Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 80 dari 184 ayat untuk menguasai (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.22) (2Sam 8:3) (jerusalem: Hadadezer) Dalam naskah Ibrani kedudukan Hadadezer tidak menjadi jelas. Mungkin dapat dimengerti sbb: Hadadezer adalah penguasa Zoba, sebuah daerah yang terletak di pegunungan Anti-Libanon. Ia juga menguasai beberapa kelompok orang Aram di daerah yang berdekatan. Hadadezer berusaha memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke sungai Efrat. kesempatan itu dimanfaatkan Daud untuk menyerangnya dari belakang. Mungkin juga seluruh catatan ini mengenai perlawanan Daud yang diceriterakan dalam bab 10.
(0.22) (Ayb 9:13) (jerusalem: Rahab) Rahab itu ialah naga purba sama dengan Lewiatan, Ayu 3:8+, atau "Tiamat". Dalam mitologi Rahab mempribadikan Laut purba (Tiamat), Ayu 7:12+. Dengan maksud meluhurkan daya Allah Pencipta yang menguasai segala sesuatu, maka rakyat dan para pesajak suka meluhurkan Allah sebagai Pemenang yang mengalahkan Rahab, Ayu 26:12+; Maz 89:11+. Dalam ceritera-ceritera mengenai sejarah Rahab melambangkan Laut Teberau dan juga Mesir, Yes 30:7; Maz 87:4+.
(0.22) (Mzm 104:26) (jerusalem: kapal-kapal) Allah juga mengurus macam-macam usaha dan kejuruan manusia. Sementara ahli berpendapat bahwa yang dimaksud bukannya kapal, tetapi binatang-binatang raksasa di laut
(0.22) (Ob 1:21) (jerusalem: Penyelamat-penyelamat) Terjemahan lain: Pemenang-pemenang. Naskah Ibrani boleh diperbaiki menjadi: Yang selamat
(0.22) (Luk 22:52) (jerusalem) Menurut Matius maka pasukan itu segera menahan Yesus setelah Yudas menciumNya; lalu diceritakan tentang telinga yang terpotong; akhirnya perkataan Yesus kepada pasukan itu. Urutan peristiwa dalam Markus sama. Dalam Lukas urutan berbeda, sebab Yesus baru ditahan (Luk 22:54), setelah berkata-kata kepada pasukan itu. Dengan jalan itu Lukas menekankan bahwa Yesus menguasai jalannya peristiwa. Begitu juga Yoh 10:18+; Luk 18:4-6.
(0.22) (Yoh 12:31) (jerusalem: dilemparkan ke luar) Var: dilemparkan ke bawah. Iblis (bdk Yoh 8:12+; Yoh 14:30; 16:11; 2Ko 4:4; Efe 2:2; 6:12) menguasai dunia, 1Yo 5:19; kematian Yesus membebaskan manusia dari kekuasaan yang lalim itu. Bdk Yoh 3:35+ dan Mat 8:29+; Luk 8:31+; Rom 8:3; Kol 1:12-13.
(0.22) (Kol 2:15) (jerusalem) Sesuai dengan sebuah tradisi yang lama, Paulus berpendapat bahwa Hukum Yahudi didalangi oleh malaikat-malaikat, bdk Gal 3:19+. Dalam pandangan manusia kuasa-kuasa sorgawi itu telah merebut bagi dirinya wewenang Pencipta. Dengan salib AnakNya Allah telah membatalkan tata Hukum itu dan dengan demikian mengambil dari kuasa-kuasa itu alat yang dengan itu mereka menguasai manusia; selanjutnya kuasa-kuasa itu takluk kepada Kristus.
(0.22) (Mzm 54:1) (sh: Mengandalkan pertolongan Tuhan. (Selasa, 03 Maret 1998))
Mengandalkan pertolongan Tuhan.

Peristiwa pengkhianatan kembali dialami Daud. Kali ini, pengkhianatan datang dari orang Zifi yang justru dipercaya dan diharapkan mampu memberi perlindungan. Bagaimana perasaan dan reaksi bila Anda menghadapi kondisi seperti itu? Wajar bila timbul perasaan sakit hati dan reaksi marah. Tetapi hal itu tidak terjadi pada Daud. Ia tidak mempersilakan perasaan dan reaksi itu timbul dan menguasai dirinya. Daud berhasil menguasai keadaan emosinya karena ia hanya pada Allah memusatkan perhatian (ayat 54:1-2" context="true" vsf="TB">3-4), dan melihat bagaimana campur tangan Allah dalam perjalanan dan pengalaman hidupnya.

Iman yang berserah dan berharap. Inilah kunci kesuksesan Daud menguasai keadaan dirinya. Jelas sekali bahwa Daud mengimani Allah yang adil, berkuasa dan maju membelanya (ayat 54:4" context="true" vsf="TB">6). Hal itu pulalah yang membuat Daud tidak terjebak dan terbenam dalam kemalangannya. Iman yang membuatnya mengenal Allah dengan jelas, membuat ia mampu berserah, berharap penuh dan memperoleh hikmat untuk bertindak bijak.

Renungkan: Pengalaman sesakit apa pun bila dihadapi dengan iman teguh, justru akan melahirkan sikap hidup terpuji.

Doa: Tuhan, ajar kami melihat kepahitan dalam pandangan-Mu.

(0.19) (Kej 6:5) (full: KEJAHATAN MANUSIA BESAR )

Nas : Kej 6:5

(versi Inggris NIV -- betapa besar kejahatan manusia). Di zaman Nuh sifat dosa manusia dengan terang-terangan ditunjukkan dalam dua hal utama: nafsu seksual (ayat Kej 6:2) dan kekerasan (ayat Kej 6:11). Kebejatan manusia tidak berubah; nafsu dan kekerasan masih merupakan sarana ungkapan kejahatan yang tak terkendali. Dewasa ini perilaku amoral, kefasikan, pornografi, dan kekerasan menguasai masyarakat kita (lih. Mat 24:37-39;

lihat cat. --> Rom 1:32).

[atau ref. Rom 1:32]

(0.19) (Ayb 16:19) (full: SAKSIKU ADA DI SORGA. )

Nas : Ayub 16:19

Dengan iman Ayub dapat menguasai semua keragu-raguannya mengenai kebaikan Allah, karena ia menyatakan bahwa Allah sendiri akan bersaksi bahwa dirinya tidak bersalah. Ia ingin agar Allah membela perkaranya di mahkamah sorga. Kerinduan akan seorang pengantara untuk membela diri kita di hadapan Allah menjadi kenyataan di dalam Yesus Kristus. Melalui Dia Allah "mendamaikan kita dengan diri-Nya" (2Kor 5:18); "kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil" (1Yoh 2:1).

(0.19) (Mzm 116:15) (full: BERHARGA ... KEMATIAN SEMUA ORANG YANG DIKASIHI-NYA. )

Nas : Mazm 116:15

Teks :
  1. 1) Tuhan secara cermat mengawasi kehidupan umat-Nya yang percaya.
  2. 2) Ia menguasai situasi kematian mereka (Rom 8:28,35-39).
  3. 3) Ketika mereka meninggal, Ia ada bersama mereka.
  4. 4) Kematian mereka, yang sangat berharga bagi-Nya, adalah saatnya mereka dibebaskan dari semua kejahatan, diangkat dari kehidupan ini kepada kemenangan yang berbahagia dan dibawa ke sorga untuk memandang muka Yesus

    (lihat cat. --> Fili 1:21;

    [atau ref. Fili 1:21]

    lihat art. KEMATIAN).

(0.19) (Ams 13:3) (full: SIAPA MENJAGA MULUTNYA, MEMELIHARA NYAWANYA. )

Nas : Ams 13:3

Perkataan yang sembarangan dan lidah yang tak terkendali dapat merusak pengaruh kita untuk kebenaran, menyebabkan kita berdosa (Pengkh 5:6) dan mempengaruhi hubungan kita dengan Allah (Pengkh 5:7). Seorang yang sempurna akan menguasai perkataannya dengan saksama (Ams 8:6-8; Yak 3:2). Kita harus memohon pertolongan dari Allah dalam mengendalikan lidah kita (lih. Mazm 141:3; bd. Ams 10:14,19; 18:7; 2Tim 3:3; Yak 3:2-13).

(0.19) (Nah 3:4) (full: PERSUNDALAN ... SIHIR. )

Nas : Nah 3:4

Orang Asyur bukan saja amat kejam, mereka juga sangat dursila.

  1. 1) Secara lahiriah Niniwe kelihatan menarik, tetapi di dalamnya penuh dengan pelacuran agama, kebejatan yang menurunkan martabat dan kegiatan sensual. Kota itu juga dikuasai sihir, ilmu gaib dan spritisme; roh-roh jahat dan setan-setan menguasai kehidupan orang.
  2. 2) Hubungan di antara kedua unsur di atas jelas. Orang yang menyerahkan diri kepada dosa dan kebejatan membuka diri untuk dikuasai roh-roh jahat.
(0.19) (Yak 3:6) (full: LIDAH PUN ADALAH API. )

Nas : Yak 3:6

Yakobus menekankan kecenderungan kita untuk berdosa dalam pembicaraan. Dosa-dosa tersebut termasuk kata-kata yang keras dan tidak ramah, berdusta, pernyataan berlebih-lebihan, ajaran palsu, fitnah, bergunjing, membual, dll. Orang percaya yang dewasa menguasai lidahnya melalui bimbingan Roh Kudus, "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2Kor 10:5). Karena kecenderungan untuk berdosa dengan lidah, Yakobus menasihati setiap orang agar "cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yak 1:19).

(0.19) (2Raj 23:33) (jerusalem: di Ribla) Firaun Nekho dalam perjalanannya pulang dari sebelah utara, 2Ra 23:29. Karena kerajaan Asyur sudah hancur, maka Nekho dapat menguasai wilayah Siria dan Palestina
(0.19) (1Raj 21:1) (sh: Paradoks Ahab: Penguasa yang dikuasai. (Senin, 13 Maret 2000))
Paradoks Ahab: Penguasa yang dikuasai.

Tentunya kita masih ingat dalam zaman Orba dahulu, Sang Penguasa atau Anak Sang    Penguasa atau bahkan teman Sang Penguasa begitu berkuasa. Apa    pun yang mereka inginkan harus dapat dimiliki dengan cara apa    pun, walau harus menabrak batas-batas moral, nilai-nilai agama,    atau bahkan mengorbankan nyawa orang lain. Namun kekuasaan itu    ternyata tidak pernah memberikan kepuasan kepada mereka. Setelah    mereka berhasil menguasai bisnis-bisnis besar, mereka masih    menginginkan bisnis-bisnis kecil seperti tata niaga jeruk, lahan    perparkiran, dan pemasok sepatu seragam untuk sekolah tertentu.    Siapa pun tidak berani menentang atau menghalangi keinginan    mereka karena risikonya sangat berat.

Namun jika kita amati kehidupan para penguasa itu, nyatalah    bahwa mereka bukan penguasa, sebaliknya mereka adalah budak-    budak  yang sama sekali tidak mempunyai hak dan suara apalagi    kuasa atas hidup mereka. Itu merupakan suatu paradoks. Kisah    kebun anggur Nabot memanifestasikan paradoks itu dengan tepat.

Ahab, sebagai raja Israel, mempunyai kekuasaan, kekayaan, dan    kemegahan yang pasti jauh di atas Nabot. Namun ia tidak pernah    merasa puas dengan apa yang sudah ia miliki. Ia tidak dapat    menguasai nafsu untuk mengingini dan memiliki sesuatu, walaupun    ia tahu bahwa firman Tuhan memang melarang Nabot untuk menjual    kebunnya. Nafsu yang tidak dapat dikuasai itu akhirnya    berbuahkan tindakan dosa yaitu melanggar firman Tuhan secara    sadar dan sengaja. Atas bujukan istrinya, ia menyetujui untuk    melenyapkan Nabot secara licik dan sadis. Dengan demikian,    keinginan Ahab terpuaskan.

Jelas tergambar bahwa walaupun Ahab sebagai penguasa Israel,    namun ia sendiri hanyalah seorang budak nafsu. Oleh karena itu    Allah mendatangkan hukuman yang setimpal kepadanya. Walaupun    Allah menangguhkan hukuman-Nya, tidak berarti bahwa Allah    membatalkannya.

Renungkan: Paradoks ini dapat menjadi cermin bagi Kristen masa    kini. Hati-hatilah terhadap setiap keinginan yang timbul dalam    hati. Kita harus dapat menguasai dan mengontrolnya dengan cara    belajar puas dan merasa cukup terhadap apa pun yang kita miliki    sekarang. Karena keinginan yang tidak terkontrol akan berbuahkan    dosa yang dibenci oleh Allah. Kuasailah nafsu sebelum nafsu    menguasai kita.

(0.18) (Dan 11:10) (sh: Penyebab peperangan (Jumat, 2 Juli 1999))
Penyebab peperangan

Penglihatan Daniel ini sungguh sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Diungkapkan bahwa peperangan demi peperangan akan terjadi dari generasi ke generasi secara beruntun yang mengakibatkan penderitaan. Peperangan adalah merupakan akibat dari nafsu manusia yang ingin menguasai materi, wilayah, dan kekuasaan. Nafsu serakah yang menguasai manusia menyebabkan manusia lepas kendali dan berambisi memenuhi hasrat diri. Sesungguhnya manusia dapat belajar dari pengalaman pahit akibat peperangan yang pernah terjadi, namun seringkali peperangan terulang kembali karena ambisi pribadi atau kelompok tertentu. Hal ini menggambarkan bahwa sejarah mengulang dirinya sendiri.

Akibat peperangan. Peperangan menguakkan penderitaan ke permukaan dan dirasakan oleh banyak orang. Peperangan mengakibatkan penderitaan total: kelumpuhan bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dlsb. Banyak orang akan kehilangan suami, istri, bapak, ibu, anak, atau sahabatnya. Namun tak dapat dielakkan bahwa kini peperangan antar bangsa atau di dalam suatu bangsa telah menjadi berita hangat setiap hari, baik di koran atau siaran berita TV.

Renungkan: Segala perbuatan yang dilandasi nafsu akan selalu berakibat bencana dan penderitaan.

(0.18) (Kis 6:1) (sh: Menguasai kebencian (Minggu, 22 Juni 2003))
Menguasai kebencian

Ada dua jenis manusia dalam bacaan ini: (a) Stefanus, orang yang penuh iman dan Roh Kudus serta (b) orang Yahudi yang penuh dengan kebohongan dan dengki. Kelompok orang Yahudi ini disebut Libertini, nama lain dari "orang yang merdeka." Tetapi sebenarnya mereka tidak merdeka karena justru mereka adalah orang yang dibelenggu oleh dosa kebencian. Sebaliknya, Stefanus adalah orang yang merdeka untuk menyatakan kebenaran dan untuk tidak membenci.

Kebencian adalah pembunuhan tingkat pertama yang belum direalisasikan. Memang kita belum melakukan apa-apa, namun sesungguhnya kita telah menyusun rancangan jahat dalam benak kita. Karena kebencianlah Kain membunuh Habel, adiknya (Kej. 4:7). Kain menyerah terhadap dosa yang telah mengintipnya dan membunuh Habel, demikian pula kelompok Yahudi ini, mereka pun menyerah terhadap kebencian dan membunuh Stefanus.

Kita tidak bisa menghalau kebencian dengan cara mengusirnya berulangkali. Jangan pusatkan segenap tenaga kita pada usaha membuang kebencian itu; sebaliknya, isilah hati kita dengan firman Tuhan dan mintalah agar Ia memenuhi jiwa kita dengan kasih-Nya. Dengan cara inilah kebencian akan berkurang dan akhirnya hilang. Memang sangat disayangkan karena kelompok Yahudi ini tidak mengisi hatinya dengan firman dan kasih Tuhan; sebaliknya, mereka malah mengisi hati mereka dengan kebohongan.

Renungkan: Hati yang tanpa kasih Allah adalah tanah yang subur untuk kebencian.

Bacaan Untuk Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Kejadian 3:9-15; 2Korintus 4:13-5:1; Markus 3:20-35; Mazmur 61:1-5,8

Lagu: NKB 17



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA