Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 118 ayat untuk aturan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.24) (Kel 21:12) (sh: Nyawa ganti nyawa. (Kamis, 7 Agustus 1997))
Nyawa ganti nyawa.

Nyawa ganti nyawa.
Manusia tidak berhak mencabut nyawa sesamanya. Hanya Allah yang berhak menentukan masa hidup seseorang (ayat 13). Allah menuntut agar kepada orang yang memukul orang sampai mati (ayat 12-14), memukul orang-tuanya (ayat 15), menculik orang lain untuk dijadikan budak (ayat 16), mengutuki ayahnya (ayat 17), atau keteledoran yang menyebabkan kematian sesamanya (ayat 28-32), diberlakukan hukuman mati. Aturan ini menegaskan bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatu dan bahwa setiap ciptaan Tuhan berhak atas hidup yang dikaruniakan Tuhan kepadanya dan pengakuan tentang kebenaran itu dari sesamanya.

Keadilan Allah. Hukuman mati terhadap orang yang menyebabkan sesamanya mati, bukan karena Allah kejam melainkan karena adil. Andaikata prinsip ini diberlakukan terus sampai kini, akan banyak orang harus dihukum mati. Sesungguhnya semua dosa selalu mengandung sifat berontak melawan Allah dan sangat besar kemungkinan berdampak destruktif (merusak) secara sosial. Jelas bila semua orang yang berdosa harus mati. Dalam keadilan dan kasih-Nya, Allah menuntut nyawa seorang Penebus yang sempurna agar kita boleh luput dari hukuman kekal Allah.

Renungkan: Dengan apakah kita dapat "membayar" hutang nyawa kita pada Kristus?

(0.24) (Im 25:23) (sh: Keadilan dan ibadah social (Minggu, 29 September 2002))
Keadilan dan ibadah social

Keadilan dan ibadah social. Selanjutnya adalah penerapan tahun Sabat dan tahun Yobel kepada kalangan miskin dan umat Israel. Bahkan, jika tahun Sabat berdampak meringankan penderitaan para budak dan orang miskin, maka tahun Yobel bertindak lebih jauh dengan memberikan permulaan baru bagi merek ayang miskin ataupun mengalami kesulitan materi. Mereka yang terpaksa harus menjual ladang-ladang mereka (ayat 23-28), rumah yang ada di daerah pedesaan (ayat 31-34), dan bahkan menjual kemerdekaan dirinya untuk menjadi budak (ayat 35-54), akan menerimanya kembali dan menjadi bebas. Perhatikan alasannya: “semata-mata tanah adalah milik Allah (ayat 23,38), dan karena “pada-Kulah orang Israel menjadi hamba” (ayat 55), bukan kepada orang lain.

Kalimat terakhir pada ayat 55 memberikan penjelasan paling mendalam mengapa umat membutuhkan etika tentang keadilan social seperti ini: karena “Akulah TUHAN, Allahmu.” Jagi, jika suatu komunitas yang menyebut dirinya umat Tuhan tidak melakukan etika social seperti ini, maka sama saja dengan menyatakan bahwa “TUHAN bukanlah Allah kami.” Karena itu, menjalankan keadilan social bukanlah sekadar etika, yaitu aturan hidup antarmanusia. Itulah sebabnya Allah menggerakkan para nabi seperti Yesaya, Yeremia, Amos, dll. Untuk bernubuat dengan keras melawan ketidakadilan social di antara umat yang ternyata masih menjalankan ritus ibadah pribadi kepada Allah (mis. Am. 5:21-24).

Renungkan: Identifikasikan siapa orang miskin, asing dan pendatang di sekitar Anda? Lalu tanyakan apa yang sudah Anda lakukan bagi mereka, dalam rangka menaati perintah Tuhan dan beribadah kepada-Nya?

(0.24) (Bil 28:1) (sh: Peraturan persembahan korban diulang kembali (Selasa, 16 November 1999))
Peraturan persembahan korban diulang kembali

Peraturan persembahan korban diulang kembali. Allah mengulang kembali kewajiban Israel dalam hal mempersembahkan korban harian, korban sabat, dan korban bulan baru. Hukum tentang persembahan korban ini pernah Allah berikan kepada Israel melalui Musa. Mengapa Allah mengulang kembali, dengan menambahkan perintah memberikan korban sabat dan bulan baru? Ada dua kemungkinan. Pertama, Allah ingin agar Yosua dan para imam melakukan tugas yang sama seperti Musa dan para imam di masanya. Kedua, untuk mengingatkan pentingnya persembahan kepada seluruh pemimpin dan umat Israel. Memberi persembahan berarti bersyukur atas setiap perbuatan Allah.

Bersyukur kepada Allah. Jika maksud Allah mengajar Israel agar mereka mengerti bahwa hidup, berkat, dan kekuatan semata-mata dari Allah; maka mereka perlu mensyukuri segala perbuatan Allah dengan korban persembahan. Namun Kristen tidak lagi melakukan aturan tersebut karena Kristus telah menggenapi hukum Taurat sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang percaya (bdk. Rm. 1:4). Kristen justru memiliki kesempatan setiap saat untuk bersyukur.

Renungkan: Nyatakan syukur kepada Allah melalui persembahan tubuh dan karya, itulah yang berkenan kepada-Nya (Rm. 12:1-2).

(0.24) (Bil 29:1) (sh: Peringatan hari-hari raya (Kamis, 18 November 1999))
Peringatan hari-hari raya

Peringatan hari-hari raya. Dalam rangkaian ibadah dan perayaan Israel, salah satu perayaan disebut hari raya peniupan serunai (terompet). Hari itu jatuh pada tanggal 1 bulan ketujuh (1). Pada hari itu, Israel membakar korban bakaran dan sajian. Perayaan itu merupakan persiapan umat memasuki hari raya pendamaian, dengan berpuasa sebagai tanda merendahkan diri di hadapan Tuhan. Berikutnya, merayakan hari raya pondok daun. Dalam setiap perayaan itu ada berbagai sistem/aturan upacara yang harus ditaati; agar umat memahami dengan lebih baik dalam mengkomunikasikan iman, baik di dalam komunitas Ilahi maupun di hadapan manusia seluruhnya.

Makna peringatan hari-hari raya. Kristen sekarang tidak lagi melakukan tradisi peringatan hari-hari raya Israel; namun dalam setiap perayaan hari-hari raya, Kristen tetap mengangkat atau memahami makna ibadah/perayaan Israel sebagai respons terhadap panggilan Allah yang diperingati dengan suasana penuh sukacita. Peringatan hari-hari raya Kristen yang dirayakan kini perlu dihayati dengan sungguh-sungguh dan bukan sekadar rutinitas.

Renungkan: Luapan sukacita umat dalam meresponi panggilan Allah seharusnya tidak hanya nyata dalam perayaan hari raya, tetapi dalam seluruh aktivitas dan karya kita.

(0.24) (Hak 17:1) (sh: Dalam lima pasal terakhir ini, (Senin, 3 November 1997))
Dalam lima pasal terakhir ini,

Dalam lima pasal terakhir ini,
Hakim-hakim membongkar tiga kasus yang menunjukkan kekacauan zaman itu.

Dosa mencuri. Mikha mencuri uang perak ibunya. Ia sempat membuat ibunya menduga, orang lain yang mencuri. Kesalahannya jelas tidak ringan. Namun begitu ia mengaku, ibunya segera mengampuni. Sikap ibunya yang lunak itu mungkin dapat kita benarkan karena alasan sayang. Tetapi hal itu tidak mendidik. Pengampunan dan pemulihan memang harus terjadi di antara umat Tuhan, namun tidak dengan menyepelekan dosa.

Dosa penyembahan berhala. Bisa dimengerti, kalau ibu itu tidak memiliki prinsip jelas tentang disiplin, karena tidak tahu tentang kebenaran. Firman Tuhan menyatakan:1) larangan penyembahan berhala, 2) hanya keturunan Harun yang boleh menjadi imam, 3) kurban harus diberikan di kemah sembahyang, 4) berkat hanya datang karena ketaatan bukan oleh upacara ibadah. Bila orang Lewi saja tidak paham aturan itu, apalagi keluarga tersebut. Tidak heran bila umat Tuhan itu hidup liar.

Renungkan: Paham dan taat Firman Allah adalah prasyarat kepribadian yang berintegritas, keluarga rukun, masyarakat yang diberkati Tuhan.

(0.24) (1Sam 13:1) (sh: Sabar dan taat. (Jumat, 5 Desember 1997))
Sabar dan taat.

Sabar dan taat.
Dua kata itu sangat mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Sabar dan taat adalah pangkal keberuntungan. Tidak sabar dan tidak taat adalah sumber berbagai kegagalan dan kemalangan. Belum lagi lama Saul menjadi raja, ia sudah gagal untuk sabar dan taat. Samuel sudah mengantisipasi hal tersebut dalam doa syafaatnya (ayat 12:23-25). Saul tidak sabar menantikan masa tujuh hari. (ayat 8-9). Ia tidak taat kepada aturan yang melarangnya melakukan tugas yang bukan wewenangnya. Pemimpin yang tidak tahu batas wewenangnya akan berkembang menjadi pemimpin yang membahayakan bukan mendatangkan sejahtera.

Keputusan Tuhan. Beranikah kita seperti Samuel, menegur pemimpin yang salah? Samuel dengan tegas menyebut Saul bodoh (ayat 13a). Lebih dari itu ia menyatakan keputusan Allah yang tegas. Kerajaan di bawah Saul tidak akan langgeng. Takhta itu adalah pemberian Allah, bukan milik Saul, bukan juga datang dari Israel. Tuhan Allah yang mengangkat pemimpin, akan mencopotnya juga jika tidak tunduk kepada-Nya.

Renungkan: Kepemimpinan dimulai dengan kesabaran dan ketaatan.

Doa: Dalam keterdesakan bagaimanapun, ajar kami berpegang teguh pada firman-Mu.

(0.24) (Mzm 66:1) (sh: Ibadah yang sejati (Minggu, 20 Juni 2004))
Ibadah yang sejati

Ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati selalu melibatkan unsur penyembahan akan kebesaran Tuhan, ucapan syukur atas perbuatan besar Tuhan atas hidup kita hari lepas hari, termasuk saat-saat menderita, dan tekad untuk hidup lebih berkenan kepada Tuhan.

Mazmur 66 ini adalah suatu ajakan beribadah. Mazmur ini bisa dibagi menjadi tiga bagian besar. Ayat 1-12 adalah ajakan untuk semua manusia (bumi, 1; bangsa-bangsa, 8) untuk memuji Allah karena kebesaran dan kedahsyatan-Nya atas alam ciptaan-Nya (ayat 2-3, 5-7), dan atas perbuatan-perbuatan ajaib dan indah dalam hidup umat Tuhan (ayat 9-12). Ayat 13-15 adalah apa yang akan si pemazmur lakukan sebagai respons terhadap perbuatan dan kebesaran Tuhan, yaitu: mempersembahkan korban-korban sesuai dengan aturan Taurat (ayat 13,15), pada saat yang sama melakukan semua janji setia kepada Tuhan yang pernah diucapkan (ayat 13b, 14). Ayat 16-20 adalah ajakan bagi semua umat untuk melihat keadilan Tuhan dalam hidup si pemazmur. Tuhan memberkati si pemazmur karena ia dengan tulus hati melakukan ibadahnya (ayat 17-19).

Hal indah yang boleh kita tarik dari mazmur ibadah ini: kebaikan Allah nyata tidak hanya ketika segala hal berjalan lancar dan aman, tetapi juga ketika Allah menguji kita melewati semua permasalahan hidup (ayat 10-12) sehingga kita menjadi lebih baik lagi.

Renungkan: Ibadah sepatutnya diungkapkan dengan segenap kesungguhan, baik dalam pujian kepada Tuhan maupun ajakan berbakti bagi sesama.

(0.24) (Mzm 100:1) (sh: Ibadah yang menyukakan hati Allah. (Jumat, 13 November 1998))
Ibadah yang menyukakan hati Allah.

Ibadah yang menyukakan hati Allah.
Ibadah tanpa pengertian tidak akan menyukakan hati Tuhan. Pengetahuan dan pengertian tentang Tuhan tanpa firman-Nya, takkan menciptakan kedekatan dengan Tuhan. Ibadah yang menyukakan hati Allah bukanlah ibadah yang diselewengkan, bukan ibadah yang sesuai aturan tradisi, tetapi ibadah yang sungguh-sungguh dan penuh syukur atas karya keselamatan Allah.

Krisis makna ibadah. Sangat disayangkan kalau sekarang ini banyak orang tidak lagi menganggap ibadah sebagai kebutuhan. Tawaran dunia yang menggiurkan dianggap lebih mampu memenuhi segala kebutuhan. Akibatnya selain kedudukan dan peranan ibadah dalam kehidupan Kristen tergeser drastis, persekutuan dalam pertemuan-pertemuan ibadah pun tidak lebih dari sekadar ungkapan-ungkapan formalitas. Pimpinan dan warga gereja mengemban tugas mengembalikan makna ibadah yang sesungguhnya. Berarti, pemimpin dan warga gereja harus terlebih dahulu terlibat dalam penghayatan akan kebesaran, dan kebaikan Allah. Pemazmur mengajak seluruh bumi untuk beribadah kepada Allah. Semakin dalam kita memahami dan menghayati persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah, semakin kita dapat mengalami, menyelami dan mengerti kebaikan Tuhan.

Doa: Tuhan Yesus, tambahkanlah pengertian kami mengenai Engkau.

(0.24) (Yes 2:1) (sh: Maksud Allah bagi umat-Nya. (Rabu, 16 September 1998))
Maksud Allah bagi umat-Nya.

Maksud Allah bagi umat-Nya.
Allah ingin Yerusalem menjadi kota yang mulia. Allah hadir di dalamnya, pengajaran-Nya mengalir, sekalian bangsa datang untuk diajar oleh-Nya di sana (ayat 1-2). Yerusalem tidak sekadar kota simbolis, tetapi sungguh berperan sebagai sumber pengajaran kebenaran firman Tuhan (ayat 3). Memang yang dipaparkan Yesaya di sini bersifat eskatologis (berhubungan dengan zaman akhir), tetapi kita tidak perlu menanti secara pasif sampai gambaran itu kelak Tuhan Allah genapi. Umat Tuhan, Gereja Tuhan sepanjang zaman harus berdoa, berusaha agar diri dan zamannya boleh menjadi bagian dari rangkaian tahap-tahap penggenapan nubuat ini.

Pedang jadi mata bajak. Logam yang dibuat menjadi alat pembunuh diubah menjadi mata bajak untuk mengolah sawah (ayat 4). Tuhan menjadi wasit yang mengawasi manusia agar menjalankan aturan main yang benar. Ia menghentikan pelanggaran, menghindarkan kehancuran dari penyalahgunaan teknologi, wewenang, harta kekayaan, dll. Sebaliknya semua itu diarahkan untuk menjadi alat membangun kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya. Semua manusia mendambakan kedamaian. Tidakkah Gereja Tuhan yang memiliki berita pendamaian itu, tega untuk menyembunyikan Injil hanya untuk dirinya saja?

Renungkan: Gerejakukah yang dari dalamnya mengalir pengajaran dan firman Tuhan?

(0.24) (Yes 23:1) (sh: Kemashyuran dan hukuman. (Jumat, 16 Oktober 1998))
Kemashyuran dan hukuman.

Kemashyuran dan hukuman.
Negeri Fenisia, yang di dalam Alkitab dikenal sebagai Tirus dan Sidon, di dunia kuno terkenal sebagai penguasa bahari dan perniagaan. Kekuasaan mereka pada waktu itu meliputi kawasan Mediteranian sampai ke Spanyol. Namun, dosa persundalan dan kesombongan, membuat kejayaan itu dimusnahkan oleh murka Allah (ayat 1-5). Kehancuran itu merupakan perwujudan kedaulatan Allah (ayat 8-9). Allah menyatakan bahwa bumi, langit dan segala isinya harus tunduk kepada aturan main Tuhan.

Ada penghancuran, ada pemulihan. Setiap kali nubuatan penghancuran disampaikan, setiap kali pula nubuat pemulihan mengikutinya. Demikian pula dengan Tirus, selama 70 tahun berada dalam penghukuman karena dosa mereka, dan setelah 70 tahun lewat, Tirus akan mengalami masa pembaruan dari Allah (ayat 15). Pembaruan hanya dapat terjadi bila Allah telah menghukum. Hukuman dari Allah bukan sekadar ganjaran atas perbuatan dosa, tetapi bertujuan untuk menyadarkan agar manusia tidak kembali melakukan perbuatan dosa.

Renungkan: Proses penghukuman dan pembaruan dari Allah itu sedang berlangsung dalam hidup kita, umat-Nya.

Doa: Tuhan, ajar kami untuk mendengar dan meresponi teguran-Mu.

(0.24) (Mal 2:10) (sh: Peranan Pernikahan. (Sabtu, 12 Desember 1998))
Peranan Pernikahan.

Peranan Pernikahan.
Pernikahan dan perceraian selalu mendapat perhatian serius dalam Alkitab. Umat Israel dilarang kawin campur dengan bangsa lain. Larangan ini bukan atas dasar rasial, tetapi alasan-alasan spiritual. Maleakhi menegur perkawinan campur dengan istilah "menjadi suami anak perempuan allah asing" (ayat 11). Ternyata klaim terhadap kawin campur ini terus digemakan dalam kehidupan bangsa Israel di Perjanjian Baru; dan tetap dalam penekanan yang sama, yaitu perkawinan antara orang percaya dan orang tak seiman.

Keadaan terjepit. Dalam situasi ekonomi bangsa yang "serba sulit" sekarang ini, banyak orang bertindak gegabah dan tak mau tahu aturan. Orang menggunakan cara pintas untuk keluar dari kesulitan. Dalam memilih teman hidup, mereka melirik dari kondisi ekonomi, sekalipun berbeda iman kepercayaan. Lebih baik meninggalkan isteri pertama dalam kondisi sulit, daripada harus kehilangan kesempatan menjadi kaya. Dan, Tuhan menentangnya; karena pernikahan Kristen adalah gambaran perjanjian Tuhan dengan umat. Hidup pernikahan yang dikasihi dan diberkati Tuhan adalah pernikahan yang diisi dengan kasih Tuhan dan harus dipertahankan kelanggengannya di dalam firman Tuhan. Dalam kehidupan pernikahan Kristen firman Tuhan melebihi pertimbangan psikologis, ekonomi, dlsb.

(0.24) (Mal 4:1) (sh: Hari Tuhan. (Rabu, 16 Desember 1998))
Hari Tuhan.

Hari Tuhan.
Sepanjang sejarah hubungan manusia dengan Tuhan dalam penghayatan iman orang percaya, selalu ada dua dasar kemungkinan seseorang menjalankan ibadah berpusat pada Allah (teosentris) atau berpusat pada manusia (anthroposentris). Yang manakah pusat ibadah orang percaya? Hari Tuhan yang akan datang itu, seperti perapian yang berfungsi ganda: membakar dan membinasakan serta sekaligus memurnikan. Perapian pada tukang logam menyingkirkan kotoran dan menghasilkan logam murni; demikianlah juga yang terjadi pada Hari Tuhan itu.

Allah itu pasti. Apapun yang Allah katakan, janji anugerah, hukum dan aturan serta dampak dari semua itu, adalah pasti. Sambil menunggu masa depan yang cerah, orang percaya dan beriman harus tetap menjaga kesetiaannya. Dengan cara: mengingat dan melaksanakan perintah-perintah Tuhan, lewat hukum-hukum Musa. Apa yang telah diberikan-Nya kepada Musa menjadi dasar bagi Tuhan memperlakukan umat-Nya. Itulah sebabnya semua yang diucapkan-Nya pasti akan terjadi. Begitu pula ketika Tuhan mengutus Elia, sebagai yang akan menyerukan pertobatan. Inilah gelombang pembaruan dari Allah. Dalam Perjanjian Baru, Yohanes Pembaptis diakui sebagai Elia yang menegur yang salah dengan penuh kuasa dan keberanian.

(0.24) (Mat 15:1) (sh: Otoritas Allah atau tradisi? (Rabu, 12 Maret 1998))
Otoritas Allah atau tradisi?

Otoritas Allah atau tradisi?
Sejak kembali dari pembuangan di Babilonia, ahli-ahli Taurat membuat banyak aturan yang mengatur kehidupan orang Yahudi. Peraturan yang ditetapkan Musa, ditafsirkan kembali dan diberlakukan. Namun peraturan yang diterapkan itu justru membuat orang Yahudi terjerumus pada ketidakpastian dan kebingungan. Taat kepada Taurat atau peraturan ahli Taurat? Taat kepada Tuhan atau kepada ahli Taurat? Taat kepada otoritas Allah atau otoritas tradisi? Otoritas tradisi tidak boleh ditempatkan di atas Firman Tuhan. Firman Tuhan harus ditafsirkan dengan benar dan menjadikan umat Tuhan hidup taat untuk menyenangkan hati Tuhan.

Menyembah dengan bibir, bukan dengan hati. Tuhan Yesus menentang para ahli Taurat. Ia menegur dengan perumpamaan sebagai bangsa yang menyembah Tuhan dengan bibir bukan dengan hati. Semua peraturan yang ditafsirkan dari Taurat Musa hanya diucapkan di bibir. Hatinya sama sekali tidak tersentuh. Sebaliknya, semua peraturan yang mereka pikirkan dan renungkan, yang bersumber dari hati yang jahat dan kotor, dijadikan tradisi yang mengatur kehidupan umat. Menyembah Tuhan dengan benar haruslah bersumber pada pengenalan manusia akan Tuhan. Dan, ini keluar dari ketulusan dan kesungguhan seseorang untuk merenungkan firman-Nya.

(0.24) (Rm 16:17) (sh: Sikap terhadap saudara palsu. (Rabu, 05 Agustus 1998))
Sikap terhadap saudara palsu.

Sikap terhadap saudara palsu.
Bagaimana ciri orang yang aktif melayani dengan motif mencari untung sendiri? Mereka tidak mengutamakan doktrin, tetapi kesaksian pengalaman hebatnya. Pengajaran dan tuntutan Kristus direduksi ('dikurangi'). Mereka menimbulkan perpecahan dan perselisihan, suka menggoda, membujuk-rayu demi tujuan sendiri. Hidup tanpa hukum dan aturan. Paulus tegas. Jemaat harus menjauhi mereka. Mereka adalah alat Iblis (ayat 20). Di masa ini masih ada pemimpin Kristen yang pandai membujuk orang mendukung proyek-proyek mereka. Injil dijadikan pembungkus maksud liciknya. Jaga dan peliharalah hubungan pribadi yang intim dengan Firman, niscaya kita akan terhindar daripadanya. Ujilah setiap roh!

Kekuatan kasih karunia. Di akhir suratnya Paulus mengucapkan salam khusus, "Kasih karunia Yesus Kristus ..." (ayat 24). Apa maknanya? Salam ini meneguhkan iman dan pengharapan jemaat yang resah dalam menghadapi rasul dan doktrin palsu. Kristus selalu menyertai jemaat dengan kasih karunia-Nya yang berlimpah. Kekuatan kasih karunia Kristus dapat kita rasakan melalui persekutuan dengan firman-Nya dan persekutuan dalam Roh-Nya. Justru di tengah dunia yang makin kacau dan kondisi gereja yang tak menentu ini, janji berkat ilahi itu dapat teralami.

(0.24) (1Kor 11:17) (sh: Paulus mencela jemaat Korintus. (Kamis, 4 September 1997))
Paulus mencela jemaat Korintus.

Paulus mencela jemaat Korintus.
Dua hal dicela Paulus. Pertama, jemaat Korintus tidak bersekutu ketika berkumpul sebab ada perpecahan di antara mereka. Hal ini sudah disinggung Paulus di bagian permulaan suratnya ini. Kedua, mereka memperlakukan Perjamuan Kudus dengan tidak hormat. Seperti orang rakus dan gelojoh, mereka makan seperti orang kelaparan dan minum sampai mabuk. Memalukan! Tentu saja Paulus tidak memuji hal tersebut. Orang yang berbuat demikian menghina Allah dan tidak peka akan orang yang berkekurangan (ayat 22).

Aturan dalam perjamuan kudus. Makan dan minum adalah kebutuhan manusia yang wajar. Manusia harus makan dan minum supaya bisa hidup dengan baik. Tetapi dalam pertemuan ibadah di mana juga dirayakan perjamuan Tuhan, adalah salah besar apabila orang makan dan minum dengan sepuas-puasnya. Perjamuan Kudus harus diterima dengan sikap hormat, memeriksa diri, sambil mengingat pokok-pokok iman yang dilambangkannya.

Renungkan: Bila kita tidak menghormati Allah dalam hidup ibadah kita, Tuhan akan bertindak atas kita supaya kemuliaan-Nya tetap dijunjung tinggi.

Doa: Tuhan, tolong kami untuk dapat beribadah dengan benar.

(0.21) (Rm 6:15) (jerusalem) Kristus telah membebaskan manusia dari Yang Jahat untuk menyerahkannya kepada Allah. Di samping pikiran alkitabiah tentang "penebusan", Rom 3:24+, dan tentang pembebasan melalui kematian, Rom 7:1, Paulus suka menggunakan gambar yang mengesankan di zamannya, ialah budak yang ditebus dan dimerdekakan, untuk mengungkapkan pikiran yang sama. Seorang budak yang ditebus dan dimerdekakan tidak lagi dapat dijadikan budak, tetapi wajib mengabdi majikannya yang baru dengan setia. Kristus telah menebus kita dengan harga darahNya sendiri, 1Ko 6:20; 7:23; Gal 3:13; 4:5, dan telah memerdekakan kita serta memanggil kita untuk kebebasan, Gal 5:1,13. Selanjutnya orang Kristen bebas dari majikan-majikan lama, yaitu: dosa, Rom 6:18-22; hukum Taurat, Rom 6:14; 8:2; Gal 3:13; 4:5; bdk Rom 7:1+, dengan aturan-aturan lahiriahnya, Gal 2:4, bebas dari "roh-roh dunia", Gal 4:3,8; bdk Kol 2:20-22, dari kebinasaan, Rom 8:21-23. Maka tidak bolehlah orang Kristen kembali menjadi budak mereka, Gal 2;4 dst; Rom 4:9; 5:1. Ia telah menjadi merdeka, 1Ko 9:1, anak perempuan merdeka ialah Yerusalem sorgawi, Gal 4:26,31. Tetapi kemerdekaan itu tidaklah sama dengan berbuat semau-semaunya, Gal 5:13; bdk 1Pe 2:16; 2Pe 2:19. Kemerdekaan itu tidak lain kecuali mengabdi Majikan baru, ialah Allah, Rom 6:22; bdk 1Te 1:9; 1Pe 2:16, atau Kristus Kyrios, Rom 1:1 dll; Yak 1:1; 2Pe 1:1; Yud 1; Rom 14:18; 16:18 dll. Sebab orang beriman telah menjadi milik Kristus, 1Ko 6:19; 3:23, dan untuk Dialah orang Kristen hidup dan mati, Rom 7:1+; dan orang Kristen mengabdi oleh karena ketaatan iman dan demi untuk kebenaran dan kesucian, Rom 6:16-19. Boleh jadi bahwa kemerdekaan anak, Gal 4:7, yang dimerdekakan menurut "hukum Roh", Rom 8:28; bdk Rom 7:6; 8:14 dst; 2Ko 3:17 (bdk juga Yak 1:25; 2:12), harus melepaskan kebebasannya yang ada haknya untuk mengabdi sesamanya, Gal 5:13; bdk 2Ko 4:5, mana kala dituntut oleh kasih, Gal 5:13; 2Ko 4:5, atau oleh rasa hormat terhadap hati nurani orang lain, 1Ko 10:23-33; Rom 14; bdk 1Ko 6:12-13; 1Ko 9:19. Adapun tata masyarakat yang mengizinkan adanya perbudakan ini dapat dibiarkan dalam dunia yang akan berlalu ini, 1Ko 7:20-24,31, tetapi tidak bernilai sedikitpun dalam tata baru yang ditegakkan Kristus 1Ko 12:13; Gal 3:28; Kol 3:11: seorang budak Kristen adalah seorang yang dimerdekakan oleh Tuhan; si budak dan si majikan sama-sama hamba Kristus, 1Ko 7:22; bdk Efe 6:5-9; Kol 3:22-4:1; File 16.
(0.21) (Im 11:1) (ende)

Dalam pasal-pasal ini terkumpul pelbagai hukum dan aturan mengenai nadjis dan tahir, haram dan halal. Ada hukum-hukum jang berdasarkan tradisi-tradisi kuno, lainnja memuat tradisi jang lebih muda. Hukum-hukum itu sering melandjutkan matjam-matjam tabu, sebagaimana djuga diketemukan pada bangsa-bangsa lain dan dalam agamanja. Tabu sedemikian itu aselinja bermaksud melindungi orang-orang terhadap daja-daja adjaib dan berbahaja jang dianggap tersembunji didalam barang-barang tertentu, ataupun berkenaan dengan daja hidup jang misterius dan karenanja ilahi, sehingga perlu dibarengi dengan kelakuan jang chas. Dalam agama bangsa Israil hukum-hukum sedemikian itu diberi makna lain, sehingga disangkutkan dengan ibadah dan membuat orang mampu atau menghalang-halangi dia ikut serta dalam ibadah jang mendekatkan manusia kepada Allah. Binatang-binatang jang dilarang itu umumnja adalah binatang jang dipakai dalam ibadah kaum kafir, entah sebagai kurban entah untuk dipudja. Binatang-binatang jang halal dipergunakan dalam ibadah Jahwe. Dengan demikian umat Allah dipisahkan dari bangsa-bangsa kafir dan kemurnian agama dilindungi. Hukum-hukum jang bertalian dengan hidup dan kelahiran serta kematian mengingatkan, bahwa Allah semata-mata Tuhan kehidupan. Kusta merupakan tanda kematian, sehingga menghalang orang mendekati pokok kehidupan, Jahwe. Semua hukum ini memang tidak menjangkut tatasusila kebaikan atau kedjahatan, namun terang mengingatkan kepada manusia ketidak mampuannja dan hak Allah jang mutlak. Demikian undang-undang ini sungguh mempunjai makna keigamaan djuga. Perdjandjian Baru membatalkan semua hukum itu, oleh sebab tidak membutuhkan alat itu lagi, meskipun apa jang diusahakan dalam hukum-hukum itu masih tetap ada.

(0.21) (Kis 15:20) (jerusalem: makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala) Ialah makanan yang dalam korban orang kafir telah dipersembahkan kepada berhala-berhala, bdk Kis 15:29 dan Kis 21:25. Lihat 1Ko 8-10
(0.21) (Kel 16:25) (sh: Nafkah dan ibadah (Jumat, 9 September 2005))
Nafkah dan ibadah

Nafkah dan ibadah Tuhan memakai berbagai cara untuk mengajarkan kebenaran-Nya. Misalnya, Tuhan Yesus mengajar para pendengar-Nya melalui perumpamaan. Sedangkan, pada nas ini Allah mengajarkan ketetapan hari Sabat kepada bangsa Israel melalui manna.

Tuhan mencurahkan manna setiap hari untuk mencukupi kebutuhan makanan mereka selama berada di padang gurun (ayat 35). Aturan Tuhan adalah setiap keluarga mengumpulkan manna secukupnya setiap hari. Hal ini berlaku untuk hari pertama sampai dengan hari kelima (ayat 6,21). Namun, pada hari keenam mereka diperintahkan mengumpulkan manna dua kali lipat jumlahnya karena pada hari ketujuh manna tidak akan dicurahkan (ayat 22). Pengaturan ini sesuai dengan peraturan hari Sabat, yaitu larangan untuk bekerja. Hari Sabat adalah hari perhentian yang dikuduskan Tuhan (ayat 23). Karena itu, umat Israel harus mematuhi peraturan hari Sabat untuk beristirahat, termasuk tidak mengumpulkan manna. Dengan mematuhi perintah tersebut, umat Israel membuktikan diri mereka percaya penuh pada pemeliharaan Tuhan. Baik secara jasmani dengan tidak mengumpulkan manna maupun secara rohani dengan mensyukuri pemeliharaan Tuhan hari demi hari.

Orang Kristen beroleh perhentian sejati dalam karya penyelamatan Kristus (Ibr. 4:3-11) karena itu seluruh hari kita adalah ibadah. Meski tidak lagi menjalani hari Sabat, orang Kristen tetap perlu menaati prinsip Sabat dengan beristirahat dari segala pekerjaan mereka dan memberi waktu khusus untuk beribadah pada Allah pada hari Minggu. Dengan tidak bekerja melainkan beribadah pada hari Minggu, orang Kristen telah menerapkan ajaran Tuhan Yesus: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat. 4:4).

Responsku: Menjadikan hari Minggu sebagai hari aku beristirahat agar tubuh, pikiran, dan hatiku diarahkan untuk menyembah Tuhan.

(0.21) (Im 22:1) (sh: Kudus..., hati-hati bertindak! (Selasa, 24 September 2002))
Kudus..., hati-hati bertindak!

Kudus..., hati-hati bertindak! Di pasal 2 kita belajar bahwa Allah tidak main-main menuntut kekudusan para imam. Tuntutan Allah tidaklah berlebihan, karena tugas yang harus dijalankan para imam adalah tugas yang kudus. Otomatis tugas yang kudus itu harus diiringi dengan kehidupan yang kudus pula. Karena itu bila merekan dianggap najis menurut aturan yang telah Allah berikan, mereka harus lebih dahuluu mentahirkan diri.

Pada pasal ini kita diajak untuk memahami beberapa hal tentang hal pentng. Pertama, tentang dampak akibat kenajisan yang dilkaukan para imam adalah larangan untuk menjamah hal-hal yang kudus (ayat 1-16); Bagian pertama ini dialamatkan kepada para imam. Meraka diingatkan akan sanksi allah yang harus dihadapi sebagai konsekuensi pelanggaran ini adalah dilenyapkan dari hadapan Allah (ayat 3), dinajiskan dalam waktu yang panjang (ayat 4a), bahkan meninggal dunia (ayat 9). Mereka juga diperingatkan supaya jangan bersalah dalam hal kurban itu, terutama supaya mereka jangan membiarkan oaran gyang tidak berhak makan persembahan kudus. Karena seluruh bangsa Israel akan terlibat menanggung kesalahan mereka (ayat 15-16).

Kedua, tentang peraturan-peraturan mempersembahkan kurban (ayat 17-25). Bagian ini merupakan penetapan tentang persembahan-persembahan yang dikorbankan, yaitu harus tidak bercela. Peraturan ini dialamatkan kepada para imam, dan umat. Dikatakan bahwa prinsip asasi untuk semua korban adalah sama, yaitu bahwa korban cacat tidak bias dipakai (ayat 18-21). Memang orang yang membawa korban cacat tidak dihukum, tetapi tujuan korbannya gagal, sebab tidak mengadakan hubungan baik antara Allah, dengan dirinya (ayat 22-25)

Melalui perikop ini, kita belajar bahwa ternyata tidak ada imam y ang dapat sepenuhnya dan sempurna menjalani ketetapan-ketetapan Allah. Hanya satu Imam Agung yang secara sempurna dan utuh untuk memenuhi segala-ketetapn-ketetapan Allah, Dialah Yesus Kristus yang tak bercacat cela.

Renungkan: Mengambil bagian dalam kekudusan Allah sama dengan masuk dalam dan mengalami keindahan hadirat-Nya.



TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA