaruh oleh pendapat dan pandangan orang banyak yang jelas-jelas salah.

Renungkan: Pengakuan Petrus akan Kemesiasan Yesus lahir karena pengenalannya akan Dia. Pengenalan yang benar melahirkan pengakuan yang benar pula.

(0.15403813214286) (1Kor 15:20) (sh: Faedah buah sulung (Kamis, 2 Oktober 2003))
Faedah buah sulung

Faedah buah sulung. Kristus telah bangkit sebagai yang sulung menurut urutan kebangkitan orang-orang yang telah meninggal. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang telah meninggal namun telah menjadi milik-Nya akan dibangkitkan kemudian. Yang dimaksud adalah waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, Kristus datang sebagai Raja dalam pemerintahan-Nya. Ia adalah Raja yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya. Ia menjadi Raja hingga musuh terakhir dibinasakan yaitu maut. Kristus juga adalah Anak yang menaklukkan diri-Nya di bawah Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah, Sang Pencipta dan Penguasa menjadi semua di dalam semua (ayat 20-28). Demikianlah Paulus menguraikan arti kebangkitan yang benar kepada jemaat.

Ada dua alasan bagi Paulus yang menganggap penting baginya memberikan pemahaman yang benar tentang kebangkitan. Pertama, tujuan dan manfaat baptisan bagi orang mati merujuk pada penggunaan simbol partisipasi Kristen dalam kehidupan kekal. Kedua, menjadi martir tiap-tiap hari dalam menghadapi bahaya maut demi pemberitaan injil. Pengharapan yang mendalam tentang apa yang kita percaya dan beritakan, akan menjadikan baptisan berfaedah dan menjadi martir tidak sia-sia. (ayat 29-32)

Demi mempertahankan kepercayaan pada kebangkitan Kristus yang membawa faedah itu, maka tugas orang-orang Kristen pada masa kini adalah bijak dalam menikmati kehidupan sekarang. Hedonisme dan pergaulan buruk yang mencakup pergaulan bebas dan perbuatan-perbuatan dosa harus segera dibuang dan ditinggalkan. Sebaliknya, nantikan kehidupan kekal yang kita harapkan dengan mawas diri terhadap dosa dan berusaha terus untuk hidup dalam pengenalan yang benar tentang Allah (ayat 33-34).

Renungkan: Memberi diri dibaptis dan menjadi martir demi faedah buah sulung tidak akan sia-sia.

(0.15403813214286) (1Tim 6:11) (sh: Menjadi manusia Allah (Kamis, 20 Juni 2002))
Menjadi manusia Allah

Menjadi manusia Allah. Ayat 11-16 memberikan semacam inti dari keseluruhan nasihat Paulus kepada Timotius. Dengan penyebutan "manusia Allah" (ayat 11), Paulus menunjukkan bahwa status diri Timotius bukan hanya pemimpin, tetapi juga pemberi teladan di jemaatnya, agar mereka pun dapat mengikutinya menjadi manusia Allah. Karena itu, Timotius harus menjauhi semua hal yang tidak baik, dan sungguh-sungguh berusaha mengejar "keadilan, ibadah, kasih, kesabaran, dan kelembutan" (ayat 11). Sifat-sifat ini harus menjadi bagian dari hidupnya sebagai seorang manusia Allah. Karena itu, di ayat selanjutnya (ayat 12) Paulus mengambil gambaran dari sebuah pertandingan. Ia harus bertanding karena kondisi yang dihadapinya berat. Ia juga harus "merebut hidup yang kekal" (ayat 12), bukan dalam arti mencapai keselamatan hidup kekal dengan usahanya sendiri, tetapi dalam arti menunjukkan bahwa dirinya sungguh -sung guh adalah pemenang dalam pertandingan ini. Caranya adalah dengan menuruti "perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela" (ayat 14a), dan dengan memelihara apa yang telah dipercayakan kepadanya, baik pelayanannya maupun orang-orang yang dilayaninya (ayat 20). Allah dan Kristus Yesus menjadi saksi Timotius (ayat 13), dan pada akhirnya nama Yesus akan dimuliakan sebagai hasil dari perjuangannya (ayat 16).

Paulus meminta Timotius untuk mengikuti nasihat ini karena Yesus Kristus adalah "Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (ayat 15). Fakta ini cukup kuat untuk menjadi dasar bagi tingkah laku orang Kristen, "Yesus adalah raja atas hidup saya dan tiap bagiannya!" Prinsip itu juga harus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sekali lagi Paulus menasihati agar Timotius memperingatkan para orang kaya agar tidak mengandalkan kekayaan harta mereka dan menjadi tinggi hati, tetapi hanya berharap sepenuhnya kepada Allah saja (ayat 17-19). Perbuatan baik mereka menjadi tanda yang menghidupkan pengharapan mereka.

Renungkan: Kristen harus mampu membuktikan bahwa ia adalah manusia Allah, milik Allah dan pemenang pertandingan melalui setiap aspek kehidupannya.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.24 detik
dipersembahkan oleh YLSA