Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 3508 ayat untuk lebih dari pada itu AND book:[40 TO 66] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.59) (Ef 1:3) (jerusalem: berkat rohani di dalam sorga) Sejak awal surat ini Paulus menempatkan diri di tingkat sorgawi dan tetap tinggal di tingkat sepanjang surat ini, Efe 1:20; 2:6; 3:10; 6:12. Segala "berkat rohani" sejak kekal turun dari sorga itu dan di sanapun akan terwujud pada akhir zaman. Manakah "berkat sorgawi" itu, diperinci dalam ayat-ayat yang menyusul.
(0.59) (Mat 23:5) (ende: Pita sembahjang)

Semua orang laki-laki Jahudi jang sudah dewasa, berwadjib memakai dua pita-sembahjang dalam melakukan sembahjang pagi. Pita-pita itu dibuat dari kulit dengan ditengah-tengahnja tertempel sebuah kotak-ketjil. Didalam kotak itu terdapat empat potong kertas masing-masing bertuliskan satu ajat dari taurat. Satu pita dipasang keliling kepala, demikian rupa, sehingga kotak ketjil terletak ditengah-tengah dahi. Jang lain dibelit pada lengan kiri dan sedang sembahjang tangan kiri itu harus terletak demikian, sehingga kotak ketjil itu rapat dengan djantung. Udjud pemakaian itu, supaja orang tetap ingat dan setia kepada hukum Allah.

(0.59) (1Yoh 4:4) (ende)

St. Joanes memberanikan orang-orang seraninja, bahwa mereka telah mengatasi propaganda-propaganda jang berasal dari setan itu, karena Tuhan, jang lebih besar dari setan dan telah mengalahkan setan hidup dalam mereka.

(0.59) (Yoh 12:37) (sh: Lebih suka kehormatan manusia daripada kehormatan Allah (Sabtu, 9 Maret 2002))
Lebih suka kehormatan manusia daripada kehormatan Allah

Perikop yang kita baca kali ini seluruhnya mengutip dari PL, nubuatan nabi Yesaya tentang kedegilan hati baik pemimpin Yahudi maupun orang Yahudi secara umum. Mereka memilih mendapatkan kehormatan dari manusia alih-alih percaya pada perkataan Yesus sebagai sabda Allah. Rasul Yohanes mengungkapkan kembali kebenaran nubuatan itu tatkala situasi makin memanas, mendekati hari raya Paskah.

Walau Yesus sudah membuat banyak mukjizat di depan mata mereka, tetap mereka tidak bisa percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah Mesias bagi mereka. Ini membuat penolakan dan kedegilan mereka tragis dan tidak dapat dimaafkan. Kita melihat pola yang sama tentang kekerasan hati manusia, dari zaman Musa, zaman itu, sampai sekarang (Ul. 29:3-4). Yesaya bicara tentang kesulitan beriman kepada Kristus sebab kekuatan Allah dinyatakan di dalam Mesias yang ditolak, disiksa, dibunuh. Peringatan keras diberikan di sini. Allah membutakan dan mengeraskan orang atau bangsa yang terus mengeraskan hati (ayat 40). Kristen di Indonesia akhir- akhir ini diperhadapkan dengan situasi yang sulit: disalahmengerti, dituduh dengan tuduhan yang tidak benar. Kebaikan apa pun selalu dicurigai. Bahkan, lebih jauh, sudah sangat banyak korban berjatuhan, entah materiil bahkan sampai ke nyawa. Mengapa banyak orang tidak bisa melihat kasih Tuhan Yesus melalui hidup dan perbuatan kita? Apakah mereka sudah ditulikan dan dibutakan oleh Tuhan supaya mereka tidak mendengar dan melihat kebaikan Tuhan kepada mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu akan terus mengiang di benak kita semua. Sampai kapan Tuhan menjawab doa-doa kita? Dari perikop ini kita belajar juga bahwa ada kelompok yang percaya kepada Yesus, tetapi takut kepada para penguasa (orang-orang Farisi) supaya mereka tidak dikucilkan. Inilah golongan orang yang lebih memilih kehormatan dari manusia daripada kehormatan dari Allah. Jangan-jangan ada di antara kita, Kristen di Indonesia ini, yang berperilaku seperti itu. Mungkin kita lebih memilih kompromi dengan dosa daripada melakukan yang benar karena merasa bahwa dalam keadaan terjepit, lebih baik menyangkali iman daripada harus menderita.

Renungkan: Akar segala keguncangan iman adalah sikap ingin lebih menyukakan manusia daripada Allah.

(0.58) (Gal 5:16) (jerusalem) Ayat-ayat ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana kedua prinsip perbuatan, yaitu "daging" dan "Roh", berlawanan satu sama lain, bdk Rom 5:5+; Rom 7:5+. Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh, Gal 5:18,25; Rom 8:14, memang secara wajar hidup menurut Roh itu, Gal 5:22-23, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang berasal dari "keinginan daging", Gal 5:16,24. Perbuatan "daging" itu bukanlah "kedagingan" oleh karena berpangkal pada "tubuh".
(0.58) (Mat 6:22) (jerusalem) Dengan cahaya mata yang sehat atau sakit menerangi atau tidak menerangi tubuh, dibandingkan cahaya rohani yang menerangi hati: kalau cahaya itu sendiri menjadi gelap, maka kebutaan rohani itu jauh lebih mencelakakan dari kebutaan badani.
(0.58) (Mat 23:1) (sh: Pemain sandiwara. (Selasa, 31 Maret 1998))
Pemain sandiwara.

Banyak kelebihan orang Farisi dan ahli Taurat. Tuhan Yesus tak segan mengakui bahwa ajaran mereka tentang Taurat harus didengar oleh para pengikut-Nya. Ketekunan dan kesetiaan mereka mengajarkan hukum-hukum Tuhan itu sedemikian cermat sampai dijuluki menduduki kursi Musa. Sayangnya mereka sendiri tidak melakukan yang mereka ajarkan. Mereka tepat disebut sebagai aktor rohani (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5-10). Mereka tidak patut disebut rabbi sebab tidak memberlakukan kebenaran yang mereka ketahui dan ajarkan kepada orang lain lebih dulu pada diri sendiri.

Belajar pada Allah. Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang lebih dulu dipimpin Allah baru kemudian memimpin orang lain. Guru rohani yang benar pun demikian. Lebih dari sekadar tahu kebenaran sebagai pengetahuan, guru rohani harus lebih dulu tahu kebenaran sebagai pengalaman dan penghayatan nyata. Pemimpin dan guru yang demikian akan bersikap rendah hati dan tunduk kepada Allah; dan memandu umat Tuhan untuk mengasihi dan menaati Allah saja.

Renungkan: Imani dan ikuti Yesus Kristus, Pemimpin dan Guru sejati yang memungkinkan kita menaati hukum Allah.

Doa: Ya Tuhan, pimpinlah aku sedemikian rupa sehingga keteladanan dan kepemimpinan mengalir wajar dari dalam hidupku.

(0.58) (Luk 18:1) (sh: Ketekunan berdoa! (Minggu, 14 Maret 2004))
Ketekunan berdoa!

Apa yang menyebabkan janda itu akhirnya mendapatkan apa yang dituntutnya dari hakim yang tidak peduli kepadanya? Pasti bukan karena hakim itu adil atau berbelas kasih. Bukan pula karena hakim itu takut reputasinya jelek karena menolak janda tersebut. Janda itu mendapatkan pembelaan hakim itu karena hakim itu merasa terganggu dengan sikap merongrong janda tersebut (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">4-5).

Perumpamaan ini dipakai Tuhan Yesus agar murid-murid Tuhan di dalam berdoa memiliki ketekunan seperti yang dimiliki janda tersebut. Tentunya ketekunan berdoa itu dialaskan pada hal-hal yang jauh lebih mulia. Allah bukan hakim yang masa bodoh. Allah adalah Bapa dan Hakim yang adil, yang akan membela perkara anak-anak-Nya terhadap kelaliman dunia ini (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">7).

Lebih jauh lagi, Allah bukan hanya akan membela perkara anak-anak-Nya, Dia akan bersegera menolong mereka (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">8a). Ungkapan 'segera' menolong merupakan ungkapan eskatologis. Di sini Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya bahwa hari Tuhan sudah dekat, yaitu akhir zaman sudah dekat dan pasti akan datang. Yang ditekankan di sini adalah kepastian pertolongan Tuhan bagi anak-anak-Nya. Namun Tuhan Yesus menyisakan pertanyaan buat kita. Apakah kita beriman untuk menantikan pertolongan Tuhan datang (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">8b)?

Renungkan: Doa yang tidak putus-putusnya adalah perwujudan iman sejati kepada Allah yang pasti menolong.

(0.58) (Ibr 7:11) (sh: Keunggulan imamat Yesus (Minggu, 30 Oktober 2005))
Keunggulan imamat Yesus

Penulis Ibrani sekarang meneruskan argumentasinya bahwa imamat Melkisedek lebih tinggi daripada imamat Lewi. Secara logika, digantikannya imamat Lewi dengan imamat Melkisedek membuktikan bahwa imamat Lewi tidak sempurna (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">11-12).

Secara sejarah, Melkisedek ada lebih dahulu daripada suku Lewi. Berarti, Melkisedek menjadi imam yang member-kati Abraham jauh sebelum Hukum Taurat diberikan pada zaman Musa. Jadi, imamat Melkisedek tidak mengacu kepada peraturan Hukum Taurat maupun terikat kepadanya (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">13, Melkisedek bukan keturunan Israel; band. dengan ay. lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">3 mengenai keunikan silsilah Melkisedek). Sama seperti Melkisedek menjadi imam bukan berdasarkan Hukum Taurat, demikianlah pula dengan Tuhan Yesus. Menurut Taurat seorang imam harus berasal dari suku Lewi sedangkan Yesus berasal dari suku Yehuda (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">14). Keimaman Tuhan Yesus bukan berdasarkan peraturan yang dibuat untuk manusia melainkan berdasar kepada keilahian yang ada pada diri Yesus (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">16-17).

Secara teologis, Hukum Taurat tidak membawa umat Allah pada kesempurnaan pengampunan dosa (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">18-19). Kalau imamat Melkisedek bisa menggantikan imamat Lewi yang diatur oleh Hukum Taurat, itu berarti Hukum Taurat pun bisa diubah. Jadi, Hukum Taurat belum menyelesaikan masalah dosa secara tuntas. Oleh sebab itu, penulis Ibrani mengajak para pembacanya untuk jangan terpaku kepada Hukum Taurat, tetapi melihat ke depan kepada janji pendamaian Allah melalui Imam Besar Yesus Kristus.

Fungsi Hukum Taurat dengan imamat Lewi adalah menolong umat Israel menyadari seriusnya dosa dan mencari pertolongan sungguh-sungguh kepada Allah sendiri. Demi-kian pula kita belajar dari Perjanjian Lama untuk menyadari betapa seriusnya dosa itu sehingga mata kita tertuju kepada Tuhan Yesus, satu-satunya Juruselamat kita.

Doaku: Terimakasih Tuhan karena Perjanjian Lama menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat satu-satunya.

(0.58) (1Ptr 2:18) (sh: Penderitaan Kristiani (Senin, 18 Oktober 2004))
Penderitaan Kristiani

Toni diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Ia disuruh bekerja lembur tanpa mendapatkan uang lembur yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Ia juga mendapat tekanan dari karyawan lainnya bahkan pernah difitnah mencuri barang-barang milik perusahaan. Semua itu terjadi karena ia orang Kristen. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda berada di posisi Toni?

Dalam nas ini, pada waktu itu agama Kristen telah menyentuh semua lapisan masyarakat termasuk para budak. Sebagai budak hak mereka sering diabaikan dan "diperlakukan tidak manusiawi" oleh majikannya. Apalagi bila budaknya itu Kristen, majikan yang bukan Kristen sering memperlakukan budak Kristen dengan lebih kejam, seakan-akan menjadi Kristen itu adalah sebuah kesalahan. Bagaimana Petrus menasihati budak Kristen yang menderita karena imannya itu? Pertama, tetap tunduk dan taat walaupun majikannya itu seorang yang kejam (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">18). Dasarnya adalah menderita oleh karena kehendak Allah merupakan kasih karunia (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">19). Kedua, menyadari bahwa di dalam tekanan majikannya itu ia sedang meneladani penderitaan Kristus yang walaupun tidak berdosa namun diperlakukan tidak adil bahkan sampai dihukum mati (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">21-23). Kristus rela diperlakukan tidak adil dan tidak membalas, karena Ia mau menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Seharusnya kita juga memiliki motivasi yang serupa, rela diperlakukan tidak adil oleh majikan supaya mereka boleh mengenal keselamatan dari Kristus.

Dalam kisah di atas Toni akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan itu. Namun, yang pasti Toni tidak dendam apalagi mengancam akan membalas perbuatan majikan atau teman-temannya. Toni juga mengundurkan diri bukan karena berbuat kesalahan sebagaimana yang difitnahkan kepadanya. Sehingga, beberapa karyawan yang simpati kepada Toni justru akhirnya menjadi Kristen oleh kesaksiannya.

Renungkan: Pribadi seorang Kristen sejati tidak dipengaruhi oleh situasi. Bahkan ketika ia diperlakukan tidak adil, ia bukan hanya tidak membalas melainkan mengampuni dan berbuat kebajikan.

(0.58) (Mat 4:3) (jerusalem: Anak Allah) Sebutan alkitabiah ini tidak perlu selalu mengungkapkan "anak" dengan arti sesungguhnya dan sepenuh-penuhnya. Dapat juga berarti "anak angkat" saja berkat suatu pilihan dari pihak Allah yang menciptakan hubungan khas antara Allah dan makhlukNya. Dengan arti sedemikian itu para malaikat disebut "anak Allah", Ayu 1:16, atau bangsa terpilih, Kel 4:22; Wis 18:13, atau orang-orang Israel, Ula 14;1; Hos 2:1; bdk Mat 5:9,45, dll, atau para pemimpin mereka, Maz 82:6. Kalau sebutan itu ditrapkan pada Raja Mesias, 1Ta 17:13; Maz 2:7; Maz 89:27, maka tak perlu bahwa Mesias itu lebih dari seorang manusia. Tak perlu juga bahwa sebutan itu mempunyai arti lain di mulut iblis, Mat 4:3,6, di mulut orang yang kerasukan roh jahat, Mar 3;11; Luk 5:7; Luk 4:41, atau di mulut kepala lasykar, Mar 15:39; bdk Luk 23:47. Bahkan perkataan sorgawi yang terdengar waktu Yesus dibaptis, Mat 3:17, atau dimuliakan, Mat 17;5, pada diriNya tidak mengandung arti lebih mendalam dari kerelaan ilahi khas, yang dikurniakan kepada Mesias-Hamba Tuhan; juga pertanyaan yang diajukan Imam Besar, Mat 26:63, kiranya tidak memikirkan sesuatu yang lain dari pada Mesias-manusia. Hanya sebutan "Anak Allah" terbuka untuk suatu arti yang lebih mendalam sehingga dapat berarti juga anak yang sesungguhnya. Dan Yesus sendiri menyarankan arti lebih mendalam itu dengan menyebut diriNya sebagai "Anak", Mat 21:37, yang mempunyai Allah sebagai BapaNya secara istimewa, Yoh 20:17 dan bdk "Bapaku", Mat 7:21, dll, sehingga Yesus melebihi para malaikat, Mat 24:36. Sebab Yesus dengan Allah mempunyai hubungan unggul, baik dalam hal pengetahuan maupun kasih, Mat 11:27. Keterangan-keterangan semacam itu didukung keterangan lain mengenai harkat ilahi Mesias, Mat 22:42-46, dan asal-usul sorgawi "Anak Manusia", Mat 8:20+, dan diteguhkan oleh kejayaan kebangkitan. Maka ungkapan "Anak Allah" mendapat arti ilahi yang sesungguhnya, sebagaimana juga terdapat misalnya dalam surat-surat Paulus, Rom 9:5+. Selama Yesus hidup, murid-muridNya tidak menyadari arti ilahi semacam itu dengan jelas (Mat 14:33 dan Mat 16:16, yang menambah sebutan "Anak Allah" pada teks lebih tua seperti tercantum dalam Markus, tentu saja memperlihatkan kepercayaan yang sudah berkembang). Namun demikian kepercayaan yang mereka peroleh sesudah Paskah dengan pertolongan Roh Kudus, sungguh-sungguh bertumpu pada perkataan dan keterangan Yesus sendiri. Yesus benar-benar menyatakan kesadarannya bahwa Ia sungguh-sungguh Anak Bapa, sejauh keterangan semacam itu dapat dipahami dan diterima oleh orang sezamanNya.
(0.58) (Mat 20:28) (jerusalem: menjadi tebusan) Dosa manusia mengakibatkan bahwa manusia berhutang terhadap keadilan ilahi, sehingga harus menjalani hukuman mati yang dituntut oleh Hukum, bdk 1Ko 15:56; 2Ko 3:7,9; Gal 3:13; Rom 8:3-4 serta catatan-catatan yang bersangkutan. Untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan maut, Rom 3:24+, maka Yesus membayar uang tebusannya dengan menumpahkan darahNya sendiri, 1Ko 6:20; Mat 7:23; Gal 3:13; Gal 4:5, serta catatan-catatan yang bersangkutan, ialah dengan mati akan ganti mereka yang berhutang, sebagaimana dinubuatkan tentang "Hamba Tuhan", Yes 53. Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "banyak orang", Yes 53:11 dst., memperlawankan jumlah besar orang yang ditebus dengan Penebus yang hanya seorang, tetapi tidak mengatakan bahwa jumlah orang yang ditebus hanya kecil saja, Rom 5:6-21. Bdk Mat 26:28+
(0.58) (2Kor 11:22) (ende: Orang Ibranikah mereka?)

Disini djelas, bahwa kebanjakan penentang Paulus pengadjar-pengadjar bangsa Jahudi, agaknja dari umat-induk Jerusalem dan sebab itu merasa dan mengandjurkan dirinja sebagai pengadjar unggul.

(0.58) (Mrk 15:1) (sh: Memilih yang terbaik (Kamis, 17 April 2003))
Memilih yang terbaik

Dalam hidup, kita sering dihadapkan dengan dua pilihan: memilih yang baik atau yang jahat. Sudah tentu bahwa setiap orang akan memilih yang baik menurut pandangannya. Menentukan pilihan berarti mengambil suatu keputusan untuk menyatakan sikap.

Dalam pembacaan ini dipaparkan tentang pilihan yang ditawarkan oleh Pilatus kepada orang banyak untuk memilih Yesus atau Barabas yang akan dibebaskan. Sebenarnya, Pilatus tidak perlu memberi tawaran pilihan sebab dalam diri Yesus tidak ia temukan kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati. Karena itu Pilatus harus membebaskan Yesus, tetapi bagaimana caranya? Ia menyandingkan Yesus dengan penjahat bernama Barabas dengan harapan rakyat akan memilih Yesus. Tetapi ternyata orang banyak berteriak memilih Barabas untuk dibebaskan. Itu berarti Yesus harus disalibkan. Mereka lebih suka memihak pada kejahatan dari pada memihak pada keadilan.

Ini adalah kedua kalinya Yesus menerima teriakan umat. Teriakan pertama ketika Yesus memasuki kota Yerusalem, orang banyak itu mengeluelukan dan menghormati Dia sebagai seorang raja (bdk. Mrk 11:1-11). Teriakan kedua ketika Yesus di hadapan pengadilan Pilatus. Kata-kata sanjungan yang Yesus terima ketika masuk Yerusalem telah diganti dengan olok-olokan. Persahabatan telah diganti dengan permusuhan. Penghormatan diganti dengan penghinaan.

Dalam menentukan pilihan terhadap berbagai alternatif yang dihadapkan kepada kita, kita dituntut untuk berhati-hati dan waspada sehingga tidak salah memilih yang terbaik bagi pertumbuhan iman kita. Ingat bahwa tidak semua yang berkilau adalah emas.

Renungkan: Tidak semua tawaran yang mengiurkan membawa keselamatan dan kesejahteraan. Oleh sebab itu berwaspadalah!

(0.58) (Rm 3:24) (jerusalem: penebusan dalam Kristus Yesus) Yahwe telah "menebus" Israel dengan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan menjadikannya umat milik-warisanNya, Ula 7:6. Dalam menubuatkan "penebusan" dari pembuangan di Babel, Yes 41:14; para nabi memikirkan suatu pembebasan dengan arti lebih mendalam dan lebih umum, yakni pengampunan dosa, Yes 44:22; bdk Maz 130:8; 49:8-9. Penebusan di zaman Mesias itu terlaksana melalui Yesus Kristus, 1Ko 1:30; bdk Luk 1:68; 2:38. Allah Bapa dengan perantaraan Kristus - atau Kristus sendiri - telah "membebaskan" Israel baru dari perbudakan hukum Taurat, Gal 3:13; 4:5; dan dosa, Kol 1:14; Efe 1:7; Ibr 9:15, dengan memperolehnya, Kis 20:28, menjadi kepunyaanNya sendiri, Tit 2:14, dengan membelinya, 1Ko 7:23; 6:20; bdk Gal 3:13 (terj: menebus); Rom 4:5 (terj: menebus); 2Pe 2:1. Apa yang "dibayar" sebagai uang tebusan dan uang beli ialah darah Kristus, Kis 20:28; Efe 1:7; Ibr 9:12; 1Pe 1:18 dst; Wah 1:5; 5:9. Penebusan itu sudah dimulai di bukit Kalvaria dan terjamin dengan "bayaran muka", ialah Roh Kudus, Efe 1:14; 4:30, tetapi baru akan diselesaikan pada hari Parusia kelak, Luk 21:28, waktu orang ditebus dari maut melalui kebangkitan tubuh, Rom 8:23.
(0.57) (Mat 5:38) (sh: Sifat kristiani yang meneladani Bapa (Sabtu, 8 Januari 2005))
Sifat kristiani yang meneladani Bapa

Ajaran lex talionis (mata ganti mata, gigi ganti gigi, dst.) pada dasarnya mencegah pembalasan yang berlebihan. Hukum yang penting di Taurat ini dimaksudkan supaya umat Allah tidak main hakim sendiri, melainkan menyerahkannya kepada lembaga keimaman yang mendapatkan wewenang untuk hal itu.

Dari penjelasan Yesus kita mendapati bahwa sebagai pengikut-Nya, kita dituntut untuk melakukan lebih daripada yang biasa dilakukan orang lain. Membalas orang yang menyakiti kita merupakan hal yang biasa dilakukan orang lain, tetapi kita dituntut untuk berbuat lebih daripada itu. Tidak membalas perlakuan jahat orang lain kepada kita pun bukan merupakan sikap yang langka, dan kita pun dituntut untuk bersikap lebih dari itu. Yesus menuntut setiap anak Tuhan untuk mampu menyatakan kebaikan Allah Bapa kepada setiap orang, bahkan kepada orang-orang yang jahat (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">39-42). Yesus menuntut anak-anak Tuhan menyatakan berkat kepada mereka yang mengutuk dan menganiaya (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">43-44).

Ada dua alasan mengapa kita dituntut bukan hanya mengampuni tetapi juga memberkati orang yang jahat kepada kita. Pertama, karena kita sudah mendapatkan pengampunan dari Bapa atas dosa-dosa kita, bahkan lebih daripada itu Ia memberkati kita dengan limpahnya. Kesalahan orang lain kepada kita, betapa pun besarnya tidak pernah dapat melampaui keberdosaan kita di hadapan-Nya. Kedua, Bapa memberikan berkat yang sama kepada orang baik dan orang jahat, maka kita pun wajib menjadi saluran berkat yang sama untuk mereka (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">45). Tuntutan Tuhan Yesus adalah kesempurnaan dalam kasih sama seperti kasih Bapa sempurna.

Bila dunia hidup dengan prinsip mengalahkan dan menguasai, anak-anak Tuhan harus hidup dengan prinsip ilahi, yakni menjadi berkat bagi sesama.

Renungkan: Waktu kita menyatakan kasih kepada sesama, kita sedang mencurahkan kasih Bapa ke hati-hati yang gersang.

(0.57) (1Tim 4:1) (sh: Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (Jumat, 14 Juni 2002))
Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan

Kata "sesat" biasanya dihubungkan dengan tingkah laku dan ajaran yang aneh, mengerikan, penuh hawa nafsu, dll. Tetapi, di sini Paulus menunjuk pada suatu pengajaran sesat yang menekankan hidup melajang dan peraturan-peraturan tentang makanan (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">4:3); hal-hal yang justru tampak mulia dan bersih. Ajaran "setan-setan" ternyata (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1) juga dapat mengenakan jubah yang kelihatannya putih bersih.

Semuanya ini sangat menyedihkan. Paulus menyatakan bahwa makanan, bahkan juga seksualitas adalah ciptaan Tuhan. Semua yang Tuhan ciptakan adalah baik jika diterima dengan ucapan syukur (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">4) karena "semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5). Tetapi, para pengajar itu memutarbalikkannya dengan menyatakan bahwa apa yang baik yang berasal dari Tuhan itu justru jahat. Ini sama sesatnya dengan menyatakan bahwa apa yang jahat adalah baik. Keduanya sama-sama mengabaikan, bahkan melawan dan melecehkan apa yang telah Allah buat dan nyatakan bagi umat-Nya.

Ada beberapa hal yang perlu Timotius perhatikan agar ia dapat menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik. Pertama, kata "terdidik" di sini artinya tidak hanya telah menerima pengajaran, tetapi juga dalam arti memiliki hidup yang berakar dalam "soal-soal pokok iman … dan … ajaran sehat" (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">6). Kondisi hidup seperti inilah yang selayaknya dimiliki oleh seorang pelayan Kristus. Kedua, seorang pelayan Kristus melatih dirinya beribadah. Makna dari kata "ibadah" di sini lebih menunjuk pada arti cara hidup yang mencirikan kehidupan Kristen sejati; tidak sekadar apa yang dilakukan di dalam tempat ibadah (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">7-8). Ibadah ini mengandung janji (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">8) dari Tuhan. Ketiga, pengharapan pada janji itulah yang menjadi dasar bagi seorang pelayan untuk berjerih-payah dan berjuang. Semua ini adalah bagian dari disiplin seorang pelayan Kristus.

Renungkan: Menjadi Kristen berarti menjadi pelayan Kristus. Renungkan seberapa jauh Anda telah melatih kehidupan Anda dalam hal-hal di atas.

(0.57) (Ibr 2:1) (sh: Yesus lebih rendah demi manusia (Selasa, 19 Juli 2005))
Yesus lebih rendah demi manusia

Penulis serius mengingatkan para pembaca suratnya supaya jangan membiarkan diri disesatkan ajaran yang menyimpang dari kebenaran Injil karena akan mengakibatkan kebinasaan (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1). Tuhan Yesus sendiri yang mula-mula mewartakan Injil keselamatan itu dan kemudian diteruskan para murid-Nya. Kesaksian mereka diteguhkan Allah dengan tanda dan mukjizat (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">4). Kalau pelanggaran terhadap Taurat Tuhan yang disampaikan-Nya melalui para malaikat-Nya mengakibatkan umat Israel binasa, celakalah orang yang menolak dan menyia-nyiakan keselamatan yang diwartakan Anak Allah (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">2-3).

Keselamatan ini ditujukan untuk manusia, bukan untuk para malaikat. Agar manusia bisa mengerti dan merespons dengan benar Injil keselamatan ini, Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya menjadi manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia sesaat lebih rendah daripada para malaikat. Hal ini adalah suatu paradoks: Tuhan Yesus yang lebih tinggi dari semua makhluk ciptaan, demi manusia yang lebih rendah tingkatannya daripada malaikat (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">6), untuk sesaat rela merendahkan diri-Nya menjadi manusia (7a). Semua itu dilakukan-Nya agar manusia berdosa diangkat kembali ke dalam kemuliaan semula ketika ia diciptakan. Oleh karena itu, Allah menghormati Tuhan Yesus dan mengembalikan kemuliaan-Nya mengatasi semua makhluk ciptaan (7b-9).

Injil memang menyajikan paradoks, demi menyelamatkan manusia dari binasa kekal, Tuhan Yesus rela binasa tubuh. Namun, Dia dibangkitkan dan dimuliakan oleh Allah. Demikian juga dengan kita, hanya pada saat kita merendahkan diri dan menerima anugerah keselamatan-Nya, kita dikembalikan kepada kemuliaan semula oleh kasih karunia-Nya. Maka seharusnya kita yang sudah dimuliakan harus terus menerus meninggikan Dia yang Maha Mulia!

Renungkan: Kemuliaan Kristus nyata saat Ia merendahkan diri untuk menjamah manusia yang hina. Kemuliaan manusia nyata ketika ia sujud beribadah kepada-Nya.

(0.57) (Why 18:21) (sh: Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar! (Jumat, 15 November 2002))
Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar!

Lalu setelah itu …? Suatu kontras besar!
Kata-kata sang malaikat dalam ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">21b-24 memperlihatkan dengan grafis perbandingan antara keadaan kota Babel/Roma dan keadaan di sorga. Kontras yang ditonjolkan adalah dalam aspek suara. Tiadanya suara di dalam kota besar itu setelah penghukumannya, berbalikan dengan nyaringnya suara-suara di surga. Tiadanya suara para pemain kecapi, penyanyi dan lainnya (ayat 22a) menunjuk kepada fakta tiadanya lagi perayaan, sukacita dan kegembiraan yang tadinya memenuhi kota besar tersebut. Tiadanya suara kilangan (ayat 22b) di rumah-rumah menunjuk kepada sesuatu yang lebih vital lagi; tiadanya kehidupan, yang biasanya ditandai dengan suara kilangan untuk mempersiapkan gandum untuk dimakan keluarga pemiliknya (bdk. Ul. 24:6). Tiadanya lagi lampu, lampu (ayat 23a) dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan (ayat 23b) juga mengarahkan kita pada pengertian yang sama: tiadanya kegembiraan dan kelangsungan kehidupan. Tindakan simbolis pelemparan batu kilangan ke dalam laut (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">21) melengkapi pesan dari sang malaikat: keadaan kota itu tidak akan pulih lagi, sama seperti batu kilangan itu tidak akan muncul lagi dari kedalaman laut. Sementara itu surga penuh dengan sorak-sorai puji-pujian yang memuliakan dan menyembah Allah. "Haleluya!" (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1b,3,4). Peralihan dari kata Ibrani yang berarti "pujilah Yahweh!" ini ditemukan di dalam Wahyu hanya pada nas ini, dan diucapkan oleh tiga pihak: himpunan besar orang banyak di surga (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1,3), keduapuluh empat tua-tua dan keempat makhluk (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">4), serta suara dari tahta (ayat lebih+dari+pada+itu+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5). Kata ini membuat kita teringat pada mazmur- mazmur pujian yang biasa dilakukan di Bait Allah zaman Israel (mis. Mzm. 146, 149 dll.), yang juga menyinggung mengenai Allah yang dengan adil membalaskan perlakuan musuh-musuh-Nya atas hamba-hamba-Nya.

Renungkan:
Ingatlah firman dari Tuhan ini: "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga"(Mat. 5:10). Respons syukur kita atas anugerah keselamatan dari Allah, yang ditunjukkan melalui kesetiaan dalam pergumulan dan penderitaan saat bersaksi di dunia, tidak akan sia-sia!

(0.57) (2Ptr 3:7) (sh: Waktu Allah bukan waktu manusia (Sabtu, 21 Oktober 2000))
Waktu Allah bukan waktu manusia

Kebodohan orang-orang yang tidak percaya adalah menganggap bahwa kedatangan Tuhan Yesus yang kedua tertunda, dan mengatakan bahwa penundaan itu membuktikan ketidakbenaran firman Tuhan. Haruskah orang beriman memiliki pola pikir yang sama? Orang beriman harus tahu bahwa Allah tidak menunda kedatangan-Nya kedua. Perbedaan pandangan ini didasarkan pada cara Allah menghitung waktu berbeda dengan cara manusia. Bagi Tuhan satu hari sama dengan 1000 tahun dan 1000 tahun seperti satu hari. Berarti, manusia tidak dapat menduga dan mengatur kapan Allah harus bertindak apalagi menentukan penggenapan hari Tuhan. Sebenarnya bila perbedaan ini kita letakkan dalam kacamata Illahi maka kita tidak hanya dapat menerimanya, tetapi juga bergembira. Sebab waktu Allah, berhubungan dengan: "supaya semua orang berbalik dan bertobat". Itu berarti waktu Allah sama sekali tidak berhubungan dengan kelambanan atau kealpaan Allah atas janji-Nya, tetapi berhubungan erat dengan kasih-Nya kepada kita dan sabar menanti kita untuk berbalik dan bertobat. Bila Allah sang empunya waktu dan pemilik kita sabar menanti waktu yang tepat untuk mempersiapkan kedatangan-Nya dan menggenapi janji penghakiman-Nya, apakah kita milik kepunyaan-Nya tidak dapat bersabar?

Tentang hari Tuhan yang dinantikan penggenapannya, Petrus menjelaskan bahwa pada hari itu seluruh alam semesta akan mengalami kebinasaan. Allah akan menggantinya dengan langit dan bumi baru. Semua orang dan bangsa-bangsa dihadapkan pada penghakiman Allah. Namun, ia tidak menguraikan panjang lebar tentang sifat hari Tuhan itu, karena penjelasannya lebih mengarah pada fakta dan kepastian penggenapan hari Tuhan itu. Berbahagialah orang beriman yang tetap setia menanti dan mempertahankan sikap hidup benar di hadapan Allah. Berbahagialah orang yang melihat penundaan penggenapan hari Tuhan ini sebagai perpanjangan waktu yang dikaitkan dengan sifat Allah yang penuh kasih.

Renungkan: Bila kita melihat bahwa penundaan dan perpanjangan waktu penggenapan hari Tuhan sebagai suatu kesempatan dari Allah untuk berbalik, bertobat, dan beroleh selamat, marilah kita responi kesempatan itu.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA