Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 881 - 900 dari 1067 ayat untuk memberi kepastian (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.03) (Mzm 37:21) (sh: Kebahagiaan orang benar (ayat 2) (Senin, 2 Juni 2003))
Kebahagiaan orang benar (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">2)

Di dua bagian terdahulu kita telah melihat bagaimana pemazmur mengajar orang benar untuk tidak marah karena kesuksesan dan kemakmuran orang fasik. Bagian ketiga (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">23-29) masih meneruskan pokok-pokok pikiran dari dua bagian sebelumnya, tetapi dengan fokus yang agak berbeda. Kalau bagian pertama didominasi oleh panggilan kepada orang benar untuk bersandar dan berlindung kepada Tuhan, dan bagian kedua menitikberatkan pada kesia-siaan usaha orang fasik, bagian ketiga sekarang memusatkan perhatian pada Tuhan dan perlindungan-Nya atas orang benar.

Tuhan menjaga orang benar sehingga walaupun mereka dapat "jatuh" mereka tidak akan sampai tergeletak (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">23-24). Tuhan juga mencukupi kebutuhan mereka dan bahkan dari kecukupan itu mereka dapat memberi dengan murah hati (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">25-26). Bagian ini ditutup dengan panggilan ajakan untuk menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan karena Tuhan adalah Tuhan yang "mencintai hukum". Juga terdapat penegasan tentang orang benar yaitu bahwa mereka akan mewarisi negeri (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">27-29). Siapa saja orang benar yang akan mewarisi negeri? Orang-orang yang mulutnya mengucapkan hikmat, yang lidahnya mengatakan hukum, yang hatinya dituntun oleh Taurat Allah (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">31), dan yang hidupnya senantiasa menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya meskipun berada di tengah-tengah ancaman orang fasik (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">32-34).

Jika Anda tergoda oleh suatu pencobaan, bandingkanlah hasil akhir orang benar dan orang fasik. Orang yang jatuh ke dalam dosa, sering kali disebabkan oleh kemalasan untuk tidak berpikir panjang. Mata gelap, pikiran pendek, membuat orang begitu saja membiarkan dirinya melakukan dosa.

Renungkan: Pikiran dan pemahaman firman adalah hal utama dalam kehidupan. Bangunlah kebiasaan baik mempelajari firman bila Anda ingin memiliki ketahanan dan ketangguhan rohani.

(0.03) (Mzm 39:1) (sh: Allah adalah pihak yang paling tepat (Rabu, 4 Juni 2003))
Allah adalah pihak yang paling tepat

Benarkah sikap Daud ini ketika ia menghadapi orang-orang jahat? Jika kita di tempat Daud, apa yang biasanya kita lakukan? Duduk dan berdiam diri atau meluapkan kemarahan? Marah terhadap sesuatu yang salah adalah wajar, tetapi jika permasalahan dihadapi dengan sikap diam, bukankah itu hanya akan menambah penderitaan? Akibat dari diam atau mendiamkan bisa membuat kita hidup dalam tekanan -- depressi dan stress.

Dalam pikirannya semula, Daud menyatakan keinginannya untuk tutup mulut, sebagai jalan "paling aman" menurut Daud. Keputusan Daud ini didasarkan pada dua hal: [1] ia tidak mau kedapatan menuduh Allah berlaku tidak adil atau berbuat kesalahan; [2] ia tidak mau memberikan kesempatan kepada orang fasik untuk menyerang dia atau menghina Allah karena ucapannya. Tetapi keputusan tersebut ternyata justru memperberat penderitaannya. Akhirnya Daud menyadari bahwa menutup mulut itu bukan saja tidak tepat, tetapi juga tidak sehat.

Dari keputusan Daud ini kita belajar bahwa menahan amarah hanya akan menyebabkan kita stress, tetapi melampiaskan amarah dalam kata- kata keras menyakitkan pun tidak menyelesaikan masalah. Daud menolong kita menemukan pilihan yang tepat dan sehat: membicarakannya dengan Tuhan. Menarik bukan? Kapan terakhir kali kita membicarakan permasalahan kita dengan Tuhan?

Pergumulan seperti yang Daud alami pun dialami oleh orang beriman. Tetapi, kita tidak dapat menanggungnya sendiri jika hanya berdiam diri, atau dengan membalas berbuat jahat. Segala pergumulan itu perlu untuk diarahkan secara benar kepada Tuhan sebagai pihak yang paling tepat, yang mampu mendukung kita.

Renungkan: Siapa lagi yang dapat memberi kita jiwa yang sehat kalau bukan Dia yang dalam Roh-Nya kini mendampingi kita sebagai Penasihat dan Penghibur?

(0.03) (Mzm 48:1) (sh: Keyakinan tidaklah cukup (Sabtu, 18 Agustus 2001))
Keyakinan tidaklah cukup

Hubungan antar manusia memang berlandaskan keyakinan satu dengan yang lain namun hubungan antara Kristen dengan Allah selain berlandaskan keyakinan juga confidentiality, dimana di dalamnya terkandung unsur ketergantungan dan keberanian untuk terbuka sekalipun rahasia pribadi yang mungkin sangat memalukan.

Inilah yang dimaksudkan pemazmur ketika ia mengatakan bahwa ‘inilah Allah, Allah kitalah Dia... (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">15). Allah yang berdaulat atas seluruh alam semesta (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">7); Allah yang penuh kasih setia namun juga menegakkan keadilan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11). Allah yang kepada-Nya dan di hadapan-Nya manusia bergantung dan membuka hidupnya. Hubungan ini tidak dibatasi oleh waktu. Sebab Allah mampu dan tetap akan mampu. Tidak seperti orang-tua kita yang meskipun tetap sebagai orang-tua namun karena sudah terlalu tua atau mungkin sudah meninggal, tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai orang-tua lagi. Namun masyarakat modern telah menawarkan dengan gencar konsep hubungan yang baru yaitu hubungan yang ‘impersonal’ dan berorientasi pada keuntungan semata. Ini juga merasuki kehidupan rohani sehingga Allah sering dipandang sebagai mesin ATM. Pemazmur telah mengantisipasi konsep demikian dan menegaskan bahwa hubungan manusia dengan Allah bukan berorientasi pada keuntungan manusia namun berorientasi pada penundukan diri kepada pimpinan Allah (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">15b). Bagaimana mempertahankan orientasi ini? Pertama, akuilah kebesaran Tuhan dalam setiap keberhasilan dan pujilah Dia Raja atas alam semesta (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">1-9). Kedua, milikilah kehidupan beribadah yang senantiasa mengingat kasih setia dan keadilan Tuhan lalu bersukacitalah karenanya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">10). Ketiga, sediakan waktu secara berkala untuk berhenti dari segala aktivitas agar dapat melihat segala sesuatu yang telah Allah perbuat (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">13-14). Ketiga tindakan di atas akan memimpin kita kepada kehidupan yang berpusat pada kedaulatan Allah.

Renungkan: Konsep confidentiality harus dipertahankan hingga generasi selanjutnya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">14b) sebab masyarakat modern semakin memandang bahwa hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan bisnis. Manusia memberi persembahan, Allah memberikan berkat. Tidakkah ini yang kita lihat saat ini? Karena itu mulailah ketiga tahap di atas dalam hidup Anda dan tentunya bersama keluarga Anda.

(0.03) (Mzm 54:1) (sh: Persembahkanlah korban kepada TUHAN! (Selasa, 8 Juni 2004))
Persembahkanlah korban kepada TUHAN!

Dalam Mazmur 51 dikatakan, "bukan korban sembelihan atau korban bakaran, tetapi korban syukur dan hati yang hancur". Akan tetapi Mazmur 54 ternyata tidak berhenti di situ saja melainkan maju selangkah lagi. Korban syukur dan hati hancur semestinya diikuti oleh korban sembelihan dan korban bakaran. Artinya, setelah melakukan yang satu (pertobatan kepada TUHAN), maka yang lainnya harus menyusul (korban). Dan korban di sini bukan lagi sebagai kewajiban kepada Allah tetapi sebagai ungkapan syukur yang dilakukan dengan kerelaan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">8).

Dengan demikian akan menjadi nyata bahwa hubungan kita dengan TUHAN tidak seperti tuan dan hamba, tetapi seorang bapak dan anak. Hubungan bapak dengan anak pada dasarnya diwujudkan dalam sikap yang akrab dan mesra. Seorang bapak yang baik pastilah selalu merindukan anak-anaknya. Demikian sebaliknya anak-anak terhadap bapaknya. Dapatkah seorang bapak dikatakan baik jika ia hanya menuntut dari anak-anaknya? Atau seorang anak, jika ia hanya menuntut dari bapaknya?

Allah Bapa kita sudah demikian baik terhadap kita. Bahkan kebaikan-Nya ditunjukkan dengan mempersembahkan Anak-Nya yang tunggal untuk keselamatan kita. Apakah kita masih berani mengatakan kita mengasihi Allah sementara persembahan yang kita berikan adalah sisa-sisa uang kita. Mungkin seseorang sudah merasa memberi banyak dengan persembahan uang puluhan juta. Namun, jumlah itu masih terlalu kecil dibanding dengan puluhan kali lipat yang sudah kita terima. Bukan jumlah yang Tuhan lihat, tetapi kerelaan hati kita memberikan yang terbaik kepada-Nya itu yang menyenangkan-Nya.

Tekadku: Aku tidak akan lagi bersikap sebagai orang yang berjasa apalagi penguasa di gereja Tuhan. Sebab dengan demikian saya telah menghina Tuhan.

(0.03) (Mzm 58:1) (sh: Masih adakah keadilan? (Sabtu, 12 Juni 2004))
Masih adakah keadilan?

Bukan hanya di zaman ini, tetapi bahkan sejak zaman di mana pemazmur hidup, ketidakadilan telah merajalela. Para penguasa dan para hakim bertindak semena-mena. Melihat keadaan ini, pemazmur tidak tinggal diam. Mazmur 58 ini merupakan suatu seruan yang menuntut agar keadilan ditegakkan.

Sambil membandingkan situasi itu dengan situasi zaman Daud pemazmur mempertanyakan integritas para penguasa tersebut (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">1) dan menyingkapkan kejahatan mereka (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-6). Mereka adalah orang-orang yang menggunakan otoritas dan kekuasaannya untuk menindas dan melakukan kejahatan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">3). Perhatikan prinsip penting pemazmur menghubungkan kejahatan mereka ini dengan hakikat mereka sejak dilahirkan dan bahkan sejak di dalam kandungan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">4).

Kejahatan mereka semakin menegaskan keberadaan mereka yang fasik dan sesat di hadapan Tuhan. Mereka bahkan tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang ditujukan kepada mereka (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Karena itu, pemazmur memohon agar Allah menghukum mereka dengan menghancurkan kekuatan mereka (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">7) dan menghilangkan pengaruh mereka untuk seterusnya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">8-10).

Akhirnya, hanya ketika Allah menyatakan keadilan-Nya terhadap para penguasa/hakim yang lalim inilah orang benar dapat bersukacita (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11). Memang terkadang Allah sepertinya berdiam diri ketika ketidakadilan terjadi. Tetapi hal itu tidak menjadikan pemazmur kehilangan pengharapannya. Ia percaya bahwa suatu saat Allah akan memberi pahala bagi orang benar yang setia berharap kepada Dia, dan Ia pasti menghakimi mereka yang tidak adil (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">10), karena Dialah satu-satunya Hakim yang ADIL, Sumber segala keadilan.

Renungkan: Ketika kita diperlakukan secara tidak adil, adakah kita berusaha menghakimi dengan cara kita sendiri ataukah kita rela mempercayakan diri kita kepada Tuhan, Hakim yang Adil, dan menantikan Dia dengan setia?

(0.03) (Mzm 64:1) (sh: Peperangan Rohani (Minggu, 26 April 1998))
Peperangan Rohani

Setiap orang percaya selalu perlu siap masuk peperangan rohani. Orang-orang yang berpihak kepada Allah dan mentaati-Nya dimusuhi dan diperangi oleh iblis. Musuh dahsyat itu disebut oleh Paulus sebagai pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap (Ef. 6:10-20). Tidak selalu jelas bagaimana perwujudan musuh itu, namun ia dapat bekerja melalui persepakatan orang jahat, kerusuhan, isu-isu pemecah belah, kekacauan, kebingungan ataupun serangan lain yang lebih rinci. (Baca lagi Mzm.memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">64:1-6). Bukankah iblis juga dapat menyerang secara tersembunyi dari dalam dan dari luar kita?

Skema penjahat dan iblis. Semua upaya si jahat dan si iblis itu gagal, meskipun dalam jangka pendek mereka kelihatan berhasil. Allah akan menembak si jahat itu dengan panah. Sekonyong-konyong mereka akan terluka (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">8). Setiap kali Allah menembak, selalu kena sasarannya. Tak pernah anak panah Allah melesat atau luncas. Penghukuman selalu menimpa niat orang jahat. Allah selalu mengatasi dan mengungguli rancangan kecurangan hati orang (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">7). Kebenaran ini menolong kita untuk melihat dengan kacamata wawasan Allah yang kekal. Ini pandangan supra jangka panjang. Mengarah ke masa yang kekal dengan bekal iman percaya kepada Kristus, itulah wawasan kita.

Perlengkapan Rohani. Orang percaya perlu kuat di dalam Tuhan. Kristen perlu mengambil perlengkapan senjata Allah yang lengkap dan memakainya. Senjata-senjata itu ialah: ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut kerelaan Injil, perisai iman, ketopong keselamatan, pedang Firman; dan semuanya baru efektif bila dipakai dalam doa. Allah sendiri membuat Daud bersukacita. Manakala musuh-musuh menyerangnya, Allah memberi perlindungan. Pada saat orang memasang perangkap, ia menghindar. Pada waktu rancangan kecurangan diadakan, ia telah mempunyai rencana yang lebih baik.

Renungkan: Berperanglah bersama Tuhan. Kita pasti menang sebab Kristus sudah mengalahkan Iblis dan segenap pengikutnya yang jahat.

Doa: Supaya kami siaga dengan senjata lengkap Allah.

(0.03) (Mzm 68:1) (sh: Nyanyian kemenangan (Rabu, 27 Oktober 2004))
Nyanyian kemenangan

Mazmur 68 adalah salah satu mazmur tersulit untuk ditafsirkan. Mazmur ini merupakan gubahan dari nyanyian-nyanyian kemenangan pada masa Israel purba, sebelum masa kerajaan berlaku. Secara ringkas Mazmur 68 menggambarkan Allah yang menjadi pemimpin umat Israel saat berperang menuju kemenangan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">1-19). Kepemimpinan Allah ini sekaligus menyatakan kehadiran Allah di tengah umat-Nya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">20-36). Nyanyian dalam mazmur ini mengingatkan kita kepada pernyataan Musa dalam bentuk nyanyian yang merayakan kehadiran Allah (Kel. 15). Nyanyian Musa ini menceritakan bagaimana Allah menolong umat Israel menyeberangi Laut Teberau (Kel. 15:1-12), saat Allah membinasakan Mesir yang mengejar mereka, lalu ketika Ia menghantar Israel masuk ke Tanah Perjanjian sehingga mereka dapat beristirahat dan menikmati hadirat-Nya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">13-18).

Tuhan digambarkan dalam Mazmur 68 ini sebagai Allah yang menghantar Israel melalui "padang belantara kehidupan". Pertama, Allah yang adil sebagai pelindung anak yatim dan pemelihara hidup janda, pengasuh mereka yang sebatang kara dan pembebas tawanan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">6-7). Kedua, Allah yang memberikan kesuburan kepada tanah yang tandus bahkan binatang-binatang yang kehausan disegarkan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11). Ketiga, Allah yang mencurahkan hasil jarahan dari para raja yang kalah perang kepada Israel (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">13-14). Keempat, Allah yang memberi keamanan sehingga Israel tiba di gunung Allah tempat mereka akan beristirahat dan menikmati hadirat-Nya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">16-19). Israel tidak pernah ditinggalkan sendirian sebab Tuhan selalu menyertai dan berperang bagi umat-Nya.

Merupakan suatu pengalaman indah jika kita bersedia berjalan, berjuang, dan berperang bersama Tuhan. Kesulitan hidup, "musuh-musuh yang siap menerkam dan membinasakan", atau masalah apa pun tidaklah menjadi rintangan besar tatkala kita menyadari bahwa Tuhan selalu hadir menyertai langkah kita. Ditapaki Allah, padang gurun segersang apa pun berubah menjadi kebun permai.

Renungkan: Bersama Tuhan kita akan menghadapi setiap masalah, dan keluar sebagai pemenang!

(0.03) (Mzm 85:1) (sh: Kemarin, kini, kelak (Rabu, 28 September 2005))
Kemarin, kini, kelak

Doa dalam mazmur ini mungkin dipanjatkan dalam era pasca pembuangan. Era itu masa kesulitan. Mereka harus membangun di atas puing-puing kehancuran, akibat dari ketidaksetiaan mereka terhadap Tuhan. Memang mereka sudah kembali dari pembuangan, namun Bait Allah seolah hampa hadirat-Nya. Tanah masih belum memberi hasil, juga kedamaian seolah masih jauh dari pengalaman nyata mereka. Realitas mereka waktu itu menyatakan bahwa sesudah pemulihan awal itu mereka masih memerlukan pemulihan lanjutan dari Allah.

Pada situasi demikian umat mengingat kembali bahwa Allah adalah pemulih, pengampun yang di masa lalu telah reda dari murka-Nya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-4). Pemazmur juga mengacu kepada sabda pelihat yang menatap ke depan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">9), yang menyatakan bahwa syalom akan terwujud dalam pengalaman nyata mereka (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-14). Dalam kepedihan pertobatan, timbul ingatan akan kasih setia Tuhan, juga kecermatan menatap penuh hasrat ke saat ketika syalom diwujudkan Allah di bumi ini. Dalam kaitan dengan dua keyakinan itulah pemazmur menaikkan permohonannya agar Allah memulihkan mereka dan meniadakan murka-Nya atas mereka (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">5-8).

Kegagalan dengan segala akibat pahitnya, juga kebutuh-an akan pemulihan Allah yang berkesinambungan bukan saja pengalaman umat Perjanjian Lama, tetapi juga kita kini. Tokoh-tokoh Kristen seperti Thomas a Kempis, Oliver Cromwell menarik pelajaran penting dari mazmur ini. Se-perti mereka, kita patut secara serius menghayati pertobatan dan kerinduan akan terwujudnya kesetiaan dan pemerintahan Allah yang dulu pernah Ia nyatakan dan yang kelak akan Ia genapkan, menjadi pengalaman nyata kita kini.

Renungkan: Kemarin, kini, dan kelak Allah tidak berubah dalam kesetiaan-Nya dan pasti merampungkan rencana-rencana kekal-Nya. Sepanjang masa kehidupan kita bisa menjadi bermakna dan bertujuan bila kita menghayati kebenaran ini.

(0.03) (Mzm 92:1) (sh: Bagaimana pertumbuhan rohani Anda? (Kamis, 6 Oktober 2005))
Bagaimana pertumbuhan rohani Anda?

Posisi Allah dari seharusnya tertinggi dan tersentral dalam hidup anak-anak Tuhan bisa dengan mudah tersingkir oleh berbagai alasan. Berbagai masalah kehidupan maupun bermacam-macam kesibukan dan tanggung jawab sering kali membuat orang Kristen secara tidak sadar menggeser Allah dari pusat kehidupannya.

Mazmur ini mengingatkan orang-orang beriman tentang pentingnya secara sadar memposisikan Allah sentral dan utama dalam hidup mereka (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">9). Sebagai suatu nyanyian untuk hari Sabat (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">1), mazmur ini mengajarkan umat Tuhan untuk merespons baik berkat-berkat-Nya dalam ciptaan maupun tantangan-tantangan hidup yang mereka hadapi dengan sikap yang benar.

Yang membedakan orang beriman dari orang fasik adalah di mana mereka masing-masing memposisikan Tuhan. Sikap meninggikan Tuhan pada orang beriman terungkap jelas dalam kebiasaan mereka bersyukur kepada-Nya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">2) dan hasrat mereka memberitakan kasih setia Tuhan sepanjang waktu (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">3). Orang fasik justru sebaliknya! Mereka tidak mengakui kebesaran Allah serta keagungan karya-karya-Nya karena mereka tidak menyadari bahwa semua realitas ini berasal dari Allah (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">7).

Prinsip Sabat adalah prinsip memposisikan Tuhan Allah di tempat tertinggi yang sesungguhnya sehingga semua yang lain akan berada pada posisi yang seharusnya. Bukan saja dalam situasi baik, dalam situasi tidak baik sekalipun sikap ini memberi pembebasan. Orang beriman tidak perlu dibelenggu oleh berbagai kekuatiran tentang kebutuhan hidup atau oleh ancaman-ancaman yang datang dari orang-orang fasik. Jika Tuhan yang bertakhta di surga bertakhta di hati, kita akan bertumbuh terus ke arah Dia (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">13-16). Sebaliknya, orang yang menggeser Tuhan ke luar hidupnya akan mengalami kekeringan rohani dan akhirnya binasa (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">8).

Renungkan: Apakah hidup Anda sedang bertumbuh ke arah Allah?

(0.03) (Mzm 95:1) (sh: Beri penghormatan bagi-Nya (Minggu, 9 Oktober 2005))
Beri penghormatan bagi-Nya

Hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Salah satunya adalah memilih untuk menyembah dan mengabdi kepada Tuhan, atau memilih untuk hidup bagi diri sendiri dan menolak Dia berdaulat atas hidup ini.

Seolah pendidik yang piawai, pemazmur membimbing umat Tuhan untuk memuji membesarkan Allah (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">1-2) lewat dua pendekatan. Pertama, melalui pendekatan positif. Mazmur ini menegaskan bahwa Allah adalah Raja atas alam semesta dan segala isinya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">3-5). Maka semua makhluk harus tunduk kepada-Nya. Pemazmur kemudian menegaskan bahwa Raja penguasa seluruh isi dunia ini telah bertindak secara khusus menggembalakan umat Israel (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">7). Umat telah merasakan dan mengalami tuntunan dan pemeliharaan-Nya. Seharusnya pengabdian umat dilakukan sebagai ucapan syukur atas kebaikan-Nya. Oleh karena Tuhan adalah Raja dan Gembala, maka memberikan penyembahan yang semarak dan tulus kepada-Nya adalah respons wajar umat Tuhan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">7).

Kedua, melalui pendekatan negatif. Mazmur ini memberi peringatan keras terhadap bahaya pengerasan hati seperti yang dilakukan oleh nenek moyang Israel di Meriba dan Masa (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">8-11; band. Ibr. 3:7-12). Akibat sikap hati yang tidak mau mengakui Allah sebagai Tuhan yang berdaulat dalam hidup mereka, Allah harus menghukum keras mereka dengan tidak mengizinkan mereka masuk ke Tanah Perjanjian.

Meninggikan Tuhan dalam disiplin rohani kita setiap waktu adalah prinsip yang paling tepat untuk menghindarkan diri dari bahaya pengerasan hati. Disiplin rohani menyembah, memuji, mengucap syukur, berdoa, dan membaca firman Tuhan adalah sikap dan tindakan yang serasi dengan kedaulatan dan kebaikan Allah. Apabila kita mengizinkan Roh-Nya menumbuhkan sikap dan tindakan tersebut dalam hidup kita, kita akan mengalami suasana perhentian dalam hati kita.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.03) (Mzm 101:1) (sh: Tekad seorang pemimpin (Sabtu, 15 Oktober 2005))
Tekad seorang pemimpin

Dalam pemerintahan kita mengenal istilah sumpah jabatan, yaitu janji yang diikrarkan seseorang sebelum menduduki posisi jabatan tertentu. Tentu saja sumpah jabatan bisa hanya sekadar pemanis bibir dan suara merdu di telinga, tanpa kesungguhan di dalam hati.

Mazmur raja ini memuat ikrar seorang raja keturunan Daud untuk menjadi pemimpin yang baik bagi umatnya. Pemazmur mulai dari tekad raja untuk menjadi pribadi yang berintegritas (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">1-4). Integritas seseorang berakar dari hubungan pribadinya dengan Tuhan. Oleh karena itu, ukuran kesalehan adalah hidup tidak bercela di hadapan-Nya serta memelihara ketulusan hati. Ini yang disebut integritas hati (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">2). Selanjutnya raja bertekad untuk mewujudkan integritas hati ke dalam sikap dan perbuatan yang benar (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">3-4). Hal itu dimulai dari rumah tangga kerajaan itu sendiri. Kata rumah di ayat kedua bisa menunjuk kepada keluarga raja atau lebih luas lagi seluruh isi istana. Bahkan bisa juga menunjuk kepada seluruh wilayah kerajaannya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">7).

Sikap raja yang peduli terhadap sikap dan perbuatan orang-orang yang tinggal di dekat dan di sekitarnya merupakan sikap yang sangat penting mengingat seringkali korupsi dan berbagai kejahatan muncul dari orang-orang yang dekat dengan kekuasaan. Tekad raja kemudian adalah menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">5-8). Raja akan membasmi kejahatan dari negerinya. Sebaliknya, orang yang hidup benar dan tidak bercacat cela akan dibelanya. Dengan demikian rakyat dituntut loyalitasnya kepada raja mereka melalui sikap dan perbuatan yang benar dan tepat.

Setiap Kristen dalam batas tertentu adalah seorang pemimpin. Kita masing-masing dipanggil untuk menjadi pemimpin yang berintegritas tinggi, setia kepada kebenaran dalam sikap dan perbuatan sehingga kita menjadi teladan bagi orang yang kita pimpin.

Renungkan: Kepemimpinan yang baik selalu mulai dari memberi diri dipimpin oleh Tuhan.

(0.03) (Mzm 104:1) (sh: Allah penguasa alam semesta (Selasa, 18 Oktober 2005))
Allah penguasa alam semesta

Sama seperti otoritas seorang raja yang memberi perintah bawahannya untuk mengelola harta miliknya, maka Allah menyatakan otoritas-Nya atas alam semesta supaya umat-Nya mengetahui siapa Dia. Allah adalah penguasa sejati alam semesta. Allah jauh lebih besar daripada alam semesta ciptaannya, sedangkan manusia jauh lebih kecil daripada alam semesta.

Alam semesta yang begitu besar tidak mampu menampung keagungan Allah yang jauh lebih besar (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">1). Ketika Allah hadir di alam semesta, semua unsurnya menjadi fasilitas yang melayani-Nya. Langit yang luas menjadi atap istananya, lautan menjadi kamar-kamarnya, awan sebagai kendaraan Allah, angin dan api sebagai pengawal-pengawal-Nya, dan bumi sebagai tumpuan kaki-Nya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">2-5). Dari gambaran maha dahsyat di atas, kendali Allah ditujukan sekarang ke bumi. Dalam kemahakuasaan-Nya Ia membatasi samudera raya yang begitu menakutkan manusia, pada tempat-tempat yang sudah ditentukan-Nya di bumi (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">7-9). Ini gambaran perlindungan Allah atas makhluk ciptaan-Nya. Lebih heran lagi, kemahakuasaan Allah itu digunakan-Nya untuk memenuhi kebutuhan segenap ciptaan-Nya sehingga tidak ada satu pun makhluk yang akan punah dalam pemeliharaan-Nya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">10-18). Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa adalah Allah yang peduli kepada setiap ciptaan-Nya.

Di hadapan Pencipta dan Penguasa satu-satunya alam semesta dan segala isinya, manusia adalah kecil, tak berdaya, dan fana. Namun, betapa si kecil ini sering tidak tahu diri menantang dan melawan-Nya. Hanya oleh anugerah-Nya kita tidak diganjar kebinasaan. Hanya karena kasih-Nya, Ia mengampuni kita dalam Tuhan Yesus. Biarlah kita hidup untuk menyenangkan Dia, memuliakan dan memuji nama-Nya, dan bersama dengan alam semesta menyaksikan kedahsyatan-Nya kepada setiap umat ciptaan-Nya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.03) (Mzm 112:1) (sh: “Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan” (Rabu, 1 Mei 2002))
“Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan”

Pernyataan yang kedengarannya janggal mengawali mazmur pujian ini. Kata “takut” biasanya berhubungan dengan keadaan jiwa yang tertekan dan tidak tenang. Namun, pengertian tersebut berbeda dalam perikop ini. “Takut” di sini dapat berarti “hormat kepada” atau “kagum akan”. Seseorang yang berhadapan dengan kuasa dan kehadiran Allah akan merasa takut kepada-Nya (kagum atau hormat kepada Allah) karena peristiwa itu telah membangkitkan keinginan untuk hidup benar di hadapan Allah, dan tunduk terhadap kekuasaan-Nya. Itulah sebabnya kalimat “takut akan Tuhan” dipakai sejajar dengan pengertian “mengabdi” (Ul. 6:13), “mengasihi” (Ul. 10:12), “beribadah” (Ul. 10:20), “hidup menurut jalan-Nya” (Ul. 8:6) dan “melakukan ketetapan-Nya” (Ul. 6:4). Orang percaya, yang memuji perbuatan besar Allah dan beribadah, akan merasakan aliran kebahagiaan dan kekaguman yang luar biasa hingga akh irnya mengabdikan hidup mereka seluruhnya kepada Tuhan.

Dampak apa yang akan diperoleh setiap orang yang takut akan Allah? Pemazmur menyajikannya dengan indah sekali. Dikatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan dan cinta firman-Nya akan menerima kelimpahan harta yang luar biasa, sekalipun kehidupannya juga tak lepas dari beragam ancaman (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">7-8). Harta di sini, bagi pemazmur, bukanlah sepenuhnya bermuara pada harta materi. Dalil ini sering menimbulkan salah paham, bahwa orang yang berlimpah harta materi dapat membanggakan diri bahwa Allah berkenan kepada mereka. Sebenarnya pemazmur menyampaikan pesan bahwa berkat materi diperoleh bukan karena mengumpulkan, tetapi karena memberi dengan bermurah hati. Harta terindah bagi orang yang takut akan Tuhan adalah anak cucunya akan perkasa di bumi (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">2), kebajikan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">3b), mengalami terang dalam gelap (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">4a), memiliki hati yang pengasih (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">4b), iman yang tak goyah (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">6a), hati yang tetap teguh, penuh kepercayaan kepada Tuhan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">7b).

Renungkan: Berkat Tuhan haruslah ditempatkan proporsional, sebagai akibat dari takut akan Tuhan, berkat pun harus dihayati dalam takut dan syukur kepada Tuhan.

(0.03) (Mzm 115:1) (sh: Tujuan ibadah (Sabtu, 4 Mei 2002))
Tujuan ibadah

Sebagaimana gong besar dipukul berulang-ulang untuk menentukan nada lagu, demikian mazmur ini dibuka dengan perkataan, “Bukan kepada kami …”. Pemazmur mengemukakan tentang tujuan dari ibadah umat yang sebenarnya ialah memberikan kemuliaan kepada Tuhan karena kasih dan kesetiaan Allah. Ini amat berbeda dari bangsa-bangsa kafir yang bertanya dengan nada menghina, merendahkan kemuliaan Allah dan melukai hati orang beriman, “Di mana Allah mereka?” (bdk. Mzm. 42:4). Terhadap ejekan bangsa–bangsa lain, bangsa Israel menyatakan imannya bahwa Allahnyalah yang berkuasa sedang dewa-dewa bangsa lain hanyalah buatan tangan manusia dan sama sekali tidak berdaya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" vsf="TB" ver="">3-8).

Karenanya, pemazmur mengajak umat Israel, para imam keturunan Harun, dan orang-orang yang takut akan Tuhan untuk “Percayalah pada Tuhan”. Ajakan pemazmur ini diresponi dengan ucapan bersama , “Dialah pertolongan dan perisai mereka”. Sebagai perisai, Allah menyelamatkan, melindungi dan menolong sedemikian rupa sehingga orang-orang-Nya yang terjatuh, dan tertunduk lemah dapat mengangkat kepalanya kembali. Orang-orang yang percaya akan Tuhan itu pun aman karena dikelilingi kasih setia Allah (lih. Mzm. 32:10). Mereka juga tahu dengan pasti bahwa Tuhan akan bertindak (lih. Mzm. 37:3,5) sehingga mereka dapat menghadapi beragam tantangan dengan tenang.

Bila Tuhan Allah mengingat umat-Nya, Ia bertindak sesuai dengan perjanjian-Nya dan memberi berkat kepada umat Israel. Berkat Tuhan ini menyeluruh baik terhadap orang-orang kecil maupun besar. Karena langit kepunyaan Tuhan dan bumi telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">16), maka selama umat Allah masih hidup, dalam kesempatan apa pun mereka patut memuji Allah selama-lamanya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">18). Pujian harus terus dikumandangkan oleh angkatan yang akan datang. Jangan menunda memuji Allah, karena orang-orang mati tidak dapat lagi melakukannya (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">17).

Renungkan: Manusia memiliki hati dan otak yang dapat merenungkan kebesaran dan kebaikan Allah sehingga mendorong mulut memuji Dia dengan tulus.

(0.03) (Mzm 119:33) (sh: Firman-Mu kehidupanku (Minggu, 22 Agustus 1999))
Firman-Mu kehidupanku

Fungsi firman Tuhan. Ada beberapa pengertian dari kata-kata yang diungkapkan pemazmur tentang firman Tuhan: (1) petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu; (2) Taurat-Mu; (3) perintah-Mu; (4) jalan-jalan yang Kautunjukkan; (5) janji-Mu; (6) hukum-Mu; (7) titah-Mu; (8) keadilan-Mu; (9) firman-Mu. Penggunaan kata-kata ini menunjukkan bahwa pemazmur sungguh merasakan dan mengalami betapa pentingnya, kayanya, dalamnya pengertian, dan kuasa firman Tuhan dalam hidupnya. Tak ada buku lain yang memiliki kekayaan fungsi seperti firman-Nya, karena Allah sendiri yang berfirman. Ketika kita menyadari dan mengalami kekayaan fungsi dan keajaiban firman Tuhan, tak sedetik pun kita akan mengabaikan firman-Nya, karena firman-Nya terlalu berharga.

Sikap terhadap firman Tuhan. Keyakinan pemazmur akan pentingnya firman Tuhan mewarnai sikapnya terhadap firman-Nya: (1) memegang sampai saat terakhir; (2) memegang dan memelihara dengan segenap hati; (3) hidup menurut; (4) mencondongkan hati; (5) hidup sesuai; (6) rindu; (7) percaya; (8) berharap; (9) berpegang selamanya; (10) mencari; (11) bergemar; (12) mencintai; (13) bergemar; (14) merenungkan. Sikap-sikap ini muncul dalam diri seorang yang sungguh mengalami betapa indahnya firman-Nya, yang telah memimpin, menolong, memurnikan, dan menyucikan. Bila kita memiliki sikap terhadap firman Tuhan seperti pemazmur, maka kuasa firman-Nya akan menjadi bagian dalam kehidupan kita.

Hidup dalam kelegaan. Hidup karena firman Tuhan dan di dalam firman Tuhan akan memberi kelegaan sejati. Kelegaan Kristen bukan tergantung pada sepinya pergumulan atau lancarnya usaha, tetapi bila Kristen hidup sesuai dengan kebenaran firman-Nya. Kerinduan seperti inilah yang akan memotivasinya untuk sungguh-sungguh mencari dan memegang firman Tuhan sampai akhir, karena firman Tuhan adalah kehidupannya.

Doa: Ya Tuhan Yesus, berikanku firman-Mu, agar aku hidup berpegang dan menaatinya. Aku rindu firman-Mu mengubah hidupku.

(0.03) (Ams 3:13) (sh: Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah (Kamis, 20 November 2003))
Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah

Dalam bukunya, Twice Pardoned, Harold Morris menyaksikan hidupnya. Sebagai seorang pemuda ia bergaul dengan teman-teman yang nakal. Hingga suatu saat, bersama dengan teman-temannya, Morris merampok sebuah gudang. Dalam peristiwa itu, penjaga gudang mati terbunuh. Morris dituduh sebagai penyebab kematian itu sehingga ia dijatuhi hukuman mati. Di saat-saat penantian eksekusi itu, ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus dan Tuhan memberikan kesempatan padanya: ia mendapatkan grasi dan dibebaskan dari penjara. Sejak saat itu ia selalu menyaksikannya kepada anak-anak muda dan mengimbau mereka untuk bijaksana dalam memilih teman dan menentukan jalan hidup.Firman Tuhan mengingatkan kita tentang pentingnya hikmat. Hikmat lebih berharga daripada perak, emas dan permata (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">14-15). Hikmat memberikan kita kedamaian sehingga kita dapat tidur dengan nyenyak (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">24). Harold Morris mengakui, karena tidak berhikmatlah ia harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun; ia telah membayar harga mahal untuk kecerobohannya. Firman Tuhan juga mengaitkan hikmat dengan penyertaan dan penjagaan Tuhan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">3:25-26). Dengan kata lain, hikmat yang dimaksudkan di sini bukanlah hikmat manusiawi yang lepas dari jalur kehendak Allah. Hikmat bukanlah kecerdikan akal manusia yang mungkin bisa membebaskan kita dari masalah; sebaliknya, kadang hikmat membawa kita masuk ke dalam masalah namun kita tahu, bahwa itulah kehendak Allah. Hikmat memberi kita ketenangan sebab kita yakin bahwa kita berada dalam kehendak Allah. Secerdik apa pun akal kita dan seberapa besar pun keberhasilan kita lolos dari masalah, jika itu bukan jalan Tuhan, itu bukan hikmat dan di dalamnya tidak akan kita jumpai sentosa.

Renungkan: Tempat yang paling aman di dunia adalah di tengah kehendak Allah.

(0.03) (Ams 22:17) (sh: Bagaimana hidup bijaksana? (Kamis, 26 Oktober 2000))
Bagaimana hidup bijaksana?

Setiap orang mendambakan hidup bijaksana, tetapi apakah setiap orang tahu bagaimana caranya? Amsal-amsal orang bijak atau hikmat lebih dari pengetahuan apa pun bagi setiap orang yang mau hidup bijaksana. Mereka tidak akan meremehkan hikmat, tetapi memasang telinga untuk mendengarkan dan memberi perhatian, kemudian menyimpannya dalam hati. Inilah yang menyenangkan hatinya. Bukan karena telah tersedia timbunan harta di rumahnya atau tingginya kedudukan di pundaknya, namun karena ia telah memperoleh yang terpenting dan terutama dalam hidupnya yakni hikmat.

Hikmat menuntun seseorang hidup percaya dan mempercayakan dirinya kepada Tuhan. Ia tidak lagi meletakkan pengharapannya kepada materi, benda-benda tertentu yang memiliki kekuatan, ataupun seseorang yang dianggapnya mampu memberikan perlindungan. Hanya kepada Tuhanlah ia menaruh kepercayaannya. Hikmat akan mengajarkan makna hidup sesungguhnya, walaupun segala sesuatu akan hilang dan musnah, namun kebergantungan kepada Tuhan tidak pernah akan mengecewakan. Penulis Amsal sangat menekankan pentingnya hikmat, maka ia mengulang beberapa kali kata 'aku telah menuliskannya' dan 'aku mengajarkan'. Betapa seriusnya penulis Amsal mengatakan bahwa hikmat mengajar seseorang untuk mengetahui yang benar dan sungguh, sehingga ia tidak pernah gentar dan gelisah untuk memberikan jawaban yang tepat kepada setiap orang yang menyuruhnya.

Hidup bijaksana tidak semata berkaitan dengan diri sendiri, tetapi juga dengan sesama. Kita tidak seharusnya bersikap sewenang-wenang terhadap orang-orang yang lemah dan berkesusahan. Seringkali manusia tidak lagi memandang ke bawah ketika sudah berada di tangga pimpinan atau menjadi seorang jutawan. Dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya, ia 'membeli' orang-orang lemah dan tak berdaya untuk memuaskan hasratnya, menganggap mereka hanyalah 'sapi perahan' yang pasrah. Penulis mengingatkan bahwa Tuhan yang akan membela mereka dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka.

Renungkan: Tak seorang pun layak menganggap dirinya lebih layak, lebih kaya, lebih terhormat, lebih berkuasa daripada orang lain, karena ini berarti kita melawan Tuhan Pembela orang lemah. Bersikaplah bijaksana baik terhadap diri sendiri maupun sesama!

(0.03) (Ams 24:19) (sh: Tinggalkan sikap pandang bulu dan pemalas (Senin, 30 Oktober 2000))
Tinggalkan sikap pandang bulu dan pemalas

Pengadilan adalah untuk menegakkan keadilan. Bila di dalam pengadilan tidak ditemukan lagi keadilan, sesungguhnya pengadilan telah kehilangan fungsi dan perannya. Bukan keadilan, ketertiban, keamanan, dan kebenaran yang ditegakkan, namun yang terjadi adalah kekacauan dan penindasan hak orang benar. Kebenaran dan keadilan telah dimanipulasi dengan berbagai cara dan selubung kemunafikan. Tak mudah bagi segelintir orang yang mungkin masih memiliki nurani keadilan dan kebenaran untuk tetap menyuarakannya, karena tidak sedang berhadapan dengan pribadi tertentu tetapi sebuah sistem global.

Betapa menyedihkan ketika kita membaca berbagai kasus yang akhirnya ditangisi oleh pihak lemah setelah keputusan pengadilan dijatuhkan. Apa yang Kristen lakukan melihat kenyataan seperti ini? Mungkin kita tidak dapat melakukan apa pun karena jabatan kita bukanlah seorang hakim, seorang jaksa, atau seorang pembela. Tetapi bila kita berkesempatan menjadi saksi, apa yang harus kita katakan? Penulis Amsal mengatakan bahwa kita harus menjadi saksi kebenaran dan memihak yang benar. Tak ada 'alasan relasi' bagi kita untuk membelanya bila ia memang bersalah. Tak ada alasan juga bagi kita untuk tidak membela orang yang benar karena bukan relasi kita. Sikap pandang bulu tak pernah dibenarkan dalam kasus apa pun.

Selain sikap pandang bulu, sikap pemalas juga harus ditinggalkan. Seorang pemalas tak pernah belajar menghargai waktu dan hidupnya. Ia tak pernah memikirkan kebutuhan hidupnya dan bagaimana cara mencukupinya. Ia tak pernah memikirkan kesusahan masa depan karena lumbungnya kosong. Ia tak pernah berusaha menata hidupnya dari sekarang. Ia baru akan menyadari setelah kemiskinan dan kekurangan melanda hidupnya, tetapi semuanya sudah terlambat. Betapa menderitanya hidup seorang pemalas, karena ia tak pernah menyadari betapa malangnya hidupnya. Ketika ia menyadari ternyata semua sudah terlambat. Kemiskinan dan kekurangan tiba-tiba datang menyerbu, tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk menolaknya.

Renungkan: Sikap pandang bulu dan kemalasan hanya dimiliki oleh orang yang tidak pernah belajar menghargai sesama dan arti kehidupan ini.

(0.03) (Ams 25:1) (sh: Tokoh bukan karena kekuatan tetapi karena kebenaran (Selasa, 31 Oktober 2000))
Tokoh bukan karena kekuatan tetapi karena kebenaran

Kokohnya sebuah kerajaan bergantung pada raja yang memerintah. Bila raja memerintah dengan menyalahgunakan kekuatan semata demi kejayaannya, maka pada suatu waktu rakyatnya akan memberontak, dan tergulinglah kejayaannya. Bila raja memerintah semata untuk menyenangkan hati rakyat, maka suatu waktu ia akan mengalami kesulitan besar menghadapi berbagai kemauan rakyat yang tidak sama. Kedua sikap ini berakibat kegagalan dan kehancuran. Jika demikian, bagaimana caranya seorang raja memerintah dengan baik?

Penulis Amsal mengatakan bahwa kemuliaan raja bukan terletak pada kekuatan dan kejayaan secara materi, tetapi bagaimana ia mengokohkan takhtanya di atas kebenaran. Ia menyelidiki segala sesuatu dengan cermat, apakah ada ketidakbenaran, ketidakadilan, penyimpangan hukum, rencana-rencana jahat yang tersembunyi, pelecehan hak dan kewajiban, dll. Berdasarkan penyelidikan yang cermat, ia tidak mengambil tindakan gegabah. Segala ketidakbenaran dan penyimpangan akan ditindak dengan tegas, sehingga kebenaran dan keadilan kembali ditegakkan. Ia pun tak segan-segan menyingkirkan para provokator dan pelaku kejahatan, agar kejahatan tidak merajalela di dalam kerajaannya. Ia berani memecat para pejabat kerajaan bila mereka ternyata telah menyalahgunakan kekuasannya, sekalipun mereka pernah berjasa bagi raja atau kerajaannya. Ia tak pandang bulu dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan. Demikianlah kerajaannya tetap kokoh di atas kebenaran.

Karena itu di hadapan seorang raja atau pembesar, janganlah berlagak penting sehingga menempatkan diri sesuai penilaian diri. Bagaimana pun penilaian orang lain terhadap diri kita tidak selalu sama dengan kita menilai diri sendiri, bisa lebih positif tetapi bisa

juga lebih negatif. Betapa malunya kita bila telah menempatkan diri lebih dari penilaian orang lain, sehingga kita merasa direndahkan. Oleh karena itu, lebih baik kita mawas diri agar tidak dipermalukan, dan biarlah orang lain yang memberi tempat terbaik sesuai dengan penilaian mereka.

Renungkan: Janganlah berhenti berdoa bagi para pemimpin bangsa kita agar mereka berani dan rela menegakkan kebenaran dan keadilan. Karena pemerintahan yang kokoh dipimpin oleh pemimpin yang berani dan rela menegakkan kebenaran tanpa pandang bulu.

(0.03) (Pkh 1:1) (sh: Arti hidup (Rabu, 29 September 2004))
Arti hidup

Ada sebuah kisah tentang seorang misionaris tua yang pada masa mudanya mengembara ke berbagai negara di dunia ini untuk menemukan arti hidupnya. Akan tetapi, ia tidak memperoleh arti hidup yang dicarinya itu, sebaliknya ia justru "ditemukan" oleh Tuhan. Pada waktu Tuhan menemukannya misionaris itu pun mendapatkan arti hidupnya. Sekarang ia melayani Tuhan dan mendapati bahwa sebenarnya, arti kehidupan adalah jika kita berjalan dalam kehendak Allah.

Raja Solomo yang diyakini banyak penafsir Alkitab sebagai penulis kitab Pengkhotbah (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">1,12) menyatakan bahwa semua kegiatan manusia dan "gerakan" alam di dunia adalah kesia-siaan karena peristiwa itu merupakan aktivitas berulang yang membosankan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">3-7). Bahkan isi hikmat dan ajaran pengetahuan dunia ini merupakan pengulangan dari ilmu yang pernah ada sebelumnya dan yang pada akhirnya akan dilupakan (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">9-11). Menurut Raja Salomo hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang mulia seperti hikmat dan pengetahuan dunia sekalipun tetap merupakan kesia-siaan dan tak dapat memahami hidup (ayat memberi+kepastian&tab=notes" ver="">8,18).

Kita perlu mengerti adanya keterbatasan-keterbatasan dalam hidup ini yang tidak mampu kita hindari, seperti kematian, proses menjadi tua, dsb. Maka kita pun harus mengetahui apa yang dapat kita kerjakan untuk dicapai dalam kehidupan ini. Kita mungkin beranggapan bahwa kesuksesan, kekayaan, kesehatan, paras cantik/tampan, kepintaran dan ketenaran dapat memberi kita kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup ini. Namun, pandangan ini tidak selalu tepat sebab semua hal tersebut mungkin memberikan kita kelimpahan materi dan status sosial di masyarakat, tetapi belum tentu menghasilkan kebahagiaan dan kepuasan hidup yang benar. Sebaliknya, Tuhan Yesus menjanjikan damai sejahtera dan berkat yang "membuahkan" kebahagiaan serta arti hidup yang sesungguhnya, tersedia bagi siapa saja yang mau menerima-Nya dalam kehidupan ini (Yoh. 10:10).

Renungkan: Menikmati hidup tanpa Tuhan akan berakhir dengan kesia-siaan, sedangkan menjalaninya bersama Tuhan memperoleh damai.



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA