| (0.17376778571429) | (Im 4:1) |
(sh: Dosa yang tidak disengaja (Sabtu, 7 September 2002)) Dosa yang tidak disengajaDosa yang tidak disengaja. Sebagai umat yang tidak lepas dari dosa dan kesalahan, bangsa Israel dituntut untuk membawa kurban penghapus dosa dan salah, sebagaimana di jelaskan dalam pasal 4 dan 5. Pasal 4:1-5:13 menjelaskan macam kurban pertama dari 2 macam kurban utama untuk tujuan ini, biasa disebut sebagai kurban penghapus dosa. Tujuannya adalah untuk memurnikan seseorang dari kesalahannya. Dua macam kurban penebus dosa dijelaskan di sini. Pertama, memakai lembu jantan muda, berumumr kira-kira 3 tahun (ayat 4:3-21). Kurban ini disajikan bila Imam besar atau bangsa Israel secara kolektif bersalah. Dalam prosesi penyajian, kurban dibawa masuk ketempat kudus. Ini menunjukan betapa seriusnya pelanggaran tersebut terhadap Allah dan tempat kudusNya. Yang unik lagi, hanya disini darah dipercikkan di dalam “tempat kudus”, bukan dalam pelataran (ayat 6). Tidak ada bagian kurban yang dimakan oleh imam. Kurban bakaran berfungsi untuk memadamkan murka Allah, dan pembakaran sisa kurban menyimbolkan penyingkiran ketidakmurnian. Kedua, memakai kambing atau domba, namun kadang juga dapat memakai burung atau sajian. Kurban macam ini diharuskan apabila seorang Israel atau kepala suku tanpa sengaja melakukan tindakkan terlarang (ayat 4:22-35) atau gagal melaksanakan suatu tugas (ayat 5:1-13). Tujuannya adalah untuk memadamkan murka Allah dan untuk memberikan upah bagi para imam yang telah melayani umat. Kita kemudia masuk kedalam kurban yang dimaksudkan untuk kesalahan karena tidak melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu secara pasif (ayat 5:1-13). Kesalhan yang dijabarkan bervariasi, dan alternatif penyajian kurban juga disesuaikan dengan kemampuan ekonomisnya. Tidak ada alasan untuk tidak hidup kudus berdasarkan ketetapan Allah. Renungkan: Untuk menjadi bangsa yang kudus, perhatikan apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Ketidak pekaan terhadap dosa merupakan kebutaan yang membawa kita menuju kehancuran. |
| (0.17376778571429) | (Im 22:1) |
(sh: Kudus..., hati-hati bertindak! (Selasa, 24 September 2002)) Kudus..., hati-hati bertindak!Kudus..., hati-hati bertindak! Di pasal 2 kita belajar bahwa Allah tidak main-main menuntut kekudusan para imam. Tuntutan Allah tidaklah berlebihan, karena tugas yang harus dijalankan para imam adalah tugas yang kudus. Otomatis tugas yang kudus itu harus diiringi dengan kehidupan yang kudus pula. Karena itu bila merekan dianggap najis menurut aturan yang telah Allah berikan, mereka harus lebih dahuluu mentahirkan diri. Pada pasal ini kita diajak untuk memahami beberapa hal tentang hal pentng. Pertama, tentang dampak akibat kenajisan yang dilkaukan para imam adalah larangan untuk menjamah hal-hal yang kudus (ayat 1-16); Bagian pertama ini dialamatkan kepada para imam. Meraka diingatkan akan sanksi allah yang harus dihadapi sebagai konsekuensi pelanggaran ini adalah dilenyapkan dari hadapan Allah (ayat 3), dinajiskan dalam waktu yang panjang (ayat 4a), bahkan meninggal dunia (ayat 9). Mereka juga diperingatkan supaya jangan bersalah dalam hal kurban itu, terutama supaya mereka jangan membiarkan oaran gyang tidak berhak makan persembahan kudus. Karena seluruh bangsa Israel akan terlibat menanggung kesalahan mereka (ayat 15-16). Kedua, tentang peraturan-peraturan mempersembahkan kurban (ayat 17-25). Bagian ini merupakan penetapan tentang persembahan-persembahan yang dikorbankan, yaitu harus tidak bercela. Peraturan ini dialamatkan kepada para imam, dan umat. Dikatakan bahwa prinsip asasi untuk semua korban adalah sama, yaitu bahwa korban cacat tidak bias dipakai (ayat 18-21). Memang orang yang membawa korban cacat tidak dihukum, tetapi tujuan korbannya gagal, sebab tidak mengadakan hubungan baik antara Allah, dengan dirinya (ayat 22-25) Melalui perikop ini, kita belajar bahwa ternyata tidak ada imam y ang dapat sepenuhnya dan sempurna menjalani ketetapan-ketetapan Allah. Hanya satu Imam Agung yang secara sempurna dan utuh untuk memenuhi segala-ketetapn-ketetapan Allah, Dialah Yesus Kristus yang tak bercacat cela. Renungkan: Mengambil bagian dalam kekudusan Allah sama dengan masuk dalam dan mengalami keindahan hadirat-Nya. |
| (0.17376778571429) | (Im 23:1) |
(sh: Perayaan-perayaan hari raya (Rabu, 25 September 2002)) Perayaan-perayaan hari rayaPerayaan-perayaan hari raya. Dalam pasa 23 ini disebutkan beberapa perayaan yang penting untuk dirayakan dalam kehidupan umat Allah. Pertama. Hari Sabat (ayat 3). Hari raya pertama yang perlu diperhatikan umat Tuhan adalah Sabat. Hari itu mengingatkan kita akan beradaan kita sebagai makhluk ciptaan Allah. Pada hari ini, kita berhenti bekerja, dan beribadah serta menempatkan seluruh hidup selaras dengan Sang Pencipta. Kedua, hari raya Paskah (ayat 4-8). Perayaan Paskah, mengingatkan Israel akan kasih dan kuasa Allah yang telah melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Kejadian itu terus mereka ingatrayakan setahun sekali selama tujuh hari penuh. Perayaan itu ditandai dengan kesederhanaan makan roti tidak beragi. Ketiga, hari raya Penuaian (ayat 9-14). Pada hari ini seluruh persembahan sebelum kepada Allah, harus ditahbiskan terlebih dulu. Keempat, hari raya Pentakosta atau hari raya Tujuh Minggu (ayat 15-21). Hari itu dilaksanakan sebagai peringatan penyerahan hukum Taurat di Bukit Sinai. Kelima, Hari Pendamaian. Pada hari raya ini, orang-orang tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun, dan harus berpuasa, merendahkan diri. Keenam, hari raya Pondok Daun (ayat 33-44). Bentuk perayaan ini sama prinsipnya dengan perayaan Paskah. Prinsip asasi dari seluruh perayaan yang dilangsungkan Israel adalah wujud respons umat terhadap Allah yang telah terlibat penuh dalam peristiwa-peristiwa sejarah keselamatan yang menyatakan kasih karunia Allah terhadap bangsa Israel. Seperti halnya bangsa Israel yang merayakan begitu banyak hari-hari raya dan menempatkannya sebagai bagian yang penting, kita pun demikian. Menempatkan perayaan-perayaan tersebut sebagai bagian hakiki dari dinamika iman kita kepada Allah, dan sekaligus menyadari bahwa memelihara prinsi-prinsip dasar dalam tiap-tiap perayaan, sama artinya memuliakan Allah dengan mensyukuri keberadaan kita, penyelamatan dan pemeliharaan-Nya untuk kita. Renungkan: Renungkan secara mendalam bahwa hari-hari gerejawi yang Anda lalui, merupakan hari-hari di mana Anda diingatkan akan keterlibatan Allah secara penuh, dan untuh dalam sejarah manusia. |
| (0.17376778571429) | (Im 26:14) |
(sh: Jika gagal memenuhi perjanjian (Selasa, 1 Oktober 2002)) Jika gagal memenuhi perjanjianJika gagal memenuhi perjanjian. Beberapa orang mempersamakan Allah dengan seorang Godfather Mafia yang kejam, yang berprinsip tidak ada kata ampun lagi kepada setiap bawahan yang gagal menjalankan tugasnya atau melawan kehendak sang Godfather. Sekilas, itulah kesan pertama pada pembacaan nas-nas seperti ini. Padahal, pembacaan lebih dalam akan menunjukkan hal yang sebaliknya. Pada zaman Perjanjian Lama, berkat dan kutuk selalu dicantumkannya. Keduanya memuat implikasi yang akan terjadi bila rakyat/raja-raja bawahannya tersebut melakukan atau tidak melakukan bagian dari perjanjiannya. Biasanya akibat dari kegagalan atau pemberontakan adalah penghukuman yang bertujuan untuk menghancurkan. Tidak ada kesempatan kedua, apalagi rehabilitasi. Hampir sama dengan Mafia. Kesempatan kedua, peluang rehabilitasi, kesempatan untuk bertobat, justru inilah yang berulang nampak pada bagian kutuk ini. Inilah perbedaan pertama yang mencolok antara perjanjian Allah dengan perjanjian ala raja-raja besar waktu itu (atau juga Godfather Mafia). Motivasi penghukuman itu bukanlah rasa tersinggung dan murka penguasa yang hanya ingin pihak yang mengkhianati perjanjiannya segera hancur, tetapi supaya karena penghukuman itu Israel mau kembali mendengar, diajar, dan hidup selaras dengan perjanjian (lihat 18,21,23,27). Hanya setelah itu semua, jika Israel tetap berkeras dan tidak mau kembali kepada Allah, maka mereka akan hancur akibat dari kesalahan dan dosa mereka (ayat 28-39). Hal kedua adalah kata ‘tetapi’ (ayat 40). Allah masih mau menerima Israel, jika setelah itu, Israel berbalik dan bertobat (ayat 40-45). Di sini, seperti yang kemudian jelas didemonstrasikan Allah pada peristiwa pembuangan dan pemulihan dari pembuangan, Allah menunjukkan sisi kasih dan anugerah dari tindakan-Nya yang berdampingan dengan keadilan-Nya. Allah akan mengingat perjanjian-Nya dan tetap menjadi Allah Israel, demi keselamatan mereka (ayat 45). Renungkan: Hajaran Allah kepada orang Kristen yang sedang berdosa adalah pintu kepada pertobatan. |
| (0.17376778571429) | (Ul 4:41) |
(sh: Menyiapkan hati (Rabu, 30 April 2003)) Menyiapkan hatiMenyiapkan hati.
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam teks Alkitab yang
kita baca hari ini. Pertama, kita perlu menyelidiki mengenai
kota-kota perlindungan (ayat 41-43). Musa dikatakan harus
menetapkan tiga kota perlindungan bagi para pembunuh. Hukum yang
didirikan di sini muncul dalam 19:1-13 (ayat 42 adalah sebuah
ringkasan untuk 19:3-5) dan Bil. 35:9-34. Menurut Bil. 35:14,
enam kota harus dipilih, dan tiga di antaranya adalah di sebelah
timur Sungai Yordan. Kita bertanya-tanya apakah tindakan Musa
merupakan sesuatu yang signifikan di sini, mengingat bahwa Mengapa Musa menetapkan ketiga kota tersebut? Kemungkinan sekali Musa bereaksi terhadap penolakan Tuhan meluluskan permohonannya untuk masuk ke tanah perjanjian (ayat 3:26-29). Sebenarnya mungkin sekali Musa sudah berencana untuk menetapkan keenam kota itu, setelah menyeberangi Sungai Yordan. Namun, setelah kemungkinan itu lenyap, ia berusaha untuk melakukan apa yang masih dapat ia lakukan. Kita melihat betapa gejolak emosi manusia begitu dalam dan kuat -- betapa sulitnya menerima kehendak Allah, melepaskan yang harus dilepaskan dan menerima keadaan. Kedua, ayat 44-49. Sebenarnya bagian ini adalah bagian pendahuluan untuk masuk ke dalam pasal-pasal berikutnya yang berbicara mengenai hukum-hukum Tuhan. Setelah "tertunda" selama 4 pasal yang berbicara tentang sejarah masa lalu Israel, maka dalam ayat 44, kita bisa mendengarkan Musa berkata, "Akhirnya, inilah pengajarannya ...." Empat pasal pertama merupakan persiapan hati supaya Israel siap menerima hukum-hukum Allah. Pengalaman bersama Allah adalah faktor yang penting untuk menyiapkan hati kita. Renungkan: Ketika Anda membaca firman Tuhan dan berusaha menaati kehendak- Nya, lihatlah itu dalam perspektif pengalaman Anda bersama Dia! |
| (0.17376778571429) | (Ul 5:1) |
(sh: Hidupi hukum-hukum Allah (Kamis, 1 Mei 2003)) Hidupi hukum-hukum AllahHidupi hukum-hukum Allah. Umat Allah adalah milik Tuhan. Tentunya kemilikan Allah atas umat harus berbentuk, dan terujud di dalam hubungan intim antara kedua pihak. Untuk itu Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya. Dengan menaati hukum-hukum itu umat mengalami kemilikan Allah atasnya di tengah konteks hidup bermasyarakat. Sepuluh hukum yang kita renungkan kini adalah pengulangan. Pertama kali hukum-hukum ini diberikan di awal perjalanan mereka ke luar dari Mesir (Kel. 20). Empat puluh tahun mereka harus mengembara sia-sia sebab tidak menaati hukum-hukum tersebut. Kini sesudah generasi pembangkang itu punah dan generasi baru siap memasuki penggenapan janji Allah, Musa mengulang kembali hukum-hukum tersebut. Sejarah kegagalan generasi pertama Israel tidak saja menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya, tetapi juga bagi kita gereja Tuhan masa kini. Kita adalah milik Tuhan, kita memiliki keunikan dan tidak dapat hidup sama dengan orang yang tidak kenal Tuhan. Tidak memiliki keunikan, tidak menaati hukum-hukum Tuhan, membuat rencana Allah gagal terujud di dalam kita. Hukum-hukum Tuhan adalah ungkapan sifat Allah sendiri dan bertujuan agar umat Tuhan mengenal Tuhan dan dengan menaati, mengalami maksud-maksud Allah untuk umat-Nya. Dalam PL umat Tuhan mendengarkan firman ini dibacakan berulang-ulang sampai kini, dan maksudnya terpatri di dalam hati mereka. Manusia perlu prinsip dan kaidah yang mempengaruhi pemahaman tentang realitas, dorongan keinginan dalam hati dan pola penilaiannya. Karena manusia jatuh dalam dosa, kebudayaan dengan semua yang baik di dalamnya tidak dapat dijadikan norma untuk hal-hal penting ini. Renungkan: Sepuluh hukum dari Tuhan ini harus kita jadikan norma utama dan terakhir bagi hal-hal tadi. |
| (0.17376778571429) | (Ul 10:1) |
(sh: Takut akan Tuhan (Sabtu, 10 Mei 2003)) Takut akan TuhanTakut akan Tuhan. Bagian Alkitab yang kita baca pada hari ini dimulai dengan pemberian dua loh batu yang baru dari Tuhan kepada Musa. Dua loh batu ini adalah buatan manusia. Sebelumnya Musa begitu marah sampai menghancurkan kedua loh batu pertama. Namun, ia meminta Tuhan memperbarui perjanjian-Nya dengan Israel. Tuhan mengabulkan permintaan itu sebuah perjanjian Sinai kembali ditegaskan dan dipelihara dalam sebuah tabut perjanjian. Kita kemudian dihadapkan pada kisah kematian Harun. Harun memang selamat dari hukuman Tuhan waktu peristiwa anak lembu emas. Namun, sama seperti Musa, ia tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan. Ia mati di padang gurun! Penunjukan kaum Lewi sebagai pelayan- pelayan sangatlah tepat. Mereka melawan para penyembah anak lembu emas (Kel. 32:26-29). Maka, patutlah mereka dijadikan pelayan-pelayan untuk ibadah yang sejati. Kini Allah memberikan perintah lagi kepada bangsa Israel untuk pergi ke Tanah Kanaan dan menaklukkannya. Mereka harus mencintai dan menaati Tuhan dengan sepenuh hati (ayat 12-13). Ketaatan ini diserukan paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena Allah adalah Allah yang mahakuasa, namun Israel mendapatkan hak istimewa untuk menjadi umat pilihan-Nya (ayat 14-15). Ini harus menimbulkan ucapan syukur sampai ke langit, dan diwujudkan dalam ketaatan yang membumi! Mereka harus mengalami "sunat hati", membuang bungkusan kekeraskepalaan dan kebebalan (ayat 16). Alasan kedua adalah karena Allah merupakan otoritas tertinggi, kuasa terdahsyat, dan hakim yang adil (ayat 17-18). Umat Israel tidak akan mendapatkan kelepasan begitu saja jika mereka berdosa. Mereka harus sungguh-sungguh taat kepada Allah mereka. Renungkan: Ketaatan yang benar dan berlanjut tidak lahir dari paksaan atau rasa takut, tetapi dari hati yang penuh syukur dan cinta kepada Allah. |
| (0.17376778571429) | (Ul 23:15) |
(sh: Peduli pada orang lain dan diri sendiri (Jumat, 2 Juli 2004)) Peduli pada orang lain dan diri sendiriPeduli pada orang lain dan diri sendiri. Ada orang rela berkorban untuk kepentingan orang lain tetapi mengabaikan diri sendiri dan keluarganya. Apa artinya pengorbanan diri bagi orang lain, kalau hidup pribadi dan hidup keluarganya berantakan? Keduanya harus diberikan perhatian yang sama. Pesan-pesan dari perikop ini dapat dilihat sebagai pesan kepedulian terhadap orang lain dan kepada diri sendiri. Peduli kepada orang lain, yaitu: Pertama, peduli terhadap nasib budak yang melarikan diri mungkin sekali lari dari penindasan majikannya (ayat 15-16). Kedua, peduli terhadap sesama saudara dengan tidak memungut bunga pinjaman darinya (ayat 19-20). Hanya kepada orang asing mereka diizinkan mengenakan bunga pinjaman. Kebanyakan orang asing datang untuk berdagang, sementara sebagian besar penduduk Israel adalah petani. Ketiga, peduli kepada sesama yang membutuhkan makanan di dalam perjalanannya (ayat 24-25). Peraturan ini dirancang untuk orang-orang yang dalam perjalanan jauh tidak sempat membawa bekal makanan. Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga diwujudkan dengan cara: Pertama, peduli terhadap kesucian hidup sehingga tidak membiarkan diri atau anggota keluarganya terjebak dalam pelacuran bakti dan semburit bakti (= persetubuhan sesama lelaki), walaupun hasilnya dipersembahkan untuk Tuhan (band. dengan upaya pencucian uang [money laundry] melalui persembahan di gereja) (ayat 17-18). Kedua, peduli terhadap integritas pribadi sehingga tidak sembarangan bernazar. Bila sudah bernazar, yang bernazar harus menepatinya dengan sungguh-sungguh (ayat 21-23). Peduli terhadap diri sendiri dengan menjaga kesucian hidup dan integritas pribadi berarti menghormati Tuhan. Peduli pada orang lain dan diri sendiri harus diberikan porsi yang seimbang. Peduli pada orang lain adalah wujud kasih Kristiani. Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga adalah wujud penghormatan kita pada Kristus. Keduanya harus berjalan bersama. Tekadku: Menjadi berkat bagi sesama, pelindung bagi keluarga dan menjaga diri dari kenajisan, itulah kewajibanku. |
| (0.17376778571429) | (Ul 26:1) |
(sh: Yang terbaik, untuk siapa? (Rabu, 7 Juli 2004)) Yang terbaik, untuk siapa?Yang terbaik, untuk siapa? Ini bukan sindiran, tetapi fakta yang sering terjadi. Berapa dari kita khusus menyiapkan "uang kecil" untuk persembahan daripada menyiapkan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan dengan penuh kesukaan? Apa yang menjadi motivasi dan dasar pertimbangan kita ketika menentukan mengapa dan bagaimana kita bersumbangsih dalam kebutuhan orang yang kekurangan? Umat Israel diperintahkan untuk mempersembahkan buah sulung dari hasil panen pertama mereka setelah menduduki tanah perjanjian. Persembahan buah sulung diatur sedemikian rupa secara ritual, maksudnya mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari nenek moyang yang menderita penindasan dan penganiayaan sebelum Allah dalam kebaikan-Nya bertindak dan mengubah mereka dari kaum budak menjadi umat Allah yang bebas dan diberkati. Allah memberi mereka tanah perjanjian berlimpah susu dan madu. Dengan demikian persembahan hasil pertama itu keluar dari hati yang meluap dengan syukur atas kebaikan Tuhan dan pengakuan tentang hak Tuhan (ayat 1-11). Ucapan syukur itu dirayakan bersama kaum Lewi, orang asing, para yatim dan janda. Merekalah yang menjadi prioritas untuk menikmati ucapan syukur umat Israel. Kaum Lewi adalah pekerja Kemah Suci yang tidak berpenghasilan sendiri. Orang asing tidak memiliki masa depan yang pasti kecuali dari belas kasih penduduk setempat. Janda dan yatim tidak memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menafkahi diri sendiri (ayat 12-15). Seorang teman bersaksi bahwa ia memberi seluruh gaji pertamanya untuk Tuhan. Seorang lagi bercerita bahwa ia membiasakan diri menimbang apakah tepat membeli sesuatu dilihat dari sisi waktu Allah dan dari sisi kenyataan banyak orang lain tidak memiliki. Bagaimana kesaksian hidup kita tentang pengaturan harta milik? Renungkan: Wujud ucapan syukur yang berkenan kepada Allah adalah mengunjungi para yatim dan janda, membagikan berkat-berkat Allah kepada mereka yang kekurangan. Itulah wujud ibadah dari orang yang bebas dalam Allah. |
| (0.17376778571429) | (Ul 27:11) |
(sh: Dua belas kutuk (Jumat, 9 Juli 2004)) Dua belas kutukDua belas kutuk. Tekad untuk menjunjung hukum-hukum Allah dapat diungkapkan dari sisi negatif yaitu kesehatian menolak dan mengutuk tindakan yang melawan hukum-hukum Allah. Dalam bagian ini, kebulatan tekad mengutuki dosa umat dipimpin oleh orang Lewi. Seluruh umat bersehati menyatakan penolakan mereka atas dosa. Dua belas ucapan kutuk yang diucapkan oleh sebagian suku Israel di gunung Ebal dan Gerizim merupakan suatu pernyataan bahwa ikatan perjanjian antara TUHAN dan Israel kudus dan serius. Dua belas ucapan kutuk ini bukan suatu uraian lengkap menyeluruh mengenai larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Israel, tetapi merupakan beberapa sikap dasar yang harus dipelihara sebagai bagian kesetiaan mereka terhadap perjanjian Sinai. Perjanjian Sinai menyatakan Allah dan Israel terikat dalam suatu perjanjian. Pengelompokkan kedua belas ucapan kutuk tersebut sbb.: Pertama, ucapan kutuk terhadap pelanggaran hukum pertama dan kedua dari sepuluh hukum Allah (ayat 15). Diletakkan paling atas karena merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Allah sendiri. Kedua, ucapan kutuk terhadap pelanggaran dari hukum yang mengatur kehidupan dengan sesama (ayat 16-25). Sikap yang dikutuk adalah sikap melecehkan orang tua, sesama saudara, harta milik sesama, kekudusan pernikahan, dan nyawa sesama manusia. Ketiga, ucapan kutuk terhadap pelanggaran pasif hukum Taurat (ayat 26). Hukum Taurat tidak saja untuk tidak dilanggar melainkan untuk diterapkan dalam perilaku setiap hari. Kita bersyukur, di dalam Tuhan Yesus tidak ada lagi kutukan yang menimpa kita, karena pengampunan-Nya bersifat tuntas. Pengampunan-Nya memampukan kita untuk belajar apa yang Allah harapkan untuk kita lakukan dan tidak lakukan sebagai anak Tuhan. Renungkan: Ketika umat Allah berkumpul berbakti bersama, penting sekali menyatukan hati dan tekad untuk melakukan kebenaran dan untuk menolak segala bentuk kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum Allah. |
| (0.17376778571429) | (1Sam 2:11) |
(sh: Kesalehan: penting dan berpengaruh (Rabu, 30 Juli 2003)) Kesalehan: penting dan berpengaruhKesalehan: penting dan berpengaruh. Ada dua macam pelayan yang dipaparkan dalam nas ini. Pertama, orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, yang dihadirkan dalam sosok Hana (ayat 11, bdk. 1:28). Kedua, orang yang berkedok melayani Tuhan untuk melayani diri sendiri, yang hadir dalam sosok Hofni dan Pinehas (ayat 13-16, 22, bdk. Bil. 5:10). Sejak awal nas 1 Samuel, kita sudah diperhadapkan dengan sosok Hana sebagai orang yang melayani Tuhan dengan kesungguhan hati dan keberserahan penuh. Bahkan ia rela menyerahkan Samuel, anak yang telah lama dinantikannya, untuk menjadi pelayan Tuhan (ayat 11, bdk. 1:28). Tindakan Hana ini bertolak belakang dengan tindakan anak-anak Eli: Hofni dan Pinehas. Mereka adalah orang-orang yang berkedok melayani Tuhan, tetapi sebenarnya mereka melayani diri sendiri. Dengan sewenang-wenang mereka melanggar dan mengubah peraturan kurban yang ditetapkan Tuhan disertai dengan tindakan- tindakan bejat (ayat 12-17). Hofni dan Pinehas tidak hanya tidak memedulikan nasihat ayah mereka, dan keluh kesah umat Israel, tetapi yang terparah, mereka tidak memedulikan tuntutan ilahi akan kekudusan mereka sebagai pelayan Allah. Mengapa kebejatan semacam ini bisa terjadi di dalam keluarga yang seharusnya menjadi panutan umat Allah? Sebab Imam Eli sendiri tamak dan lebih menyayangi anak-anaknya daripada menghormati Allah (ayat 29). Kita belajar dua hal: pertama, konsekuensi ketaatan melayani dengan sungguh adalah berkat berlimpah (ayat 21), sedangkan konsekuensi terhadap ketidaktaatan dan hidup jahat di hadapan Allah adalah mati (ayat 25). Kesalehan adalah hal yang penting dan berpengaruh dalam perjalanan hidup manusia, membuahkan kesetiaan. Renungkan: Ingatlah, kehidupan Kristen sehari-hari adalah ranah pelayanan utamanya di hadapan Allah. Jaga kekudusan hidup Anda! |
| (0.17376778571429) | (1Sam 19:1) |
(sh: Luput dari bahaya (Sabtu, 9 Agustus 2003)) Luput dari bahayaLuput dari bahaya. Saul mulai menyadari bahwa ia berhadapan bukan hanya dengan Daud yang populer dan menarik, tetapi dengan Yahweh sendiri. Namun fakta itu belum cukup bagi Saul untuk menghentikan kebatilannya terhadap Daud. Ada 4 keluputan yang dialami Daud. Pertama, Daud terluput dari bahaya karena Yonatan berpihak kepada Daud. Bagi Yonatan, Daud adalah aset kerajaan yang begitu berharga. Usaha Yonatan meyakinkan Saul membuahkan hasil. Saul bersumpah tidak akan membunuh Daud. Keluputan pertama Daud menyiratkan bahwa Saul telah "kehilangan" anaknya karena keberpihakan Yonatan kepada Daud. Kedua, Daud terluput dari lemparan tombak Saul. Tidak ada yang kebetulan di sini. Saul dikatakan dihinggapi "roh jahat". Kemungkinan ini adalah satu cara pengungkapan bahwa emosi Saul tidak stabil dan di luar kebiasaan. Meskipun Daud cekatan menghindar, kita mengetahui bahwa ia adalah raja masa depan Israel yang dipelihara Allah. Ketiga, Daud terluput dari bahaya karena Mikhal. Mikhal berdusta dan mengkhianati ayahnya agar Daud bisa lolos. Kali ini Saul kehilangan anaknya yang lain lagi. Terakhir, Daud terluput dari bahaya karena peristiwa kepenuhan roh. Roh Allah menghinggapi para utusan Saul dan Saul sendiri sehingga tidak dapat menangkap Daud. Kariernya telah berakhir jauh sebelum ia mati dengan mengenaskan. Ia telah kehilangan segala-galanya! Tuhan memiliki maksud yang unik untuk masing-masing kita. Ada misi khusus yang Tuhan berikan bagi setiap individu, setiap anak Tuhan. Misi itu bisa kecil, bisa besar, bisa sempit ataupun sangat luas. Intinya, Tuhan mempunyai rencana bagi setiap orang dan pasti akan mewujudkan rencana itu, tidak peduli betapa sengit perlawanan dari luar menghadang. Renungkan: Jika Tuhan tak mengizinkan, sehelai rambut pun dari kepala Anda tidak akan jatuh ke dalam tangan musuh! |
| (0.17376778571429) | (1Raj 4:1) |
(sh: Pemimpin yang berhikmat (Kamis, 29 Juli 2004)) Pemimpin yang berhikmatPemimpin yang berhikmat. Bagaimana caranya berhasil memimpin bangsa yang besar? Salomo merasakan beban berat untuk melanjutkan kepemimpinan Daud. Mengapa demikian? Pada zaman Daud, Israel telah mengalami kejayaan dalam peperangan. Bagaimanakah nasib Israel di tangan Salomo? Apakah Salomo merupakan orang yang tepat untuk meneruskan kepemimpinan Daud? Menjadi seorang raja atas bangsa Israel yang besar jumlahnya memerlukan hikmat. Hikmat pada masa itu, bukanlah hikmat teoretis dan ilmu pengetahuan semata-mata. Hikmat pada masa itu terkait dengan kemampuan untuk meraih kesuksesan, yaitu suatu hal yang nyata dan praktis. Salomo memiliki hikmat tersebut. Hikmatnya terwujud nyata dalam bagaimana dia mengatur administrasi pemerintahannya dengan membagi duabelas kepala daerah. Tugas kedua belas kepala daerah ini: Pertama, menjamin kebutuhan setiap bulan dalam hal makan raja dan seisi istana. Kedua, bertanggung jawab atas keadilan dan kesejahteraan wilayah masing-masing sehingga tidak ada daerah yang terlalu kaya atau terlalu miskin. Hasil dari kebijaksanaan administrasif Salomo, membuat orang Yehuda dan orang Israel terjamin kebutuhan hidupnya (ayat 7-20).
Keberhasilan Salomo dalam memimpin bukan semata-mata karena
kecakapan administratifnya yang luar biasa tetapi karena dia
terlebih dahulu mengarahkan hidupnya untuk hidup takut akan
Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan sumber hikmat (band. Kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Salomo, yaitu takut akan Tuhan. Setiap kita dipanggil untuk memimpin, pertama-tama memimpin hidup kita masing-masing, baru kemudian memimpin orang lain. Landasilah hidupmu dengan takut akan Tuhan, maka hikmat Tuhan akan dicurahkan kepadamu. Renungkan: Supaya kita bisa memimpin dengan baik dan benar, mulailah dengan hidup takut akan Tuhan dan menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan. |
| (0.17376778571429) | (2Raj 9:16) |
(sh: Penggenapan hukuman Allah (Selasa, 21 Juni 2005)) Penggenapan hukuman AllahPenggenapan hukuman Allah
Penantian Allah bagi pertobatan keluarga Ahab telah berakhir. Dosa
keluarga Ahab harus memperoleh hukuman Allah (ayat Akibat semua perbuatan Ahab itu, Allah akan menimpakan penghukuman-Nya yang dituliskan pada nas ini. Pertama, darah keturunan Ahab akan dicurahkan (ayat 2Raj. 9:25-26). Seluruh keturunan Ahab akan dimusnahkan. Kedua, jasad Izebel yang menolak Allah itu akan ditemukan dalam keadaan mengenaskan karena dimakan oleh anjing di kebun Nabot (ayat 31). Itulah hukuman keras bagi orang yang telah menyesatkan suaminya, keluarganya, dan bahkan seluruh bangsa. Apa yang dapat kita pelajari dari perilaku Ahab juga keluarganya? Tuhan pasti akan membalaskan kejahatan orang yang tidak takut akan Tuhan. Ia adalah Allah yang adil dan tidak terlambat dalam melakukan penghukuman-Nya. Keputusan keliru dalam memilih pasangan hidup akan berakibat pada seumur hidup kita dan mempengaruhi orang-orang lain di sekitar kita. Bertobatlah supaya hukuman tidak menimpa Anda. Mintalah hikmat Tuhan agar Anda tidak keliru dalam mengambil keputusan penting untuk hidup Anda. Camkan: Mengabaikan Tuhan dan terus hidup dalam dosa akan menuai penghukuman-Nya yang adil. |
| (0.17376778571429) | (1Taw 28:1) |
(sh: Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci (Minggu, 24 Februari 2002)) Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait SuciPenugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci. Salomo ditunjuk sebagai penerus Daud untuk membangun Bait Suci. Hal ini menegaskan kembali janji Allah kepada Daud (ayat 1Taw. 17; lih. juga 2Sam. 7). Pertama, takhta Daud akan tetap selama-lamanya (ayat 17:14), kerajaan Daud akan kokoh seterusnya (ayat 28:7a). Kedua, Salomo menjadi anak perjanjian. "Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya." Bahasa yang mirip dipakai dalam perjanjian yang diadakan antara Yahweh dengan Israel (lihat Yer. 31:33; Yeh.l 36:28). Syarat yang diberikan adalah ". jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku .." (ayat 28:7b). Ketiga, Salomolah yang akan membangun rumah bagi Tuhan. Bagaimana tindakan Daud dalam penugasan Salomo ini? Pertama, ia memperkenalkan Salomo kepada para pemimpin Israel, bawahan-bawahan Daud, sekaligus menyatakan bahwa Salomo adalah orang pilihan Allah. Tujuannya adalah agar mereka mengakui dan mendukung Salomo (ayat 2-7). Kedua, ia "menahbiskan" Salomo di depan jemaat agar Salomo sadar akan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Allah, juga di hadapan umat Allah (ayat 8). Ketiga, ia menasihati Salomo agar setia kepada Allah dan menjalankan tugas pendirian rumah-Nya dengan benar (ayat 9-10). Ia juga meneguhkan Salomo agar bersandar penuh kepada Allah (ayat 20-21). Keempat, Daud telah menyediakan segala keperluan pembangunan itu terlebih dahulu. Sekarang ia menyerahkannya ke tangan Salomo untuk dipakai dalam pembangunan bait Suci tersebut (ayat 11-19). Renungkan: Mengemban tugas suci merupakan pilihan dan panggilan Allah, bukan inisiatif sendiri. Bila Anda merasa terpanggil untuk melayani Dia, yakinkanlah bahwa itu bukan karena Anda merasa melainkan karena sadar akan anugerah dan kedaulatan-Nya. |
| (0.17376778571429) | (2Taw 17:1) |
(sh: Mutu pembaruan meningkat (Sabtu, 25 Mei 2002)) Mutu pembaruan meningkatMutu pembaruan meningkat. Bagian ini kini memaparkan langkah-langkah Yosafat yang meningkatkan mutu pembaruan yang telah dimulai para pendahulunya. Pertama-tama, ia berkonsentrasi pada konsolidasi kehidupan sosial-ekonomi-politik Yehuda. Hal itu dilakukannya dengan menempatkan tentara di kota-kota berbenteng, pasukan-pasukan pelindung (garnisun) di seluruh wilayah Yehuda, termasuk di Efraim, yaitu wilayah Israel yang telah direbut oleh Asa, ayahnya (ayat 2). Tetapi, sebagai umat Allah, pembangunan kekuatan sosial-ekonomi-politik saja tidak cukup. Dia belajar dari sejarah para pendahulunya bahwa kesejahteraan, keamanan, kedaulatan berbangsa hanya tercipta ketika hubungan umat dengan Allah selaras dengan perjanjian kekal Allah. Dia tentu juga telah belajar bahwa ketika hal tersebut dilaksanakan kepalang tanggung atau tanpa fondasi penopang yang kokoh, maka pembaruan tidak mungkin sinambung. Ata s das ar fakta-fakta inilah Yosafat mengambil langkah kedua yang sangat penting yang kini oleh penulis Tawarikh dijadikan model pula bagi pembangunan ulang umat pascapembuangan. Langkah kedua itu adalah membangun kembali komitmen ibadah kepada Allah.Perbedaan antara pembangunan rohani yang telah dilakukannya dengan raja-raja sebelumnya adalah bahwa Yosafat tidak saja membuang tempat-tempat ibadah berhala, tidak juga berhenti pada pelaksanaan ulang tradisi ibadah. Kini ia membangun fondasi yang sifatnya lebih dalam daripada membangun tradisi yaitu mengerahkan tim pengajar. Ada dua tim yang diutusnya mengajar seluruh umat Tuhan. Pertama tim yang terdiri dari para pembesar: Benhail, Obaja, Zakharia, Netaneel, dan Mikha. Kedua, tim yang terdiri dari orang-orang Lewi: Semaya, Netanya, Zebaja, Asael, Semiramot, Yonatan, Adonia, Tobia dan Tob-Adonia bersama Elisama dan Yoram para imam (ayat 7). Dapat dipastikan bahwa kedua tim itu bergabung memberikan penyuluhan terpadu hal-hal moral, keh idupan berbangsa dalam perspektif prinsip-prinsip firman perjanjian Allah. Renungkan: Perhatikan bahwa tindakan pembaruan Yosafat ini melahirkan keinsyafan rohani (ayat 10), pengakuan bangsa asing (ayat 11), peningkatan kesejahteraan dan kedaulatan (ayat 12-19). |
| (0.17376778571429) | (2Taw 28:1) |
(sh: Makin terdesak, makin berubah setia (Selasa, 2 Juli 2002)) Makin terdesak, makin berubah setiaMakin terdesak, makin berubah setia. Ahas membalikkan segala hal baik yang telah dilakukan oleh Yotam, ayahnya. Untuk semua tindakan tersebut hanya penilaian terburuk yang bisa diberikan penulis Tawarikh. Kehidupan Ahas, yang menghidupkan kembali pengurbanan manusia dan anak ala bangsa Kanaan (ayat 3), dipersamakan dengan "kelakuan raja-raja Israel" (ayat 2). Akibatnya, berturut-turut dan bergantian, Allah menyerahkan Yehuda ke tangan Aram (ayat 5a), Israel utara (ayat 5b), Edom dan Filistin (ayat 17-19). Bahkan Asyur yang dimintai bantuan pun malah "menyesakkan" Ahas (ayat 20). Bagi penulis Tawarikh, semua yang terjadi jelas merupakan akibat dari dosa Ahas dan Yehuda (ayat 6, juga 19). Pada masa inilah untuk pertama kali sebagian penduduk Yehuda harus mengalami pembuangan ke negeri lain (ayat 17-19). Para pembaca pertama kitab Tawarikh mengerti bahwa peristiwa pembuangan yang mereka alami bermula dari keadaan bangsa dan kerohanian yang seperti ini. Semua penghukuman itu tidak juga menyebabkan Ahas berbalik dari kesalahan-kesalahannya. Ahas justru "malah semakin berubah setia kepada TUHAN" (ayat 22). Ahas mencari dewa sembahan baru (ayat 23), dan makin kehilangan rasa hormat terhadap Allah dan bait-Nya. Penghukuman yang dialami Ahas tidak membuatnya bertobat. Ahas malah makin menenggelamkan dirinya ke dalam dosa yang lebih keji dan konyol. Kebejatan Ahas makin menonjol dengan ironi yang muncul pada pasal 28 ini. Tindakannya dipersamakan dengan kebejatan raja-raja Israel utara (ayat 2a). Namun, pada ayat 9-15, justru orang Israel Utara yang mau mendengar peringatan seorang nabi TUHAN (ayat 9), dan memberi respons yang tepat dengan mengakui keberdosaan mereka dan melakukan kehendak Allah. Mereka tidak seperti Ahas, anak Yotam, keturunan Daud "bapa leluhurnya" (ayat 1b), yang justru "menyakiti hati TUHAN, Allah nenek moyangnya" (ayat 25). Renungkan: Orang yang berkeras hati tetap tinggal teguh di dalam dosa, menolak jauh-jauh ketetapan Allah, berarti juga menjauhi Allah. Padahal Allah sajalah satu-satunya sumber pertolongan terpercaya untuk hidup. |
| (0.17376778571429) | (Ayb 18:1) |
(sh: Hati-hati menuduh sesama sebagai orang fasik (Senin, 13 Desember 2004)) Hati-hati menuduh sesama sebagai orang fasikHati-hati menuduh sesama sebagai orang fasik. Keadilan Tuhan pasti menghukum orang fasik. Hanya ada satu cara menghindarkan diri dari hukuman yaitu: bertobat, mengaku dosa, dan memohon pengampunan-Nya. Itulah yang diungkapkan Bildad menjawab sikap tegar Ayub bahwa dirinya tidak berdosa (ayat 2-4). Masalahnya, apa bukti Ayub berdosa? Bildad mulai dengan mengecam sikap Ayub yang dianggapnya sombong, seakan-akan dirinya dan teman-temannya bersikap bodoh dalam menuduh Ayub berdosa (ayat 1-4). Lalu Bildad meneruskan perkataannya dengan menguraikan nasib orang fasik (ayat 5-21). Pertama, orang fasik yang tampaknya bernasib terang, akan mengalami kegelapan yang menyebabkan ia akan terhambat dalam jalan kejahatannya (ayat 5-7). Kedua, orang fasik akan mengalami nasib buruk terjebak oleh perangkap yang dipasangnya sendiri, seperti seorang pemburu terkena umpannya sendiri (ayat 8-10). Ketiga, segala "nasib sial" akan mengejarnya ke mana pun ia pergi, yakni: kelaparan, penyakit, dan bahkan kematian. (kata "kemah" di sini menunjukkan tubuhnya) (ayat 11-15). Keempat, orang fasik akan binasa dalam keadaan miskin, kesepian, dan menderita (ayat 16-21). Terdapat dua kesalahan dalam paparan Bildad tentang orang fasik ini. Kesalahan pertama adalah Bildad hanya menguraikan nasib `lahiriah' dari orang fasik. Kenyataannya justru banyak orang fasik yang secara lahiriah hidup menyenangkan. Sesungguhnya kesusahan orang fasik lebih bersifat psikis dan hati nurani. Kesalahan kedua adalah Bildad `salah alamat' dengan mengidentikkan Ayub sebagai orang fasik, padahal tak satu pun tuduhan para sahabat Ayub bahwa Ayub berdosa terbukti. Alkitab menyatakan orang fasik dimurkai Tuhan. Bildad tak berhak meyakini bahwa Ayub adalah orang fasik. Kekeliruan Bildad ini disebabkan hanya melihat penderitaan fisik Ayub saja. Sebenarnya bukan tugas kita untuk menilai bahkan menghakimi orang lain. Hanya firman Tuhan yang boleh dijadikan ukuran fasik tidaknya seseorang. Camkan: Ukuran yang Anda pakaikan kepada orang lain akan dipakai untuk mengukur Anda. |
| (0.17376778571429) | (Mzm 24:1) |
(sh: Ya Raja Kemuliaan, datanglah! (Senin, 24 Februari 2003)) Ya Raja Kemuliaan, datanglah!Ya Raja Kemuliaan, datanglah! Tujuan Allah menitipkan alam kepada manusia adalah agar manusia dapat menjaga keseimbangan dan integritas alam ciptaan-Nya. Namun, keadaan yang terjadi justru sebaliknya. Manusia lebih cocok disebut penghancur bumi daripada pemelihara bumi. Apakah Allah akan bertindak terhadap para penghancur bumi ciptaan-Nya? Mazmur ini memberikan jawaban kepada kita. Bahwa Dia, sang Pencipta langit dan bumi, yang menguasai alam semesta, dan yang bertakhta atas dunia ini (ayat 1-2) suatu saat akan datang dan mengklaim milik-Nya. Maka, celakalah mereka yang tidak layak bila saatnya tiba. Siapakah yang layak menghampiri gunung-Nya yang kudus, berdiri di hadapan takhta kudus-Nya? Hanya mereka yang menjaga diri dari kenajisan hidup, yang bersih dan integritas dirinya utuh (ayat 4), serta selalu mencari dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya (ayat 6) yang akan menerima berkat Tuhan dan keselamatan dari-Nya (ayat 5). Dia akan datang, dan sungguh kedatangan-Nya akan membuat kubu-kubu yang tertutup dengan rapat menjadi terbuka, tiada yang dapat bertahan di hadapan Raja Kemuliaan (ayat 7-9). Tidak satu pintu pun yang tinggal tertutup dapat bertahan di hadapan Pemilik alam semesta. Manusia boleh mencoba menolak Raja Kemuliaan sebagaimana dulu kedatangan-Nya yang pertama telah ditolak (Yoh. 1:11), bahkan mereka menyalibkan Dia (Mat. 17:22, 23). Tetapi, kali ini Dia akan datang sebagai Raja Kemuliaan yang berdaulat dan berkuasa penuh. Dia akan meminta tanggung jawab dan kesiapan kita. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan-Nya? Renungkan: Tujuan kedatangan-Nya yang pertama adalah untuk menjadi juruselamat dunia. Tujuan kedatangan yang kedua adalah untuk menyatakan kerajaan-Nya yang mulia. Waspadalah dan persiapkan diri Anda. Jangan sampai Anda ditolak-Nya karena kedapatan tidak siap! |
| (0.17376778571429) | (Mzm 40:1) |
(sh: Penantian belum berakhir (Kamis, 5 Juni 2003)) Penantian belum berakhirPenantian belum berakhir. Bagi sebagian orang, menanti adalah pekerjaan yang sulit dan membosankan karena menuntut kesabaran dan disiplin diri yang besar. Bagi orang beriman menanti berhubungan erat dengan kedewasaan mental spiritual. Sehubungan dengan "menanti", umat Tuhan dikenal sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan. Orang beriman yang belajar menanti, tidak akan diperbudak oleh hal-hal yang mendesak sebab tahu apa yang hakiki dan penting. Iman, harap, dan kasihlah yang membuat kita mampu menempatkan semua hal dalam hidup ini dalam nilai dan perspektif ilahi. Dalam Mazmur ini, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya ketika ia jatuh ke dalam jerat dosa, dan menanti-nantikan Tuhan. Bagi pemazmur dosa seumpama lumpur hidup yang menghisap orang yang jatuh ke dalamnya untuk mati terbenam hidup-hidup. Semakin keras orang itu meronta berusaha melepaskan diri, semakin ia akan tersedot oleh lumpur itu. Hanya jika ada pertolongan dari luar sajalah, orang itu dapat diselamatkan. Inilah penantian yang sekaligus menunjukkan bahwa usaha manusia jelas tak mampu menyelesaikan masalah dosa. Allah tidak hanya mendengar teriakan pemazmur minta tolong. Ia bahkan menjenguk dan mengangkat si pemazmur dari lubang kebinasaan. Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan pertama sang Juruselamat. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji Allah ini tidak berhenti sampai di sini, karena penggenapan pertama ini justru memasukkan kita pada penantian yang terbesar yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali. Renungkan: Belajarlah hidup dalam penantian kedatangan Tuhan sebab itu akan membuat kita mengutamakan kasih, kesucian, keadilan dan kebenaran. |


