Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 6681 - 6700 dari 6745 ayat untuk kepada Gayus (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.00) (Yer 10:1) (sh: Bodoh sekaligus sombong (Rabu, 13 September 2000))
Bodoh sekaligus sombong

Perbandingan menyolok antara Allah dan berhala dipaparkan oleh Yeremia. Berhala terbuat dari bahan dasar kayu, sesuatu yang fana dan akan lapuk karena alam dan waktu. Ia ada karena inisiatif manusia yang membuatnya. Ia dibentuk dan diperindah oleh karena akal budi manusia. Ia tidak dapat menopang dirinya sendiri dan bertahan terhadap goncangan jika tidak diperkuat oleh paku dan palu. Ia juga tidak mempunyai kekuatan untuk menggerakkan dirinya sendiri jika tidak digerakkan oleh manusia apalagi mendatangkan berkat bagi manusia dan melindunginya, karena ia tidak pernah hidup. Berhala tidak pernah mempunyai nilai jika tidak diberi oleh manusia. Manusialah pencipta, sumber keberadaan, dan penopang berhala.

Siapa Allah? Tidak ada yang menyamai-Nya dalam hal kebesaran dan keperkasaan-Nya (6). Dialah Allah yang hidup (10), sumber dari segala sesuatu yang pernah ada, yang ada, dan yang akan ada (12). Dialah yang mengatur seluruh alam semesta ini (13). Kebesaran dan kemuliaan Allah disimpulkan dalam ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">12 yaitu: dengan kekuatan-Nya Ia menjadikan langit dan bumi, dengan kebijaksanaan-Nya ia menegakkan dunia dan dengan akal budi-Nya Ia membentangkan langit. Apakah berhala mempunyai kekuatan, kebijaksanaan, dan akal budi seperti Allah?

Manusia yang menyembah berhala adalah manusia bodoh sekaligus sombong. Ia bodoh karena menggantungkan hidupnya pada sesuatu yang tidak mempunyai kekuatan apa pun. Ia sombong karena yakin bahwa hasil ciptaannya memiliki kekuatan luar biasa. Manusia zaman sekarang juga banyak yang sombong dan bodoh walaupun berhala yang disembahnya berbeda bentuknya. Mereka telah menciptakan uang, pekerjaan, jabatan, dunia usaha, ideologi, sistem ekonomi, bahkan agama bagi kepentingan mereka. Mereka yang memberi dan menentukan nilai-nilai semua itu. Namun anehnya kini mereka justru mendewakan dan menggantungkan hidupnya pada apa yang mereka telah ciptakan sendiri. Bahkan yang sangat ironis adalah mereka tega menindas, memeras, melukai, bahkan melenyapkan sesamanya demi berhala-berhala zaman modern ini.

Renungkan: Periksalah kehidupan Anda, adakah Anda juga termasuk barisan orang yang sombong dan bodoh karena mempunyai berhala dan menggantungkan hidup kepada kekuatannya.

(0.00) (Yer 11:1) (sh: Komitmen karena penebusan (Jumat, 15 September 2000))
Komitmen karena penebusan

Firman Tuhan ini disampaikan oleh Yeremia tepat setelah hukum Taurat ditemukan di bait Allah (2Raj. 22). Walaupun raja Yosia sedang berusaha keras mengadakan pembaharuan bagi bangsanya, Allah tetap mengutus nabi Yeremia untuk mengingatkan bangsa Yehuda tentang peristiwa sejarah di gunung Sinai ketika nenek moyang mereka membuat perjanjian dengan Allah, setelah dibebaskan dari perbudakan tanah Mesir (3-5). Di dalam perjanjian itu terdapat jalan kehidupan bagi umat pilihan. Jika mereka mentaati dan menyembah Allah dengan segenap hati, maka Allah akan memberkati mereka secara materi dan rohani dengan berkelimpahan.

Setelah mengingatkan, Yeremia juga diutus Allah untuk menegur bangsa Yehuda secara keras sebab mereka telah mengingkari perjanjian yang dibuat-Nya dengan nenek moyang mereka. Mereka tidak taat kepada Allah dan telah memenuhi Yerusalem dengan berhala-berhala (6-10,13). Maka mereka akan ditimpa malapetaka yang didatangkan Allah atas mereka dan mereka tidak dapat menghindar atau membela diri lagi sebab Allah bertindak berdasarkan perjanjian (11-12, 17). Oleh sebab itu Yeremia dilarang untuk berdoa bagi bangsanya sebab semuanya sudah terlambat (14). Ketidaktaatan adalah jalan menuju kehancuran bagi umat pilihan Allah. Nazar-nazar dan daging- daging suci tidak akan pernah dapat menyelamatkan mereka (15). Sebab itu semua hanyalah lambang ritual keagamaan saja. Allah menuntut komitmen moral dan rohani secara total dalam perjanjian itu.

Betapa bersyukurnya kita yang hidup di dalam anugerah Allah. Sebab jalan kehidupan kita adalah Yesus Kristus sendiri. Jalan menuju kematian telah tertutup bagi mereka yang berada di dalam-Nya. Namun Kristen tidak boleh menjalani kehidupan sesuai kehendaknya sendiri. Sebab jika bangsa Yehuda yang hanya ditebus dari perbudakan Mesir, dituntut untuk mempunyai kehidupan spiritual dan moral yang sesuai dengan kehendak-Nya, tentunya Kristen yang sudah ditebus dari dosa maut dengan darah Anak Tunggal-Nya harus hidup berpadanan dengan pengorbanan-Nya tanpa perlu dituntut.

Renungkan: Seperti bangsa Yehuda yang harus diingatkan dan ditegur, hendaklah kita saling mengingatkan dan menegur agar hidup kita semakin serupa dengan Dia.

(0.00) (Yer 13:1) (sh: Jangan bermain-main dengan dosa (Selasa, 19 September 2000))
Jangan bermain-main dengan dosa

Dua peringatan yang diberikan oleh Allah ini, walaupun menggunakan 2 cara, mempunyai tujuan yang sama yaitu jangan bermain-main dengan dosa.Peringatan pertama menggunakan aksi simbolik yang diperagakan oleh Yeremia: yaitu membeli ikat pinggang, memakainya, dan menjaganya supaya tidak tercelup air. Kemudian ikat pinggang tadi dibawa ke sungai Efrat dan disembunyikan di celah-celah batu (1-11). Beberapa bulan kemudian ikat pinggang itu diambil dan ternyata telah lapuk serta tidak berguna. Ikat pinggang itu melambangkan bangsa Yehuda yang kudus dan tak bercacat ketika pertama kali dipanggil oleh Allah (bdk. kepada+Gayus&tab=notes" ver="">2:2, 3). Seperti ikat pinggang dekat dengan pemakainya, segenap bangsa Yehuda dulu juga bergaul akrab dengan Allah sehingga mereka menjadi umat-Nya yang memuji dan memuliakan Dia di hadapan bangsa-bangsa. Namun kini mereka menjadi tercela karena persekongkolan dengan Asyur untuk meminum sungai Efrat (kepada+Gayus&tab=notes" ver="">2:18) dan menjadi penyembah berhala kafir (10). Mereka menjadi seperti ikat pinggang yang menjadi lapuk dan tidak berguna. Mereka tidak lagi ternama, terpuji, dan terhormat bagi Allah (11).

Peringatan kedua berdasarkan pepatah yang mengatakan bahwa setiap buyung harus dipenuhi dengan anggur (12-13). Bangsa Yehuda yang dilambangkan sebagai buyung anggur telah kehilangan fungsinya (lihat ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">11). Mereka sekarang tidak berguna dan hanya pantas dihancurkan. Penghukuman Allah tidak memandang orang, siapa pun yang berdosa akan tertimpa penghukuman (13-14). Ketika kemuliaan sebagai umat Allah sudah berlalu dari bangsa Yehuda, mereka hanya seperti buyung anggur yang kosong, yang tidak berguna. Mereka tidak dapat menuntut kepada Allah bahwa dulu Allah sudah memilih mereka. Hak istimewa sebagai umat Allah selalu disertai dengan tanggung jawab. Bangsa Yehuda yang tidak bertanggungjawab tidak dapat berharap bahwa Allah akan meluputkan mereka dari hukuman.

Renungkan: Kita boleh bangga menjadi umat pilihan Allah. Namun peringatan di atas juga menjadi peringatan bagi kita. Jangan biarkan kita dilapukkan oleh dosa dan menjadi buyung anggur kosong, sehingga kita menjadi Kristen yang tidak berguna bagi Allah dan sesama. Renungkanlah apa yang dapat membuat kita menjadi lapuk dan menjadi buyung anggur kosong!

(0.00) (Yer 14:1) (sh: Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga (Kamis, 21 September 2000))
Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga

Allah kembali melarang Yeremia berdoa untuk bangsa Yehuda yang sedang dilanda kekeringan panjang dan sangat hebat (1-6). Sebab mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Karena itulah Tuhan tidak berkenan kepada mereka dan akan mengingat serta menghukum segala dosa mereka. Disamping itu Allah juga akan menghabisi mereka dengan perang, kelaparan, dan penyakit sampar (12). Namun berdasarkan pengamatannya, Yeremia mendapati bahwa nabi-nabi lain yang ada di Yehuda justru mewartakan berita lain. Para pemimpin rohani ini terus-menerus berkhotbah bahwa bangsa Yehuda tidak akan mengalami perang dan kelaparan, melainkan damai sejahtera dari-Nya akan senantiasa beserta mereka (13). Allah menyatakan secara tegas bahwa semua janji tentang damai sejahtera dan hidup berkelimpahan itu adalah omong kosong belaka (14). Hukuman berupa bencana dan malapetaka yang hebat itu sudah ditentukan dan tidak dapat dibatalkan atau ditunda. Bahkan apabila pahlawan rohani terbesar Israel yaitu Musa dan Samuel berada di tengah-tengah mereka, Allah tidak akan pernah membatalkan hukuman itu (kepada+Gayus&tab=notes" ver="">15:1-2). Jadi Allah tidak pernah mengutus nabi-nabi lain itu. Jadi apa yang diwartakan oleh mereka adalah kebohongan besar.

Zaman sekarang pun Kristen senang sekali mendengarkan khotbah-khotbah yang 'pop' dan menyenangkan telinga. Tema-tema yang disukai oleh kebanyakan Kristen masa kini adalah hidup berkelimpahan tanpa susah payah; berkat tanpa perjuangan; keberhasilan tanpa penderitaan; pembangunan nasional tanpa keadilan sosial; atau jaminan pemeliharaan Illahi tanpa kekudusan hidup secara pribadi. Ajaran yang enak di telinga tidak akan membentuk kehidupan kita, tetapi hanya meninabobokan. Seringkali hanya enak didengar tapi realitanya tidak semudah dikatakan. Realitanya pergumulan tetap ada dan perjuangan iman pun tetap harus diteruskan. Jadi jika kita mendengar khotbah-khotbah dengan tema-tema seperti di atas, maka dapat dipastikan bahwa pengkhotbah itu bukanlah utusan Allah dan berita yang ia wartakan bukan berasal dari Allah.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pekerja rohani janganlah berusaha menjadi pengkhotbah 'populer'. Dan jika Anda adalah warga jemaat, janganlah mendengarkan khotbah-khotbah seperti itu.

(0.00) (Yer 22:10) (sh: Bukti pengenalan akan Allah (Rabu, 4 Oktober 2000))
Bukti pengenalan akan Allah

Allah membandingkan kehidupan saleh raja Yosia dan anaknya Yoyakim. Yosia melakukan keadilan dan kebenaran serta memperhatikan rakyat miskin (16). Apa yang dilakukan oleh Yoyakim (13-14, 16)? Ia mengambil keuntungan atas penderitaan orang lain. Para buruh dan pekerjanya tidak diperlakukan sesuai dengan hukum kasih dan keadilan. Ia membangun istana di atas penderitaan rakyat. Fokus utama dalam kehidupannya adalah mengejar keuntungan bagi diri sendiri. Kehidupan Yosia adalah contoh kehidupan seorang yang mengenal Allah, sedangkan kehidupan Yoyakim adalah contoh kehidupan seorang yang tidak mengenal Allah.

Di dalam Perjanjian Lama kata 'mengenal' merupakan terjemahan dari kata ibrani 'yada' yang berarti mendapatkan pengetahuan kemudian mengembangkan pemahaman berdasarkan pengetahuan itu dan akhirnya meresponinya sesuai dengan kehendak-Nya. Kehidupan Yoyakim tidak memperlihatkan bahwa ia mengenal Allah. Ia tidak menjalankan keadilan dan tidak menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai gembala bagi rakyatnya dengan baik. Karena itu sama seperti Salum (10-12) yang menuai apa yang telah ia tabur dalam hidupnya, Yoyakim pun demikian. Pada akhir hidupnya ia mengalami kematian yang sangat mengerikan dan dalam kehinaan yang luar biasa (18-19). Sebab sesungguhnya kematian seorang raja merupakan hari perkabungan nasional dimana seluruh rakyat akan meratapi dan menangisinya. Namun Yoyakim tidak akan mengalami itu semua justru sebaliknya.

Renungkan: Pengenalan kita kepada Allah tidak cukup dibuktikan hanya dengan berbagai aktivitas rohani yang kita lakukan seperti membaca Alkitab, berdoa, beribadah ke gereja, atau memberikan persembahan. Gaya hidup kita merupakan bukti yang paling konkrit dan tidak dapat disangkal dari pengenalan kita akan Allah. Jika kita menutup mata dan telinga terhadap teriakan bawahan atau karyawan kita yang sudah tidak dapat membiayai kehidupannya dengan gaji yang kita berikan, jika kita terus mengejar kemewahan hidup dan fasilitas di tengah-tengah masyarakat yang berjuang untuk sepiring nasi, jika kita masih menuntut pengorbanan para rakyat kecil agar usaha kita tetap dapat berkembang, dlsb., dapatkah kita mengatakan bahwa aku mengenal Allah? Ingatlah, kita akan menuai apa yang kita tabur kelak.

(0.00) (Yer 23:9) (sh: Kristen dan pemimpin rohani (Sabtu, 7 Oktober 2000))
Kristen dan pemimpin rohani

Kualitas spiritual, moral, dan kemampuan seorang pemimpin menentukan kesejahteraan rakyatnya baik dalam negara, dalam usaha bisnis maupun dalam persekutuan gereja. Pemimpin harus menjadi teladan. Jikalau pemimpin jahat, celakalah mereka yang dipimpin. Itulah yang terjadi di dalam negara Yehuda pada zaman Yeremia. Masyarakat Yehuda dipenuhi oleh para nabi: pemimpin rohani profesional yang menyatakan dirinya sebagai 'juru bicara' Allah. Tidak seperti Yosia yang berkomitmen untuk melakukan keadilan dan kebenaran, para pemimpin rohani itu adalah nabi-nabi palsu sebab mereka hanya mengejar kejahatan, dan kekuatan mereka adalah ketidakadilan (10); mereka semua berlaku fasik (11).

Untuk memperingatkan bangsa Yehuda, Yeremia memaparkan ciri-ciri nabi palsu. Pertama: mereka melakukan perzinahan dan penuh kebohongan (14). Kehidupan pribadi mereka tidak mencerminkan kemurnian moralitas yang tinggi seperti yang dituntut dari seorang pemberita firman Tuhan. Kedua: mereka tidak hanya melakukan segala kemaksiatan, tapi juga mendukung orang-orang lain yang melakukan hal itu (14). Mereka tidak pernah menekankan kekudusan dan kemurnian hidup di dalam pelayanan mereka. Mereka tidak pernah mendesak umatnya untuk memberikan komitmen penuh kepada Allah. Ketiga: mereka memberitakan pengharapan palsu (16). Khotbah mereka berisi berita-berita pop yang menyenangkan telinga dan hati kebanyakan orang. Janji kedamaian, kesehatan, dan kelimpahan hidup yang mereka wartakan bukan berasal dari Allah namun dari hasil rekayasa pikiran dan hati mereka yang jahat. Mereka tidak akan dapat menyuarakan suara Tuhan sebab hati dan kehidupan mereka jauh dari Tuhan sehingga mereka tidak tahu rencana dan kehendak-Nya (18, 22). Mereka yang mendengarkan nabi-nabi itu pun akan semakin jauh tersesat dari jalan Tuhan. Karena itu Allah sangat murka terhadap pemimpin yang menyesatkan 'rakyat'nya. (ay. kepada+Gayus&tab=notes" ver="">15 bdk. Mrk.9:42)

Renungkan: Bagaimana dengan para pemimpin rohani kita? Kita memang tidak boleh menghakimi para pengkhotbah masa kini dan memberi mereka cap 'nabi palsu'. Namun kita harus selalu menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi siapa yang kita dengarkan dan siapa yang akan kita dukung pelayanannya khususnya dalam hal doa dan dana.

(0.00) (Yer 50:1) (sh: Kedaulatan Allah atas dunia bagi umat-Nya (Sabtu, 26 Mei 2001))
Kedaulatan Allah atas dunia bagi umat-Nya

Akhirnya giliran Babel tiba. Nubuat penghukuman atas Babel diberitakan. Itu terjadi pada tahun 594 s.M. jauh sebelum Babel dihancurkan oleh Media-Persia. Babel akan mengalami persis seperti apa yang dialami oleh bangsa- bangsa lain. Nubuat ini harus diserukan kepada segenap bangsa yang tentunya juga sudah mendengar nubuat penghukuman tentang mereka sendiri. Apa isi nubuat itu?

Kehancuran Babel secara total ditandai oleh beberapa hal. Pertama, terkejutnya Merodakh, dewa nasional Babel. Jika dewa yang disanjung oleh suatu bangsa terkejut, ini menyatakan ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya untuk melindungi dan memelihara bangsa yang menyembah dirinya (2-3, 9-10). Kedua, berhentinya pertanian merupakan simbol berhentinya denyut nadi sebuah bangsa (16). Babel tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan lagi untuk mempertahankan negeri mereka sendiri (10). Ketiga, pemutarbalikan yang fatal: bila dulu bangsa- bangsa lain dihancurkan oleh bangsa dari utara yaitu Babel, kini Babel sendiri akan dihancurkan oleh bangsa dari utara (3). Kehancuran total ini, walaupun merupakan realita masa depan, sudah membayangi hidup mereka, namun mereka tidak pernah menyangka sebab mereka sedang mabuk kemenangan (11).

Siapa yang dapat melakukan semua itu? Allah! Ialah yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang mutlak untuk menghukum Babel karena dosa-dosa mereka. Namun penghukuman itu bukan hanya untuk menegakkan keadilan dan kekudusan namun juga untuk membawa Israel dan Yehuda kembali ke dalam relasi yang benar dengan Allah (4-7).

Renungkan: Penghukuman atas Babel memperlihatkan bahwa meskipun Allah mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang mutlak namun Ia tidak mempergunakannya secara sewenang-wenang. Tidak ada diskriminasi dan ketidakadilan di dalam tindakan-Nya. Ia melakukan secara terbuka dan dengan parameter yang yang jelas yaitu tetap terlaksananya rencana Allah bagi seluruh dunia - keselamatan dan kedamaian di seluruh dunia dengan mengembalikan Israel ke dalam relasi yang benar dengan diri-Nya. Karena itu teladanilah Allah ketika kita harus menggunakan kekuasaan dan kekuatan kita sekecil apa pun. Lakukan demi kesejahteraan sesama manusia.

(0.00) (Yeh 16:35) (sh: Dimurnikan melalui rasa malu terhadap dosa (Rabu, 29 Agustus 2001))
Dimurnikan melalui rasa malu terhadap dosa

Seruan Yehezkiel pada bagian ini mempermalukan bangsa Israel di hadapan umum (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">35-43) dengan suatu perbandingan yang sangat memalukan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">44-52). Mereka dibandingkan dengan Samaria dan Sodom yang dipandang rendah, namun ternyata lebih baik dari mereka. Bangsa Israel jauh lebih jahat dari mereka (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">47) dan kesalahan-kesalahan Sodom dan Samaria nampak benar jika dibandingkan dengan kejahatan Israel (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">52). Israel di sini digambarkan sebagai seorang ratu yang terhukum dan menjadi bahan olokan di antara bangsa-bangsa (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">44). Ia tidak lebih baik dari yang lain, bahkan secara keturunan mereka berasal dari keluarga yang hina (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">44,45). Ia adalah seorang ratu yang dipermalukan karena tidak mengingat dari mana ia berasal (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">43).

Hukuman Tuhan atas Israel adalah sesuai dengan kejahatan mereka. Sebagaimana Israel mempertontonkan dirinya kepada para kekasihnya, demikianlah Tuhan akan memakai para kekasihnya untuk menghancurkan mereka. Hukuman Tuhan atas bangsa Israel bertujuan menghentikan persundalan mereka (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">35-41). Api cemburu dan amarah Tuhan yang suci baru akan reda jika murka-Nya sudah tertimpa atas Israel (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">42). Akar penyebab dari dosa Israel terletak pada kegagalannya untuk mengingat keadaan masa mudanya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">43).

Melalui bagian ini kita dapat mempelajari: [1] Israel menjadi rusak dan menerima penghukuman-Nya karena tidak menyadari dari mana ia berasal. Ketidaksadaran diri ini menjadikannya sombong karena merasa lebih baik dari yang lain dan tidak menyadari kesalahannya; [2] Tuhan yang suci tidak membiarkan umat-Nya berada dalam kondisi seperti ini, Ia menghancurkan kesombongan mereka dan memaparkan keadaan mereka yang sungguh memalukan; [3] Hukuman-Nya bertujuan memurnikan, sesuai dengan kejahatan yang mereka lakukan.

Renungkan: Hadirnya rasa malu karena kesadaran akan dosa merupakan bagian penting dalam proses pengikisan kebebalan rasa tinggi hati. Hal ini merupakan indikasi adanya kepekaan terhadap dosa. Tuhan dapat memakai rasa malu ini sebagai alat penghukuman yang akan merobohkan kesombongan kita sehingga melaluinya kita dimurnikan. Masih adakah kepekaan terhadap dosa yang memperhadapkan diri Anda dengan rasa malu?

(0.00) (Yeh 18:1) (sh: Setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya (Sabtu, 1 September 2001))
Setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya

Perikop ini memuat apologetik Yehezkiel atas opini yang dilontarkan oleh teman-teman sebayanya. Teman-temannya mengemukakan bahwa mereka sedang dihukum, karena dosa-dosa dari generasi-generasi terdahulu. Yehezkiel menjelaskan bahwa Allah tidak bekerja seperti itu, Allah menganggap tiap orang bertanggungjawab atas setiap perbuatannya dan membalaskan setimpal dengan perbuatannya.

Ajaran Yehezkiel ini memiliki banyak dimensi. Setiap seginya harus ditinjau bersama-sama supaya bisa dipahami secara utuh. Jika azas ini dipisahkan dari konteksnya, dapat membawa orang kepada pemikiran bahwa keadaan seseorang mencerminkan hukuman Allah terhadapnya, sehingga kemalangan akan diartikan sebagai akibat dari dosa dan kemujuran sebagai hasil dari kebenaran.

Dengan contoh yang gamblang, Yehezkiel menggambarkan keadaan dari tiga keturunan ketika menjelaskan dalil ajarannya. Keturunan pertama adalah seorang yang benar, yang bertekun di dalam keadilan dan kebenaran (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">5-9). Keturunan kedua berkelakuan jahat (ayat 10-13). Keturunan ketiga menolak kejahatan bapaknya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">14-17). Konklusi dari perikop ini terdapat di dalam ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">20 yang menegaskan bahwa setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya.

Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa hukum tabur tuai tetap berlaku di level ekonomi, kedudukan, dan ras mana pun kita berada. Dengan nada yang sama Rasul Paulus di Perjanjian Baru menyerukan: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Gal. 6:7). Setiap perbuatan, baik kecil maupun besar, harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, karena tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.

Renungkan: Allah adalah pemilik jiwa setiap orang, Dia adalah Allah yang senantiasa berbuat adil. Allah memperlakukan setiap orang menurut barometer-Nya yang paling akurat. Dia tidak mengizinkan dosa pendahulu ditanggung oleh kita, begitu pula sebaliknya. Di hadapan-Nya tidak berlaku surat atau tiket penghapus dosa. Di takhta pengadilan-Nya hanya ada loket imbalan atas karya setiap orang, sesuai dengan apa yang ditaburnya. Hai Kristen yang sudah menerima karya Domba Allah, apakah masih merasa menanggung beban menjadi tumbal kesalahan orang lain?

(0.00) (Yeh 21:1) (sh: Kedahsyatan pedang petir (Kamis, 6 September 2001))
Kedahsyatan pedang petir

Yehezkiel kali ini harus menujukan wajahnya ke arah Yerusalem dan mengucapkan banyak teguran kepada Israel yang telah menajiskan Bait Kudus Allah (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">1-2). Ia harus menyampaikan bahwa Tuhan telah menjadi lawan Israel dan hendak mencabut pedang-Nya untuk melenyapkan semua manusia dari Selatan sampai Utara (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">3-4). Kengerian malapetaka ini adalah bila senjata itu sudah membabat manusia, pedang petir ini tidak akan kembali ke sarungnya. Dan Yehezkiel disuruh menjadi model hidup. Ia harus mendramatisir kedahsyatan bencana ini dengan mengerang seperti seorang yang patah tulang pinggang, yang berada dalam kesengsaraan yang pahit (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">5-6). Ketika warga mengerti isi pesan ini, maka hati mereka akan menjadi tawar, semua tangan akan menjadi lemah lesu, segala semangat menghilang, dan semua orang akan terkencing-kencing ketakutan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">7).

Sebelum mengklaim bahwa tindakan Allah yang telah dipaparkan ini sebagai bentuk kekejaman yang tidak berbelaskasihan, maka kita perlu memahami mengapa keputusan ini diambil oleh Allah. Allah tidak pernah menjatuhkan hukuman tanpa andil kesalahan manusia. Allah tidak dapat berpangku tangan melihat kenajisan dosa. Walaupun manusia dapat dengan sangat rapi membungkus dosa, tetapi dosa tetap kejijikan di hadapan Allah. Bila telah berulangkali manusia diperingatkan melalui berbagai cara namun tetap tidak mau menyesali dosanya, maka Allah tidak punya pilihan lain di dalam menyatakan disiplin-Nya. Ia mengizinkan suatu penghukuman dahsyat menimpa manusia. Kita sama sekali tidak mempunyai alasan untuk mengklaim Allah itu kejam, karena Allah menindak manusia selaras dengan perbuatannya, di dalam kasih dan kedaulatan-Nya. Kasih dan kedaulatan-Nya yang nyata melalui disiplin keras akan mengajar Kristen tidak hidup sekehendak hati, tetapi mengarahkan hidup pada kehendak-Nya.

Renungkan: Menyikapi disiplin Allah di dalam hidup kita, tidaklah mudah. Kita seringkali lebih memfokuskan pandangan pada bentuk penderitaan yang kita alami. Jarang sekali kita melihat tujuan dan maksud kasih-Nya di balik pekerjaan pedang petir-Nya. Wahai Kristen yang telah menerima ganjaran Allah, sudah saatnya kita bangun dari keterpurukan. Kinilah saatnya kita menghayati hidup yang telah dibersihkan-Nya dengan lebih baik lagi.

(0.00) (Yeh 23:22) (sh: Dampak-dampak penyimpangan (Selasa, 11 September 2001))
Dampak-dampak penyimpangan

Nabi Yehezkiel yang menerima panggilan sebagai seorang penjaga atau pengawas umat Allah, dengan penuh kesungguhan mengumumkan vonis Tuhan. Oleh karena Allah Maha Adil, maka Israel harus dihukum. Hanya oleh karena kesabaran Allah yang besar saja, maka Dia masih dapat mentolerir bangsa yang sudah bobrok itu sekian lamanya, tetapi Yehezkiel membawa pesan bahwa kesabaran Allah terhadap bangsa Israel akhirnya tiba pada batas-Nya. Oleh karena Israel melupakan dan membelakangi Tuhan, sekarang mereka sendiri yang harus menanggung akibat persundalan dan kemesumannya.

Penghakiman Allah tidak dapat dihapuskan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">12:22, 27); penghakiman-Nya tidak dapat dihindari. Sabda-Nya: "Aku tidak akan merasa sayang kepadamu dan tidak akan kenal belas kasihan, tetapi Aku akan membalaskan kepadamu selaras dengan tingkah lakumu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji. Maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN". (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">7:4-27; 22:14). Waktu penghakiman tidak dapat diulur lagi (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">9:10; 24:14).

Allah dengan begitu gamblang dan transparan memaparkan dosa-dosa Israel, untuk menunjukkan betapa jijiknya perselingkuhan yang mereka perbuat. Namun hal ini bukan berarti Allah hanya terusik oleh dosa umat-Nya saja, melainkan sebagai sinyal Allah yang menginginkan umat-Nya merasa malu, menyesal, lalu bertobat. Amat disayangkan karena berulangkali respons dari umat Tuhan ketika menerima teguran-Nya adalah justru semakin mengingkari-Nya, sehingga tangan Allah harus menurunkan hukuman keras yang tidak terhindarkan.

Ada dampak-dampak dosa yang dapat kita lihat dari pernyataan Allah, "Aku akan dan Aku akan..." Namun untuk apakah hukuman itu? Jawabnya ada di ayat 49, yakni agar umat kembali kepada ikatan perjanjian-Nya, dengan mengakui bahwa Tuhan adalah Allah mereka.

Renungkan: Berani berbuat, berani menanggung risiko. Seharusnya setiap Kristen menganut motto ini di dalam hidupnya. Setiap perbuatan pasti membuahkan hasil yang mewajibkan setiap diri kita untuk memetiknya. Oleh karena itu, sebelum berbuat sesuatu, pikirkanlah terlebih dahulu apa akibatnya. Dosa bukan sekadar pelanggaran tapi pengingkaran terhadap janji setia-Nya

(0.00) (Yeh 27:12) (sh: Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan? (Senin, 17 September 2001))
Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan?

Bersama mitra usaha multi regional yang berlimpah barang-barang mewah, Tirus kembali dilukiskan sebagai kapal yang berlabuh dengan megah di tengah lautan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">12-25). Pada wilayah di mana Tirus berpikir untuk menjadi penguasa, di tengah lautan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">4) ia dilanda oleh bencana. Kekuatan angin timur telah memecahkannya dan ia terbenam bersama segenap krunya ke dasar lautan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">26-26). Mendengar teriakan maut para penumpang pada hari tenggelamnya Tirus, si kapal maha indah, para pemilik sahamnya turut meratap bersama karena kehilangan kapal yang penuh dengan semarak kemegahan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">27-29). Mereka sangat berkabung karena kehancuran ini membuat mereka amat merana (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">30-31). Dalam syair ratapan, mereka berkata: "Siapa seperti Tirus, yang sudah dimusnahkan di tengah lautan?" (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">32).

Sungguh tragis, prestasi Tirus yang meraup keberuntungan dengan mitra dagangnya telah menyebabkan raja-raja dunia kehilangan referensi kekayaannya. Hal ini telah membuat Tirus terkagum-kagum kepada dirinya sendiri.

Kini, kapal molek telah dihancurkan oleh begitu banyak unsur dari kekayaan yang termuat di dalamnya. Barang-barang dan krunya telah berubah menjadi kuburan di dalam air (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">33-34). Orang-orang pesisir terheran-heran melihatnya, raja-rajanya menggigil, mukanya berkerut, dan para pesaing usahanya bersuit-suit kegirangan terhadapnya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">35-35). Sebuah raksasa dalam keindahan kini telah musnah dan nubuatan Yehezkiel telah digenapi: "Aku menentukan bagimu akhir hidupmu yang mendahsyatkan dan engkau tidak terjumpai lagi. Engkau dicari orang, tetapi tidak ditemui lagi untuk selama-lamanya, demikianlah firman Tuhan." (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">26:21).

Renungkan: Burung merak walaupun berbulu sangat mempesona namun dari abad ke abad selalu dicela sebagai simbol kesombongan. Keanggunan Tirus sebagai kapal yang maha indah tentu saja tidak salah bila tidak disertai perilaku congkak. Titanic, yang didesain tidak dapat tenggelam juga mengalami nasib yang sama. Semua keangkuhan berakhir sama, yakni kebinasaan. Kristen, ingatlah, Allah menentang semua yang berhati congkak. Berhati-hatilah dengan manifestasi dosa yang selalu menarik manusia terpikat kepadanya.

(0.00) (Yeh 28:1) (sh: Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu (Selasa, 18 September 2001))
Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu

Ithobal II, raja Tirus yang dinubuatkan di dalam perikop ini, dianggap mewakili kejatuhan kota Tirus. Tindakan pengangkatan dirinya sendiri yang sangat ambisius untuk menempati posisi Allah, sangat tepat menggambarkan kecongkakan hati bangsa itu. Kawasan Tirus yang berada di atas sebuah gunung batu, telah membuat kota itu seolah-olah tidak dapat direbut sehingga Tirus merasa dirinya seperti Allah yang maha tinggi memerintah di sana. Perasaan aman tenteram melingkupi dirinya yang bertakhta di tengah-tengah lautan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">1-2). Selain memiliki keterampilan berdagang yang menyebabkan Tirus menjadi milyuner pada masanya, ia juga memiliki hikmat yang besar dan tiada rahasia yang tersembunyi di hadapannya. Dengan kelebihannya itu ia menjadi sombong (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">3-5) sehingga Allah tidak menahan murka-Nya untuk ditimpakan kepada Tirus yang akan mati secara memalukan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">6-10).

Ratapan untuk raja Tirus memakai suatu kisah di taman dan gunung Allah (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">13, 14, 16). Walaupun kisah yang diadopsi Yehezkiel bukan berasal dari kisah Kejadian 3 namun implikasinya adalah Tirus telah diciptakan dengan sempurna sejak hari penciptaannya. Namun patut disayangkan, ia menjadi sombong karena kecantikannya bahkan hikmatnya dimusnahkannya demi semaraknya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">15-17).

Dampak pilihan Tirus yang ceroboh mengingatkan dunia bahwa hikmat jauh lebih berharga daripada permata. Karena daya tarik pujian, banyak orang rela melepaskan segalanya untuk mendapatkannya. Namun setelah mendapatkan apa yang diidamkannya, suatu bonus malapetaka yang tidak diundang pun datang menyapu bersih apa saja yang berkaitan dengan hasil kesombongan.

Renungkan: Kristen perlu mewaspadai dosa tertua yang telah menyebabkan pasukan malaikat cantik jatuh menjadi Iblis. Godaan dosa kesombongan tidak melulu datang dalam gambaran Iblis yang tertawa dengan membawa tombak trisulanya. Bisa jadi predikat lulus terbaik, jabatan pastor senior, kedudukan presiden direktur, atlit terbaik, karyawan terbaik, pasangan paling serasi, dan masih banyak predikat bergengsi lainnya dapat mendatangkan pujian yang memabukkan. Bila kita mengizinkan pribadi kita dikultuskan oleh para pemuja kita, berhati-hatilah, hajaran dan hukuman sudah di ambang pintu.

(0.00) (Yeh 29:1) (sh: Perlawanan terhadap buaya besar (Kamis, 20 September 2001))
Perlawanan terhadap buaya besar

Nubuatan perlawanan terhadap Mesir ini ditulis setelah masa pengepungan dan penaklukan Yerusalem, yakni tahun 587-585 SM, kecuali kepada+Gayus&tab=notes" ver="">29:17-21 ditulis pada tahun 571 SM. Firman Tuhan ditujukan kepada Firaun yang mewakili segenap bangsanya. Tuhan menghukum Firaun sesuai dengan perkataannya sendiri yang dilukiskan oleh Yehezkiel sebagai buaya besar yang berbaring di sungai Nil (ayat 3). Dengan demikian Tuhan akan membuat nasibnya sama seperti buaya besar yang dikenakan kelikir di rahangnya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">4-5). Pada saat itu semua penduduk Mesir akan mengetahui bahwa tangan Tuhan telah turun atas Mesir (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">6-12) namun sama seperti Israel, keadaan Mesir akan dipulihkan walau tidak dalam kejayaan sebelumnya (ayat 13-16).

Bahasan selanjutnya di dalam ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">17-21 ditulis paling akhir dari kitab Yehezkiel, sisipan ini dimasukkan sebagai tambahan di dalam nubuatan tersebut. Tercatat bahwa Nebukadnezar bekerja keras untuk merebut Tirus, kepala menjadi gundul dan bahu menjadi lecet karena pekerjaan yang sangat berat dalam membuat tanggul dari daratan ke kota Tirus. Tetapi baik ia maupun tentaranya tidak mendapat upah dari Tirus. Penduduk Tirus mempunyai cukup waktu untuk melarikan harta benda mereka yang berharga. Tuhan hendak mengganti upah hamba-Nya (Yer. 27:6) dengan memberikan kepadanya rampasan dari Mesir. Nebukadnezar menyerbu Mesir pada tahun 586 SM. Pada masa itu keadaan Israel akan dipulihkan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">21).

Manusia baik secara perorangan maupun secara kelompok sering berbicara dengan nada arogansi. Dan ketika kita menatap bintang penghargaan di dalam etalase prestise, kita sering menggumam sama seperti Mesir: "Ini usahaku, ini prestasiku, medali ini aku yang punya. Penghargaan ini untuk aku." Kita boleh berbangga hati atas semua kesuksesan yang kita raih, namun bila hati tidak terkontrol, nada bicara kita akan berubah menjadi arogan.

Renungkan: Mesir disapa sebagai buaya besar karena omong besarnya. Setiap Kristen bisa jatuh ke dalam dosa yang sama bila tidak bijak dalam berkata dan bersikap. Kristen terpanggil untuk berkata-kata dengan benar dan membangun jemaat melalui kesederhanaan kata-kata dan kerendahan hati.

(0.00) (Yeh 40:1) (sh: Penglihatan tentang Bait Suci yang baru (Selasa, 20 November 2001))
Penglihatan tentang Bait Suci yang baru

Empat belas tahun sesudah Yerusalem jatuh (ayat 573 sM) bertepatan dengan tahun ke-25 pembuangan ke Babel. Ketika Yehezkiel mengenang kembali hari terjadinya tragedi tersebut (bdk. 2Taw. 36:10), ia mendapatkan penglihatan baru. Ia dibawa kembali ke tanah Israel, ke sebuah gunung yang tinggi. Dari situ ia melihat sesuatu yang menyerupai "kota" (ayat 2- 3a). Yehezkiel kemudian ditemani oleh seorang malaikat untuk melihat dan memahami penglihatan itu, dan ditugaskan untuk menyampaikannya kepada umat Israel. Pasal 40:1-4 merupakan pendahuluan bagi serangkaian penglihatan yang diuraikan dalam pasal 40-48.

"Kota" yang dilihat Yehezkiel ternyata bukan Yerusalem, melainkan bangunan Bait Suci (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">5). Bentuk Bait Suci ini tidak sama dengan Bait Suci Salomo, yang telah dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar. Bait Suci yang baru ini dikelilingi oleh tembok, yang tingginya 6 hasta dan tebalnya 6 hasta (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">1 hasta kurang lebih setara dengan 0,5 meter). Selanjutnya, malaikat melakukan pengukuran seluruh bangunan Bait Suci, mulai dari pintu gerbang timur (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">6-16). Setiap pintu gerbang berbentuk bangunan berukuran 50 x 25 hasta (ayat 13, 15). Di dalamnya terdapat serambi, yang memisahkan kamar- kamar jaga di kiri kanannya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">10, 16). Di ujung serambi terdapat balai gerbang, yang dibatasi di sebelah luarnya oleh tiang tembok (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">8). Tiang-tiang tembok itu diperindah dengan ukiran gambar pohon kurma (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">16).

Penglihatan Yehezkiel dimulai dari bagian luar kompleks Bait Suci, yakni tembok-tembok yang mengelilingi dan memisahkan bagian dalam dari bagian luar. Hal ini menjadi penting kalau kita menyadari bahwa Bait Suci adalah kudus, sedangkan dunia penuh dengan dosa. Tembok-tembok itu berfungsi "untuk memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus" (ayat 42:20).

Renungkan: Orang Kristen harus belajar memisahkan yang kudus dari yang berdosa. Ia tidak boleh mencampuradukkan kehidupan yang telah disucikan Allah dengan hal-hal dosa. Kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk menjaga kesucian hidup dan berani menolak segala godaan untuk berbuat dosa.

(0.00) (Yeh 41:5) (sh: Bangunan tambahan, dekorasi, dan perabotan Bait Suci (Jumat, 23 November 2001))
Bangunan tambahan, dekorasi, dan perabotan Bait Suci

Di sekeliling Bait Suci ada kamar-kamar tambahan, yang bertingkat tiga (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">5-11). Di ujung barat, di belakang Bait Suci, terdapat sebuah bangunan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">12). Sayangnya tidak ada penjelasan mengenai kegunaan ruangan-ruangan ini. Mungkin ruangan di sekeliling Bait Suci digunakan untuk menyimpan perabotan Bait Suci dan benda-benda lainnya. Pada kuil-kuil di dunia kuno, kamar-kamar seperti ini digunakan untuk menyimpan harta benda hasil persembahan orang-orang yang beribadah ke kuil tersebut. Penjelasan tentang Bait Suci diakhiri dengan ukuran keseluruhannya: 100 hasta x 100 hasta untuk pelataran dalam dan untuk Bait Suci serta ruang-ruang di sampingnya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">13-14). Bentuk bujur sangkar dan ukuran- ukuran simetris melambangkan kesempurnaan Allah.

Dinding-dinding Bait Suci didekorasi dengan ukiran-ukiran gambar kerub dan pohon kurma (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">17-20). Motif ukiran ini serupa dengan yang ada di dalam Bait Suci Salomo (ayat 1Raj. 6:29- 36). Ukiran pohon kurma telah dijumpai sejak orang masuk melalui pintu gerbang luar, hingga pada daun-daun pintu tempat mahakudus (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">25). Jelas fungsinya bukan untuk keindahan semata-mata, tetapi untuk melambangkan harapan hidup dan kemakmuran (pohon kurma) serta keamanan (kerub). Bagi umat Israel, Allah bersemayam di dalam Bait Suci adalah sumber dari dual hal ini.

Di dalam ruang besar terdapat sesuatu yang tampak seperti mezbah yang terbuat dari kayu (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">21-22). Malaikat pengantar Yehezkiel menyebut mezbah itu sebagai "meja yang ada di hadirat Tuhan". Mungkin ini menyerupai meja roti sajian (bdk. Kel. 25:23-30), yaitu persembahan yang bukan berupa kurban bakaran bagi Tuhan.

Menghampiri Allah yang kudus selain memang harus terlebih dulu menguduskan diri, juga harus dengan segala puji dan syukur. Kegunaan meja roti sajian adalah untuk menempatkan persembahan syukur untuk segala berkat Tuhan. Ibadah yang benar selalu berangkat dengan kegentaran akan kekudusan Tuhan, tetapi diteruskan dengan pengucapan syukur dan puji- pujian.

Renungkan: Yesus Kristus menyatakan kepada kita kekudusan Allah. Oleh karena Dia kita sekarang dapat mendekat pada Allah dan menaikkan puji-pujian serta ucapan syukur yang tiada hentinya.

(0.00) (Yeh 45:18) (sh: Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya (Jumat, 30 November 2001))
Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya

Setelah menetapkan peraturan untuk persembahan kurban harian (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">13-17), Yehezkiel kini menyampaikan peraturan tentang hari-hari raya tahunan. Dari enam hari raya tahunan yang ditetapkan Taurat Musa (bdk. Im. 23; Bil. 28; Ul. 16), Yehezkiel hanya menyebutkan dua, yakni Paskah dan Pondok Daun (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">21, 25). Menarik untuk dicatat, bahwa sejarah umat Israel yang pulang dari pembuangan dalam kitab Ezra-Nehemia, khusus mencatat perayaan Paskah dan Pondok Daun saja (Ezr. 3:1-6; 6:19-22; Neh. 8:13-18).

Peraturan Yehezkiel mengenai upacara-upacara kurban jauh lebih singkat dibandingkan peraturan Taurat, namun jelas terlihat penekanannya pada "kurban penghapus dosa" (ayat 17, 19, 22, 23, 25). Mengapa Yehezkiel menekankan kurban ini? Dalam seluruh penglihatan Yehezkiel mengenai Bait Suci yang baru, tema kekudusan sangat menonjol. Seluruh rancangan Bait Suci, pelayan-pelayannya, lokasinya, upacara-upacaranya, menekankan kekudusan Allah yang bertakhta di dalamnya. Allah yang kudus kembali berdiam di tengah-tengah umat-Nya (Yeh 43:6, 7). Dosa membuat seseorang tidak layak berdiri di hadirat Allah yang suci. Dosa juga mencemarkan tempat kudus, sehingga Allah tidak dapat berdiam di sana. Kurban penghapus dosa ditujukan untuk membersihkan dan menyucikan, baik orang yang berbuat dosa maupun tempat kudus, dari pencemaran dosa (bdk. Im. 4).

Sebelum perayaan dilaksanakan, Tuhan memerintahkan Yehezkiel menyucikan tempat kudus (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">18). Darah lembu jantan dibubuhkan pada tiang-tiang Bait Suci, pada keempat sudut jalur keliling mezbah, dan pada tiang-tiang pintu gerbang pelataran dalam (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">19). Darah ini melambangkan tujuan upacara ini, yaitu penghapusan dosa serta pemulihan kembali hubungan rohani dengan Allah (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">20).

Surat Ibrani mengingatkan bahwa "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Kristus menyempurnakan kurban- kurban Perjanjian Lama dengan masuk satu kali untuk selama- lamanya ke dalam tempat yang kudus.

Renungkan: Oleh darah Kristus kita telah disucikan dari dosa. Apakah yang dapat kita persembahkan kepada-Nya? (Rm. 12:1, 2)

(0.00) (Yeh 48:23) (sh: Yahweh shammah, kota yang baru (Rabu, 5 Desember 2001))
Yahweh shammah, kota yang baru

Teruma, dengan Bait Suci di tengah-tengahnya (ayat 8, 10, 21), membagi wilayah umat Israel menjadi dua bagian yang tidak simetris: tujuh suku di utara dan lima suku di selatan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">23-29). Ini menunjukkan bahwa, bagi Israel, berada "di tengah-tengah" bukan dilihat dari segi geografis (pembagian enam-enam), melainkan teologis. Titik pusat kehidupan bangsa adalah Bait Suci. Di mana ada Bait Suci, di situlah Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Seluruh pembagian wilayah dimeteraikan dengan pernyataan "demikianlah firman Tuhan Allah" (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">29), yang menunjukkan bahwa pembagian ini ditetapkan bukan oleh manusia, tetapi oleh Tuhan sendiri.

Sekitar 6-7 km di selatan Bait Suci, terletak kota yang baru (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">15-20; 30-35). Yerusalem, kota rancangan manusia, telah dihancurkan; sebuah kota rancangan Allah kini didirikan. Kota ini sama panjang dan lebarnya (ayat 4500 hasta, kurang lebih 2250 m), dikelilingi tembok dengan 12 pintu gerbang. Lazim pada masa itu kota memiliki satu pintu gerbang (sebelum pembuangan, Yerusalem memiliki enam). Dengan adanya 12 pintu gerbang, yang diberi nama menurut ke-12 suku Israel (termasuk Lewi), tersedia kemudahan dan keleluasaan untuk masuk-keluar kota ini. Kemudahan itu berlaku bagi seluruh warga, termasuk orang asing, yang hendak berbakti ke rumah Allah.

Kota itu menyandang nama baru: Yahweh shammah, "Tuhan hadir di situ". Sungguh kontras dengan kondisi Yerusalem menjelang pembuangan: "Kota itu penuh kekerasan" (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">7:23); "Tanah ini penuh hutang darah dan kota ini penuh ketidakadilan" (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">9:9). Masa Allah meninggalkan Bait Suci yang tercemar dosa (pasal kepada+Gayus&tab=notes" ver="">7-11) telah berakhir. Allah telah kembali! Nama baru itu merefleksikan kehadiran Allah di tengah-tengah umat- Nya di kota "sekular", tempat bekerja dan bertani, tempat interaksi sosial berbagai lapisan masyarakat.

Renungkan: Allah ingin hadir bukan hanya di Bait Suci-Nya, tetapi juga dalam hidup kita sehari-hari. Kehadiran Allah akan mengubah sebuah kota sekular menjadi kota yang mempermuliakan nama- Nya. "Berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer. 29:7).

(0.00) (Hos 8:1) (sh: Lain di mulut lain di hati (Rabu, 10 November 2004))
Lain di mulut lain di hati

Pernah melihat gambar pria dan wanita yang berangkulan, sementara itu seorang wanita lain duduk di samping pria itu? Ternyata dengan tangan yang satu lagi (lewat belakang tentunya), jari pria itu menggenggam jemari wanita lain itu.

Inilah yang dilakukan Israel terhadap Tuhannya. Bagaikan sepasang kekasih, Israel mengeluarkan kata-kata, "Aku mengasihi Engkau." Akan tetapi, pada saat yang sama Israel berselingkuh dengan ilah lain (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">4) dan melakukan berbagai tindak kejahatan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">3). Israel mengabaikan pengajaran dan perintah Tuhan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">1, 12) dengan cara berbuat semau mereka sendiri (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">4-6). Mereka juga menodai hubungan dengan Tuhan secara memalukan dan menjijikkan. Itu sebabnya, Tuhan menolak dan merendahkan ibadah mereka (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">11a, 13). Ibadah lahiriah itu hanya menambah panjang daftar dosa mereka (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">11b) sebab tidak disertai ketaatan (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">12). Maka menurut Tuhan, apa yang mereka lakukan adalah ibarat mereka sedang menabur angin, sehingga mereka akan menuai puting beliung. Artinya, karena Israel sedang menabur dosa maka mereka akan menuai kehancuran dan penghukuman-Nya (ayat kepada+Gayus&tab=notes" ver="">7). Kehancuran Israel akan menjadi kenyataan ketika Raja Asyur menghancurkan mereka tahun 722-723 sM (ayat 2Raj. 17:7-23). Asyur dan Mesir adalah dua negara adi kuasa yang silih berganti menjadi andalan Israel. Namun, yang terjadi, justru Israellah yang dihancurkan oleh Asyur.

Tuhan adalah kekasih Israel yang menuntut kesetiaan mereka, dan akan menghakimi Israel bila Israel "berselingkuh" dengan ilah lain. Demikian juga, hari ini Tuhan meminta kita memelihara komitmen kesetiaan total kepada Tuhan Yesus Kristus. Ia telah lebih dulu mengasihi dan berkorban demi pengampunan kita. Tunjukkan kesetiaan kita ini melalui perbuatan. Buktikan komitmen itu dengan hidup yang bersih, jujur, dan adil.

Tekadku: Aku harus menyatakan kesetiaanku dengan tidak mengantikan kedudukan Tuhan di hati. Aku akan menjauhi andalan-andalan selain Tuhan. Singkirkan bukan saja dosa-dosa kasar dan besar, tetapi juga dosa-dosa terselubung yaitu kerohanian semu, kemunafikan, ketergantungan pada diri sendiri.

(0.00) (Yl 2:1) (sh: Siapakah yang dapat menahannya? (Jumat, 15 Juni 2001))
Siapakah yang dapat menahannya?

Ketika banjir besar melanda, ketika sebuah gunung berapi menyemburkan apinya, ketika terjadi tanah longsor, ketika terjadi peperangan antar bangsa atau suku, ketika wabah penyakit menyerang, ketika tindakan anarki merajalela, dan seterusnya … , siapakah yang dapat menahannya? Adakah manusia yang mampu mengatur dan mengatasinya? Pertanyaan serupa walau berbeda makna diajukan Yoel di akhir perikop yang kita baca hari ini.

Siapakah yang dapat menahan datangnya hari TUHAN yang hebat dan sangat dahsyat? Semua orang gemetar ketakutan menyaksikan pasukan perang Allah yang banyak dan kuat, yang muncul bagai fajar di tengah kegelapan dan kepekatan malam (1-2). Sebelum dan sesudahnya tidak pernah ada pasukan yang sedemikian hebat dan dahsyat. Pasukan ini sangat gesit menyapu membinasakan musuhnya (4-6), berlari dan berjalan beriring tiada putus menurut aturan barisan dan kesatuan tujuan (7-8), menyerbu kota dan memanjat tembok tanpa diketahui musuh saat kedatangannya (9), membuat bumi dan langit gemetar dan seluruh benda penerang tak sanggup menatapnya (10). Mengapa pasukan ini sedemikian hebat? Karena TUHAN pemimpin di depan mereka dan mereka adalah pasukan pelaku firman-Nya.

Penggambaran kedatangan hari TUHAN yang sedemikian dahsyat mengingatkan umat-Nya bahwa tidak seorang pun dapat menunda atau membatalkan waktu dan rencana-Nya. Ada saat pintu anugerah terbuka, ada pula saat penghakiman tiba. Dialah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Kasih, yang mengatur semuanya. Itulah sebabnya perikop ini terletak di antara pernyataan tentang hukuman Tuhan atas Yehuda dan seruan pertobatan. Baik hukuman maupun pernyataan tentang hari TUHAN, semata karena kasih dan anugerah- Nya kepada umat pilihan-Nya yang dikasihi dan dibentuk- Nya.

Renungkan: Kepastian hari TUHAN akan datang dan sudah dekat merupakan tanda peringatan keras dan serius sampai kedatangan-Nya tiba. Namun seringkali peringatan ini terdengar bagai berita usang tak bermakna kepastian, sehingga kita terlebih menikmati masa-masa penghukuman- Nya atas dosa-dosa kita. Masih bergemakah hati yang penuh tekad menjaga terang firman-Nya terpancar dalam hidupnya dan rela meninggalkan kebiasaan dosa? Jangan terlambat!!!



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA