Jerih payah orang bodoh melelahkan orang itu sendiri, karena ia tidak mengetahui jalan ke kota.

Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku ^a  rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur; ^b 

Juga janganlah memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang, supaya engkau ^v  tidak mendengar pelayanmu mengutuki engkau.

Oleh sebab itu aku memuji kesukaan, ^p  karena tak ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum ^q  dan bersukaria. ^r  Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya yang diberikan Allah kepadanya di bawah matahari.

Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan akhir bicaranya adalah kebebalan yang mencelakakan.

Perkataan mulut orang berhikmat menarik, ⁱ  tetapi bibir ^j  orang bodoh menelan orang itu sendiri.

Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu seorang yang berasal dari kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam kemabukan! ⁿ 

(5-13) Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya.

Mata orang berhikmat ada di kepalanya, sedangkan orang yang bodoh berjalan dalam kegelapan, tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama menimpa mereka semua. ^o 

Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.

Hikmat ^x  lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.

Mendengar hardikan ^a  orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh.

Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. ⁿ  Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia ^o  untuk melelahkan diri.

Berdua lebih baik dari pada seorang diri ¹ , karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.

(5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, ^r  karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu ¹ . ^s 

Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat ^s  dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di dunia ^t  tanpa mengantuk siang malam,

Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.

Lihatlah, ini yang kudapati, kata Pengkhotbah: ^c  Sementara menyatukan yang satu dengan yang lain untuk mendapat kesimpulan,

dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi perempuan tunduk, ^d 

Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali ^z  kepada debu.