Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 179 ayat untuk tidak sabar lagi AND book:19 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.38) (Mzm 70:1) (sh: Penawar Kepedihan (Jumat, 15 November 2019))
Penawar Kepedihan

Ketika kita menghadapi kesedihan dan kepedihan ada baiknya kita memiliki "amunisi" yang dapat digunakan berulang-ulang untuk mengingatkan kita agar tetap kuat menghadapi masalah.

Raja Daud menulis sebuah mazmur pujian pada waktu mempersembahkan kurban peringatan (2). Mazmur ini merupakan pengulangan dari lima ayat terakhir dalam Mazmur 40. Para penafsir Alkitab menjelaskan bahwa mazmur ini dapat disebut sebagai sebuah doa pendek. Doa pendek ini ditulis sebagai sebuah peringatan dan dimaksudkan untuk dinyanyikan berulang-ulang sebagai penawar kepedihan bagi Daud atau pun bagi umat yang menyanyikannya. Isi doanya ialah supaya Allah berkenan mengirimkan pertolongan.

Kemiskinan dan kebutuhan adalah alasan pemazmur berseru kepada Allah (2, 6). Ia berdoa agar Allah memenuhi wajah musuh-musuhnya dengan aib, malu, dan noda (3-4). Pemazmur juga berdoa agar Allah berkenan melimpahkan hati orang yang memuji Allah dengan sukacita.

Mazmur ini bisa menjadi contoh "amunisi" dalam mengatasi kepedihan hidup ketika menghadapi musuh yang memandang rendah dan terus-menerus ingin menjatuhkan kita. Kata "amunisi" di sini jangan dipahami sebagai mesiu atau peluru, melainkan doa yang dinaikkan berulang-ulang untuk mengingatkan kita agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.

Lagi pula, orang-orang yang menimbulkan kepedihan di hati kita akan menerima balasannya. Bukan berarti kita boleh berdoa dengan penuh kebencian, sebaliknya sebagaimana yang diajarkan Yesus, kita harus mampu mengasihi dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Balasan adalah bagian Allah. Bagian kita adalah berdoa dengan kasih. Dan pemazmur sadar bahwa orang-orang yang berharap dan memuji-Nya akan mendapat kebaikan. Kita juga dapat memohon Allah segera menolong kita.

Doa: Tuhan, ingatkan kami untuk terus berharap kepada-Mu tanpa henti dan tidak kenal menyerah. [PC]

(0.38) (Mzm 86:1) (sh: "Engkau sendiri saja Allah" (Kamis, 29 September 2005))
"Engkau sendiri saja Allah"

"Engkau sendiri saja Allah" Sama atau bedakah sikap orang beriman dari orang tak beriman ketika memikul beban berat kehidupan? Jujur, sering kali sikap keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Demikian juga yang kita lihat selintas dalam mazmur ini. Namun, bila kita lebih teliti melihatnya, kita akan menjumpai perbedaan mendasar. Di pusat semua pergumulan manusiawinya, pemazmur menempatkan Allah. Sambil mempererat komitmennya kepada Allah dan berfokus pada sifat hakiki Allah (ayat 8-13), pemazmur mencurahkan reaksi-reaksi manusia-winya dalam kesusahan. Keunikan inilah yang harus membedakan sikap orang beriman dari orang tidak beriman dalam menanggung kesusahan hidup.

Terbuka dalam mengungkapkan masalah berat yang ditanggung, jujur tentang perasaan yang timbul, dan gam-blang mengungkapkan permohonan menjadi ciri doa-doa pemazmur (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-7,14-17). Kalau hanya itu, hampir tidak dapat dibedakan reaksi orang beriman dari reaksi orang tidak beriman dalam kesusahan, bukan? Justru doa dan keluhan demikian harus dipandang salah sebab berpusat pada perasaan, kebutuhan, dan permohonan diri sendiri saja. Namun, doa pemazmur tidak egoistis. Di pusat pergumulannya itu, tebersit sikapnya yang mengutamakan Tuhan dan meninggikan kemuliaan-Nya. Allah saja satu-satunya tempat ia mengadu dan memohon. Ia memohon agar nama Tuhan dihormati semua orang dan ia sendiri pun takut akan nama itu (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">9b,11b).

Menjadi beriman bukan berarti menjadi orang aneh dan tidak manusiawi. Banyak hal yang membuat orang tak beriman menjadi gelisah, menangis, dan berkeluh-kesah. Merupakan hal yang wajar jika kita, sebagai orang beriman mengalaminya. Namun, karena pusat hidup kita bukan lagi diri kita sendiri, tetapi Tuhan Allah yang sudah menebus kita melalui Yesus Kristus, maka prinsip kita menghadapi masalah hidup pun harus berbeda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.38) (Mzm 106:34) (sh: Sama bobrok dengan dunia! (Senin, 24 Oktober 2005))
Sama bobrok dengan dunia!

Sama bobrok dengan dunia! Dosa demi dosa yang dilakukan Israel menunjukkan kebebalannya dan ketidakpekaannya akan kenajisan yang mereka sudah perbuat. Semua kebiasaan jahat dan menjijikkan dari bangsa-bangsa kafir, mereka perlakukan dan lakukan menjadi hal yang biasa (ayat 36-39). Akibatnya Tuhan merasa jijik terhadap mereka (ayat 40).

Apakah sebabnya mereka sampai terjerat dalam dosa-dosa yang begitu mengerikan? Karena mereka tidak taat kepada perintah Allah untuk membasmi semua penduduk Kanaan (ayat 34). Akibatnya, mereka tercemar dan rusak oleh kebiasaan buruk bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah tersebut. Hukuman Tuhan pun tidak tanggung-tanggung. Oleh karena, mereka memilih mengikuti pola hidup bangsa-bangsa kafir daripada mengikut jalan Tuhan yang kudus maka Tuhan menyerahkan mereka ke tangan bangsa-bangsa kafir itu (ayat 41-42). Tujuan Tuhan adalah mempertobatkan mereka melalui penderitaan akibat penjajahan. Sayang sekali, Israel tidak menghiraukan-Nya, mereka bangsa yang tegar tengkuk (ayat 43).

Hanya anugerah saja yang mencegah kebinasaan tuntas Israel. Dalam kasih-Nya, Allah mengingat umat-Nya yang Ia telah ciptakan dan Ia pilih melalui perjanjian kekal (ayat 45). Ia tidak sampai hati membiarkan anak-anak-Nya musnah. Pemazmur menyadari benar akan hal ini, oleh karena itu ia berani berseru mewakili Israel agar sekali lagi Allah mengampuni mereka dan menyelamatkan mereka dari cengkeraman bangsa-bangsa. Tidak lupa pemazmur mengucap syukur untuk kebaikan Tuhan (ayat 47-48).

Apabila kita mengetahui sesama kita yang seiman kom-promi dengan gaya hidup yang berdosa dari dunia ini, janganlah bersikap masa bodoh. Ingatkan mereka dua hal: hal tersebut mendukakan hati Tuhan, dan Tuhan masih mengasihi dan menginginkan mereka kembali bertobat.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.38) (Mzm 119:65) (sh: Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan (Kamis, 30 Mei 2002))
Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan

Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan. Keadaan tertindas tidak selamanya buruk, tetapi bisa membawa kebaikan (ayat 67,71). Pembuangan di Babel bukanlah akhir dari kehidupan. Keadaan umat Allah yang tertindas, termasuk pemazmur, ditanggapi secara positif oleh pemazmur, walau banyak juga yang menanggapi peristiwa itu secara negatif. Paling tidak tanggapan negatif itu muncul dari mereka yang disebut sebagai orang kurang ajar oleh pemazmur (ayat 69,78). Mereka ini adalah orang-orang yang meninggalkan Tuhan dan tidak lagi berpegang pada Taurat Tuhan. Pemazmur dan orang-orang yang sepaham dengannya mempunyai keyakinan bahwa penindasan yang mereka alami mengandung hikmat, kebaikan, dan kesetiaan Allah (ayat 67). Bagi pemazmur, keadaan tertindas itu adalah baik karena diciptakan Tuhan dalam kesetiaan (ayat 75). Artinya, keadaan tertindas itu justru menunjuk pada kasih setia Tuhan yang menuntun seseorang untuk ma u mem ahami Taurat Tuhan serta berpegang pada janji Tuhan (ayat 67,71). Keadaan tertindas itu juga lebih baik daripada emas dan perak (ayat 72), karena emas dan perak sering kali tidak hanya membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk merasakan, menikmati, dan mengalami kebaikan Taurat, tetapi bisa membuat umat Allah menyimpang dan tidak mengalami kebaikan Taurat.

Banyak ketetapan dan hukum Taurat yang secara konkret berbicara tentang kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Karena itu, walaupun pemazmur menggunakan bahasa liturgis, tetapi apa yang ia katakan itu merupakan refleksi dari berbagai ketetapan, peraturan, dan hukum yang konkret serta praktis. Hal ini tampak dalam berbagai peraturan, ketetapan, dan hukum seperti yang tertuang dalam kitab Keluaran 23:1-13.

Renungkan: Dari waktu ke waktu gereja selalu berusaha menemukan kebaikan, kebenaran, dan keadilan Allah dalam konteks pergumulannya di berbagai dimensi kehidupan. Karena itu, sikap dan tindakan kita mestinya tidak mementingkan diri sendiri, melainkan memberikan pengharapan bagi orang banyak, menghibur, dan menyukakan hati mereka yang tertindas. Karena itu, melaksanakan Taurat Tuhan haruslah dengan hati yang tulus (ayat 74,80).

(0.38) (Mzm 78:17) (sh: Mencobai Tuhan (Minggu, 4 September 2016))
Mencobai Tuhan

Kita mungkin sering mendengar atau membaca bahwa "Israel mencobai Tuhan." Mungkin banyak di antara kita tidak benar-benar mengerti apa yang dimaksudkan dengan mencobai Tuhan. Untuk itu, mari kita melihat apa yang dimaksud dengan mencobai Tuhan seperti yang digambarkan dalam nas hari ini.

Tuhan telah memperlihatkan banyak keajaiban agar Firaun bersedia membebaskan umat-Nya. Ia juga memberikan pemeliharaan-Nya yang ajaib kepada umat-Nya selama di padang gurun. Apa yang Tuhan nyatakan dan lakukan tidak membuat umat-Nya percaya dan mengandalkan Tuhan. Mereka berkata, "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang Ia memukul gunung batu sehingga terpancar air dan membanjir sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya? (19-20). Apa yang mereka katakan di sini dinyatakan sebagai "mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menurut nafsu mereka" (18). Tentu saja Tuhan murka sebab mereka tidak percaya kepada-Nya dan tidak yakin akan keselamatan yang dilakukan-Nya (21-22).

Tidak memercayai Tuhan sama halnya dengan mencobai Tuhan. Hal ini diteguhkan oleh apa yang Yesus katakan ketika Iblis meminta-Nya menjatuhkan diri hanya untuk membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah. Yesus menegaskan: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu" (Mat. 4:7). Pada dasarnya Iblis meminta Yesus untuk tidak percaya begitu saja, tetapi perlu pembuktian bahwa Ia adalah Anak Allah. Namun, Yesus memercayai ucapan Allah, sehingga tidak perlu meminta bukti apa pun.

Jika mencobai Tuhan ada dalam ketidakpercayaan akan penyataan Tuhan, mungkin kita sering melakukan hal itu. Bukankah kita sering berpikir bahwa Tuhan tidak mengasihi kita ketika Ia tidak menjawab doa kita? Padahal, Tuhan telah menyatakan kasih-Nya kepada kita. Berhati-hatilah dan jangan terus-menerus mencobai-Nya! Hiduplah dengan iman dan percayalah pada firman-Nya walau kondisi kita tidak sesuai harapan. [IT]

(0.38) (Mzm 16:1) (sh: Menghadapi ancaman murtad dan maut (Sabtu, 11 Januari 2003))
Menghadapi ancaman murtad dan maut

Menghadapi ancaman murtad dan maut. Sulit untuk melihat bahwa pemazmur sedang menghadapi ancaman kompromi menuju murtad dalam ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-5. Ada baiknya kita mulai dengan melihat isi permohonan pemazmur di ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4b-6, yakni tekad dan kerinduan agar Tuhan sepenuhnya menjadi harta kehidupannya, satu-satunya tambatan hati. Doa itu dipanjatkan karena ia tidak ingin mengalami nasib orang seperti yang digambarkannya di ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4a. Ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1 adalah doa agar Allah melindungi dia dari nasib tersebut. Nasib buruk itu adalah akibat dari perbuatan orang yang dituturkannya di ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2, yaitu ucapan orang yang sebaliknya dari menjadikan Tuhan Allah saja sebagai yang terbaik, mulia, sumber kesukaan, kini menjadikan "Tuhan" dan "orang-orang kudus" sebagai ganti Tuhan yang sejati. Jadi, ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2 seharusnya dilihat sebagai dosa penyembahan berhala, bahwa orang memuja dan mengandalkan hal-hal apa saja yang dianggapnya mulia, tetapi yang bukan Allah sejati. Dosa ini hanya dapat diatasi dengan tekad dan komitmen untuk tidak mendua hati menjadikan Allah sebagai harta abadi jiwa kita (ayat 5-6).

Untuk orang yang telah belajar menyingkirkan segala macam bentuk allah palsu dari kehidupannya, maut tidak lagi menjadi ancaman yang menakutkan. Allah sedemikian akrab sehingga di kegelapan malam pun Allah selalu memberikan pengajaran yang memurnikan hati nurani (ayat 7) dan Allah terpampang jelas dalam penglihatan mata hati pemazmur (ayat 8). Mazmur ini telah diartikan sebagai mazmur mesianis (Kis. 2:25-28; 13:35) menunjuk kepada kebangkitan Kristus. Memang benar bahwa kebangkitan Kristus tidak saja menyatakan kemenangan Kristus dari maut, tetapi juga dasar bagi kehidupan kekal kita yang tak dapat binasa.

Renungkan: Mengkonsumsi barang palsu mungkin tidak fatal, tetapi memperallah yang bukan Allah pasti menghasilkan akibat ngeri.

(0.38) (Mzm 28:1) (sh: Pertolongan pada saat kesesakan (Jumat, 28 Februari 2003))
Pertolongan pada saat kesesakan

Pertolongan pada saat kesesakan. Bila rasanya pertolongan Tuhan tak kunjung tiba, serasa tangan- tangan jahat sedang merenggut jiwa kita menuju kebinasaan. Saat- saat seperti itu membuat kita merasa kehilangan akal, dan mungkin tergoda untuk mencari pertolongan dari pihak lain, sangat mungkin untuk kompromi dengan para musuh kita.

Pemazmur ada dalam situasi yang sangat mirip. Ia tertekan karena sepertinya Tuhan berdiam diri dan membisu (ayat 1). Ia merasa dengan membisunya Tuhan, dirinya seperti sudah ditinggalkan untuk mati ("aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur"). Pemazmur merasa hampir terseret kepada perbuatan orang fasik (ayat 3). Namun, pemazmur tetap bertahan dan tetap mengharapkan Tuhan mendengar permohonan dan teriakan minta tolong (ayat 2), supaya ia tetap bertahan untuk tidak tergoda berkompromi dengan kejahatan pemazmur mohon, supaya Tuhan mengganjar orang-orang jahat karena kejahatan mereka (ayat 4-5). Lebih jauh lagi pemazmur memanjatkan ucapan syukur seakan Tuhan sudah mendengar permohonannya dan sudah menolongnya (ayat 6-7). Adalah keyakinan pemazmur bahwa Tuhan penolong dan penopang umat-Nya (ayat 8). Oleh sebab itu, seruan kepada Tuhan ini juga ditujukan demi umat milik Tuhan sendiri (ayat 9).

Pemazmur menyatakan iman (=percaya)nya di tengah situasi yang sepertinya tidak berpengharapan. Godaan kuat untuk menyerah begitu besar, namun imannya tidak goyah karena ia tahu dan yakin akan pertolongan Tuhan. Ia yakin Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya binasa.

Renungkan: Ketika saat-saat kesesakan begitu tidak tertahankan, godaan untuk menyerah begitu kuat, ingatlah akan doa Tuhan Yesus, "Kehendak-Mu yang jadi ya Bapa, bukan kehendakku." Jangan melihat ke situasi yang mencekam, lihatlah kepada Kristus yang sudah menang mengatasi godaan itu.

(0.38) (Mzm 42:1) (sh: Merindukan Allah (Minggu, 12 Agustus 2001))
Merindukan Allah

Merindukan Allah. Pernahkah Anda merasakan kegalauan rasa rindu yang tak terbendung ketika terpisah dari orang-orang yang Anda cintai? Hasrat seperti inilah yang dirasakan pemazmur.

Pemazmur merindukan Tuhan dengan hasrat yang sedemikian besar, tak tertahankan lagi dan harus segera mendapat pemenuhannya (ayat 1- 3). Ia haus, gundah gulana, tertekan, dan gelisah ketika menyadari keberadaan dirinya yang telah jauh dari Allah (ayat 3, 5, 6, 7, 12). Ia memenuhi hari-harinya dengan air mata karena celaan lawannya yang menikam tulang-tulangnya: "Di manakah Allahmu?" (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">4, 11). Ia sedemikian takut terpisah dari Allah sehingga berseru: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?" (ayat 10). Kerinduannya yang sedemikian dalam ini tidak terobati oleh album kenangan yang dipenuhi dengan memori indah. Ingatannya tentang sorak-sorai, nyanyian syukur, dan perayaan yang pernah dinikmatinya di rumah Allah, maupun kenangan manis yang menjadi sejarah tidaklah memuaskan hasratnya, tetapi sebaliknya justru membawanya semakin tenggelam dalam ketakutan, keputusasaan, dan kegelisahan hati (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5-6, 7-8). Harapan satu-satunya, yang memungkinkannya untuk kembali bersyukur hanyalah ditemukan di dalam Tuhan.

Getaran rasa rindu yang sedemikian besar terhadap Tuhan seringkali tidak kita miliki. Hal ini dapat terjadi karena kita tidak menyadari bahwa kebutuhan kita yang terdalam, tidak lain adalah Allah yang hidup, sumber kehidupan kita (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">3, 9). Dialah sumber pertolongan yang melindungi dan memerintahkan kasih setia-Nya (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6, 9, 12).

Renungkan: Apakah kita menyadari bahwa diri kita tidaklah mungkin dapat terpisah dari Allah karena kita tidak dapat hidup tanpa Dia? Dialah kebutuhan kita yang paling mendasar, dan tanpa Dia keberadaan kita tidaklah berarti apa-apa.

Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta

II Raja-raja 4:42-44

Efesus 4:1-6, 11-16

Yohanes 6:1-15

Mazmur 145

Lagu: Kidung Jemaat 402

Pa 6 Mazmur 40

Mazmur ini merupakan cerminan hati Daud tentang hasratnya yang sedemikian kuat kepada Tuhan. Hasrat ini terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan keyakinan dan harapannya yang tidak pudar melintasi berbagai problematika kehidupan. Hasrat ini bukanlah dibangun di atas harapan yang semu ataupun keyakinan yang tidak beralasan, melainkan dibangun di atas dasar kasih setia Tuhan yang dapat dipercaya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Pada ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-6 Daud memuji Tuhan atas apa yang sudah Tuhan kerjakan baginya. Bagaimanakah Daud menggambarkan pertolongan Tuhan kepadanya (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2b-4a)? Apakah hubungan antara karya Tuhan ini dengan hasratnya kepada Tuhan (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2a)? Dampak apakah yang dihasilkan oleh pertolongan Tuhan tersebut (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">4b)? Bagaimanakah hal ini mempengaruhi cara pandang Daud tentang Tuhan dan orang yang berbahagia (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5, 6)?

2. Mengapakah Daud memohon agar Tuhan tidak menahan rakhmat-Nya melainkan segera menolongnya (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">12, 14)? Kesadaran tentang faktor-faktor eksternal (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">13a) dan internal (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">13b) apakah yang mendorongnya berdoa seperti ini? Apakah hasratnya kepada Tuhan menjadi luntur dalam situasi seperti ini (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">14b)?

3. Apakah yang menjadi harapan Daud bagi musuh-musuhnya (ayat 15) dan orang-orang yang mencari Tuhan dan mencintai keselamatan daripada-Nya (ayat 17)? Apakah dasar bagi harapan-harapannya?

4. Apakah dampak dari pertolongan Allah yang pernah dialaminya (ayat 2-11) terhadap pergumulan yang sedang dihadapinya (ayat 12- 14)? Bagaimana hal itu juga berpengaruh terhadap harapannya untuk masa yang akan datang (ayat 15-17)?

5. Bagaimana dengan kita? Bagaimanakah kita dapat menemukan keyakinan pada masa kesesakan dan harapan untuk masa yang akan datang? Apakah dasar bagi keyakinan kita akan pertolongan Tuhan?

6. Di tengah-tengah pergumulan kita sehari-hari, apakah kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya untuk masa kini dan masa yang akan datang, sama seperti pada masa yang lampau? Hal-hal apakah yang menghambat proses ini?

(0.38) (Mzm 69:1) (sh: Ketika anak Tuhan difitnah (Jumat, 29 Oktober 2004))
Ketika anak Tuhan difitnah

Ketika anak Tuhan difitnah. Pada umumnya seseorang yang dituduh melakukan kesalahan akan membela diri tanda tidak bersalah dan mencari orang lain untuk dipersalahkan. Kalau anak Tuhan yang difitnah, bagaimana seharusnya sikap kita?

Dalam nas ini pemazmur kelihatannya difitnah oleh musuhnya dengan tuduhan ia telah mencuri (ayat 5). Padahal, ia tidak melakukannya. Namun, pemazmur menyadari bahwa ada kebodohan yang telah ia lakukan sehingga ia berada dalam situasi seperti ini (ayat 6). Rupanya sikap bodoh pemazmur ini dimanfaatkan oleh para musuhnya untuk menyebarkan gosip bahwa dirinya adalah pencuri. Akibat dari fitnah ini sungguh dahsyat, ia tidak dipercaya lagi oleh banyak orang, sanak saudaranya sendiri, dan orang percaya. Sehingga ia menjadi "batu sandungan" bagi orang-orang yang mengenalnya sebagai anak Tuhan (ayat 8-13). Inilah yang meresahkan pemazmur yaitu fitnah para musuhnya ini menyebabkan banyak anak Tuhan menjadi lemah imannya. Mungkin mereka berkata: "Kalau anak Tuhan kelakuannya seperti ini, layakkah kita mempercayai Tuhannya?" Pemazmur merasa seolah-olah dirinya tenggelam di "rawa keputusasaan" maka ia berseru memohon pertolongan Tuhan (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-3,14-19). Pemazmur yakin bahwa kasih setia Tuhan akan menolong dan mengangkat dia dari situasi tidak menyenangkan yang menjepitnya ini.

Perhatikanlah doa permohonan pemazmur kepada Tuhan. Doa ini dipanjatkan bukan semata-mata agar Tuhan membela dirinya, tetapi juga supaya anak Tuhan lain jangan lemah imannya (ayat 7). Sungguh suatu pelajaran indah yang bisa kita pelajari dan teladani dari sikap dan doa pemazmur. Ketika ia difitnah sampai menanggung kerugian moril, hal yang paling dikuatirkannya bukan sekadar dirinya saja, tetapi pengaruh gosip fitnah tersebut bagi persekutuan umat Tuhan. Hiduplah dengan bijak supaya orang lain tidak memperoleh kesempatan untuk memfitnah Anda. Namun, kalau ini terjadi jangan mencari pembelaan dunia melainkan minta Tuhan bertindak membela Anda.

Yang kulakukan: Saya akan memercayai dan menantikan pembelaan Tuhan saat saya difitnah.

(0.38) (Mzm 83:1) (sh: Apa arti sebuah nama? (Jumat, 2 November 2001))
Apa arti sebuah nama?

Apa arti sebuah nama? Perang 6 hari Israel-Arab pada bulan Juni 1967 menyebabkan dataran tinggi Golan direbut Israel. Waktu itu, dengan kemampuan badan intelijennya yang luar biasa dan peralatan perang yang tergolong canggih, Israel dapat memenangkan perang, padahal negara-negara Arab seperti Suriah, Mesir, dan Yordania bergabung dan mencoba mengepung.

Keadaan Israel yang digambarkan dalam Mazmur 83 ini mirip dengan situasi ketika Israel dikepung bangsa-bangsa Arab tahun 1967. Bedanya, Israel saat itu belum memiliki persenjataan yang canggih dan belum mengembangkan dinas rahasianya seperti waktu perang 6 hari. Akibatnya, mereka begitu gentar karena merasa tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang amat menjepit. Sedangkan, bangsa- bangsa sekitarnya siap menyerbu Israel dan melenyapkan nama mereka dari muka bumi (ayat 5-9).

Satu hal yang perlu kita pelajari di sini adalah mengenai konsep "nama", baik nama Israel (ayat 5) maupun nama Yahweh (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">17, 19). Dalam kebudayaan Timur Tengah kuno, nama bukan hanya sebutan belaka, tetapi memiliki arti yang juga mencakup keberadaan, karakter, dan reputasi seseorang. Nama Israel sedang berusaha dihapuskan, ini berarti keberadaan bangsa Israel pun dengan sendirinya akan lenyap. Namun, bangsa Israel tidak bersandar pada kekuatan diri mereka, tetapi bersandar pada nama Yahweh yang tidak mungkin guncang dan hilang.

Bangsa Israel menyadari bahwa dalam kelemahan, mereka memiliki Allah yang menyayangi mereka, Yahweh yang hidup dan setia pada perjanjian-Nya. Yahweh tidak akan diam kala umat-Nya berseru di dalam kesesakan (ayat 2). Bangsa Israel bisa berharap pada Yahweh karena Ia telah membuktikan keperkasaan- Nya menghancurkan musuh-musuh umat-Nya (ayat 10-13). Kini bangsa Israel berdoa lagi agar para musuh mereka dikacaubalaukan oleh Tuhan (ayat 14-16) agar nama Yahweh dimuliakan, dan semua bangsa tunduk pada Dia (ayat 17-19).

Renungkan: Apakah arti nama Yahweh dalam hidup Anda? Sudahkah Anda merasakan kehadiran dan karya-Nya secara kongkret dalam hidup Anda setiap hari?

(0.38) (Mzm 119:145) (sh: Tuhan penolong satu-satunya (Selasa, 4 Juni 2002))
Tuhan penolong satu-satunya

Tuhan penolong satu-satunya. Seperti halnya orang-orang yang berusaha melakukan segala sesuatu dengan tulus dan jujur mengalami berbagai tekanan, agaknya pemazmur pun mengalami hal yang sama. Penderitaan pemazmur karena melakukan yang benar, makin berat dan memuncak. Tetapi, keadaan ini tidak membuatnya menjauhi Allah, justru dengan konsentrasi penuh, dan dengan segala kekuatan yang ada padanya, ia berteriak minta tolong kepada Allah (ayat 145). Ia tidak menyisakan lagi tenaga dan pikirannya ketika berseru kepada Allah. Hal itu dilakukan bukan karena Tuhan tuli atau tidak mau mendengarkan seruannya, tetapi karena kepasrahan yang utuh dan penuh kepada Tuhan.

Kita melihat dua hal penting dalam sikap pemazmur ini. Pertama, ia sadar bahwa tiada sesuatu pun di dunia yang dapat menolongnya dari penderitaan ini, kecuali Tuhan. Kedua, ia juga tahu bahwa melepaskan dan melupakan Taurat hanyalah menambah beban penderitaannya, dan itu bukan jalan keluar sebab jalan keluar hanya ada pada Allah sebagai satu-satunya sumber kebaikan.

Semakin beratnya beban penderitaan pemazmur disebabkan semakin banyak orang-orang yang menjauhkan diri dari Taurat Tuhan yang mengejar pemazmur dengan maksud jahat (ayat 150). Namun, ia mengetahui cara untuk dapat bertahan, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhannya tidak pernah menjauhkan diri dari orang-orang yang mencintai Dia dan Taurat-Nya (ayat 147,148). Dari pemazmur kita belajar hal penting tentang kedekatan hubungannya dengan Allah, yaitu pemazmur merasa bahwa di dalam Taurat-Nya ia berjumpa dengan perkataan Allah yang menguatkan iman.

Renungkan: Banyak orang menjauhkan diri dari Allah karena menganggap bahwa Allah juga menjauhkan diri darinya sebab penderitaan yang dialaminya. Anggapan ini sangat salah karena Allah tidak pernah menjauhkan diri dari manusia. Bahkan ketika manusia kehilangan harapan karena pemberontakannya sendiri, karena dosa, Tuhanlah yang berinisiatif datang dan menebus manusia melalui Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal.

(0.38) (Mzm 150:1) (full: PUJILAH ALLAH. )

Nas : Mazm 150:1

Pujian yang benar kepada Allah tidak akan terbatas pada ruang ibadah saja (ayat Mazm 150:1-2,6). Kita dapat sungguh-sungguh memuji Allah hanya bila kita melihat kebesaran dan kebaikan-Nya, serta mengingat dan merenungkan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh-Nya dalam penciptaan dan penebusan serta kehidupan pribadi kita. Dengan demikian pujian merupakan suatu tanggapan berkuasa dari hati yang mengungkapkan sukacita, ucapan syukur, dan kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan kita. Selain memuji Allah dengan nyanyian dan alat musik kita di tempat ibadah, kita dapat memuji Allah dengan hidup yang penuh kasih dan sukacita (1Yoh 4:19), dengan iman di dalam Kristus (Yoh 1:7), dengan kemenangan atas kuasa-kuasa Iblis (Ef 6:10-18), dengan kelaparan rohani untuk kerajaan dan kebenaran-Nya (Mat 6:33), dengan pengabdian kepada Firman-Nya (pasal Mazm 119:1-176), dengan kasih Allah yang dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus (Rom 5:5), dengan pemberitaan Injil-Nya (Rom 1:16), dan dengan pengharapan akan kedatangan-Nya kembali yang tidak lama lagi (Tit 2:13;

lihat art. PUJIAN).

(0.38) (Mzm 51:7) (sh: Hubungan pemahaman tentang dosa dan pertobatan sejati (Rabu, 22 Agustus 2001))
Hubungan pemahaman tentang dosa dan pertobatan sejati

Hubungan pemahaman tentang dosa dan pertobatan sejati. Dosa bukanlah sebuah perbuatan tunggal dan terisolir melainkan ada ekses-ekses yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Ekses pertama adalah noda yang membekas pada seseorang (ayat 9). Cukup sulit untuk mendefinisikan noda sebab tidak kasat mata bagi manusia kecuali bagi Allah. Apakah kita mau mempunyai kehidupan yang coreng-moreng di hadapan-Nya? Hanya Allah yang mampu menghilangkan noda itu. Ekses kedua adalah ekses psikologis. Orang yang sudah melakukan dosa, diakui atau tidak, pasti akan kehilangan ketenangan, kedamaian, dan kesukacitaan dalam jiwanya (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">10, 14). Siapakah yang dapat mengembalikan semua itu? Ekses ketiga adalah dihantui perasaan bahwa Allah akan membuang dirinya (ayat 13) walaupun itu tidak mungkin terjadi sebab Allah penuh belas kasihan dan kemurahan. Ekses keempat adalah apa yang kita tabur akan kita tuai (ayat 16). Daud meminta Allah untuk mematahkan ekses ini. Ekses kelima adalah dosa seorang pemimpin memberikan dampak negatif kepada negara dan bangsa yang dipimpinnya. Menyadari hal itu, Daud memohon agar Allah menghentikan dampak negatif ini agar bangsa dan negaranya tetap sejahtera (ayat 20).

Pemahaman akan ekses-ekses dosa memimpin Daud kepada pertobatan sejati. Ciri pertobatan sejati adalah hati dan jiwa yang remuk (ayat 19). Siapa yang dapat tetap tenang setelah berbuat dosa jika dosa itu mempunyai ekses yang demikian dahsyat? Ciri pertobatan sejati selanjutnya dinyatakan dalam permohonan Daud kepada Allah (ayat 12). Daud rindu agar hati dan batin yang menjadi pusat kehendak manusia diperbaharui agar ia tidak berbuat dosa lagi. Daud sudah membuktikan tekadnya dalam hidupnya.

Renungkan: Sekarang marilah kita merenungkan kehidupan kita. Adakah ekses- ekses dosa yang dipaparkan oleh firman-Nya yang masih tersisa dalam hidup kita, baik itu berupa ketidaktenangan hati yang terus- menerus, buah pahit yang harus kita tuai, maupun kegagalan demi kegagalan dalam usaha yang kita lakukan? Jika masih ada, mintalah kepada Allah untuk mematahkan ekses itu dan memberikan kekuatan kepada Anda agar dapat menanggungnya. Jika sudah tidak ada, bagaimanakah pemahaman tentang ekses-ekses dosa membantu Anda untuk tidak berbuat dosa lagi?

(0.38) (Mzm 87:1) (sh: Kota Sion, kota Allah. (Selasa, 25 Agustus 1998))
Kota Sion, kota Allah.

Kota Sion, kota Allah.
Dengan penuh keyakinan dan keberanian pemazmur menyatakan bahwa Kota Sion adalah Kota Allah. Luar biasa! Padahal banyak kota yang bersejarah di Israel. Apa yang membuat kota Sion lebih unggul, lebih utama, lebih istimewa, lebih dicintai Tuhan? Karena Tuhan sendiri membangun, dan mendirikan-Nya (ayat 1). Kemuliaan Sion bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari Tuhan Allah yang mencintai-Nya (ayat 3). Sedangkan kota-kota lain tidak pernah digambarkan dengan hal-hal mulia. Untuk memperjelas keistimewaan Kota Sion ini kita bandingkan dengan. Mzm. 2:6; Yes. 2:3; Ibr. 12:22; Why. 14:1).

Yerusalem Baru. Perenungan pemazmur tiba-tiba beralih ke Yerusalem di masa depannya. Kota itu bukan lagi pusat kegiatan orang-orang Yahudi saja tetapi segala bangsa dari penjuru dunia. Ia akan menjadi kota internasional. Ia akan menjadi pusat dunia. Dalam Kitab Wahyu kita membaca penglihatan tentang kota surgawi yaitu Yerusalem baru, wujud Kerajaan Allah di muka bumi ini. Meski Gereja tidak identik dengan Kerajaan Allah, tetapi sebagai bagian darinya, hendaknya kemuliaan Allah sungguh terpancar di dalam keberagaman warganya. Tentu gereja harus terus menerus menyampaikan kabar baik supaya melahirkan orang-orang percaya yang mengenal Allah, Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 1:12; Yoh 3:3;. Yoh 17:3).

Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk mensyukuri keistimewaan yang Tuhan anugerahkan. Amin.

(0.38) (Mzm 104:1) (sh: Kebesaran Allah (Sabtu, 27 Maret 1999))
Kebesaran Allah

Kebesaran Allah. Ketika kita menyaksikan keagungan karya ciptaan Allah, sungguh nyata kebesaran Allah, Sang Pencipta. Kali ini pemazmur mempersegar ingatan itu kembali, dengan memaparkan kepada kita bahwa kebesaran Allah tidak akan pudar, sekalipun waktu terus berputar. Hingga zaman pemazmur, dirasakan bahwa semua ciptaan-Nya dipelihara-Nya dengan setia: alam semesta, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu semua terpancar dari puji-pujiannya kepada Allah. Ada banyak alasan bagi kita untuk memelihara dan menghargai segala ciptaan-Nya.

Menghargai hidup. Kini kita hidup di tengah dunia yang semakin hari semakin dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang mencengangkan: penindasan, penganiayaan, pembunuhan. Menyedihkan, karena tindakan-tindakan ini menunjukkan betapa sikap saling menghargai hidup sudah tidak ada lagi. Sejak Allah mencipta hingga saat ini, kita tahu bagaimana Allah begitu menghargai hidup setiap ciptaan-Nya. Sebagai ciptaan yang tetap berada dalam lingkaran pemeliharan Tuhan, bagaimana kita menghargai hidup? Sikap pemazmur yang begitu mengagungkan Tuhan dalam hidupnya merupakan wujud penghargaannya atas hidupnya.

Doa: Tuhan, ampunilah saya bila selama ini saya kurang menghargai hidup yang telah Engkau anugerahkan.Terima kasih karena Engkau tetap mengasihi dan menghargai hidup saya.

(0.38) (Mzm 67:1) (sh: Diberkati untuk menjadi berkat (Sabtu, 13 Oktober 2001))
Diberkati untuk menjadi berkat

Diberkati untuk menjadi berkat. Berkat-berkat Tuhan yang melimpah tanpa disertai pemahaman iman yang tepat tentang misi Allah bagi dunia, dapat menjadi jerat yang membahayakan kehidupan rohani kita. Efek kelumpuhan dari jerat itu akan lebih dirasakan jikalau di dalamnya telah dibubuhi racun keegoisan yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup. Pemenuhan kebutuhan bukanlah merupakan hal yang salah, namun seringkali tanpa kita sadari hal ini dapat menjadi jerat, sehingga kita tidak lagi memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap dunia di luar kita. Efek samping dari berkat-berkat inilah yang coba dihindarkan dari bangsa Israel melalui Mazmur 67 ini.

Mazmur ini merupakan nyanyian syukur atas segala berkat Allah yang diberikan kepada bangsa Israel pada perayaan panen raya. Pada perayaan ini, mereka berkumpul dari seluruh wilayah untuk bersyukur dan berdoa memohon agar berkat yang mereka terima dapat menghasilkan dampak yang lebih besar kepada bangsa-bangsa lain, melampaui lokalitas waktu dan tempat pada saat itu. Inilah suatu nyanyian syukur yang mewarisi panggilan Abraham -- diberkati untuk menjadi berkat bagi segala kaum di muka bumi (Kej. 12:3).

Pesan dari mazmur ini disampaikan dari generasi ke generasi dengan formula pujian sebagai berikut: Dimulai dengan permohonan akan kasih, berkat, dan penyertaan Tuhan (ayat 2). Dilanjutkan dengan penegasan bahwa tujuan dari berkat tersebut adalah agar keselamatan dan jalan Tuhan diperkenalkan kepada segala bangsa di muka bumi (ayat 3), sehingga bangsa-bangsa bersyukur kepada Allah (ayat tidak+sabar+lagi+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">4, 6). Diikuti dengan permohonan agar berkat-berkat itu menghasilkan sukacita karena keadilan Tuhan ditegakkan atas segala bangsa (ayat 5). Dan diakhiri dengan kesimpulan yang menegaskan bahwa berkat Allah atas tanah mereka akan membawa segala ujung bumi menghormati Tuhan dengan takut kepada-Nya (ayat 7-8). Melalui mazmur ini, bangsa Israel senantiasa diingatkan akan panggilannya untuk menjadi berkat melalui berkat yang Allah berikan kepada mereka.

Renungkan: Pemahaman iman yang egois seringkali membuat kita tidak lagi menyadari misi Allah yang dipercayakan kepada kita untuk menyelamatkan mereka yang terhilang dan menegakkan kembali keadilan-Nya. Adakah Anda menyadari panggilan Allah bagi Anda di balik berkat-berkat yang telah Ia berikan?

(0.38) (Mzm 51:1) (sh: Bukan korban tetapi pengakuan (Sabtu, 5 Juni 2004))
Bukan korban tetapi pengakuan

Bukan korban tetapi pengakuan. Tidak sedikit orang Kristen berpendapat bahwa kalau seseorang jatuh ke dalam dosa, di samping mengaku dosa maka ia harus semakin berusaha untuk hidup kudus. Caranya adalah dengan sering berpuasa, rajin ke gereja, baca Alkitab, dan sebagainya. Namun ironisnya, semakin ia berusaha untuk melakukan yang baik ternyata semakin ia frustrasi. Mengapa? Karena ternyata kebanyakan usahanya itu gagal. Akhirnya, ia berkesimpulan bahwa usaha yang dilakukannya sia-sia. Semakin banyak ia jatuh bangun semakin frustasi dirinya.

Latar belakang mazmur ini adalah kejatuhan Daud ke dalam dosa dengan Batsyeba (ayat 2 Samuel 11). Dosa Daud tidak berhenti sampai di situ. Ia bahkan membunuh Uria, suami Batsyeba untuk menutupi perzinahannya. Namun, Tuhan tidak membiarkan Daud berkanjang dalam dosanya. Melalui Nabi Natan, Tuhan menegurnya (ayat 2 Samuel 12:1-15). Hati Daud hancur. Ia datang ke hadapan Allah dengan pengakuan dan penyesalan yang dalam. Kehancuran hati Daud ini dipandang Allah sebagai korban sembelihan yang berkenan pada-Nya (ayat 18-19) dan sekaligus merupakan tanda bahwa Daud telah mendapat pengampunan dari Allah.

Selanjutnya Daud berdoa agar Allah bermurah-hati dengan membangun kembali "tembok-tembok Yerusalem" (ayat 20). Hal ini menandakan bahwa mazmur ini dituliskan ulang oleh penerus Daud pada saat Bait Suci telah dihancurkan dan karenanya umat TUHAN tidak bisa lagi mempersembahkan korban. Bagi umat, tiadanya persembahan korban berarti TUHAN telah jauh dari umat-Nya. Namun pengalaman Daud ini pastilah menjadi suatu penghiburan bagi umat ketika dibacakan kepada mereka. Karena ternyata bukan korban persembahan yang utama bagi TUHAN tetapi pengakuan dan penyesalan atas dosa.

Renungkan: Jika kita jatuh ke dalam dosa, jangan mencoba menyelesaikannya sendiri. Akuilah dosamu di hadapan TUHAN dengan penyesalan yang dalam dan Ia akan mengampuni!

(0.38) (Mzm 81:1) (sh: Musik sebagai sarana ekpresi iman (Jumat, 29 April 2005))
Musik sebagai sarana ekpresi iman

Musik sebagai sarana ekpresi iman
Mazmur pujian ini mengajak umat Tuhan untuk terlibat dalam satu ensambel kolosal. Musik dan nada meneruskan kata-kata untuk mengekspresikan sukacita dan syukur kepada Tuhan. Ada bahayanya perayaan kolosal seperti ini. Seperti Natal sering dirayakan keluar dari inti berita Natal karena nilai-nilai asing yang menyelinap di dalamnya (misalnya, Sinterklas), demikian juga perayaan pujian Israel di sini bisa kehilangan makna atau disusupi makna lain. Itu sebabnya dasar dan alasan memuji Tuhan tidak boleh dilupakan. Ia diatur dalam hukum Allah (ayat 5).

Pesan Mazmur ini jelas, pesan pembebasan. Israel pernah dilepaskan dari perbudakan Mesir oleh Tuhan (ayat 6-8). Oleh sebab itu Tuhan menuntut mereka untuk hanya menyembah Dia (ayat 9-11). Kenyataan bahwa Israel lebih memilih untuk hidup bagi diri sendiri (ayat 12), menunjukkan mereka gagal menghayati pesan ini. Akibatnya, mereka tidak bisa menikmati pembebasan mereka sepenuhnya. Ada belenggu hati yang belum dibebaskan (ayat 13). Hanya pertobatan yang sungguh akan membawa kembali mereka dalam tangan kasih setia Tuhan. Bila Israel taat dan setia, mereka akan menikmati Tuhan dan mengalami lagi pembebasan (ayat 14-17).

Tuhan terlalu besar dan terlalu agung sehingga berbagai sarana dipergunakan umat-Nya untuk membahasakan kebesaran dan keagungan Tuhan itu. Semua upaya manusia hanya bisa mengangkat ke atas permukaan sebagian kecil kebesaran dan keagungan Tuhan. Kidung pujian dan musik adalah salah satu sarana. Nyanyian yang diangkat ke atas ke arah Allah harus dibarengi dengan hati dan kehidupan yang tengadah ke atas agar pujian terharmoni, sepadan, dan senada dengan kehidupan. Apabila kehidupan tidak sesuai dengan jalan dan kehendak Tuhan, maka nada dan musik tidak lebih dari sebuah sarana yang sumbang dan lumpuh.

Renungkan: Pujian yang berarti dan dinikmati Tuhan bukan musik atau melodi yang indah, melainkan hati yang bersyukur dan sikap hidup yang memuliakan Dia.

(0.38) (Mzm 104:1) (sh: Allah penguasa alam semesta (Selasa, 18 Oktober 2005))
Allah penguasa alam semesta

Allah penguasa alam semesta Sama seperti otoritas seorang raja yang memberi perintah bawahannya untuk mengelola harta miliknya, maka Allah menyatakan otoritas-Nya atas alam semesta supaya umat-Nya mengetahui siapa Dia. Allah adalah penguasa sejati alam semesta. Allah jauh lebih besar daripada alam semesta ciptaannya, sedangkan manusia jauh lebih kecil daripada alam semesta.

Alam semesta yang begitu besar tidak mampu menampung keagungan Allah yang jauh lebih besar (ayat 1). Ketika Allah hadir di alam semesta, semua unsurnya menjadi fasilitas yang melayani-Nya. Langit yang luas menjadi atap istananya, lautan menjadi kamar-kamarnya, awan sebagai kendaraan Allah, angin dan api sebagai pengawal-pengawal-Nya, dan bumi sebagai tumpuan kaki-Nya (ayat 2-5). Dari gambaran maha dahsyat di atas, kendali Allah ditujukan sekarang ke bumi. Dalam kemahakuasaan-Nya Ia membatasi samudera raya yang begitu menakutkan manusia, pada tempat-tempat yang sudah ditentukan-Nya di bumi (ayat 7-9). Ini gambaran perlindungan Allah atas makhluk ciptaan-Nya. Lebih heran lagi, kemahakuasaan Allah itu digunakan-Nya untuk memenuhi kebutuhan segenap ciptaan-Nya sehingga tidak ada satu pun makhluk yang akan punah dalam pemeliharaan-Nya (ayat 10-18). Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa adalah Allah yang peduli kepada setiap ciptaan-Nya.

Di hadapan Pencipta dan Penguasa satu-satunya alam semesta dan segala isinya, manusia adalah kecil, tak berdaya, dan fana. Namun, betapa si kecil ini sering tidak tahu diri menantang dan melawan-Nya. Hanya oleh anugerah-Nya kita tidak diganjar kebinasaan. Hanya karena kasih-Nya, Ia mengampuni kita dalam Tuhan Yesus. Biarlah kita hidup untuk menyenangkan Dia, memuliakan dan memuji nama-Nya, dan bersama dengan alam semesta menyaksikan kedahsyatan-Nya kepada setiap umat ciptaan-Nya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.38) (Mzm 120:1) (full: NYANYIAN ZIARAH. )

Nas : Mazm 120:1-134:3

Lima belas mazmur ini dalam bahasa Inggris disebut "Songs of Ascents" (yaitu "Nyanyian Pendakian" atau anak-anak tangga). Beberapa orang beranggapan bahwa frasa ini mengacu kepada penunjuk waktu dengan bayangan matahari buatan Raja Ahas. Bayangan mundur ke belakang sepuluh derajat pada alat ini sebagai jaminan bahwa Allah menambahkan 15 tahun lagi kepada Raja Hizkia untuk memerintah dengan tenang; mazmur-mazmur ini kemudian dikumpulkan untuk memperingati janji itu (2Raj 20:6-10; Yes 38:5-8). Banyak orang percaya bahwa frasa "Nyanyian Pendakian" mengacu kepada mazmur-mazmur yang dinyanyikan orang Yahudi bersama-sama manakala mereka "naik" ke Yerusalem sebagai peziarah untuk merayakan hari raya kudus mereka.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA