(0.066683170731707) | (Yeh 45:1) |
(sh: Pelaksanaan ibadah: Persembahan khusus (Kamis, 29 November 2001)) Pelaksanaan ibadah: Persembahan khusus
Pelaksanaan ibadah: Persembahan khusus.
Guna kelangsungan ibadah di Bait Suci yang baru, umat Israel
harus memberikan dua persembahan khusus (ayat 1, 13). Yang
pertama adalah sebidang tanah, yang dikhususkan untuk Bait
Suci dan kediaman para pelayannya, yakni imam-imam dan orang
Lewi (ayat 1-5). Bait Suci terletak di pusat, dikelilingi
oleh kediaman imam-imam (ayat 2-4). Di luarnya tempat
kediaman orang Lewi (ayat 5). Seluruh wilayah Bait Suci ini
merupakan wilayah yang kudus; kudus dalam arti "dikhususkan
bagi Tuhan". Berbatasan dengan wilayah kudus adalah wilayah
kota dan tanah milik raja (ayat 6, 7). Penempatan kedua
wilayah ini menekankan motif kekudusan: harus ada jarak
antara kedua wilayah tersebut dengan Bait Suci (bdk. Allah yang kudus memanggil umat-Nya untuk menjadi umat yang kudus. Dalam amanat para nabi, respons terhadap panggilan tersebut diwujudkan dalam menerapkan keadilan sosial-ekonomi (ayat 9-12). Ibadah umat Allah tidaklah terpisah dari perilaku sosial-ekonomi yang adil, benar, dan jujur. Segala praktik perampasan, kekerasan, aniaya, dan kecurangan takaran serta timbangan, yang merajalela di masa pra pembuangan, harus dihentikan. Persembahan khusus kedua berupa bahan-bahan untuk persembahan korban di Bait Suci (ayat 13-15; bdk. Im. 1-5). Korban-korban tersebut berfungsi untuk pendamaian bagi umat. Semua bahan tersebut disalurkan melalui raja (ayat 16, 17). Dengan demikian, baik para imam maupun pemimpin negara atau masyarakat bersama-sama bertanggung jawab agar kehidupan umat Allah merefleksikan kekudusan-Nya. Renungkan: Bagaimanakah Kristen dapat berperan untuk merefleksikan kekudusan Allah di lingkungan rumah tangga, kerja, maupun masyarakatnya? |
(0.066683170731707) | (Mi 7:14) |
(sh: Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu (Sabtu, 23 Desember 2000)) Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-MuGembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu. Mikha mengakhiri tulisannya dengan sebuah doa kepada Allah agar Ia sudi menggembalakan umat-Nya dengan tongkat-Nya. Ini merupakan kerinduan Mikha agar bangsanya tetap hidup di jalan Allah setelah mendapatkan pengampunan dari-Nya. Ia juga berharap agar Allah datang dan memperlihatkan kekuatan-Nya. Hal ini diungkapkan lewat kata-kata `dengan tongkat-Mu'. Tongkat adalah batang kayu yang kuat yang dibawa oleh para gembala. Para gembala tidak hanya menggunakan tongkat sebagai alat untuk membantu ia berjalan di tanah yang sulit dilalui namun juga sebagai senjata untuk menjaga kawanan dombanya dari ancaman dan serangan binatang buas. Mikha rindu agar Allah segera bertindak untuk memulihkan umat pilihan- Nya dan mengalahkan segala musuh mereka (14-17). Perkataan 'menggunakan tongkat-Mu' mempunyai makna paralel dengan keajaiban- keajaiban (15) yaitu mukjizat yang dilakukan oleh Allah ketika Ia menjatuhkan tulah dan melenyapkan Firaun dan tentaranya di Laut Merah. Permohonan Mikha ini bukan hanya untuk kepentingan bangsa Israel saja tapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Intervensi (campur tangan) Allah yang dinyatakan melalui kekuatan-Nya akan menyadarkan bangsa-bangsa lain bahwa Tuhanlah Allah dan Raja. Mereka menjadi takut akan Tuhan dan berpaling kepada-Nya (17). Mengapa Mikha tetap berani mengharapkan pertolongan dari Allah? Sebab tidak ada allah seperti Allah Israel (18-20). Allah yang anugerah- Nya besar, yang sudi mengampuni dosa-dosa pelanggaran umat-Nya. Allah yang tidak mendendam dan tidak memendam kemarahan-Nya, bahkan Allah yang selalu rindu untuk menyatakan kemurahan-Nya. Dosa-dosa umat dihapuskan dan dilemparkan ke dalam tubir-tubir laut. Allah yang adalah sumber pertolongan selalu setia kepada janji yang pernah diberikan-Nya kepada nenek moyang bangsa Israel. Renungkan: Ketika kita sedang kecewa, sedih, lemah dan mungkin sedang mengalami kekalahan di dalam kehidupan ini, bacalah doa Mikha berkali-kali. Doa ini tidak hanya akan mengingatkan kita bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia dan akan tetap setia, tetapi juga mengarahkan kita untuk selalu berharap kepada Allah. Ingatlah bahwa Allah yang pernah berkarya dan bertindak menolong umat-Nya, juga akan melakukan hal yang sama kepada kita. Pengantar Kitab Matius Penulis. Injil Matius tidak mencantumkan penulisnya. Beberapa manuskrip kuno mencantumkan kata 'Injil menurut Matius'. Menurut Eusebius (260- 340 M), bapa gereja purba Papias (60-130 M) pernah mengatakan bahwa Matius mengumpulkan perkataan-perkataan Yesus untuk dibukukan. Kemudian tradisi gereja juga menyetujui bahwa penulis Injil ini adalah Matius walaupun sejak abad 18 tradisi ini mulai diragukan. Penulis Injil ini sengaja tidak mencatumkan namanya mungkin dengan pertimbangan bahwa mengetahui siapa penulisnya bukanlah hal yang mutlak bagi pembacanya sebab Penulis Agung yang bekerja melalui manusia adalah Roh Kudus. Waku penulisan. Sulit menentukan waktu penulisan yang pasti. Beberapa teori mengatakan bahwa Injil ini ditulis setelah abad pertama. Berdasarkan konteks teks, Injil ini ditulis sebelum tahun 70 M. Injil Matius memperingatkan bahaya ajaran orang-orang Saduki, sebuah organisasi keagamaan orang Yahudi yang hancur total setelah tahun 70 M. Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hancurnya Yerusalem (pasal 24) merefleksikan nubuat Perjanjian Lama tentang penghukuman Illahi, bukan peringatan akan peristiwa sejarah. Karakteristik dan tema utama. Injil Matius ditulis untuk memaparkan pengajaran yang berkuasa oleh dan tentang Yesus, yang kedatangan-Nya merupakan penggenapan janji Allah dan kehadiran kerajaan-Nya. Matius tidak membuat perbedaan antara sejarah dan teologi. Baginya sejarah adalah dasar teologi dan teologi memberi makna kepada sejarah. Injil ini paling berakar pada Perjanjian Lama dan sangat peduli dengan isu- isu penting bagi orang Yahudi. Di samping itu Injil Matius juga paling banyak mengutip penggenapan nubuat Perjanjian Lama. Kontribusi teologis yang paling besar adalah pemaparannya tentang kerajaan Allah. Pertama, dalam khotbah di bukit Yesus menyatakan bahwa kerajaan Allah sudah hadir melalui kehidupan pribadi dan komunitas orang percaya. Kedua, janji tentang Kerajaan ini ditawarkan kepada orang Yahudi telah ditolak dengan menyalibkan Yesus. Ketiga, kerajaan Allah memang sudah ada namun belum sepenuhnya terealisasi. Kedatangan-Nya yang kedua akan meneguhkan kerajaan Allah secara penuh. |
(0.066683170731707) | (Mat 12:1) |
(sh: Kasih dan peraturan (Rabu, 31 Januari 2001)) Kasih dan peraturanKasih dan peraturan. Dua insiden yang berhubungan dengan hari Sabat menyebabkan konflik terbuka antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Peristiwa pertama dipicu karena murid-murid Yesus yang lapar, memetik bulir gandum dan memakannya pada suatu hari Sabat. Menurut hukum Taurat, seorang yang bepergian diperbolehkan memetik tanaman yang ada di tepi jalan dan memakannya sambil berjalan. Orang Farisi keberatan karena tindakan itu dapat digolongkan sebagai memanen yang merupakan satu dari 39 pekerjaan yang dilarang pada hari Sabat. Yesus menjawab keberatan mereka dengan memaparkan fakta sejarah dan fakta yang mereka hadapi setiap harinya. Mengapa Daud tidak dihukum setelah memakan roti sajian yang tidak boleh dimakan (ayat 3-4)? Jika ada yang menjawab bahwa Daud adalah spesial, maka Yesus jauh lebih spesial dibandingkan Daud (ayat 6). Bagaimana tentang imam yang bekerja pada hari Sabat (ayat 5)? Apakah mereka tidak dihukum karena mereka juga spesial? Yesus jauh lebih spesial lagi (ayat 6).
Argumentasi Yesus mempunyai makna ganda. Pertama,
legalisme orang Farisi tidak berdasarkan firman
Tuhan. Hukum Taurat menyatakan bahwa Allah lebih
peduli kepada belas kasihan, bukannya persembahan.
Kedua, Allah membenarkan murid-murid Yesus (ayat Renungkan: Disadari atau tidak, Kristen sering meneladani orang Farisi. Ketika di hadapan kita ada orang yang membutuhkan pertolongan, kita tidak segera digerakkan oleh belas kasihan. Namun kita lebih tergerak untuk mempertimbangan agama orang tersebut, dari denominasi mana, apakah mempunyai doktrin yang sama dengan kita atau tidak. Kita seharusnya lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan sesama kita, daripada berusaha memaksa sesama kita untuk hidup berdasarkan keyakinan kita. |
(0.066683170731707) | (Mat 12:38) |
(sh: Mau Tanda Apa? (Sabtu, 4 Februari 2017)) Mau Tanda Apa?Para ahli Taurat dan orang Farisi meminta tanda kepada Yesus (38). Ia menanggapi bahwa mereka hanya menerima tanda nabi Yunus (39). Lalu Yesus memberikan perbandingan mengenai kondisi Niniwe yang bertobat setelah mendengar pemberitaan nabi Yunus dan ratu dari Selatan yang datang karena mendengar kebijaksanaan Salomo. Yesus pun memberikan klaim bahwa Dia lebih tinggi daripada Yunus dan Salomo (41-42). Apakah tanda nabi Yunus? Jika membaca kitab Yunus, kita tidak akan menemukan tanda apa-apa. Satu-satunya tugas nabi Yunus adalah memberitakan murka Allah sudah siap ditumpahkan kepada Niniwe. Nabi Yunus hanya menggunakan kata-kata dan tidak melakukan mukjizat apa-apa. Kehadirannya merupakan satu-satunya tanda dari Tuhan bagi orang-orang Niniwe. Dengan demikian, Yesus pun hendak menegaskan bahwa Ia tidak akan diberikan tanda apa-apa kepada ahli Taurat, orang Farisi, dan orang banyak yang ada di situ. Karena Yesus adalah tanda dari Allah. Jawaban Yesus ini membongkar cara pikir orang-orang pada masa saat itu. Saat ahli Taurat dan orang Farisi meminta tanda, mereka pasti memiliki kriteria mengenai tanda yang dari Tuhan dan yang bukan dari Tuhan. Mereka telah siap menerima Yesus jika tanda yang diberikan-Nya sesuai dengan konsep teologis mereka. Namun, mereka juga siap menolak Yesus apabila tanda tersebut tidak sesuai kriteria yang ada. Yesus membongkar konsep itu dan menunjukkan bahwa karya Tuhan tidak dapat dibatasi oleh pelbagai konsep manusia. Seperti ahli Taurat dan orang Farisi, kadang kita juga berharap mendapatkan tanda dari Tuhan agar dapat menerima petunjuk mengenai tindakan atau jalan mana yang harus dipilih. Namun, tanda seperti apakah yang kita harapkan? Apakah kita telah memiliki satu set tanda sebagai bukti jawaban Tuhan? Marilah kita menilik hati dan pikiran kita. Apakah konsep-konsep itu telah mati atau kaku sehingga tidak bisa diubahkan? Belajarlah terbuka untuk menerima karya Tuhan, bahkan dengan cara yang tak terpikirkan oleh pikiran manusia. [THIE] Baca Gali Alkitab 5 Pelbagai cara dipakai rohaniwan bangsa Israel untuk mencari kesalahan Yesus, walau harus dengan siasat keji. Kali ini, mereka meminta mukjizat dari Yesus. Yang ada hanyalah kecaman Yesus terhadap kemunafikan mereka. Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa mereka tidak akan luput dari penghakiman Allah. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa: |
(0.066683170731707) | (Mat 15:32) |
(sh: Matematika sorga (Selasa, 13 Februari 2001)) Matematika sorgaMatematika sorga. Mana mungkin 7 roti dan beberapa ikan kecil dapat mengenyangkan 4000 laki-laki + sejumlah perempuan + sejumlah anak-anak? Dari berbagai ilmu hitung apa pun tidak mungkin menjawab perhitungan semacam ini. Namun kejadian ini tidak ditentukan oleh akal pikiran manusia yang terbatas, karena yang melakukannya adalah Yesus yang sanggup melakukan segala sesuatu yang melampaui akal, bukan tidak masuk akal. Matius kembali menekankan bahwa mukjizat ini terjadi karena belas kasihan Yesus kepada orang banyak. Mereka telah mendengarkan pengajaran Yesus selama tiga hari dan saat itu tidak ada makanan pada mereka kecuali 7 roti dan beberapa ikan. Pernyataan Yesus bahwa mereka sudah 3 hari di tempat itu tidak mengindikasikan bahwa selama 3 hari itu mereka berpuasa, tetapi selama 3 hari itu Yesus dan murid-murid-Nya tidak menyediakan makanan untuk mereka. Kemungkinan masing-masing mereka membawa bekal dan sudah mereka makan selama 3 hari. Saat itu yang masih ada hanyalah 7 roti dan beberapa ikan kecil. Yesus tidak mau menyuruh mereka pulang karena: (ayat 1) selain kebutuhan rohani, Yesus pun memperhatikan dan memenuhi kebutuhan jasmani. Mereka datang dari tempat yang jauh, bila mereka dibiarkan pulang dalam keadaan lapar mereka akan pingsan di jalan. (ayat 2) Yesus menyadari bahwa orang banyak itu datang dari berbagai tempat yang jauh dan bertahan sampai 3 hari, menandakan bahwa mereka itu sungguh-sungguh rindu mendengarkan pengajaran-Nya. Pelayanan Yesus adalah pelayanan yang menyeluruh, Ia peka dengan kebutuhan orang banyak dan tidak terpaku hanya pada prioritas-Nya, sehingga terjadi keseimbangan. Untuk memenuhi kebutuhan jasmani ini, Yesus tidak membuat mukjizat dari yang tidak ada menjadi ada, melainkan dari yang ada dilipatgandakan sesuai kebutuhan. Ia mengucap syukur atas makanan yang ada, memecah-mecahkannya, dan melibatkan murid- murid-Nya untuk membagi-bagikan kepada orang banyak, sehingga semuanya makan sampai kenyang. Setelah itu orang banyak itu pulang, dengan kepuasan rohani dan jasmani. Renungkan: Yesus tahu dan tergerak oleh belas kasihan- Nya untuk memenuhi kebutuhan kita, baik rohani maupun jasmani. Ia mau memberdayakan apa yang kita miliki, bila kita mau menyerahkan dalam tangan- Nya. Ia mau melibatkan kita untuk memenuhi kebutuhan kita. |
(0.066683170731707) | (Mat 23:1) |
(sh: Pemimpin yang berintegritas (Minggu, 14 Maret 2010)) Pemimpin yang berintegritasJudul: Pemimpin yang berintegritas Yesus tidak menentang posisi ahli Taurat dan orang Farisi yang menduduki kursi Musa. Yang Yesus tentang adalah sikap dan perbuatan mereka pada masa itu (ayat 2-3). Ada dua hal yang ditentang oleh Yesus. Sikap yang pertama dalam bahasa modern adalah NATO (No Action, Talk Only). Ahli Taurat dan orang Farisi sangat lihai mengajar Taurat, namun mereka tidak melakukan dan menghidupinya (ayat 3-4). Ajaran mereka palsu; hidup mereka sangat jauh dari apa yang mereka ajarkan. Mereka tidak berintegritas. Sikap yang kedua juga dikenal di dalam bahasa gaul modern sebagai carmuk alias `cari muka' (ayat 5). Apa yang para ahli Taurat dan orang Farisi lakukan dimotivasi untuk mendapatkan pujian dari orang lain (ay. 5-7). Mereka berlomba-lomba menjadi rabi, bapa, dan pemimpin `nomor satu' (ayat 8-10). Bahkan perbuatan yang baik, tidak mereka lakukan dengan ketulusan, melainkan dengan ambisi kesombongan terselubung untuk menjadi yang terkemuka. Itu sebabnya pada ayat 11-12, Yesus menggambarkan dua karakter utama kepemimpinan kristiani, yaitu yang sungguh melayani dan yang rendah hati. Di tengah zaman yang sangat bergejolak ini, orang Kristen dipanggil menjadi pemimpin yang berintegritas. Pertama, pemimpin yang melakukan dan menghidupi apa yang dia ajarkan. Kedua, pemimpin yang sungguh melayani dan rendah hati, yang melakukan segala sesuatu dengan motivasi yang tulus, bukan untuk dipuji orang dan mencari kedudukan. Semakin tinggi posisi kepemimpinan yang dipercayakan Tuhan kepada kita, baik itu di dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan bagian kehidupan lainnya, marilah kita melakukan introspeksi diri: Apakah aku seorang pemimpin kristiani yang berintegritas? |
(0.066683170731707) | (Mat 26:17) |
(sh: Kasih Yesus dan kegagalan manusia (Jumat, 26 Maret 2010)) Kasih Yesus dan kegagalan manusiaJudul: Kasih Yesus dan kegagalan manusia Sekali lagi kita melihat Yesus yang pegang kendali kendati Ia mengetahui pengkhianatan Yudas (ayat 20-25) dan ketidak-mengertian dan ketidaksiapan para murid-Nya yang lain, termasuk di dalamnya sesumbar Petrus (ayat 31-35). Hambatan yang muncul tidak membuat fokus Yesus dialihkan dari misi yang telah ditetapkan Allah. Yesus tetap terfokus pada kayu salib dengan cara memberikan makna baru terhadap Paskah dalam kaitan dengan diri-Nya sendiri. Ia menyatakan bahwa roti melambangkan tubuh-Nya yang mengalami penderitaan dan anggur melambangkan darah-Nya sebagai darah Perjanjian Baru yang dicurahkan bagi keselamatan manusia. Setiap orang percaya akan mendapat bagian dari umat Perjanjian Baru dan akan mengambil bagi-an lagi dalam perjamuan kekal bersama dengan Dia dalam Kerajaan Bapa. Sebenarnya mudah bagi Yesus untuk mencari alasan agar tidak perlu menyerahkan diri di salib. Murid-murid tidak siap, juga ada pengkhianat di antara mereka. Memberi diri salib seperti menyerah pada rencana para musuh-Nya, dan berakibat fatal pada para murid yang kemudian tercerai berai. Namun Yesus tahu bahwa hanya saliblah cara Allah untuk menyelamatkan manusia. Mari kita bersyukur, Yesus berfokus dan setia pada rencana Allah. Sehingga sekarang kita menikmati berkat keselamatan dengan limpah untuk dibagikan pula kepada orang lain. Mari kita belajar meneladani Dia untuk tidak mencari alasan untuk mengelak dari panggilan kita memikul salib masing-masing demi Kristus dimuliakan dan demi lebih banyak orang diselamatkan! |
(0.066683170731707) | (Luk 9:10) |
(sh: Memberi bukan karena memiliki (Sabtu, 22 Januari 2000)) Memberi bukan karena memilikiMemberi bukan karena memiliki. Minta diperhatikan seringkali menjadi tuntutan kita daripada memberi perhatian kepada sesama. Ada banyak faktor penyebabnya. Pada umumnya sifat manusia egois, diri sendirilah yang menjadi target. Sebab itu berbagai alasan bisa saja muncul tatkala diperhadapkan pada kebutuhan orang lain yang perlu diperhatikan. Tidak ada dana, tidak ada waktu, bisa tetapi harus ada usaha ekstra, sulit penuh tantangan itu yang biasa membuat seseorang berdalih memberi perhatian, bantuan, atau pertolongan kepada sesama. Yesus mengatakan: "Kamu harus memberi mereka makan!" kepada murid-murid di Betsaida. Siapkah Yesus dengan bekal yang cukup untuk 5000 orang lebih? Tidak! Murid-murid pun tidak. Ketidaksiapan dan kesulitan yang ada pada mereka membuat murid-murid mencari jalan pintas dan mengatakan: "Suruhlah orang banyak itu pergi!" Mereka pun letih dan ingin cepat-cepat beristirahat untuk membeli makanan perlu menempuh jarak yang jauh dan saat itu sudah larut malam. Memang bukan perkara mudah memberi perhatian kepada sesama kala kita tidak siap dan kondisi tidak mendukung. Namun Tuhan Yesus mengajar meski kemampuan terbatas tetap perlu ada usaha. Meski kondisi sepertinya tidak memungkinkan, perlu tetap mencari cara mengatasinya. Murid-murid memberikan apa yang ada pada mereka, lima roti dan dua ikan. Begitu ada upaya dan menyerahkan apa yang ada, Tuhan Yesus meminta murid-murid mengatur ribuan orang agar distribusi dapat dilakukan dengan mudah. Dan terjadilah mujizat. Lima ribu lebih orang makan kenyang dan masih sisa 12 bakul makanan. Renungkan: Peristiwa ini dicatat di 4 Injil. Tentu suatu pengajaran yang penting bagi setiap murid Tuhan Yesus. Banyak orang di sekitar kita membutuhkan perhatian, pertolongan, dan bantuan kita. Semakin kita memperhatikan diri sendiri, semakin kita tidak peka pada kebutuhan sesama. Semakin kita memfokuskan perhatian pada kesulitan dan masalah diri, semakin kita tak ingin mengambil bagian dalam masalah sesama. Perlu belajar dari Tuhan Yesus yang siap sedia dalam segala keadaan, bersama Dia melayani sesama yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Kita dituntut memberi bukan karena kita sedang dalam keadaaan berlebih, tetapi dari apa yang kita miliki dapat dijadikan-Nya berkat bagi orang lain. |
(0.066683170731707) | (Luk 9:37) |
(sh: Penyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa ini (Selasa, 7 Maret 2000)) Penyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa iniPenyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa ini. Peristiwa pengusiran roh jahat ini bukan sekadar peristiwa penyembuhan biasa. Karena peristiwa ini mengekspresikan 3 hal penting yaitu (ayat 1) hubungan yang khusus dan kasih yang besar dari seorang ayah terhadap anak tunggalnya, (ayat 2) akibat tragis dari roh jahat terhadap anaknya sehingga membuat hubungan anak dan ayah terputus, dan (ayat 3) hubungan ayah dan anak kembali terjalin mesra setelah anaknya disembuhkan. Bila dihubungkan dengan ucapan Yesus dalam ayat 41, maka 3 hal itu memanifestasikan apa yang terjadi antara Allah dan bangsa Israel, yang dulunya mesra namun hubungan itu rusak karena dosa mereka. Dosa ini dimulai dari tidak tahu berterimakasih kemudian tidak percaya, lalu menjadi ketidaktaatan, pemisahan dari Allah dan kehilangan iman kepada-Nya. Maka agama dan tradisi mereka, kekuatan roh jahat dan takhayul lebih menarik bagi mereka daripada Allah Bapa sendiri. Untuk memulihkan keadaan ini tidak cukup dengan khotbah-khotbah moral dan nasihat-nasihat saja. Mereka membutuhkan penyataan Allah, penglihatan akan kebesaran dan kemuliaan-Nya untuk menghancurkan daya tarik dosa, perzinahan rohani, dan menyadarkan mereka kembali akan siapakah Allah. Dengan demikian akhirnya akan menumbuhkan kembali iman, penyembahan, dan ketaatan. Inilah yang dilakukan oleh Yesus. Setelah semua murid yang tidak ikut ke gunung untuk berdoa tidak mampu mengusir roh jahat, Yesus cukup menegur dengan keras dan anak itu sembuh. Tindakan Yesus berhasil membangkitkan ketakjuban semua orang akan kebesaran Allah. Dengan kata lain tindakan Yesus merupakan penyataan kebesaran Allah kepada umat-Nya. Inilah misi Yesus Kristus bahwa Dia datang dari kemuliaan yang tak terhampiri untuk menyatakan kemuliaan Allah kepada umat-Nya, agar mereka kembali kepada-Nya. Suatu bangsa yang sudah rusak secara moral dan akhlaknya, dimana kebenaran agama dan moral hanya dipandang sebagai kebenaran normatif membutuhkan terapi khusus agar bangsa ini dapat kembali kepada Allah dan melihat kembali kebesaran dan kemuliaan-Nya. Renungkan: Kristen di Indonesia seharusnya dapat memancar-kan kemuliaan Allah yang menakjubkan, sehingga bangsa kita dapat disadarkan kembali kepada jalan yang benar. |
(0.066683170731707) | (Luk 11:14) |
(sh: Mereka yang berpihak kepada Yesus (Kamis, 23 Maret 2000)) Mereka yang berpihak kepada YesusMereka yang berpihak kepada Yesus. Mukjizat dalam perikop ini sesungguhnya untuk mendemonstrasikan eksistensi Allah dan Kerajaan-Nya. Juga untuk memberitakan bahwa Allah sudah datang untuk membebaskan manusia dari ikatan belenggu kuasa Setan. Terompet peperangan sudah ditiup dan peperangan rohani sudah dimulai. Sikap netral sangat mustahil dalam peperangan ini. Seperti mereka yang sudah menyaksikan penyataan kuasa Roh Kudus yang langsung dan nyata, kemudian mereka dituntut untuk menentukan sikap terhadap Kerajaan-Nya (ayat 23). Demikian juga setiap pengikut- Nya. Untuk itu apa yang harus dialami oleh mereka yang berada di pihak-Nya? Mereka harus mengalami pembaharuan total di mana Roh Kudus tinggal dalam hidupnya. Tidak seperti keadaan orang yang didatangi kembali roh-roh lain yang lebih jahat karena hidupnya dibiarkan kosong (ayat 24-26). Di samping itu mereka harus juga mempunyai hubungan rohani secara pribadi dengan Kristus bukan hubungan secara fisik karena menjadi ibu dari Yesus (ayat 27). Dan hubungan ini harus dipelihara dengan jalan senantiasa mendengarkan dan memelihara firman-Nya (ayat 28). Selain itu ada hal-hal yang harus dihindari oleh pengikut-Nya, di dalam menjalani kehidupan beribadahnya selama di dunia. Mereka tidak boleh menekankan simbol-simbol dan ritual agama, sehingga mengabaikan realita dan kewajiban moral yang dinyatakan oleh simbol-simbol keagamaan (ayat 38). Mereka juga tidak boleh menggantikan moralitas kehidupan dengan ketaatan terhadap tata ibadah lahiriah. Hal ini seperti orang farisi yang yakin kekudusan hidupnya karena mencuci cawan dan pinggannya (ayat 39). Dalam menaati perintah-perintah-Nya haruslah seimbang. Janganlah melakukan satu hal yang kecil dengan ekstrimnya, namun justru mengabaikan perintah-perintah yang lebih hakiki (ayat 42). Orang percaya tidak boleh menjalankan kehidupan agamanya hanya untuk mendapatkan kemuliaan dirinya, kecuali untuk kemuliaan-Nya (ayat 43). Renungkan: Karena itu dalam peperangan rohani zaman ini, mereka yang berpihak kepada-Nya adalah orang-orang yang hidup dipimpin oleh Roh Kudus, yang hidup mengagungkan dan menjalankan firman-Nya. Dan semua itu dimanifestasikan dalam kehidupan moral yang sesuai dengan standar Allah, bukan standar pribadi ataupun standar masyarakat. |
(0.066683170731707) | (Luk 19:1) |
(sh: Ada berapa Zakheus di Indonesia? (Sabtu, 8 April 2000)) Ada berapa Zakheus di Indonesia?Ada berapa Zakheus di Indonesia? Zakheus adalah seorang laki-laki yang secara fisik tidak sempurna karena pendek, namun ia seorang yang kaya karena ia seorang pemungut cukai. Walaupun kaya, tak seorang pun mau menerima dia, tidak juga Sinagoge. Lebih tragisnya lagi uang banyak yang ia miliki tidak dapat memberikan kompensasi atas penolakan yang ia alami. Dia telah jauh tersesat. Karena itu bagaimana mungkin seorang yang sudah jauh tersesat dapat menemukan jalan menuju Kerajaan Allah? Tentu saja ia tidak dapat, namun dia dapat ditemukan dan dibawa masuk ke dalam Kerajaan Allah oleh Yesus (ayat 9-10). Dengan kata lain oleh karena kasih karunia-Nya, Zakheus telah diterima oleh Allah masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Penerimaan Allah ini memberikan dampak yang luar biasa dalam diri Zakheus. Ia mampu melihat bahwa harta berlimpah-limpah yang telah ia cari dan dapatkan dengan susah payah, bahkan dengan pengorbanan hidup bermasyarakatnya selama ini ternyata sia-sia. Zakheus telah menemukan identitas dirinya yang benar yaitu anak Abraham (ayat 9) yang merupakan nenek moyangnya, yang dibenarkan oleh iman kemudian hidup sesuai dengan iman. Zakheus sudah membuktikan bahwa ia hidup sesuai dengan identitasnya. Keselamatan yang ia terima sudah membawa perubahan sikap yang total terhadap kewajiban sosialnya. Dan ini sangat penting karena jika ia nantinya akan memerintah bersama Kristus maka ia harus belajar dan melatih sikap Kristen terhadap harta dalam dunia sekarang ini. Bagaimana seorang percaya harus bersikap dan bertindak terhadap harta yang dimilikinya, dipertegas oleh Kristus dalam perumpamaan tentang uang mina (ayat 11-27). Setiap orang percaya haruslah bertanggungjawab untuk menggunakan dan mengembangkan dengan setia setiap kekayaan, waktu, dan talenta yang sudah dipercayakan Tuhan kepadanya, karena Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya. Itulah kewajiban yang sesuai dengan identitasnya. Renungkan: Anugerah yang besar itu juga telah memberikan identitas yang sama kepada Anda identitas yang juga diberikan kepada Zakheus. Berarti ada banyak Zakheus di bumi Indonesia. Berarti pula akan ada banyak orang yang berhasil dientaskan dari kemiskinan di bumi Indonesia tercinta. |
(0.066683170731707) | (Luk 22:39) |
(sh: Semuanya bermula di sini (Senin, 17 April 2000)) Semuanya bermula di siniSemuanya bermula di sini. Setelah perjamuan malam selesai,
Yesus menuju Bukit Zaitun, tempat yang biasa Ia kunjungi ( Setelah itu Yesus menjauhkan diri dari murid-murid-Nya. Apa yang dilakukan Yesus menunjukkan dengan gamblang, pusat peperangan ketika masa depan seluruh ciptaan dipertaruhkan. Ini suasana yang sangat genting. Hasil dari peperangan itu tergantung penuh pada diri-Nya. Jika Ia gagal maka seluruh ciptaan akan terhilang selamanya; jika Ia berhasil, kemenangan mutlak akan dipetik. Kemudian Dia berlutut. Inilah pemandangan yang indah dan kemenangan besar. Ia berlutut di Bukit Zaitun. Beberapa hari yang lalu Dia datang ke bukit yang sama, dan Ia dielu-elukan sebagai Raja (lih. 19:35-38) Sesampainya di Yerusalaem Ia mendapati bahwa Yerusalem sudah berada di tangan para pemberontak Allah, Bait Allah sudah dipenuhi dengan perampok. Bagaimana mereka dapat diselamatkan dari murka Allah dan dipulihkan kembali kepada ketaatan dan penyembahan kepada Allah yang benar? Upacara keagamaan tidak mampu mengubah seorang pemberontak menjadi kudus. Jika Yerusalem dan seluruh dunia dibawa kembali kepada Allah, semuanya bermula di Bukit Zaitun. Sang Mesias harus menegakkan kehendak Allah di bumi dengan jalan mentaatinya terlebih dahulu. Kristus mentaati kehendak Allah meminum cawan itu meskipun pahit. Ketika ditangkap, Yesus menghadapinya tanpa pedang. Ia paham, yang dihadapi bukanlah kekuatan fisik. Renungkan: Masalah kejahatan di dunia tidak dapat diatasi dengan taktik politik dan konflik senjata, namun hanya dengan ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa. Semuanya bermula di Getsemani dan harus menyebar ke seluruh pelosok dunia. Di mana Kristen berada di situ kehendak Allah harus ditegakkan dan diwujudnyatakan. |
(0.066683170731707) | (Yoh 11:1) |
(sh: Mukjizat terakhir (Sabtu, 2 Maret 2002)) Mukjizat terakhirMukjizat terakhir. Kisah pembangkitan Lazarus dari kematian ini berkaitan erat
dengan maksud Yohanes untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus
sungguh adalah Tuhan dan Juruselamat, dan di dalam Dia orang
beroleh hidup. Sayangnya kebanyakan pendengar-Nya bukan menjadi
percaya, malah makin menolak Dia. Ironis sekali bahwa justru di
puncak penyataan bahwa Yesus adalah sang Kebangkitan dan Hidup,
dan bahwa Dia datang untuk memberi hidup, orang-orang berespons
dengan niat untuk mematikan Dia. Sesudah peristiwa ini, tidak
lagi ada kesaksian dan perbuatan dari pihak Yesus tentang diri-
Nya untuk orang banyak. Sebaliknya, sesudah ini, kesaksian
tentang ke-Allah-an Yesus datang dari pihak yang beriman dan
mengasihi Dia. Dari Maria yang mengurapi kaki Yesus (ayat Pertama, kita belajar di sini tentang sikap benar orang percaya dalam menaikkan permohonan. Seperti permintaan Maria ibu Yesus dalam peristiwa mukjizat pertama (ps. 2), di sini pun Maria dan Marta saudara Lazarus tidak memaksa atau mendikte Yesus. Orang beriman sejati tahu menempatkan Allah sebagai yang berwibawa untuk mengatur segala kebutuhan mereka. Kedua, seperti dalam peristiwa pencelikan orang buta, dalam kisah ini pun kematian Lazarus adalah jalan agar kemuliaan Allah dinyatakan. Diperlukan kematian agar kuasa kemenangan kehidupan nyata kekuatannya mengalahkan kematian. Pada puncaknya kelak, bahkan Yesus sendiri perlu mengalami kematian agar kuasa kemuliaan-Nya yang menghidupkan dapat menjadi nyata, tidak saja di dalam kebangkitan-Nya, tetapi juga di dalam kebangkitan rohani dan kebangkitan jasmani orang percaya kelak. Ketiga, Yesus sungguh adalah Gembala baik yang datang untuk memberi hidup bagi para domba-Nya, meski dengan cara yang membahayakan hidup-Nya sendiri. Meski Tomas menyuarakan hal ini dari pertimbangannya yang menunjukkan kesetiaan, tetapi benar bahwa untuk menghidupkan Lazarus, Yesus tidak segan merisikokan hidup-Nya sendiri. Renungkan: Apabila Yesus bersedia mengorbankan apa saja dalam diri-Nya demi membagi hidup-Nya untuk Anda, adakah masalah Anda yang tidak ingin ditolong-Nya? |
(0.066683170731707) | (Yoh 13:12) |
(sh: Mengikuti dorongan kasih (Selasa, 12 Maret 2002)) Mengikuti dorongan kasihMengikuti dorongan kasih. Peristiwa pembasuhan kaki yang mengejutkan para murid dapat menjadi sia-sia bila artinya tidak dijelaskan oleh Yesus sendiri. Karena itu, Yesus bertanya sejauh mana mereka mengetahui makna perbuatan-Nya itu (ayat 12). Istilah tahu yang dipakai di sini bukan sekadar pemahaman akali. Yesus menginginkan pengetahuan yang diiringi oleh tindakan sesuai dengan pengetahuan tersebut. Penjelasan Yesus dimulai dengan penegasan kembali bahwa diri-Nya adalah Guru dan Tuhan. Karena itulah Ia kembali mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya, “kembali” ke status-Nya semula sebagai Guru dan Tuhan. Ia ingin para murid memahami bahwa dari status-Nya itulah Ia telah merendahkan diri demi memungkinkan mereka beroleh bagian di dalam-Nya. Kini mereka diajar untuk mewujudkan keikutsertaan mereka dalam Tuhan itu dengan jalan mengikuti teladan-Nya, saling mengasihi dan melayani di dalam kerendahan hati. Dalam bagian ini, Yesus menggunakan frasa “Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu ….” Kalimat sesudah frasa tersebut, di ayat 16, harus diperhatikan dengan cermat. Di situ Yesus membandingkan antara hamba dan tuan, antara utusan dan pengutus. Semestinya para murid sudah mengetahui tentang hierarki dari hubungan- hubungan ini – hamba pasti lebih rendah daripada tuannya. Lalu mengapa Yesus mengatakannya lagi? Konteks di sini adalah mengenai kasih Kristus melalui penderitaan-Nya. Yesus ingin mengatakan bahwa penderitaan yang akan dialami para murid ketika mengasihi tidak akan sebesar penderitaan-Nya. Jadi, tak ada alasan untuk tidak mengasihi. Di dalam mengasihi, para murid akan mengalami kebahagiaan — suatu istilah yang menunjuk pada kebahagiaan meski keadaan sulit. Kristus akan meninggalkan para murid. Mereka harus belajar untuk mengasihi — itulah misi Kristus ke dunia, mewujudnyatakan kasih.
Mulai dari ayat 18, Yesus menubuatkan pengkhianatan Yudas terhadap
diri-Nya dengan lebih jelas. Namun demikian, Yesus bukanlah
korban yang tak berdaya — semuanya harus terjadi agar ke-Allah-
an-Nya bersinar cerlang dan manusia percaya kepada-Nya (ayat Renungkan: Cinta hanya dapat dipahami jika aktif. Berbahagialah mereka yang hidup di dalam cinta Ilahi! |
(0.066683170731707) | (Yoh 21:15) |
(sh: Perlu kasih dalam melayani (Rabu, 23 April 2014)) Perlu kasih dalam melayaniJudul: Perlu kasih dalam melayani Petrus yang telah menyangkal Yesus tiga kali, ditanyai oleh Yesus sebanyak tiga kali, apakah Petrus mengasihi Dia lebih dari semua yang lain: harta benda, profesi, keluarga, rekan-rekannya, dan bahkan dirinya sendiri. Semua itu jelas tidak boleh mengalihkan Petrus untuk lebih mengasihi dan mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Menyadari kesalahan di masa lalu, Petrus menjawab bahwa Yesus tahu bahwa dia hanya sanggup mengasihi-Nya dengan kasih filea saja. Karena itu, Yesus mengulangi pertanyaan-Nya sampai tiga kali. Namun Petrus tetap memberikan jawaban yang sama. Meski demikian, Yesus tetap menerima Petrus apa adanya. Setelah menerima pengakuan Petrus atas kasihnya, Yesus meminta Petrus untuk menggembalakan orang-orang Kristen yang sudah dewasa dan memberi makan domba-domba-Nya yang baru percaya. Demikianlah, Petrus bukan hanya menginjili, tetapi juga menggembalakan mereka yang sudah percaya. Dalam menjalankan tugas tersebut, Tuhan akan memberikan kekuatan. Dalam menjalankan semua tugas yang diberikan Tuhan kepadanya, Petrus harus tetap fokus pada misi dan panggilannya. Sebab itu, Yesus melarang dia untuk memusingkan apa yang akan terjadi pada Yohanes, rekannya. Tuhan mempunyai tugas khusus bagi Yohanes dan Yohanes telah melakukannya dengan setia. Belajar dari penerimaan Tuhan atas diri Petrus, ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah menolak kita. Tangan-Nya tetap terbuka menyambut kita. Yang perlu kita lakukan adalah berbalik dan kembali mengasihi Dia lebih dari segala yang lain. Dalam melakukan semua itu, kita harus tetap fokus pada tugas dan panggilan kita masing-masing agar orang lain mendapatkan berkat dan Tuhan dimuliakan. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.066683170731707) | (Kis 28:11) |
(sh: Akhirnya Roma (Rabu, 23 Agustus 2000)) Akhirnya RomaAkhirnya Roma. Bila keadaan tidak beres, sebagaimana kadang-kadang terjadi. Bila jalan yang dilewati seakan mengharuskan kau terus mendaki. Apabila persediaan dana menipis dan hutang sangat parah. Dan kau ingin tersenyum, tetapi kau harus menyerah. Bila semua urusan menekan dan membuatmu resah. Istirahatlah! Jika perlu -- tetapi jangan menyerah. Sepotong sajak pendek yang diambil dari The Book of Virtues walaupun tidak persis, dapat dipakai untuk menggambarkan sikap dan tekad Paulus hingga tiba di Roma.
Ketika melihat mereka, Paulus mengucap syukur kepada Allah dan
kuatlah hatinya (15). Mengapa? Kerinduan Paulus yang besar dan
dalam adalah untuk bersaksi di Roma (lihat 19:21 dan Di samping itu, ada juga pihak-pihak yang mendorong dan senantiasa mendukung. Allah senantiasa mendampingi, bersama, dan berdiri di belakang Paulus. Allah menjadi pemberi semangat, pemandu, penolong di saat yang tepat bahkan pemberi fasilitas (16). Dukungan juga datang dari saudara-saudara seiman yang berasal dari belahan dunia yang lain, yang belum pernah Paulus kenal atau bahkan lihat sebelumnya (15). Dukungan yang tidak berbentuk materi ini sangat besar maknanya bagi Paulus (15). Karena itulah Paulus kuat. Renungkan: Kesulitan demi kesulitan, fitnahan demi fitnahan, ancaman demi ancaman, dan maut bertubi-tubi diarahkan kepada Kristen. Sangat wajar jika kita cemas, takut, ngeri, atau bahkan hampir putus asa. Namun Kristen harus tetap bertahan, tekun, dan tidak boleh menyerah karena Allah pasti mendukung kita. Namun demikian kita juga perlu mendukung satu dengan yang lain. Kristen perlu membuat suatu jaringan antarsaudara seiman, antardenominasi, antargereja yang memungkinkan kita untuk saling menolong, mendukung, bertukar informasi, dan menguatkan hingga kesudahannya. |
(0.066683170731707) | (1Ptr 3:18) |
(sh: Menang dalam penderitaan (Kamis, 21 Oktober 2004)) Menang dalam penderitaanMenang dalam penderitaan. Konteks bagian sulit ini adalah menjadikan hidup Tuhan Yesus teladan dan sumber ketahanan orang Kristen ketika harus menderita karena kebenaran. Konteks ini perlu kita jadikan tempat beranjak untuk mengerti ayat-ayat sulit yang diapitnya. Penderitaan dan kematian Kristus tidak saja merupakan sumber bagi keselamatan kita, tetapi juga menjadi teladan yang harus kita tiru. Ia rela menderita bahkan berkorban bagi orang-orang yang tidak benar, meski diri-Nya benar adanya. Tubuh-Nya dapat dibunuh, tetapi roh-Nya tidak (ayat 18). Itu sebab, Ia bangkit, naik ke surga dan dari sana memerintah segala sesuatu (ayat 22). Kesediaan Kristus untuk menderita dan kemenangan-Nya ini menjadi motif dan kekuatan bagi orang kristen yang menderita. Berarti apa yang ingin ditekankan Petrus dari Kristus ialah teladan, kemenangan dan dampak positif kematian-Nya. Bagian ini tidak mengajarkan bahwa sesudah kematian orang masih berkesempatan untuk bertobat dan diselamatkan. Petrus ingin menegaskan bahwa bahkan pada saat kematian-Nya, Kristus menang sebab roh-Nya tidak mati, tetapi bebas dan mewartakan kemenangan-Nya. Tentang arti bagian sulit ini, ada empat pendapat. Pertama, roh-roh terpenjara itu adalah anak-anak Allah dan mereka yang jatuh ke dalam dosa. Kedua, proklamasi yang Kristus lakukan mirip tugas Nuh yang mengajarkan orang-orang zamannya untuk bertobat. Ketiga, roh-roh tersebut adalah orang-orang pilihan Allah yang belum sempat mendengar Injil. Keempat, roh-roh tersebut adalah orang-orang Yahudi yang terpenjara oleh Taurat dan menanti-nantikan Mesias. Entah tafsiran mana yang tepat, yang pasti tidak ada kekuatan apa pun dapat menghentikan kemenangan dalam dan menurut Kristus. Dengan mengacu kepada Tuhan Yesus, Petrus ingin mengorbankan harapan di dalam mereka yang sedang menderita karena Dia. Ia menang dalam kematian-Nya, mereka pun demikian. Renungkan: Kematian-Nya menghapuskan kuasa dosa. Kebangkitan-Nya mengalahkan kuasa maut. Karena itu, bagi orang Kristen, menderita demi kebenaran adalah jalan menuju kemenangan. |
(0.066683170731707) | (2Ptr 3:1) |
(sh: Pola hidup instant (Jumat, 20 Oktober 2000)) Pola hidup instantPola hidup instant. Banyak alasan mengapa manusia senang dengan kebiasaan instant. Misalnya, untuk mengatasi rasa lapar tidak perlu harus memasak terlebih dahulu, sebab restoran siap saji telah menyediakan berbagai makanan sesuai selera. Lalu untuk memenuhi keinginan seksual, tidak perlu harus menikah dulu, sebab kegiatan-kegiatan seksual di luar nikah sudah menjadi hal yang biasa, dan masih banyak contoh-contoh lain. Cepat, praktis, tidak buang-buang waktu, mendatangkan kepuasan dan kenikmatan. Itulah tanggapan masyarakat tentang gaya hidup instant. Bila dalam pemenuhan kebutuhan jasmani saja orang tidak sabar, apalagi menanti kepastian untuk kehidupan kekal? Bagi sebagian orang, menanti hanya akan membuat hilangnya kesabaran. Ini nampak dari respons yang diberikan terhadap ajaran tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua di zaman Petrus. Ada orang-orang yang meresponinya dengan sikap apatis, ragu-ragu, dan tidak percaya. Ada yang beranggapan bahwa kedatangan Tuhan itu hanya akan membatasi kemerdekaan dan kebebasan dirinya dengan aturan-aturan. Bahkan ada yang mengejek dengan mengisi penantian itu untuk pemuasan hawa nafsu. Namun, seperti yang Petrus katakan, bahwa keadaan seperti itulah yang terjadi. Keraguan terhadap janji-janji Allah muncul dari sikap tidak sabar yang berujung pada ketidakpercayaan manusia bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya. Sama halnya ketika nabi-nabi Perjanjian Lama menubuatkan kedatangan Mesias, umat yang ada dalam masa itu tidak sempat melihat penggenapan janji Allah, tetapi umat yang hidup dalam Perjanjian Baru, mengalami penggenapan janji-Nya. Sekarang ini Kristen hidup di dua zaman. Pertama, zaman penggenapan janji Allah akan kedatangan Kristus sebagai Mesias yang menyelamatkan umat manusia dari dosa. Kedua, zaman penantian akan penggenapan janji Allah tentang kedatangan Yesus yang kedua untuk menghakimi dan meminta pertanggung jawaban kita. Hal yang paling mungkin dilakukan Kristen pada masa penantian ini adalah sabar, tetap berada di jalan aturan Allah, dan berpegang teguh pada janji-janji-Nya. Renungkan: Manusia tidak berhak menuntut Allah memenuhi janji-Nya menurut kehendak manusia dan tidak berhak menuntut Allah bergaya hidup instant. |
(0.05556931097561) | (2Sam 11:2) |
(full: TAMPAK KEPADANYA ... SEORANG PEREMPUAN.
) Nas : 2Sam 11:2 Pasal 2Sam 11:1-24:25 mencatat kegagalan rohani yang serius dari Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur hidupnya.
|
(0.05556931097561) | (2Taw 7:14) |
(full: UMAT-KU ... MERENDAHKAN DIRI, BERDOA DAN MENCARI WAJAH-KU, LALU BERBALIK.
) Nas : 2Taw 7:14 Hukuman Allah atas umat-Nya pada waktu kemerosotan moral, ketidakacuhan rohani, dan kompromi dengan dunia adalah kekeringan, kemandulan, dan penyakit sampar (ayat 2Taw 7:13). Janji Allah (lih. catatan berikutnya), sekalipun pada mulanya diberikan kepada Israel, juga berlaku untuk umat-Nya pada setiap zaman yang, setelah mengalami hukuman-Nya, memenuhi keempat syarat berikut bagi kebangunan kehidupan rohani dan pemulihan maksud kudus dan berkat Allah bagi umat-Nya (bd. Kis 3:19):
|