Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 6521 - 6540 dari 6560 ayat untuk Terhadap semuanya itu AND book:[1 TO 39] (0.011 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.04) (2Taw 6:3) (sh: Janji yang istimewa (Senin, 13 Mei 2002))
Janji yang istimewa

Allah telah hadir di dalam bait-Nya yang kudus di dalam awan kemuliaan. Dalam bagian ini, Salomo berbicara kepada seluruh jemaah Israel yang berkumpul di kompleks bait Allah. Kemudian setelah memberkati mereka, ia berbicara (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4-11). Isi perkataan Salomo dapat dibagi ke dalam 3 bagian.

Pertama, pujian karena tergenapinya janji Allah bagi Daud (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4-6). Fokus dari bagian pujian ini adalah bahwa Allah menggenapi yang Ia janjikan kepada Daud. Penulis Tawarikh sekali lagi mengaitkan Daud dan Salomo secara erat. Salomo tidak bertindak atas inisiatif sendiri, tetapi mewujudkan janji Allah kepada Daud. Salomo juga digambarkan sebagai raja yang sangat mengerti karya Allah di dalam pembangunan bait Allah. Meskipun ia yang berupaya keras untuk menyelesaikan bait Allah, ia mengakui bahwa Allah terlibat secara penuh melalui janji dan tindakan tangan-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4). Bait Allah itu dimaksudkan menjadi tempat kediaman nama Allah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5-6). Nama menunjukkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya.

Kedua, penjelasan tentang peranan Salomo (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-9). Salomo berhenti sejenak dari pujiannya dan menjelaskan mengapa bukan Daud sendiri yang membangun bait Allah. Komunitas pascapembuangan mungkin mengira bahwa bait Allah adalah proyek Daud yang gagal dilakukan. Salomo menjelaskan bahwa Allah memandang maksud Daud baik untuk mendirikan bait Allah. Namun demikian, Daud adalah raja yang berperang, sedangkan bait Allah akan dibangun ketika Israel telah mendapatkan tanahnya dengan damai. Tiga tema dalam bagian pertama muncul lagi: kaitan erat antara Daud dan Salomo, keterlibatan Allah dalam menentukan siapa yang membangun bait-Nya, dan tentang nama-Nya.

Ketiga, pujian karena janji Allah kepada Daud dipelihara (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10-11). Salomo kembali pada pujiannya. Di sini muncul lagi 3 tema di atas. Salomo menyebut Daud sebagai bapanya, dan ia penerus takhta ayahnya. Juga, persetujuan Allah atas pekerjaan Salomo menunjukkan campur tangan Ilahi. Terakhir, nama Allah kembali dimunculkan.

Renungkan: Janji Allah teguh selamanya. Ia campur tangan dalam kehidupan kita dan hadir dalam kasih-Nya di tengah umat-Nya.

(0.04) (Neh 9:1) (sh: Firman Tuhan dan kebangunan rohani sebuah bangsa (Jumat, 24 November 2000))
Firman Tuhan dan kebangunan rohani sebuah bangsa

Bangsa Israel terus berkumpul. Mereka menghabiskan sebagian hari mereka untuk membaca firman Tuhan dan sebagian lagi untuk mengakui dosa dan memuji Allah (5). Tanda-tanda kebangunan rohani sejati dengan jelas ditemukan dalam hidup mereka. Di dalam hati mereka benar-benar terjadi kebangunan rohani bukan hanya gelora emosi saja. Apa yang membawa mereka kepada kebangunan rohani yang sejati? Pembacaan kitab Taurat yang dilakukan setiap hari memberikan perspektif tentang kehidupan mereka yang sesungguhnya yaitu sejarah telah membuktikan bahwa sejak kehidupan nenek moyang mereka hingga saat itu, anugerah Allah senantiasa tercurah kepada mereka (6-15). Allah dengan kesetiaan-Nya senantiasa menuntun, membimbing, melindungi, dan memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Perspektif yang diberikan oleh firman Tuhan inilah yang menuntun kepada pertobatan sejati.

Tanda kebangunan rohani sejati yang disebabkan kuasa firman Tuhan meliputi: pertama, mereka merendahkan diri di hadapan Allah. Hal ini diekspresikan dalam bentuk berpuasa, mengenakan kain kabung dan debu di kepalanya. Merendahkan diri di hadapan Allah timbul dari kesadaran akan ketidaklayakan mereka di hadapan-Nya untuk menerima anugerah dan kasih setia Allah yang luar biasa. Kedua, mereka memisahkan diri dari semua orang asing. Ini merupakan lambang bahwa mereka tidak mau mengikuti cara hidup bangsa asing yang tidak mengenal Allah. Ketiga, adanya pengakuan dosa. Mereka mengaku bersalah dan mau berbalik kepada-Nya. Inilah sikap yang harus tampak dari orang yang mengalami kebangunan rohani sejati. Keempat, mereka mempunyai kehausan dan kerinduan yang dalam untuk membaca firman Tuhan. Seseorang yang mengalami pembaharuan sejati pasti selalu rindu untuk terus mengetahui kehendak Allah dan mengenal Dia lebih dalam dan lebih intim. Ini terjadi melalui pembacaan firman Tuhan.

Renungkan: Kebangunan rohani yang semacam inilah yang harus terus menerus terjadi dalam gereja pada zaman modern ini, bukan kebangunan rohani yang hanya menyentuh perasaan dan emosi seseorang. Kebangunan rohani yang sejati akan menempelak keseluruhan keberadaan seseorang dan selanjutnya membalikkan seluruh kehidupannya kepada arah yang benar.

(0.04) (Neh 12:27) (sh: Sumber kesukacitaan (Rabu, 29 November 2000))
Sumber kesukacitaan

Nas Alkitab kita hari ini mengisahkan suatu fakta bahwa pentahbisan tembok Yerusalem merupakan kesempatan untuk perayaan yang penuh dengan sukacita. Ketika 2 paduan suara yang besar berarak dari arah yang berlawanan untuk bertemu di depan bait Allah (31-39), seluruh rakyat Israel bersuka cita karena Allah memberi mereka kesukaan yang besar (43).

Ada 2 sumber kesukacitaan bagi bangsa Israel pada waktu itu. Pertama, sesuatu yang tampak mata dan eksternal. Umat Allah telah berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Hasil yang tampak mata ini tidak hanya memuliakan Allah pemilik kota Yerusalem, namun juga mengangkat harkat dan martabat Israel sebagai sebuah bangsa. Mereka tidak lagi disepelekan dan dihina oleh bangsa-bangsa tetangga mereka yang menyadari bahwa keberhasilan Israel adalah karena bantuan Allah (lihat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6:16). Kita sekarang juga hidup di dunia yang mengagungkan materi sebagai simbol keberhasilan. Keberhasilan materi yang kita dapatkan hendaknya tidak hanya membuat mata orang lain terbuka akan keterlibatan Allah dalam dunia ini namun juga harus memberikan kesaksian tentang iman kita kepada orang lain. Kita memang berhak bersukacita atas keberhasilan materi. Namun yang lebih penting adalah hendaknya kita tetap mengakui Allah sebagai sumber keberhasilan dan mempersembahkan setiap keberhasilan kita kepada-Nya. Kedua, sumber terdalam dan terbesar bagi kesukacitaan orang Israel mengalir dari dalam diri mereka dan bersifat rohani. Israel sudah mengakui dosa-dosa mereka dan sudah berkomitmen ulang untuk melayani Allah. Ada kekayaan rohani yang mereka nikmati. Ini merupakan bukti bahwa mereka memiliki hubungan yang benar dan dekat dengan Allah.

Renungkan: Sama seperti bangsa Israel, sumber sukacita yang terbesar bagi Kristen di sepanjang segala zaman haruslah bersifat rohani. Persekutuan yang dekat dan benar dengan Allah hendaklah menjadi sumber kesukacitaan kita. Apabila hubungan kita dengan Allah terjalin dengan indahnya, berkat materi yang sering dianggap sebagai bukti penyertaan-Nya menjadi kurang penting bagi kita. Hubungan kita dengan Allah tetap terjalin dengan indah dan kita tetap dapat bersukacita meski segala sesuatu yang ada di lingkungan tampak hancur berantakan dan tidak mendukung kita.

(0.04) (Est 1:1) (sh: Tuhan di tengah dunia sekular (Kamis, 21 Juni 2001))
Tuhan di tengah dunia sekular

Pasal pertama Kitab Ester merupakan jendela bagi kita untuk memahami latar belakang sebuah kisah umat Tuhan di tengah dunia sekular pada masa pemerintahan Ahasyweros (485-465 s.M.). Pada saat itu orang-orang Yahudi terbuang, tertawan, dan hidup di bawah hukum dan kekuasaan Media-Persia. Di dalam pembuangan, kehidupan mereka tidak lagi diatur berdasarkan Hukum Taurat Musa yang diterima dari Allah, tetapi dengan segala konsekuensinya mereka harus tunduk kepada hukum Media- Persia yang dibuat dengan sekehendak hati raja, bersifat mutlak, tidak dapat diganggu-gugat ataupun digagalkan.

Dengan latar belakang tersebut, maka ada beberapa pertanyaan yang perlu kita pikirkan seperti: dimanakah dan apakah yang dilakukan Tuhan di tengah dunia sekular seperti ini? Apa yang dilakukan Tuhan di balik kekuasaan, kekayaan, wilayah, dan keagungan Ahasyweros yang sedemikian besar (1-8)? Bagaimana Tuhan memelihara umat- Nya di tengah keputusan yang sewenang-wenang dan tidak dapat diganggu-gugat ataupun dibatalkan (9-19).

Keseluruhan Kitab Ester memberikan penjelasan kepada kita bahwa di balik kekuasaan Ahasyweros, Tuhan yang tidak nampak, tinggal bersama-sama umat-Nya. Dia tidak berdiam diri, namun Dia mengendalikan situasi. Walaupun Ahasyweros tidak memiliki integritas yang bercirikan hikmat dan prinsip hidup yang mulia (8, 10-12), Tuhan tetap melaksanakan maksud dan rencana-Nya dengan sempurna. Ia mempersiapkan pengangkatan Ester di balik mahkota, kecantikan, pamor, pesta pora, peninggian diri, pemecatan, dan pengucilan Wasti (9-12, 19-22). Tuhan Raja di atas segala raja mengatasi kekuasaan dan kebesaran Ahasyweros, Ia mempersiapkan rencana-Nya dengan sempurna melalui Ahasyweros yang memiliki banyak kelemahan.

Keyakinan bahwa Tuhan yang mengatasi kekuasaan pemerintahan ini memberikan penghiburan bagi kita kaum minoritas di Indonesia, yang walaupun tertindas namun dibela oleh Allah.

Renungkan: Di tengah dunia yang semakin sekular, jauh dari Allah dan membuat hukum-hukumnya sendiri, seberapa jauhkah Anda menyadari kehadiran dan karya Tuhan dalam hari- hari yang Anda lewati? Temukan Tuhan dalam kehidupan Anda dan berjalanlah bersama-Nya!

(0.04) (Est 9:20) (sh: Tuhan di balik apa yang terlihat (Sabtu, 30 Juni 2001))
Tuhan di balik apa yang terlihat

Seberapa jauhkah kita menyadari kehadiran Tuhan di dalam hidup kita? Di tengah dunia yang semakin sekular seperti sekarang ini, seringkali kita tanpa sadar telah menggeser Tuhan serta melupakan karya-Nya bagi kita. Untuk mencari jawab dan memperdalam akar rohani kita marilah kita belajar dari kisah Ester -- suatu catatan tentang karya dan kepedulian Tuhan yang melampaui batas pengamatan manusia.

Nama Tuhan sama sekali tidak tercantum dalam kitab ini, namun demikian umat-Nya dapat melihat dan mengalami karya-Nya (26). Ia memegang kendali atas kekuasaan Ahasyweros yang menanggungkan beban berat bagi rakyat dengan menempatkan Mordekhai yang disukai, mengikhtiarkan yang baik, dan berbicara untuk keselamatan bangsanya (Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1:1-3). Ia mengubah kesedihan umat-Nya menjadi sukacita, dan secara rahasia memelihara serta memakai mereka sebagai alat pelaksana keadilan-Nya (Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9:22,24-25). Hal ini menegaskan bahwa Tuhan yang ada di balik yang terlihat adalah Raja di atas segala raja yang mengatasi kekuasaan dan kebesaran Ahasyweros, Ia menggenapi rencana penyelamatan umat Allah dan melaksanakan penghukuman bagi bangsa Amalek. Umat-Nya menemukan persekutuan melalui karya-Nya. Pengalaman pembebasan orang Yahudi oleh "Tuhan yang ada di balik hal-hal yang dapat dilihat", ini merupakan bagian penting dalam sejarah orang Yahudi. Hal ini haruslah diingat serta diteruskan dari generasi ke generasi (Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9:27, 31) oleh semua orang Yahudi di mana pun mereka berada (Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9:21, 27, 28) sebagai sumber pengharapan dan juga unsur pemersatu orang Yahudi dari seluruh generasi dan daerah. Karena nilai penting pengalaman ini, maka pelaksanaannya diatur dan ditetapkan (9:22, 26-31) sehingga tidak kehilangan maknanya.

Jikalau kita sebagai umat Tuhan di Indonesia mengalami beban yang berat pada saat ini, itu merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk memiliki pengalaman penyertaan Tuhan yang nyata dan mahal, yang dapat kita wariskan kepada generasi sesudah kita.

Renungkan: Dia yang ada di balik realita kehidupan kita mempedulikan dan memiliki rencana bagi kita. Ingatlah apa yang sudah Tuhan perbuat dalam hidup Anda dan temukan persekutuan dengan Dia di sana! Ingatlah dan rayakanlah!

Pesan Redaksi

Dalam pandangannya tentang kebajikan dan etika, Aristoteles mengemukakan bahwa: kebajikan-kebajikan utama yang membentuk suatu masyarakat yang beradab adalah keberanian, tahan diri, hikmat, dan keadilan. Berbeda dari Plato yang menekankan perenungan rasio,

Aristoteles melihat keberadaan kebajikan-kebajikan tersebut pada seseorang adalah akibat dari tindakan mempraktikkannya secara nyata.

Apabila gerak pada Plato adalah manusia melalui rasionya bergerak balik kepada Forma yang menjadi sumber jiwa manusia beroleh harkatnya, pada Aristoteles Sebab Pertama mewujud di dalam tindakan-tindakan nyata yang kita lakukan. Tingkah laku rasional adalah ungkapan dari gerak Sang Sebab Pertama di dalam keberadaan nyata dunia ini, yang kemudian mengkristal di dalam bentuk aksi- aksi tindak nyata kita sehari-hari.

Bila kedua pendapat ini kita sederhanakan, akan tampil secara indah di dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang 2 bersaudara dalam sikapnya terhadap perintah ayah mereka. Memang perumpamaan ini tidak sepenuhnya memasalahkan kontradiksi yang mungkin terjadi antara penekanan pada aspek perenungan dan pengertian di satu pihak dan aspek menekankan praktek nyata di pihak lain. Namun jelas bahwa kedua hal tersebut bisa jadi bertentangan dan tidak serasi dalam hidup kita. Tuhan menginginkan kita tidak hanya merenungkan dan memahami firman-Nya, tetapi konsekuen melakukannya secara konkrit dalam kehidupan kita sehari-hari.

Paul Hidayat, Direktur

Pengantar Kitab Kolose ======================

Kitab Kolose yang berbentuk surat berisi nilai-nilai kebenaran yang luar biasa bagi kehidupan Kristen masa kini sebab ketika Paulus memperingatkan jemaat Kolose yang mulai terpengaruh oleh ajaran sesat, ia memaparkan secara mendalam dan jelas Pribadi Yesus Kristus dan peran pusat-Nya dalam rencana Allah dan juga dalam kehidupan Kristen sehari-hari. Inilah yang membuat kitab Kolose merupakan salah satu surat dalam Perjanjian Baru yang sangat penting.

Penulis, waktu, dan tujuan penulisan ------------------------------------

Paulus menulis surat Kolose (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1:1; 4:18), ketika ia berada dalam penjara di Roma antara tahun 59-61. Ia bukanlah pendiri jemaat Kolose bahkan ia tidak pernah mengunjungi kota Kolose (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2:1). Pendiri jemaat Kolose adalah Epafras yang adalah seorang penduduk Kolose.

Tujuan Paulus menulis surat ini adalah untuk memerangi pengajaran sesat yang merasuki kehidupan jemaat di sana. Walaupun tidak diketahui secara pasti bentuk ajaran sesat itu, namun ajaran ini mengandung unsur-unsur agama asing dan Yudaisme yang diselubungi dengan unsur- unsur kekristenan. Ajaran sesat ini menolak keutamaan Kristus dan menganjurkan gaya hidup yang bertentangan dengan iman kristen.

Berdasarkan hal-hal yang dinyatakan oleh Paulus, banyak ahli berpendapat bahwa ajaran sesat yang melanda jemaat di Kolose adalah bentuk awal dari Gnosticism.

Ringkasan ajaran sesat yang ada di Kolose dan respons Paulus: ------------------------------------------------------------- o Dunia materi adalah jahat; Allah adalah roh. Allah tidak mempunyai hubungan dengan materi —> Kolose 1:16 o Karena Yesus menciptakan dunia, Dia bukanlah Allah —> Kolose 1:19 o Apa yang terjadi dalam dunia materi tidak akan membuat perbedaan secara rohani —> Kolose 1:21-22 o Manusia tidak perlu diperdamaikan dengan Allah. Tubuh kita adalah jahat karena terdiri dari materi. Pikiran kita bukanlah materi karena itu baik —> Kolose 2:13 o Kehidupan rohani yang benar adalah persoalan kehidupan batin seseorang. Manusia mendatangi Allah dengan pikiran dan batin dan apa yang manusia lakukan tidak berhubungan dengan-Nya —> Kolose 2:12,17

(0.04) (Ayb 1:6) (sh: Yang di bawah sini, disorot oleh yang di atas sana (Rabu, 24 November 2004))
Yang di bawah sini, disorot oleh yang di atas sana

Setuju atau tidak, tayangan acara-acara teve akhir-akhir ini menyadarkan kita bahwa realitas dunia ini rupanya tidak hanya terdiri dari unsur-unsur material dan faktor-faktor logis-rasional. Ada kekuatan atau makhluk lain yang perlu diperhitungkan di dalam menjalani realitas dunia ini. Realitas di balik realitas itu bisa yang merubah keberuntungan kita menjadi kemalangan, atau sebaliknya.

Dalam firman Tuhan ini, kita diperhadapkan dengan gambaran dunia multi-dimensi. Di bawah sini, kita seperti Ayub bekerja, mengambil berbagai keputusan, menikmati tawa-canda-airmata bersama keluarga, dlsb. Di atas sana, ada banyak mata tengah memperhatikan kita. Mata Allah dari wajah-Nya yang tersenyum bangga melihat sepak terjang manusia berintegritas seperti Ayub, atau pedih menyaksikan mereka yang menjalani hidup yang retak. Mata Iblis dari wajahnya yang bengis licik menyeringai buas ingin meluluh Ayub atau mencengkeram abadi mereka yang sudah membiarkan diri menjadi kurbannya. Di atas sana ada diskusi. Allah mengulang kembali, berarti setuju dengan komentar penutur tentang integritas Ayub (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-8). Iblis tidak setuju. Dalihnya, Ayub bukan takut akan Allah, tetapi pura-pura saja selama Allah melimpahinya dengan berkat (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9-11).

Semua kejadian dalam hidup di dunia ini mengandung unsur interaksi antara pilihan dan tindakan manusia dan campur tangan unsur rohani tertentu. Kita harus menolak pandangan rasionalistis bahwa hidup ini hanya terdiri dari unsur-unsur yang tampak seperti uang, barang, tubuh, dlsb. Kita juga harus menolak sikap yang menisbikan segala sesuatu tergantung situasi dan kondisi. Yang nisbi memang ada yaitu yang sementara dalam dunia ini dan kegiatan kejahatan. Yang mutlak hanya satu yaitu Allah, kemuliaan, kehendak, kesetiaan, dan kebenaran-Nya. Tugas dan tanggungjawab kita adalah mengisi hidup ini dengan sikap, motif, dan tindakan yang berkenan kepada Allah. Hanya dengan demikian kita dapat menjalani hidup bernilai kekal.

Ingat: Jangan serasikan hidup Anda dengan nilai-nilai dunia yang jahat. Serasikan dengan Allah!

(0.04) (Ayb 12:1) (sh: Tunduk pada hikmat Allah! (Selasa, 7 Desember 2004))
Tunduk pada hikmat Allah!

Orang sombong merasa diri lebih pandai dan berhikmat daripada orang lain. Mereka merasa tahu segala sesuatu, orang lain tidak tahu apa-apa. Mereka bisa begitu karena hanya membanding-banding dengan orang lain. Seharusnya mereka membandingkan dengan hikmat Tuhan!

Ayub merasa sikap sok tahu teman-temannya itu membutakan mata mereka dari kebenaran sejati (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2). Apa yang mereka tahu, Ayub juga tahu. Namun, Ayub, yang doa seruan-Nya didengar Allah sadar akan keterbatasan diri untuk mengerti misteri kehidupan. Hikmat sejati membimbing pada pemahaman yang benar. Hikmat sejati tidak menjadikan orang sombong apalagi menghakimi bahwa orang yang menderita pasti berdosa sehingga patut mendapat hinaan. Sebaliknya mereka yang sombong telah berlaku fasik dengan menyangka bahwa sikap yang sedemikian tidak akan dimurkai Allah. Kesombongan mereka menjadi-jadi seakan mereka sejajar dengan Allah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2-6).

Ayub mengajak mereka belajar dari dunia ciptaan lainnya. Semua makhluk yang sederhana mengetahui Allah sebagai pencipta mereka (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-11). Apalagi seharusnya manusia. Bahkan orang tua yang berpengalaman sekali pun tidak boleh merasa diri paling berhikmat (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12). Karena sumber hikmat dan kuasa ada pada Allah. Dengan hikmat dan kuasa-Nya Ia menetapkan segala sesuatu. Alam ada dalam kendali-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14-15). Hikmat dan kekuasaan para pemimpin tidak berdaya di hadapan-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17-25). Bila Allah sudah menetapkan sesuatu, maka manusia hanya bisa tunduk menerima. Orang paling pintar pun bisa hilang akal bila mau melawan kedaulatan dan hikmat-Nya.

Memang mudah untuk merasa diri paling tahu dari antara orang lain. Akan tetapi, orang Kristen insyaf bahwa pengetahuan Allah tidak terbatas. Maka berhentilah sok tahu tentang sebab musabab masalah orang lain seakan-akan Anda mahatahu. Jadilah orang yang rendah hati. Mintalah hikmat Allah supaya kata-kata Anda menjadi saluran kasih Allah bagi orang yang menderita.

Renungkan: Dalam kerendahan hati orang yang tidak tahu apa-apa bisa menghibur sesama yang menderita oleh hikmat ilahi.

(0.04) (Ayb 33:1) (sh: Bijaksana di mata sendiri (Senin, 12 Agustus 2002))
Bijaksana di mata sendiri

Elihu bukan hanya penuh dengan kata-kata (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">32:18-19), tetapi juga memiliki rasa percaya diri yang luar biasa besarnya. Di tengah ucapannya yang mengakui keterciptaannya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4-6), Elihu bermain menjadi Allah. Walau benar bahwa Ayub mengeluh kepada Tuhan, namun kutipan Elihu dalam ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9 merupakan penyelewengan fakta. Ayub tidak pernah menyatakan dia bersih secara moral, tanpa dosa dan pelanggaran, meski ia pernah berkata bahwa doanya bersih (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16:17). Elihu telah menuduh sama seperti Zofar menuduh (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">11:4). Penyelidikan Elihu telah dimulai dengan kesimpulan yang salah!

Sebelumnya, Elihu menjawab dulu tuduhan Ayub tentang sikap diam Allah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12-13, bdk. Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">30:20). Menurut Elihu, Allah menjawab dengan cara misterius (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14-15), dan Ayub gagal menangkap suara Allah. Kemudian, dalam ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16-30, Elihu berusaha keras menghibur Ayub dengan meyakinkan bahwa Allah selalu bermaksud baik kepada manusia dengan berbagai cara. Pertama, Ia menggunakan mimpi untuk memperingatkan manusia agar terhindar dari kematian dini akibat dosanya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16-18). Kedua, bila manusia tersebut tidak mengerti mimpi dari Allah, maka Ia akan menghukum dengan penyakit dan penderitaan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">19-22). Namun, Allah tidak membiarkan mereka binasa (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">23-25). Malaikat penengah akan menyelamatkannya, sebagaimana dirindukan Ayub (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">19:25). Hanya, orang itu harus hidup benar agar diperhitungkan oleh malaikat tersebut (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">23). Pemulihan orang berdosa akan diikuti oleh pengakuan dosa secara publik dan pujian kepada Allah yang kembali berkenan menerima dia (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">26-28) dengan menyatakan wajah-Nya. Ia akan melihat terang kehidupan. Ini memang benar, namun sesungguhnya Elihu tidak memahami situasi yang dialami Ayub.

Sebagai penutup, perkataan Elihu janggal (ayat 31-33). Ia ingin membuktikan kebenaran Ayub (ayat 32b) walau tadinya ia sudah menyatakan kesalahan Ayub. Ia juga merasa mampu mengajarkan kebenaran Allah. Inilah kesombongan seorang anak muda.

Renungkan: Batas antara rendah hati dan kesombongan amat tipis terutama pada orang yang merasa mengetahui kebenaran (Ams. 26:5).

(0.04) (Mzm 10:1) (sh: Milikilah 2 jenis mata (Senin, 8 Januari 2001))
Milikilah 2 jenis mata

Pertanyaan yang diungkapkan oleh pemazmur dalam ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1 merupakan pertanyaan yang wajar diutarakan oleh orang yang gemas dan cemas ketika menyaksikan merajalelanya orang-orang fasik. Dikatakan wajar karena paling tidak itulah fakta yang dirasakan dan dilihat oleh pemazmur.

Betapa tidak gemas dan cemas bila banyak orang ditindas dan diperdaya tanpa ada yang membela; orang fasik menista Allah tanpa ada hukuman; mereka mengingkari Allah sebagai hakim tanpa ada tindakan dari Allah; segala yang mereka perbuat berhasil; nyawa sesamanya tidak ada artinya; dan sekali lagi Allah tetap diam karena mereka tetap dapat hidup dengan sejahtera dan tanpa mengalami penghukuman apa pun (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2-11). Memang bila dilihat dengan mata jasmani mereka yang melakukan segala kejahatan nampaknya tetap dapat menikmati hidup dengan enak tanpa ancaman hukuman. Namun apakah faktanya demikian? Apakah mereka yang melakukan kejahatan benar-benar terbebas dari penghukuman Allah.Tidak! Pemazmur melihat fakta yang terjadi tidak hanya dengan mata jasmani, tetapi juga dengan mata iman. Ia melihat bahwa Allah melihat kesusahan dan sakit hati, sehingga Ia mengambilnya ke dalam tangan-Nya sendiri, artinya Ia akan mengambil alih kesusahan dan sakit yang dialami oleh umat-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14). Ia juga melihat bahwa Tuhanlah Raja. Ialah yang berkuasa untuk selama-lamanya dan bukan orang fasik, sebab mereka nantinya akan lenyap dari hadapan-Nya (ayat 16). Pemazmur juga mampu melihat bahwa Allah mendengarkan orang yang tertindas dan menguatkan hati mereka (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17) serta memberi keadilan kepada mereka yang membutuhkan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18).

Bagaimana mungkin pemazmur dapat mempunyai 2 jenis mata? Ia adalah orang yang dekat dengan Allah. Hal ini dibuktikan dengan pertama, keterbukaan dan keberanian dia untuk mengungkapkan kebingungannya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1). Kedua kegemasan dia bukan hanya berorientasi kepada kepentingan manusia, namun juga kemuliaan dan kehormatan Allah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3-4, 11) atau dengan kata lain ia mempunyai semangat untuk membela Allah.

Renungkan: Kristen harus terus mengembangkan persekutuan pribadinya dengan Allah agar dapat memiliki 2 jenis mata. Kondisi bangsa kita mirip dengan yang dikeluhkan pemazmur. Karena itu dengan memiliki 2 jenis mata kita dapat terus bertahan dalam iman.

(0.04) (Mzm 17:1) (sh: Kristen dan penderitaan (1) (Jumat, 9 Maret 2001))
Kristen dan penderitaan (1)

Seorang filsuf besar, Albert Camus, mengatakan bahwa kehidupan manusia tidak bermakna. Seluruh keberadaan manusia adalah absurd. Hal ini kentara sekali dari penderitaan orang yang tak berdosa. Karena itu ia tidak mengakui adanya Tuhan. Ia menganjurkan manusia memberontak dan memerangi ketidakadilan, penderitaan, dan maut. Ia tidak mau pasrah serta sabar dalam menantikan pengadilan Tuhan. Paham filsafat ini telah merasuki kehidupan manusia masa kini. Banyak orang menjadi pemberontak Allah ketika mengalami penindasan dan ketidakadilan. Apakah Kristen juga akan seperti manusia yang lain sebab menjadi Kristen di negara kita saat ini dapat disamakan dengan menjemput kesulitan dan masalah? Kita dapat terbebas dari pengaruh filsafat Camus dan tetap setia sebagai Kristen jika mau belajar dari resep Daud melalui mazmur ratapan kita hari ini.

Daud menyadari sepenuhnya bahwa kebenaran dan kesucian hidupnya (3-5), tidak menjamin bahwa ia akan terluput dari ketidakadilan dan penindasan (9-12) sebab ia memahami bahwa ia hidup dalam dunia yang seluruh sistemnya sudah jatuh ke dalam kuasa dosa. Pemahamannya ini mencegah dia untuk menjadi pemberontak. Sebaliknya ia secara penuh menyerahkan perkaranya kepada Pihak yang berkuasa dan berdaulat atas dunia yang berdosa ini yaitu Allah (2,6). Ia mempunyai keyakinan bahwa Allah adalah hakim yang adil dan yang menyertai orang-orang benar yang berserah kepada-Nya dalam menghadapi penindasan (7). Daud juga tidak iri akan keberhasilan secara materi para penindasnya. Bahkan ia memohon agar para musuh dan keturunannya dapat tetap menikmati kekayaan dunia (14) sebab bagiannya bukan menikmati kekayaan dunia melainkan kehadiran Allah yang akan memuaskan hidupnya (15). Jadi permohonannya kepada Allah agar Ia menindak para musuhnya (13) bukan dipengaruhi oleh nafsu balas dendam namun memberikan tempat kepada Allah untuk menjadi hakim atas perkaranya.

Renungkan: Pemahaman akan kehidupan di dunia ini serta peran Allah di dalamnya, dan hati yang selalu rindu untuk dikenyangkan oleh hadirat Allah bukan kekayaan materi, melainkan kunci bagi kita untuk tetap teguh berdiri menghadapi penindasan dan ketidakadilan. Bagaimana kita dapat memiliki kedua hal di atas sebab cepat atau lambat kita akan mengalami penindasan dan ketidakadilan di bumi ini?

(0.04) (Mzm 29:1) (sh: Panggilan untuk seluruh umat manusia (Jumat, 23 Maret 2001))
Panggilan untuk seluruh umat manusia

Sebuah film yang berjudul 'The Perfect Storm' menegaskan bahwa tidak ada fenomena alam yang sedahsyat topan badai. Bahkan hampir semua penyair besar dunia menggambarkannya dengan kekuatan kata-kata puitis mereka. Daud pun terinspirasi untuk menulis sebuah puisi tentang topan badai setelah ia sendiri melihat dan mengalami kedahsyatannya (3-9).

Ada perbedaan besar antara Daud dengan para penyair dunia. Suara gemuruh topan badai bagi Daud bagaikan suara TUHAN, tanda dari kehadiran Allah dan aktivitas dari Allah yang hidup, sebab kata 'suara Tuhan' diikuti dengan kata kerja yang konkrit, demikian pula penggambaran tentang Tuhan. Daud mampu melihat dan mau mengakui bahwa di balik kedahsyatan alam ada Allah yang berkuasa atas seluruh alam semesta. Kata 'air bah' dalam ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10 di dalam bahasa Ibraninya, selain dalam Mazmur ini, hanya dipakai dalam peristiwa air bah zaman Nuh. Ini menegaskan bahwa Allah berkuasa atas alam semesta karena Ia dapat menggunakan kekuatan alam mendatangkan penghakiman-Nya. Karena itulah tujuan Daud menulis mazmur ini bukan untuk mengajak pembacanya mengagumi puisinya ataupun topan badai itu, namun untuk melihat kebesaran dan kemuliaan Allah, serta memuliakan dan mengagungkan-Nya (1-2). Tindakan Daud adalah tindakan yang sangat mulia sebab memimpin manusia memenuhi panggilannya yaitu diciptakan untuk mengenal dan memuji Allah Sang Pencipta. Ajakannya juga menyatakan bahwa kebesaran dan keagungannya tidak membutakan matanya untuk melihat dan mengakui kebesaran dan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta termasuk di dalamnya adalah dirinya dan seluruh rakyatnya yang menjadi umat Allah sehingga ia tetap bergantung kepada pemeliharaan-Nya (11). Ini berarti Daud tetap menaati tatanan kehidupan di dunia yang dikehendaki oleh Allah yaitu manusia menyembah dan mengagungkan Allah, bukan dirinya sendiri, harta, teknologi, maupun ideologis sehingga Allah ditepikan.

Renungkan: Dalam masyarakat kita saat ini, hal-hal apa yang dapat membuat manusia tidak menaati tatanan kehidupan yang dikehendaki Allah? Jika Daud menggubah sebuah puisi, apa yang akan Anda lakukan untuk mendorong dan membimbing orang lain agar mereka mau mengenal dan memuliakan Allah?

(0.04) (Mzm 37:26) (sh: Jaminan teguh di dalam Tuhan (Selasa, 7 Agustus 2001))
Jaminan teguh di dalam Tuhan

Manusia membutuhkan rasa aman, baik untuk masa sekarang maupun masa depannya, baik di dunia ini maupun di balik kematiannya. Berbagai upaya dilakukannya untuk mendapatkan rasa aman ini, tidak terkecuali untuk motivasinya beragama. Tetapi apakah yang dapat menjadi jaminan yang pasti dan tidak berubah bagi kita untuk mendapatkannya? Terlebih lagi bagi kita yang berupaya untuk hidup dengan benar, tulus, dan jujur, di tengah dunia yang fasik ini, dimana justru orang-orang fasiklah yang nampaknya dapat bertumbuh dengan subur? Daud dalam Mazmur ini mengungkapkan rahasia masa depan orang benar, yang hidup dengan jujur, tulus, dan menyukai damai.

Rahasia jaminan yang teguh ini hanya ditemukan dalam relasi orang benar dengan Tuhan. Relasi ini dapat terpelihara melalui menjauhi kejahatan dan melakukan yang baik (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">27), serta menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">34). Alasan dari langkah- langkah tersebut adalah karena Tuhan itu mencintai keadilan hukum dan tidak meninggalkan orang yang dikasihi-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">28). Dialah yang menjadi tempat perlindungan orang benar pada waktu kesesakan. Ia tidak akan menyerahkan dan membiarkan orang benar yang mengucapkan hikmat, mengatakan keadilan hukum dan memiliki Taurat di dalam hatinya, ke dalam tangan orang fasik, ataupun membiarkannya goyah dan dipersalahkan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">30-33). Dialah yang menyelamatkan, menolong, dan meluputkan orang benar dari tangan orang fasik (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">39, 40). Jaminan ini berlaku senantiasa dan selama-lamanya, melintasi hidup dan menembus kematian (ayat 27, 28, 37). Jaminan seperti ini bukanlah milik orang fasik, yang tidak menemukan persekutuan dengan Tuhan. Walaupun mereka nampak bertumbuh mekar seperti pohon aras yang gagah dan sombong, namun akan dibinasakan dan dilenyapkan Tuhan bersama masa depan dan anak cucu mereka (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">28, 34, 38). Betapa tragisnya masa depan yang tiada pengharapan karena kesudahannya adalah kebinasaan.

Renungkan: Apakah Anda menyadari bahwa relasi dengan Tuhan yang terwujud dalam sikap menjauhi kejahatan, melakukan yang baik, menantikan dan mengikuti jalan-Nya, merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan terlebih penting dari semua upaya Anda yang lain?

(0.04) (Mzm 45:1) (sh: Keagungan mempelai (Rabu, 15 Agustus 2001))
Keagungan mempelai

Mazmur ini merupakan puisi yang dilantunkan pada upacara pernikahan kerajaan yang sering dipergunakan di sepanjang sejarah Israel. Namun demikian mazmur ini juga disebut Mazmur Mesianik (mazmur yang berbicara tentang Mesias yang akan datang sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kerajaan yang didirikan oleh Allah). Dua dimensi mazmur ini dapat terjadi karena orang Yahudi memahami Kerajaan Dinasti Daud sebagai refleksi pemerintahan Allah, dimana Allah sendirilah yang menjadi penguasa tertinggi.

Sifat mesianik mazmur ini nampak melalui karakteristik raja yang digambarkan di sini: [1] Sang Raja bersifat kekal, Ia telah diberkati Allah untuk selama-lamanya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">3), Takhtanya adalah kepunyaan Allah sendiri yang tetap untuk seterusnya dan selamanya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7), generasi demi generasi akan memasyurkan namanya dan segala bangsa akan bersyukur kepadanya untuk seterusnya dan selamanya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">18); [2] Sang Raja bersifat Ilahi, takhtanya adalah milik Allah sendiri (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7), ia dipanggil dengan sebutan "sebab itu Allah", padahal orang Israel tidak pernah melihat raja mereka sebagai sosok yang bersifat Ilahi (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">8); dan [3] Sang Raja adalah puncak keagungan manusia, ia terelok di antara anak- anak manusia (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">3), diurapi oleh Allah melebihi semua penguasa yang lain (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">8).

Semua gambaran di atas secara nyata berbicara tentang karakteristik Mesias yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus, sebagaimana dinyatakan penulis Perjanjian Baru, yang mengaplikasikan mazmur ini dalam keterkaitannya dengan hubungan antara Kristus sebagai mempelai laki-laki dan Gereja sebagai mempelai perempuan (bdk. ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7, 8 -- Ibr 1:8, 9; lih. Ef 5:31, 32; Why 19:6, 7; 21:2). Melalui bagian puisi yang indah ini, kita yang terhisap dalam Kerajaan Allah, sebagai mempelai wanita Kristus dapat menikmati kekayaan berkat-berkat (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14-16) bersama Pahlawan kita yang dipenuhi dengan semarak dan keagungan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4-6) dan memerintah dengan kebenaran (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7).

Renungkan: Kita seharusnya menyadari dan menghargai status khusus kita sebagai anggota gereja yang adalah mempelai wanita Kristus yang mulia dan agung, serta tidak membiarkan status ini dicemari oleh berbagai konflik tentang yang sia-sia dengan intrik-intriknya yang duniawi. Bagaimana kesadaran ini menolong Anda melihat kondisi gereja saat ini?

(0.04) (Mzm 46:1) (sh: Tenanglah jiwaku (Kamis, 16 Agustus 2001))
Tenanglah jiwaku

Perubahan, ketidakpastian, serta berbagai situasi yang bergolak secara tak terkendali akan dengan mudah menghancurkan sendi-sendi kekuatan dan rasa aman kita. Dapatkah kita menemukan ketenangan batin yang membuat kita tetap tinggal tenang dalam situasi seperti ini? Pada Mazmur 46 ini, pemazmur mencatat bahwa Tuhan menghimbau kita untuk tetap diam dengan tentram (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">11), sekalipun bumi berubah dan mengalami kehancuran; sekalipun gunung-gunung bergoncang dan bergoyang di dalam laut sehingga gelombang airnya bergelora, ribut, dan berbuih. Ia mengajak kita untuk tetap menikmati suasana yang rileks dan damai (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">11), sekalipun bangsa-bangsa ribut dan kerajaan-kerajaan bergoncang (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7). Bukankah ini merupakan ajakan yang nampaknya mustahil dan berlebihan?

Bangsa Israel menemukan keberanian dan keyakinan ini di dalam Tuhan Yang Mahatinggi (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Ia adalah Pencipta alam semesta yang ditinggikan di antara bangsa-bangsa di seluruh muka bumi (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">11b). Ia adalah tempat perlindungan, kekuatan, dan penolong yang sangat terbukti (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Ia ada bersama-sama dengan mereka dan akan melindungi Yerusalem (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">5, 6). Ia berkuasa atas alam semesta, nasib bangsa-bangsa dan sejarah umat manusia (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7-10). Ia dapat diandalkan bukan hanya pada waktu dan tempat tertentu, kekuasaan-Nya melampaui kekuatan alam dan manusia. Dia berkuasa atas bumi, gunung, laut, sungai, bangsa-bangsa, dan kerajaan- kerajaan. Umat-Nya tidak perlu takut menghadapi perubahan apa pun, baik yang berasal dari alam maupun situasi politik yang ada. Mereka memiliki keyakinan di dalam Allah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">8, 12). Tuhan pencipta alam semesta yang mengendalikan alam dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya, ada dan tinggal bersama-sama dengan kita, dan karena itu kita tidak perlu takut menghadapi berbagai perubahan dan ketidakpastian.

Renungkan: Apakah segala kecemasan dan ketakutan menghadapi perubahan dan ketidakpastian disebabkan karena tidak adanya keyakinan kepada Allah? Marilah kita bernyanyi: Tenanglah jiwaku, Tuhan besertamu. Tinggal diamlah dengan sabar menghadapi duka dan penderitaan, sebab dalam setiap perubahan Ia tetap setia. Tenanglah jiwaku, angin dan badai diketahui-Nya dan suara-Nya mengendalikannya (Katharine von Schlegel dalam lagunya "Be Still, My Soul").

(0.04) (Mzm 59:1) (sh: Allahku, tempat pelarianku pada waktu kesesakan (Jumat, 5 Oktober 2001))
Allahku, tempat pelarianku pada waktu kesesakan

Kita lebih sering mengenal pelarian dalam konotasi negatif, misalnya pelarian politik, pelarian cinta, pelarian arisan, pelarian perjanjian. Tetapi mungkin satu-satunya pelarian yang bermakna positif adalah seperti yang dilakukan oleh Daud. Ia tidak seharusnya dikejar-kejar oleh pasukan pilihan Saul yang memburu dirinya seolah si otak mafia berkaliber dunia.

Dalam seruannya kepada Allah terlihat bahwa tingkah laku musuhnya semakin berbahaya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-4). Saul mengirim tim federasi pembunuh untuk mengincar nyawa menantunya sendiri (ayat 1Sam. 19:1; 9-18). Dalam kondisi yang terpuruk ini Daud memohon pembelaan Allah dengan menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah, sebab hanya Tuhanlah Hakim yang adil dan benar (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5-6).

Walaupun pemazmur sedang diawasi dengan ketat, namun matanya tidak kalah cermat. Bahkan ia sempat menguraikan atmosfer yang melingkupi dirinya dengan teliti kepada Allah. Ia menggambarkan musuh-musuhnya seperti gerombolan anjing yang melolong mengelilingi kota (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-8). Bertolakbelakang dengan keyakinan musuhnya, pemazmur yakin bahwa ia sudah diselamatkan oleh Allah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9-11). Lukisan tentang musuhnya dilanjutkan setelah ia menyisipkan pujian kepada Allah. Dalam pandangannya, dosa kekejian terbesar seterunya adalah bahwa mulut mereka tidak pernah kenyang dengan sumpah serapah. Mereka tiada henti-hentinya mengaum (ayat 12-16). Di akhir mazmurnya Daud mengkonfirmasikan kepercayaannya kepada Allah. Bahkan di dalam pelariannya, ia mau menyanyikan kekuatan-Nya, bersorak-sorai karena kasih setia Tuhan (ayat 17- 18).

Bila kita mengkaji ulang sikap pemazmur di dalam kesesakan, kita sungguh terhibur karena sebagai Kristen kita diperkenankan untuk berseru kepada Allah. Sekalipun Allah mengendalikan para penganiaya, Dia mungkin menyerahkan kita untuk diuji oleh lawan yang jahat. Oleh karena itu kita harus berseru kepada Allah sepanjang hidup kita.

Renungkan: Doa adalah senjata yang paling ampuh untuk menghadapi tantangan hidup yang seringkali menyesakkan kita dalam ketidakmengertian. Tiada kekuatan lain yang mampu memberikan kepada kita ketenangan, kecuali permohonan di dalam doa kepada Allah. Proses menggumuli kuasa doa inilah yang memberikan ketenangan sejati.

(0.04) (Mzm 62:1) (sh: Tenang teduh di dekat Tuhan (Senin, 8 Oktober 2001))
Tenang teduh di dekat Tuhan

Mazmur ini membeberkan keyakinan Daud kepada Tuhan saat ia menghadapi persepakatan politik yang ingin menjatuhkannya (ayat 2- 5). Dengan keyakinannya, ia mengajak umat-Nya bersandar kepada Tuhan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">6-9). Karena ia menyadari bahwa segala kejayaan manusia adalah rapuh di hadapan Tuhan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11), tetapi kuasa, kasih setia, dan keadilan Tuhan yang diberikan kepadanya adalah teguh (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">12-13).

Situasi saat itu bukanlah keadaan yang aman bagi Daud. Ia menyadari bahwa dirinya seperti dinding miring yang segera akan roboh (ayat 4), yang sedang dikerumuni oleh mereka yang ingin menghempaskannya. Ia mengetahui bahwa dirinya didustai oleh mereka yang berkata manis, padahal di dalam hati mengutukinya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Namun dalam situasi yang terhimpit ini, Daud tetap diliputi rasa aman dan tenang teduh karena berada dekat dengan Allah, satu- satunya sumber pengharapan yang dapat diandalkan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-3, 6-7). Kedekatannya dan pemahamannya akan Tuhan merupakan jangkar bagi keyakinannya yang kokoh. Kedekatannya kepada Tuhan tidaklah terlepas dari pemahamannya tentang Tuhan sebagai sumber keselamatan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2b), pengharapan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">6b, 7), dan kemuliaannya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">8). Ia adalah tempat perlindungan yang teguh, yang menyediakan diri-Nya sebagai tempat perlindungan bagi umat-Nya untuk mencurahkan isi hati mereka (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">9). Dialah yang memberikan kepadanya kuasa, kasih setia, dan keadilan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">12).

Pengenalannya yang tepat kepada Tuhan menuntunnya untuk: [1] Tetap tenang pada masa yang sukar, karena ia mengetahui bahwa para musuhnya tidak berarti apa-apa di hadapan Tuhan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">10); [2] Menyadari bahwa keselamatan dan kemuliaannya bergantung kepada Tuhan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">8). Ia mengajak umat-Nya untuk tidak bergantung kepada harta, melainkan kepada Tuhan setiap waktu (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">9); [3] Menjadi seorang penguasa yang memiliki kesadaran moral dan menyadari bahwa pemerasan dan perampasan bukanlah jalan keluar bagi persoalannya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">11).

Renungkan: Apakah atau siapakah yang selama ini menjadi sumber rasa aman Anda? Tepatkah Anda berharap kepadanya? Hal-hal apakah yang menjadi penghambat bagi Anda untuk bergantung penuh pada Tuhan? Bagaimana pemahaman hari ini menolong Anda untuk semakin bergantung kepada Tuhan?

(0.04) (Mzm 80:1) (sh: Buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat (Selasa, 30 Oktober 2001))
Buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat

Pernahkah Anda menitikkan air mata penyesalan ketika melihat kondisi hidup Anda yang sudah sedemikian berubah, rusak, dan hancur karena kesalahan-kesalahan Anda? Pada masa-masa seperti ini adakalanya sulit bagi kita untuk dapat melihat adanya pengharapan yang bersinar di balik selubung kegelapan itu.

Hal seperti inilah yang terjadi pada bangsa Israel ketika mereka menyadari bahwa nyala murka Allah sedang berkobar atas mereka (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Israel menyadari bahwa Allah telah memungut, membela, menanam, menyediakan tempat dan membuat mereka bertumbuh menjadi besar. Namun karena dosa-dosa dan ketidaktaatan mereka, maka Allah menjungkirbalikkan keadaan mereka dalam nyala murka-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">5), sehingga keadaan mereka seperti kebun anggur yang runtuh temboknya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">13-14). Di tengah situasi yang pilu dan terjungkirbalik, pemazmur mengajak Israel untuk menyadari keadaan mereka, kembali berharap kepada Allah dan mengungkapkan janji setia kepada-Nya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">19).

Pemazmur mengajak Israel untuk melihat bahwa walaupun Israel memakan roti cucuran air mata dan meminum air mata yang berlimpah-limpah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">6), namun mereka tetaplah memiliki Allah yang sama. Sekalipun mereka telah menjadi bahan olokan dan sasaran kejahatan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7, 13b, 14), namun Allah tetaplah berperan sebagai Gembala Israel. Dialah yang akan menggiring dan memulihkan Israel (ayat 2). Di balik penghukuman yang dilaksanakan-Nya terdapat pengharapan akan pemulihan dan penyelamatan yang memungkinkan Israel berseru momohon agar Tuhan berbalik kepada mereka, memandang, melihat dan mengindahkan keadaan mereka (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">15-16). Pengharapan akan pemulihan dan penyelamatan ini memiliki intensitas yang semakin memuncak, sebagaimana ditekankan dalam refrein lagunya: "Ya Allah (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">4); Ya Allah semesta alam (ayat 8); Ya Tuhan, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah- Mu bersinar, maka kami akan selamat (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">20)."

Renungkan: Rintihan pilu pemazmur merupakan ratapan pertobatan, yang bukan hanya penyesalan, melainkan juga pengharapan akan pemulihan yang sedang Tuhan kerjakan, janji untuk setia kepada jalan Tuhan, dan tekad untuk bersaksi demi Nama-Nya. Sudahkah Anda menghidupi pertobatan dalam mazmur ini?

(0.04) (Mzm 87:1) (sh: Menilai sebuah kota (Selasa, 6 November 2001))
Menilai sebuah kota

Bagaimana kita harus menilai sebuah kota? Apa kriteria penilaiannya? Apakah perekonomiannya? Pusat perbelanjaan yang lengkap? Banyaknya gedung pencakar langit? Kebersihan dan kenyamanannya? Tingkat kriminalitas yang rendah? Transportasi dan sarana jalan raya yang memadai? Atau apa?

Mazmur hari ini ingin mengajar kita mengenai suatu kriteria yang sangat berbeda untuk menilai sebuah kota. Sion, sebagai kota Allah, begitu dikagumi oleh pemazmur. Hal-hal yang begitu mulia dikatakan tentangnya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3). Apa yang menjadikan Sion begitu mulia?

Tiga hal dapat kita amati di sini. Pertama, Sion dijadikan kota Allah. Meskipun Sion didirikan oleh manusia, Allah membuatnya begitu istimewa, dikasihi tanpa syarat (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1-2, bdk. Mzm. 78:68-69). Dengan kata lain, kemuliaan Sion tergantung sepenuhnya dari anugerah Allah. Kedua, Sion memiliki fungsi istimewa di dalam rencana keselamatan Allah bagi bangsa- bangsa. Dikatakan di sana bahwa orang-orang dari Rahab (istilah lain untuk Mesir) dan Babel, serta dari tempat- tempat lain datang ke Sion, dan mereka mengakui Yahweh sebagai Allah mereka (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4), walaupun sebelumnya beberapa di antaranya adalah musuh bebuyutan Israel. Orang-orang proselit (yaitu mereka yang non-Yahudi, tapi akhirnya bertobat kepada Allah Israel) dianggap sebagai warga negara Sion, bahkan dianggap dilahirkan di sana. Dengan kedatangan mereka, Sion makin ditegakkan (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5). Betapa bahagianya kota yang melihat dampak kasih Allah sampai ke ujung bumi. Ketiga, Sion begitu istimewa karena dapat menjadi tempat perayaan sukacita (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7). Ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7b menyatakan bahwa mata air Allah ada di dalam hidup para proselit itu. Mereka menari dan memuji Allah yang adalah sumber segala kehidupan dan kebaikan.

Renungkan: Apa yang paling mengagumkan bagi kita ketika melihat kota kita sendiri? Mungkin kita hidup di desa terpencil atau kota kecil, atau mungkin pula di kota metropolitan. Di mana pun kita tinggal, kita diajarkan untuk mengagumi sebuah tempat bukan karena keindahan alamnya, kemegahan bangunannya, atau nilai-nilai sejarah yang dikandungnya, namun karena Allah menggenapi rencana keselamatan-Nya di sana. Maukah Anda juga menjadi alat Tuhan mewartakan kasih-Nya?

(0.04) (Mzm 93:1) (sh: Pemerintahan Allah menegakkan bumi (Senin, 8 April 2002))
Pemerintahan Allah menegakkan bumi

Mempercayai sepenuh hati dan mengakui melalui kata serta perbuatan bahwa Tuhan memegang kendali atas dunia ini, bukanlah perkara yang mudah. Dengan fakta bahwa dunia ini semakin gelap dan penuh kejahatan yang mengguncangkan hidup, boleh jadi ucapan- ucapan iman tentang kekuasaan Allah yang kekal tinggal slogan kosong saja. Mazmur-mazmur penobatan raja dalam pasal Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">93-99 (kecuali ps. 94), menolong kita untuk memantapkan penglihatan iman kita tentang pemerintahan Allah atas segala sesuatu.

Drama yang digambarkan secara puitis dalam Mazmur ini mungkin mengacu pada peristiwa ketika Allah menjinakkan Laut Merah dan membuat Israel melintasi dasar laut yang telah kering (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3). Bisa jadi juga hal itu mengacu pada kepercayaan bahwa laut dengan gelombang ombaknya yang dahsyat melambangkan kekuatan yang mengacaukan dan mengancam kehidupan di bumi. Gambaran mana pun yang dimaksud pemazmur, yang jelas adalah bahwa Allah dilukiskan sebagai raja pahlawan. Mazmur ini menegaskan beberapa hal penting tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1). Sebagai Raja, Allah memakai jubah kemuliaan. Tentunya “jubah” di sini adalah sesuatu yang simbolis menunjuk pada hal-hal yang tampak oleh kita yang menyatakan kemuliaan Allah. Sesungguhnya segenap isi alam semesta ini menampakkan kemuliaan Allah tersebut. Kedua, Allah berikatpinggangkan kekuatan. Ikat pinggang dipakai pada waktu orang maju berperang. Pemazmur ingin mengatakan bahwa bagaimana pun kondisi dunia dan sedahsyat apa pun perlawanan dewa-dewa Kanaan (digambarkan sebagai gelora lautan), Allah tetap mengendalikan dunia ini. Itulah dasar untuk percaya bahwa bumi ini tetap tegak. Ini adalah pernyataan iman yang tidak saja melihat ke belakang, tetapi juga ke masa kini dan masa depan dengan penuh pengharapan.

Dengan tujuan mengakarkan keyakinan ini dalam-dalam, pemazmur mengakhiri mazmur penobatan ini dengan pengajaran. Hal ini serupa dengan yang dibuat dalam Mazmur 19. Perenungan tentang perbuatan Allah berpuncak pada ajaran Firman tentang Allah.

Renungkan: Bila situasi dunia ini membuat kita meragukan pemerintahan Allah, lihatlah keajaiban-keajaiban perbuatan tangan-Nya dalam alam dan sejarah, dan renungkanlah firman-Nya dalam Alkitab.

(0.04) (Mzm 94:1) (sh: Keadilan dan hukum akan kembali menang (Selasa, 9 April 2002))
Keadilan dan hukum akan kembali menang

Di antara mazmur-mazmur yang menggumuli masalah kejahatan dalam dunia, dalam terang Allah adalah raja, mazmur ini berbicara tentang keadilan Allah. Meskipun ide penobatan Allah sebagai raja tidak disinggung secara langsung, namun penekanan pada isu keadilan secara tidak langsung menegaskan kerajaan Allah dalam segi pemberlakuan kebenaran. Bila pasal Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">93 menekankan segi Allah sebagai Raja Pahlawan, mazmur ini menekankan segi Allah sebagai Raja Hakim.

Bila kita memikirkan tentang keadilan dan tugas hakim, maka tidak bisa dihindari kita akan mengaitkannya dengan masalah pelaksanaan penghakiman dan penghukuman. Berbeda dari anggapan bahwa Allah terlalu baik atau terlalu sibuk untuk mengganjar orang-orang yang dengan jemawa dan keji bersuka cita menindas yang lemah dan tak berdaya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4-6, 21), Allah akan menghukum. Fokus pengharapan penghakiman Allah itu adalah pada permohonan agar Allah “bangkit”, suatu ungkapan teofani, yaitu ketika Allah datang dalam kemuliaan-Nya khususnya pada akhir zaman kelak.

Berita tentang keadilan dan hukum akan kembali menang karena Allah akan bertindak sebagai Hakim yang benar, tidak hanya bertujuan pastoral kepada umat Allah, tetapi harus juga bertujuan memperingati orang-orang yang berbuat jahat (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">8-11). Allah tidak berdiam diri, tak mau tahu, menarik diri dalam ketidakpedulian. Sebaliknya Allah mendengar dan melihat (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9) dan bertindak (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10). Orang jahat berpikir mereka menentukan segala sesuatu, tetapi mazmur ini menegaskan bahwa ada Allah yang berdaulat yang selalu menegakkan keadilan dan hukum-hukum-Nya.

Hiburan bagi orang yang takut akan Allah bukan saja datang dari mengetahui tentang kedaulatan Allah, tetapi juga dari menerima dukungan, penghiburan, dan disiplin kasih Allah atas hidupnya (ayat Terhadap+semuanya+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18-19). Orang yang takut akan Allah tidak diluputkan dari penderitaan karena kejahatan pihak lain, tetapi didisiplin Allah agar menjadi kesaksian yang hidup tentang kebenaran dan keadilan. Kebahagiaan orang benar tidak bersumber dari pemuasan hasrat jahat, tetapi dari tunduk pada kehendak Allah.

Renungkan: Pembalasan adalah hak Tuhan. Ini menghibur orang beriman dan perlu dinyatakan kepada orang yang berbuat dosa.



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA