Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 701 - 720 dari 763 ayat untuk Kaum (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.11) (Yes 11:10) (full: PADA WAKTU ITU. )

Nas : Yes 11:10-16

Hari-hari terakhir dari kerajaan Mesias akan didahului oleh berkumpulnya kembali orang Yahudi yang menerima Yesus Kristus sebagai Mesias. Pemulihan Israel dan Yehuda ini akan mencakup:

  1. (1) kaum sisa setia yang masih ada (ayat Yes 11:11-12; bd. Ul 30:3-5; Yer 31:1,8,10; Yeh 39:22,28);
  2. (2) umat itu berkumpul di sekitar Mesias (Yes 11:10,12; Yer 23:5-8; Yeh 37:21-25);
  3. (3) Israel disucikan secara menyeluruh (Ul 30:3-6; Yer 32:37-41; Yeh 11:17-20);
  4. (4) berkat dan kemakmuran di negeri (Yer 31:8,10,12-13,28; Yer 32:37-41; Yeh 28:25-26; 39:25-29; Am 9:11-15);
  5. (5) berkat untuk semua orang, Yahudi dan bukan Yahudi (ayat Yes 11:12; 55:3-5; 60:1-5,10-14; Yer 16:15,19-21; Za 2:10-12; Mi 4:1-4);
  6. (6) hukuman atas orang fasik (ayat Yes 11:14-16; Yer 25:29-33; Yoel 3:1-2,12-14); dan
  7. (7) pemulihan akhir "pada hari-hari terakhir" (Hos 3:4-5;

    lihat cat. --> Rom 11:26;

    [atau ref. Rom 11:26]

    lihat art. ISRAEL DALAM RENCANA KESELAMATAN ALLAH).

(0.11) (Yer 31:31) (full: PERJANJIAN BARU. )

Nas : Yer 31:31-34

Inilah satu-satunya pernyataan yang tegas dalam PL tentang "perjanjian baru."

  1. 1) Ayat-ayat ini dikutip dalam Ibr 8:8-12, yang menunjukkan bahwa orang percaya PB melihat penggenapan kata-kata Yeremia di dalam perjanjian baru yang ditetapkan oleh Yesus Kristus bagi semua yang bertobat dari dosa-dosa mereka dan percaya kepada-Nya

    (lihat art. PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU).

  2. 2) Akan tetapi, PB juga mengajarkan bahwa kata-kata Yeremia baru akan digenapi secara sempurna pada hari-hari terakhir zaman ini ketika sebagian besar bangsa Israel berbalik kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias dan Juruselamat mereka yang sejati (Rom 11:25-27; bd. Yeh 36:24-28; Za 12:10-13:1;

    lihat art. ISRAEL DALAM RENCANA KESELAMATAN ALLAH).

(0.11) (Im 25:1) (jerusalem) Peraturan-peraturan mengenai tahun-tahun suci milik atas tanah Suci: tanahpun harus menepati hukum Sabat, lih Kel 20:8+. Tahun Sabat, Ima 25:1-7, sudah disebut dalam Kitab Perjanjian, Kel 23:10-11. Di sini peraturan-peraturannya diperincikan lebih jauh. Pada masa sesudah pembuangan Tahun Sabat itu ternyata dirayakan, Neh 10:31 dan 1Ma 6:49-35; Ula 15:1-11 menambah peraturan yang mewajibkan bahwa segala hutang harus dihapus. Para budak berbangsa Ibrani harus dibebaskan pada tahun ketujuh perbudakannya, tetapi pembebasan itu tidak terikat pada Tahun Sabat, Kel 21:2; Ula 15:12-18. Peraturan itu hampir tidak pernah ditepati, bdk Yer 34:8-16. Dengan maksud meringankan peraturan itu maka ditetapkan bahwa hanya lima puluh tahun sekali perlu ditepati, yaitu pada "Tahun Yobel", Ima 25:8-17. Nama "Tahun Yobel" itu diambil dari kebiasaan mengumumkan pembukaan tahun itu dengan membunyikan sangkakala yang disebut "yobel". (Tahun Yobel disinggung dalam Yes 61:1-2). Pada Tahun Yobel tanah dibiarkan menganggur dan diumumkan pelepasan baik manusia maupun barang, sehingga setiap orang mendapat kembali milik warisannya dan pulang kepada kaumnya sendiri, Ima 25:10. Maksud peraturan itu ialah menjamin keseimbangan masyarakat yang tersusun berdasarkan keluarga dan milik warisan. Hanya dalam kenyataannya peraturan itu hanya menjadi suatu usaha pada zaman belakangan untuk membuat Tahun Sabat lebih berhasil. Tetapi rupanya peraturan Tahun Yobelpun tidak pernah dilaksanakan. Adapun Tahun Suci yang dirayakan Gereja Katolik memindahkan Tahun Yobel Yahudi ke tingkat rohani. Tahun Suci itu memberi kaum beriman kesempatan berkala buat membereskan hutangnya dengan Allah.
(0.11) (Yes 4:3) (jerusalem: yang tersisa) Israel yang tidak serta dihukum. Tetapi oleh karena mengasihi umatNya Tuhan menyelamatkan sebuah "sisa" dari pedang penyerbu. Gagasan "sisa Israel" mulai dipakai oleh nabi Amos, Yes 3:12; 5:15; 9:8-10 dan kembali dipergunakan nabi Yesaya, Yes 6:13; 7:3 dan Yes 10:19-21; 28:5-6; 37:4(=2Ra 19:4); Yes 37:31-32; bdk Mik 4:7; 5:2; Zef 2:7,9; 3:12; Yer 3:14; 5:18; Yeh 5:3; 9, sisa itu tertinggal di Yerusalem. Setelah dibersihkan dan menjadi tetap setia sisa itu kembali akan menjadi bangsa kuat. Setelah Yerusalem hancur pada th 587 seb Mas, gagasan "sisa Israel" mendapat makna baru. Sisa itu terdapat pada kaum buangan, Yes 12:6; Bar 2:13, dan dalam pembuangan sisa itu bertobat, Yeh 6:8-10; bdk Ula 30:1-2. lalu Tuhan mengumpulkan sisa itu bagi pemulihannya di masa Mesias, Yes 11:11,16; Yer 23:3; 31:7; 50:20; Yeh 20:37; Mik 2:12-13. Habis pembuangan sisa itu kembali murtad, lalu diperkecil lagi dan dimurnikan, Zak 1:3; 8:11; Hag 1:12; Oba 17(=Yoe 2:32); Zak 13:8-9; 14:2. Pada kenyataannya Kristuslah yang menjadi "Tuhan" bagi Israel, yaitu Israel yang dibaharui dan disucikan, Yes 11:1,10; bdk Yes 4:2; Yer 23:3-6. Sebaliknya, bangsa-bangsa lain tidak ada sisanya, Yes 14:22,30; 15:9; 16:14; Yeh 21:32; Ams 1:8; Oba 18
(0.11) (Mat 16:18) (jerusalem: Petrus) Baik kata Yunani "petros" maupun kata Aram yang searti "kefa" (=padas)rupanya tidak dipakai sebagai nama diri sebelum Yesus menamai kepala para rasul begitu. Nama itu melambangkan peranan Petrus sebagai dasar jemaat. Boleh jadi Yesus sudah merobah nama Petrus sebelum kejadian di Kaisarea Filipi ini, bdk Yoh 1:42; Mar 3:16; Luk 6:14
(0.11) (Rm 16:25) (jerusalem) Kebanyakan naskah dan terjemahan kuno menempatkan doksologi (pujian) ini pada akhir bab 16. Tetapi dalam naskah-naskah lain terdapat pada akhir bab 15 atau bab 14, sedangkan naskah-naskah lain lagi tidak memuatnya sama sekali. Mengenai rumus meriah ini, bdk Efe 3:20; Yud 24:25. Dalam doksologia ini pokok-pokok utama surat Roma ditampilkan sekali lagi.
(0.11) (Kel 20:15) (sh: Menghargai milik orang (Rabu, 21 September 2005))
Menghargai milik orang

Kini penjarahan, perampasan hak dan pengambilalihan benda milik orang lain lebih sering kita dengar daripada orang yang menghargai sesamanya dan milik mereka. Ini menunjukkan rendahnya rasa saling menghargai sesama.

Perintah kedelapan ini dimaksudkan Tuhan supaya Israel mampu menghargai harta yang menjadi hak milik sesamanya dan dapat mempertanggungjawabkan harta miliknya sendiri. Dasar perintah kedelapan ini adalah harta merupakan anugerah dari Tuhan. Harta adalah pemberian Tuhan sehingga umat-Nya berkewajiban menjadikan harta itu sebagai alat anugerah Tuhan. Orang yang menghargai Tuhan dan berkat-berkat-Nya tidak akan mengambil harta yang bukan miliknya, tidak juga hak orang lain, sebaliknya dengan rela membagi berkat dengan sesamanya. Memperhambakan diri terhadap harta berarti juga melanggar perintah kedua, yaitu larangan menyembah berhala.

Tindakan pelanggaran terhadap perintah kedelapan ini dapat beragam bentuknya mulai dari pencurian secara materi (Kel. 22:1-4), penyalahgunaan waktu, pemakaian fasilitas umum yang tidak bertanggung jawab, pemanfaatan koneksi, katabelece, dan yang bersifat nepotis, sampai kepada perbuatan korupsi dan manipulasi. Berbagai tindakan menahan hak orang lain pun merupakan tindakan pencurian yang dibenci oleh Tuhan (Im. 19:11, 13; Ul. 24:14). Ingatlah bahwa Tuhan sendiri yang akan menjadi pembela orang tertindas, janda dan kaum miskin.

Paulus mengajarkan anak-anak Tuhan untuk bekerja keras dan menikmati hasil jerih lelahnya sendiri dan bukan mencuri (2Tes. 3:7-8). Kewajiban kita adalah berkarya untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Tanggung jawab kita adalah menyejahterakan sesama kita dengan berkat yang kita terima dari Tuhan.

Responsku: Aku akan menjadi penatalayan yang baik atas semua harta yang Allah percayakan kepadaku dan tidak merugikan hak sesamaku.

(0.11) (Ul 10:1) (sh: Takut akan Tuhan (Sabtu, 10 Mei 2003))
Takut akan Tuhan

Bagian Alkitab yang kita baca pada hari ini dimulai dengan pemberian dua loh batu yang baru dari Tuhan kepada Musa. Dua loh batu ini adalah buatan manusia. Sebelumnya Musa begitu marah sampai menghancurkan kedua loh batu pertama. Namun, ia meminta Tuhan memperbarui perjanjian-Nya dengan Israel. Tuhan mengabulkan permintaan itu sebuah perjanjian Sinai kembali ditegaskan dan dipelihara dalam sebuah tabut perjanjian.

Kita kemudian dihadapkan pada kisah kematian Harun. Harun memang selamat dari hukuman Tuhan waktu peristiwa anak lembu emas. Namun, sama seperti Musa, ia tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan. Ia mati di padang gurun! Penunjukan kaum Lewi sebagai pelayan- pelayan sangatlah tepat. Mereka melawan para penyembah anak lembu emas (Kel. 32:26-29). Maka, patutlah mereka dijadikan pelayan-pelayan untuk ibadah yang sejati.

Kini Allah memberikan perintah lagi kepada bangsa Israel untuk pergi ke Tanah Kanaan dan menaklukkannya. Mereka harus mencintai dan menaati Tuhan dengan sepenuh hati (ayat 12-13). Ketaatan ini diserukan paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena Allah adalah Allah yang mahakuasa, namun Israel mendapatkan hak istimewa untuk menjadi umat pilihan-Nya (ayat 14-15). Ini harus menimbulkan ucapan syukur sampai ke langit, dan diwujudkan dalam ketaatan yang membumi! Mereka harus mengalami "sunat hati", membuang bungkusan kekeraskepalaan dan kebebalan (ayat 16). Alasan kedua adalah karena Allah merupakan otoritas tertinggi, kuasa terdahsyat, dan hakim yang adil (ayat 17-18). Umat Israel tidak akan mendapatkan kelepasan begitu saja jika mereka berdosa. Mereka harus sungguh-sungguh taat kepada Allah mereka.

Renungkan: Ketaatan yang benar dan berlanjut tidak lahir dari paksaan atau rasa takut, tetapi dari hati yang penuh syukur dan cinta kepada Allah.

(0.11) (Ul 22:13) (sh: Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar (Rabu, 30 Juni 2004))
Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar

Zaman di mana seks dianggap tabu sudah lewat. Kini, dari kota besar sampai ke desa terpencil, dari kaum muda gaul dunia ini sampai ke kalangan gerejani, seks sudah menjadi hal biasa. Dari menabukan kini orang cenderung menganggap seks sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya makanan dan pakaian. Akibatnya, kesukaan yang harusnya hadir dalam sikap menghormati seksualitas digantikan oleh banyak perkara menyedihkan.

Alkitab tidak menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tabu atau suatu yang boleh diperlakukan seenaknya. Seksualitas ialah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Setiap kali Alkitab menuliskan kalimat positif mengenai seksualitas, selalu dikaitkan dengan ikatan pernikahan yang sakral. Di luar pernikahan, seksualitas, menurut Alkitab, tidak boleh dipermainkan.

Perikop ini berbicara mengenai orang yang mempermainkan seksualitas dan pernikahan. Pertama orang yang memfitnah keperawanan istri yang ia nikahi. Orang seperti ini harus dihukum (ayat 13-21). Lalu, juga mengenai mereka yang melakukan seks tanpa ikatan pernikahan (mis: pemerkosaan atau kumpul kebo, ayat 22-30). Hukuman bagi mereka adalah dirajam. Mempermainkan seksualitas dan pernikahan adalah dosa dan harus dihukum.

Di tengah-tengah kehidupan modern yang tidak lagi menghargai seksualitas (apakah itu menahan atau mengumbar) di dalam pernikahan yang didirikan oleh Allah sendiri, kita dipanggil oleh Allah untuk memberikan teladan dalam masalah seksualitas. Sebagai pribadi, kita dipanggil untuk tidak mempermainkan seksualitas. Sebagai keluarga, kita dipanggil untuk menghormati pernikahan.

Renungkan: Allah ingin kita berlaku suci dalam keseluruhan aspek kehidupan. Kita dipanggil untuk menghayati seksualitas yang indah dan kudus sebab mengikuti aturan Allah.

(0.11) (Ul 25:5) (sh: Menjaga nama dan kehormatan keluarga (Senin, 5 Juli 2004))
Menjaga nama dan kehormatan keluarga

Rencana Allah menjadikan Israel suatu umat yang besar dan terhormat, tampak dalam aturan ini. Kematian tidak perlu membuat garis keturunan seseorang terhenti, tidak juga membuat seorang janda terlantar. Rencana Allah di dalam umat-Nya tidak dapat dihentikan oleh kematian.

Perikop ini mengatur bagaimana nama dan kehormatan keluarga dijaga melalui pernikahan levirat (=pernikahan ipar). Bila suami meninggal sebelum memiliki keturunan untuk meneruskan namanya, maka saudara pria yang tinggal bersamanya berkewajiban menikahi janda saudaranya itu untuk memberi keturunan. Anak sulung hasil pernikahan diakui sebagai keturunan suami yang sudah meninggal itu (ayat 5-6). Adakalanya, saudara pria yang meninggal itu tidak mau melakukan pernikahan levirat tersebut. Hukum Taurat memperhitungkan kemungkinan itu, walaupun tidak merekomendasikannya bahkan mencelanya (ayat 7-10).

Mengapa pernikahan levirat pada masa itu dianggap penting? Pertama, agar nama dan kehormatan keluarga dipelihara. Hal ini dianggap penting karena pada masa itu ikatan kekeluargaan dalam suatu komunitas lebih kuat dibandingkan hak individu. Betapa beda dengan masa kini, orang cenderung peduli diri sendiri, dan ikatan kekeluargaan dianggap penghalang bagi kebebasan pribadi. Kedua, melalui pernikahan levirat si janda terpelihara hidupnya. Pada masa itu penghargaan kepada kaum wanita masih rendah. Jika ia tidak memiliki anak laki-laki, ia dianggap tidak berguna. Terlebih bila suaminya meninggal, ia dianggap sudah mati, atau bukan tanggung jawab siapapun. Ini tidak boleh terjadi di antara umat Allah.

Orang Kristen harus menjadi teladan dalam menjaga nama keutuhan dan kehormatan keluarga. Keindahan hubungan keluarga Kristen adalah kesaksian tentang kebenaran iman kita.

Camkanlah: Taurat mengajarkan kepedulian terhadap sesama dimulai dengan kepedulian dalam keluarga. Orang yang tidak peduli terhadap anggota keluarganya sendiri, tidak mungkin peduli kepada orang lain!

(0.11) (Ul 31:14) (sh: Nyanyian peringatan! (Jumat, 16 Juli 2004))
Nyanyian peringatan!

Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Allah tahu isi hati manusia terdalam. Oleh sebab itu, ketika Allah mengungkapkan keprihatinan-Nya terhadap pengkhianatan Israel di kemudian hari, itu bukan untuk sekadar menimbulkan perasaan harap-harap cemas, melainkan sesuatu yang serius untuk ditanggapi Israel.

Bolehkah nyanyian yang dipersiapkan Musa (pasal 32) itu disebut nyanyian perkabungan? Apakah nyanyian ini boleh disebut sebagai nubuat bahwa Israel kelak akan berpaling dari Allah dan mengingkari perjanjian-Nya? Kalau begitu layaklah Israel berkabung, karena suatu saat nanti mereka dipastikan akan menyangkali Allah dan oleh karenanya akan menerima ganjaran kemurkaan Allah dan berbagai malapetaka lainnya. Namun demikian, lebih tepat dikatakan bahwa ungkapan keprihatinan Allah ini bukanlah nubuat, melainkan pernyataan keprihatinan Ilahi akan karakter dasar Israel yang cenderung melupakan Allah dan berpaling kepada ilah-ilah palsu. Artinya nyanyian yang akan digubah Musa itu berfungsi memperingatkan Israel agar mawas terhadap kecenderungan berpaling dari Allah (ayat 16-22).

Musa memerintahkan kaum Lewi untuk meletakkan kitab Taurat yang selesai ditulis itu di samping tabut Perjanjian sebagai peringatan agar Israel tidak berpaling dari Allah. Kitab Taurat dan nyanyian Musa ini berfungsi mengingatkan Israel untuk tidak melanggar firman-Nya. Kitab Taurat menjadi petunjuk bagaimana sikap Israel dan nyanyian Musa berfungsi mengingatkan mereka terhadap kelemahan mereka. Jadi sambil bersandar kepada Allah, mereka menaati firman-Nya.

Hari ini kita memiliki firman Tuhan sebagai pedoman hidup yang berkenan kepada Allah. Kita juga melihat berbagai pengalaman hidup sesama orang Kristen dan sejarah gereja yang menjadikan kita mawas diri akan kelemahan yang masih kita miliki.

Peringatan: Jangan sombong. Jangan merasa kuat. Rendahkan dirimu di hadapan Tuhan. Pelajarilah firman-Nya dengan setia. Belajarlah dari pengalaman anak-anak Tuhan.

(0.11) (Rut 2:1) (sh: Asing di negeri sendiri (Minggu, 11 April 1999))
Asing di negeri sendiri

Setelah berada di Bethlehem, tidak pernah Naomi menceritakan kepada Rut bahwa ia masih memiliki keluarga bernama Boas. Boas adalah seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh. Ketika musim menuai tiba, Naomi menyuruh Rut mengumpulkan sisa-sisa gandum yang tertinggal di ladang milik Boas. Pada waktu itu berlaku tradisi yang memperkenankan orang-orang miskin memperoleh makanan dari sisa-sisa gandum di ladang. Tanpa mengenal lelah, Rut bekerja mengumpulkan sisa gandum dari pagi hingga sore hari.

Tak memanfaatkan hubungan saudara. Seandainya Naomi mau berterus terang tentang siapa Boas, pasti Rut tidak akan berlelah-lelah mengumpulkan sisa gandum di ladangnya. Namun itu tidak dilakukannya. Sama sekali tak terbersit keinginannya memanfaatkan hubungan saudara untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas. Dan demi memenuhi kebutuhan, mereka berdua bertekad untuk bekerja dan berusaha sendiri. Semangat dan tekad yang mereka tunjukkan hendaknya membangunkan kesadaran kita untuk tidak menuntut kemudahan dan fasilitas kenyamanan dari kedudukan "saudara" kita.

Berkat Tuhan diterima dengan penuh syukur. Rut adalah seorang yang ulet berusaha dan penuh semangat dalam bekerja. Sikap ini meyakinkan kita bahwa seandainya Naomi menceritakanpun itu tidak mempengaruhinya. Baginya, ketika keputusan diambil, ketika itu pula ia siap menghadapi segala kemungkinan, tanpa jaminan keamanan dan kenyamanan, yang akan dihadapinya di negeri orang. Bahkan ia tidak canggung ketika harus mengumpulkan sisa-sisa gandum. Semua itu dilakukannya dengan penuh syukur. Seseorang yang menyaksikan kebesaran, kedaulatan dan kehadiran Allah melalui sebuah keluarga, tanpa merasakan langsung, ternyata mampu memiliki semangat bersyukur yang luar biasa. Sikap Rut memberikan pelajaran berarti bagi hidup kekristenan kita. Selama ini kita menganggap bahwa hanya orang yang telah lama mengikut Kristus yang paling benar meresponi kasih Allah sedangkan Kristen baru harus lebih banyak belajar. Melalui Rut, anggapan itu musnah! Dia yang baru mengenal Allah telah mampu meresponi penuh syukur kebaikan Allah dalam hidupnya.

(0.11) (1Raj 4:1) (sh: Perkembangan yang menjadi bumerang (Senin, 31 Januari 2000))
Perkembangan yang menjadi bumerang

Di tengah masa pemerintahan Salomo, wilayah kerajaan Israel semakin luas. Bahkan pada masa itu juga janji kepada Abraham mengenai keturunannya yang banyaknya seperti pasir di laut sudah digenapi.

Kerajaan yang luas dengan bangsa yang besar pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit, khususnya yang berhubungan dengan biaya militer untuk menjaga dan mempertahankan wilayah kerajaannya. Untuk menutup biaya yang tinggi, Salomo membagi wilayah Israel menjadi dua belas distrik dan mengangkat seorang kepala daerah untuk masing-masing distrik. Tanggung jawab utama kepala daerah adalah memungut pajak untuk memenuhi biaya bagi Yerusalem dan menutup biaya rumah tangga istana.

Pembagian wilayah yang diterapkan Salomo memiliki sedikit unsur baik tetapi banyak unsur buruknya. Distrik yang baru ini tidak sama dengan pembagian wilayah Israel menurut 12 suku seperti yang terjadi di zaman Yosua. Tampaknya Salomo sengaja melakukannya agar rasa sukuisme tidak terbangun dan menjadi eksklusif. Dengan melemahnya rasa sukuisme, pemerintahan pusat pun menjadi kuat. Sekali lagi tampak upaya Salomo untuk mempertahankan takhta dan pemerintahannya. Namun Salomo melupakan satu hal yang kelak menjadi bumerang bagi kerajaan Israel, yaitu, kaum Yehuda yang dibebaskan dari beban pajak yang berat. Ini merupakan keputusan Salomo tanpa perundingan dengan kepala distrik lainnya. Tampaknya hanya suatu kesalahan kecil, tetapi sesungguhnya hal itu mempunyai dampak yang sangat buruk. Strategi Salomo inilah yang akhirnya menjadi pemicu terpecahnya kerajaan Israel di masa mendatang.

Salomo berhasil mencapai perkembangan dan perluasan wilayahnya secara luar biasa, namun ia gagal dalam mengatur dan memelihara perkembangan yang telah dicapai dengan cara yang sehat dan bijak. Akibatnya apa yang sudah dibangun justru menjadi bumerang yang fatal bagi kerajaan Israel.

Renungkan: Mungkin saat ini kita sedang berjuang mencapai perkembangan dalam pelayanan dan kegiatan usaha kita, ingatlah jangan sampai perkembangan itu justru nantinya menjadi bumerang. Pikirkan strategi yang tepat, cara yang sehat dan bijak, serta ketelitian dan kematangan dalam berencana.

(0.11) (1Raj 11:1) (sh: Mengapa Salomo gagal? (Senin, 9 Agustus 2004))
Mengapa Salomo gagal?

Mengapa sampai ia melakukan hal-hal yang dibenci Tuhan? Ia gagal karena membiarkan dirinya dipengaruhi oleh istri-istrinya yang berasal dari berbagai negara dengan kebudayaan dan agama mereka masing-masing. Salomo dipengaruhi untuk turut beribadah kepada para dewa-dewi istri-istrinya (ayat 3-8). Akibatnya, Tuhan menghukum Salomo dan memecah kerajaan yang telah dipersatukan oleh Daud dan hanya menyisakan bagian kecil saja yang masih dikuasai oleh dinasti Daud. Itu pun karena ikatan janji Tuhan kepada Daud (ayat 11-13). Selain itu, Tuhan juga memakai beberapa pemberontakan untuk menghukum Salomo (ayat 14-25).

Salomo tidak memakai hikmat yang Allah berikan, tetapi memakai hikmat dunia. Ia menikahi tujuh ratus istri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik. Mungkin sebagian istri-istrinya itu dicintainya (ayat 1-3), tetapi mungkin juga istri-istrinya itu dinikahinya karena alasan politik. Demi memelihara perdamaian dengan negara lain, seorang raja bisa menikahi ratu atau putri raja dari negara tersebut. Itu hal yang biasa dilakukan oleh raja-raja pada masa itu. Sikap itu adalah hikmat dunia yang populer. Namun hikmat dunia seperti itu menuntut harga yang mahal yang harus Salomo bayar. Pertama, menyembah allah dari bangsa lain merupakan pelanggaran terhadap firman Tuhan (Ul. 17:17). Kedua, dengan menyembah allah dari bangsa lain berarti Salomo mengorbankan imannya demi kepuasan lahiriah semata!

Pada saat ini banyak orang yang bersedia mengorbankan imannya demi kebutuhan hidup. Namun yang lebih parah adalah mengorbankan iman demi keinginan dan memuaskan hawa nafsu. Anak-anak Tuhan harus berhati-hati dan waspada. Hikmat dunia selalu menawarkan berbagai bentuk "tawaran" yang bertujuan untuk memuaskan hawa nafsu, misalnya: menjadi kaya dengan cara jahat, kepuasan seks, ingin dihormati dan ingin berkuasa sehingga kita kehilangan kekudusan dan kehilangan berkat TUHAN!

Camkanlah: Berani kehilangan nikmat duniawi adalah hikmat dari Allah, dan akibat dari menundukkan diri penuh kepada Allah.

(0.11) (Ayb 19:1) (sh: Teman tak berkuasa, Tuhan berkuasa (Rabu, 31 Juli 2002))
Teman tak berkuasa, Tuhan berkuasa

Ayub tidak hanya kehilangan harta benda, anak-anak, dan kesehatannya. Ia juga kehilangan teman dan respek. Ayub meratap bahwa ia sekarang dikucilkan oleh saudara, kenalan, kaum kerabat, dan kawan-kawannya. Tidak berhenti di situ, ia pun diasingkan oleh anak semang dan budaknya (ayat 13-16) dan bahkan oleh istrinya sendiri (ayat 17). Ejekan tidak saja diterimanya dari teman karibnya, tetapi juga dari anak-anak kecil (ayat 18-19). Tidak heran pada akhirnya dengan memelas Ayub memohon kepada ketiga sahabatnya itu, "Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku."

Dalam penderitaan, kita membutuhkan dukungan dari orang-orang yang mengasihi kita. Seberat apa pun permasalahan yang kita hadapi, kalau kita masih mendapatkan kepercayaan dan kekuatan dari mereka, kita akan lebih sanggup menghadapinya. Namun, ironisnya, dalam kesusahan kita cenderung memilih untuk sendirian, mengucilkan diri dari keramaian. Kita menangis sendirian dan kita menderita sendirian, sepi dari sapaan teman dan kerabat.

Namun, meskipun Ayub bergumul sendirian, ia menghampiri Tuhan. Itu sebabnya ia tetap berkata dengan yakin, "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup dan Ia akan bangkit di atas debu." (ayat 25). Ayub datang kepada Pribadi yang tepat: Tuhan sendiri. Ia membawa ketidakmengertian dan kekecewaannya kepada Tuhan. Sekarang Ayub tidak sendirian lagi. Meski sahabat-sahabatnya tidak memahami keadaannya, Tuhan mengerti.

Ada masalah yang dapat kita bagikan dan ceritakan kepada teman. Namun, ada juga masalah yang tidak bisa kita ceritakan kepada siapa pun. Akhirnya kita hanya dapat datang kepada Tuhan yang mengerti kepedihan kita bahkan sebelum kita mengucapkan sepatah kata pun.

Renungkan: Teman mengerti sebagian tentang diri kita, tetapi Tuhan mengerti seluruhnya. Teman mengasihi, memperhatikan kita, tetapi Tuhan mengurbankan nyawa-Nya buat kita. Dialah satu-satunya tempat kita mendapatkan kasih sayang dan pertolongan.

(0.11) (Ayb 29:1) (sh: Mengingat: Antara Syukur dan Kesesakan (Kamis, 8 Agustus 2002))
Mengingat: Antara Syukur dan Kesesakan

Debat telah berakhir. Ayub kini berbicara sendirian (ps. 29-31), seakan-akan tak berharap didengar lagi oleh siapa pun (kecuali dalam 30:20-23, Ayub ingin didengar Allah). Dalam ps. 29, Ayub meratapi kehilangan statusnya yang mula-mula ketika ia hidup seperti "seorang raja di antara rakyatnya" (ayat 25).

Pertama-tama, Ayub berusaha menarik simpati Allah dengan melontarkan ucapan-ucapan tentang bagaimana Allah telah menjadi sahabatnya yang memelihara dan memberinya berkat Ilahi yang berkelimpahan (disimbolkan dengan "terang" dalam ayat 3). Kebahagiaannya sempurna dengan keluarga dan kekayaan yang melimpah. Lebih dari itu, Ayub adalah orang yang bergaul akrab dengan Allah. Selain kemakmuran, Ayub juga memiliki kehormatan (ayat 7-11). Ayub kaya baik secara materiil maupun secara sosial. Ia memiliki status tinggi bangsawan.

Ayub dihormati bukan hanya karena rakyat takut, tetapi karena kebijakan-kebijakannya yang dikagumi (ayat 11-17). Ayub menampilkan ciri penguasa yang benar, yang membela kaum tertindas dan tak berdaya. Ini adalah gambaran pemimpin yang ideal dalam konteks Timur Dekat purba.

Kembali Ayub berbicara tentang kemakmuran (ayat 18-20). Ia berharap dengan modal kehidupannya yang begitu bersih, ia akan kembali mendapatkan kemuliaannya. "Bersama dengan sarangku … binasa" mungkin menunjukkan "kematian yang baik", kematian yang dikelilingi oleh keluarga tercinta. Ia juga berharap menjadi seperti burung feniks, yang zaman itu dianggap mampu memperbaharui hidupnya setelah mengalami kematian.

Menutup pasal ini, Ayub kembali berbicara tentang kehormatan (ayat 21-25). Ayub memiliki hikmat dan katakatanya bagaikan kesegaran yang menyirami tanah kering-kerontang. Ayub juga menunjukkan kualitasnya sebagai pemimpin kala ia tersenyum kepada orang-orang yang tidak mau mempercayai katakatanya. Mereka hanya mau menerima berkat dari Ayub.

Renungkan: Mengingat masa lalu bisa membahagiakan, bisa menyesakkan. Lihatlah kehilangan Anda dalam kacamata Ilahi.

(0.11) (Ayb 35:1) (sh: Nyanyian di waktu malam (Rabu, 14 Agustus 2002))
Nyanyian di waktu malam

Elihu berusaha meyakinkan bah-wa Ayub tidak memiliki hak menuntut agar Allah menjawab keluhannya karena [1] tidak ada keharusan bagi Allah untuk menjawab, (ayat 3-8), [2] Allah tidak akan menjawab keluhan pembuat kejahatan (ayat 9-13), dan keluhan Ayub bahwa Allah tidak pernah menghukum orang jahat adalah omong kosong (ayat 14-16).

Elihu melihat kata-kata Ayub yang saling bertentangan (ayat 2b-3). Di satu sisi Ayub menyatakan meminta keadilan Allah, di sisi lain menganggap Allah tidak peduli akan kesusahannya. Pada ayat 5-8 Elihu menyatakan tentang jarak tak terhingga antara Allah dan manusia. Jadi, kesalahan atau ketidakbersalahan Ayub tak dapat mempengaruhi Allah. Tindakan manusia hanya berpengaruh terhadap manusia lainnya.

Di ayat 9-13, Elihu nampaknya menyatakan bahwa ketika orang-orang menderita, mereka tidak berseru kepada Tuhan untuk pertolongan. Inilah sebabnya Allah tidak menolong mereka. Ratapan mereka hanyalah teriakan kosong dari sifat yang egois, bukan dari kepercayaan kepada Allah. Mereka mengabaikan pengajaran Allah dari alam. Padahal Allah yang memberikan mereka nyanyian-nyanyian di waktu malam dan mengajar mereka melalui binatang-binatang (bdk. 12:7). Nyanyian di waktu malam mungkin adalah nyanyian bintang-bintang dan makhluk-makhluk surgawi lainnya yang bersukacita kala bumi dijadikan (ayat 38:7). Kaum tertindas harus mengingat pencipta mereka, dan berseru kepada-Nya, bukan kepada manusia.

Elihu menyimpulkan kasus Ayub dengan mengatakan: pernyataan Ayub bahwa Allah belum menampakkan diri-Nya adalah bodoh. Allah telah menyatakan diri melalui keajaiban alam (ayat 14). Ayub juga dianggap salah karena mengatakan bahwa Allah tidak menghukum dosa. Kalau kelihatannya demikian, tentu adalah karena orang yang tertindas belum datang kepada Allah dengan memohon secara tulus.

Renungkan: Dalam kesusahan Anda, pandanglah bintang dan hiruplah udara segar. Allah mengasihi Anda. Berserulah kepada-Nya!

(0.11) (Mzm 43:1) (sh: Pengharapan akan keadilan Allah (Sabtu, 7 Februari 2004))
Pengharapan akan keadilan Allah

Ada saatnya bagi kita untuk menerima semua tekanan dari lingkungan yang tidak seiman dengan sepenuhnya bersandar kepada Allah yang akan menolong dan memberikan kekuatan. Ada pula saatnya bagi kita untuk mendobrak keluar dari tekanan itu dengan meminta Allah bertindak.

Mazmur 43 sebenarnya menyambung Mazmur 42. Pemazmur yang mulai berhasil mengatasi perasaan tertekannya sekarang meminta Allah bertindak demi keadilan-Nya. Ia adalah orang saleh yang mengalami penindasan dari orang-orang yang jahat, yaitu kaum tidak saleh, penipu, dan orang curang (ayat 1).

Tidak jelas apa yang pemazmur minta untuk Allah lakukan terhadap para musuhnya demi keadilan-Nya. Namun, pemazmur tahu apa yang ia dan bangsanya butuhkan. Pemazmur meminta agar Tuhan yang selama ini diyakininya sebagai tempat pengungsiannya bersegera menuntunnya kembali ke tempat di mana mereka boleh menikmati hadirat Allah (ayat 2,3).

Permintaan si pemazmur agar Tuhan bersegera melepaskan dia dari lingkungan orang-orang yang tidak percaya Tuhan sebenarnya mewakili kerinduan umat Israel untuk lepas dari penjajahan Babel dan kembali ke tanah mereka sendiri. Bagi mereka tempat ibadah yang sejati hanyalah di Yerusalem, kota kudus Allah, dan secara lebih spesifik lagi Bait Allah yang berdiri di Gunung Sion (ayat 3). Selama mereka masih dibuang di Babel, mereka tidak dapat dengan bebas beribadah kepada-Nya. Selama itu pula mereka tidak dapat menikmati Allah maupun Allah menikmati korban-korban persembahan dan puji-pujian mereka (ayat 4).

Sekali lagi pemazmur menasihati jiwanya agar menaruh harapan pada Allah saja.

Renungkan: Katakan pada jiwa Anda: “Allah akan menolong saya.” Lalu, bersyukurlah kepada-Nya.

(0.11) (Ams 17:1) (sh: Pahlawan yang harus diberi tanda jasa (Sabtu, 5 Agustus 2000))
Pahlawan yang harus diberi tanda jasa

Unjuk rasa menuntut kenaikan gaji yang dilakukan oleh puluhan ribu guru di Jakarta dan di beberapa kota besar lainnya sangat mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Mengejutkan karena selama ini guru dianggap sebagai sosok yang arif dan penuh pengabdian sehingga tidak ada kata menuntut. Memprihatinkan karena unjuk rasa ini mengungkapkan sebuah kenyataan yang menyedihkan bahwa selama ini penghargaan yang mereka terima dalam bentuk gaji tidak sepadan dengan tugas, tanggung-jawab, dan tuntutan kepada mereka yang datang dari berbagai pihak. Amsal hari ini mempertontonkan kepada kita betapa pentingnya pendidikan khususnya pendidikan kaum muda bagi pembangunan masyarakat Indonesia yang beradab, berbudaya, dan bermoral tinggi. Orang bodoh akan kehilangan haknya atas `modal' bagi pembangunan masa depannya karena hak itu dirampas oleh orang yang lebih pandai, walaupun secara status sosial jauh lebih rendah (2). Berarti ia kehilangan masa depannya. Tidak hanya itu, ia bahkan tidak mempunyai hak untuk bermanfaat bagi sesamanya. Sebab bagaimana mungkin bermanfaat, jika orang lain bertemu dengan dirinya merasa ngeri (12).

Hal ini mengingatkan kita bahwa masyarakat sekarang merasa ngeri bila berada satu bus kota dengan pelajar. Karena mereka sering terlibat dalam tawuran yang membahayakan nyawa orang lain. Jika hidup dan keberadaan mereka tidak bermanfaat bagi masyarakat dan mereka sudah kehilangan masa depannya, apa yang akan terjadi dengan bangsa kita di masa depan? Akankah kita merasa damai menikmati segala kekayaan yang kita punya, sementara masyarakat selalu resah (1)? Hal itu harus segera ditangani sebelum terlambat (10). Sebelum hati nurani mereka dibutakan sehingga mereka hanya mengejar kejahatan (11).

Renungkan: Bila mantan wakil perdana menteri Malaysia menulis dalam bukunya bahwa pembangunan bangsa Asia harus dimulai dari pembangunan ekonomi, maka pembangunan bangsa Indonesia harus dimulai dari pendidikan. Kini saatnya gereja lebih serius menangani pendidikan. Langkah ini dapat dimulai dengan memperhatikan kehidupan para guru kristen baik yang mengajar di sekolah swasta maupun sekolah negeri khususnya guru Pendidikan Agama Kristen. Peran mereka sangat penting dan menentukan bagi generasi muda kita.

(0.11) (Yes 2:1) (sh: Berjalan dalam terang Ilahi (Rabu, 8 Oktober 2003))
Berjalan dalam terang Ilahi

Manusia dapat dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan dua cara hidup: [1] cara hidup yang bergantung kepada Allah; [2] cara hidup yang otonom dari Allah. Orang yang hidup bergantung kepada Allah memiliki kesadaran bahwa hidup ini beserta segala kekayaan yang dimilikinya adalah anugerah Allah. Orang yang ingin otonom dari Allah, merasa tidak memerlukan Allah, merasa tidak nyaman untuk bergantung dan tunduk kepada Allah. Ini adalah sebuah perasaan yang keliru karena keinginan menjadi otonom sering kali timbul dari kekerasan hati, sifat yang egois, dan niat pemberontakan.

Nubuatan Yesaya berlanjut. Dalam ayat 1-4, ada sebuah gambaran yang indah mengenai "hari-hari akhir". Yerusalem akan dihancurkan, namun suatu saat ia akan menjadi titik acuan bagi banyak bangsa. Sion akan menjadi semacam magnet ketika kesetiaan, keadilan, dan kebenaran memancar dari kota itu. Rahasia dari kedamaian sejati adalah firman Tuhan, Taurat Tuhan. Sebuah kota yang ditransformasi oleh firman Tuhan tidak lagi penuh dengan para pemberontak dan pencuri (ayat 1:22-23). Di sana akan tercipta suasana penuh kedamaian.

Bangsa Yehuda diminta untuk berjalan dalam terang Ilahi (ayat 5). Apa maksudnya? Kita bisa mengaitkan hal tersebut dengan ungkapan- ungkapan kemarahan Tuhan di ayat-ayat selanjutnya. Kaum keturunan Yakub sebagai sebuah komunitas yang ditebus Allah telah meninggalkan Tuhan dan hidup otonom. Kesombongan mereka akan dihancurkan. Apa yang mereka anggap mulia dan indah akan dihempaskan sampai ke debu. Berjalan dalam terang Ilahi berarti mengakui bahwa kalau jantung kita masih bisa berdetak, itu karena anugerah Tuhan.

Renungkan: Pencapaian diri, keamanan diri, dan membanggakan diri. Bukankah tiga hal ini sering kali membawa kita ke dalam kegelapan, jauh dari Tuhan?



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA