(0.28830164444444) | (Mrk 5:21) |
(sh: Tidak ada masyarakat kelas dua (Kamis, 6 Maret 2003)) Tidak ada masyarakat kelas duaTidak ada masyarakat kelas dua. Masyarakat Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas dua. Bagi perempuan normal (=sehat) keadaan ini sudah merupakan siksaan, apalagi bagi perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun. Direndahkan, dianggap najis dan dikucilkan dari masyarakat karena setiap orang yang menyentuhnya juga menjadi najis. Markus mengisahkan kepada jemaat saat itu, juga kita saat ini, bagaimana Yesus mendobrak tradisi itu. Yesus membiarkan diri-Nya disentuh oleh perempuan yang dianggap najis dan dikucilkan setelah perempuan itu berhasil menerobos kerumunan orang banyak hanya untuk menyentuh jubah-Nya. Ajaibnya, perempuan itu menjadi sembuh. Tidak ada seorang pun yang menyadari peristiwa ajaib tersebut -- selain Yesus dan perempuan itu -- kalau Yesus tidak mengklarifikasinya. Dalam klarifikasi itu Yesus menyatakan sekaligus menegaskan bahwa perempuan yang mereka anggap "najis" itu telah menjadi tahir, suci sehingga harus diterima di ingkungan sosialnya; dan bahwa kesembuhan itu terjadi karena ia beriman kepada Yesus. Dengan imannya perempuan itu tidak menyerah pada kendala yang dihadapinya untuk memperoleh jamahan kuasa Allah. Melalui peristiwa ini Markus mengajak jemaat, juga kita untuk melihat tiga hal: pertama, bahwa perempuan bukan masyarakat kelas dua, yang dapat diperlakukan seenaknya. Yesus melakukan ini sebagai upaya mendobrak tradisi waktu itu. Kedua, bahwa diri-Nya adalah Mesias. Dialah yang berkuasa atas segala penyakit. Ketiga, kesembuhan dan keselamatan dikerjakan oleh Firman dan iman kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Renungkan: Yesus bisa memakai berbagai cara untuk menolong kita mengatasi berbagai pergumulan hidup, selama kita percaya dan berkeyakinan sungguh pada kuasa-Nya. |
(0.28830164444444) | (Mrk 10:1) |
(sh: Cita-cita Allah (Selasa, 25 Maret 2003)) Cita-cita AllahCita-cita Allah. Salah satu topik penting yang terus dibicarakan dan diperdebatkan di kalangan Kristen adalah perceraian. Dari dulu, gereja menggumuli bagaimana mengatasi persoalan ini. Namun, persoalan ini semakin pelik dan sulit dicarikan titik temunya karena masing-masing gereja memiliki persepsi sendiri. Bagaimana Alkitab memandang hal ini? Dengan tujuan hendak menguji apakah Yesus sepandangan dengan Musa, orang Farisi bertanya tentang perceraian. Namun usaha pengujian ini menjadi sia-sia karena ternyata Yesus justru balik bertanya mengenai apa yang Musa perintahkan. Kemungkinan besar, Yesus sudah tahu maksud orang-orang Farisi yang ingin mengadunya dengan pandangan Musa. Tetapi, orang-orang Farisi itu tidak menjawab apa yang diperintahkan tetapi apa yang diperbolehkan Musa. Memang, menurut Ulangan 24:1, Musa memperbolehkan perceraian dengan syarat ada surat perceraian. Yesus tidak menyangkal hal itu, tetapi ketentuan itu diberikan bukan berdasarkan perintah Allah, yang diberikan sejak awal penciptaan, tetapi untuk memuaskan kedegilan hati orang-orang zaman itu. Yesus menjelaskan dua hal penting tentang cita-cita Allah menciptakan laki-laki dan perempuan (lih. Kej. 1:27 dan 2:24). Pertama, pernikahan adalah rencana Allah. Di dalamnya laki-laki dan perempuan hidup dalam suatu persekutuan yang tak terpisahkan, saling berbagi, saling mengisi, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan harus berlangsung seumur hidup. Kedua, laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya untuk menjadi "satu daging" dengan istrinya. Artinya, mereka berada dalam persekutuan hidup yang utuh dan permanen. Karena itu tidak mungkin dipisahkan, bahkan dengan alasan apa pun! Renungkan: Pernikahan Anda dengan istri atau suami Anda adalah cita-cita Allah untuk Anda. Karena itu peliharalah perkawinan Anda sebagai bentuk syukur Anda kepada Allah. |
(0.28830164444444) | (Mrk 11:27) |
(sh: Abstain terhadap kebenaran (Rabu, 2 April 2003)) Abstain terhadap kebenaranAbstain terhadap kebenaran. Kita di Indonesia terbiasa mengerti, membaca, mendengar kata "politik" dan "kuasa" dalam makna silat kata, dan sering kali berujung pada silat antar pendukung. Nas ini memberikan suatu dimensi baru bagi kata "politik". Karya-karya mukjizat Yesus ternyata juga punya dimensi politis, sehingga menarik perhatian para petinggi sosio-religius Yahudi. Pertanyaan para imam dan ahli Taurat itu bukanlah pertanyaan polos penuh kekaguman yang ingin sungguh-sungguh mengetahui kuasa yang menyebabkan Yesus mampu melakukan semua itu. Pertanyaan mereka adalah pertanyaan yang berusaha mengeksplorasi kemungkinan- kemungkinan untuk menjatuhkan Yesus. Respons Yesus justru membalikkan pertanyaan mereka sehingga kini para iman dan ahli Tauratlah yang terpojok dan harus memutuskan: menurut mereka sendiri dari manakah kuasa Yesus berasal? Respons mereka yang berupa jawaban "tidak tahu" sangat menyedihkan. Pemimpin bangsa memutuskan mana yang "benar" berdasarkan pertimbangan yang picik dan mementingkan diri secara politis, dan akhirnya bersikap pengecut dengan tidak berani menerima implikasi pertanyaan mereka sendiri. Kuasa Yesus jelas datang dari Allah ("surga", ayat 30, adalah kata ganti favorit orang Yahudi untuk Allah, demi menaati hukum ke- 3), sama seperti jika kuasa dan panggilan Yohanes untuk membaptis dan memberitakan seruan pertobatan. Keduanya terkait. Menyatakan bahwa salah satu dari Allah berarti menegaskan keduanya dari Allah, juga sebaliknya. Kiranya Kristen masa kini tidak menjadi seperti para imam yang dengan konyol memilih tidak tahu pada saat harus memilih. Renungkan: Dalam mengakui, menyatakan dan memperjuangkan kebenaran, tidak dikenal pilihan abstain. Sabda Yesus: "barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku ..." (Mat. 12:30). |
(0.28830164444444) | (Mrk 16:9) |
(sh: Kesan dan pesan (Senin, 21 April 2003)) Kesan dan pesanKesan dan pesan. Bagaimana respons para murid mendengar kabar tentang kebangkitan Yesus yang dibawa oleh para perempuan yang baru kembali dari kubur Yesus, dan dari dua orang murid ketika dalam perjalanan menuju Emaus? Mereka tidak mempercayai berita tersebut. Karena ketidakpercayaan itulah maka Yesus menampakkan diri kepada mereka, dan mencela ketidak-percayaan dan kedegilan hati mereka. Jika kita melihat kedekatan dan kebersamaan para murid dengan Yesus, rasanya mustahil jika mereka tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Apa alasan mereka? Menurut Markus hal ini disebabkan oleh perbedaan persepsi tentang model mesias yang mereka nantikan. Murid-murid menantikan Mesias yang memiliki kekuasaan politis yang mampu mengenyahkan musuh-musuh Israel secara politis, dan membangun suatu negara yang damai dan makmur. Persepsi ini membuat mereka tidak siap menerima fakta bahwa Yesus Kristus, sang Mesias harus menderita dan mati. Sebaliknya, konsep Mesias menurut Yesus harus menderita (Mrk. 8:34). Model kemesiasan inilah yang tidak dimengerti oleh murid-murid. Walau demikian melalui penampakkan itu mereka diyakinkan. Lalu Yesus mengutus mereka ke seluruh dunia, untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk. Mereka juga diberikan kuasa untuk melakukan tanda-tanda mujizat. Menarik untuk diperhatikan adalah bahwa kabar sukacita bukan hanya ditujukan kepada manusia, tetapi juga kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana mereka mengalami Injil? Eksploitasi lingkungan secara tidak bertanggung jawab, pembakaran hutan, pembuangan limbah beracun, dlsb. menunjukkan bahwa berita sukacita itu tidak manusia sampaikan kepada mereka. Renungkan: Berita Injil semakin samar terdengar. Keadaan ini seharusnya mendorong gereja untuk makin giat memberitakan Injil. |
(0.28830164444444) | (Luk 1:1) |
(sh: Mempersiapkan calon pemimpin (Senin, 22 Desember 2003)) Mempersiapkan calon pemimpinMempersiapkan calon pemimpin. Catatan akurat Lukas menempatkan dirinya dalam jajaran sejarawan handal pada zamannya. Apalagi tujuannya kalau bukan menyajikan sejarah Kristen awal yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sekaligus meneguhkan iman kepada tokoh sejarah itu, Tuhan Yesus. Lukas memulai kisahnya dengan kelahiran seorang penyiap jalan bagi tokoh terbesar sepanjang sejarah besar yaitu kelahiran Yohanes. Kelahirannya unik walaupun tidak tanpa preseden dalam sejarah Alkitab. Ia dikandung oleh ibu yang secara biologis mustahil mengandung. Namun, kelahirannya dinubuatkan malaikat. Itu sebabnya sejak dalam kandungan ia telah dipenuhi oleh Roh Kudus. Bahkan Lukas menonjolkan perannya yang lain, yaitu bahwa ia akan membuat orang lain bersukacita, membawa orang kembali kepada Tuhan, dan mendamaikan hubungan di dalam keluarga, pendek kata mempersiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan.
Sehubungan dengan tugasnya, maka sejak kecil ia harus dikuduskan,
ditahirkan. Ia sejak kecil sudah dinazirkan, demikian istilahnya
pada masa itu. Berarti kehidupannya dibedakan secara sengaja,
karena memang diperuntukkan sepenuhnya melayani Tuhan. Salah
satu kriteria nazir ialah tidak boleh minum minuman keras ( Calon-calon pemimpin macam apa yang kita persiapkan? Adakah sejak dini, mereka sudah dibekali dengan doa dan firman agar Roh Tuhan sendiri menguduskannya? Sudahkah kita bekali anak-anak kita dengan takut akan Tuhan dan menjauhi hal-hal dosa? Renungkan: Generasi muda yang kita didik dan besarkan, suatu hari akan menjadi pemimpin dalam berbagai bidang kehidupan. Apakah yang sudah kita lakukan untuk mempersiapkan mereka? |
(0.28830164444444) | (Luk 1:18) |
(sh: Ketika tidak mengerti, harusnya tetap percaya (Selasa, 23 Desember 2003)) Ketika tidak mengerti, harusnya tetap percayaKetika tidak mengerti, harusnya tetap percaya. Ketika ragu, nyatakan imanmu dengan mempercayakan diri kepada Tuhan. Sering kita tidak dapat mengerti bagaimana mungkin janji Tuhan dapat digenapi dalam hidup kita, terutama bila kita melihat situasi yang sama sekali tidak berpengharapan. Rasa pesimis ini justru memacu kita untuk menolak mempercayai kebenaran. Seperti halnya Zakharia, seorang imam yang menolak untuk percaya pada kebenaran Allah. Akibatnya, ia dihukum menjadi bisu! Mengapa bisu? Tentu banyak alasan bisa diberikan. Tetapi satu alasan yang jelas, Zakharia sebagai imam, dipakai oleh Tuhan untuk membawakan doa-doa umat kepada-Nya. Mulut yang biasa dipakai untuk melantunkan doa, kali ini dibungkamkan oleh ketidakpercayaannya kepada pernyataan hamba Tuhan, malaikat Gabriel. Bisu adalah hukuman atas ketidakpercayaan Zakharia. Bisu juga adalah alat untuk mencegah Zakharia bertindak munafik, dengan tetap melantunkan doa permohonan ampun umat kepada Allah, mencegahnya kepada dosa yang lebih berat! Akan tetapi, respons Zakharia berbeda dengan respons Elisabet. Ketika mengetahui dirinya mengandung, ia memuji Tuhan. Ia langsung mengenali perbuatan tangan Tuhan yang baik telah berlaku atasnya. Perhatikan ucapan Elisabet, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” Ucapan ini mengandung kesaksian atas apa yang Tuhan sudah lakukan pada dirinya. Tuhan dipermuliakan melalui kesaksian atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Zakharia dicegah dari kemungkinan “memalukan” Tuhan, sementara Elisabet diberi kebebasan untuk “memuliakan” Tuhan. Zakharia mungkin tidak perlu “ditutup” mulutnya oleh malaikat, andaikata dalam keraguan ia bersikap seperti nantinya, Maria (bdk. 1:38), “Jadilah kehendak-Mu atasku.” Renungkan: Waktu Anda menghadapi kemustahilan dalam hidup Anda, apakah menurut Anda hal itu mustahil juga bagi Tuhan? |
(0.28830164444444) | (Luk 2:15) |
(sh: Merespons kabar baik (Senin, 29 Desember 2003)) Merespons kabar baikMerespons kabar baik. Apa respons Anda seandainya Anda menerima berita yang mengatakan bahwa Anda memenangkan sebuah mobil merk BMW? Respons apa yang Anda berikan? Mungkin Anda akan bersikap skeptis mengingat begitu banyak berita-berita palsu yang bertujuan ingin menyedot dana Anda di bank. Tapi bila seandainya kabar itu benar, karena dikonfirmasi oleh orang yang tepat, apa respons Anda? Ketika para gembala mendengar berita otentik dari Surga kabar baik bagi umat manusia mereka merespons dengan mengambil tindakan sesuai petunjuk. Mereka bergegas menuju Betlehem untuk menemukan bayi yang terbaring di palungan, terbungkus kain lampin. Segera sesudahnya kabar baik itu mereka ceritakan kepada orang-orang yang hadir di situ. Mereka menyatakan sukacita dan syukur karena Mesias yang sudah lahir itu. Respons tepat, polos dan penuh iman. Berita tersebut ternyata membuat banyak orang merasa heran, karena sulit dimengerti. Namun, semua itu tidak menjadikan mereka skeptis, tetapi semakin mengagumi dan dengan sendirinya terdorong untuk menyembah Allah. Lain halnya dengan Maria. Ia terkagum-kagum oleh kebesaran Allah dan bersyukur. Ia menyimpan semua itu di dalam hati, dan berkontemplasi. Bagi Maria, semua itu harus dicerna agar dipahami secara mendalam, karena akan berpengaruh besar dan menentukan bagi hidupnya, maupun hidup umat. Alangkah baiknya kalau tiga macam respons ini ada dalam hidup kita: terus menerus kagum oleh karya Allah dalam hidup kita, sehingga perlu merenung diri dan menghayati kedalaman anugerah Allah. Bergegaslah seperti gembala, melangkahkan kaki untuk melihat semua kebenaran dan menceritakan kasih Tuhan kepada orang lain. Renungkan: Kristus sudah lahir sebagai Juruselamat Anda. Apa yang Anda sudah lakukan sebagai respons? |
(0.28830164444444) | (Luk 6:17) |
(sh: Kebahagiaan vs nestapa (Sabtu, 17 Januari 2004)) Kebahagiaan vs nestapaKebahagiaan vs nestapa. Yesus datang untuk membawa kebahagiaan sejati kepada umat-Nya. Namun, kebahagiaan macam apa yang Yesus berikan? Orang banyak yang melihat kehebatan Yesus dalam hal menyembuhkan sakit penyakit, mengusir roh jahat, datang untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Namun, Yesus menunjukkan kepada mereka hal yang lebih fundamental. Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kesehatan, kelepasan dari tekanan mental, atau pun kelepasan dari berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Kebahagiaan sejati adalah mengenal Allah dan kehendak-Nya, serta hidup di dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya. Itu bisa disimpulkan dari ayat 20-23. Kemiskinan, kelaparan, dukacita karena dibenci dan ditolak, dan disalahmengerti, bahkan sampai kematian sekali pun tidak dapat menghilangkan sukacita kita karena mengetahui bahwa kita dikasihi Tuhan. Sebaliknya, seseorang boleh saja memiliki kekayaan, perut yang kenyang dan bisa tertawa puas karena puji-pujian palsu. Semua itu tidak akan menjadikannya berbahagia. Sesungguhnya, Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang nestapa, karena mereka tidak akan bisa menikmati kekayaannya, mereka akan kelaparan, berduka dan menangis dan mendapatkan pujian hampa yang tidak memberi mereka apa-apa. Kebahagiaan yang sejati adalah ketika seseorang dapat menikmati hidup yang Tuhan berikan saat ini dengan suatu antisipasi pasti untuk hidup yang kelak jauh lebih baik. Kebahagiaan itu terjadi bukan karena hidup sekarang sudah tidak ada penderitaannya lagi, tetapi karena kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup sekarang ini. Renungkan: Apakah Anda bahagia? Apakah Anda yakin bahwa hidup Anda sekarang ini adalah hidup di dalam kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan hadir serta menyertai Anda? |
(0.28830164444444) | (Luk 9:43) |
(sh: Murid Kristus bukanlah murid gampangan (Minggu, 19 Maret 2000)) Murid Kristus bukanlah murid gampanganMurid Kristus bukanlah murid gampangan. Dunia pendidikan masa kini menuntut orang-tua mempersiapkan anak-anak agar berhasil masuk di sekolah lanjutan dan universitas yang bermutu. Oleh karena itu sejak Sekolah Dasar, anak-anak sudah diikutkan berbagai les. Meskipun menyadari bahwa beban anak-anak mereka semakin berat, waktu istirahat mereka pun semakin sedikit, dan pengeluaran bulanan akan meningkat, para orang-tua tetap melakukannya. Untuk menjadi murid sebuah sekolah yang berkualitas tinggi bukanlah hal yang gampang dan tidak setiap orang mempunyai kesempatan untuk itu. Demikian pula menjadi murid Kristus, bukanlah murid gampangan juga. Karena sebagai murid Kristus, kita adalah wakil Kristus yang adalah Allah sendiri, sekalipun ia masih anak kecil (ayat 48). Luar biasa sekali kedudukan seorang murid Kristus. Namun untuk menjadi murid-Nya ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Dalam dunia yang mengagungkan kekuatan dan kekuasaan, seorang murid Kristus tidak boleh mengandalkan itu semua dalam menjalankan tugas dan misinya. Konsep ini diambil berdasarkan pernyataan Yesus bahwa Anak Manusia harus mengalami 'salib', ketika semua orang masih keheranan menyaksikan kebesaran Allah yang dinyatakan melalui diri-Nya (ayat 43b-45). Seorang murid Kristus juga harus siap menerima ketidakramahan dan kekejaman dunia terhadap dirinya tanpa membalas (ayat 51-56). Ia juga harus menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal abadi (ayat 58). Sikap seorang murid terhadap Gurunya adalah memberikan prioritas utama kepada-Nya di atas tugas-tugas pribadi dan tradisi agama (ayat 59-62). Kemudian sebagai sesama murid, tidak pandang golongan atau kedaerahan. Renungkan: Bagaimana sikapku terhadap Tuhan, dunia, dan sesama murid Kristus? Apa yang bisa kulakukan untuk mengaplikasikan ketiga sikap ini dalam hidup sehari-hari, agar tidak disebut murid gampangan? Bacaan untuk Minggu Sengsara 3: Keluaran 24:12-18 Roma 5:1-5 Yohanes 4:5-15, 19-26 Mazmur 95:1-2, 6-11 Lagu: Kidung Jemaat 424 |
(0.28830164444444) | (Luk 11:37) |
(sh: Hidup vs bangkai (Senin, 23 Februari 2004)) Hidup vs bangkaiHidup vs bangkai. Pertentangan sengit antara Yesus dan orang Farisi serta para ahli Taurat tidak dapat lagi dihindari. Tindakan Yesus makan tanpa mencuci tangan lebih dulu, mereka anggap sebagai pelanggaran simbol moral. Namun, Yesus berbuat demikian justru untuk menelanjangi kepalsuan dan kebusukan mereka di balik sikap kaku dan semangat mempertahankan berbagai aturan, hukum, dan tradisi keagamaan. Hukum, aturan, tradisi itu sendiri sebenarnya tidak salah; karena itu tetap diperlukan (ayat 42b). Kita sama seperti orang Farisi bila hanya mengutamakan tradisi yang mementingkan hal-hal luar, tetapi tidak memelihara sumber segala tindakan kita yaitu hati. Juga apabila hukum dan peraturan kita laksanakan seumpama robot tanpa semangat keadilan dan kasih di dalamnya (ayat 39-42). Orang yang hidup demikian di mata Yesus sebenarnya tidak hidup tetapi mati. Tradisi, peraturan, ibadah, kesalehan yang berorientasi ke diri sendiri bukan ke Allah dan sesama, adalah seperti kubur berkapur yang isinya bangkai belaka! Bahkan kegiatan menggali dan menafsirkan firman pun dapat menjadi kegiatan yang memuakkan hati Allah! Sekarang kecaman tajam Yesus ditujukan kepada para ahli Taurat. Mereka mempelajari arti firman tetapi mereka tidak melakukannya. Mereka membebani orang lain untuk melakukan Taurat, tetapi mereka tidak menaatinya (ayat 46). Mereka bersemangat menghargai para nabi dengan membangun kubur bagi mereka. Namun, Yesus mengartikan itu tidak lain sebagai ungkapan persetujuan dengan mereka yang membunuh para nabi. Menolak taat kepada esensi firman adalah sama dengan membunuh firman. Ucapan Yesus ini menunjuk kepada sikap mereka kelak yang begitu bersemangat ingin menyingkirkan Yesus. Renungkan: Awas! Di balik semangat memelihara aturan dan membela arti firman, bisa jadi tersembunyi hati beku yang dingin terhadap Allah dan sesama! |
(0.28830164444444) | (Luk 12:22) |
(sh: Murid dan hartanya bag. II (Kamis, 26 Februari 2004)) Murid dan hartanya bag. IIMurid dan hartanya bag. II.
Kadang muncul kesan dari pembacaan sepintas dwivolume Lukas dan
Kisah Para Rasul karyanya (mis. Zaman Tuhan Yesus adalah zaman yang keras. Peristiwa seperti peperangan atau bencana alam dapat dalam sekejap mencampakkan keadaan seseorang dari pas-pasan menjadi tidak memiliki apa-apa. Jika ini terjadi, lembaga keluarga besar dan kekerabatan marga ala Yahudi menjadi semacam JPS (Jaring Pengaman Sosial) dalam keadaan ini. Namun, JPS ini sirna bila seseorang melakukan sesuatu yang ditentang keluarga besar dan kerabatnya, misalnya: mengikut Yesus dan menjadi Kristen. Karena itu, seorang murid kala itu dihadapkan pada pertanyaan: apa JPS-nya bila ia mengikut Yesus? Bagaimana bila panennya gagal, atau alat bertaninya (bentuk “kekayaan” yang mungkin dimiliki petani Palestina) dirampok? Yesus menjawab “jangan kuatir!” (ayat 22). Allah Bapa mahakuasa (ayat 31-32). Sang murid tidak diajak untuk membenci kekayaan, tetapi agar ia beriman kepada Allah yang setia menyediakan providensi dan “jaring pengaman”-Nya, serta menolak cara-cara “wajar” yang justru menjauhkannya dari Allah (ayat 30). Beriman bukanlah sekadar percaya, tetapi menunjukkan bagaimana kedaulatan Allah nyata dalam diri sang murid (ayat 31). Allah memelihara melalui karya kasih-Nya yang “alamiah” (ayat 24,28) maupun yang luar biasa, dan melalui jaringan kasih sesama murid ketika mereka saling berbagi (ayat 33a). Renungkan: Andalah sang murid itu! Gumulkan terus bagaimana pekerjaan dan harta Anda dapat menunjukkan kemuridan Anda, dan dapat menjadi alat bagi Allah untuk mengasihi sesama Anda! |
(0.28830164444444) | (Luk 16:19) |
(sh: Kesalahan yang fatal seorang manusia (Minggu, 2 April 2000)) Kesalahan yang fatal seorang manusiaKesalahan yang fatal seorang manusia. Bahaya cinta uang tergambar dalam cerita Yesus tentang seorang kaya yang berpakaian mewah dan tiap hari mengadakan pesta pora dalam kemewahan. Seringkali kita berpendapat bahwa karena ia tidak mendermakan uangnya dan tidak mempunyai belas kasihan kepada orang miskin, maka ia tidak dapat diselamatkan. Jawaban ini akan membawa kita pada pemahaman yang salah, yakni bahwa keselamatan manusia dapat diperoleh dengan upayanya sendiri, padahal keselamatan adalah karena iman. Orang kaya tersebut tidak pernah sungguh-sungguh percaya seperti pengakuannya. Dia bukan seorang ateis, juga bukan seorang Saduki yang tidak percaya pada kehidupan sesudah kematian. Kesalahan utamanya ialah bahwa ia tidak pernah serius terhadap berita firman Tuhan. Bukankah Hukum Taurat mengajarkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, tetapi mengapa ia tidak pernah menunjukkan belaskasihannya kepada Lazarus. Ia pun berkata kepada Abraham bahwa saudara-saudaranya tidak mungkin menanggapi secara serius firman Tuhan jika tidak ada orang yang datang dari dunia orang mati. Abraham atau di sini berarti Allah, menolak permintaan orang kaya bukan karena Ia melihat bahwa kedatangan orang mati tidak akan membantu. Mereka tidak perlu diyakinkan bahwa kehidupan setelah kematian itu ada atau penghakiman setelah kematian atau neraka itu ada. Namun mereka perlu diyakinkan bahwa pengabaian dan pemberontakan terhadap firman-Nya adalah suatu hal yang serius. Dan ini berhubungan dengan masalah moralitas manusia dan karakter moralitas Allah. Renungkan: Jika kita meremehkan peringatan Alkitab tentang dosa kita di hadapan-Nya, maka betapapun banyaknya penglihatan tentang dunia orang mati yang kita terima, tidak pernah akan meyakinkan kita secara pribadi bahwa kita berada dalam bahaya, jika kita tidak bertobat. Bacaan untuk Minggu Sengsara 5: Yehezkiel 37:11-14 Roma 8:6-11 Yohanes 11:1-4,17, 34-44 Mazmur 116:1-9 Lagu: Kidung Jemaat 358 |
(0.28830164444444) | (Luk 20:9) |
(sh: Memberontak melawan Sang Pemilik (Selasa, 23 Maret 2004)) Memberontak melawan Sang PemilikMemberontak melawan Sang Pemilik. Bagi telinga para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, perumpamaan Yesus ini mudah ditebak ke mana arah tujuannya. Perumpamaan kebun anggur ini menegaskan bahwa yang empunya hak, kuasa dan sebagai Pemilik adalah Tuhan Allah. Namun, para penggarap itu bertindak seolah-olah merekalah si pemilik kebun anggur itu. Itu sebabnya mereka menganiaya para hamba yaitu para nabi yang diutus Pemilik yang sah (ayat 11-12). Hingga pada akhirnya Sang Pemilik berinisiatif untuk mengutus Anak-Nya sendiri dengan harapan para penggarap itu menghormati Dia sebagai Pewaris. Tetapi para penggarap tetap merencanakan pembunuhan terhadap Sang Anak, ahli waris yang berhak atas pemilikan itu (ayat 13-16). Sesungguhnya melalui perumpamaan kebun anggur ini, Yesus sedang menubuat-kan kepada mereka peristiwa penyaliban-Nya sendiri (ayat 14-15).
Lukas menegaskan sikap penolakan dan ketidakpercayaan para imam, ahli
Taurat dan para tua-tua Yahudi, melalui kutipan Yesus dari Tujuan dari perumpamaan ini adalah supaya para pemimpin agama menyadari bahwa mereka hanya dipercayakan untuk mengelola umat Tuhan (kebun anggur), dan bukan pemiliknya. Renungkan: Setiap pemimpin gereja harus sadar bahwa dirinya hanyalah pengelola umat Tuhan termasuk mengelola aktivitas gerejani umat bukan pemiliknya. |
(0.28830164444444) | (Luk 24:13) |
(sh: Pemahaman yang utuh (Senin, 30 Mei 2011)) Pemahaman yang utuhJudul: Pemahaman yang utuh Padahal semula murid-murid berharap bahwa Yesus datang untuk membebaskan Israel (21). Mereka memandang Dia sebagai sosok Mesias yang politis. Namun harapan mereka pupus. Tak heran muka mereka muram (17). Terutama bila membandingkan perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga (bdk. 21). Meski demikian, sebenarnya berita kebangkitan Yesus sudah sampai di telinga mereka (22-24). Namun mereka tidak bersukacita. Maka Tuhan yang sedang berjalan bersama kedua murid itu menghardik mereka karena lebih mengandalkan pemikiran (21) dan indra (24) daripada percaya Kitab Suci (25). Tuhan menyebut mereka bodoh dan lamban hati. Dalam Perjanjian Lama, orang disebut bodoh bila ia tidak membiarkan firman Tuhan mempengaruhi sikap hidup dan pemikirannya. Begitulah tampaknya para murid. Mereka sulit memercayai perkataan para nabi tentang Mesias yang menderita (24-25), karena telah memiliki gambaran sendiri. Mereka seolah tidak ingin membiarkan perkataan para nabi mengacaukan gambaran yang telah ada di dalam benak mereka sebelumnya. Jika saja para murid memahami dengan benar apa yang telah dikatakan oleh para nabi, mereka tentu tidak akan bermuram durja. Maka Yesus menerangkan firman tentang Sang Mesias secara utuh. Mereka sendiri kemudian memberikan kesaksian bahwa hati mereka berkobar-kobar (bdk. 32). Pemahaman yang benar akan Tuhan memang akan mempengaruhi cara pandang dan sikap hidup kita. Maka kita perlu pemahaman firman yang utuh. Jangan hanya mempelajari bagian firman yang kita sukai saja. Maka pupuklah kebiasaan membaca Alkitab setiap hari, agar pikiran kita dilengkapi oleh kebenaran firman yang utuh. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.28830164444444) | (Yoh 4:15) |
(sh: Yesus memperbarui hidup (Rabu, 2 Januari 2002)) Yesus memperbarui hidupYesus memperbarui hidup. Perjumpaan dan pembicaraan dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidup perempuan Samaria itu secara radikal. Hidupnya tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sesuatu telah terjadi dalam hidupnya sebagai akibat perjumpaan dan pembicaraannya dengan Tuhan Yesus. Semuanya karena inisiatif Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang mencarinya. Tuhan Yesus juga yang membimbingnya dalam percakapan, sampai ia mengenal siapa Yesus dan terbuka pada pembaruan dari Yesus atas hidupnya. Pada awal pembicaraan itu ia tidak mengenal dengan siapa ia sedang berbicara. Ia hanya tahu bahwa ia sedang berbicara dengan seorang Yahudi (ayat 9). Kemudian ia menyapa Tuhan Yesus dengan sebutan tuan (ayat 11). Sementara pembicaraan berlangsung, ia menyadari bahwa Yesus lebih daripada yang disapanya. Namun, untuknya tetap Yesus lebih rendah daripada leluhurnya Yakub (ayat 12). Ketika Yesus mengungkapkan semua perbuatannya, ia menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 19). Tetapi, Tuhan Yesus tidak berhenti di situ. Ia membimbing pengenalan perempuan Samaria sampai ke puncaknya, yakni bahwa Ia adalah Mesias (ayat 25-26). Pengenalan bahwa Yesus adalah Mesias merupakan puncak karena hal ini sesuai dengan tujuan penulisan Injil Yohanes, "... tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (ayat 20:31). Pengenalan perempuan Samaria terhadap Yesus sejalan dengan maksud penulisan Injil. Inilah saat terindah dalam hidupnya, saat ketika ia percaya kepada Yesus, saat ia bertemu dan mengenal Mesias. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa perjalanannya mengambil air ke sumur merupakan perjalanan yang mengubah hidupnya secara radikal. Renungkan: Tuhan Yesus mengenal manusia secara utuh dan lengkap. Tidak ada yang tersembunyi baginya. Seluruh hidup kita terbuka bagi-Nya. Di hadapan Tuhan Yesus tidak perlu ada yang disembunyikan. Tuhan Yesus berbicara kepada kita untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan kita yang terdalam karena Ia mengenal kita seutuhnya. Terbukakah kita pada inisiatif-Nya memasuki hidup kita dan menyambut Dia sebagai kepuasan sejati? |
(0.28830164444444) | (Yoh 12:1) |
(sh: Persiapan menjelang ajal (Minggu, 26 Februari 2006)) Persiapan menjelang ajalJudul: Persiapan menjelang ajal Mungkin kita pernah menerima firasat buruk atau melihat perilaku janggal dari orang terdekat kita yang akan meninggal. Biasanya hal ini kita kenang kembali setelah orang terdekat kita itu meninggal dunia. Tidak jarang muncul perasaan menyesal belum bisa menyenangkan hati orang terdekat kita itu sebelum ia meninggal. Tuhan Yesus sengaja mendatangi Betania, kota tempat tinggal Lazarus, yang menerima mukjizat-Nya (lih. ps. 11). Ia datang untuk mengikuti perjamuan makan yang diadakan oleh keluarga Lazaraus (Yoh. 12:1). Jamuan makan itu menegangkan sebab Yesus dan Lazarus hadir (ayat 2). Pada saat itu, Dialah sosok yang paling kontroversial dan menyedot perhatian orang banyak (ayat 9). Dia dimusuhi oleh imam-imam kepala yang merupakan salah satu kelompok penting pemimpin agama Yahudi. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus yang dapat membawa-Nya pada hukuman. Mereka bahkan berencana membunuh Lazarus karena ia adalah bukti kuasa Yesus atas kematian (ayat 10-11). Di tengah suasana itu, Maria, saudara Lazarus, muncul dan menuangkan minyak narwastu (ayat 3). Perbuatan Maria ini langsung menimbulkan komentar Yudas Iskariot. Catatan penulis kitab Yohanes pada ayat 6, tentang korupsi yang Yudas lakukan seolah-olah ingin memberikan keterangan jawaban Yesus pada ayat 7-8. Padahal bukan itu maksud Yesus ketika Ia mengatakan: "Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu." Tak seorang pun yang mengerti makna perkataan Yesus itu bahwa Dia sedang membicarakan kematian-Nya sendiri. Yesus menangkap makna di balik tindakan Maria itu sebagai persiapan-Nya menghadapi kematian-Nya di kayu salib (ayat 3,7). Bagi kebanyakan orang, kematian sangat menakutkan. Namun, bagi orang percaya, kematian berarti rest in peace, waktu istirahat yang panjang dalam damai Kristus. Renungkan: Setiap kita akan mati. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi kematian. |
(0.28830164444444) | (Yoh 13:36) |
(sh: Mewujudkan kasih (Jumat, 15 Maret 2002)) Mewujudkan kasihMewujudkan kasih. Pernyataan Yesus bahwa Ia akan pergi mengganggu pikiran Petrus. Melihat pernyataannya bahwa ia sedia mati bagi Yesus (ayat 37), mungkin motifnya bertanya (ayat 36) adalah karena ia ingin pergi bersama Yesus, sebagai wujud dari kasihnya kepada Yesus. Bukan saja Yesus tidak menjawab pertanyaan tersebut, Yesus malah menyatakan bahwa Petrus tidak dapat pergi bersama-Nya. Tidak bisa atau tidak boleh? Bukan tidak boleh sebab Tuhan tidak melarangnya. Petrus tidak bisa pergi ke tempat Yesus pergi terutama disebabkan oleh ketidaksiapan Petrus sendiri. Yesus sudah tahu bahwa sebaliknya dari setia sampai mati mengikuti Yesus, Petrus kelak akan menyangkali Dia. Tetapi, karena anugerah Allah, ketidakmampuan mewujudkan kasih kepada Tuhan Yesus ini hanya terjadi sementara saja. Akan datang saat ketika Petrus akan bersama-sama dengan Yesus sesudah Yesus bangkit, dan Petrus menerima Roh Kudus memenuhi hidupnya, dan kelak kekal di surga. Setelah mendengar ucapan Yesus yang membedah keadaan secara radikal, Petrus bukannya menerima, tetapi malah menonjolkan kekuatan kemauannya sendiri. Petrus menegaskan kasih yang berasal dari kekuatan kemauannya sendiri. Kasih sedemikian, meski dalam batas tertentu baik, tidak cukup untuk mengikuti Yesus. Andaikan pun Petrus tidak akan menyangkali Yesus lalu mati bagi Yesus seperti yang diucapkannya waktu itu (ayat 37), itu tidak berasal dari kasih Ilahi, melainkan lahir dari kemauan sendiri untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi murid yang baik. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Petrus dan para murid lainnya mencampuradukkan motif kemuridan dengan keinginan diri masing- masing. Ketaatan dan ketergantungan kepada Tuhan jelas bukan hal yang utama di dalam diri mereka saat itu. Meski menyakitkan bagi telinga dan hati Petrus, jawaban Yesus adalah anugerah. Memang ucapan itu adalah nubuat tentang kegagalan yang Petrus akan buat, tetapi peringatan itu keluar dari kasih kekal Tuhan yang kelak memulihkan dan memungkinkannya untuk mewujudkan kasih kepada Yesus secara benar. Renungkan: Sumber kekuatan untuk setia dan mengasihi Tuhan tidak terletak pada sifat kodrati kita, tetapi pada Tuhan yang akan menolong kita tahap demi tahap. |
(0.28830164444444) | (Kis 7:44) |
(sh: Hati yang keras (Kamis, 26 Juni 2003)) Hati yang kerasHati yang keras. Menjelang akhir pembelaannya, Stefanus menyampaikan teguran kepada para imam bahwa mereka adalah orang yang keras kepala dan senantiasa menentang Roh Kudus. Begitu keras sehingga mereka tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka keliru. Mereka juga menutup telinga sehingga tidak dapat mendengar kabar yang Tuhan ingin sampaikan. Mereka sudah mengeraskan hati sehingga tidak bersedia menerima kehadiran Kristus. Peristiwa penolakan ini mengingatkan kita pada kisah John Sung, seorang misionaris yang pernah mengeraskan hati menentang suara Roh Kudus. Kisah ini bermula ketika Tuhan memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya namun John Sung bergumul untuk menolak dan mengeraskan hati. Pergumulan batiniah yang hebat itu, mengganggu kestabilan jiwanya. Selama 7 bulan ia mendekam di rumah sakit jiwa untuk memperoleh ketenangan kembali dan disaat itulah ia belajar untuk taat dan menerima panggilan Tuhan. Tuhan berkenan memakai John Sung menyebarkan Injil hampir di seluruh Asia, termasuk di Indonesia. Adakalanya kita pun menentang suara Roh Kudus dan kita melakukannya dengan pelbagai cara dan dalih. Kadang kita mendiamkannya, atau menganggap itu adalah suara hati sendiri yang tidak perlu kita gubris. Dampak langsung dari semua itu bukanlah terhentinya atau terhambatnya rencana Tuhan. Ia tetap melaksanakan rencana-Nya dengan atau tanpa partisipasi kita. Dampak langsung yang lebih menyedihkan adalah, pertama, kita tidak dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya. Kedua, kita tidak menerima berkat itu sendiri. Seperti penonton, kita hanya dapat menyaksikan Tuhan bekerja tanpa bisa berbagi sukacita dengan-Nya karena kita tidak berada dalam satu tim dengan-Nya. Renungkan: Jangan keraskan hati menolak panggilan Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama. |
(0.28830164444444) | (1Kor 3:10) |
(sh: Jangan pakai akar bila rotan tak ada (Rabu, 3 September 2003)) Jangan pakai akar bila rotan tak adaJangan pakai akar bila rotan tak ada. Mengapa? Menurut beberapa orang, karena dalam peribahasa "tak ada rotan akar pun jadi" tersirat bahwa kualitas adalah nomor dua. Seharusnya, bila tak ada rotan langkah yang diambil adalah entah cari rotan ke sumber lain atau rekayasakan bahan alternatif yang sebaik rotan, atau bahkan lebih baik, supaya mutu produk hasil tidak berkurang. Kini Paulus menggunakan metafora pendirian suatu bangunan (mulai dari 9, "bangunan Allah"). Dalam konteks jemaat Korintus, Paulus menjelaskan bahwa dengan karunia Allah, dirinya telah meletakkan dasar jemaat (ayat 10) yang adalah Kristus (ayat 11). Karena itu, Paulus memperingatkan mereka yang sedang membangun jemaat Korintus (tidak termasuk Apolos, bdk. 16:12) di atas dasar itu untuk berhati-hati: jangan membangun jemaat dengan hal-hal yang tidak tahan uji oleh api (ayat 12). Atau, dengan mengikuti nas sebelumnya, jangan dengan pengajaran dan tindakan jerami hikmat manusia (ayat 2:4-5,13), tetapi dengan pemberitaan hikmat Allah. Ketahanujian inilah yang akan menentukan upah seorang pelayan (ayat 14,15; tetapi bukan keselamatannya!). Sebagai penegasan, Paulus juga menyatakan bahwa jemaat setempat di Korintus adalah bait Allah dan Allah akan membinasakan orang yang membinasakan bait-Nya (ayat 16,17). Keprihatinan Paulus adalah jemaat lokal harus dibangun konsisten dengan dasarnya yang adalah Kristus. Kehidupan jemaat harus rohani, yaitu berbeda radikal dengan dunia. Perselisihan dan arogansi adalah tanda dari hikmat duniawi; tanda bahwa kontribusi Kristen kepada bangunan kehidupan jemaat tidak tahan uji. Bahkan, kekeraskepalaan untuk terus hidup duniawi dapat bermuara pada penghakiman karena meniadakan fungsi jemaat sebagai bait Allah: menghadirkan kesaksian Roh akan kasih karunia Allah bagi sekitar. Renungkan: Doakan dan gumulkan terus jemaat tempat Anda bergereja, agar terus bertumbuh dan hidup tahan uji sebagai representasi Allah di sekitar jemaat Anda. |
(0.28830164444444) | (1Kor 12:12) |
(sh: Keragaman dalam satu tubuh (Selasa, 23 September 2003)) Keragaman dalam satu tubuhKeragaman dalam satu tubuh. "Bhineka Tunggal Ika." Semboyan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beragam agama, bahasa dan suku bangsa. Namun, keberagaman itu tidak berarti menutup kemungkinan untuk bekerja bersama-sama. Paulus memakai keragaman ini melalui kesatuan tubuh dengan banyak anggota, untuk menggambarkan kesatuan gereja Kristus. Diakui bahwa tubuh kita terdiri dari bagian-bagian yang unik, khas, berbeda bentuk dan fungsinya (ayat 18). Peranan dan fungsi masing-masing anggota tubuh itu baru bisa dirasakan apabila ditempatkan dalam kesatuan tubuh. Di luar kesatuan itu masing- masing anggota tidak bisa berfungsi dan berperan sebagaimana mereka dibentuk. Kesatuan tubuh itu sedemikian solidnya sampai- sampai ketika gigi kita yang berlubang terasa nyeri maka kepala kita juga ikut pusing dan, pada akhirnya, seluruh anggota tubuh terganggu aktivitasnya (ayat 26) Kiasan ini sebenarnya merupakan adaptasi Paulus dari kuil Asklepius di Korintus. Dalam kuil tersebut terdapat banyak sekali anggota- anggota tubuh -- secara terpisah. Paulus ingin menekankan kepada jemaat tentang kesatuan tubuh Kristus. Jemaat Kristen di Korintus adalah gambaran tentang keadaan tubuh Kristus yang sebenarnya. Melalui penjelasan tersebut Paulus mengarahkan bagaimana jemaat Tuhan seharusnya hidup. Ada orang-orang yang diberikan fungsi khusus dalam rangka kesatuan jemaat. Tetapi tidak dapat dikatakan bahwa karunia yang satu lebih bernilai dibandingkan karunia lainnya, meskipun satu sama lainnya berbeda. Tetapi, Paulus mengingatkan bahwa mereka bisa berfungsi sebagai tubuh Kristus hanya bila mereka menyadari kebergantungan dan kesatuan dengan bagian tubuh lainnya. Renungkan: Manfaatkanlah karunia-karunia khusus yang dianugerahkan oleh Kristus dalam kerjasama yang baik karena Dia yang kita layani. |