Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 7481 - 7500 dari 8718 ayat untuk greek:di (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.1453198826087) (Dan 12:1) (sh: Keadaan masa depan (Minggu, 4 Juli 1999))
Keadaan masa depan

Keadaan masa depan Keadaan masa depan bukanlah suatu keadaan yang menyenangkan sesuai dambaan setiap insan, seperti dikatakan: akan ada suatu waktu kesesakan, di mana terjadi banyak penderitaan. Bagaimana Kristen sebagai orang-orang percaya menghadapi keadaan ini? Apakah dilingkupi perasaan takut dan gentar, sehingga kehilangan pengharapan di dalam Tuhan? Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang percaya mengalami keadaan yang berat ini sendirian. Ada jaminan penyertaan yang Allah sediakan bagi orang-orang percaya, sehingga dimampukan untuk tetap memiliki pengharapan dan keteguhan iman dalam menghadapi segala penderitaan dan kesesakan.

Rencana Allah tidak pernah gagal. Bagaimanapun manusia dan musuh Allah berusaha menggagalkan rencana keselamatan bagi orang percaya, namun rencana Allah tidak dapat digagalkan oleh siapa pun. Seringkali kita kecewa dan putus asa ketika mengalami kenyataan bahwa kejahatan dan penindasan semakin merajalela tak terkendali. Pelakunya pun seolah tak berdosa dengan segala rencana dan perbuatannya. Sesungguhnya kita jangan hanya terpaku pada peristiwa yang nampak, karena akan melemahkan iman pengharapan kita. Keyakinan bahwa Allah akan bertindak sesuai dengan rencana-Nya yang tidak pernah gagal, akan memurnikan iman pengharapan kita sehingga kita dimampukan mengerti setiap kejadian yang akan terjadi dari kaca mata yang benar dan tepat.

Setia dan tekun. Sikap yang seharusnya mewarnai kehidupan orang percaya dalam menghadapi keadaan masa depan yang penuh penderitaan adalah kesetiaan dan ketekunan berdasarkan iman pengharapan kepada Allah yang rencana-Nya tidak pernah gagal. Kesetiaan dan ketekunan adalah sikap Kristen yang telah mengalami anugerah Allah dan senantiasa hidup bertumbuh dalam firman-Nya.

Doa: Siapkan umat-Mu untuk menghadapi masa depan yang sulit, penuh tantangan, dan pergumulan, dengan firman-Mu yang memberi kekuatan, agar umat-Mu memiliki kesetiaan dan ketekunan sampai kedatangan-Mu.

(0.1453198826087) (Hos 1:1) (sh: Dihukum dan diampuni (Rabu, 3 November 2004))
Dihukum dan diampuni

Dihukum dan diampuni. Apa yang akan seorang suami lakukan terhadap istri yang berselingkuh? Menurut Hukum Taurat, suami boleh menuntut mati istrinya. Di zaman modern ini, biasanya tuntutan cerai.

Tindakan Allah menyuruh Hosea menikahi perempuan sun-dal, menunjukkan sikap Allah terhadap Israel yang melacurkan diri. Allah ingin mengampuni, namun terlebih dahulu dosa harus dihukum. Itu dinyatakan-Nya melalui pemberian nama-nama anak Hosea dari hasil pernikahannya itu. Yizreel berarti Israel akan kalah dan berakhirnya kekuasaan Raja Yehu (ayat 4-5)(Yehu merebut kekuasaan melalui kudeta berdarah). Lo Ruhama berarti Allah tidak akan menyayangi umat Israel (ayat 6). Akan tetapi, Allah masih berbelas kasihan terhadap umat Yehuda, yang pada masa Hosea menunjukkan kesetiaan kepada Allah (ayat 7). Sedangkan, Lo Ami berarti Tuhan telah menolak umat Israel sebagai umat-Nya (ayat 8-9). Nama Lo Ami adalah puncak kemarahan Allah kepada Israel, karena Israel telah berselingkuh dengan ilah lain. Murka Allah menandakan bahwa Israel bukan lagi umat-Nya dan Ia bukan lagi Allah Israel.

Dengan demikian, perjanjian dengan Allah telah hancur. Hubungan simbolis Allah sebagai suami dengan umat sebagai istri telah terputus. Sebenarnya, Allah menghukum agar Israel menyadari dosanya dan bertobat. Setelah itu, Allah akan memulihkan mereka, berupa sisa umat Israel yang sedikit akan dibuat menjadi banyak kembali (ayat 10); Israel kembali menjadi umat Allah, dan Ia akan menjadi Allahnya (ayat 11). Perubahan nama anak Hosea merupakan simbol Allah bagi pemulihan Israel yaitu: dari Lo Ruhama menjadi Ruhama (Allah mengampuni), Lo Ami menjadi Ami (umat Allah).

Bukankah kita juga sama seperti Israel, sering meninggalkan Tuhan untuk mengejar uang, harta, kekuasaan, dan berbagai kesenangan duniawi? Namun, oleh kasih-Nya Allah telah mengampuni kita dan menjadikan kita umat-Nya di dalam Kristus Yesus. Oleh karena itu, kita harus menjadi umat Tuhan yang setia, sepadan dengan kasih karunia-Nya yang penuh pengorbanan.

Bersyukurlah: Allah telah mengampuni kita melalui Tuhan Yesus, sehingga kita layak disebut umat-Nya.

(0.1453198826087) (Hos 2:1) (sh: Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi (Senin, 2 Desember 2002))
Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi

Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi.
Pasal 2 ini menggunakan bahasa peradilan (kebiasaan para nabi) untuk menyatakan kecaman dan penghukuman Allah atas umat-Nya (kata ‘adukanlah’, (ayat 1)). Di sini hubungan Allah dengan Israel digambarkan sebagai suami-istri. Hal ini tidak hanya merupakan penegasan tentang kepemilikan mutlak Allah atas Israel, tetapi sekaligus menegaskan tentang perselingkuhan Israel dengan kekasih lain, yaitu dewa-dewa Kanaan (ayat 4,6). Mereka (umat) menganggap bahwa kelimpahan hasil pertanian dan peternakan berasal dari dewa kesuburan Kanaan yaitu Baal (ayat 4). Mereka tidak menyadari bahwa itu berasal dari Suami yang sesungguhnya, yaitu Allah Israel. Karena itu, pantaslah jika Allah mengambil semua kelimpahan itu dari mereka (ayat 8- 12).Penghukuman itu bertujuan untuk menghajar, agar umat menyadari dosa-dosa mereka. Tetapi mereka tidak juga insaf (ayat 7). Pada pasal ini tampak lagi kasih Allah yang melampaui segala akal. Allah tidak hanya sabar, tetapi juga kembali berinisiatif menyelamatkan umat-Nya. Allah membawa kembali mereka ke Padang Gurun dengan maksud menenangkan hati mereka (ayat 13). Allah mau memulihkan kembali hubungan suami-istri yang langgeng dan ideal, seperti yang pernah terjadi dahulu (ayat 15,17-19). Ketika itu umat Israel belum tergoda untuk mengikuti kekasih yang lain.

Tindakan Allah ini selain menunjukkan bahwa Allah kembali mengasihi Israel (ayat 22), juga harapan Allah agar umat-Nya mengenal-Nya. Mengenal Tuhan merupakan inti iman Israel. Mengenal berarti mengenal secara intim, mengenal kehendak-Nya, mengenal kasih- Nya, dan mengenal jalan-Nya. Berarti juga bersedia menjalankan kehendak Allah dalam kehidupan Israel sebagai umat Allah. Pemulihan hubungan itu akan meliputi pemberian kembali kelimpahan yang pernah mereka terima di tanah Kanaan (ayat 14).

Renungkan:
Pada minggu advent pertama ini, kita sebagai umat Allah diajak untuk mengenang kembali kasih Allah kepada kita, sehingga kita dapat mengoreksi diri; apakah kita dalam kehidupan sehari-hari kita, kita mampu memberlakukan kasih itu.

(0.1453198826087) (Hos 3:1) (sh: Autobiografi Hosea sebagai gambaran kasih Allah (Selasa, 3 Desember 2002))
Autobiografi Hosea sebagai gambaran kasih Allah

Autobiografi Hosea sebagai gambaran kasih Allah.
Sama dengan pasal 1, pasal ini bukanlah sebuah rekonstruksi riwayat hidup Hosea, melainkan sebuah gambaran tentang berita pengampunan yang akan diterima umat Israel. Pada pasal-pasal sebelumnya kita memperoleh penjelasan tentang perselingkuhan Israel dengan kekasih-kekasih lain, yaitu ilah-ilah Kanaan (ayat 1). Dalam pasal ini, perselingkuhan itu digambarkan sebagai perempuan yang suka bersundal dan berzinah (ayat 1). Perintah Allah kepada Hosea untuk mengawini lagi istrinya itu merupakan tindakan yang tidak hanya mengibaratkan kasih Tuhan kepada Israel, tetapi juga tindakan penebusan.Penebusan Allah terhadap Israel tampak ketika Hosea membeli kembali istrinya dengan harga 15 syikal perak dan satu setengah homer jelai. Hosea membeli (menebus) kembali istrinya itu, mungkin dari seorang majikan yang memperbudaknya (budak seks?), atau dari suatu kuil Baal tempat berlangsungnya pelacuran bakti, yang bermaksud merangsang kegiatan dewa kesuburan untuk menurunkan hujan. Dalam kebiasaan Israel penebusan yang bersifat sosial ini di kalangan umat Allah dilihat sebagai wujud dari anugerah dan kasih Allah dalam relasi sosial. Makna teologis itu berakar dari tindakan penebusan Allah atas umat-Nya. Karena itu tindakan ibarat yang dilakukan Hosea ini sangat kental berkaitan dengan penebusan Allah atas Israel. Bagi Hosea, Israel kini menantikan masa-masa yang penuh damai sejahtera, pengharapan mesianis bagi umat (ayat 5).

Pada masa-masa advent ini seluruh umat Allah berada dalam masa-masa penantian akan kedatangan Mesias Yesus untuk kedua kalinya. Pada masa-masa penantian inilah kita pun perlu mengoreksi diri, apakah kita sudah berada kembali pada jalan Tuhan dan kehendak- Nya?

Renungkan:
Mestinya selama masa penantian akan kedatangan Mesias Yesus yang kedua kalinya, kita harus senantiasa hidup menurut jalan- jalan/kehendak Allah, karena masa mesianis itu sudah datang ketika Yesus lahir di kandang Betlehem.

(0.1453198826087) (Hos 4:1) (sh: Dosa-dosa Israel dirinci (Rabu, 4 Desember 2002))
Dosa-dosa Israel dirinci

Dosa-dosa Israel dirinci.
Pasal ini diawali dengan maksud Allah untuk menyeret Israel ke meja hijau Allah, karena banyak kesalahan yang dilakukan Israel (ayat 1). Ungkapan pada ayat 1 merupakan ungkapan kunci dan sentral dalam pemberitaan Hosea, tentang betapa dalam dan hebatnya kesalahan-kesalahan yang dilakukan Israel. Untuk semua yang Israel lakukan, Allah akan bertindak bukan sebagai suami tetapi sebagai Hakim. Dalam hal ini Allah tidak hanya mengadukan orang Israel, tetapi juga para imam dan para nabi (ayat 4-5) yang mestinya menuntun umat kepada jalan Allah. Para imam dan para nabi ternyata tidak menjalankan tugas sesuai dengan panggilannya sebagai nabi ataupun imam. Mereka lebih mengutamakan materi ketimbang menyatakan kebenaran Allah (ayat 6,8). Bahkan Hosea melihat bahwa pejabat agamalah yang memelopori sikap menolak pengenalan akan Allah (ayat 6). Kata ‘menolak’ berasal dari kata Ibrani ‘yada’ yang berarti menolak persekutuan yang intim dengan Allah, dan berselingkuh dengan ilah-ilah lain (ayat 12-14,17). Dengan demikian penolakan terhadap pengenalan akan Allah sama dengan kehidupan yang disesatkan oleh roh perzinahan (ayat 12). Sikap para pejabat agama ini menyebabkan umat lari meninggalkan Allah, dan percaya kepada petenung dan berhala-berhala Kanaan (ayat 12,13). Bahkan dengan sikap atraktif mereka mempersembahkan kurban di puncak- puncak gunung dan di atas bukit-bukit.

Allah tidak tinggal diam melihat sikap penolakan umat terhadap Diri- Nya. Allah tidak hanya menghakimi tetapi juga menghukum! Rakyat Israel dan para pejabat agama akan mendapat hukuman yang sama dari Allah (ayat 9,10). Namun, dibalik penghukuman itu ada juga berita pengharapan (ayat 15).

Renungkan:
Pemimpin agama adalah panutan umat yang digembalakannya. Apakah kita sebagai pemimpin umat baik sebagai presbiter, pendeta dan lain-lainnya masih menjunjung tinggi makna terdalam keberadaan kita sebagai pemimpin umat? Atau jangan-jangan godaan roh perzinahan itu telah membuat kita terseret kepada godaan-godaan roh penyimpangan.

(0.1453198826087) (Hos 4:1) (sh: Ibarat pasir hanyut dalam arus air (Sabtu, 6 November 2004))
Ibarat pasir hanyut dalam arus air

Ibarat pasir hanyut dalam arus air. Dosa yang tidak dibereskan akan menenggelamkan kita. Setiap orang yang berdosa harus mempertanggungjawabkan perbuatan dosanya di hadapan Allah.

Israel adalah umat yang dikasihi Allah. Bangsa yang memiliki ikatan perjanjian dengan-Nya. Namun, Israel berlaku seolah-olah tidak mengenal hukum Allah dan tidak memiliki ikatan perjanjian apa pun dengan diri-Nya (ayat 1). Itu sebabnya, Allah menggugat (Ibr.: rib) Israel. Akibat dari tidak mau menjalankan ketetapan Allah Israel jatuh ke dalam dosa amoral (ayat 2). Hukum Taurat bagi Israel tidak ada artinya dan tidak berfungsi sama sekali untuk mengatur hidup mereka. Para pemimpin agama, yang seharusnya menjadi panutan moral justru adalah pelaku-pelaku kejahatan yang melanggar norma kebenaran. Mereka menggunakan nama dan kepentingan agama sebagai kedok untuk menipu dan memeras rakyat dengan tujuan memperkaya diri (ayat 4, 7-8). Selain dosa pelanggaran moral, Israel juga berdosa menyembah ilah-ilah (ayat 12-13). Seakan belum cukup, dalam menjalankan praktek penyembahan berhala itu, Israel juga menajiskan diri dengan melakukan pelacuran bakti (ayat 13-14). Semua perbuatan dosa Israel ini ialah perzinaan rohani. Penyangkalan terhadap Allah selalu bergandengan dengan pelanggaran terhadap norma sosial dan susila.

Apa yang terjadi pada bangsa Israel waktu itu, kini sedang menimpa masyarakat Indonesia. Perbuatan amoral yang menjurus pada perilaku seksual yang salah, percintaan sesama jenis kelamin, percabulan terhadap anak-anak, dan perselingkuhan banyak terjadi. Meremehkan hukum Allah, selalu berjalan seiring dengan kegiatan agamawi yang dilakukan secara lahiriahnya saja. Akibatnya, kekerasan dan kemunafikan tetap merajalela. Pada akhirnya, keadaan inilah yang justru menghancurkan bangsa kita. Ikatkan diri Anda kepada Tuhan. Jangan menjadi sama dengan dunia ini. Jangan menjadi pasir yang hanyut.

Tugas kita: Mari, ingatkan anak Tuhan di sekitar kita untuk tidak ikut arus dosa pelanggaran moral. Jauhi sikap munafik. Nyatakan identitas kekristenan kita melalui perbuatan bukan dalam bentuk simbolis keagamaan saja.

(0.1453198826087) (Hos 10:1) (sh: Jangan mengecewakan Allah (Sabtu, 13 November 2004))
Jangan mengecewakan Allah

Jangan mengecewakan Allah. Allah kecewa terhadap Israel seperti ayah yang kecewa karena putra yang diharapkan akan menggantikan kedudukannya kelak, tetapi menolak mentah-mentah posisi itu. Apa yang akan dilakukan Allah terhadap umat yang seperti ini?

Hosea menggunakan ilustrasi pohon anggur untuk membicarakan Israel. Dalam ilustrasi itu, Israel adalah pohon anggur yang tumbuh subur dan berbuah lebat (ayat 1a). Ini melambangkan berkat yang melimpah dalam kehidupan umat yang dikasihi Tuhan. Ternyata semakin tambah diberkati, semakin Israel "berselingkuh" dengan ilah lain (ayat 1b). Allah sungguh kecewa. Israel adalah umat yang tidak tahu balas budi! Oleh karena itu, Israel diganjar dengan kehancuran diri. Mereka akan kehilangan sesembahan atau ilah mereka itu (ayat 2); kehilangan raja mereka (ayat 3); dan mereka akan ketakutan menghadapi murka Allah yang dinyatakan kepada mereka (ayat 8) (band. Why. 6:16). Semua gambaran ini melukiskan dahsyatnya penghukuman Allah berupa pembuangan Israel ke Asyur itu. Israel bukan hanya kehilangan segala kemakmuran dan kesejahteraan hidup, melainkan mereka juga telah mengabaikan iman. Bahkan jati diri sebagai bangsa pilihan pun telah hancur. Mengapa semua itu hilang? Karena dengan menolak menjadi saksi Allah, Israel telah kehilangan semua fasilitas yang diperlukan untuk menjadi saksi Allah.

Allah menjamin keselamatan anak-anak-Nya melalui anugerah Yesus Kristus. Allah juga menjanjikan pemeliharaan menyeluruh atas seluruh segi hidup kita di dunia ini. Akan tetapi, saat kita menolak untuk hidup benar menyaksikan kemuliaan dan kebaikan-Nya, kita mengecewakan Allah. Di samping itu, jika selama ini kita seringkali melukai hati-Nya dengan berpaling dari-Nya dan mencari ilah lain, berarti kita melepaskan hak istimewa untuk menikmati segala berkat-Nya. Setiap dosa, setiap perpalingan dari Allah selalu melukai hati Allah dan melukai diri kita sendiri.

Tekadku: Aku tidak mau mengecewakan Allah, sebagaimana aku pun tidak ingin mengalami kesakitan akibat dosa.

(0.1453198826087) (Hos 13:1) (sh: Menyimpang dari Allah, berarti mati! (Jumat, 13 Desember 2002))
Menyimpang dari Allah, berarti mati!

Menyimpang dari Allah, berarti mati!
Allah sendiri mengingatkan Israel, bahwa Dialah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Tidak ada juruselamat lain (ayat 4). Artinya, hanya Allahlah yang memelihara dan yang memberi mereka makan dan minum. Israel dengan mudah melupakan segala kebaikan yang telah Tuhan limpahkan atas mereka. Karena itu, ketika Israel membelakangi Allah, itu tidak hanya berarti bahwa Israel menolak keselamatan dari Allah, tetapi juga Israel telah memutuskan hubungan kasih dengan Sang Sumber kehidupan. Akibatnya, murka Allah menimpa mereka. Bahkan, akibat dari sikap Israel itu, Allah tidak akan membebaskan Israel dari maut. Israel tidak mengurangi kuantitas dan kualitas kejahatan mereka, justru sikap Israel makin bertambah-tambah penyimpangannya terhadap perjanjian kasih dengan Allah. Mereka harus mengalami maut yang datang dari Allah. Allah sendiri tidak akan menyelamatkan Israel (ayat 14). Apakah Allah telah kehabisan kesabaran? Tidak! Allah memutuskan tindakan ini justru karena terlalu sabar. Juga, tindakan Allah ini diambil karena ketololan dan kebodohan Israel sendiri. Artinya, Israel sendiri yang telah memutuskan hubungan kasih Allah dengan Israel.

Kehidupan yang didasarkan pada kasih Allah, Sang Sumber Kehidupan, hanya akan terjalin kembali apabila Allah sendiri berinisiatif penuh untuk memulihkan hubungan-Nya dengan umat. Pemulihan hubungan itu telah sering Allah lakukan, tetapi Israel terus menerus menolak Allah.

Bila kita belajar dari sikap Israel terhadap Allah, maka kita pun harus dengan penuh kesadaran mengakui bahwa kita tidak lebih baik daripada umat Israel. Sebab seandainya ada seorang saja di bumi ini yang betul-betul setia kepada Allah, maka Allah tidak perlu berinisiatif melalui Yesus Kristus, datang ke dunia. Tetapi, karena satu orang saja tidak ditemukan, maka damai Natal itu harus datang ke dunia, berada di antara kita, dan memulihkan kembali relasi manusia dengan Allah.

Renungkan:
Manusia sudah dihukum sekaligus diselamatkan dalam Natal, salib dan kebangkitan Yesus.

(0.1453198826087) (Yl 2:1) (sh: Koyakkanlah hatimu! (Sabtu, 16 Juni 2001))
Koyakkanlah hatimu!

Koyakkanlah hatimu! Suasana perkabungan yang nampak luar belum tentu mewakili perkabungan hati. Seorang bisa menangis histeris tak henti dalam suasana upacara pemakaman walaupun sesungguhnya hatinya bersorak penuh kemenangan karena sejenak kemudian seluruh harta warisan ayahnya jatuh ke tangannya sebagai pewaris tunggal. Allah tidak menghendaki perkabungan yang nampak luar, tetapi perkabungan hati umat-Nya. Allah tidak akan tertipu dengan ucapan mulut penuh tangisan tanpa kehancuran hati penyesalan dosa.

Seruan pertobatan dalam perikop ini nampak sangat penting, mendesak, serius, dan membutuhkan respons kebulatan hati (12). Hukuman yang mereka alami jelas merupakan akibat dari ketidaksetiaan mereka sebagai umat pilihan- Nya, maka Allah yang setia menghendaki perkabungan hati bukan upacara perkabungan sekadar tradisi (13). Ketidaksetiaan harus dibayar dengan perkabungan hati dan pertobatan total, segenap hati berbalik kepada Allah perjanjian. Betapa maha kasihnya Allah yang tetap setia kepada umat-Nya walaupun umat-Nya telah ‘memaksa’- Nya melaksanakan hukuman-Nya. Pertobatan total kembali membuka jembatan berkat dan diperkenan-Nya korban persembahan umat-Nya, yang sebelumnya tertahan karena ulah umat-Nya (14). Seruan ini harus diperdengarkan kepada setiap orang segala usia: dari yang tua sampai kepada bayi (16) dan para imam menjadi perantara perdamaian umat-Nya dengan Allah (17). Melalui ibadah yang kudus dan sehati, mereka harus datang dan memohon kasih sayang Tuhan untuk memulihkan umat-Nya dari keadaan yang memalukan dan menjadi cela bagi bangsa- bangsa lain yang tidak mengenal Allah (17). Betapa menyedihkan, umat yang seharusnya membawa harum nama Allah, justru ‘menyembunyikan’ Allah dalam kebisuan dan ketidakberdayaan.

Renungkan: Seruan “Koyakkanlah hatimu!” juga diperdengarkan di tengah bangsa kita, agar menerima anugerah pertobatan dan pengampunan. Seruan yang membutuhkan respons serius, segera, dan segenap hati. Milikilah hati seperti Yoel yang dengan berani menyerukan dengan tegas agar bangsa berseru memohonkan pertobatan. Relakah Kristen membayar harga sebuah perdamaian dan pemulihan bangsa kita tercinta dengan hati yang hancur di hadapan- Nya dan berteriak memohonkan belas kasih sayang Tuhan?

(0.1453198826087) (Am 2:4) (sh: Hukuman juga atas umat Allah sendiri (Kamis, 17 Juli 2003))
Hukuman juga atas umat Allah sendiri

Hukuman juga atas umat Allah sendiri. Bayangkan bagaimana perasaan orang Israel ketika mendengar nubuat Amos menuding kejahatan bangsa-bangsa sekitar mereka yang jahat (ps. 1), juga kemudian menelanjangi kejahatan Yehuda saudaranya sendiri (ayat 2:4-5). Pasti senang dan mendukung penuh. Namun betapa terperangah mereka ketika panjang lebar teguran keras Tuhan pun ditujukan kepada mereka. Memang mereka adalah umat Allah, namun itu tidak berarti mereka beroleh perkecualian untuk segala kejahatan mereka.

Dosa pertama yang Allah bongkar menyangkut ketidakadilan para elit terhadap orang lemah (ayat 6-7a). Pemimpin dan orang yang berlebih harta atau kuasa tidak memperlihatkan kesadaran bahwa mereka adalah pelayan Tuhan. Kedua, percabulan dibiarkan merajalela bahkan sampai merasuki upacara keagamaan (ayat 7b-8). Hal ini membuat Israel sama melakukan dosa bangsa kafir yang menjadikan kesuburan menjadi objek ibadah. Ketiga, menyembah kekuatan alam berarti melupakan Allah sumber hidup dan segala keberhasilan (ayat 9-10). Keempat, semua dosa itu memuncak dalam kebebalan rohani. Tidak lagi ada keinginan untuk mendengarkan firman. Para nabi disuruh bungkam (ayat 11).

Allah tidak akan membuat perkecualian apabila umat-Nya sendiri berbuat dosa. Allah tidak menggunakan standar ganda. Justru keberadaan sebagai umat harus membuat Israel berjuang agar sifat- sifat dan kehadiran Allah tampak dalam seluruh kehidupan mereka. Begitu pun kini, justru di tengah kondisi masyarakat yang semakin anarkis dan bebal rohani orang Kristen harus memiliki cap kehadiran dan kemuliaan Allah di dalam tingkah lakunya sehari- hari.

Renungkan: Apa istimewanya berbagai kebangunan dan penyegaran rohani, apabila Kekristenan tidak gigih menegakkan kebenaran dan kekudusan dalam masyarakat mulai dari diri sendiri?

(0.1453198826087) (Am 6:1) (sh: Jaminan semu (Selasa, 22 Juli 2003))
Jaminan semu

Jaminan semu. Teguran Allah mengaum lebih keras dan kini ditujukan kepada para pemimpin umat. Mereka biasa dikenal sebagai yang terkemuka dan utama (ayat 1) dan yang beroleh kesempatan istimewa menikmati hal-hal terbaik (harfiah: utama) dalam hidup (ayat 6; bdk. ayat 4-5). Di tengah-tengah krisis bangsa seharusnya para pemimpin yang pertama prihatin, tetapi justru mereka larut dalam kehidupan gemerlap dan menganggap kekelaman dari Allah itu jauh dari mereka (ayat 3,6). Mata mereka telah dibutakan oleh kekayaan hasil rampasan dan penindasan terhadap yang lemah. Bahkan mereka masih terus menyelenggarakan pemerintahan dengan tangan besi dan memutarbalikkan keadilan (ayat 3,12). Untuk semua yang mereka lakukan, Tuhan bersumpah demi diri-Nya untuk menghukum (ayat 8) juga memusnahkan bangsa itu (ayat 9). Allah akan membangkitan suatu bangsa untuk menindas mereka (ayat 14).

Tindakan penghukuman Allah untuk bangsa Israel menjadi peringatan keras bagi kita, orang percaya masa kini. Sering kita merasa kuat dan mampu melakukan segala sesuatu tanpa Allah. Bahkan sering pula kita menutup mata terhadap berbagai krisis atau bencana yang terjadi di sekitar kita, karena kita tidak tanggap membaca tanda- tanda zaman. Kita sering bersyukur karena tidak mengalami bencana, tetapi bersikap masa bodoh terhadap orang lain yang mengalami bencana. Sikap-sikap seperti ini tidaklah patut dilakukan oleh umat Allah.

Berbagai bencana atau peristiwa pasti mempunyai hikmat tersendiri yang dapat memberi petunjuk atau tuntutan bagi langkah hidup kita. Walaupun kita memiliki kuasa dan kekuatan, harta dan kekayaan, kita tidak boleh menggantungkan hidup kita pada hal-hal itu. Karena hal-hal itu bukan allah tetapi pemberian Allah untuk diabdikan kepada Allah dan sesama.

Renungkan: Harta dan kedudukan tidak lebih adalah alat-alat agar kita mengabdi Allah dan menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama.

(0.1453198826087) (Am 7:1) (sh: Indikator kesungguhan kenabian (Rabu, 23 Juli 2003))
Indikator kesungguhan kenabian

Indikator kesungguhan kenabian. Nabi Amos memperoleh inspirasi ilahi lewat berbagai penglihatan (ayat 1:2,4,7,8). Berulang kali Amos beroleh penglihatan akan datangnya hukuman Allah yang dahsyat. Berulangkali pula Amos menempatkan diri di tempat umat-Nya. Ia mengajukan permohonan agar Allah mengasihani dan tidak menjatuhkan hukuman sedahsyat itu. Inilah indikator pertama kesungguhan kenabian. Seorang nabi sejati tidak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Nabi sejati peka terhadap suara dan kehendak Tuhan tetapi juga prihatin akan keadaan umat.

Sesudah dua kali berturut-turut Amos bersyafaat di hadapan Allah, pada penglihatan ketiga dan selanjutnya (ps. 8), Allah tidak lagi memberi kesempatan kepada umat-Nya untuk luput dari hukuman. Kesabaran Allah ada batasnya. Masa penghukuman itu pasti akan datang. Tidak ada waktu berbalik. Amos pun tidak lagi memohon kepada Allah untuk mengubah rencana-Nya. Amos adalah hamba Allah, maka ia tidak boleh membela umat yang berdosa lebih dari ia "membela" kebenaran Allah. Penghukuman akan terjadi, tragedi peperangan akan menghancurkan: [1] ibadah Israel yang penuh dengan kemunafikan (ayat 9; bdk. 4:4,5); [2] para penguasa dan keluarga mereka yang berlaku lalim terhadap rakyat (ayat 9,11).

Lain halnya dari Amos adalah Amazia, imam palsu yang melayani Yerobeam. Yang imam ini lakukan adalah ciri nabi palsu. Untuknya kenabian atau keimaman adalah soal "cari makan" (ayat 12). Urusannya bukanlah membela umat dan menaati Tuhan tetapi memberi keyakinan-keyakinan palsu kepada raja (ayat 12). Kepalsuan membuatnya siap mengusir Amos sebab pemberitaan Amos tentang kematian Raja Yerobeam dan pembuangan Israel membahayakan (ayat 11). Semua nabi profesional hanya menubuatkan hal-hal yang menyenangkan.

Renungkan: Kita pun dipanggil untuk menyatakan dan mempraktikkan kebenaran kepada keluarga dan orang-orang sekitar kita.

(0.1453198826087) (Yun 3:1) (sh: Jangan mengulangi kesalahan (Sabtu, 15 Desember 2001))
Jangan mengulangi kesalahan

Jangan mengulangi kesalahan. Pertobatan bukan hanya penyesalan; pertobatan adalah perubahan. Konon, sebelum bertobat, Agustinus hidup dalam dosa bersama wanita yang bukan istrinya. Karena Tuhan mendengar doa ibunya, Monika, dan berbelas kasihan kepada Agustinus, maka ia bertobat. Ketika suatu hari Agustinus berjalan-jalan di pasar, wanita yang pernah dikencaninya memanggil-manggil namanya, "Agustinus! Agustinus!" Mendengar namanya dipanggil, tiba-tiba Agustinus berlari menjauh seraya berseru, "Aku bukan Agustinus! Bukan Agustinus!" Agustinus menyatakan bahwa Agustinus yang lama sudah tidak ada lagi.

Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada Yunus. Kali ini Yunus taat. Ketika ia memberitakan peringatan Tuhan, sesuatu yang mengejutkan terjadi, terutama buat Yunus, yaitu bahwa seluruh rakyat Niniwe beserta rajanya menanggapi pemberitaan tersebut dan bertobat!

Sekali lagi kita melihat bagaimana keindahan pertobatan yang terangkai dalam suatu kebenaran, yaitu bahwa pertobatan terjadi karena Tuhan berinisiatif; Ialah yang "mengunjungi" Niniwe dan menyampaikan peringatan-Nya; Ialah yang mencari manusia, bukan sebaliknya. Kedua, pertobatan tidak akan terjadi jika manusia tidak mau mendengarkan suara Tuhan. Rakyat Niniwe masih menaruh hormat kepada Tuhan; Ketiga, pertobatan ditunjukkan melalui perubahan nyata. Raja Niniwe meminta rakyatnya untuk "berbalik dari tingkah lakunya yang jahat...". Banyak keadaan yang melahirkan penyesalan. Misalnya, penyesalan yang muncul sebagai akibat rasa malu, rasa takut, dan rasa bersalah. Namun, pertobatan tidak harus dilandasi oleh ketiga perasaan ini sebab sudah seyogianyalah pertobatan timbul dari (a) kesadaran akan kesalahan, (b) keinginan untuk melakukan yang benar di hadapan Tuhan, dan (c) tindakan nyata untuk mewujudkannya.

Renungkan: Sebagian aspek dari manusia lama kita memerlukan waktu untuk berubah. Ada yang memerlukan waktu singkat, ada juga yang memerlukan waktu panjang. Karena itu, jangan menyerah dan berkata, "Saya tidak mungkin berubah!" Itu bisikan Iblis yang harus kita lawan.

(0.1453198826087) (Yun 4:1) (sh: Sekali lagi, belas kasihan Allah! (Selasa, 15 Juli 2003))
Sekali lagi, belas kasihan Allah!

Sekali lagi, belas kasihan Allah! Yunus marah oleh karena Allah mengampuni orang Niniwe. Doanya penuh berisi ungkapan kemarahan (ayat 2-3). Ia merasa bahwa sikap Allah terhadap orang Niniwe adalah suatu kekeliruan yang fatal. Bagaimana boleh Allah mengampuni bangsa yang menjadi ancaman bagi umat-Nya sendiri! Allah pasti telah salah bertindak. "Aku protes Tuhan, dan lebih baik aku mati daripada hidup melihat tindakan Allah yang salah" (ayat 3). Kira-kira demikianlah isi protes Yunus yang mengklaim bahwa kota seperti Niniwe tidaklah sepantasnya hidup di dunia ini. Kemudian Yunus meninggalkan kota itu sambil menantikan apa yang akan terjadi terhadapnya, sebab ia beranggapan bahwa doa protesnya layak didengar Allah dan keputusan-Nya yang keliru harus dibatalkan atau paling tidak harus ditinjau kembali.

Barangkali seandainya kita adalah seseorang yang memiliki otoritas, maka protes seperti yang disampaikan oleh Yunus ini akan diabaikan begitu saja. Tetapi lain halnya dengan Allah. Ia berusaha memahami hati Yunus dan mencoba memberi pengertian melalui suatu pelajaran yang lembut. "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" firman Allah kepada Yunus (ayat 9). Ternyata jawaban Yunus masih tetap seperti semula yakni marah sampai mati. Apakah sikap Yunus ini merupakan suatu dendam tak berujung karena tak termaafkan? Sepertinya memang demikian. Kemudian firman Allah yang berikutnya menyatakan kepada Yunus bahwa belas kasihan Allah kepada bangsa yang berdosa sangat besar, dan sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan manusia berdosa (seperti Yunus) yang membenci sesamanya.

Kitab Yunus ini tampaknya tidak hanya mau menyatakan universalitas kasih Allah tetapi juga menyingkapkan keberdosaan manusia termasuk umat Allah sendiri.

Renungkan: Di hadapan anugerah Allah, tidak sepatutnya kita beranggapan bahwa diri kita lebih baik dari pada orang lain.

(0.1453198826087) (Hab 2:1) (sh: Bumi yang sunyi (Kamis, 19 Desember 2002))
Bumi yang sunyi

Bumi yang sunyi.
Menanti. Mungkin itulah yang menjadi pekerjaan manusia seumur hidupnya. Habakuk berdiam diri. Surga sunyi, bumi pun sunyi. Ia hanya bisa melihat, memperhatikan, menanti datangnya pencerahan. Tuhan pun angkat bicara. Suatu kepastian tiba: orang benar akan hidup oleh iman. Kebenaran itu bukan sekadar satu pemahaman, namun tindakan, kebergantungan penuh kepada Allah. Orang-orang tertindas memang lemah, mereka tidak berdaya. Namun, kala mereka beriman kepada Allah, maka kehidupan yang benar semacam itu akan menyelamatkan mereka – Allah siap sedia menjaga.Kesunyian dibalas oleh Allah dengan nyanyian-nyanyian, lima kutukan bagi Babel. Pertama, celaka bagi mereka yang meraup harta orang secara tak jujur (ayat 6-8). Para penjarah ini tak kenal belas kasih, kadang menyita harta milik seorang yang berhutang secara prematur begitu saja tanpa peri kemanusiaan lagi. Peringatan telah datang kepada mereka bahwa sisa-sisa korban yang tak berdaya akan bangkit dan menjadi pemenang. Kejahatan akan dibalaskan.

Kedua, celaka bagi mereka yang melakukan eksploitasi untuk kepentingan dirinya atau kepentingan dinastinya (ayat 9-11). Orang-orang semacam ini membahayakan hidup orang lain. Ketidakadilan menempel pada diri mereka, bahkan batu-batu rumah pun meminta kebenaran! Ketiga, ada pula orang-orang yang menyebarkan kekerasan (ayat 12-14). Kecelakaan juga akan menimpa mereka. Sebaliknya, pengetahuan akan kemuliaan Allah terpatri akan memenuhi bumi. Pengetahuan ini bukan teoretis sifatnya, namun aktual secara penuh dalam segala keadaan nyata. Kehidupan sepenuhnya akan memancarkan sifat-sifat kemuliaan Allah yang kudus dan adil. Kedamaian akan bertakhta. Keempat, kutuk akan datang kepada mereka yang meninggikan diri dengan mempermalukan orang lain (ayat 15-17). Terakhir, para penyembah berhala akan mendapatkan celaka. Mereka bicara kepada berhala-berhala yang bisu. Sebaliknya, seluruh bumi seharusnya diam. Allah telah berbicara!

Renungkan:
Allah ada di surga, dan kita di bumi. Dalam keheningan dan kesunyian batinlah suara Ilahi datang menyapa kita.

(0.1453198826087) (Mat 2:1) (sh: Herodes dan orang Majus (Selasa, 26 Desember 2000))
Herodes dan orang Majus

Herodes dan orang Majus. Kisah orang majus yang sangat terkenal - kaum filsuf dari Persia - dimaksudkan untuk menyatakan lebih jauh siapa Yesus. Dikejutkan oleh penampakan bintang besar yang luar biasa, orang-orang majus menuju ke Yudea untuk menghormati bayi yang kelak akan menjadi raja besar. Kedatangan mereka membuat ketakutan yang besar karena itu Herodes mencari informasi dimanakah Mesias akan dilahirkan. Jawaban atas pertanyaan Herodes terdapat dalam Mikha 5:2: Penguasa yang dijanjikan akan lahir di Betlehem.

Pernyataan Herodes bahwa dia pun akan pergi dan menyembah bayi jika lokasi kelahirannya sudah dipastikan, adalah pernyataan dusta. Itu adalah kebohongan sebab Herodes yang tua ini bermaksud membunuh bayi Yesus. Ini merupakan contoh respons negatif terhadap Yesus.Respons yang positf dapat dilihat dalam diri orang majus. Sebagai orang asing mereka dengan penuh suka cita mendatangi rumah dimana keluarga Yesus tinggal. Di sana mereka menyembah bayi Yesus, membuka tempat harta bendanya, dan memberikan persembahan kepada-Nya. Secara tradisi, persembahan yang diberikan kepada Yesus adalah persembahan yang biasanya ditujukan kepada seorang raja yaitu mas, kemenyan, dan mur. Yang lebih bermakna adalah pola yang kita lihat.Mereka menyembah Yesus lalu membuka harta bendanya, kemudian memberikan persembahan kepada-Nya.

Seringkali kita sebagai manusia hanya menyembah harta benda. Uang atau benda-benda yang dapat dibeli dengan uang menjadi fokus hidup kita. Ketika kita menyembah harta benda, kita tidak akan mempunyai hati untuk Yesus atau orang lain. Menyembah Yesus membebaskan kita terfokus pada materi. Harta benda duniawi tidak lagi mencengkeram hati kita. Ketika kita menemukan kesukacitaan dalam melayani Kristus, dengan sukarela kita akan memberikan harta benda kita kepada-Nya sebagai persembahan.

Renungkan: Hanya mengenal Yesus saja tidak cukup. Mereka yang mengakui keajaiban kelahiran-Nya namun tidak mau menyerahkan hidup kepada- Nya adalah seperti Herodes. Hendaklah dengan penuh sukacita kita merendahkan diri, menyembah, dan menyambut Dia bukan hanya sebagai Juruselamat namun juga sebagai Tuhan atas hidup dan segala yang kita miliki.

(0.1453198826087) (Mat 3:1) (sh: Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat (Selasa, 28 Desember 2004))
Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat

Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat. Berita tentang Kerajaan Surga mungkin sering kita dengar. Akan tetapi, pernahkah Anda turut memberitakan Kerajaan Surga itu?

Berita tentang Kerajaan Surga dicetuskan pertama kali oleh Yohanes yang kita kenal sebagai Yohanes Pembaptis. Pernyataan Yohanes ini dicatat oleh penulis ketiga Injil dalam Alkitab, kecuali Injil Yohanes. Yohanes Pembaptis dan penulis Injil Yohanes adalah orang yang berbeda. Siapakah Yohanes Pembaptis? Ia adalah anak Zakaria dan Elizabeth. Ketidakpercayaan Zakaria terhadap berita kelahiran Yohanes menyebabkan Zakaria bisu (Lukas 1:18-21). Setelah Yohanes dewasa, ia mengembara di padang gurun Yudea. Kehadiran Yohanes di hadapan umum menimbulkan kegemparan dan dibicarakan (ayat 5).

Tampaknya Yohanes menarik perhatian banyak orang karena beberapa hal: cara berpakaiannya yang unik (Mat. 3:4a), jenis makanan yang disantapnya (ayat 4b), pemberitaannya tentang Kerajaan Surga (ayat 2), dan teguran kerasnya terhadap orang Farisi dan orang Saduki dengan menyebut mereka sebagai keturunan ular beludak. Ajaran Yohanes tentang Kerajaan Surga merupakan berita baru. Pada waktu itu kehidupan agama masyarakat Yahudi menekankan segi lahiriah saja, yaitu hanya mengandalkan status lahiriah keturunan Abraham (ayat 8-9). Oleh sebab itu, Yohanes mengingatkan mereka bahwa penghakiman Tuhan akan berlaku bagi semua orang yang tidak bertobat tanpa terkecuali! (ayat 10, 12; band. Mat. 5:20).

Berita Kerajaan Surga sering dianggap "angin lalu" karena orang Kristen menganggap menjadi warga gereja berarti otomatis masuk Kerajaan Surga. Padahal, masuk Kerajaan Surga terjadi karena percaya pemberitaan firman dan mengizinkan Tuhan Yesus merubah kehidupannya. Jika Anda tidak bersedia untuk menanggalkan kehidupan rohani yang tidak berbuah kapak telah disediakan Tuhan untuk menebang pohon yang tidak menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5). Jangan mengaku pengikut Kristus kalau kehidupan Anda tidak mau berubah.

Yang kulakukan: Aku mau berubah dengan mempersilahkan Roh Allah memperbarui seluruh segi kehidupanku.

(0.1453198826087) (Mat 4:18) (sh: Alih profesi (Sabtu, 1 Januari 2005))
Alih profesi

Alih profesi. Ada banyak alasan seseorang alih profesi. Bisa disebabkan oleh kebutuhan meningkatkan taraf hidup, bisa juga dikarenakan oleh dorongan minat dan bakat. Namun, ada pula yang beralasan mendapatkan panggilan mulia Allah untuk melakukan sesuatu.

Empat murid pertama yang disebutkan pada nas hari ini memiliki profesi sebagai nelayan. Mereka adalah orang yang biasa bekerja di tengah ombak dan badai untuk mencapai hasil yang mereka harapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Entah sudah berapa lama mereka menjadi nelayan, tetapi ketika Yesus datang memanggil mereka menjadi penjala manusia, mereka segera meninggalkan jala dan perahu untuk mengikut Dia (ayat 19-20). Mereka alih profesi karena dipanggil secara khusus untuk memberitakan Injil keselamatan. Ini adalah hak yang begitu istimewa. Manusia yang lemah dan berlatar belakang biasa, dipanggil dan dijadikan alat yang dipakai-Nya untuk kepentingan Kerajaan Allah.

Mengapa mereka menerima ajakan Tuhan Yesus? Tentu karena mereka sudah mendengar pelayanan Yesus yang memberitakan Injil Kerajaan Surga (ayat 17). Pemberitaan itu disertai dengan pelbagai perbuatan baik sehingga banyak orang mengalami kesembuhan dari berbagai penyakit (ayat 23-24).

Panggilan untuk memberitakan Injil ini juga berlaku bagi kita, anak-anak Tuhan yang hidup di masa kini. Ada yang menjadi penjala manusia melalui profesi masing-masing, misalnya sebagai guru, nelayan, pegawai kantor, tenaga medis atau juru masak. Bagaimana caranya? Melalui kata-kata dan kesaksian hidup kita. Namun, ada juga yang Tuhan panggil untuk meninggalkan profesi lama supaya dapat konsentrasi melayani jiwa-jiwa yang memerlukan kasih Tuhan. Siapkah Anda alih profesi kalau memang itu adalah rencana Tuhan bagi Anda? Ambillah keputusan untuk memiliki hidup yang lebih bermakna dengan melayani Dia dan menjadi saksi-Nya.

Renungkan: Respons positif kepada panggilan-Nya akan membuat Anda menapak maju dalam rencana besar-Nya.

(0.1453198826087) (Mat 5:17) (sh: Kesempurnaan Kristen dan amarah (Kamis, 4 Januari 2001))
Kesempurnaan Kristen dan amarah

Kesempurnaan Kristen dan amarah. Apakah Kristen yang telah mendapatkan pengajaran khusus dari Kristus dibebaskan dari tuntutan menjalankan hukum Taurat dan kitab para nabi? Tidak! Sebab otoritas PL yang bersumber dari Allah akan terus berlaku hingga kesudahan zaman (ayat 18) dan menyatakan rencana penebusan Allah hingga penggenapannya. Kedatangan Kristus bukan untuk meniadakannya, namun menggenapinya, karena Ia sendirilah penggenapnya.

Kristen pun tidak boleh meniadakan salah satu bagian dari hukum Taurat dan kitab-kitab nabi, ataupun mengajarkannya demikian. Mengapa? Sebab itu merupakan wahyu Allah, sehingga manusia tidak mempunyai hak untuk menguranginya, sekalipun bagian yang terkecil. Karena berhubungan dengan wibawa dan otoritas wahyu Allah, maka konsekuensi peniadaan atau pengajaran yang demikian cukup serius karena berdampak bagi kehidupan di masa kekekalan (ayat 19). Jika demikian apa yang dituntut dari Kristen? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesempurnaan (ayat 20). Ayat ini memang tidak berbicara tentang bagaimana seseorang memperoleh kebenaran namun memaparkan tuntutan kesempurnaan. Mesias sendiri akan membangun sebuah bangsa yang akan disebut `pohon tarbantin kebenaran' (Yes. 61:3).

Kesempurnaan apa yang dituntut dari Kristen? Dalam hubungan dengan sesama manusia, hukum Taurat melarang pembunuhan. Namun yang menjadi kepedulian Allah bukan hanya pembunuhan melainkan juga kemarahan, khususnya kemarahan kepada saudara- saudara seiman (ayat 22), sebab Allah melihat apa yang di dalam hati. Kemarahan yang menyala-nyala dapat mengarah kepada tindakan kekerasan yang lebih jauh, termasuk pembunuhan.

Kemarahan yang seringkali diekspresikan dengan kata- kata umpatan atau kata-kata tuduhan, merupakan hal yang sangat serius, karena dapat menyeret seseorang kepada penghukuman abadi, membawa dampak bagi kehidupan ibadah seseorang, dan dapat menyeret seseorang ke pengadilan (ayat 23-26).

Renungkan: Karena begitu jahatnya kemarahan disertai dengan kepastian hukuman Allah dan konsekuensi kemarahan, Kristen harus menggunakan segala upaya dan daya untuk segera menghentikan kemarahan.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA