Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 9541 - 9560 dari 9675 ayat untuk engkau tidak (0.008 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.04) (Ef 1:1) (sh: Bagaimana bentuk relasi rasul-jemaat? (Kamis, 3 Oktober 2002))
Bagaimana bentuk relasi rasul-jemaat?

Paulus adalah rasul terhadap jemaat Efesus. Lebih dari itu, Paulus menjadi rarul bukan karena diutus oleh jemaat, bukan karena sukarela menawarkan diri untuk pelayanan, melainkan karena kehendak Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1). Kerasulannya menjadi dasar isi surat dan sekaligus menyatakan sifat resmi surat yang ditulisnya. Hubungan Paulus dengan jemaat didasarkan pada relasi formal yakni rasul dan jemaat. Sementara itu jemaat yang menerima surat dilukiskan Paulus sebagai kudus dan percaya. Kudus karena menjadi milik Allah melalui iman pada Yesus. Jemaat Efesus juga dinyatakan sebagai percaya karena memiliki relasi dengan Yesus. Jemaat Efesus telah mendasarkan hidupnya pada Yesus. Dua ciri utama jemaat adalah kudus dan percaya.

Paulus adalah rasul, sedang jemaat adalah kudus dan percaya. Ini dua keadaan dan status yang berbeda. Bagaimana relasi keduanya? Paulus menjelaskan bahwa keduanya terkait karena memiliki dasar yang sama yakni Yesus Kristus. Yesus mempersatukan Paulus dan jemaat Efesus. Paulus dan jemaat masing-masing memiliki dasar yang sama. Paulus adalah rasul Yesus Kristus, sementara jemaat Efesus adalah jemaat Yesus Kristus. Juka Kristus menjadi dasar relasi manusia, maka setiap perbedaan merupakan berkat. Tanpa Kristus setiap perbedaan status, gender, ras, atau etnis dapat menjadi sumber konflik. Di samping itu ada factor lain penghubung Pauus dan jemaat yakni Allah yang dikenal sebagai Bapa. Allah adalah Bapa oleh karena Yesus Kristus. Bapa adalah sumber anugerah dan damai baik kepada Paulus maupun jemaat Efesus. Anugerah adalah inisiatif perbuatan Allah untuk menciptakan damai. Sementara damai adalah bentuk perbuatan Allah yakni menciptakan damai antarmanusia dan manusia dengan Allah.

Kebenaran ini tidak saja menghubungkan Paulus dengan jemaat Efesus, tetapi juga dengan kita kini. Oleh karena Yesus Kristus dan pilihan Bapa atau Paulus, maka kini kita mengakui otoritas surat ini.

Renungkan: Sebagai apakah kita ingin dikenal oleh orang lain? Bagaimana sehari-hari kita mempersepsikan diri kepada orang lain? Apakah kita sudah menjadikan Kristus sebagai dasar relasi dengan orang lain?

(0.04) (Ef 2:1) (sh: Kedudukan rohani di dalam Kristus (Senin, 3 November 2003))
Kedudukan rohani di dalam Kristus

Setelah menjelaskan kekayaan rohani kita di dalam Kristus, Paulus menjelaskan dua hal: kedudukan rohani jemaat di dalam Kristus dan apa yang Allah perbuat terhadap orang-orang Yahudi dan non Yahudi. Paulus mengungkapkan apa yang telah diperbuat Allah bagi orang berdosa. Ia memaparkan status dan kondisi hidup jemaat Efesus bahkan juga dirinya sebelum menerima Kristus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">3). Paulus ingin agar jemaat makin memahami perbedaan tajam antara akibat dosa dan akibat anugerah. Jemaat yang hidup di luar Kristus memiliki kehidupan rohani yang kosong dan hidup dalam ketidakberdayaan menghadapi dunia. Sebaliknya, jemaat yang hidup di dalam Kristus akan dihidupkan, diperbarui dan dibangkitkan untuk hidup dalam kemuliaan kuasa pemerintahan dan kedaulatan Kristus. Pada bacaan esok,Paulus menjelaskan tentang status dan kondisi orang-orang Yahudi dan non Yahudi yang berseteru, melalui kebangkitan-Nya didamaikan dan dibangun menjadi Bait Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">11,22). Keajaiban anugerah Allah telah mengeluarkan kita dari kubangan dosa yang dahsyat dan ditempatkan dalam ruang takhta kemuliaan-Nya. Tepat bila dikatakan bahwa orang yang hidup tanpa Kristus sebenarnya mati. Keberdosaan dan dosa perbuatan mematikan dalam arti mencemarkan hati, menggelapkan pikiran, melumpuhkan kehendak dan akhirnya menjerumuskan orang ke dalam kebinasaan. Hidup dapat berubah radikal hanya oleh dan dalam Kristus. Hanya Dialah yang mampu mengubah seluruh hidup lama kita yang cemar oleh dosa menjadi suatu ciptaan baru berciri kemuliaan ilahi (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">10).

Renungkan: Allah tidak dapat bekerja di dalam kita tanpa Ia terlebih dahulu bekerja bagi kita dan tanpa kita percaya kepada Anak-Nya. Melalui firman Allah, doa dan penderitaanlah Allah bekerja dalam kita.

(0.04) (Ef 3:14) (sh: Doa seorang pemberita Injil (Sabtu, 12 Oktober 2002))
Doa seorang pemberita Injil

Bagi Paulus memberitakan Injil berjalan seiring dengan berdoa. Doa merupakan sumber kekuatan dalam memberitakan Injil dan untuk penerima Injil. Apa isi doa Paulus? Ada empat hal yang didoakannya.

1. Paulus berdoa agar Allah menguatkan jemaat (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">16). Roh Kudus menguatkan batin orang percaya, dan Kristus tinggal dalam batin orang percaya. Bagi kita yang percaya Yesus, Roh Kudus dan Yesus tinggal dalam hati kita. Paulus mendoakan agar orang percaya semakin dalam memiliki relasi dengan Kristus melalui Roh Kudus.

2. Pauus berdoa agar orang percaya berakar dan berdasar dalam kash, serta menguasai semua aspek kehidupan (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">17). Paulus memakai metafora tumbuhan (akar) dan bangunan (fondasi).

3. Paulus berdoa agar jemaat memahami kasih Kristus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">18). Paulus juga berdoa agar makin mengenal kasih Kristus. Dengan semakin mempraktikkan kasih, kasih semakin dikenal dan dihayati. Kasih Kristus seperti apa?

Lebar, panjang, tinggi dan dalam. John Stott memberi komentar yang menarik tentang hal ini: “Kasih Kristus demikian lebar sehingga meliputi semua etnis manusia, demikian panjang sehingga bertahan hingga kekekalan, demikian dalam sehingga menjangkau orang yang paling berdosa, demikian tinggi sehingga meninggikannya ke surga”.

Akhirnya, Paulus berdoa agar orang percaya dipenuhi kepenuhan Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">19). Kepenuhan Allah berarti kelimpahan anugerah-Nya yang dicurahkan memenuhi manusia. Kepenuhan Allah dapat juga berarti kepenuhan yang memenuhi Allah sendiri yakni kesempurnaan-Nya. Arti kedua lebih dekat dengan yang Paulus maksudkan. Orang Kristen akan menjadi sempurna sama seperti Bapa adalah sempurna. Inilah keadaan orang Kristen seperti yang juga Tuhan Yesus perintahkan dalam Matius 5:48. Inilah doa Paulus kepada Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">14). Dan Paulus percaya bahwa Allah tidak hanya mendengar doanya, juga mampu mengerjakannya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">20-22).

Renungkan: Hendaknya doa-doa kita berorientasi bukan pada kebutuhan dan keinginan kita, tetapi pada maksud-maksud baik Allah yang kekal dalam Yesus Kristus.

(0.04) (Flp 1:18) (sh: Hidup menghasilkan buah (Senin, 24 Mei 2004))
Hidup menghasilkan buah

Apa sebabnya Paulus dapat optimis bahkan bersukacita di tengah penderitaannya, khususnya pemenjaraan yang menimpa dirinya? Bukankah ada kemungkinan ia akan dieksekusi oleh karena imannya?

Paulus tidak menguatirkan mengenai keselamatannya. Dia percaya bahwa kesudahan semua penderitaan dan penjara itu adalah keselamatan dirinya. Entah keselamatan dalam arti ia dibebaskan dari pemenjaraan fisik maupun keselamatan surgawi (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">19). Dirinya adalah pemberian dan milik Kristus, untuk Dia saja -- hidup atau mati -- Paulus mengabdikan dirinya.

Yang Paulus kuatirkan ialah bagaimana hidupnya tetap dapat mempermuliakan Tuhan baik ketika ia ada di dalam penjara, maupun pada masa mendatang entah dalam keadaan apapun dia, bahkan sampai pada saat kematiannya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">20). Bagi Paulus persoalannya bukan mati atau hidup, asalkan kedua-duanya memuliakan Tuhan. Di satu sisi memang kematian akan menyelesaikan perkara penderitaan dan kesusahan di dunia ini. Kematian berarti permulaan dari menikmati secara penuh persekutuan keselamatan yang telah Kristus kerjakan (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">23). Namun, di sisi lainnya Paulus melihat kebutuhan dan sekaligus panggilan Tuhan untuk tetap berkarya di dalam dunia ini. Paulus melihat kebutuhan konkret jemaat Filipi dan pelayanan mereka. Oleh sebab itu Paulus memutuskan untuk taat pada kehendak Allah yaitu tinggal di dalam dunia ini untuk hidup menghasilkan buah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">22, 24-25).

Kematian bukan pelarian bagi Paulus. Selama ia hidup, ia harus memberi buah: menjadi berkat bagi orang-orang yang kepadanya Tuhan pertemukan. Kalau tiba waktunya kematian menjemput, Paulus tahu ia akan ke sorga mulia. Namun, sekarang selagi ia hidup berarti bekerja dan melayani Tuhan.

Doa: Tuhan, kiranya kesukaanku yang terdalam ialah bahwa entah aku masih lama hidup atau segera akan mati, aku menyenangkan-Mu

(0.04) (Kol 1:1) (sh: Pengucapan syukur (Rabu, 14 April 2004))
Pengucapan syukur

Rasul Paulus dan teman-teman sepelayanan tidak hanya sekali mengucap syukur tetapi selalu. Hal ini dilakukan mengingat Allah patut menerima hormat dan pujian atas karya-Nya yang menarik mereka dari kegelapan ke dalam terang-Nya. Itu adalah pekerjaan Tuhan yang sangat istimewa bukan hasil usaha manusia. Ia menyadari bahwa kenyataan akan penyebaran injil dan pertumbuhan iman jemaat Kolose itu berpusat pada karya Yesus Kristus. Maka patutlah ia bersyukur.

Pertama, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang mau menerima Injil Yesus Kristus. Jemaat Kolose telah menyambut kasih karunia dan damai sejahtera Allah Bapa di dalam Yesus Kristus yang diberitakan oleh Epafras; dan Epafras mendengar berita Injil dari Rasul Paulus di Efesus (Kis. 19:10). Ciri-ciri Injil: berpusat kepada pribadi Yesus Kristus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">2,4), merupakan 'firman kebenaran' (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">5), berita kasih karunia (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">6b), dan diperuntukkan bagi seluruh dunia (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">6).

Kedua, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang imannya ditujukan kepada obyek yang tepat, yaitu Yesus Kristus. Jemaat di Kolose telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">2). Meskipun banyak ajaran dan guru-guru palsu berkembang di Kolose.

Ketiga, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang setia menjadi murid Kristus. Paulus menghargai sikap jemaat untuk menjadi murid Epafras hingga mereka mengenal kasih karunia Allah yang sebenarnya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">6). Tentu saja, dengan penekanan bahwa Epafras adalah hamba Kristus yang setia. Epafras telah menjadi model yang diteladani oleh jemaat (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">7).

Gereja masa kini hendaknya selalu mensyukuri karya Tuhan dalam pemberitaan Injil dan pertumbuhan iman gereja-Nya.

Yang kulakukan: Selalu mensyukuri karya Tuhan Yesus dalam membangun dan memelihara gereja-Nya di seluruh dunia.

(0.04) (Kol 2:8) (sh: Dasar ajaran yang benar (Senin, 19 April 2004))
Dasar ajaran yang benar

Imbauan Paulus agar jemaat Kolose tetap hidup dalam Kristus bukanlah imbauan tanpa harapan. Paulus yakin bahwa jemaat Kolose yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamatnya mampu mempertahankan keyakinan tersebut. Harapan Paulus dan keyakinan jemaat ini mengingatkan saya pada anak saya. Sebagai orang tua, saya berharap agar dia bertumbuh sehat baik fisik maupun mental atau spiritual. Lalu apa yang harus saya lakukan? Awalnya saya over protective, bahkan jika mungkin saya akan menempatkan anak saya pada suatu ruangan steril dan aman. Tetapi jika itu saya lakukan, saya tidak memban-tunya bertumbuh malah justru mengkerdilkannya.

Sering kali kita merasa bahwa kita akan lebih aman dan lebih berhasil bertumbuh sehat jasmani maupun rohani jika kita bebas dari godaan dan ancaman. Ternyata itu keliru, karena berbagai godaan atau ancaman yang ada di sekitar kita justru dapat dijadikan sarana bagi pengujian mental dan spiritual kita. Seperti halnya jemaat Kolose yang meskipun hidup dalam ancaman ajaran doktrin dan moral yang sesat, namun mereka tetap bisa dan terus bertumbuh. Apa kuncinya? Mereka hidup dalam Kristus. Kristus bukan saja dasar, tetapi sekaligus bangunan dan isi hidup kita. Kita bukan saja menerima keselamatan dengan beriman kepada-Nya, tetapi juga kekudusan dan kekuatan rohani kita. Itu sebabnya kita perlu tinggal tetap dalam Dia.

Bila kita ada di dalam Kristus yang adalah kepenuhan Allah, kita memiliki semua yang Allah berikan kepada kita melalui Kristus: keselamatan, kekudusan dan kedamaian. Yang telah dimungkinkan Kristus itu, kini kita cicipi tiap hari dalam persekutuan iman dalam Kristus. Berkat Kristus apakah yang Anda syukuri kini?

Ingat: Bahwa nafas hidup, pekerjaan dan pelayanan yang kita tekuni, adalah bentuk-bentuk berkat Tuhan yang sangat patut kita syukuri kehadirannya dalam kehidupan kita.

(0.04) (Kol 2:20) (sh: Pemujaan diri sendiri (Selasa, 10 Juli 2001))
Pemujaan diri sendiri

Para penganut gaya hidup asketis berpandangan bahwa tubuh ini jahat, maka untuk menyucikannya perlu penyangkalan diri terhadap hawa nafsu, penolakan terhadap selera makan, dan menekan seminimal mungkin segala keinginan termasuk keinginan yang berkaitan dengan seks. Sepintas nampaknya gaya hidup ini sangat bijaksana, namun sesungguhnya mereka sedang melakukan ibadah yang berpusat pada pemujaan diri sendiri. Ibadah semacam ini mengarah kepada kesombongan rohani karena menilai diri lebih suci daripada yang lain.

Paulus mendorong jemaat Kolose untuk meninggalkan kehidupan asketis, karena kekristenan bukan resep hidup atau daftar peraturan menuju kesempurnaan dan kesucian hidup, tetapi relasi hidup dengan Kristus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">20). Kristen bukan berjuang sendiri melawan dan meminimalkan hawa nafsu, tetapi mengendalikan seluruh keberadaan tubuh bersama Kristus, sehingga perubahan yang dialami bukan paksaan diri melainkan secara alami mengalami pembentukan Roh Kudus yang bekerja di dalam ketaatannya kepada kehendak-Nya. Peraturan yang ditetapkan (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">21) adalah buatan manusia belaka yang dibuat seolah-olah merupakan ibadah kepada Tuhan, namun sesungguhnya bertujuan memuaskan diri sendiri (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">22-23). Pengendalian diri semacam ini justru akan menyebabkan kemunduran rohani, karena lebih mementingkan legalitas daripada loyalitas.

Bagaimanakah hidup yang merupakan ibadah sejati kepada Tuhan? Fokuskan hidup kepada Kristus, gantikan posisi “aku” dalam takhta kehidupan dengan Kristus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1-4), maka bukan lagi perkara dunia dan segala kenikmatan semunya yang menjadi tujuan akhir hidup kita, melainkan bagaimana hidup mempertuhankan Kristus setiap hari. Perubahan hidup ini memang tidak otomatis tetapi penggantian posisi “aku” kepada Kristus harus radikal, dengan demikian fokus hidup kita menjadi jelas dan kita mengarahkan hidup kita secara pasti.

Renungkan: Tanpa sadar mungkin kita menyajikan ibadah yang berpusat pada diri sendiri, sehingga posisi Kristus terabaikan. Pujian dan pengakuan tentang Dia yang manis terucap di bibir seringkali bukan lahir dari kehidupan ibadah yang berpusatkan Kristus. Bagaimana kebenaran firman-Nya menuntun kita mengambil sikap konkrit? Adakah sesuatu yang perlu diubah dalam sikap hidup ibadah kita?

(0.04) (Kol 3:1) (sh: Memikirkan perkara "yang di atas" (Rabu, 21 April 2004))
Memikirkan perkara "yang di atas"

Perkara di atas (rohani) adalah perkara-perkara yang mendasar bagi kehidupan di dunia ini. Misal, kalau kita menyadari bahwa roh kita kekal dan satu hari kelak kita harus mempertanggungjawabkan kehidup-an kita kepada Tuhan, maka kesadaran itu akan mempengaruhi cara hidup, gaya hidup, tingkah laku, perkataan, dan pikiran kita.

Paulus berkata, karena kita sudah dibangkitkan bersama Kristus, kita harus memikirkan perkara-perkara di atas (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1-2). Kita sudah disatukan dengan Kristus bersama kematian-Nya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">3), maka pikiran dan hati kita harus disesuaikan dengan pikiran dan hati Kristus. Di sini ada proses identifikasi diri dengan Kristus. Hidup kita hanya untuk menyenangkan hati Allah, dan melakukan kehendak Allah, yaitu hal-hal yang mulia dan bernilai kekal.

Identifikasi diri dengan Kristus harus mewujud dalam transformasi hidup. Yaitu, perubahan hidup dari hidup duniawi -- semua perbuatan hawa nafsu yang mendatangkan murka Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">5-7), dan semua karakter berdosa yang tidak pantas dilakukan oleh orang kudus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">8-9) -- menjadi hidup baru, yang rohani, yang terus menerus diperbaharui semakin menyerupai gambar Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">10). Dunia modern semakin menawarkan kegemerlapan dunia malam (dugem) yang penuh dengan pelampiasan hawa nafsu yang menjijikkan. Anda di Jakarta tentu sudah tahu buku yang menghebohkan Jakarta Undercover. Itulah dunia masa kini yang harus kita jauhi.

Anak Tuhan harus melakukan proses identifikasi diri dengan Kristus terus menerus dengan cara berdoa dan membaca firman. Hidup kita juga harus ditransformasi terus menerus, dengan menolak melakukan berbagai perbuatan jahat dan digantikan terus menerus dengan perbuatan baik.

Yang kulakukan: Meningkatkan kualitas waktu teduh saya, dan mempraktikkan hidup yang kudus, yang berkualitas, dan yang menjadi berkat bagi sesama.

(0.04) (Kol 3:12) (sh: Wujud transformasi hidup (Kamis, 22 April 2004))
Wujud transformasi hidup

Transformasi hanya bisa terjadi bila identifikasi terjadi. Identifikasi yang terus menerus dengan Kristus akan menyebabkan transformasi semakin menyerupai Kristus. Kedua hal ini tidak terpisahkan. Pada perikop ini kita akan melihat bagaimana transformasi itu diteruskan dengan menerapkan tingkah laku yang mulia (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">16-17) dan menumbuhkan karakter ilahi (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">12-15).

Pertama, menumbuhkan karakter ilahi. Karakter-karakter yang dijabarkan di 12-15 adalah karakter Kristus yang dipraktikkan-Nya sepanjang hidup dan pelayanan-Nya di dunia ini. Teladan sudah ada, tinggal kita mempraktikkannya. Bagaimana caranya? "Sebagaimana Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian(ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">13b); "kenakanlah kasih ... (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">14)"; "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu ... (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">15a)."

Kedua, menerapkan tingkah laku mulia. Saling mengajar, dan saling menegur di antara sesama anak Tuhan (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">16a); menaikkan pujian dan syukur kepada Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">16b); melakukan perbuatan (yang baik) dan mengatakan perkataan (yang membangun) di dalam nama Tuhan Yesus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">17).

Pada masa modern ini, kadangkala perbuatan baik bukan keluar dari karakter baik, melainkan kamuflase dan manipulasi untuk mencapai keuntungan terselubung. Misalnya, kampanye pemilihan presiden yang akan berlangsung bulan Juni 2004 pasti disertai dengan berbagai perbuatan baik untuk memikat rakyat memilih capres dan cawapres tertentu. Namun, motivasi di baliknya bisa saja sekadar untuk menang dan mendapatkan kesempatan berkuasa untuk kepentingan pribadi/kelompok. Hal itu membuktikan karakter yang nonkristiani!

Yang akan kulakukan: Kristen yang sejati akan selalu mempraktikkan perbuatan baik yang sejalan dengan karakter yang sudah diubahkan.

(0.04) (Kol 4:7) (sh: Saling menguatkan, kunci kebersamaan umat kristen (Minggu, 15 Juli 2001))
Saling menguatkan, kunci kebersamaan umat kristen

Betapa indahnya persekutuan umat Kristen dimana terjalin saling menyemangati, menguatkan, memperingatkan, menolong, dan bertumbuh bersama melewati suka dan duka. Paulus sebagai rasul yang hebat juga menyadari bahwa di dalam kehidupannya, peran rekan-rekan sepelayanan sangatlah berarti.

Pada bagian akhir suratnya, rasul Paulus menyebutkan: nama beberapa rekan sepelayanan yang membantunya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">7-11), salam dari orang-orang yang mengenal jemaat Kolose (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">12-14), serta salam Paulus untuk saudara-saudari seiman yang dikenal jemaat (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">15-17). Dengan mencantumkan nama dan salam dari orang-orang tersebut, Paulus ingin mengingatkan jemaat bahwa ada orang lain, yang selalu mengingat dan membantu membangun jemaat Kolose (ayat 12).

Dalam perjalanan pelayanan Paulus mengalami banyak perubahan dan pembentukan karakter, seorang yang begitu mandiri, keras, dan tegas, tetap menyadari bahwa keberadaan rekan-rekan sepelayanan tidak dapat diabaikan. Sementara nilai pribadi zaman kini mulai diabaikan karena lebih berfungsi sebagai pelengkap sosial ekonomi, Paulus menjunjung tinggi keunikan dan kelebihan masing-masing pribadi. Ia sangat mengenal masing-masing rekan sepelayanannya, maka Ia dapat menyebut mereka dengan asosiasi yang berarti. Peran mereka bukan hanya bagi pribadinya tetapi juga bagi jemaat yang mereka layani. Bentuk keterlibatan mereka lebih kepada kehidupan kasih dan doa yang dibagikan bagi pertumbuhan jemaat.

Renungkan: Kristen menilai sesama sebagai pribadi yang berarti dan bukan sebagai fungsi sosial ekonomi saja. Belajarlah mengingat peran rekan-rekan sepelayanan kita dalam kehidupan kekristenan kita dan ingatlah mereka dalam doa-doa kita.

Bacaan untuk Minggu Ke-6 sesudah Pentakosta

Kejadian 4:3-10

II Korintus 8:7-15

Markus 5:21-43

Mazmur 30

Lagu: Kidung Jemaat 448

PA 2 Kolose 3:5-17

Ketika Paulus menulis surat ini, Ia tahu bahwa iman dan keyakinan Jemaat Kolose sedang berusaha diguncangkan dan diserang oleh orang-orang yang menyebut dirinya kaum intelektual (kaum Gnostik). Ajaran ini sangat tidak puas dengan pengajaran Kristen yang dinilai sangat sederhana, sehingga mereka ingin mengubahnya menjadi suatu filsafat. Dalam usaha mengubah pemahaman iman jemaat, golongan ini memberikan pengajaran yang menjatuhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang satu- satunya. Berhasilkah upaya mereka? Apa yang Paulus lakukan sebagai upaya untuk memperteguh iman dan keyakinan jemaat Kolose? Kita akan mempelajarinya dalam PA di bawah ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Menurut kaum Gnostik, Yesus hanyalah salah satu dari sekian banyak perantara Allah dengan manusia. Apakah pengajaran ini bertentangan dengan pemahaman kristiani? Apakah yang Paulus lakukan untuk menangkis pernyataan tersebut? Sebutkan tujuh hal penting yang Paulus kemukakan tentang Yesus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">15-18)!

2. Dari penjelasan Paulus tentang keutamaan Kristus, dapatkah Anda menjelaskan tentang: (a) Siapa Yesus Kristus di dalam diri-Nya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">15); (b) Siapa Yesus Krsitus bagi penciptaan (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">16-17); (c) Siapa Yesus Kristus bagi gereja (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">18); (d) Siapa Yesus Kristus bagi segala sesuatu (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">19-20); (e) Apakah tujuan kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">21-23)! Mengapa manusia tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah? Jelaskan!

3. Uraian Paulus tentang keutamaan Kristus selain telah mementahkan ajaran golongan gnostik, juga meneguhkan keyakinan iman Kristen kepada Yesus Kristus. Menurut Anda, bagaimanakah seharusnya Kristen menyikapi pengajaran-pengajaran miring tentang Kristus dari luar, dan dari dalam kekristenan? Apa yang harus Kristen lakukan? Jelaskan!

4. Apakah yang harus Kristen lakukan, dalam tindakan konkret, sebagai konsekuensi dan tanggung jawab terhadap tindakan pendamaian Yesus Kristus? Jelaskan!

Pengantar Kitab Yehezkiel

Imam Yehezkiel ikut dalam pembuangan yang kedua bersama-sama raja

Yoyakhin dan sejumlah besar masyarakat dari golongan menengah ke atas.

Mereka ditempatkan di Tel Aviv -- sekitar sungai Kebar dan diberi hak-hak istimewa. Karena terpengaruh oleh ajaran nabi palsu yang ada di Yehuda, mereka mengharapkan kejatuhan Nebukadnezar dalam waktu dekat supaya dapat segera kembali ke negerinya. Dalam kondisi yang demikian pada tahun 593 s.M. Yehezkiel dipanggil Allah sebagai nabi bagi orang-orang

Yehuda dalam pembuangan untuk menyuarakan berita seperti yang disampaikan oleh Yeremia di Yehuda. Setelah kejatuhan Yerusalem, suara nabi berhenti selama 12 tahun. Setelah itu berita pembaharuan dari Allah diwartakan kepada mereka.

Karakteristik dan tema-tema utama

Kitab Yehezkiel dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu Penghakiman atas

Yehuda dan Yerusalem (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1-24); Nubuat atas bangsa-bangsa lain (ayat 25-32);

Berkat untuk Yehuda dan Yerusalem (ayat 33-48). Di dalam kitab Yehezkiel banyak menyampaikan penglihatan, simbol, alegori, dan perumpamaan.

Beberapa tema utama: ? Allah yang kudus dan tak terhampiri. Penglihatan yang dilihat

Yehezkiel berupa suatu penampilan yang menyerupai Allah namun Ia sendiri tetap tak terhampiri dan tersembunyi (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1:28). Allah adalah kudus. Dosa merupakan pemberontakan terhadap kekudusan-Nya karena itu harus dihukum. Israel adalah bangsa pemberontak namun pembuangan dirancang untuk menciptakan sebuah bangsa yang taat kepada Allah (ayat 6:8;

9:8; 11:12, 13; 12:16; 14:22, 23). ? Anugerah dan kemurahan Allah. Penghakiman atas Yehuda dan

Yerusalem tidak menggagalkan rencana Allah atas pemilihan Israel.

Allah akan menunjukkan kemurahan-Nya kepada orang-orang dalam pembuangan. Mereka inilah yang akan menikmati janji Allah yang baru dan mengalami pembaharuan di tanah mereka. ? Kedaulatan Allah. Allah memerintah atas kehidupan bangsa-bangsa lain tidak hanya Israel. Firman Allah melalui nabi-Nya akan terlaksana. ? Tanggung jawab individu. Walaupun dosa suatu bangsa mempunyai dimensi korporate, diantara nabi-nabi lainnya Yehezkiellah yang lebih menekankan konsekuensi individu terhadap ketidaktaatan.

(0.04) (1Tes 5:12) (sh: Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan (Kamis, 30 Oktober 2003))
Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan

Ada sebuah papan promosi sebuah produk yang menjelaskan produk tersebut dengan sebuah kalimat: "Mungkinkah perkerjaan yang besar dan berat dapat selesai jika dikerjakan sendirian?" Ini bukan rangkaian kalimat berkonotasi pesimis. Kalimat ini hanya mengingatkan bahwa kerja sama dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan itu adalah hal yang sangat penting.

Tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada orang-orang Kristen di Tesalonika sama beratnya dengan tugas dan tanggung jawab umat Tuhan saat ini. Jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri mustahil semua tugas dan tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan. Maka, jemaat Tuhan harus bahu membahu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab itu (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">12-22) dan memohonkan berkat Tuhan untuk memberikan kemampuan serta motivasi (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">23-28).

Nasihat-nasihat terakhir Paulus yang ditujukan kepada jemaat Tesalonika berisikan tentang beberapa hal penting: [1] supaya jemaat menghormati dan mendukung dalam kasih para pemimpin jemaat yang sudah bekerja keras, memimpin dan menegor mereka (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">12-13); [2] para pemimpin agar tegas terhadap mereka yang tidak tertib, dan berlaku adil terhadap yang lemah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">14-15); [3] keseluruhan komunitas jemaat agar mereka tekun dalam doa dan syukur, mengembangkan karunia dan menjauhi kejahatan (ayat 16- 21). Dengan saling bekerja sama, pekerjaan Tuhan niscaya dapat dilaksanakan dan diselesaikan.

Akhirnya, jemaat memerlukan kekuatan dan pertolongan dari Tuhan supaya mereka dapat dengan tuntas menunaikan tugas dan tanggung jawab pelayanan mereka. Itu sebabnya Paulus menyampaikan berkat Allah kepada mereka.

Renungkan: Tunaikan tugas dan panggilanmu dengan setia dan bertanggung jawab. "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga yang akan menggenapinya."

(0.04) (2Tes 1:6) (sh: Allah adil dan berkuasa. (Minggu, 18 Oktober 1998))
Allah adil dan berkuasa.

Paulus menghibur jemaat Tesalonika yang sedang berada di tengah-tengah penganiayaan dan kesusahan. Pertama, penghiburan bahwa Allah akan membalas orang-orang yang menentang Tuhan dan mempersulit jemaat-Nya setimpal dengan kejahatan mereka (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">6-9). Kedua, Dia akan datang kembali untuk menghakimi, menghukum yang jahat, dan memberi kelegaan bagi jemaat-jemaat-Nya yang percaya kepada-Nya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">10). Kedatangan-Nya kelak adalah untuk memuliakan gereja-Nya yang telah teraniaya dan menderita karena Dia.

Hakikat gereja sejati. Dipandang dari berbagai sudut, gereja Tesalonika memiliki ciri-ciri sebagai gereja Tuhan sejati. Dari sudut luar tampak bahwa mereka memiliki ketabahan menghadapi aniaya dan penderitaan demi Tuhan Yesus Kritus. Dan dari sudut dalam tampak bahwa mereka memiliki iman dan kasih sebagai tanda keaslian kesetiaan mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Inilah hakikat gereja Kristus sejati. Hakikat sejati yang sesungguhnya tidak dapat diukur oleh megah dan indahnya bangunan gedung gereja, maraknya gereja dengan berbagai bentuk kegiatan dan besarnya jumlah anggota gereja. Hakikat gereja sejati akan terpancar keluar melalui iman, kasih dan kesetiaan gereja kepada Kristus.

Ketahanan dan pertumbuhan. Gereja Tesalonika kokoh berdiri karena keyakinan bahwa gereja mampu bertahan dalam kesulitan penganiayaan dan penderitaan bukan karena kekuatannya, tetapi karena Kristus dan karena pertumbuhan dalam Kristus. Istimewa bukan? Mereka bukan saja istimewa dalam ketahanannya tetapi dalam penderitaan itu mereka justru mengalami pertumbuhan. Akankah gereja-gereja di masa kini sekokoh dan setegar gereja di Tesalonika? Bercerminlah dan teladani gereja Tesalonika. Penderitaan tak akan pernah lepas dalam kehidupan Kristen. Selama kita menderita karena kebenaran, kita dapat menerima itu sebagai resiko iman. Anugerah Allah yang ajaib selalu menyertai umat-Nya di mana pun berada dan sampai kapan pun!

Doa: Terima kasih Tuhan atas keadilan dan pemeliharaan-Mu

(0.04) (2Tim 2:1) (sh: Tongkat estafet berita Injil (Senin, 26 Agustus 2002))
Tongkat estafet berita Injil

Kemerosotan moral dan spiritual jemaat Efesus mendatangkan kekecewaan yang dalam bagi Paulus. (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1:15). Untuk itu ia menasihati dan mendukung Timotius - sebagai pelayan di Efesus - untuk tetap kuat dan berdiri teguh menghadapinya. Bagi Paulus, Timotius memerlukan dukungan seperti ini mengingat pembawaannya yang terkesan kurang percaya pada diri sendiri (lih. 1Tim.4:12; bdk. 1Kor. 16:10,11). Dukungan Paulus kepada Timotius ini juga bukan sekadar nasihat agar tabah melayani, tetapi agar Timotius tetap mengandalkan kekuatan kasih karunia Kristus Yesus, sebagai pusat pemberitaannya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1). Mengapa? Karena Timotius mengemban tugas berat yaitu meneruskan tongkat estafet berita Injil kepada jemaat Efesus - yang notabene pernah menentang kewibawaan Paulus (lih. Kis. 19).

Timotius mengemban tugas dan tanggung jawab untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil: dari Kristus kepada Paulus, Paulus kepada Timotius, dan Timotius kepada jemaat, begitu seterusnya. Tidak sembarang orang yang dapat diserahi tongkat estafet berita Injil tersebut. Ada dua kriteria yang ditetapkan Paulus, yang harus dimiliki oleh orang-orang tersebut. Pertama, dapat dipercaya, dan benar-benar setia (bdk. 1Kor. 4:1-2). Kedua, cakap/mampu mengajar orang lain (didaktikoi). Untuk menegaskan kedua persyaratan tersebut, Paulus mengambil contoh dari pemusatan pengabdian atau dedikasi seorang prajurit (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">4), ketertiban dan kepatuhan seorang olahragawan pada ketetapan yang berlaku (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">5), serta kesungguhan dan ketekunan bekerja seorang petani (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">6).

Melalui perikop ini kita dapat menarik dua hal penting bagi para hamba Tuhan masa kini. Pertama, jika kriteria tersebut terpenuhi, maka misi tongkat estafet berita Injil yaitu mencapai kualitas kedewasaan rohani dan komitmen hidup umat bagi kepentingan berita Injil, yaitu Yesus Kristus, dapat tercapai. Kedua, jika kriteria tersebut dipenuhi, maka meski melayani dalam keadaan sulit, mereka pasti mampu mengatasi dan bertahan untuk tetap setia.

Renungkan: Anda percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat, berarti Anda pun bertanggung jawab untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil tersebut dalam kehidupan Anda!

(0.04) (Ibr 1:1) (sh: Yesus agen penyelamat (Senin, 18 Juli 2005))
Yesus agen penyelamat

Bila pada masa PL Allah mengutus para nabi-Nya kepada Israel untuk menyatakan kehendak-Nya maka pada masa PB Allah mengutus Yesus, Putra-Nya untuk menebus dosa manusia sehingga mereka bisa merespons dengan pertobatan.

Allah telah menetapkan Tuhan Yesus sebagai pemilik isi dunia ini karena melalui Dia, Allah menciptakan dunia ini (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">2, 10-12). Tuhan Yesus pantas menerima segala hormat dan kemuliaan untuk duduk di sebelah kanan takhta Allah karena hakikat-Nya dan karya-Nya. Hakikat Tuhan Yesus digambarkan sebagai "cahaya kemuliaan Allah" yang berarti Dia sempurna dalam karakter ilahi; "gambar wujud Allah" yang menunjuk kepada kesempurnaan hakikat ilahi Yesus (3a). Karya Tuhan Yesus adalah memelihara semua ciptaan dengan kuasa firman-Nya dan secara khusus sebagai Imam Besar yang mengadakan penyucian dosa manusia (3b).

Hakikat dan karya Tuhan Yesus ini membuktikan diri-Nya lebih tinggi dari semua makhluk ciptaan, termasuk para malaikat yang melayani Allah Bapa di surga (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">4). Tidak seorang malaikat pun yang disapa sebagai `Anak` oleh Bapa ataupun dihormati sebagai tangan kanan Allah (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">5, 13). Semua malaikat hanyalah pelayan Allah yang harus menyembah Tuhan Yesus dan yang bertugas melayani manusia (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">6, 14). Sebaliknya, Tuhan Yesus disapa Allah sebagai Raja kekal yang bertakhta di atas semua ciptaan yang tunduk dan takluk di hadapan-Nya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">8-12).

Semakin kita menyelami keagungan hakikat dan karya Tuhan Yesus, seharusnya kita semakin tunduk dan taat tanpa syarat. Cara satu-satunya mewujudkan ketundukan dan ketaatan itu adalah dengan menjadikan Dia sebagai Raja dalam hati kita. Jadi, setiap pikiran kita, Dialah yang mengendalikannya; setiap perkataan kita, Dialah yang dimuliakan; dan setiap perbuatan kita, Dialah yang mengarahkannya.

Renungkan: Bila takhta Tuhan Yesus di surga ada di sebelah kanan Bapa, di manakah takhta-Nya dalam hidup Anda?

(0.04) (Ibr 3:1) (sh: Yesus Pengantara Agung (Kamis, 21 Juli 2005))
Yesus Pengantara Agung

Di dalam Perjanjian Lama, Musa adalah salah seorang hamba Allah yang paling besar. Allah memakai dia sebagai nabi yang menyampaikan Hukum Taurat kepada umat Israel. Melalui Musa, Allah membimbing umat-Nya masuk ke dalam persekutuan dan ibadah yang intim dengan-Nya. Akan tetapi, Musa adalah manusia biasa yang terbatas dan berdosa.

Pada masa Perjanjian Baru, Yesus adalah utusan (Rasul) Allah untuk membimbing umat-Nya ke dalam persekutuan intim dengan-Nya. Yesus juga Pengantara Agung (Imam Besar) umat Tuhan kepada Allah. Yesus lebih besar daripada Musa. Yesus memiliki dua jabatan besar Perjanjian Lama (Imam Besar) dan Perjanjian Baru (Rasul) (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">1-2). Dua ilustrasi digunakan untuk memperlihatkan kebesaran Yesus dibandingkan Musa. Pertama, Yesus adalah ahli bangunan yang membangun umat Allah (rumah Allah). Sedangkan Musa hanyalah bagian dari bangunan itu (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">3-4). Kedua, Yesus adalah Anak yang mengepalai rumah Allah, Musa hanyalah pelayan yang setia. Jadi, sebenarnya Musa melayani Tuhan Yesus sebagaimana seorang pelayan rumah melayani Anak pemilik rumah itu (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">5-6).

Bagian firman Tuhan ini penting bagi para pembaca pertama surat Ibrani ini. Mereka mendapat godaan untuk meninggalkan Yesus dan kembali kepada kepercayaan agama Yahudi yang mementingkan pelaksanaan ritual dan moral Hukum Taurat. Dengan menempatkan status Musa sebagai pelayan dan Yesus sebagai Anak, para pembaca surat Ibrani justru semakin diteguhkan untuk setia kepada Yesus. Bagi kita umat Tuhan masa kini, hal ini semakin meneguhkan keyakinan kita akan kesatuan Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Juga semakin memantapkan iman kita hanya tertuju pada Yesus sebagai Anak Allah.

Camkan: Jangan sampai Anda mementingkan ritual dan ajaran moral kristiani, namun tidak sepenuhnya mengimani dan menaati Yesus, Sang Anak Allah.

(0.04) (Ibr 12:1) (sh: Resep sukses dalam perlombaan (Minggu, 7 Mei 2000))
Resep sukses dalam perlombaan

Konsentrasi, pikiran-pikiran, dan perspektif yang dimiliki oleh seseorang merupakan resep meraih keberhasilan. Seseorang yang ingin meraih gelar kesarjanaannya, ia harus berkonsentrasi dalam studinya, dan mempunyai perspektif yang benar. Penulis Ibrani pun meyakini resep ini. Karena itulah ia menasihati jemaat penerima suratnya untuk menerapkan resep ini dalam konteks kristen. Ia menggambarkan kehidupan kristen bagai sebuah perlombaan lari jarak jauh. Ia ingin menekankan bahwa kehidupan kristen bukan kehidupan yang sembarangan, tetapi sebuah kehidupan yang mempunyai tujuan mewujudnyatakan panggilan hidupnya di dunia, walau penuh dengan rintangan dan tantangan. Karena tidak mungkin mengontrol secara penuh faktor dari luar, maka Kristen harus mengontrol yang ada di dalam dirinya. Ia harus menanggalkan dosa dan bertekun dalam perlombaan itu.

Dua tindakan yang harus terjadi dalam waktu yang sama, mempunyai tujuan yang sama yaitu agar dapat mencapai garis finis, namun mempunyai pengertian yang jauh berbeda. Dosa merintangi dan melemahkan Kristen, sedangkan ketekunan memampukan Kristen bertahan. Kristen harus berfokus kepada Kristus, karena Dialah tujuan hidup Kristen (Flp. 3:8). Dialah yang telah berjuang di dalam 'perlombaan-Nya' dan telah dimuliakan (2). Lalu Kristen harus selalu mengisi pikirannya dengan penderitaan yang pernah Kristus alami (3), agar menyadar-kan Kristen bahwa penderitaan bukan alasan untuk menyerah. Karena perjuangan Kristen dalam melawan dosa belum apa-apa bila dibandingkan dengan Kristus (4). Kristen pun harus mempunyai perspektif yang benar dalam memandang penderitaan-penderitaan yang dialaminya (5-6).

Renungkan: Kekuatan konsentrasi, pikiran-pikiran, dan perspektif yang benar akan memampukan Kristen untuk memanifestasikan kekuatan dinamika iman kristen.

(0.04) (Yak 5:7) (sh: Kunci sukses menghadapi penderitaan adalah kesabaran (Selasa, 12 Juni 2001))
Kunci sukses menghadapi penderitaan adalah kesabaran

Tidak seorang pun di dunia ini yang menyukai penderitaan. Kalau pun penderitaan itu tetap teralami, seringkali kita bersikap marah, kecewa, bahkan menuduh orang lain, atau mungkin menuduh Allah sebagai penyebab timbulnya penderitaan. Karena itu segala usaha pasti akan kita lakukan asal terhindar dari penderitaan. Mungkinkah kita menghindari penderitaan? Penderitaan itu bukan untuk dihindari tetapi dihadapi, karena bagaimana pun penderitaan itu berguna bagi pertumbuhan iman kita. Bahkan Yakobus dalam perikop awal menjelaskan bahwa penderitaan adalah ujian iman. Karena itu untuk sampai pada maksud akhir dari penderitaan yang kita alami, kita harus bersabar ketika menghadapi penderitaan. Bagaimana caranya?

Pertama-tama Yakobus menasihati orang-orang miskin yang berada dalam penderitaan, karena tekanan-tekanan dari orang-orang kaya, untuk bersabar menghadapi penderitaan yang mereka alami, dan mengajak mereka untuk melihat dan menempatkan penderitaan itu dalam sudut pandang (perspektif) Allah. Sebab hanya melalui cara pandang itulah manusia dapat melihat tujuan akhir dari penderitaan. Mereka diminta bersabar sampai Tuhan datang kedua kali. Pengharapan akan kedatangan Tuhan yang kedua kali inilah yang menguatkan mereka dalam menanggung penderitaan.

Ajakan Yakobus ini juga berlaku bagi kita. Seperti halnya jemaat saat itu dikuatkan untuk bersabar menanggung penderitaan, kita pun diingatkan akan hal yang sama. Kedatangan Tuhan yang kedua kali selain merupakan pengharapan yang memampukan dan menguatkan Kristen menghadapi dan menanggung penderitaan dengan sabar, juga membuka mata hati kita untuk melihat bahwa Allah Sang Hakim Maha Adil itu akan bertindak. Bagi orang-orang jahat, yang menyebabkan penderitaan pada sesama, keadilan Allah akan menghukum mereka. Sebaliknya bagi orang-orang benar, yang sabar dan tekun menghadapi penderitaan yang dialaminya, keadilan Allah mendatangkan ketenteraman dan keselamatan bagi mereka.

Renungkan: Kesabaran dan pengharapan akan datangnya Hakim yang Adil, yang menegakkan kebenaran dan menghukum kejahatan, memberikan kekuatan bagi Kristen menghadapi penderitaan.

(0.04) (1Ptr 1:13) (sh: Hidup kudus demi Tuhan (Kamis, 14 Oktober 2004))
Hidup kudus demi Tuhan

Ada orang-orang tertentu yang hidup kudus demi mengejar keselamatan. Arti keselamatan baginya adalah kelepasan dari belenggu kedagingan. Itulah sebabnya, ia berupaya menahan diri dari berbagai hawa nafsu kedagingan (misalnya: seks bebas, kerakusan, dll.), bahkan bisa secara ekstrim mengekang dirinya dari hal-hal yang wajar (misalnya: pernikahan, makanan sehat, dll.). Tujuan ia melakukan tindakan pengekangan diri itu adalah untuk mendapatkan kelepasan dari belenggu kedagingan itu sehingga ia akan memperoleh keselamatan. Bagaimana dengan kita? Apakah tujuan orang Kristen hidup kudus? Apakah untuk mengejar hal yang sama?

Orang Kristen hidup kudus bukan untuk mendapatkan keselamatan! Keselamatan adalah anugerah Tuhan. Tuhan memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Maka, Petrus menasihatkan umat Tuhan dalam suratnya ini agar mereka hidup kudus dengan menyadari status mereka yang telah memperoleh keselamatan sebagai umat dari Tuhan yang kudus (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">15-16). Umat Tuhan hidup kudus karena mereka telah ditebus dari cara hidup masa lampau yang sia-sia, yaitu hidup dalam penyembahan berhala sebagaimana dulu nenek moyang mereka melakukannya (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">18). Mereka sadar harga tebusan itu melampaui nilai perak atau emas, yaitu darah anak domba Allah, Yesus Kristus sendiri (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">19). Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari belenggu kedagingan dan hidup penuh kesia-siaan yang hanya akan membawa mereka kepada kebinasaan.

Jadi, tujuan orang Kristen hidup kudus karena ia tidak mau menyia-nyiakan penebusan Kristus yang sudah dianugerahkan kepadanya. Kita sudah dibebaskan dari belenggu perbudakan dosa, mengapa sekarang kita mau menyerahkan diri lagi kepada perhambaan dosa itu? Kalau kita masih hidup sembarangan dalam dosa maka sama saja dengan kita menghina dan menyangkali karya Kristus di kayu salib.

Camkanlah: Hidup kudus bukan pilihan bagi orang Kristen. Hidup kudus adalah cara hidup orang-orang Kristen yang telah mengalami anugerah penebusan Kristus.

(0.04) (1Yoh 1:1) (sh: Beritakan Firman hidup (Minggu, 3 Desember 2000))
Beritakan Firman hidup

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi seseorang bercerita. Ada yang pandai bercerita karena ia memiliki talenta merangkai kata, ada yang bercerita karena pengalaman orang lain yang terlebih dahulu membawa kesan baginya, dan ada pula yang bercerita karena pengalaman pribadinya yang mengesankan. Masing-masing alasan yang melatarbelakangi seseorang bercerita akan membawa dampak yang berbeda.

Pemilihan kata demi kata oleh Yohanes dalam suratnya, menandakan bahwa ia bersaksi melalui pengalaman hidupnya bersama Firman hidup, yakni: telah ada sejak semula, telah kami dengar, telah kami lihat, telah kami saksikan, dan telah kami raba dengan tangan. Semuanya ini berbicara tentang Firman hidup, yang sungguh nyata dan benar-benar memberikan kehidupan. Mengapa Yohanes menegaskan ini berulangkali? Tujuannya adalah supaya orang lain pun mengalami pengalaman yang sama, bersekutu dengan Allah Bapa, Yesus Kristus, saudara seiman, dan memiliki kehidupan kekal. Bukan sekadar hidup secara fisik karena masih bernafas, tetapi pengertian hidup kekal di dalam persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus, kini dan selamanya. Pengalaman indah yang dialami Yohanes bukan untuk dirinya semata, tetapi pengalaman indah ini mendorongnya untuk memberitakannya kepada orang lain. Apalagi yang lebih berharga sehingga nilainya dapat ditukar dengan hidup kekal? Hanya orang yang telah mengalaminya yang dapat berkata dengan tegas "tidak ada".

Pengalaman memperoleh anugerah kehidupan kekal membawa sukacita bagi setiap orang yang mengalaminya. Namun kita lebih bersukacita bila melihat saudara, teman, tetangga, dan siapa pun menerima kehidupan kekal karena pemberitaan Firman hidup.

Renungkan: Pengalaman sukacita memperoleh kehidupan kekal akan menjadikan kita peduli terhadap keselamatan jiwa orang lain.

Bacaan untuk Minggu Advent 1

Yesaya 63:16-64:4

1Korintus 1:3-9

Markus 13:32-37

Mazmur 80:1-7

Lagu: Kidung Jemaat 59

(0.04) (1Yoh 5:6) (sh: Kesaksian tentang Yesus (Kamis, 11 Desember 2003))
Kesaksian tentang Yesus

Salah satu yang menonjol dalam bagian ini adalah kata “saksi”. Kata tersebut muncul sebanyak 10 kali. Percaya pada Yesus hanya mungkin terjadi karena ada yang bersaksi. Tanpa kesaksian mustahil manusia percaya pada Yesus. Sebagai akibat percaya pada Yesus, mereka memiliki hidup kekal. Inilah yang diuraikan dalam bacaan hari ini berbagai aspek tentang kesaksian.

Pertama, kesaksian air dan darah. Istilah air dan darah menunjuk pada Yesus. Yohanes mengatakan bahwa Yesus datang dalam air dan darah. Air menunjuk pada peristiwa baptisan oleh Yohanes Pembaptis, sedang darah menunjuk pada kematian-Nya di kayu salib. Baptisan merupakan awal pelayanan umum Yesus dan kematian menunjuk pada akhir pelayanan-Nya di dunia. Peristiwa pembaptisan merupakan momen bagi Roh Kudus memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah. Kematian Yesus di kayu salib merupakan saat bagi Allah Bapa memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Kedua, kesaksian Roh Kudus. Roh Kudus memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah. Sejak awal pelayanan Yesus hingga kematian-Nya Roh Kudus bersaksi bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Kesaksian Roh Kudus dan kesaksian baptisan serta kematian Yesus tidak dapat dilepaskan (ayat engkau+tidak&tab=notes" ver="">8). Menolak salah satu berarti menolak semuanya.

Ketiga, kesaksian manusia. Yohanes sebelumnya telah menyatakan diri sebagai saksi bagi Kristus. Manusia menerima Yesus sebagai Anak Allah melalui kesaksian manusia. Tetapi Yohanes mengingatkan bahwa dibalik semua kesaksian terdapat kesaksian Allah. Keempat, kesaksian Allah. Menerima kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah berarti menerima kesaksian Allah; dan semua kesaksian mengarah pada satu hal yakni percaya pada Yesus.

Renungkan: Menerima kesaksian berarti menerima hidup kekal. Menolak kesaksian berarti mengalami kebinasaan.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA