Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 7821 - 7840 dari 8056 ayat untuk kebanyakan dari (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.05) (Kis 14:8) (sh: Kedudukan saksi Kristus (Kamis, 19 Mei 2005))
Kedudukan saksi Kristus


Janji penyertaan Tuhan, terutama yang disertai tanda dan mukjizat (lihat Mrk. 16:15-18) akan secara khusus menyertai orang-orang yang setia menyaksikan Injil-Nya. Terlebih apabila kesaksian itu dilakukan di daerah-daerah yang penyembahan kepada berhala-berhala masih sangat kuat. Inilah yang dialami Paulus dan Barnabas dalam pelayanan mereka di Listra.

Mukjizat Tuhan di Listra itu tidak diberikan dengan sistim "obral," tidak juga dengan tanpa mempedulikan respons dalam diri orang yang bermasalah. Seperti halnya semua mukjizat yang dicatat dalam Alkitab, mukjizat penyembuhan orang lumpuh ini pun berakibat kejutan yang membuka kesempatan bagi dialog dan pewartaan Injil. Mukjizat tidak ditujukan sekadar untuk pamer kuasa! Paulus terlebih dahulu melihat bahwa si lumpuh memiliki iman. Iman di sini bukan iman kepada Yesus Kristus sebab Injil baru saja masuk ke Listra. Iman itu adalah semacam kepercayaan orang itu terhadap Allah yang berkuasa menolongnya. Reaksi orang banyak mengejutkan. Dalam kegelapan sistim penyembahan berhala mereka, mereka langsung menganggap Barnabas sebagai Dewa Zeus dan Paulus sebagai Dewa Hermes (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">12). Paulus menepis anggapan sesat tersebut dan menjadikan kesempatan itu saat untuk menyaksikan Injil (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">15-17).

Saksi-saksi Kristus yang setia kepada Injil dan yang Tuhan urapi pasti mengalami wibawa, pengaruh, dan kuasa dalam berbagai bentuk. Hal-hal tersebut akan dirasakan oleh pihak lain. Namun karena sistim kepercayaan yang berbeda, tafsiran orang yang bukan Kristen tentang kuasa dalam pelayanan para saksi Kristus sangat mungkin salah. Misalnya, si hamba Tuhan itu dianggap orang sakti, beraura dahsyat, memiliki cakra yang kuat, atau dipenuhi roh-roh tertentu.

Doakan: Tempat-tempat di Indonesia yang Anda ketahui memiliki kebiasaan menyembah ilah-ilah lain di luar Kristus. Minta kepada Tuhan agar memerdekakan mereka dari ikatan penyembahan berhala tersebut.

(0.05) (Kis 14:19) (sh: Musuh terus menguntit (Jumat, 20 Mei 2005))
Musuh terus menguntit


Para saksi Kristus harus berhati-hati terhadap sikap pemujaan orang karena orang dapat menyalahtafsirkan kuasa Allah yang menyertai pelayanan Injil. Kita pun harus terus siaga terhadap para musuh Injil, yaitu mereka yang tidak saja menolak Injil, tetapi juga membenci kita.

Situasi yang dialami Paulus dan Barnabas sangat membingungkan bahkan mendekati kacau. Di satu pihak orang datang berbondong-bondong dan tanpa dapat dikontrol menyembah dan mempersembahkan korban kepada mereka (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">18); di lain pihak para musuh Injil menghasut orang banyak itu untuk berbalik melawan Paulus dan Barnabas. Dari suasana euforia tiba-tiba berubah ke amuk masa. Mereka bahkan dilempari batu sedemikian rupa sehingga dikira sudah mati (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">19). Di tengah himpitan dua emosi berbeda yang silih berganti dan derita lemparan batu, mereka mampu bangkit dan berjalan ke kota lain (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">20). Dapat kita simpulkan bahwa bukan saja mereka telah dipakai Tuhan berbuat mukjizat melainkan mereka pun kini mengalami mukjizat. Meski musuh menguntit terus, penyertaan Allah justru semakin nyata dalam pengalaman pelayanan para hamba-Nya.

Perjalanan Paulus selanjutnya menarik untuk kita simak. Ia pergi ke Derbe, lalu kembali ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Mereka tidak saja menginjili dan memenangkan banyak orang bagi Kristus. Mereka juga memperhatikan pelayanan tindak lanjut yang memastikan para petobat baru itu mantap dalam iman mereka dan bertumbuh ke arah Kristus (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">22). Perjalanan misi pertama Paulus ini sungguh kaya dengan prinsip yang dapat kita pegang dan terapkan dalam bersaksi pada masa kini. Yaitu: setia kepada berita Injil; peka akan konteks pendengar; mengandalkan kuasa Allah; siaga terhadap musuh Injil; memelihara status hamba Allah secara benar; dan mengalami terus perlindungan Allah.

Doakan: Para pemberita Injil agar tetap setia melangkah mengikuti Yesus meskipun dibenci musuh dan dihadang penderitaan.

(0.05) (Kis 15:6) (sh: Anugerah yang menyelamatkan (Minggu, 22 Mei 2005))
Anugerah yang menyelamatkan


Apakah tradisi, upacara, dan peraturan agama bisa dijadikan syarat untuk manusia mendapatkan anugerah Allah? Bolehkah kemurahan keselamatan-Nya ditanggapi sebagai milik bangsa tertentu saja? Pertanyaan-pertanyaan ini ternyata sudah setua usia gereja di dunia ini.

Persidangan para pemimpin jemaat di Yerusalem mengenai harus tidaknya orang Kristen nonyahudi disunat, dimulai dengan ketidaksepakatan di antara mereka sendiri. Sampai akhirnya Petrus pun berbicara. Pertama, Petrus mengingatkan bahwa melalui dirinya Allah menyatakan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain dengan memberikan Roh Kudus kepada mereka. Berarti Allah menghendaki agar bangsa-bangsa lain pun diterima menjadi umat-Nya (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">7-8). Terlebih lagi Injil pun telah disambut mereka dan mukjizat-Nya juga dinyatakan-Nya di tengah-tengah mereka (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">12). Karena Allah telah menyucikan hati mereka dengan iman maka orang percaya Yahudi pun harus menerima mereka menjadi bagian umat Allah.

Kedua, ketika umat Yahudi percaya pada Yesus sebagai Mesias mereka dibebaskan dari tuntutan Hukum Taurat yang tidak mampu mereka tanggung. Jadi, mereka pun diselamatkan oleh kasih karunia Allah (Rm. 6:14). Dengan demikian orang percaya nonyahudi yang sudah percaya pada Allah pun tidak seharusnya dituntut melaksanakan Hukum Taurat itu (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">10-11).

Iman kepada Yesus Kristus adalah syarat seseorang diterima Allah menjadi umat-Nya, bukan karena ia berhasil memenuhi syarat-syarat agamawi. Pengorbanan Yesus bagi kita adalah harga penebusan dosa yang terbayar lunas dan tidak dapat dibatalkan. Hari ini gereja dan orang Kristen harus terbuka menerima siapa pun yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus sebagai saudara seiman.

Renungkan: Oleh karena kita telah menerima kepastian anugerah keselamatan maka marilah kita menghargainya dan dengan setia melakukan firman-Nya.

(0.05) (Kis 15:35) (sh: Sikap menghadapi konflik (Rabu, 25 Mei 2005))
Sikap menghadapi konflik


Konflik dapat dialami semua orang maupun kelompok. Dampaknya biasanya akan menghancurkan persatuan. Itu sebabnya, konflik dianggap negatif oleh sebagian orang. Meski demikian, terjadinya konflik tidak selalu menunjukkan siapa benar siapa salah. Lalu, apa yang harus kita lakukan jika terjadi konflik dalam kerjasama tim pelayanan?

Konflik antara Paulus dan Barnabas dalam perikop ini terjadi setelah mereka berjuang bersama mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa nonyahudi. Persahabatan dan kerjasama mereka dengan dasar kasih Kristus telah teruji melewati waktu. Namun, mereka tetap mengalami konflik mengenai perbedaan prinsip menghadapi rekan sepelayanan yang pernah mundur (lihat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">13:13). Akibatnya mereka berpisah dan mengambil jalannya masing-masing (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">15:39). Sayang, Paulus dan Barnabas tidak mengatasi konflik di antara mereka dengan baik sebagaimana mereka menyelesaikan permasalahan di jemaat Antiokhia (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">15:22). Meski demikian, Tuhan mengizinkan hal ini terjadi supaya Injil justru tersebar lebih luas lagi. Kitab Kisah Para Rasul tidak menceritakan apa yang terjadi dengan pelayanan Barnabas dan Yohanes Markus kemudian. Namun, di dalam beberapa surat Paulus kita menemukan Yohanes Markus kembali melayani bersama dengan Paulus (Kol. 4:10; 2Tim. 4:11). Sedangkan Paulus membentuk tim pelayanan yang baru bersama Silas dan diutus jemaat Antiokhia untuk melanjutkan pekabaran Injilnya (Kis. 15:41).

Apabila konflik terjadi maka yang perlu dilakukan adalah: Pertama, berdoa mohon kepekaan dari Tuhan supaya kita melihat masalah dengan benar. Kedua, jangan menyerang pribadi pihak lawan. Ketiga, libatkan orang yang dewasa rohani untuk menjadi penengah. Keempat, berinisiatiflah untuk menyelesaikan konflik itu.

Doaku: Ya Roh Kudus, sucikanlah hatiku agar ketika aku terlibat konflik, motivasiku terdalam adalah tetap untuk menyenangkan Tuhan.

(0.05) (Kis 17:10) (sh: Agama yang sejati dan benar (Minggu, 18 Juni 2000))
Agama yang sejati dan benar

Johan Albrecht Bengel pernah mengatakan bahwa 'karakteristik agama yang sejati dan benar adalah agama yang terbuka untuk diteliti dan dianalisa, dan kemudian menuntut suatu hasil keputusan'. Pernyataan ini dibuat oleh Bengel pada tahun 1742. Namun kira-kira 17 abad sebelumnya, prinsip ini sudah diyakini oleh penduduk kota Berea dan Paulus. Firman Tuhan yang mereka terima dari pemberitaan Paulus tidak asal diterima begitu saja namun mereka menyelidiki firman Tuhan sendiri. Kata 'menyelidiki' yang dipakai di sini setara dengan sistem penyelidikan yang dipakai bidang hukum untuk menemukan kebenaran tanpa bias. Mereka bersikap kritis untuk menemukan kebenaran yang utuh. Paulus percaya kepada doktrin namun tidak kepada indok-trinasi (sistem pengajaran yang bersifat sewenang-wenang dan menuntut penerimaan ajaran itu tanpa sikap kritis).

Untuk menjadi Kristen, seseorang haruslah sungguh-sungguh memahami berita Injil dengan keterbukaan dan dengan seluruh kemampuan berpikir kritis untuk 'menguji' seluruh kebenaran Injil, jika ingin mempunyai iman yang berintegritas. Namun seperti yang diyakini oleh iman Kristen bahwa 'iman mendahului pemahaman', maka sikap kritis yang demikian hanya akan memperkaya dan memberikan berkat jika Kristen telah menerima firman Tuhan secara positif. Hanya Kristen satu-satunya agama di dunia yang begitu terbuka dan menyambut setiap pemikiran kritis, baik yang bersifat menguji kevalidannya maupun yang menjatuhkannya. Namun sejarah sudah membuktikan bahwa segala kritik dan serangan untuk menjatuhkannya malah menjadi suatu kesaksian yang menyatakan bahwa Kristen adalah agama yang sejati dan benar.

Renungkan: Sepanjang sejarah manusia kita bisa menemukan banyak ilmuwan, para filsuf, dan pembesar-pembesar yang memeluk agama Kristen, karena telah menemukan kebenaran dan kuasa firman-Nya.

Bacaan untuk Minggu Trinitas:

Yehezkiel 37:1-4 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yeh/T_Yeh37.htm#kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">37:1 2Korintus 13:5-13 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/2Ko/T_2Ko13.htm#kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">13:5 Matius 28:16-20 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Mat/T_Mat28.htm#kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">28:16 Mazmur 150 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz150.htm

Lagu: Kidung Jemaat 341

(0.05) (Kis 17:10) (sh: Sikap hati terhadap Injil (Senin, 30 Mei 2005))
Sikap hati terhadap Injil


Mengapa ada orang merespons Injil lalu bertobat, sebaliknya ada pula orang yang menutup diri terhadap Injil? Jawabnya terletak pada sikap hati seseorang!

Bila sebagian orang Yahudi di Tesalonika menutup diri terhadap Injil sehingga mereka membenci kekristenan, maka orang-orang Yahudi di Berea sebaliknya. Mereka memang tidak langsung percaya, namun mereka tidak menolak. Mereka justru menyelidiki Perjanjian Lama untuk mengetahui apakah ajaran Paulus benar. Sikap hati seperti itu membawa dampak ganda. Pertama, kebenaran tentang Yesus dalam Injil mereka terima sehingga pertobatan pun terjadi (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">12a). Kedua, kesediaan menerima Injil menjadi kesaksian bagi orang-orang non Yahudi. Akibatnya orang-orang nonyahudi pun menjadi percaya dan bertobat (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">12b). Sayangnya, sukacita ini terusik oleh perbuatan oknum dari Tesalonika. Provokasi mereka menjadikan penduduk Berea curiga akan maksud Paulus memberitakan Injil (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">13). Mungkin orang percaya Berea mengetahui peristiwa di Tesalonika, sehingga mereka pun mengungsikan Paulus. Paulus akhirnya meninggalkan Berea, namun Silas dan Timotius tetap tinggal untuk membina kerohanian mereka (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">14). Ini membuktikan kesungguhan hati orang percaya Berea yang rindu untuk bertumbuh dalam Tuhan.

Banyak orang menyambut Injil bila disampaikan sebagai janji pengampunan dan berkat semata-mata. Karena itu, saat kita mengabarkan Injil hendaknya juga disertai penggalian firman yang benar dan tepat. Para pendengar Injil harus mendengar perintah untuk bertobat sebelum mendapatkan anugerah keselamatan. Dengan demikian akan nyata sikap hati yang sesungguhnya, yaitu apakah terbuka untuk bertobat dan mau diselamatkan atau menolak Injil dan mencemooh kebenaran.

Berdoa: Mohonlah agar Roh Kudus menyiapkan hati orang yang akan Anda injili hari ini, supaya mereka terbuka dan menerima kebenaran.

(0.05) (Kis 17:16) (sh: Hati-hati dengan dialog antar agama (Senin, 19 Juni 2000))
Hati-hati dengan dialog antar agama

Dialog antar umat beragama semakin marak di Indonesia, karena karakter masyarakat Indonesia yang sedemikian pluralis, suasana keterbukaan yang begitu semarak, dan HAM yang mulai dihargai oleh masyarakat kita. Dialog ini memang efektif untuk mencegah terjadinya gesekan-gesekan antar umat beragama. Sehingga diharapkan terciptanya suasana aman, tenteram, dan kondusif (mendukung).

Namun Kristen harus tetap memandang bahwa dialog hanyalah salah satu metode pendekatan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi penyampaian berita keselamatan. Paulus, ketika berada di tengah-tengah masyarakat yang begitu pluralis (kota Atena), juga mengadakan dialog dengan penduduk setempat yang menganut berbagai agama (17-20). Paulus berhasil menciptakan suasana yang kondusif sehingga orang-orang Atena yang haus akan pengajaran dan senang berdialog (21), menjadi terbuka terhadap apa yang Paulus beritakan (19-20). Paulus berhasil membuktikan metode dialog yang efektif (34).

Apa kuncinya untuk sukses berdialog? Selain kekuatan Roh yang menyertai dia, ada kekuatan-kekuatan lain yang dimiliki oleh Paulus. Pertama, Paulus memiliki pemahaman Injil yang utuh, mengungkapkan siapakah Allah dengan segala kepenuhan-Nya. Ia menjabarkan bahwa seluruh alam semesta dan sejarah manusia berpusat kepada Allah (26-28). Ia juga menyatakan bahwa seluruh umat manusia sudah mengenal semua itu melalui alam dan wahyu umum (28). Kemudian Paulus menyatakan siapakah Yesus (31). Injil yang disampaikan bukan kacangan karena di dalamnya terkandung berbagai perspektif yang terintergrasi: Yesus yang dintergrasikan dengan doktrin Allah, salib diintegrasikan dengan ciptaan, dan keselamatan dengan penghakiman. Kedua, Paulus memiliki kekuatan dan kedalaman motivasi. Ini bermula dari perhatian dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar (16) yang memukul perasaan dan emosinya (16). Paulus mempunyai kecemburuan Ilahi dan rindu nama-Nya selalu dikuduskan. Baru kemudian ia berdialog (17).

Renungkan: Apakah aku mempunyai pemahaman Injil seperti Paulus? Apakah aku terprovokasi ketika melihat rumah-rumah ibadah agama-agama lain? Bila jawabannya 'ya', Anda siap untuk berdialog. Bila jawabannya 'tidak', Anda siap untuk masuk pelatihan Allah.

(0.05) (Kis 17:16) (sh: Berbagi Injil dengan orang terdidik (Selasa, 31 Mei 2005))
Berbagi Injil dengan orang terdidik


Di mana-mana berita Injil tetap sama. Allah mengasihi dunia yang berdosa dan memberikan Kristus untuk keselamatan mereka. Namun, cara memberitakan Injil harus disesuaikan dengan konteksnya.

Atena adalah kota terpelajar dan kota religius. Selain ada kumpulan orang Yahudi, di Atena terdapat banyak pengikut filsafat tertentu dan penyembah berhala. Paulus menyapa masing-masing kelompok sesuai dengan konteks masing-masing (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">16-18). Oleh karena memberitakan sesuatu yang baru, Paulus mendapat kesempatan membagikannya di sidang Areopagus (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">19-21). Di sini kita melihat strategi penginjilan Paulus yang peka konteks dan memanfaatkan pengetahuan iman mereka akan wahyu umum. Pertama, Paulus tidak mengecam berhala-berhala sesembahan mereka. Sebaliknya, ia memakai salah satu berhala yang tidak bernama untuk memperkenalkan Allah yang disembahnya (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">22-23). Kedua, Paulus memperkenalkan Allah sebagai Sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Dia berdaulat penuh atas segala ciptaan-Nya, termasuk manusia. Hidup manusia berasal dari dan bergantung penuh kepada Allah (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">24-28). Ketiga, Paulus memperkenalkan cara beribadah yang benar di hadapan Allah yang Mahabesar. Ibadah yang benar bukan dengan menyembah berhala melainkan dengan menjalani kehidupan yang kudus yang berkenan kepada-Nya. Kehidupan itu harus dipertanggungjawabkan satu kali kelak di hadapan Dia yang telah membangkitkan Kristus (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">29-31). Hasil pemberitaan Injil itu terbagi dua. Ada yang menolak Injil, tetapi tidak sedikit juga mereka yang bertobat (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">32-33).

Di balik sikap kritis bahkan sinis orang-orang terpelajar, ada kebutuhan batin yang membuat mereka mencari-cari kebenaran. Kita harus belajar peka akan konteks dan kebutuhan orang-orang di sekitar kita sehingga pemberitaan Injil kita tepat cara dan sasarannya.

Camkan: Roh Kudus mengurapi anak Tuhan yang mempersiapkan diri dengan baik untuk memberitakan Injil-Nya.

(0.05) (Kis 18:1) (sh: Pemeliharaan Tuhan bagi Misi Injil (Rabu, 1 Juni 2005))
Pemeliharaan Tuhan bagi Misi Injil


Pengabaran Injil bisa dihalangi dengan keras. Pengabar Injil bisa ditentang dan ditolak. Akan tetapi, rencana Allah tidak bisa gagal. Ia akan memakai berbagai cara untuk memelihara misi penyelamatan tak terhenti.

Allah memelihara misi pengabaran Injil yang dilakukan Paulus melalui beberapa cara. Pertama, Allah memberikan Paulus kepekaan untuk mengetahui kebutuhan orang-orang di sekelilingnya. Kepekaan Paulus juga terlihat saat ia sendiri yang menanggung biaya pelayanannya. Ia tidak membebankannya kepada orang-orang percaya yang pernah ia layani. Sungguh teladan yang luar biasa! Untuk itu, ia bekerja sebagai tukang kemah yang juga dilakukan oleh Akwila dan Priskila (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">2-3). Kedua, Roh Kudus menguatkan Paulus dengan visi adanya umat pilihan yang harus diselamatkan di kota Korintus. Visi ini membuat ia tidak meninggalkan kota tersebut, walaupun Injil Kristus ditentang oleh orang-orang Yahudi yang ada di Korintus (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">6-8,12-17). Ketiga, Allah melindungi Paulus dari ancaman para musuhnya sehingga ia dapat tinggal delapan belas bulan lamanya untuk mengajar umat dan melayani pekerjaan Tuhan (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">10-11).

Ada dua teladan Paulus yang dapat kita ikuti. Pertama, bergantung penuh kepada pemeliharaan Tuhan untuk mencukupi kebutuhan pelayanan, bukan kepada manusia. Akibatnya, pelayanan kita tidak dikendalikan orang lain. Kedua, kita perlu belajar peka akan kebutuhan orang lain. Jangan sampai pelayanan kita dikendalikan oleh rasa suka atau tidak suka terhadap sikap atau jenis orang tertentu. Hal yang paling penting adalah senantiasa meminta pimpinan Tuhan yang jelas melalui firman dan doa untuk visi pelayanan. Kalau Tuhan sudah menetapkan pimpinan-Nya, kita boleh meyakini bahwa rintangan apa pun akan dapat kita atasi.

Renungkan: Hati yang tulus untuk dipakai Tuhan, kepekaan akan kebutuhan di sekitar kita, dan ketaatan pada pimpinan Roh Kudus adalah kunci kesuksesan pelayanan kita.

(0.05) (Kis 18:18) (sh: Perhatian kepada jemaat Tuhan (Kamis, 2 Juni 2005))
Perhatian kepada jemaat Tuhan


Pada intinya tugas Gereja hanya ada dua, yaitu pelayanan pengabaran Injil kepada orang-orang yang belum percaya dan pelayanan kepada umat untuk pembangunan tubuh Kristus. Kedua-duanya sama penting dan masing-masing tidak boleh diabaikan.

Kesuksesan Paulus mengabarkan Injil di Korintus tidak membuatnya lupa akan tugas pengabaran Injil ke tempat-tempat lain. Ia telah bernazar dan perjalanan misi yang dilakukannya ini dalam rangka memenuhi nazarnya itu (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">18). Tindakan bernazar yang dibarengi dengan mencukur rambut adalah cara orang Yahudi mengucap syukur. Mungkin Paulus menaikkan ucapan syukurnya karena penyertaan dan perlindungan Tuhan saat ia menghadapi tekanan musuh di Korintus.

Paulus mengunjungi Efesus. Di situ, Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila untuk melayani di sana (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">19). Rupanya Paulus hendak menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi jemaat-jemaat yang ia dirikan pada pelayanan misinya yang lampau. Ia hendak meneguhkan kerohanian jemaat-jemaat itu. Melalui kota pelabuhan Kaisarea, di mana terdapat juga jemaat hasil pelayanan Petrus (Lihat Kis. 10), Paulus berkunjung pertama-tama ke Antiokhia, kemudian menjelajahi seluruh wilayah Galilea dan Frigia (Lihat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">11:22-26; 16:6). Tindakan Paulus ini mencerminkan tindakan gembala yang baik. Ia bukan hanya pionir dalam membuka ladang penginjilan, tetapi ia juga aktif memperhatikan pertumbuhan rohani umat yang sudah dimenangkannya.

Gereja harus senantiasa memberi perhatian seimbang kepada dua aspek pelayanannya, yaitu pengabaran Injil dan pertumbuhan umat. Tanpa pengabaran Injil, gereja tidak dapat menjadi saluran berkat Allah kepada dunia ini. Tanpa pertumbuhan umat, gereja tidak dapat menjadi agen-agen Allah untuk menyelamatkan dunia ini dari belenggu dosa.

Renungkan: Gereja dipanggil untuk memperlengkapi umat-Nya agar berbeban dan trampil mewartakan Injil.

(0.05) (Kis 18:24) (sh: Terus belajar (Jumat, 3 Juni 2005))
Terus belajar


Ibarat padi semakin berisi semakin tunduk, demikianlah orang yang semakin pintar semakin rendah hati. Prinsip yang sama seharusnya berlaku pada para hamba Tuhan. Semakin banyak dipercaya melayani, seharusnya semakin rendah hati untuk belajar agar dapat melayani dengan lebih baik. Sayangnya, tidak banyak pemimpin Kristen yang mau diajar karena merasa gengsi dan sudah tahu segala sesuatu.

Jarang kita jumpai pemimpin seperti Apolos. Ia seorang terpelajar akan agama Yahudi dari Aleksandria. Waktu itu, kota Aleksandria merupakan pusat agama Yahudi di Mesir. Apolos menguasai Perjanjian Lama dengan baik dan ia pandai mengajar (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">24). Setelah menjadi Kristen, ia dengan bersemangat mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">25). Ia seorang pemimpin yang cemerlang. Namun, Apolos juga rendah hati. Ia bersedia diajar oleh Priskila dan Akwila, pemimpin umat di Efesus, supaya semakin mengenal kebenaran. Bukan hanya bersedia diajar, ia juga bersedia diutus untuk praktik pelayanan di Akhaya (Korintus) bagaikan mahasiswa teologi yang sedang PKL (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">26-27). Kesediaannya untuk diajar menghasilkan sukacita umat Tuhan. Hal ini terbukti dengan kehadirannya yang menjadi berkat bagi jemaat Korintus. Dengan bekal pengajaran yang benar dan dengan penuh semangat Apolos mengajar dan memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">28).

Sikap rendah hati dan mau belajar adalah kunci pertumbuhan rohani anak Tuhan agar dapat dipakai-Nya memberitakan kebenaran. Gereja harus menyediakan wadah atau memberi kesempatan bagi para hamba Tuhan untuk belajar memperlengkapi dan meningkatkan diri agar pelayanan mereka efektif. Setiap hamba Tuhan juga harus selalu memelihara kerinduan bersedia dibina dan diajar agar pelayanannya mampu menjawab kebutuhan umat di dunia modern ini.

Renungkan: Pengajar kebenaran yang efektif adalah murid Kristus yang tidak berhenti belajar pada-Nya.

(0.05) (Kis 22:1) (sh: Sensitifitas Paulus di masyarakat pluralis (Sabtu, 1 Juli 2000))
Sensitifitas Paulus di masyarakat pluralis

Paulus menghadapi massa yang mengamuk tanpa dukungan otoritas dari institusi mana pun, melainkan dengan rangkaian pembelaan, agar melaluinya ia dapat merengkuh, merangkul, dan menuntun mereka kepada keselamatan. Karena itu, Paulus sangat berhati-hati dan sensitif terhadap kepercayaan dan prasangka orang-orang Yahudi. Caranya? Paulus mengidentifikasikan dirinya dengan mereka. Pengidentifikasian ini meliputi kesamaan etnis dan pewaris tradisi Yahudi dengan menyebut mereka sebagai `saudara-saudara dan bapa-bapa', dan penggunaan bahasa, sebab di dalamnya terkandung nilai-nilai kebudayaan, semangat kebangsaan, dan patriotisme. Hasilnya mereka 'makin tenang' (3).

Di samping itu, pengidentifikasian Paulus juga mencakup bidang yang paling hakiki bagi bangsa Yahudi yakni hukum Taurat. Ia dengan lantang menyatakan bahwa ia lahir, dibesarkan, dan dididik secara Yahudi ortodoks. Karena itu ia sangat fanatik terhadap hukum Taurat dan Allah. Sebagai aplikasinya, ia menjadi penganiaya pengikut jalan Tuhan. Pengidentifikasian yang dilakukan Paulus tuntas dan menyeluruh, sampai pemakaian istilah pun diperhatikan, seperti istilah jalan Tuhan sebagai pengganti 'pengikut Yesus' sebab nama 'Yesus' mungkin akan membangkitkan emosi mereka kembali.

Tindakan Paulus ini sangat berhasil karena dapat menenangkan amarah mereka. Bahkan ketika Paulus mengungkapkan peristiwa pertobatannya secara mendetail mereka tidak menjadi emosi. Sebab ia menegaskan bahwa pertobatannya bukan karena keinginannya sendiri, melainkan intervensi wahyu Allah dan ada seorang Yahudi yang saleh dan disegani sebagai saksi yang sah yaitu Ananias. Namun ketika Paulus berbicara tentang misinya kepada bangsa-bangsa lain, meledaklah amarah mereka. Sebab di mata mereka, membuat orang asing menjadi Kristen tanpa menjadi orang Yahudi terlebih dahulu merupakan suatu penghinaan. Itu sama dengan mengatakan Yahudi dan non-Yahudi adalah sederajat karena mereka dapat datang kepada Allah hanya melalui Kristus.

Renungkan: Paulus dibenci dan hendak dibunuh bukan karena reputasi pribadinya tetapi karena Injil Kristus. Demikian pula hai Kristen, jika Anda harus dibenci oleh masyarakat sekitar, biarlah itu karena Injil yang Anda yakini dan bukan karena pribadi dan ulah tingkah Anda.

(0.05) (Kis 22:23) (sh: Aku warga negara Rum (Minggu, 2 Juli 2000))
Aku warga negara Rum

Tindakan orang-orang Yahudi tidak sekadar mengekspresikan kemarahan besar atau bahkan kebuasan, namun lebih merupakan reaksi kengerian terhadap penghujatan yang `dilakukan' Paulus. Kepala pasukan Rum berhasil menyelamatkan Paulus dan membawanya ke markas. Ketika tentara Rum tidak dapat menjelaskan sebab-musabab huru-hara itu, kepala pasukan memerintahkan tentaranya untuk memeriksa Paulus dengan siksaan. Ini merupakan prosedur yang lazim untuk mendapatkan informasi dari seorang pesakitan. Ia akan disesah dengan sebuah cambuk kulit yang ujungnya berlogam tajam. Seseorang yang disesah dengan cambuk demikian jika tidak mati, maka akan mengalami kelumpuhan seumur hidupnya.

Ketika Paulus menyatakan bahwa ia warga negara Rum, maka kepala pasukan itu membatalkan penyesahan atasnya dan menjadi ketakutan, karena menyesah seorang warga negara Rum adalah tindakan melanggar hukum. Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa Paulus tidak ragu-ragu menuntut haknya sebagai seorang warga negara Rum. risten di Indonesia seharusnya juga bangga terhadap status kewarganegaraannya dan harus secara aktif menuntut haknya sesuai hukum yang berlaku, untuk mengekpresikan iman kepercayaannya dan beribadah dengan bebas dan rasa aman yang penuh. Harus diakui bahwa zaman sekarang hak-hak warga negara Kristen di berbagai bidang banyak yang dikebiri. Saatnya akan tiba dengan segera dimana tantangan yang legal terhadap hak-hak konstitusional kita akan memuncak dan setiap Kristen akan dipanggil dan dituntut untuk membuat suatu keputusan apakah tetap setia atau menyangkali Dia.

Renungkan: Paulus yang telah setia mengikuti pimpinan Allah dan Allah bertindak melindungi hamba-Nya. Demikian pula Kristen, Allah akan melindungi Kristen pada saat kita mengikuti pimpinan-Nya dan setia pada-Nya.

Bacaan untuk Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Hosea 6:1-6 Roma 4:13-25 Matius 9:9-13 Mazmur 50:1-15

Lagu: Kidung Jemaat 337

Pemahaman Alkitab 1 -- Kisah 22:1-22

Kecerdasan dan ketajaman Paulus dalam berstrategi tidak diragukan lagi. Sebagai penganut jalan Tuhan, Paulus tidak kurang akal untuk membinasakan para pengikut Kristus, dengan meminta surat kuasa dari Imam Besar. Kemahiran berstrategi yang melekat dalam pikirannya ini pun nampak ketika ia harus mempertanggungjawabkan misinya di hadapan orang Yahudi. Berbagai cara pengungkapan kebenaran dipakainya sebagai metode pendekatan kepada orang Yahudi yang memusuhi dan berniat membunuhnya. Dengan demikian misi pemberitaan injil keselamatan dapat tetap disebarluaskan, walaupun saat itu ia hanyalah seorang tawanan.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Sebutan apakah yang dipakai Paulus sebagai sapaan awal kepada orang-orang Yahudi (1)? Mengapa ia menyebut mereka demikian? Dalam menyampaikan pembelaannya, mengapa ia memakai bahasa Ibrani? Langkah-langkah awal inikah yang membuat mereka menjadi agak tenang? Jelaskan!

2. Apakah maksud Paulus menceritakan identitas dirinyadengan lengkap? Ketika mengidentifikasikan dirinya, Paulus sangat berhati-hati memilih istilah, misalnya: 'jalan Tuhan' sebagai pengganti kata `pengikut Yesus' (5), mengapa demikian? Peristiwa penting dalam hidupnya pun tak lupa diceritakan (6-9), apa yang ingin ditekankan Paulus dalam pengalaman ini? Mengapa kesaksian ini perlu disahkan dengan kehadiran Ananias, orang Yahudi yang taat Taurat (12)?

3. Paulus tak lupa menjelaskan misi yang dipercayakan kepadanya, yakni kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Bagaimana reaksi mereka ketika mendengar bahwa bangsa-bangsa non-Yahudi ini dapat terhitung sebagai bangsa Yahudi karena Kristus? Mengapa mereka menjadi marah dan langsung berteriak, adakah yang salah dari misi Paulus ini?

4. Dari semua penjelasan Paulus, nampak jelas bahwa ia tidak bersalah, baik secara politik maupun agama. Lalu dengan alasan apakah mereka menangkap Paulus? Apa yang dapat kita teladani sebagai Kristen di tengah masyarakat pluralis? Bagaimana masyarakat menilai Anda sebagai Kristen, apakah Anda dibenci karena tingkah laku atau karena kebenaran Injil yang harus dipertahankan?

(0.05) (Kis 22:30) (sh: Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda (Senin, 3 Juli 2000))
Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda

Paulus yang telah melalui saat-saat yang sulit dan genting, mengalami kemerosotan fisik dan psikis. Karena itulah ia sempat kehilangan kontrol emosi setelah mendapat tamparan pada mulutnya, sehingga ia membalas tamparan itu dengan kutukan. Pernyataan Paulus (1) adalah hujatan kepada Allah, karena menurut Yudaisme, jika seorang yang mengaku Yahudi namun mengikuti ajaran Yesus, ia adalah seorang pendosa besar di hadapan Allah.

Hanya sesaat Paulus kehilangan kontrol. Begitu menyadari bahwa ia berhadapan dengan Imam Besar, ia pun mengakui kesalahannya. Tindakan ini mempunyai dua implikasi sebab-akibat yang dalam. Pertama, Paulus masih mentaati tradisi Yahudi yang begitu menghormati seorang pemimpin bangsanya. Kedua, ini merupakan penegasan tidak langsung dari Paulus bahwa persengketaan yang terjadi antara dia dan orang-orang Yahudi bukanlah permasalahan tradisi, kebudayaan, ataupun etnis. Ada persoalan yang lebih hakiki. Karena itulah, tanpa membuang waktu, Paulus segera mengungkapkan alasan utama penangkapan dirinya. Paulus hanya melihat bahwa hadirnya 2 partai besar (Farisi dan Saduki) ditambah dengan wakil pemerintah Romawi dalam satu sidang merupakan kesempatan berharga bagi Paulus untuk menyatakan kebenaran fundamental Kekristenan yaitu kebangkitan Kristus yang menjadi dasar bagi kebangkitan orang mati. Sebab Saduki mempunyai pengaruh yang cukup dominan di dalam Mahkamah Agama. Sedangkan Farisi mempunyai suara yang lebih dominan di masyarakat.

Bahkan bagi Paulus kebangkitan Kristus bukan sekadar kebenaran yang ia yakini namun kebenaran yang ia alami sebab kuasa kebangkitan Kristus senantiasa hadir dan menguatkannya. Setelah diselamatkan untuk yang kedua kalinya oleh tentara Romawi, adalah wajar jika dia cemas dan bertanya-tanya tentang masa depannya. Harapan untuk meninggalkan Yerusalem hidup-hidup apalagi kesempatan untuk pergi ke Roma sangat kecil.

Renungkan: Kristen berbeda dengan orang lain bukan karena perbedaan etnis, ras, ataupun latar belakang budaya. Kristen beda karena Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya yang senantiasa hadir di dalam kita, apa yang perlu kita takutkan?

(0.05) (Kis 24:1) (sh: Segala kekuatan disatukan untuk melawan Injil (Sabtu, 12 Agustus 2000))
Segala kekuatan disatukan untuk melawan Injil

Pihak Mahkamah Agama Yahudi mengerahkan segala daya upaya untuk melenyapkan Paulus. Mereka menghadap wali negri untuk menyampaikan dakwaan mereka dan mendatangkan Imam Besar Ananias. Mereka pun membawa seorang pengacara dari Yerusalem bernama Tertulus, yang bertugas mengemas sebuah dakwaan untuk meyakinkan Feliks bahwa Paulus layak dihukum mati tanpa bukti-bukti valid yang dibutuhkan.

Tertulus melakukan pekerjaannya secara mengagumkan. Ia menyapa Feliks dengan tambahan yang mulia untuk membangun hubungan yang baik. Kemudian sebelum menyampaikan dakwaannya, ia menyanjung Feliks atas usahanya yang mendatangkan kesejahteraan dan perbaikan bagi bangsa Yahudi. Sanjungan ini nampaknya tidak relevan sebab tidak berhubungan dengan kasus Paulus. Namun inilah kepiawaian Tertulus yang mampu menggunakan segala materi untuk mendukung tugasnya. Ia sengaja menggunakan sanjungan untuk membuat Paulus yang ia sebut sebagai 'penyakit sampar', pembuat kekacauan di seluruh dunia yang beradab, dan kepala sebuah sekte, begitu berlawanan dengan pribadi Feliks. Justru dakwaan sesungguhnya tentang penajisan Bait Allah ia ungkapkan di bagian akhir, agar tidak dipandang Feliks sebagai persoalan intern Yahudi melainkan perkara yang bermuatan politik. Ia juga memutarbalikkan fakta sehingga seolah-olah pihak Yahudi yang menderita karena perlakuan pemerintah setempat (7). Terakhir, agar dakwaannya lebih berbobot, ia menghadirkan banyak saksi untuk membenarkan perkataannya (9).

Renungkan: Peristiwa di atas menggambarkan betapa licik dan berbahayanya manusia yang dikuasai oleh kebencian dan nafsu untuk membungkam Injil. Dan itu belum menjadi sejarah, karena masih dapat kita lihat di dalam masyarakat kita. Opini publik dibentuk melalui komentar orang-orang yang `ditokohkan', `head-lines' media massa yang begitu memprovokasi, insiden kecil dipolitisir dan diekspos hingga menjadi isu politik nasional, pemutarbalikkan fakta dan kronologis peristiwa. Akibatnya Kristen tiba-tiba mendapati dirinya sudah terpojok dan menjadi terdakwa yang layak ditekan hingga habis. Berdoalah agar Allah memberikan kita kewaspadaan dan hikmat untuk meresponi itu semua. Marilah Kristen bersatupadu menyusun kekuatan mempertahankan Injil.

(0.05) (Kis 25:1) (sh: Providensia Allah yang tak bersuara (Senin, 14 Agustus 2000))
Providensia Allah yang tak bersuara

Menurut sejarah, Festus memiliki karakter dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan pendahulu dan penerusnya. Ia terkenal sangat anti dengan para pengacau keamanan wilayahnya sebab dulu ia pernah menghancurleburkan tanpa ampun seorang yang mengaku sebagai mesias dan para pengikutnya. Wali negri seperti Festus membuka kembali peluang orang-orang Yahudi untuk melaksanakan hasrat jahatnya. Mereka mendapatkan sekutu.

Tindakan Festus diawal pemerintahannya sangat membesarkan hati anggota Mahkamah Agama. Betapa tidak, baru tiga hari di Kaisarea, ia sudah pergi mengunjungi Yerusalem untuk bertemu dengan para tokoh masyarakat. Para pemuka agama Yahudi melihat kesempatan emas untuk membunuh Paulus di dalam sosok wali negri yang baru. Karena itu mereka segera meminta Festus untuk mengirim Paulus ke Yerusalem. Festus menolak permintaan mereka dengan suatu alasan yang masuk akal sehingga tidak menyinggung perasaan mereka (4). Bahkan Festus juga mengundang wakil dari mereka untuk pergi ke Kaisarea bersama-sama dengan dia. Ini membuktikan bahwa Festus benar-benar ingin mengambil hati mereka agar mau mendukungnya sebagai wali negri yang baru.

Dalam persidangan yang dipimpin oleh Festus, orang-orang Yahudi benar-benar di atas angin bukan karena materi dakwaannya namun karena dukungan sang penguasa. Semua tuduhan mereka tidak terbukti karena sebagai Kristen Paulus tidak pernah melanggar hukum Taurat maupun perintah Kaisar (7-8). Menurut undang-undang Roma, Paulus harus dibebaskan. Namun Festus bermaksud menyenangkan orang-orang Yahudi dengan mengirim Paulus ke Yerusalem untuk diadili. Dengan kecerdikan dan pemahaman tentang undang-undang Romawi, Paulus berhasil mematahkan kekuatan aliansi Festus dengan orang-orang Yahudi. Sehingga Festus tidak ada pilihan lain kecuali mengirim Paulus ke Roma.

Renungkan: Melalui peristiwa ini, providensia Allah yang tidak bersuara terungkap sebab rencana Allah bahwa Paulus akan ke Roma untuk memberitakan Injil hampir terealisasi (kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">22:11). Meski providensia Allah begitu berkuasa dan berdaulat atas keputusan individu-individu, Paulus tetap dituntut untuk mewujudnyatakan iman, keberanian, integritas, dan kecerdikannya.

(0.05) (Kis 25:13) (sh: Daya magnet moralitas Paulus (Selasa, 15 Agustus 2000))
Daya magnet moralitas Paulus

Permintaan Paulus untuk naik-banding ke Kaisar membuat Festus berada dalam posisi yang sulit. Ia harus membuat laporan resmi tentang tuduhan terhadap Paulus dan alasan Paulus naik-banding. Karier Festus menjadi taruhannya jika ia tidak berhasil menangani kasus ini dengan baik. Inilah yang menghantui pikiran Festus ketika Herodes Agripa bersama adiknya Bernike datang mengunjunginya. Kedatangan Herodes sebagai seorang Yahudi yang sangat dihormati oleh Kaisar membawa kelegaan bagi Festus karena ia berharap Herodes dapat menolongnya menyiapkan laporan kasus Paulus.

Karena itu, Festus memaparkan kepada Herodes (14-21) secara detail dan kronologis. Pertama, ia menyalahkan Feliks yang belum menyelesaikan masalah Paulus (14). Kedua, dia menggambarkan dirinya sebagai seorang yang taat kepada hukum Romawi melawan desakan kuat pemuka agama Yahudi untuk menghukum mati Paulus (15-16). Ketiga, dia adalah orang yang tanggap dan akan bertindak adil pada waktunya dan dengan cara yang benar (17). Keempat, dia menyinggung tuduhan orang Yahudi yang hanya berhubungan dengan masalah agama Yahudi (18-19). Terakhir, dia mengakui kebingungannya untuk memeriksa perkara ini (20) namun dia tidak menceritakan bagaimana dia sudah berusaha berpihak kepada orang-orang Yahudi.

Mengapa Festus dapat dibingungkan dan diusik kehidupannya oleh seorang Paulus? Mengapa Herodes pun tertarik untuk mendengar Paulus langsung? Bila dibandingkan dengan Herodes dan segala kebesarannya (23) siapakah Paulus yang hanya seorang tawanan yang dirantai? Jawabannya terletak pada kekuatan moralitas Paulus. Dari pemaparan Festus di atas sudah dapat disimpulkan secara moral orang macam apakah Festus. Herodes pun ternyata melakukan praktek perzinahan dengan adik perempuannya sendiri - Bernike. Kehidupan mereka terusik bahkan diresahkan oleh kekuatan moralitas Paulus sehingga di hadapan mereka Paulus adalah seorang pribadi yang luar biasa yang tidak dapat diremehkan sama sekali.

Renungkan: Keadaan dan posisi Kristen di Indonesia di mata pemerintah dan masyarakat adalah seperti Paulus di hadapan Festus dan Herodes. Karena itu Kristen pun harus mempunyai kekuatan moralitas yang akan memancar dan menarik banyak orang mendengarkan Kristen.

(0.05) (Kis 26:24) (sh: Ancaman menyebarluaskan Injil (Jumat, 18 Agustus 2000))
Ancaman menyebarluaskan Injil

Kekerasan dan ancaman bagi Kekristenan di Indonesia harus dipahami sebagai salah satu bentuk respons masyarakat terhadap keberadaan dan misi Kristen di bumi Indonesia. Kristen harus memberikan respons-balik yang tepat dan benar agar melalui peristiwa-peristiwa yang nampaknya merugikan Kekristenan, Injil justru semakin berkembang dan tersebar.

Selama ini respons yang seringkali diberikan adalah respons yang bersifat reaktif seperti misalnya ketika gereja-gereja di suatu daerah dibakar maka beberapa hamba Tuhan bergabung untuk menulis sebuah surat protes yang ditujukan kepada kepala negara dengan tembusan ke kedutaan negara-negara tetangga. Respons yang demikian tidak memberikan dampak yang positif terhadap Injil, justru sebaliknya semakin menciptakan ketegangan dan jarak antara gereja dengan masyarakat sekitar, sehingga Injil semakin tidak mempunyai tempat untuk ditaburkan.

Kita belajar dari Paulus bagaimana ia meresponi-balik respons Festus dan Agripa atas pembelaan diri Paulus yang sangat meyakinkan. Ketika dikatakan gila, Paulus menjawab bahwa apa yang ia jelaskan adalah kebenaran yang masuk akal karena berdasarkan fakta historis yang obyektif. Ini berarti Paulus mengundang Festus untuk meneliti segala sesuatu yang telah ia jabarkan, sebab iman kristen dibangun berdasarkan fakta sejarah. Undangan Paulus tidak menciptakan ketegangan antara dia dan Festus (11). Hubungan antara manusia yang baik merupakan sarana yang efektif bagi pemberitaan Injil. Terhadap respons Agripa, Paulus menanggapi secara serius dan tulus (28-29). Ia melihat bahwa mata kail Injil sudah terkait dalam pikiran Agripa. Paulus tidak mau melepaskan begitu saja. Kerinduan Paulus adalah keselamatan jiwa Agripa dan semua yang telah mendengarkan Paulus. Respons Paulus selalu bertujuan agar orang mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mendengarkan dan memahami Injil sehingga pada akhirnya mereka akan menerima keselamatan.

Renungkan: Mereka boleh mereka-reka untuk menghancurkan Kekristenan dengan jalan membakar dan menghancurkan gereja atau bahkan membunuh Kristen. Tapi Kristen dengan kekuatan Roh Kudus harus dapat mereka-rekakan 'bencana' kekristenan itu sebagai kekuatan yang dahsyat bagi bertumbuhkembangnya Injil di Indonesia.

(0.05) (Rm 7:13) (sh: Perbuatan daging atau Allah? (Minggu, 24 Mei 1998))
Perbuatan daging atau Allah?

Hukum Taurat hanya berguna untuk menunjukkan dosa manusia. Bila kita mengandalkan Taurat, justru sifat dosa di dalam kita akan dirangsangnya. Jadi, apakah Taurat itu jahat? Bukan, kenyataan itu hanya membuktikan dosa telah sedemikian rupa merusak manusia hingga Taurat yang baik itu malah berbalik membuat manusia justru terpancing untuk melakukan yang dilarang Taurat. Jadi yang salah adalah sifat dosa di dalam tiap manusia yang merangsang timbulnya perbuatan-perbuatan daging. Jadi sifat dosa telah membuat dirinya tak tertolong oleh Taurat baik untuk beroleh keselamatan atau pun untuk menjalani hidup yang telah diselamatkan itu dalam kekudusan. Dari awal, seterusnya sampai pada kesempurnaan kelak, kita harus sepenuhnya bergantung pada karya Kristus oleh kuat Roh Kudus.

Pengalaman siapa? Pengalaman siapakah yang Paulus tuturkan ini? Paulus memang menggunakan sebutan "aku" dan dalam bentuk waktu sedang berlangsung. Namun itu dipakainya bukan karena ia sedang menyaksikan pengalaman rohaninya, tetapi karena ia sedang menempatkan diri di dalam pengalaman banyak Kristen yang ingin dibimbingnya untuk lepas. Banyak Kristen yang sudah lahir baru (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">19: menghendaki yang baik, 22: suka akan hukum Allah) namun masih terus menerus kalah melawan dosa, bahkan "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">15). Artinya Paulus sedang bicara tentang Kristen yang sudah diperbarui Kristus namun kurang menyadari dan bertindak konsisten dengan kebenaran anugerah Injil Yesus Kristus. Maksud Tuhan menebus kita bukan agar kita sekadar diampuni namun jatuh bangun terus dalam dosa. Ia ingin agar kita sepenuhnya menikmati kesukaan hidup Kristen di dalam Yesus Kristus. Bukan seperti Kristen yang masih sebagian berprinsip Taurat dalam kondisi perbudakan tetapi merdeka penuh dalam Kristus.

Doa: Aku ingin melayaniMu dan kebenaranMu hanya oleh kuasa kemenanganMu, ya Tuhan Yesus.

(0.05) (1Kor 1:1) (sh: Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah (Jumat, 29 Agustus 2003))
Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah

Apakah sebenarnya yang membuat gereja dapat bertahan sepanjang zaman? Apakah resep bagi langgengnya persekutuan orang percaya?

Sebelum menyampaikan keprihatinannya menjawab persoalan jemaat, Paulus menyampaikan alasan mengapa ia merasa berhak menyampaikan kata pengajaran dan nasihat kepada jemaat (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">1,2). Bagian ini penting karena akan menjadi semacam 'dasar hukum' bagi semua yang akan dipaparkannya dalam seluruh suratnya. Tanpa peranannya sebagai rasul Kristus yang ditunjuk oleh Allah sendiri (Kis. 9:1- 19a), ia tidak mempunyai wewenang atau wibawa rohani apapun.

Paulus menekankan adanya hubungan yang khas di antara orang-orang percaya yang dipanggil untuk dikuduskan. Semuanya menjadi bersaudara, saling mendengar karena mereka semua mempunyai satu Bapa (ayat kebanyakan+dari&tab=notes" ver="">3), dan ber-Tuhankan Yesus Kristus yang memiliki semua kuasa dari Allah Bapa. Kini landasan relasi antara Paulus dan Sostenes yang datang bersamanya dengan para pembacanya telah diletakkan. Keterikatan di antara mereka semua tercipta karena berada dalam satu rumah tangga rohani, dengan damai sejahtera melingkupinya.

Paulus mengingatkan jemaat bahwa sebagai orang yang berutang kepada Yesus Kristus, karena anugerah keselamatan kekal-Nya, ucapan syukur merupakan hal vital dan tidak boleh terputus dalam kehidupan jemaat. Imbauan Paulus ini didasarkan pada dua hal. [1] jemaat memiliki kemampuan untuk saling bersaksi tentang Kristus. [2], dalam masa penantian kedatangan Kristus kembali iman jemaat tidak akan terombang ambing sehingga jemaat dapat memelihara kehidupan yang bersih dan tidak tercela. Paulus yakin dan optimis karena kesetiaan Allah memungkinkan itu terjadi.

Renungkan: Apakah sumbangan kita untuk menjadikan jemaat yang di dalamnya kita tergabung, suatu persekutuan yang lestari?



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA