Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 80 dari 103 ayat untuk terbukti (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.22) (1Taw 14:1) (sh: Bagaimana tahu bahwa Allah menyertai? (Jumat, 8 Februari 2002))
Bagaimana tahu bahwa Allah menyertai?

Penyertaan Allah adalah hal yang sangat menentukan dalam hidup. Disadari atau tidak, dengan cara benar atau salah, sejak manusia jatuh ke dalam dosa dan tersesat dari hadirat Allah, isu penyertaan Allah ini penting dan dicari orang. Terlebih dalam kepemimpinan seperti yang Daud pikul. Bagaimanakah kita tahu bahwa Allah menyertai?

Bagian ini memberikan kita empat petunjuk tentang penyertaan Allah. Pertama, penyertaan Allah datang dan terbukti dalam dukungan pihak-pihak yang sebenarnya tidak tergolong di pihak "kita". Daud sekian lama telah berhasil menegakkan kekuasaannya dengan menaklukkan lawan-lawannya. Semua itu dilakukannya bersama para pembantunya. Namun, kini dalam membangun istana, bantuan datang dari pihak bukan Israel, yaitu dari raja Tirus. Dukungan dan pengakuan luas dari dunia luar adalah kenyataan bahwa Allah menyertai.

Kedua, meski dalam sudut pandang Perjanjian Baru pernikahan hanya terjadi dengan seorang pasangan hidup saja, dalam bagian ini penyertaan Tuhan nyata dalam kesuburan Daud yang menghasilkan banyak keturunan pewaris kerajaannya.

Ketiga, kemenangan berikut yang Daud peroleh atas Filistin terjadi karena sikap Daud yang selalu bertanya-tanya akan kehendak dan pimpinan Allah. Tidak semua keberhasilan dapat dijadikan bukti bahwa Allah menyertai. Kemenangan ini Daud peroleh karena Daud tidak bertindak menuruti ambisinya sendiri atau mengandalkan kemampuan perangnya semata. Sikap bertanya dan meminta penyertaan Allah ini adalah unsur dan bukti terpenting penyertaan Allah. Bergantung dan bertindak sesuai kehendak Allah adalah bukti terpenting bahwa kita dan Allah ada dalam hubungan yang serasi.

Keempat, penyertaan Tuhan tidak hanya terbatas pada perasaan batin seperti damai sejahtera dan kesukaan, tetapi ke luar dalam bentuk pengakuan dari pihak lain. Dalam hal Daud, namanya menjadi masyhur dan bangsa-bangsa lain menjadi takut karena Allah beserta dia.

Renungkan: Bukti penyertaan Tuhan adalah akibat dan bukan tujuan. Yang harus kita cari adalah penyertaan Tuhan bukan bukti atau tandanya.

(0.22) (2Taw 4:2) (sh: Pembaruan serasi dengan kehendak Allah (Rabu, 22 Mei 2002))
Pembaruan serasi dengan kehendak Allah

Untuk memberikan model bagi Israel era pascapembuangan, Asa dilukiskan sebagai raja pemenang dalam dua peperangan dahsyat. Perang pertamanya adalah melawan dosa penyembahan berhala. Penyembahan berhala adalah dosa yang sangat banyak disoroti PL sejak zaman Musa sampai para nabi, sebab sifatnya yang menyingkirkan Allah dari posisi dan hak-Nya sebagai yang utama dan objek penyembahan dan mengganti-Nya dengan patung-patung. Tindakan yang serasi dengan kehendak Tuhan hanya satu, yaitu menumpas semua berhala itu, apabila umat tidak ingin ditumpas oleh Allah. Mengapa begitu tegas Allah melawan berhala? Sebab selain berhala melawan hak dan posisi Allah, berhala juga menipu merusak citra Allah dalam diri manusia dengan jalan membelenggu manusia kepada hal-hal yang disembahnya dalam berhala itu. Pada zaman itu Asa memecahkan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang pemuj aan, yaitu penyembahan kepada dewa kekuatan yang dilambangkan dengan lingga pria dan kepada dewi kesuburan Asytoret (ayat 2-4). Bisa dipahami apabila bentuk perbudakan yang diakibatkan oleh penyembahan kedua berhala itu adalah pesta-pesta ibadah cabul. Dengan menghancurkan pusat-pusat penyembahan berhala tersebut, Asa memenangkan perang terpenting, perang rohani, dan kembali mengakui keutamaan dan kekudusan Allah.

Selain membereskan kerohanian umat, Asa juga mulai membangun kekuatan militer untuk menegakkan kewibawaan kerajaan Yehuda. Kota-kota, tembok, menara-menara, pintu-pintu, dan palang-palangnya dibangun dan diperkokoh (ayat 7). Terbukti hal tersebut perlu, sebab kemudian datang ancaman dari Zerah, orang Etiopia yang kekuatannya berlipat kali ganda kekuatan Yehuda (ayat 9). Perang kedua yang bersifat militer ini, untuk hamba Tuhan yang memiliki penglihatan rohani yang jernih juga, pada dasarnya adalah perang rohani. Karena itu pola para pendahulunya yang menang perang juga dibuat Asa. Berdasarkan doa (ayat 11), Asa berhasil memenangkan perang militer itu dengan menakjubkan (ayat 12).

Renungkan: Panggilan utama kita adalah mengizinkan Allah menjadi Raja. Biarlah Kerajaan-Nya mewujud dalam hidup kita kini.

(0.22) (Neh 2:1) (sh: Berdoa dan bersiap untuk bekerja (Minggu, 12 November 2000))
Berdoa dan bersiap untuk bekerja

Komunikasi Nehemia dengan Tuhan mendorong dia untuk melibatkan diri secara aktif dalam penyelesaian masalah di Yerusalem. Doa penuh keprihatinan bagi bangsanya diakhiri dengan suatu permohonan yang spesifik 'biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini' (1:11). Melalui pergumulannya selama 3-4 bulan setelah menerima berita dari Hanani, Nehemia dipanggil dan diyakinkan oleh Tuhan bahwa ia sendiri yang harus bekerja untuk menyelesaikan masalah di Yerusalem. Nehemia yang harus memberanikan diri berbicara kepada raja yang dapat menghukum mati dirinya. Ia takut (2b) tetapi sadar bahwa Tuhan berdaulat dan sanggup mempengaruhi hati orang yang tidak beriman sekalipun dan mengabulkan doa Nehemia agar ia mendapat belas kasihan (1:11).

Setelah mendapat perhatian raja karena mukanya yang muram, Nehemia membeberkan masalahnya. Ia tetap sadar bahwa ia sangat membutuhkan Tuhan, terbukti dalam doanya yang kilat (4) yang dipanjatkannya dalam detik-detik antara: pertanyaan raja 'jadi, apa yang kau inginkan' dan jawaban Nehemia. Yang sangat mengesankan adalah persiapan Nehemia yang matang seperti keamanan dalam perjalanan, kebutuhan akan kayu untuk pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci, tembok kota, dan rumahnya sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yang telah digumuli dalam doa selama beberapa bulan disampaikan Nehemia kepada raja yang dapat dipakai sebagai alat Tuhan semesta langit untuk memenuhi kebutuhannya. Nehemia memang mengandalkan kedaulatan dan kekuasaan Tuhan. Namun ini tidak membuat dia tidak menggunakan akal dan pikirannya. Kedaulatan Allah tidak dipakai sebagai alasan untuk bersikap malas dan lalai dalam mengadakan persiapan yang teliti.

Renungkan: Teladan indah dari Nehemia: berdoa dan siap bekerja, Allah pasti membukakan pintu-pintu yang tertutup.

Bacaan untuk Minggu ke-22 sesudah Pentakosta

Yesaya 45:1-6

1Tesalonika 1:1-5

Matius 22:15-22

Mazmur 96

Lagu: Kidung Jemaat 457

(0.22) (Neh 8:1) (sh: Hidup Baru (Senin, 10 Juli 2017))
Hidup Baru

Kehidupan baru umat Israel di tanah Yerusalem telah dimulai. Bersama dengan Ezra, Nehemia mengajar Taurat Allah kepada orang Israel, yaitu bagaimana mengalami hidup baru dan pengharapan bersama dalam Tuhan. Taurat Allah menjadi suatu keharusan karena mereka telah lama tidak melakukan kewajibannya sebagai umat Allah, yaitu Hari Raya Pondok Daun. Perintah untuk merayakan Hari Raya Pondok Daun (Ul. 6:13-15) dilakukan oleh umat Israel beserta aturannya selama tujuh hari lamanya.

Pada bulan ketujuh, orang-orang Yahudi menetap di kota Yerusalem. Mereka berkumpul dan Ezra membacakan kitab Taurat di depan umat. Bersama Nehemia, ia mengajarkan pada umat Yahudi tentang tatanan hidup sesuai Taurat Allah. Ajaran itu merupakan hari yang kudus sehingga tidak boleh berduka (10), makan yang sedap dan minum yang manis, karena sukacita dalam nama Tuhan (11), sehingga tenang dan tidak bersusah hati (12). Mereka melakukan apa yang difirmankan Tuhan, termasuk tradisi pada bulan ketujuh dengan perayaan Hari Raya Pondok Daun.

Mereka menghidupkan kembali tradisi yang dilakukan pada zaman Yosua. Mereka mengambil daun pohon zaitun, daun pohon minyak, daun pohon murad, daun pohon korma dan daun dari pohon-pohon yang rimbun untuk membuat pondok-pondok, masing-masing di atas atap rumahnya, di pekarangan mereka, juga di pelataran-pelataran rumah Allah, di lapangan pintu gerbang Air dan di lapangan pintu gerbang Efraim (16-18). Setiap hari Taurat Allah dibacakan dan pada hari kedelapan ada pertemuan raya.

Kehidupan baru seharusnya membawa suasana baru pula. Tentu kehidupan yang dijalani adalah kehidupan yang penuh sukacita. Sukacita tersebut harus disertai komitmen dan tindakan yang baru. Karena itu, semua ajaran yang diwariskan kepada kita sepatutnya menjadi pedoman menuju hidup yang baru. Demikian halnya saat kita hidup baru dalam kuasa Tuhan untuk menjadi terang dan garam Allah bagi dunia. Marilah kita hidup seturut kehendak Allah dan senantiasa belajar bersukacita dalam Tuhan! [WLD]

(0.22) (Ayb 18:1) (sh: Hati-hati menuduh sesama sebagai orang fasik (Senin, 13 Desember 2004))
Hati-hati menuduh sesama sebagai orang fasik

Keadilan Tuhan pasti menghukum orang fasik. Hanya ada satu cara menghindarkan diri dari hukuman yaitu: bertobat, mengaku dosa, dan memohon pengampunan-Nya.

Itulah yang diungkapkan Bildad menjawab sikap tegar Ayub bahwa dirinya tidak berdosa (ayat 2-4). Masalahnya, apa bukti Ayub berdosa? Bildad mulai dengan mengecam sikap Ayub yang dianggapnya sombong, seakan-akan dirinya dan teman-temannya bersikap bodoh dalam menuduh Ayub berdosa (ayat 1-4). Lalu Bildad meneruskan perkataannya dengan menguraikan nasib orang fasik (ayat 5-21). Pertama, orang fasik yang tampaknya bernasib terang, akan mengalami kegelapan yang menyebabkan ia akan terhambat dalam jalan kejahatannya (ayat 5-7). Kedua, orang fasik akan mengalami nasib buruk terjebak oleh perangkap yang dipasangnya sendiri, seperti seorang pemburu terkena umpannya sendiri (ayat 8-10). Ketiga, segala "nasib sial" akan mengejarnya ke mana pun ia pergi, yakni: kelaparan, penyakit, dan bahkan kematian. (kata "kemah" di sini menunjukkan tubuhnya) (ayat 11-15). Keempat, orang fasik akan binasa dalam keadaan miskin, kesepian, dan menderita (ayat 16-21).

Terdapat dua kesalahan dalam paparan Bildad tentang orang fasik ini. Kesalahan pertama adalah Bildad hanya menguraikan nasib `lahiriah' dari orang fasik. Kenyataannya justru banyak orang fasik yang secara lahiriah hidup menyenangkan. Sesungguhnya kesusahan orang fasik lebih bersifat psikis dan hati nurani. Kesalahan kedua adalah Bildad `salah alamat' dengan mengidentikkan Ayub sebagai orang fasik, padahal tak satu pun tuduhan para sahabat Ayub bahwa Ayub berdosa terbukti.

Alkitab menyatakan orang fasik dimurkai Tuhan. Bildad tak berhak meyakini bahwa Ayub adalah orang fasik. Kekeliruan Bildad ini disebabkan hanya melihat penderitaan fisik Ayub saja. Sebenarnya bukan tugas kita untuk menilai bahkan menghakimi orang lain. Hanya firman Tuhan yang boleh dijadikan ukuran fasik tidaknya seseorang.

Camkan: Ukuran yang Anda pakaikan kepada orang lain akan dipakai untuk mengukur Anda.

(0.22) (Ayb 31:1) (sh: Pembelaan terakhir Ayub (Sabtu, 10 Agustus 2002))
Pembelaan terakhir Ayub

Solilokui atau ungkapan perasaan terdalam Ayub melalui perkataan ini (ps. 29-31) ditutup dengan pengakuan bahwa dirinya tidak bersalah (ps. 31). Kembali Ayub menggunakan gaya bahasa seakan dirinya diadili, dan kini ia berkesempatan untuk membela dirinya dalam cara lain. Dalam nas ini hati nurani Ayub tampil ke depan, dan memberikan pertanggungjawaban tentang kehidupannya di hadapan prinsip-prinsip moralitas yang benar. Pertanggungjawaban ini sekaligus juga menjadi pertanyaan kepada Allah (ayat 35), yang telah "mengamat-amati … dan menghitung ..." (ayat 4), dan ketetapan-ketetapan-Nya.

Pertanggungjawaban itu diberikan Ayub dalam bentuk rangkaian perkataan, 'jika saya melakukan dosa A maka biarlah B terjadi pada saya.' Para penafsir nas ini menghitung ada empat belas (dua kali tujuh) bentuk dosa yang Ayub nyatakan tidak pernah ia lakukan (dengan kutukan jika dirinya ternyata melakukan dosa tersebut). Angka tujuh dalam PL bermakna kegenapan. Dua kali tujuh menunjukkan kesungguhan Ayub membela perkaranya di hadapan Allah.

Hampir semua dosa yang diucapkan Ayub berkaitan dengan etika kehidupan, kecuali satu, mengenai ibadah (menyembah berhala, ayat 26-27). Hal ini menunjukkan Ayub layak menerima pujian dari Allah sebagai orang yang "demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (ayat 1:8). Yang perlu diperhatikan di sini adalah keteguhan Ayub untuk tetap mempertahankan integritas moralnya, walaupun prinsip pada ayat 2-3, terbukti dalam kehidupan Ayub terjadi sebaliknya. Namun Ayub tetap menjaga integritasnya, bukan karena takut dihukum, atau demi berkat Allah. Ayub telah terpuruk, tetapi ia tetap menjaga kehidupannya. Kini, dari Allah pula Ayub menanti jawaban atas semua pergumulan, kebingungan, dan jeritan hatinya.

Renungkan: Apa alasan Anda menjaga moralitas kehidupan Anda? Seharusnya bukan supaya masuk surga, atau demi berkat Tuhan dalam hidup. Tetapi semata karena kerinduan untuk tetap ada dalam hubungan dengan Allah yang benar, betapapun sulit dan membingungkan hidup yang harus dijalani.

(0.22) (Mzm 42:1) (sh: Pengharapan jiwa yang tertekan (Jumat, 6 Februari 2004))
Pengharapan jiwa yang tertekan

Bagaimana perasaan Anda bila Anda tinggal di lingkungan yang tidak seiman, tidak ada saudara dan teman seiman untuk berdoa dan bersekutu. Ditambah lagi, lingkungan itu tidak menyukai Anda karena Anda orang Kristen. Mereka menekan Anda dengan sikap tidak bersahabat, dan bahkan mengejek Tuhan Yesus yang bagi mereka bukan Tuhan.

Ada penafsir yang berpendapat bahwa Mazmur 42 ditulis oleh seorang Israel yang sedang mengalami pembuangan di Babel. Ia harus hidup di negeri asing yang menyembah berhala. Sementara itu, ia sendiri tidak dapat beribadah kepada Tuhannya dengan cara yang biasa, mungkin sekali situasi bertambah berat karena orang-orang Babel memperlakukan orang Israel seakan-akan Allah orang Israel tidak mampu menolong mereka.

Namun demikian, pemazmur tidak tinggal bahkan tenggelam dalam keadaan tertekan itu. Ia bangkit dari situasi itu. Ia menasihati jiwanya sendiri untuk keluar dari depresi. Apa yang dapat menolong pemazmur keluar dari perasaan-perasaan yang menekannya?

Pertama, pemazmur mengingat-ingat antuasiasme ibadahnya pada masa lampau, bagaimana dulu ia begitu bersemangat dalam menyembah Allah (ayat 5). Hubungannya dengan Allah begitu dekat dan intim. Maka hal itu mendorong si pemazmur untuk berpengharapan akan mengalami lagi saat-saat indah bersekutu dengan Allah.

Kedua, pemazmur mengingat-ingat kebesaran Allah dalam alam (ayat 8) dan kasih setia Tuhan yang telah dinyatakan dalam kehidupannya sehingga ia bisa menaikkan nyanyian dan doa syukur kepada-Nya. Pemazmur meyakini Allah tetap setia dan tetap satu-satunya perlindungannya. Oleh karena itu ia sekali lagi menguatkan jiwanya dan kembali menaruh pengharapan kepada-Nya.

Renungkan: Anak-anak Tuhan hanya dapat keluar dari depresi yang dahsyat jika menaruh pikiran kepada Allah yang terbukti setia pada masa lampau.

(0.22) (Yes 22:1) (sh: Dosa umat Tuhan pun dibongkar! (Rabu, 8 September 2004))
Dosa umat Tuhan pun dibongkar!

Setelah bernubuat tentang bangsa-bangsa (Yes. 20-21), kini nubuat Nabi Yesaya dialamatkan kepada Yehuda dan Yerusalem. Ternyata mereka juga berdosa. Dalam Perjanjian Lama, keberadaan umat Israel istimewa karena mereka adalah keturunan Abraham. Mereka bermegah akibat status quo (status keturunan) yang dimiliki. Dalam konteks ini, umat Israel menganggap dapat melakukan apa saja tanpa ditegur karena mereka umat pilihan. Namun, anggapan itu salah besar. Jika kita membaca sejarah umat Israel, kita akan mendapati bahwa umat Israel berkali-kali ditegur Tuhan karena kesalahan dan pelanggaran mereka.

Dari "Lembah penglihatan" (ay. 1-13) Yerusalem digambarkan sebagai kota yang akan diserang dan dihancurkan apabila penduduknya tidak kembali kepada Tuhan. Kekeliruan yang dilakukan oleh mereka ialah mengandalkan kekuatan diri sendiri dan berlindung pada bantuan negara-negara yang kuat pada zaman itu. Dan kesalahan utama mereka ialah mereka melupakan Tuhan yang terbukti mampu menyelamatkan mereka dari serangan musuh. Mereka tidak memercayai janji dan penyertaan Tuhan. Itulah sebabnya, Tuhan akan menghakimi mereka, dan penghakiman ini akan mematikan mereka (ayat 15-19). Meski demikian, Tuhan tetap menjanjikan pengharapan melalui Elyakim anak Hilkia (ayat 20). Elyakim akan menjadi pemimpin umat yang menyelamatkan Yerusalem. Dia digambarkan menjadi "gantungan" bagi umat Israel. Tetapi ini pun tidak akan berlangsung lama, karena pada akhirnya Elyakim pun akan jatuh (ayat 25).

Keberadaan umat Tuhan harus dilihat dari hubungan yang benar antara mereka dan Tuhan. Seorang Kristen sejati disebut orang percaya bukan karena ia memiliki status yang didapatkan karena keturunan, baptisan, kewargaan gereja, tetapi karena ia memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan. Inilah dasar iman Abraham (Ibr. 11:8). Hal yang sama dituntut dari kita yaitu kita dipanggil untuk memiliki hubungan yang benar dengan-Nya.

Renungkan: Pemurnian apakah yang perlu di alami orang Kristen di Indonesia agar Tuhan leluasa memakainya?

(0.22) (Yes 43:14) (sh: Allah menghapus air mata umat-Nya (Sabtu, 30 Juli 2005))
Allah menghapus air mata umat-Nya

Hukuman pembuangan bagi Israel telah berakhir oleh inisiatif Allah (ayat 14). Ia membebaskan Israel sebab Israel milik kepunyaan-Nya. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Yang Mahakudus, Raja Israel ketika Ia melepaskan umat-Nya itu (ayat 15). Penyataan identitas itu dilakukan-Nya sebagai sebuah proklamasi. Hal ini ditujukan-Nya kepada ilah-ilah lain dan semua bangsa di bumi karena mereka beranggapan Allah Israel tidak berkuasa menolong umat-Nya (ayat 14, 16-17).

Allah memulihkan keadaan Israel sehingga hubungan antara Israel dan Allah menjadi baru kembali (ayat 19). Pembaruan hubungan itu digambarkan sebagai hal yang aiaib seperti jalan di padang belantara, sungai-sungai di belantara, dan air yang memancar di padang gurun. Hasilnya umat Allah akan memuliakan nama-Nya bahkan binatang hutan, serigala, dan unta melakukan hal yang sama (ayat 20). Mengapa Allah mau memulihkan Israel padahal mereka telah melupakan-Nya? Karena Dia tahu keterbatasan umat-Nya dalam menaati perintah-perintah-Nya (ayat 22-24). Maka Ia tidak menimpakan murka-Nya setimpal dengan kesalahan umat-Nya melainkan Ia menghapusnya karena Diri-Nya (ayat 25). Allah telah mengenal kebebalan umat-Nya semenjak kaum leluhurnya sampai kepada para pemimpin rohani yang telah terbukti mengecewakan-Nya (ayat 26-27). Meskipun demikian, kebebalan umat-Nya harus diubahkan dengan belajar menderita untuk sesaat (ayat 28).

Sungguh ajaib Allah kita. Hajaran-Nya terhadap setiap anak-Nya yang melanggar firman-Nya adalah hajaran kasih. Bila hajaran itu terasa menyakitkan sehingga menimbulkan tetesan air mata pertobatan, ingatlah Dia pun menitikkan air mata kasih. Oleh karena itu, jangan sia-siakan belas kasih-Nya. Bertobatlah dan nikmati kembali anugerah dan kemurahan-Nya.

Renungkan: Jangan undur jika Anda ditegur-Nya karena Dia ingin Anda bertobat.

(0.22) (Yer 38:14) (sh: Kualifikasi prima seorang pemimpin (Rabu, 9 Mei 2001))
Kualifikasi prima seorang pemimpin

Maju mundurnya sebuah bangsa tergantung dari kualitas pemimpin yang dimiliki bangsa tersebut. Ini bukan suatu kebenaran yang dilebih-lebihkan sebab ada banyak contoh yang dapat kita lihat dalam sejarah. Bahkan kebenaran ini juga berlaku bagi gereja, perusahaan, maupun rumah tangga.

Zedekia bukanlah seorang pemimpin berkualitas prima. Kualitas di sini bukan kemampuan teknis seperti memanah atau memainkan pedang, melainkan kualitas manajerial. Itu yang tidak dimiliki oleh Zedekia. Ia tidak mempunyai visi yang jelas dan benar. Ini terbukti ketika untuk kesekian kalinya ia menemui Yeremia dengan maksud yang sama (14). Sebetulnya ia tidak rindu mendengarkan suara Allah, melainkan ingin agar Allah melakukan intervensi untuk menyelamatkan Yehuda sehingga ia dapat tetap menjadi raja. Ia tidak dapat melihat bahwa berdasarkan fakta sejarah Yehuda, keinginannya itu tidak mungkin terealisasi, karena penghukuman Allah tidak mungkin ditunda. Ia mengabaikan kebenaran sejarah, akibatnya arah pemerintahannya pun tidak jelas. Bukankah visi dibangun berdasarkan fakta sejarah?

Sebagai raja, Zedekia tidak mampu mengkoordinir dan mengontrol pembantunya. Mengapa demikian? Sekali lagi karena ambisi pribadinya. Untuk mempertahankan kedudukannya, ia butuh dukungan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, ia tidak mungkin mendapatkan dukungan karena negara-negara sekutunya seperti Mesir, tidak mampu melawan Babel. Sedangkan dari dalam negeri ia hanya dapat bergantung kepada para pembantunya, bukan rakyat yang nampaknya sudah membencinya (19). Karena ia tidak pernah memperlakukan rakyatnya dengan baik. Namun dukungan itu ia peroleh dengan harga yang mahal yaitu ia harus selalu memenuhi keinginan pembantunya (16, 24 bdk. 38:5).

Renungkan: Melihat model kepemimpinan Zedekia dan dampak yang diberikan, kita mendapatkan pelajaran penting yaitu kualifikasi prima yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin di institusi mana pun adalah ia tidak punya ambisi maupun agenda untuk mempertahankan kedudukannya. Bila ambisi maupun agenda itu ada dalam pikirannya, maka dapat dipastikan bahwa ia adalah pemimpin tanpa visi. Apa yang akan terjadi pada sebuah institusi tanpa visi? Institusi itu hanya menjadi kendaraan pemimpin untuk bertakhta dan mempertahankan takhta.

(0.22) (Dan 5:17) (sh: Tegas terhadap dosa (Minggu, 25 April 1999))
Tegas terhadap dosa

Penawaran kuasa dan harta ternyata tak menyilaukan mata Daniel. Justru Daniel menganggap tawaran Belsyazar merupakan penghinaan terhadap Allah. Tak ada sedikitpun keinginan Daniel mencuri kuasa dan kemuliaan Allah bagi kepentingan dirinya sendiri. Kuasa ilahi dan kemuliaan sorga yang menyertainya melebihi segala sesuatu di dunia ini membuatnya tidak gila kuasa, dan gila hormat. Daniel menyadari sepenuhnya bahwa kuasa Allah yang dilayaninya itulah yang memampukan dia mengartikan makna dari tulisan yang menggentarkan Belsyazar itu. Daniel menunjukkan kepada kita suatu sikap konsisten yang terus dipertahankan sejak semula. Tidak menutup kemungkinan bila kita pun akan mengalami desakan-desakan dari lingkungan kita. Bila kita tetap mempertahankan keyakinan beriman kita, maka Allah yang Penguasa dan penentu segala sesuatu itu memampukan kita menolak segala bentuk godaan dan tawaran-tawaran "semu" yang menggiurkan.

Melalui wibawa dan kuasa Allah. Dengan kemampuan dan kepercayaan dari Allah, Daniel menegur dosa Belsyazar. Dosa yang merupakan pengulangan terhadap dosa masa lampau. Bahwa Belsyazar menganggap remeh dan tidak belajar dari pengalaman sejarah raja Nebukadnezar pendahulunya. Terbukti ketika ia melakukan kesalahan yang sama. Bila seorang pemimpin tidak belajar dan memetik hikmat dari pengalaman dan fakta sejarah, maka kesalahan yang sama yang pernah dilakukan para pendahulu kita akan terulang kembali. Kedua, Belsyazar terlalu berani mengotori peralatan bait Allah dengan hal-hal yang menajiskan. Hal lain lagi yang dilakukan oleh raja Belsyazar dan mengundang murka Allah, ialah keberaniannya mengotori peralatan bait Allah dengan hal-hal yang menajiskan dan memalukan. Kekuasaan seringkali membuat orang tidak lagi dapat membedakan mana yang milik Allah, mana yang milik manusia.

Renungkan: Pertama: Tidak semua kebaikan yang kita terima harus selalu diresponi dengan menawarkan kekuatan kuasa dan kenikmatan harta. Kedua: Teguran Allah ini bisa terjadi pada siapa saja, dengan tujuan agar supaya pelaku dosa menyadari kesalahannya dan mengalami pertobatan.

Doa: Tuhan, mampukan saya bertahan dan tidak tergoda oleh rayuan dunia ini, yang berusaha menarik saya keluar dari lingkungan kewibawaan-Mu.

(0.22) (Yl 2:18) (sh: Anugerah karena pertobatan (Sabtu, 20 November 2004))
Anugerah karena pertobatan

Kedaulatan, kasih, dan keadilan Allah tidak pernah bertentangan dalam diri-Nya, ketiganya berjalan seiring dan indah pada waktunya.

Hal ini terbukti dari berkat yang diberikan Allah kepada Israel atas pertobatan sungguh-sungguh yang mereka lakukan, seperti dalam bacaan hari ini. Tuhan berdaulat menghukum dan Ia berdaulat pula memberi anugerah. Karena perjanjian kasih setia-Nya yang kekal, maka umat yang bertobat tidak mendapat penghukuman. Allah mau mendengar doa dan permohonan yang dinaikkan umat-Nya (ayat 18), bahkan Ia pun menambahkan pemulihan bagi keadaan umat-Nya (ayat 19). Apabila pemulihan Allah terjadi maka musuh umat-Nya pun menjadi musuh Allah juga, sehingga lawan umat Allah akan disingkirkan (ayat 20).

Selain pemulihan diri umat-Nya, kehidupan alam sekitar juga diberkati sehingga hujan diturunkan pada waktunya dan tanaman bertumbuh subur. Itulah Allah kita. Pemulihan-Nya adalah anugerah menyeluruh yang meliputi pemulihan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sukacita dan kegembiraan timbul karena Allah semata-mata (ayat 21-23). Bahkan semua kerugian yang pernah dialami umat-Nya selama masa bencana diperbarui. Akibatnya umat Allah kembali mengalami kemakmuran dan kembali terdengar sorak-sorai memuliakan Tuhan (ayat 24-26). Sungguh, tidak ada nama lain sedahsyat Allah Israel (ayat 27).

Pemahaman umat Kristen masa kini banyak dipengaruhi oleh pandangan berkat dan kutuk, yaitu berkat pasti tercurah bila setia ikut Allah dan kutuk menimpa apabila berpaling dari-Nya. Sesungguhnya, pemahaman seperti ini `membatasi' kedaulatan Allah dalam membuktikan cinta kasih-Nya. Padahal, kedaulatan Allah sewaktu menjalankan rencana-Nya bagi umat-Nya tidak pernah dihalangi oleh kesalahan sikap manusia maupun dibatasi oleh tindakan manusia yang tidak setia.

Bagaimana dengan kita? Apakah ingin mengalami anugerah pemulihan Allah? Inilah saatnya kita mengambil keputusan!

Renungkan: Penghukuman -- pengampunan -- pemulihan, itulah kasih Allah.

(0.22) (Mat 26:1) (sh: Kebencian vs kasih (Selasa, 15 Maret 2005))
Kebencian vs kasih


Paskah adalah perayaan Yahudi paling besar. Orang Yahudi melihat Paskah penting bagi jatidiri mereka sebagai umat sebab saat itulah nenek moyang mereka mengalami pembebasan dari perbudakan di Mesir. Paskah membuat mereka kembali mereguk penggenapan janji-janji Allah kepada Abraham yang melaluinya ingin mendatangkan berkat bagi semua bangsa di dunia.

Dua hari menjelang Paskah, tiga kejadian penting terjadi. Pertama, Yesus mengaitkan perayaan itu dengan penyaliban yang akan ditanggung-Nya (ayat 2). Ucapan demikian menjadi dasar bagi umat Kristen kelak yang mengartikan kematian dan kebangkitan-Nya sebagai dasar terbentuknya umat tebusan Perjanjian Baru. Yesus sedia menanggung harga tebusan dosa sedemikian mahal sebab kasih-Nya kepada manusia. Kedua, pada waktu hampir bersamaan berkumpul juga orang-orang yang selama ini menentang Dia. Kini terbukti bahwa peringatan dan teguran Yesus tentang mereka benar adanya. Tujuan puncak mereka berunding itu adalah untuk melenyapkan Yesus (ayat 4). Kemunafikan mereka tetap saja nyata. Mereka tidak mau melakukan itu pada hari perayaan Paskah yang sedemikian dipentingkan rakyat banyak (ayat 5).

Ketiga, betapa mengharukan bahwa di saat-saat segenting itu seorang perempuan di Betania mengungkapkan kasihnya dengan mengorbankan minyak yang mahal harganya untuk mengurapi kaki Yesus. Bahkan untuk para murid pun tindakan itu dianggap pemborosan yang tak perlu. Sebenarnya bagi Dia yang melimpah kasih tidak ada ungkapan dan perbuatan kasih kita yang terlalu boros atau berlebihan (ayat 10-13). Tindakan ini secara tidak langsung mengungkapkan hakikat perbuatan-perbuatan kasih yang dibenarkan Tuhan dalam pengadilan akhir kelak (ayat 25:35-39). Di zaman akhir ini, apakah perbuatan-perbuatan kasih kita akan semakin surut dan gersang atau justru sebaliknya?

Renungkan: Kita sedang berlutut melayani Yesus dengan curahan kasihkah dalam sepanjang hidup kita?

(0.22) (Mat 27:57) (sh: Mati pun dikuatirkan (Sabtu, 14 April 2001))
Mati pun dikuatirkan

Kematian telah mengakhiri penderitaan Yesus di dunia. Siapa yang bertanggungjawab terhadap tubuh kaku Yesus? Apakah akan tetap tergantung di kayu salib hingga akhirnya hancur membusuk? Menurut hukum pemerintahan Roma, seorang penjahat yang mati di kayu salib akan terus dibiarkan hingga tubuhnya membusuk. Hal itu pun mungkin akan diberlakukan bagi tubuh Yesus seandainya Pilatus tidak mengizinkan Yusuf dari Arimatea, seorang Yahudi yang kaya, meminta tubuh Yesus untuk dikuburkan secara layak. Yusuf membungkus tubuh Yesus dengan kain kafan, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur miliknya sendiri. Saat itu hanya orang-orang kaya saja yang memiliki kubur. Dengan demikian genaplah nubuat nabi Yesaya dalam Yes. 53:9, "Orang menempatkan kubur-Nya di antara orang fasik, tetapi dalam mati-Nya Dia bersama dengan seorang kaya"

Namun pada saat yang sama, para pemimpin orang Yahudi mengingat tentang perkataan Yesus bahwa sesudah tiga hari, Ia akan bangkit. Mereka menjadi kuatir dan takut. Karena itu mereka memohon kepada pemerintah agar mengirimkan penjaga untuk menjaga kubur Yesus. Bila kita mengikuti pemahaman-pemahaman yang mereka perdebatkan bersama Yesus, dalam masa-masa pelayanan- Nya, khususnya tentang kebangkitan-Nya, mereka seolah tidak peduli. Tapi setelah Yesus mati mereka malah kuatir jika perkataan Yesus itu terbukti. Kekuatiran para imam sebenarnya menunjukkan bahwa mereka mengimani perkataan Yesus. Memang sulit untuk menerima fakta apalagi mengimani pemahaman yang selama ini justru ditentang kebenarannya.

Kekuatiran seperti ini juga dimiliki oleh orang-orang yang membenci Kristen. Mereka kuatir bila kebenaran tentang Yesus Kristus pada akhirnya dapat mempengaruhi dan membuat mereka percaya. Akibatnya cara apa pun, yang dianggap dapat menghambat dan mematikan akan dilakukan. Apakah dengan cara tersebut mereka berhasil mengatasi kekuatiran mereka?

Renungkan: Bila orang yang tidak percaya mengkuatirkan kebenaran Yesus mampu mengubah keyakinan mereka sehingga menjadi percaya kepada-Nya, mengapa Kristen harus kuatir akan keyakinannya kepada Tuhan Yesus? Bukankah yang Kristen imani adalah sesuatu yang benar yang berasal dari Allah sendiri?

(0.22) (Luk 5:1) (sh: Dijala sebelum menjadi penjala (Sabtu, 10 Januari 2004))
Dijala sebelum menjadi penjala

Pola rekruitmen yang paling sering dipakai karena terbukti keberhasilannya adalah brainwashing (=cuci otak). Seseorang akan dicekoki dengan ideologi tertentu. Biasanya orang tersebut akan menjadi fanatik, membabi buta dalam mempertahankan apa yang satu-satunya ia miliki. Namun, pola rekuritmen ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu, hanya menghasilkan robot-robot tanpa hati nurani.

Ketika Yesus bermaksud menjadikan Petrus dan rekan-rekannya penjala manusia, Dia tidak menggunakan cara brainwashing. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya secara tidak frontal, karena Yesus mengikuti pola nalar Petrus sendiri. Petrus merasa dirinya paling tahu bagaimana dan kapan mencari ikan. Ia tahu dari pengalaman bernelayan bahwa ikan-ikan tidak akan muncul pada siang hari. Apalagi mungkin sekali saat itu musim ikan sudah selesai karena semalaman mencari ikan hasilnya nihil. Nalar Petrus mengatakan permintaan Tuhan Yesus untuk menjala ikan di siang hari adalah tidak masuk akal (ayat 5).

Hanya karena rasa hormat Petrus menebarkan jala. Akan tetapi, justru saat itu juga ikan-ikan memenuhi jalanya. Nalar Petrus bekerja keras. Hal yang tidak masuk akal terjadi. Itu hanya bisa berarti satu hal, yaitu Tuhan Yesus bukan guru biasa. Tuhan Yesus pasti berasal dari Allah. Maka Petrus pun tersungkur di kaki Yesus.

Dihadapkan kepada pengenalan akan keTuhanan Yesus, Petrus menyadari diri orang berdosa (ayat 8). Namun, justru pengenalan diri itu merupakan langkah maju untuk dirinya dapat dikuduskan Tuhan dan kemudian dipakai-Nya.

Renungkan: Sebelum Anda dipakai-Nya menjadi penjala manusia, Anda harus terlebih dahulu mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhanmu.

(0.22) (Luk 9:8) (sh: Awas! 'Egois Rohani'. (Senin, 6 Maret 2000))
Awas! 'Egois Rohani'. /h5>

Sifat egois nampaknya sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Yang lebih menyedihkan, sifat ini    ternyata juga dapat melanda kehidupan kerohanian. Yang penting    aku sudah menerima keselamatan pribadi, yang penting aku sudah    mengembangkan persekutuan pribadi dengan Dia, yang penting    pengetahuanku akan kebenaran-Nya semakin bertumbuh; tidak peduli    dengan Kristen lainnya apalagi dengan non-Kristen.

Keegoisan rohani juga nampak dalam respons Petrus ketika ia    menyaksikan Yesus dimuliakan di atas gunung. Secara spontan ia    menyatakan bahwa ia ingin mendirikan tiga kemah untuk Yesus,    Musa, dan Elia, supaya mereka tidak pergi sehingga Petrus dapat    terus mempunyai pengalaman rohani yang luar biasa secara    pribadi.

Petrus mendapatkan suatu pencerahan untuk memahami misteri    puncak kehidupan manusia, khususnya tentang masa depan manusia    setelah kematian dan peran Yesus di dalam seluruh misteri    tersebut. Hadirnya Musa dan Elia memberikan keyakinan kepada    Petrus bahwa ada "dunia lain" atau "kerajaan kekal". Dunia lain    ini bukanlah sekadar masa depan, namun hadir bersamaan dengan    dunia kita sekarang. Kristus mempunyai 'akses' untuk masuk ke    dalam dunia yang lain. Dan dalam dunia lain ini, waktu dan    perubahan zaman tidak memberikan pengaruh. Ini terbukti dari    hadirnya Musa dan Elia pada saat bersamaan, padahal mereka hidup    dalam abad yang jauh berbeda.

Petrus semakin diperteguh imannya tentang misi Yesus yaitu    mempersembahkan korban penghapus dosa melalui diri-Nya sendiri.    Musa dan Elia mempunyai peran yang sama yaitu melepaskan umat    Allah dari jajahan bangsa lain maupun allah lain, melalui    persembahan korban. Petrus terlalu asyik dengan pengalaman    rohani yang luar biasa ini, sehingga ia lupa akan tugas dan    tanggung jawabnya sebagai murid Tuhan Yesus. Maka setelah    peristiwa itu, Allah memberikan perintah agar mereka mendengar    Yesus. Pengalaman ini berfungsi mempertegas siapa Yesus dan apa    tugas seorang murid Tuhan Yesus.

Renungkan: Kita pun harus mendengarkan dan melakukan apa yang    pernah Yesus ajarkan secara nyata bagi masyarakat. Korban    persembahan yang Yesus lakukan bukan untuk konsumsi pribadi    Kristen, namun seluruh umat manusia.

(0.22) (Luk 17:11) (sh: Bukti iman sejati (Jumat, 12 Maret 2004))
Bukti iman sejati

Orang yang benar-benar telah diselamatkan pasti menunjukkan kepekaan akan hal-hal rohani. Salah satunya adalah kepekaan akan anugerah yang sudah terjadi dalam hidupnya. Hidupnya akan penuh ucapan syukur. Kesaksian-kesaksiannya bukan berpusatkan kepada dirinya sendiri dan apa yang sudah terjadi pada dirinya, tetapi kepada Allah dan apa yang Allah sudah lakukan atas dirinya.

Dari kisah ini jelas kita melihat siapa yang sungguh-sungguh beriman dan diselamatkan dan siapa yang tidak. Sepuluh orang kusta itu memang percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan mereka. Keyakinan mereka akan Yesus sungguh besar. Terbukti, bahwa ketika Yesus tidak secara langsung menyembuhkan mereka, melainkan menyuruh mereka memperlihatkan tubuh mereka ke imam-imam, mereka tanpa ragu segera pergi mencari imam-imam. Saat itulah mukjizat terjadi, tubuh mereka menjadi tahir (ayat 14).

Namun, di sini ceritanya terpecah. Hanya satu orang, yaitu orang Samaria (sembilan lainnya mungkin sekali orang Yahudi), yang setelah melihat dirinya sembuh memuliakan Allah dan kembali kepada Yesus untuk menyembah Dia. Orang Samaria ini kembali karena dia bukan hanya merasakan dan mengalami jamahan kuasa Tuhan tetapi menyadari akan anugerah-Nya. Oleh karena itu ia kembali untuk mengucap syukur. Yesus menegaskan kepada orang tersebut bahwa imannya sudah menyelamatkannya (ayat 19)!

Bagaimana dengan kesembilan orang lainnya? Rupanya bagi mereka yang penting adalah kesembuhan itu, bukan Tuhan yang menyembuhkan. Mereka merasakan mukjizat ilahi tetapi tidak merasakan jamahan anugerah ilahi. Sentuhan kasih ilahi tidak mereka sadari, oleh sebab itu respons mereka pun tidak ada.

Renungkan: Orang yang telah mengalami sentuhan anugerah Allah pasti penuh pengucapan syukur. Itu adalah bukti nyata bahwa ia sudah menjadi milik Tuhan.

(0.22) (Luk 17:20) (sh: Kerajaan Allah sudah datang! (Sabtu, 13 Maret 2004))
Kerajaan Allah sudah datang!

Mungkin Anda masih ingat berapa kali muncul nubuat-nubuat mengenai kedatangan Yesus kedua kali dalam dua dekade terakhir ini. Bukan hanya melanda manca negara, tetapi juga di Indonesia. Berita-berita ini menjadi isu yang hangat dan sangat menggairahkan. Walau tidak satu pun terbukti benar, banyak orang yang terkecoh olehnya. Tak sedikit orang yang menjadi goncang imannya.

Hari kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda lahiriah zaman ini (ayat 20-21). Oleh sebab itu semua usaha untuk menandai dalam kalender kita akan berakhir sia-sia. Kerajaan Allah sebenarnya sudah datang di dunia ini (ayat 21). Ia hadir pada setiap hati orang percaya. Orang percaya dan kehidupannya seharusnya menjadi bukti kehadiran kedaulatan dan pemerintahan Allah tersebut.

Yesus mengingatkan orang banyak bahwa akan ada banyak sikap terhadap kedatangan Anak Manusia. Ada orang yang dengan semangat mencari-cari tanda, menghitung-hitung hari kedatangan Anak Manusia itu (ayat 22-23), namun mereka tidak akan menemukannya. Sebaliknya ada pula orang-orang yang tidak mempedulikan sama sekali hari kedatangan Anak Manusia itu. Mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hidup dalam dosa, sama seperti orang-orang yang kemudian dibinasakan oleh air bah pada masa Nuh (ayat 26-27) dan yang kemudian dimusnahkan oleh api dan belerang pada zaman Lot (ayat 28-29).

Justru, penghukuman seperti yang dialami oleh nenek-nenek moyang mereka akan menimpa mereka pada masa kini (ayat 30-37) apabila mereka tidak bertobat dan mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh sebelum Anak Manusia benar-benar datang.

Renungkan: Hanya dengan menerima kehadiran Kerajaan Allah, yaitu merajakan Anak Manusia dalam hidup kita, kita akan dihindarkan dari penghukuman yang begitu dahsyat.

(0.22) (Luk 19:11) (sh: Peringatan kepada mereka yang .. (Jumat, 19 Maret 2004))
Peringatan kepada mereka yang ..

Mengajarkan kebenaran kepada para murid Yesus saja sudah sulit, apalagi kepada orang banyak. Yesus menyadari bahwa para murid masih salah mengerti tentang kerajaan Allah. Mereka menyangka Kerajaan Allah akan segera datang melalui kehadiran Yesus di Yerusalem, padahal tidak demikian (ayat 11).

Melalui perumpamaan ini Yesus sekali lagi mengajar mereka bahwa Kerajaan Allah yang sempurna dan terakhir belum lagi datang. Setelah Yesus selesai dengan tugas keselamatan-Nya di kayu salib, mati dan bangkit pada hari ketiga, Dia akan pulang kepada Bapa untuk menerima hormat dan kemuliaan yang dulu dimiliki-Nya (ayat 12). Sementara itu, Ia meninggalkan para murid di dunia ini untuk meneruskan misi Yesus dengan penuh tanggungjawab (ayat 13). Tugas itu harus dipertanggungjawabkan pada saat Yesus datang kedua kali (ayat 15). Murid-murid yang setia dan dedikatif akan menerima pujian 'hamba yang baik' dan menerima kepercayaan lebih besar dalam Kerajaan-Nya (ayat 16-19), tetapi murid-murid yang tidak setia serta meragukan kasih-Nya akan kehilangan segala kehormatan dan hak-haknya (ayat 26). Perumpaman ini juga membicarakan nasib orang-orang yang menolak kerajaan Allah, menolak Yesus sebagai Tuhan mereka (ayat 14). Siapakah mereka? Mungkin sekali orang-orang Yahudi. Mereka akan dihakimi, dan dibinasakan sebagai pemberontak (ayat 27).

Bagi kita yang hidup pada masa penantian kedatangan Yesus yang kedua kali, perumpamaan ini sangat relevan. Adakah kita akan terbukti hamba yang setia, yang mengupayakan secara maksimal pelayanan Injil yang dipercayakan kepada kita, ataukah kita malas dan mempermainkan anugerah Allah? Atau bahkan, jangan-jangan kita ada di golongan orang-orang yang menolak Dia?

Camkanlah: Waktunya akan tiba untuk kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hadapan Hakim yang Adil.

(0.22) (Luk 19:28) (sh: Sambutan dan penolakan (Sabtu, 20 Maret 2004))
Sambutan dan penolakan

Akhirnya perjalanan Yesus hampir mencapai garis akhir. Ia sudah semakin dekat ke Yerusalem. Ia tidak hanya mengetahui apa yang akan terjadi di depan-Nya, tetapi juga mengetahui bahwa sebentar lagi misi yang diemban-Nya sebagai Mesias akan mencapai puncaknya.

Maka tiba waktu bagi Yesus untuk menyatakan Kemesiasan-Nya secara frontal. Sesuai dengan nubuat Zakharia (Zak. 9:9-10), Mesias sebagai raja akan masuk ke Yerusalem dengan mengendarai keledai muda. Pernyataan frontal ini diperlukan agar terbuka pula semua sikap yang selama ini mungkin tersembunyi, sehingga jelas siapa kawan, siapa lawan.

Sambutan gempita dari para murid dan pengikut Yesus yang begitu luar biasa menunjukkan bahwa masyarakat menerima kehadiran Mesias. Dengan mengutip Mazmur 118:26 yang biasa dikumandangkan pada perayaan Pondok Daun para murid menyambut 'Dia yang datang dalam nama Tuhan' menuju takhta kerajaan di Yerusalem (Luk. 19:38). Sambutan yang gegap gempita itu segera mendapatkan protes dari orang-orang Farisi. Namun, Yesus menolak protes mereka dan menegaskan bahwa batu akan bersorak bila suara manusia dibungkam (ayat 40)!

Jelaslah bagi kita kini: siapa kawan, siapa lawan! Orang Farisi dan kelompok yang selama ini menentang Yesus, yang sekaligus mewakili kelompok orang banyak (terbukti kelak merekalah yang menyalibkan Yesus), dan warga Yerusalem sendirilah yang akan bangkit menentang Yesus.

Untuk itulah Yesus meratapi Yerusalem (ayat 41-44). Oleh karena mereka menolak Mesias maka mereka akan mengalami penghukuman dahsyat. Yesus sekaligus menubuatkan penghancuran kota Yerusalem yang akan terjadi empat puluhan tahun kemudian.

Renungkan: Sekali waktu kelak, semua lutut akan bertelut, semua lidah akan mengaku, Yesus itu Tuhan.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA