Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 941 - 960 dari 1062 ayat untuk memberi ganti (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.02) (Luk 11:1) (sh: Belajar berdoa dari Yesus (Rabu, 18 Februari 2004))
Belajar berdoa dari Yesus

Yang melatarbelakangi permohonan para murid agar Yesus mengajar mereka berdoa adalah tindakan Yesus. Yesus berdoa. Mereka lalu meminta agar Yesus mengajarkan mereka berdoa (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">1). Ini penting untuk kita perhatikan. Ada apakah dengan doa atau kehidupan doa Yesus sehingga mereka terdorong untuk belajar hal berdoa dari-Nya? Tentu ada hal yang sangat menarik dari yang mereka lihat tentang Yesus yang berdoa, sehingga para murid meminta diajar berdoa. Hanya doa yang hidup di dalam mana kemesraan hubungan terpancar yang mampu membuat orang lain tertarik untuk berdoa. Sebenarnya doa tidak dapat dipelajari seperti orang belajar ilmu. Doa juga bukan suatu metode yang dapat dikuasai melalui banyak latihan. Doa adalah hubungan dengan Allah yang bertumbuh makin mesra sehingga menjadi sesuatu yang hidup. Itu sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya agar doa dimulai dengan menyapa Allah sebagai Bapa (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">2). Justru karena Yesuslah kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Karena sang Putra adalah uluran tangan Bapa menyambut kita maka kita menghayati hubungan anak-Bapa dengan Allah di surga.

Doa yang benar tidak bersemangatkan pementingan diri sendiri. Seperti halnya semua hubungan atau percakapan yang sehat menaruh perhatian pada semua pihak yang bercakap, demikian pun seharusnya isi doa. Itu sebabnya doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian baik kepada kepentingan Allah (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">2) maupun kepada kepentingan kita (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">3-4). Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Bapa kepada kita. Prinsip dan kerangka pemikiran doa yang Yesus ajarkan ini patut membentuk pula kehidupan doa kita. Ingatlah bahwa bila Yesus berkenan mengajar kita berdoa, pasti Bapa berkenan menyambut doa kita.

Renungkan: Tanda pertama bahwa kita dalam hubungan erat dengan Allah adalah hidup dalam doa.

(0.02) (Luk 16:1) (sh: Hikmat dalam menggunakan harta duniawi (Senin, 8 Maret 2004))
Hikmat dalam menggunakan harta duniawi

Salah satu kesulitan mengerti perumpamaan ini adalah bagaimana mungkin bendahara yang licik ini bisa menjadi teladan bagi anak-anak Tuhan dalam berbisnis? Apakah kita harus pintar untuk mendapatkan hati pelanggan kita dengan cara merugikan atasan kita, seperti yang dilakukan oleh bendahara tersebut terhadap majikannya?

Ada hal yang menarik untuk kita simak di sini. Majikan si bendahara tidak memujinya oleh karena ketidakjujurannya, melainkan oleh karena kecerdikannya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">8a). Bendahara ini cerdik karena ia membuat orang menjadi berterimakasih kepada dirinya dengan cara memberikan pengurangan utang kepada orang itu (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">5-7).

Yesus sendiri berkomentar bahwa anak-anak dunia ini lebih cerdik daripada anak-anak terang (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">8b), oleh karena itu Ia menasihati para murid-Nya agar dengan cerdik memanfaatkan kekayaan dunia yang dimilikinya untuk mengikat persahabatan di dalam dunia ini (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">9). Lepas dari dunia ini, kekayaan tidak dapat dimanfaatkan lagi.

Apakah orang Kristen dianjurkan untuk bersikap licik, memanfaatkan harta dunia agar diterima oleh orang dunia? Tentu saja tidak! Orang Kristen memiliki motivasi kasih untuk menjadi berkat bagi dunia berdosa yang membutuhkan keselamatan. Orang Kristen justru akan diterima oleh dunia ini bila kasihnya mewujud tidak hanya dalam panggilan pertobatan tetapi kepada kepedulian sosial yang tinggi. Jadi orang Kristen dipanggil untuk cerdik menggunakan harta dunia 'di dalam ketulusan kasihnya' menjangkau orang dunia ini. Orang dunia akan bisa melihat ketulusan Kristen ketika memberi, menolong, dengan menggunakan harta dunia. Demikianlah anak-anak Tuhan harus tulus dan cerdik di dunia ini untuk memenangkan dunia ini bagi Tuhan.

Renungkan: Sudahkah Anda dengan hikmat Allah menjadi berkat untuk orang-orang yang belum mengenal kekristenan?

(0.02) (Luk 17:1) (sh: Karakter murid yang beriman (Kamis, 11 Maret 2004))
Karakter murid yang beriman

Beberapa nasihat dalam perikop ini saling berkaitan satu sama lain karena merupakan aspek-aspek dari karakter murid. Setiap aspek hanya mungkin dikembangkan bila aspek lain diikutsertakan dan juga ikut dikembangkan. Orang yang mengabaikan salah satu aspek, atau hanya menekankan aspek tertentu saja tidak mungkin menjadi murid yang berkenan kepada Tuhan.

Aspek pertama yang dibahas adalah menegor dan mengampuni dosa (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">3-4). Kristen yang tidak menegor ada dalam bahaya membiarkan penyesatan terjadi atau bahkan turut serta dalam penyesatan (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">1-2). Orang yang bersalah sering tidak menyadari kesalahannya sehingga perlu kehadiran orang lain untuk menegornya. Kristen yang tidak menegor berarti bersikap tidak peduli terhadap keselamatan orang lain. Sebaliknya menegor dosa harus diimbangi pula dengan mengampuni dosa. Orang yang bertobat atas kesalahannya harus diberi kesempatan untuk memperbarui dirinya.

Aspek kedua adalah mengenai iman (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">5-6). Bagi para murid, menjadi Kristen yang peka terhadap dosa dan siap memberi pengampunan membutuhkan iman yang besar. Namun, Yesus mengajar bahwa yang penting bukan besar-kecilnya iman melainkan bagaimana iman itu dikerjakan. Maka rintangan sebesar apapun akan teratasi. Kerjakanlah penegoran atas dosa, dan pengampunan sebagaimana Allah sudah mengampunimu. Itulah buah imanmu.

Aspek ketiga adalah mengenai ketaatan sebagai hamba (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">7-10). Murid yang beriman mendapatkan kekuatannya justru dari ketaatannya sebagai hamba. Sumber kekuatan untuk menegor dan mengampuni dosa adalah ketaatan sepenuhnya kepada Allah. Jadi semua aspek kemuridan ini berkait satu sama lainnya.

Renungkan: Iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata akan menghasilkan karakter Kristen yang menjadi berkat bagi sesama.

(0.02) (Luk 20:1) (sh: Awas! Konflik kuasa dalam gereja (Senin, 22 Maret 2004))
Awas! Konflik kuasa dalam gereja

Para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, penasaran mengenai kuasa Yesus dalam mengusir para pedagang dari Bait Allah. Sebab menurut pendapat mereka, merekalah yang memiliki hak dan kuasa mengelola Bait Allah. Karena itu mereka berusaha untuk menjebak dan menjerat Yesus dengan pertanyaan: "dengan kuasa manakah dan siapa yang memberi kuasa itu untuk melakukan tindakan seperti itu?" (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">2). Dengan tindakan menyucikan Bait Allah itu, Yesus ingin mengembalikan fungsi utama dari Bait Allah sebagai rumah doa bagi setiap orang Yahudi. Sesuai doa raja Salomo setelah selesai membangun Bait Allah (ayat 1Raj. 8:27-53).

Kini tampillah Yesus dengan otoritas Keallahan-Nya bertindak mengembalikan fungsi utama Bait Allah. Lukas mencatat bahwa Yesus sedang memberitakan Injil di Bait Allah ketika didatangi oleh para pemimpin Yahudi itu (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">1). Berarti dengan cara itu Yesus mau meyakinkan para pengikut-Nya akan kebenaran tindakan-Nya itu. Tetapi dalam pertanyaan mereka, para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, seolah-olah mau berkata: "Siapakah yang lebih berhak dan berkuasa mengatur dan mengelola Bait Allah, kami atau Engkau Yesus?" Yesus mengetahui maksud mereka hendak menjebak dia (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">2-3).

Lalu Yesus menggiring para pemimpin Agama Yahudi itu untuk mendalami makna tindakan Yesus itu, dengan sebuah pertanyaan:"Dengan kuasa siapakah Yohanes (=Pembaptis), membaptiskan orang di sungai Yordan?" (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">4). Dengan pertanyaan itu mereka terpojok lalu berkata: "Kami tidak tahu" (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">5-7). Dengan itu terbukalah kedok mereka. Maka Yesus pun tidak mengumbar kuasa-Nya dengan menjawab pertanyaan mereka. Dengan bijaksana Yesus mengingatkan kita akan bahayanya jika terjadi konflik kuasa dalam Gereja masa kini.

Renungkan: Setiap Kristen perlu mawas diri agar jangan terjebak dalam debat siapakah yang berhak dan berkuasa mengelola kehidupan bergereja masa kini.

(0.02) (Luk 20:20) (sh: Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan (Rabu, 24 Maret 2004))
Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan

Perikop ini menampilkan intrik politik yang dihalalkan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Mereka memakai orang lain untuk memuji pengajaran Yesus dan sekaligus mengajukan perta-nyaan: "apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar?" (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">23). Para imam dan ahli Taurat sebenarnya secara politis bertentangan posisi dan pemahaman dengan orang Saduki. Para ahli Taurat ingin mempertahankan kemurnian Taurat, juga mereka cenderung anti Kaisar (Pemerintah Romawi). Sebaliknya orang Saduki yang lebih rasional cenderung menolak "pandangan yang fundamentalistis" dari para ahi Taurat itu. Sungguh aneh tapi nyata bahwa untuk melawan Yesus, para ahli Taurat dan orang Saduki "berkolusi" dan kompromi menyuruh orang lain datang kepada Yesus. Menurut anggapan mereka itu adalah cara yang tepat untuk menjerat Yesus demi tujuan mereka bersama (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">20-22), sebab menurut mereka Yesus hanya berurusan dengan hal rohani saja (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">21,23).

Mereka tidak membayangkan bagaimana cara Yesus menjawab pertanyaan mereka. Kelicikan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi dilucuti dengan jawaban Yesus yang bijaksana (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">24,26). Pada mata uang yang dipakai sebagai alat pembayaran yang sah, tertera tulisan dan gambar Kaisar (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">24-25). Mereka bungkam dan tidak berkutik lagi. Sungguh menarik bahwa jawaban Yesus itu, mengandung ajaran agar para pemimpin agama Yahudi belajar taat kepada Allah dan menghormati Kaisar (=Pemerintah). Mereka harus memberikan apa yang wajib diberikan kepada Allah dan apa yang wajib diberikan kepada Kaisar (pemerintah). Mereka harus tahu memberi ibadah dan ketaatan kepada Allah dan ketaatan sipil yaitu kewajibannya kepada Kaisar.

Renungkan: Dalam menyongsong Pemilu 2004, setiap Kristen perlu belajar dan meminta hikmat dari Tuhan Yesus dalam menentukan sikap dan pilihannya, agar tidak terjebak dan terjerat intrik politik.

(0.02) (Luk 21:5) (sh: Penderitaan dan penganiayaan (Sabtu, 27 Maret 2004))
Penderitaan dan penganiayaan

Bait Allah adalah tempat ibadah yang menjadi kebanggaan bangsa Yahudi. Kebanggaan yang dibarengi dengan kemegahan Bait Allah memberi kesan bahwa ia akan bertahan selama-lamanya sehingga mustahil untuk runtuh atau diruntuhkan.

Tetapi Yesus mengejutkan mereka yang memuji kemegahan Bait Allah (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">5). Bait Allah akan hancur (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">6). Yesus menyampaikan nubuatan yang akan terjadi pada tahun 70. Jika peristiwa penyaliban Yesus terjadi pada tahun 33, maka kehancuran Yerusalem masih menunggu 37 tahun lagi. Sebelum keruntuhan Yerusalem terjadi pada tahun 70 ada beberapa tanda yang terjadi. Akan muncul mesias-mesias palsu (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">8). Ini berarti murid-murid perlu waspada dan tidak disesatkan. Akan terjadi peperangan dan pemberontakan (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">9). Akan terjadi gempa bumi, penyakit dan kelaparan serta tanda-tanda alam lainnya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">11). Dengan ringkas, penderitaan menanti di depan. Di samping itu, penganiayaan secara khusus akan dialami murid-murid (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">12).

Di tengah situasi yang demikian, murid-murid tidak perlu cemas, gentar, dan tawar hati. Semua penderitaan dan penganiayaan berada di bawah kendali dan kuasa Allah. Murid-murid harus terus melakukan tugas dan tanggung jawabnya yakni bersaksi bagi Kristus (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">13). Allah akan memelihara mereka. Rambut orang yang percaya pada Yesus tidak akan hilang sehelaipun dari kepalanya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">18). Ini menunjukkan perlindungan yang sempurna. Namun tidak berarti bahwa mereka tidak mungkin kehilangan nyawa seperti yang dikatakan dalam ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">16. Yesus membukakan kepada murid-murid hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Ketika hal yang dikatakan Yesus terjadi mereka tidak perlu gentar dan kecewa. Mereka tahu hal-hal itu telah dikatakan Yesus sebelumnya.

Renungkan: Penganiayaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari menjadi murid Yesus. Namun serentak dengan itu penghiburan dan penyertaan Yesus menjadi sisi lain dari penganiayaan.

(0.02) (Luk 22:1) (sh: Persepakatan dengan Iblis (Selasa, 30 Maret 2004))
Persepakatan dengan Iblis

Paskha (bukan Paskah) merupakan perayaan penting bagi warga Yahudi. Biasanya Paskha diikuti perayaan hari Raya Roti tidak beragi (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">1). Kedua hari raya tersebut merupakan satu perayaan. Paskha mengingatkan malam ketika Israel keluar dari Mesir (Kel.12). Sementara hari raya Roti Tidak Beragi mengingatkan perjalanan keluar dari Mesir dan juga awal masa penuaian (Im. 23:5-8). Pada masa perayaan Paskha, umat Yahudi dari berbagai tempat datang ke Yerusalem untuk merayakannya.

Dalam konteks perayaan Paskha dilaporkan bahwa pemimpin agama Yahudi putus asa menghadapi Yesus. Mereka tidak punya cara lain kecuali membunuh-Nya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">2). Tetapi bagaimana caranya? Saat ini sedang terjadi perayaan nasional di mana orang ramai berkumpul di Yerusalem. Mereka takut upaya membunuh Yesus akan mengundang keributan massa. Karena itu upaya untuk membunuh Yesus harus dilakukan diam-diam.

Dalam situasi demikian Yudas, salah seorang murid Yesus, menemui pemimpin agama Yahudi (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">4). Di balik rencana Yudas berdiri Iblis (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">3). Yudas tidak bertindak sendiri. Yudas menyanggupi rencana pemimpin agama Yahudi (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">5). Jadi dapat kita bayangkan betapa gembiranya mereka menerima Yudas. Uang segera disiapkan. Tidak tahu dari mana sumber uang ini. Yudas juga senang menerima uang.

Ketika Iblis mempengaruhi seseorang maka berbagai bentuk kerusakan dan kehancuran akan terjadi. Lukas telah memberi ilustrasi tentang hal ini dalam Lukas 8:26-39. Orang Gerasa hancur hidupnya ketika Iblis mempengaruhi hidupnya. Begitu pula halnya dengan Yudas. Pengaruh Iblis membuatnya tidak segan-segan menjual gurunya yang selama ini dekat dengannya. Yudas berkomplot bersama pemimpin agama Yahudi untuk membunuh Yesus.

Renungkan: Rencana jahat selalu cepat terlaksana, dan Iblis secara cepat dan gesit akan membantu rencana tersebut. Ketika kerusakan dan kehancuran terjadi iblis bersukacita.

(0.02) (Luk 22:31) (sh: Dua pesan (Jumat, 2 April 2004))
Dua pesan

Dalam perjamuan terakhir Yesus memberi dua buah pesan: pesan pertama ditujukan kepada Petrus tanpa mengabaikan murid-murid lainnya. Kata 'kamu' dalam ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">31 ditulis dalam bentuk jamak sehingga tidak menunjuk hanya pada Petrus tetapi juga kepada para murid lainnya. Iblis menuntut agar Petrus dan murid-murid lain “ditampi” seperti gandum (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">31). “Ditampi” artinya dipisahkan.

Iblis merasa bila Petrus gagal, maka murid lain juga akan mengikuti jejak Petrus. Situasi demikian disadari sepenuhnya oleh Yesus. Bagaimana Yesus menghadapinya? Yesus berdoa. Dalam doa-Nya Yesus tidak mendoakan agar Petrus tidak mengalami kegagalan, tetapi Yesus justru mendoakan agar kegagalan tersebut tidak mengubah imannya. Artinya, Petrus akan menerima pelajaran yang sangat berharga dari kegagalannya, yaitu bahwa Petrus dimampukan untuk mengerti tentang arti pemulihan. Pelajaran inilah yang kelak memampukan Petrus untuk menguatkan murid-murid lain (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">32).

Pesan kedua diberikan kepada murid-murid lain termasuk juga Petrus (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">35). Yesus mengingatkan agar mereka mempersiapkan diri secara fisik dan rohani. Persiapan fisik dilambangkan dengan istilah pundi-pundi, sedang persiapan rohani disimbolkan dengan istilah pedang. Akan tetapi mereka memahaminya secara harafiah. Tentu saja pemahaman seperti ini salah. Yesus mengkoreksi pemahaman demikian. Yesus mengatakan perlu membeli pedang (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">36), tetapi kemudian mengatakan tidak perlu pedang (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">38). Jelas yang dimaksud bukan pengertian secara harfiah. Yesus menegaskan dengan bahasa metafora perlunya persiapan rohani. Mereka perlu pedang rohani. Pedang rohani ini lebih penting dari persiapan fisik (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">36).

Renungkan: Ketika kita mengalami kegagalan, kita akan mengerti tentang arti keberhasilan. Pahamilah bahwa gagal dengan kekuatan sendiri membuat kita mengerti tentang arti doa yang bergantung pada Allah.

(0.02) (Luk 22:54) (sh: Penyangkalan Petrus (Senin, 5 April 2004))
Penyangkalan Petrus

Yesus ditangkap dan dibawa ke rumah imam besar (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">54). Petrus yang sebelumnya mengatakan berani mati bersama Yesus (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">22:33), hanya berani mengikuti Yesus dari jauh. Jangankan mati bersama Yesus berada dekat dengan Yesus saja tidak berani. Lukas melaporkan bahwa peristiwa penyangkalan Petrus tidak berlangsung lama, kira-kira satu jam (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">59). Peristiwa tersebut terjadi di halaman rumah di tengah suasana api unggun (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">55). Ada tiga orang yang mengenali Petrus. Pertama, seorang hamba perempuan menyatakan Petrus adalah seorang yang bersama Yesus (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">56). Petrus menyangkal. Kedua, seorang laki-laki mengenali Petrus sebagai salah seorang murid Yesus (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">58). Apa yang dikatakan hamba perempuan mendapat perhatian dari orang-orang yang berada di halaman rumah tersebut. Jika hamba perempuan mengenali Petrus sebagai orang yang bersama Yesus, maka orang kedua mengenali Petrus sebagai salah seorang murid-Nya. Orang kedua menekankan bahwa Petrus adalah salah satu murid Yesus. Sekali lagi Petrus menyangkal. Ketiga, seorang lain datang mendekati Petrus dan menegaskan bahwa Petrus adalah murid Yesus. Jika orang pertama dan kedua tidak dapat memberikan bukti, maka orang ketiga ini memberi pernyataan dengan bukti. Dari tutur kata Petrus jelas sekali terlihat bahwa ia berasal dari Galilea (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">59). Orang Galilea berbicara dengan aksen yang khas. Ini tidak dapat disangkal.

Meski sudah terbukti bahwa Petrus berasal dari Galilea yang berarti sedaerah dengan Yesus, Petrus tetap menyangkal. Bahkan kali ini ia lebih keras menyangkal. Kerasnya penyangkalan Petrus direkam oleh Matius (ayat 26:74). Ayam berkokok. Segera Petrus mengingat apa yang telah dikatakan Yesus sebelumnya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">61). Petrus menyadari kegagalannya. Petrus menangis dengan sedih (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">62). Penyesalan selalu terlambat datangnya.

Renungkan: Mudah sekali menyatakan setia sampai mati kepada Yesus semudah menyangkal-Nya mati-matian.

(0.02) (Luk 22:63) (sh: Pengadilan yang tidak adil (Selasa, 6 April 2004))
Pengadilan yang tidak adil

Sebelum diperiksa di rumah imam besar Yesus terlebih dahulu dibawa ke sidang Sanhedrin (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">54,66). Apa yang Yesus alami? Disangkal murid-Nya, diolok-olok orang yang menahan-Nya. Wajah-Nya ditutup dan dipukuli. Yesus sama sekali tidak bereaksi.

Persidangan yang menghadapkan Yesus sebagai terdakwa difokuskan pada persoalan jati Diri-Nya yaitu mengenai siapa Yesus sebenarnya. Yesus diperhadapkan dengan para pemimpin agama Yahudi yang berjumlah 71 orang yang terhimpun dalam suatu lembaga bernama Sanhedrin dan yang dipimpin oleh seorang imam besar. Lukas dengan jelas melukiskan dan memaparkan kepada kita bahwa para pemimpin agama Yahudilah yang seharusnya bertanggung jawab atas kematian Yesus, bukan warga Yahudi. Tidak ada sama sekali sentimen antiYahudi dalam tulisan Lukas.

Sebenarnya mengklaim diri sebagai Mesias bukanlah suatu kejahatan yang dapat diadili. Bagi orang Yahudi Mesias adalah pembebas yang diutus Allah untuk melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Terhadap pertanyaan Mahkamah Sanhedrin, Yesus memberi jawaban yang mengejutkan mereka. Yesus adalah Mesias tetapi bukan seperti yang mereka pahami. Dia adalah Mesias dalam arti perwujudan kehadiran Allah di bumi (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">69). Yesus tidak hanya memiliki kuasa Allah, tetapi juga berada di hadirat Allah. Mereka segera bereaksi. Mahkamah Sanhedrin merasa tidak perlu lagi menghadirkan saksi-saksi. Pernyataan Yesus sendiri sudah cukup untuk menghukum-Nya. Yesus dihukum karena Ia menyatakan siapa Dia sebenarnya. Ini ironis. Yesus disalibkan karena Ia adalah Mesias Anak Allah. Tidak ada kesalahan apapun yang terdapat pada-Nya. Tidak ada tuduhan pidana dan perdata yang dapat menghukum-Nya. Yesus dihukum semata-mata karena siapa Dia sebenarnya.

Renungkan: Seperti Yesus yang adalah Anak Allah menderita, kita pun menderita oleh dunia ini.

(0.02) (Luk 24:36) (sh: Tugas pengikut Yesus (Selasa, 13 April 2004))
Tugas pengikut Yesus

Ketika murid-murid sedang mendiskusikan berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">36). Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Yesus yang telah bangkit berada di depan mereka. Yesus pun menegaskan bahwa diri-Nya bukan hantu (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">39). Untuk membuktikannya Yesus meminta makanan dan memakannya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">43). Yesus kemudian membimbing mereka ke dalam Kitab Suci dan mendorong mereka untuk membaca Kitab Suci dari sudut pandang Yesus karena Yesus adalah kunci untuk membuka kesaksian kitab suci.

Namun ada satu kesaksian Kitab Suci yang belum lagi digenapi secara penuh yakni bahwa berita pengampunan dosa telah berlaku bagi segala suku bangsa (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">47). Untuk menjadikan berita ini digenapi, para murid diberi tugas untuk melakukannya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">48). Berita kebangkitan Yesus bukan berita yang harus dirahasiakan atau disembunyikan melainkan haruslah disaksikan ke seluruh suku bangsa. Kebangkitan Yesus tidak hanya mensahkan fakta bahwa pengampunan dosa berlaku bagi semua suku bangsa, tetapi juga mengarahkan umat percaya pada pertobatan.

Dosa tidak lagi menjadi penghalang persekutuan manusia dan Allah. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa utang dosa telah dibayar lunas oleh Yesus. Inilah tugas semua murid Yesus. Namun Yesus tidak hanya sekadar memberi tugas. Kepada saksi-saksi itu diberi-Nya kuasa Roh Kudus. Murid-murid harus menunggu di Yerusalem untuk menantikan datangnya Roh Kudus. Yesus akan mengutus Roh Kudus kepada murid-murid (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">49). Pencurahan Roh Kudus digenapi dalam Kisah Para Rasul 2. Dengan taat murid-murid menanti di Yerusalem datangnya Roh Kudus, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus (ayat 52).

Renungkan: Kebangkitan Yesus membawa pengharapan dan sukacita di hati orang percaya untuk pergi dengan kuasa Roh memberitakan kabar baik itu kepada orang lain.

(0.02) (Yoh 4:16) (sh: Sang Mesias memperkenalkan diri (Minggu, 03 Januari 1999))
Sang Mesias memperkenalkan diri

Bila kita mengikuti alur percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, mungkin hati kita turut berdebar menunggu bagaimana reaksi Yesus terhadap kerinduan perempuan Samaria itu. Mungkinkah keinginan perempuan Samaria ini -- yang menginginkan air yang tidak menghauskannya lagi dan yang tidak mengharuskannya menimba lagi -- terwujud?

Kuasa Yesus dinyatakan. Yesus tidak langsung menjawab keingintahuan si wanita tadi. Mula-mula Yesus menunjukkan kemahatahuan-Nya. Pengetahuan-Nya melampaui pikiran dan perkiraan manusia. Tanpa mendapat penjelasan sebelumnya, Yesus tahu dengan tepat, siapa dan bagaimana kehidupan perempuan Samaria itu (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">16-18), ini menunjukkan bahwa sesuatu yang agung (kuasa Yesus) tidak selalu bisa dicerna begitu saja. Meskipun demikian, dengan penuh simpati, Yesus membimbingnya sampai menemukan kepuasan sejati dan mengalami kehidupan yang diperbarui. Tanpa sedikitpun keraguan, perempuan Samaria itu mengungkapkan pengakuan pribadi bahwa Yesus adalah Nabi (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">19).

Ibadah yang benar diperkenalkan. Langkah penting berikutnya yang diambil Yesus adalah memberi pengertian yang benar tentang ibadah. Ibadah yang sejati dan benar tidak harus dilakukan di Yerusalem (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">21), tetapi dimulai dengan pemahaman yang benar tentang objek yang disembah. Perkataan Yesus ini juga meluruskan pandangan orang Yahudi yang memahami bahwa Allah hanya hadir di Yerusalem. Allah yang disembah bukanlah Allah yang sulit dijangkau, melainkan Allah yang hadir, yang persis berdiri di hadapan perempuan Samaria dan sedang bercakap-cakap. Kita dapat membayangkan betapa bahagianya wanita ini di depan Sang Mesias.

Renungkan: Yesus Tuhan yang kita sembah, begitu nyata kehadirannya bersama-sama dengan kita, tanpa ada batasan ruang dan waktu. Karena itu jadikanlah ibadah kita kepada-Nya bukan hanya ketika di gereja pada tiap hari Minggu.

Doa: Ya, Tuhan Yesus, biarlah kehadiran-Mu senantiasa membawa sukacita ibadah sejati dalam kehidupan kami.

(0.02) (Yoh 6:16) (sh: Takut karena tidak percaya (Minggu, 10 Januari 1999))
Takut karena tidak percaya

Baru saja para murid makan bersama orang banyak dalam sukacita Tuhan, sekarang dalam keadaan menunggu Tuhan, mereka melihat sosok yang berjalan di atas air. Reaksi mula-mula adalah takut. Takut karena mereka menduga itu hantu! Mungkinkah mereka belum mengenal kuasa-Nya? Benar, ternyata mereka belum percaya atas keberadaan Tuhan Yesus sebagai Allah yang Mahakuasa, Allah yang mulia, yang diutus oleh Bapa-Nya. Ketidakpercayaan ini membawa mereka pada ketakutan tak terkendali. Meskipun demikian, Tuhan mengambil langkah bijaksana. Ia terus menuntun para murid untuk mengenal-Nya lebih baik hari demi hari.

Berapa lama lagi? Peristiwa Yesus memberi makan kepada lima ribu orang mengundang semangat banyak orang mencari Tuhan Yesus. Sayangnya, motivasi mencari bukan karena percaya atau karena telah mengenal-Nya secara pribadi tetapi untuk sekadar memperoleh keuntungan. Berapa lama lagikah Tuhan Yesus Kristus harus tinggal di bumi pada masa itu sehingga orang banyak dapat mengerti ajaran-Nya?

Luruskan motivasi. Berbagai sikap dan beragam motivasi orang banyak datang kepada Tuhan, masih ditemukan di zaman sekarang. Keragaman itu menimbulkan permasalahan, misalnya sikap dan motivasi bagaimana yang mendasari keinginan setiap orang mencari Yesus? Ada yang beribadah setiap minggu dengan motivasi agar sebutan umat beragama tetap melekat dalam dirinya. Ada yang berharap agar berkelimpahan berkat Tuhan terus-menerus. Lainnya lagi, karena sudah dibaptis, sudah Kristen, dan masih banyak lagi. Motivasi-motivasi tersebut tidak akan menolong Kristen untuk sungguh mengenal siapa Tuhan yang sesungguhnya. Alasan yang benar untuk tetap beribadah karena setiap Kristen harus bertumbuh dalam pengenalan terhadap kuasa, pekerjaan, dan pimpinan-Nya. Setiap hari menjadi lebih baik. Inilah prinsip pertumbuhan rohani Kristen.

Renungkan: Pertumbuhan rohani seorang Kristen tidak ditentukan oleh berapa lama menjadi Kristen, tetapi bagaimana Kristen mengenal Yesus secara pribadi.

(0.02) (Yoh 11:45) (sh: Sidang agama merencanakan pembunuhan (Senin, 4 Maret 2002))
Sidang agama merencanakan pembunuhan

Perikop ini merupakan kelanjutan peristiwa penampakan kuasa Yesus memberi hidup dengan membangkitkan Lazarus dari kubur. Para pelayat yang menjadi saksi mata sebagian menjadi percaya kepada Yesus (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">45). Tetapi, ketika sebagian mereka melaporkan peristiwa itu kepada orang-orang Farisi, Sanhedrin bersidang. Sanhedrin adalah mahkamah agama tertinggi untuk orang Yahudi, terdiri dari orang Farisi dan Saduki, para imam, dan pemuka umat. Sidang perlu diadakan sebab mereka melihat bahwa situasi yang Yesus akibatkan melalui membangkitkan Lazarus sudah menjadi krisis. Yesus semakin tenar dan semakin memiliki banyak pengikut. Hal tersebut dapat mengundang bahaya bagi keamanan apabila penjajah Roma mengetahuinya. Dua kali mereka menunjukkan keprihatinan tentang “bait Allah kita” dan “bangsa kita”. Tetapi, sebenarnya yang sedang mereka pikirkan adalah status dan popularitas mereka sendiri.

Di tengah persidangan itu Kayafas bicara. Ucapannya jelas sekali menunjukkan sikap ingin menyingkirkan semua hal yang mengganggu kekuasaan mereka, termasuk Yesus sekalipun (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">50-52). Tetapi, ucapannya itu sekaligus bernilai nubuat sebab dalam pengertian Yohanes, Kayafas telah menyampaikan hal tentang penyelamatan. Maksud Kayafas, membunuh Yesus berarti menyelamatkan orang Yahudi dari hukuman Roma bila gerakan para pengikut Yesus semakin besar dan diartikan sebagai pemberontakan. Tetapi, dalam sudut pandang Yohanes, yang Kayafas katakan menyangkut cara Allah menyelamatkan manusia melalui kematian Yesus. Untuk Yohanes, salib Yesus bukan saja penyataan Allah, tetapi juga penyelamatan dari Allah (bdk. memberi+ganti&tab=notes" ver="">1:29). Ucapan Kayafas tentang keselamatan itu dalam catatan Yohanes menggunakan kata bangsa, bukan umat. “Umat” adalah kata untuk Israel sebagai umat pilihan Allah. Dengan tidak menggunakan istilah ini, Yohanes ingin menegaskan bahwa pikiran Kayafas politis saja sifatnya dan dengan itu, Israel memang telah berhenti dari kedudukan sebagai umat Allah.

Melalui itu, upaya memburu dan membunuh Yesus menjadi resmi dijalankan.

Renungkan: Kita perlu belajar melihat pertarungan antara kuasa Allah dan kuasa kejahatan dalam perspektif kedaulatan Allah dan kemenangan Kristus.

(0.02) (Yoh 18:28) (sh: Penjahat (Rabu, 27 Maret 2002))
Penjahat

Tuhan dianggap penjahat? Begitulah yang terjadi! Bukan karena Dia jahat, tetapi justru karena Dia baik. Orang baik banyak yang masuk ke dalam penjara karena kebaikan mereka. Orang jahat tak senang kepada orang baik karena kehadiran orang baik mengungkap kejahatan mereka. Itulah yang kini terjadi pada Tuhan. Orang banyak itu bahkan adalah orang-orang beragama. Mereka menaati hukum yang mencegah mereka berbuat najis (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">28), namun sekaligus malah merencanakan kejahatan terhadap Yesus. Hanya iblis yang bisa menuduh Tuhan jahat. Dengan tuduhan sejahat itu, jelaslah betapa jahatnya iblis dan para pengikutnya.

Raja. “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja,” kata Yesus kepada Pilatus, sang wakil kaisar Roma untuk jajahannya di Yudea (ayat 37). Penjahat menghakimi dengan ukuran kejahatannya, namun seorang raja yang benar menghakimi dengan keadilan. Yesus datang untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Ia adalah raja yang baik dan sempurna atas kerajaan yang surgawi. Tak heran bila dalam dialog tentang raja dan kerajaan itu, kebodohan dan kegelapan hati dan pikiran Pilatus ditelanjangi. Ia tidak tahu apa itu kebenaran, walaupun ia memegang kuasa untuk menjadi hakim. Yesus yang disengsarakan itu yang akan menghakimi semua orang yang berbuat jahat, termasuk Pilatus. Saat itu pun Yesus telah menghakimi Pilatus. Pilatus seharusnya bijak membuat keputusan. Namun, hatinya yang bercabang membuatnya tak berdaya. Keputusan salah boleh diambil hakim dunia ini, namun di tangan Allah semua keputusan harus tunduk pada rencana dan keputusan Ilahi.

Renungkan: Ketika kejahatan semakin meluas, bahkan juga dilakukan oleh para pemimpin, pengikut Kristus harus berani berkorban demi terungkapnya kejahatan dan terpancarnya kebenaran.

(0.02) (Kis 2:22) (sh: Alasan yang terutama (Selasa, 10 Juni 2003))
Alasan yang terutama

Yesus dari Nazaret adalah Tuhan dan Kristus/Mesias (ayat 22, 36). Bagi telinga Yahudi, tidak ada lagi yang lebih vulgar dan kurang ajar dari pada kata-kata Petrus ini. Rabi Yeshua (bahasa Ibrani/Aram untuk Yesus) disamakan dengan Tuhan. Memang ia berkuasa membuat mukjizat-mukjizat (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">22), tetapi Tuhan? Satu lagi, apa mungkin daerah kampungan seperti Nazaret di Galilea memunculkan dari Sang Kristus atau Mesias yang lama dinantikan Israel? Namun mereka juga telah melihat apa yang terjadi kepada para murid yang percaya kepada Yesus, dan mendengar apa yang diberitakan mereka.

Inilah yang ingin diberitakan Petrus, yaitu bahwa Yesus yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi sendiri itulah yang kini menggenapi janji Allah tentang seorang Mesias dari keturunan Daud (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">30-31). Ia yang telah mereka salibkan itu telah bangkit, dan para murid adalah saksinya (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">32). Allah meninggikan Dia begitu rupa, sehingga karena Yesus sang Mesias yang telah bangkit itulah Roh Kudus dicurahkan (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">33). Para murid mampu berkata-kata di dalam berbagai bahasa (xenolalia) karena Yesus adalah Tuhan dan Mesias.

Pemberitaan Petrus menempatkan Yesus Kristus sebagai alasan yang terutama mengapa Roh Kudus dicurahkan. Karya Roh Kudus, pemberitaan yang dilakukan oleh para murid termasuk Petrus, semuanya berujung kepada memuliakan Yesus yang telah ditinggikan oleh Allah Bapa. Karena itu, tugas Kristen sebagai murid Yesus dan penerima Roh Kudus dalam dirinya adalah bersaksi dan memuliakan nama Yesus melalui kesaksiannya. Resapi nas ini, karena ia memberi contoh bagaimana bersaksi tentang Yesus, Tuhan dan Sang Kristus.

Renungkan: Mereka yang mengasihi Kristus adalah mereka yang mengerti siapa Dia dan pengajaran-Nya, dan yang memberitakan kabar baik tentang-Nya.

(0.02) (Kis 2:37) (sh: J+1, H+1 dan M+1 (Rabu, 11 Juni 2003))
J+1, H+1 dan M+1

Sebuah topan tidak dapat dikatakan sebuah topan, bila tidak menimbulkan kerusakan apapun pada kota yang dilandanya. Tidak hanya pada saat ia melanda, tetapi juga satu jam, satu hari, bahkan satu minggu setelah topan itu mengamuk, dampaknya masih terasa.

Demikian pula Roh Kudus. Untuk meneruskan penggambaran dengan angin tadi, Roh Kudus bukanlah angin sepoi yang terasa saat ini namun tak diingat lagi kemudian. Kata-kata yang diucapkan Petrus dan rekan-rekannya berdampak nyata, dan Roh Kudus pun juga bekerja di antara para pendengar mereka (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">37). Mereka pun memutuskan untuk menerima Injil dan memberi diri dibaptis (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">41). Tidak hanya itu, para-para petobat baru inipun dengan tekun bertumbuh dalam pengajaran dan persekutuan (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">42). Dalam komunitas mereka, para rasul pun mengerjakan mukjizat dan tanda karena kuasa Roh (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">43). Satu dampak penting lain dari kehadiran Roh Kudus dalam hati mereka adalah gaya hidup mereka yang komunal (saling membagi harta milik, ay. memberi+ganti&tab=notes" ver="">44). Gaya hidup ini bukanlah pola baku yang harus ditiru mentah-mentah, tetapi hanya satu dari banyak alternatif. Yang penting untuk diperhatikan adalah perubahan kehidupan yang terjadi dan menjadi kesaksian bagi orang banyak di sana: kesatuan dan kesehatian antara para petobat baru dan para pengikut Yesus. Berbagi hak milik, apalagi saat jemaat mulai dikucilkan dari masyarakat luas, adalah ekspresi kasih persaudaraan yang dahsyat. Semua ini patut menjadi teladan bagi kehidupan berjemaat kita. Sudah cukup lama kita di Indonesia ini mengaku diri Kristen. Sayangnya, kehidupan dari banyak jemaat tidak menampakkan tanda-tanda dilanda "badai" Roh Kudus: pertobatan dari dosa yang nyata, kasih persaudaraan, kedewasaan iman, dan kesaksian Injil yang hidup.

Renungkan: Kehadiran Roh Kudus dalam suatu jemaat harus terlihat pada kehidupan nyata di antara anggota-anggotanya.

(0.02) (Kis 3:11) (sh: Bukan "barang" baru (Jumat, 13 Juni 2003))
Bukan "barang" baru

Yesus Kristus sebenarnya bukanlah hal baru bagi orang-orang Yahudi di Yerusalem. Ketika orang banyak heran melihat mukjizat yang dilakukan Petrus, ia menyatakan bahwa hanya kepercayaan kepada Nama Yesus yang telah menyebabkan mukjizat itu terjadi. Bukan karena kuasa dari dirinya sendiri (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">12,16-17). Karena itu Petrus menegaskan fakta-fakta berikut. Pertama, Yesus adalah Sang Hamba (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">13,26), Sang Mesias (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">14,18. "Yang Kudus dan Benar" adalah sebutan lain untuk Mesias, bdk. Mzm. 16:10, Yes. 53:11 dll.), dan kedua, sang nabi (ayat 22-23) yang diutus Allah sendiri sesuai dengan nubuat Musa dan para nabi, pertama- tama kepada Israel (ayat 20,26). Tetapi Israel, bangsa-Nya sendiri, justru menolak dan menyalibkan-Nya (ayat 14). Namun, Yesus dibangkitkan dari kematian (ayat 15) dan tinggal di surga sampai waktu-Nya tiba (ayat 21). Terakhir, Petrus menyerukan kepada bangsanya, yang sebelumnya menolak Yesus karena ketidaktahuan mereka (ayat 17), agar mau bertobat, memberi diri dipimpin Yesus, dan berbalik dari kejahatan mereka (ayat 19- 20,26).

Kepada siapakah kesempatan pertobatan masih terbuka dan ditawarkan? Kecuali hujatan terhadap Roh Kudus (Luk. 12:10), tawaran pertobatan terbuka kepada semua orang, bahkan orang-orang Yahudi yang pernah menolak dan membunuh Tuhan Yesus sendiri! Bertobat berarti berbalik dari sikap penolakan dan tindakan kejahatan mereka semula dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias. Seruan pertobatan dan percaya bukan hal baru, karena pintu pertobatan telah Allah sediakan sejak dulu, dan terutama kini melalui Yesus Kristus. Ketiadaan pertobatan sejati pada seseorang, yaitu berbalik dari kehidupan lama dan percaya kepada Kristus, berarti penghukuman (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">23).

Renungkan: Bertobat berarti berbalik dari kehidupan lama dan beriman bahwa Kristus adalah Juruselamat dan Pemimpin kepada hidup sejati.

(0.02) (Kis 13:13) (sh: Selalu siap berbagi (Minggu, 15 Mei 2005))
Selalu siap berbagi


Menurut Anda perlukah gereja dan orang Kristen aktif bersaksi tentang Yesus Kristus? Anda percaya bahwa Yesus sudah mati untuk dosa manusia dan bangkit dari kematian sebagai Tuhan? Jika jawaban Anda positif pada pertanyaan kedua, pasti Anda setuju pula bahwa kita semua perlu bersaksi. Namun, bagaimana caranya?

Kita perlu belajar dari teladan pelayanan Paulus dan Barnabas. Pertama, mereka tidak menunggu orang datang untuk bertanya. Mereka berprakarsa melibatkan diri dan mencari kesempatan (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">13-14). Kedua, mereka ikut dalam ibadat hari Sabat. Paulus memanfaatkan kebiasaan orang Yahudi waktu itu untuk berbagi hasil perenungan ayat yang dibacakan (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">15,16). Ketiga, Paulus menyesuaikan isi ucapannya dengan konteks pendengar. Ia menekankan prakarsa, penyertaan, dan kesabaran Allah. Pemaparan anugerah Allah itu sekaligus membukakan kegagalan dan kedegilan hati orang Israel. Paulus juga memaparkan bahwa rencana Allah terfokus pada keturunan Daud (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">22-23). Ia memperlihatkan keakrabannya dengan kisah-kisah penting Israel. Itu sebabnya, khotbah Paulus ini berbeda dengan khotbahnya kepada orang Yunani (pasal memberi+ganti&tab=notes" ver="">17).

Semangat dan komitmen mengabarkan Injil Yesus Kristus dan kesadaran tentang kebutuhan tiap orang akan keselamatan perlu kita pelihara nyalanya. Namun, konteks Indonesia berbeda dari konteks zaman Paulus. Kita perlu berdoa agar Roh Kudus memberi kita hikmat bagaimana mengadakan pendekatan yang tepat dan bagaimana menyampaikan kesaksian Injil sesuai kondisi dan kebutuhan pendengar kini. Terutama dalam kondisi yang potensi ketegangan SARA-nya tinggi, kita perlu memelihara komitmen akan visi-misi dan hikmat berstrategi dalam bersaksi.

Renungkan: Allah ingin agar orang diselamatkan melalui pewartaan Injil. Kita perlu bergantung pada Roh-Nya agar diberi-Nya kepekaan dan kemampuan bersaksi yang peduli akan konteks pendengar kini.

(0.02) (Kis 18:18) (sh: Perhatian kepada jemaat Tuhan (Kamis, 2 Juni 2005))
Perhatian kepada jemaat Tuhan


Pada intinya tugas Gereja hanya ada dua, yaitu pelayanan pengabaran Injil kepada orang-orang yang belum percaya dan pelayanan kepada umat untuk pembangunan tubuh Kristus. Kedua-duanya sama penting dan masing-masing tidak boleh diabaikan.

Kesuksesan Paulus mengabarkan Injil di Korintus tidak membuatnya lupa akan tugas pengabaran Injil ke tempat-tempat lain. Ia telah bernazar dan perjalanan misi yang dilakukannya ini dalam rangka memenuhi nazarnya itu (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">18). Tindakan bernazar yang dibarengi dengan mencukur rambut adalah cara orang Yahudi mengucap syukur. Mungkin Paulus menaikkan ucapan syukurnya karena penyertaan dan perlindungan Tuhan saat ia menghadapi tekanan musuh di Korintus.

Paulus mengunjungi Efesus. Di situ, Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila untuk melayani di sana (ayat memberi+ganti&tab=notes" ver="">19). Rupanya Paulus hendak menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi jemaat-jemaat yang ia dirikan pada pelayanan misinya yang lampau. Ia hendak meneguhkan kerohanian jemaat-jemaat itu. Melalui kota pelabuhan Kaisarea, di mana terdapat juga jemaat hasil pelayanan Petrus (Lihat Kis. 10), Paulus berkunjung pertama-tama ke Antiokhia, kemudian menjelajahi seluruh wilayah Galilea dan Frigia (Lihat memberi+ganti&tab=notes" ver="">11:22-26; 16:6). Tindakan Paulus ini mencerminkan tindakan gembala yang baik. Ia bukan hanya pionir dalam membuka ladang penginjilan, tetapi ia juga aktif memperhatikan pertumbuhan rohani umat yang sudah dimenangkannya.

Gereja harus senantiasa memberi perhatian seimbang kepada dua aspek pelayanannya, yaitu pengabaran Injil dan pertumbuhan umat. Tanpa pengabaran Injil, gereja tidak dapat menjadi saluran berkat Allah kepada dunia ini. Tanpa pertumbuhan umat, gereja tidak dapat menjadi agen-agen Allah untuk menyelamatkan dunia ini dari belenggu dosa.

Renungkan: Gereja dipanggil untuk memperlengkapi umat-Nya agar berbeban dan trampil mewartakan Injil.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA