(0.1853963902439) | (Mzm 35:1) |
(sh: Kekuatan doa menerobos berbagai tekanan (Jumat, 3 Agustus 2001)) Kekuatan doa menerobos berbagai tekananKekuatan doa menerobos berbagai tekanan. Mazmur ini menyingkapkan kepada kita kemenangan Daud atas pergumulan yang penuh dengan kecemasan di tengah pertempuran (ayat 2-10), tuduhan palsu dalam persidangan (ayat 11-18), dan permusuhan tanpa alasan dari orang-orang yang ada di sekitarnya (ayat 19-28). Kengerian perang, fitnahan, kebencian, dan penghinaan meliputi dirinya. Ia dikejar dan dijebak oleh orang- orang yang ingin mencabut nyawanya (ayat 3, 4, 7), difitnah oleh orang-orang yang dekat dengannya sebagai balasan atas kebaikannya (ayat 11-16), ditipu dan diolok-olok oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya (ayat 19, 20). Ia terkucil, ada di bawah tekanan, kecemasan, bahaya, dan kekecewaan yang sedemikian berat dan mendalam. Namun imannya terus melaju menerobos tumpukan kegelisahan yang membebaninya. Ia tidak tenggelam dalam keputusasaan. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan serta menemukan kekuatan dalam doa, yang memampukannya bertahan dan bertumbuh semakin mengenal Tuhan. Ia menutup setiap bagian ratapannya dengan pujian, sorak-sorai, kegirangan, dan nyanyian syukur (ayat 9-10, 18, 28). Ia melantunkan pujian di tengah jemaah yang besar (ayat 18) dan memenuhi hari-harinya dengan pujian kepada Tuhan dan keadilan-Nya (ayat 28). Tulang-tulangnya tidak menjadi kering karena kecemasan, sebaliknya bertutur memberitakan kebesaran Allah: "Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?" (ayat 10). Apakah yang membuat Daud memiliki kekuatan seperti ini? Ia menemukan kekuatan di dalam doa yang dipanjatkan dengan keyakinan dan pemahaman yang tepat tentang Tuhan. Ia mencurahkan seluruh isi hatinya dengan keyakinan kepada Tuhan Sang Pahlawan Perang dan Hakim yang adil, yang berperang, memberikan kemenangan dan pembebasan baginya (ayat 1-3, 22-24). Renungkan: Pengenalan yang benar akan Tuhan merupakan pembimbing bagi kita untuk menghayati peran serta-Nya di tengah berbagai pergumulan yang kita hadapi. Pencurahan isi hati yang berlandaskan pengenalan ini akan menolong dan memberikan kekuatan kepada kita untuk melewati berbagai tekanan kecemasan. |
(0.1853963902439) | (Mzm 37:12) |
(sh: Tumbuh mekar di jalan yang sukar (Senin, 6 Agustus 2001)) Tumbuh mekar di jalan yang sukarTumbuh mekar di jalan yang sukar. Dunia yang fasik ini bukanlah habitat yang menyenangkan bagi mereka yang berupaya menghidupi kebenaran. Pergumulan, pertentangan, dan penderitaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan orang benar. Hal inilah yang menjadi sorotan Daud dalam perikop yang kita baca hari ini.
Melalui suatu perbandingan antara kehidupan orang benar dengan
orang fasik, Daud menyingkap fakta bahwa kehidupan orang benar
tidaklah terlepas dari ancaman orang fasik, namun tidak pernah
ditinggalkan oleh Tuhan (ayat 12-15); Mereka seakan-akan tidak
memiliki apa-apa namun memiliki segala sesuatu (ayat 16-19, 25),
bahkan mengalirkan berkat bagi banyak orang karena sikapnya yang
pengasih dan pemurah (ayat 21b, 26); Mereka bukanlah orang yang
senantiasa mampu berdiri tegak di tengah badai kehidupan, namun
tidak pernah dibiarkan sampai tergeletak sebab tangan Tuhan
menopangnya (ayat 23, 24). Hal ini berbeda dengan kehidupan orang
fasik. Mereka akan dilenyapkan, dikutuki Tuhan, binasa, dan habis
lenyap bagaikan asap (ayat 20, 22), tidak terkecuali bagi masa
depan dan anak cucu mereka (bdk. 28, 38). Rancangan kejahatannya
adalah suatu kebodohan di hadapan Tuhan dan akan menimpa diri
mereka sendiri (ayat 12-15). Harta milik yang diperolehnya dengan
cara yang tidak jujur tidak berarti apa-apa sebab Tuhan akan
mematahkan kekuatan mereka dan membinasakan mereka (ayat
Melalui Mazmur ini kita dapat mempelajari bahwa kita sebagai
Kristen yang sudah menerima kebenaran dari Tuhan, perlu menyadari
bahwa: [1] Kita ada di bawah naungan perlindungan dan pemeliharaan
Tuhan, yang membatasi kekuatan orang fasik (ayat Renungkan: Bagaimanakah Anda hidup di tengah dunia yang fasik ini? Apakah Anda merasa putus asa dengan kondisi seperti ini? Bagaimana pemahaman kita hari ini tentang pemeliharaan Tuhan, kepuasan hidup, dan panggilan untuk menjadi berkat mempengaruhi langkah Anda? |
(0.1853963902439) | (Mzm 37:26) |
(sh: Jaminan teguh di dalam Tuhan (Selasa, 7 Agustus 2001)) Jaminan teguh di dalam TuhanJaminan teguh di dalam Tuhan. Manusia membutuhkan rasa aman, baik untuk masa sekarang maupun masa depannya, baik di dunia ini maupun di balik kematiannya. Berbagai upaya dilakukannya untuk mendapatkan rasa aman ini, tidak terkecuali untuk motivasinya beragama. Tetapi apakah yang dapat menjadi jaminan yang pasti dan tidak berubah bagi kita untuk mendapatkannya? Terlebih lagi bagi kita yang berupaya untuk hidup dengan benar, tulus, dan jujur, di tengah dunia yang fasik ini, dimana justru orang-orang fasiklah yang nampaknya dapat bertumbuh dengan subur? Daud dalam Mazmur ini mengungkapkan rahasia masa depan orang benar, yang hidup dengan jujur, tulus, dan menyukai damai.
Rahasia jaminan yang teguh ini hanya ditemukan dalam relasi orang
benar dengan Tuhan. Relasi ini dapat terpelihara melalui menjauhi
kejahatan dan melakukan yang baik (ayat 27), serta menantikan
Tuhan dan mengikuti jalan-Nya (ayat 34). Alasan dari langkah-
langkah tersebut adalah karena Tuhan itu mencintai keadilan hukum
dan tidak meninggalkan orang yang dikasihi-Nya (ayat 28). Dialah
yang menjadi tempat perlindungan orang benar pada waktu kesesakan.
Ia tidak akan menyerahkan dan membiarkan orang benar yang
mengucapkan hikmat, mengatakan keadilan hukum dan memiliki Taurat
di dalam hatinya, ke dalam tangan orang fasik, ataupun
membiarkannya goyah dan dipersalahkan (ayat 30-33). Dialah yang
menyelamatkan, menolong, dan meluputkan orang benar dari tangan
orang fasik (ayat 39, 40). Jaminan ini berlaku senantiasa dan
selama-lamanya, melintasi hidup dan menembus kematian (ayat Renungkan: Apakah Anda menyadari bahwa relasi dengan Tuhan yang terwujud dalam sikap menjauhi kejahatan, melakukan yang baik, menantikan dan mengikuti jalan-Nya, merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan terlebih penting dari semua upaya Anda yang lain? |
(0.1853963902439) | (Mzm 46:1) |
(sh: Tenanglah jiwaku (Kamis, 16 Agustus 2001)) Tenanglah jiwakuTenanglah jiwaku. Perubahan, ketidakpastian, serta berbagai situasi yang bergolak secara tak terkendali akan dengan mudah menghancurkan sendi-sendi kekuatan dan rasa aman kita. Dapatkah kita menemukan ketenangan batin yang membuat kita tetap tinggal tenang dalam situasi seperti ini? Pada Mazmur 46 ini, pemazmur mencatat bahwa Tuhan menghimbau kita untuk tetap diam dengan tentram (ayat 11), sekalipun bumi berubah dan mengalami kehancuran; sekalipun gunung-gunung bergoncang dan bergoyang di dalam laut sehingga gelombang airnya bergelora, ribut, dan berbuih. Ia mengajak kita untuk tetap menikmati suasana yang rileks dan damai (ayat 11), sekalipun bangsa-bangsa ribut dan kerajaan-kerajaan bergoncang (ayat 7). Bukankah ini merupakan ajakan yang nampaknya mustahil dan berlebihan? Bangsa Israel menemukan keberanian dan keyakinan ini di dalam Tuhan Yang Mahatinggi (ayat 5). Ia adalah Pencipta alam semesta yang ditinggikan di antara bangsa-bangsa di seluruh muka bumi (ayat 11b). Ia adalah tempat perlindungan, kekuatan, dan penolong yang sangat terbukti (ayat 2). Ia ada bersama-sama dengan mereka dan akan melindungi Yerusalem (ayat 5, 6). Ia berkuasa atas alam semesta, nasib bangsa-bangsa dan sejarah umat manusia (ayat 7-10). Ia dapat diandalkan bukan hanya pada waktu dan tempat tertentu, kekuasaan-Nya melampaui kekuatan alam dan manusia. Dia berkuasa atas bumi, gunung, laut, sungai, bangsa-bangsa, dan kerajaan- kerajaan. Umat-Nya tidak perlu takut menghadapi perubahan apa pun, baik yang berasal dari alam maupun situasi politik yang ada. Mereka memiliki keyakinan di dalam Allah (ayat 8, 12). Tuhan pencipta alam semesta yang mengendalikan alam dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya, ada dan tinggal bersama-sama dengan kita, dan karena itu kita tidak perlu takut menghadapi berbagai perubahan dan ketidakpastian. Renungkan: Apakah segala kecemasan dan ketakutan menghadapi perubahan dan ketidakpastian disebabkan karena tidak adanya keyakinan kepada Allah? Marilah kita bernyanyi: Tenanglah jiwaku, Tuhan besertamu. Tinggal diamlah dengan sabar menghadapi duka dan penderitaan, sebab dalam setiap perubahan Ia tetap setia. Tenanglah jiwaku, angin dan badai diketahui-Nya dan suara-Nya mengendalikannya (Katharine von Schlegel dalam lagunya "Be Still, My Soul"). |
(0.1853963902439) | (Mzm 51:1) |
(sh: Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut? (Selasa, 21 Agustus 2001)) Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut?Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut? Alkitab memang merupakan sebuah cermin besar bagi manusia sepanjang zaman. Betapa tidak, Daud yang nampaknya begitu setia dan menjadi kekasih Allah dapat melakukan perzinahan dengan seorang istri dari prajuritnya yang setia. Itulah bukti ketidaksempurnaan seorang manusia. Namun demikian kita masih dapat meneladani pemahaman Daud akan dosa. Teladan ini penting sebab Kristen sekarang di bawah pengaruh dunia yang cenderung menyepelekan dosa dan konsekuensinya. Jika Kristen terpengaruh oleh paham dunia modern maka tidak akan ada lagi tonggak dan mercusuar moralitas di dunia ini. Ungkapan perasaan Daud pertama kali setelah ditegur oleh Natan adalah ‘kasihanilah aku’ (ayat 2). Ini menandakan bahwa Daud tidak sekadar malu setelah boroknya dibongkar namun lebih dari itu ia sadar dengan sepenuh hati bahwa dosa sudah membuat dirinya menjadi seorang manusia yang tak berharga dan tak berpengharapan di hadapan Allah, karena hanya kepada-Nyalah Daud berdosa (ayat 6). Daud menempatkan secara tepat tempat dosa dalam jalur hubungan antara manusia dengan Allah. Karena itu sebelum memohon ampun, ia mohon belas kasihan dari Allah sebab belas kasihan merupakan dasar utama pengampunan Allah. Selain dampak yang ditimbulkan mengapa dosa tidak dapat diremehkan? Sebab dosa adalah ketidakmampuan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan Allah (ayat 2), sebuah pemberontakan terhadap Allah (ayat 4, 6) serta sesuatu yang najis di hadapan Allah (ayat 4). Dengan kata lain disadari atau tidak, dosa adalah sebuah tindakan manusia untuk menetapkan dan menjalankan nilai- nilai ciptaan manusia dan bukan Allah. Dosa bahkan dipersonifikasikan sebagai suatu kekuatan (ayat 5). Manusia akan selalu kalah karena pada dasarnya manusia sudah rusak secara total (ayat 7). Renungkan: Sejarah Alkitab mencatat bahwa setelah pertobatannya seperti yang tercatat dalam mazmur ini, Daud tidak lagi melakukan dosa yang sama. Karena itu pengajaran hakikat dosa dan konsekuensinya harus didengung-dengungkan terus agar jemaat Tuhan senantiasa jijik terhadap dosa. Mulailah dengan cara tidak menghaluskan kata-kata ketika menyebut suatu perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan misalnya: pemberian uang kepada petugas ketika sedang mengurus surat dihaluskan menjadi biaya administrasi. |
(0.1853963902439) | (Mzm 56:1) |
(sh: Biarkan aku berdiam diri seperti merpati (Selasa, 2 Oktober 2001)) Biarkan aku berdiam diri seperti merpatiBiarkan aku berdiam diri seperti merpati. Keterangan pembuka syair ini memberi petunjuk tentang latar belakang masa kembara Daud di Gat, ketika ia merasa sangat takut kepada Akhis, raja kota Gat (ayat 1Sam. 21:13; 22:1). Isi curahan hati Daud kepada Allah ini disusun menjadi dua bagian besar, yakni sebait pengulangan (ayat 5, 11, 12) dan sebuah konklusi ringkas (ayat 13, 14). Ketika pemazmur mengadu kepada Tuhan terlihat bahwa Allah berada di antara orang-orang yang tertindas dan orang-orang yang menghimpit dia dengan segala keangkuhan mereka (ayat 2, 3). Pemazmur mengalami dilema jiwa yang tercetus seolah bertentangan di dalam pernyataan: aku takut...aku tidak takut (ayat 4, 5, 12). Namun pergumulan sukma ini diatasi dengan kesadaran bahwa firman Allah tidak pernah gagal. Di dalam himpitan para musuhnya Daud memohon agar murka Allah yang adil itu meruntuhkan cemooh keangkuhan serta perilaku kesombongan orang Filistin (ayat 6-8). Di dalam penantiannya akan intervensi Allah, Daud bersikap seperti merpati yang jinak. Di tengah penganiayaan Saul, ia berdiam diri dan tetap sabar. Ia percaya bahwa Allah mengenal segala jalan yang menimpa kehidupannya (ayat 9). Setelah pemazmur dengan leluasa menyatakan isi batinnya, kini benak Daud meluap dengan ucapan syukur karena kebaikan Tuhan. Ia ingat akan nazarnya, bahkan lebih dari itu ia boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan (ayat 13, 14). Sama seperti merpati jinak (ayat 1) yang mengumpulkan kekuatan di dalam ketenangan jiwa, orang beriman pun dapat menyediakan diri untuk menulis atau melantunkan sebuah ode sakral. Sepanjang perjalanan hidup yang penuh dengan nuansa kejadian, kita membutuhkan belas kasihan Allah. Bila kita menyetujui hal ini, kita harus menaruh harapan kita hanya di atas pundak-Nya yang memberi proteksi penuh kepada kita. Kekuatan dalam kegalauan kita dapatkan dalam ketenangan diri bersama-Nya. Renungkan: Wahai saudara, pernahkah kita membiarkan diri kita berdiam diri seperti merpati tatkala kita dikejar-kejar oleh musuh yang melontarkan fitnah, perseteruan, ancaman, dan amarah walaupun kita tidak bersalah? Apakah langkah pertama kita mengadu adalah berlari kepada atasan, aparat keamanan, dan lembaga pengadilan? Cobalah berdiam diri sambil menghayati sebuah pujian, mazmur, atau firman- Nya. |
(0.1853963902439) | (Mzm 60:1) |
(sh: Engkau memberikan panji-panji kepada mereka yang takut kepada-Mu (Sabtu, 6 Oktober 2001)) Engkau memberikan panji-panji kepada mereka yang takut kepada-MuEngkau memberikan panji-panji kepada mereka yang takut kepada-Mu. Ketika pertempuran sedang berlangsung di sebelah timur laut, Edom dan Moab menyerbu dari sebelah selatan. Di saat genting yang tiba- tiba menikam mereka, Daud memanggil Yoab sang panglima perang untuk membawa pasukannya membendung ancaman yang baru. Bagian awal mazmur ini menyampaikan perasaan nasionalisme yang tercoreng akibat kekalahan militer yang tidak terprediksi sejak semula (ayat 1-2). Bagian lainnya berisi permohonan untuk mencapai kemenangan (ayat 7-14). Dengan gaya yang khas, pemazmur menganggap Allah bertanggungjawab atas semua kekalahan yang terjadi (ayat 3). Sedangkan kekuatan fisik tentara, strategi perang, dan semangat juang bukanlah penyebab utama dari kekalahan. Dengan demikian, kekalahan perang yang tidak terduga ini merupakan suatu pukulan yang hebat terhadap semangat rakyat. Dampak kekalahan yang terlihat adalah seperti gempa bumi yang memporak-porandakan bangunan kuat (ayat 4). Tindakan Allah telah mengakibatkan kekalahan fisik dan kemerosotan moral, sehingga bangsa Israel terhuyung-huyung seperti orang yang mabuk anggur. Pemazmur merasa bahwa kekalahan yang diderita ini menghancurkan hati, karena sebagai umat milik Tuhan yang berada di bawah panji-panji Tuhan seharusnya mereka menikmati kemenangan (ayat 5-6). Setelah bereaksi dengan ratapan, pemazmur mengungkapkan betapa berartinya orang-orang yang takut kepada-Nya karena mereka akan mendapat keselamatan (ayat 6-7). Ia mengingat firman-Nya tentang pemberian tanah perjanjian serta kemenangan atas lawan-lawannya di sekitar lokasi milik pusaka (ayat 8-9). Sikhem, Efraim, dan Yehuda melambangkan penaklukan atas tanah di sebelah barat; Yordan, Gilead, dan Manasye penaklukan sebelah timur; Efraim dan Yehuda adalah suku-suku utama umat Allah, dan mereka memiliki tanda pelindung kepala sebagai lambang kekuatan, dan tongkat sebagai lambang pemerintahan. Negeri-negeri sekitar sudah dinubuatkan untuk ditaklukkan dan tunduk kepada umat Allah (ayat 10). Renungkan: Betapa indahnya pergumulan yang berakhir dengan keyakinan yang kuat, seperti yang dimiliki pemazmur (ayat 14), karena di saat itulah kita menemukan kekuatan untuk berada di atas masalah. |
(0.1853963902439) | (Mzm 62:1) |
(sh: Tenang teduh di dekat Tuhan (Senin, 8 Oktober 2001)) Tenang teduh di dekat Tuhan
Tenang teduh di dekat Tuhan.
Mazmur ini membeberkan keyakinan Daud kepada Tuhan saat ia
menghadapi persepakatan politik yang ingin menjatuhkannya (ayat Situasi saat itu bukanlah keadaan yang aman bagi Daud. Ia menyadari bahwa dirinya seperti dinding miring yang segera akan roboh (ayat 4), yang sedang dikerumuni oleh mereka yang ingin menghempaskannya. Ia mengetahui bahwa dirinya didustai oleh mereka yang berkata manis, padahal di dalam hati mengutukinya (ayat 5). Namun dalam situasi yang terhimpit ini, Daud tetap diliputi rasa aman dan tenang teduh karena berada dekat dengan Allah, satu- satunya sumber pengharapan yang dapat diandalkan (ayat 2-3, 6-7). Kedekatannya dan pemahamannya akan Tuhan merupakan jangkar bagi keyakinannya yang kokoh. Kedekatannya kepada Tuhan tidaklah terlepas dari pemahamannya tentang Tuhan sebagai sumber keselamatan (ayat 2b), pengharapan (ayat 6b, 7), dan kemuliaannya (ayat 8). Ia adalah tempat perlindungan yang teguh, yang menyediakan diri-Nya sebagai tempat perlindungan bagi umat-Nya untuk mencurahkan isi hati mereka (ayat 9). Dialah yang memberikan kepadanya kuasa, kasih setia, dan keadilan (ayat 12). Pengenalannya yang tepat kepada Tuhan menuntunnya untuk: [1] Tetap tenang pada masa yang sukar, karena ia mengetahui bahwa para musuhnya tidak berarti apa-apa di hadapan Tuhan (ayat 10); [2] Menyadari bahwa keselamatan dan kemuliaannya bergantung kepada Tuhan (ayat 8). Ia mengajak umat-Nya untuk tidak bergantung kepada harta, melainkan kepada Tuhan setiap waktu (ayat 9); [3] Menjadi seorang penguasa yang memiliki kesadaran moral dan menyadari bahwa pemerasan dan perampasan bukanlah jalan keluar bagi persoalannya (ayat 11). Renungkan: Apakah atau siapakah yang selama ini menjadi sumber rasa aman Anda? Tepatkah Anda berharap kepadanya? Hal-hal apakah yang menjadi penghambat bagi Anda untuk bergantung penuh pada Tuhan? Bagaimana pemahaman hari ini menolong Anda untuk semakin bergantung kepada Tuhan? |
(0.1853963902439) | (Mzm 63:1) |
(sh: Kerinduan yang bertumbuh dalam kegetiran (Selasa, 9 Oktober 2001)) Kerinduan yang bertumbuh dalam kegetiranKerinduan yang bertumbuh dalam kegetiran. Pernahkah Anda merasakan kerinduan yang sedemikian dalam dan tak tertahankan lagi, sehingga dapat digambarkan seperti tanah tandus tiada berair (ayat 2)? Daud merasakan hal seperti ini, ketika ia berada dalam bahaya yang mengancam jiwanya. Ia melihat kasih setia Allah yang melampaui hidupnya, justru pada saat ia merasa tidak aman (ayat 10-11). Hatinya terikat kepada Tuhan dan kerinduannya memuncak seperti seorang bayi yang merindukan kehadiran ibunya yang memberikan rasa aman dan kelegaan baginya. Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kehadiran berbagai kesulitan, ancaman, dan problematika kehidupan, yang seringkali menjadi media yang getir bagi kebanyakan orang, ternyata dapat memainkan peranan yang penting bagi pertumbuhan rohani orang percaya. Media yang getir seperti ini merupakan media yang subur bagi pertumbuhan rasa rindu yang semakin mendalam kepada Allah (ayat 2). Melalui media yang getir seperti ini, kita dilatih untuk semakin menghayati kebesaran kasih setia Allah bagi kita yang tidak berdaya (ayat 4-8). Penghayatan terhadap kasih setia Allah dan kerinduan yang dalam kepada Allah pada situasi yang penuh kegetiran bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi dengan mudah. Diperlukan adanya faktor esensial yang memungkinkan terjadinya proses ini. Faktor esensial itu terletak pada kesadaran Daud bahwa kebutuhannya yang terdalam hanyalah ditemukan di dalam Tuhan, yang adalah sumber pertolongan yang menopang hidupnya (ayat 8-9). Kesadaran tentang hal inilah yang membuatnya merasa haus dan rindu untuk mencari Allah (ayat 2) yang kepada-Nya jiwa Daud melekat (ayat 9). Iman yang bertumbuh kuat melalui media yang getir ini memiliki daya tahan yang kokoh, karena inilah keyakinan yang didasarkan atas pertolongan dan pembelaan Allah (ayat 10-12). Renungkan: Apakah Anda memiliki kerinduan dan kedekatan kepada Allah yang sedemikian dalam seperti Daud? Jika hal ini tidak menjadi bagian dari pengalaman rohani Anda, maka kadangkala kesulitan dapat menjadi sarana yang tepat untuk membawa Anda kepada-Nya. Lihatlah keadaan getir yang terjadi di sekitar Anda sebagai media pertumbuhan yang menjadikan Anda kuat, semakin merindukan Allah, dan menikmati kasih setia-Nya. |
(0.1853963902439) | (Mzm 64:1) |
(sh: Di balik kerapuhan terpancar kekuatan (Rabu, 10 Oktober 2001)) Di balik kerapuhan terpancar kekuatanDi balik kerapuhan terpancar kekuatan. Daud memulai mazmur ini dengan penggambaran tentang situasi yang rentan dari orang benar (ayat 2-7) dan mengakhirinya dengan pendeklarasian keyakinannya akan pertolongan Tuhan (ayat 8-11). Di bawah teror yang menakutkan, ia menyadari bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Serangan tersembunyi yang dilancarkan secara tiba-tiba tidaklah mampu mendahului langkah penyelamatan yang dikerjakan Tuhan (ayat 5b, 8). Ia yakin, bahwa jerat dan rancangan orang fasik yang dengan sempurna telah disiapkan tidak akan berhasil menghancurkan orang benar, karena Tuhan akan menyembunyikan orang benar dari jerat yang dirancang secara tersembunyi, bahkan membalikkan kejahatan menimpa diri mereka sendiri (ayat 3, 5a, 8-10). Melalui keyakinan Daud ini, kita dapat mempelajari: [1] Tuhan adalah tempat perlindungan orang benar. Komitmen orang benar untuk hidup dengan cara yang jujur seringkali justru membawanya kepada berbagai kesulitan. Namun Tuhan tidak pernah membiarkan mereka. Ia menyediakan diri-Nya menjadi tempat perlindungan bagi orang benar dan jujur (ayat 11); [2] Di balik kerapuhan orang benar terpancar kekuatan yang tak terkalahkan, sedangkan di balik ketangguhan orang jahat tersembunyi kerapuhan yang tak tertolongkan. Hal ini disebabkan karena sumber kekuatan orang jahat adalah strateginya yang tidak memperhitungkan Tuhan, sedangkan sumber kekuatan orang benar terletak pada doanya (ayat 4-7, 2-3). Doa adalah sumber pengharapan yang kokoh di tengah keadaan yang rentan; [3] Terdapat perbedaan yang nyata antara akhir hidup orang jahat dan orang benar. Tuhan dengan tiba-tiba menembak mereka yang berusaha membidik orang benar (ayat 8, 4-5). Tuhan membuat mereka yang menajamkan lidah dan perkataannya seperti pedang, tergelincir oleh perkataannya sendiri. Hal ini berbeda dengan akhir hidup orang benar; walaupun mereka ada di bawah ancaman bahaya, mereka akan bersukacita dan bermegah karena Tuhan. Renungkan: Pernahkah Anda berkomitmen untuk hidup dalam kebenaran? Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, karena dengannya kita akan diperhadapkan dengan berbagai risiko. Bagaimana pelajaran kita pada hari ini mendorong Anda untuk tetap setia menjalankannya? Singkirkan berbagai hambatan dan majulah! |
(0.1853963902439) | (Mzm 65:1) |
(sh: Menikmati berkat-berkat Tuhan melalui relasi yang indah bersama-Nya (Kamis, 11 Oktober 2001)) Menikmati berkat-berkat Tuhan melalui relasi yang indah bersama-NyaMenikmati berkat-berkat Tuhan melalui relasi yang indah bersama-Nya. Mazmur ini merupakan nyanyian syukur atas berkat dan pertolongan Tuhan bagi bangsa Israel. Perasaan nyaman, aman, dan tentram yang mengalir dalam lagu ini bersumber pada relasi mereka dengan Tuhan. Relasi yang indah ini dapat terbentuk karena Dia yang dihormati, dipercaya, dan bekerja secara univesal melintasi batasan wilayah dan sejarah, secara khusus memperhatikan tanah perjanjian yang diberikan kepada umat-Nya (ayat 6c, 9, 10). Ini merupakan relasi yang sangat istimewa karena Dia yang mencipta dan menopang alam semesta, yang mengendalikan pergolakan bangsa-bangsa dan menaklukkan berbagai kekuatan yang menakutkan (ayat 7-8), mengindahkan serta memberikan kesuburan yang melimpah kepada mereka (ayat 10-14). Namun terlebih dari semuanya itu, relasi ini bukan hanya dibangun melalui pemberian berkat-berkat istimewa, tetapi juga melalui upaya-Nya untuk membawa umat-Nya mendekat dan bersekutu dengan-Nya (ayat 5). Dia bukan hanya memenuhi kebutuhan mereka, namun juga menyediakan diri-Nya untuk mendengarkan doa (ayat 3), menghapuskan kesalahan (ayat 4), menjawab seruan (ayat 6a), dan menyelamatkan umat-Nya (ayat 6b). Berdasarkan karya-Nya yang dahsyat pada arena penciptaan dan perhatian khusus bagi umat-Nya ini, maka mereka yang dipilih untuk masuk dalam persekutuan dengan-Nya akan berbahagia (ayat 5a) dan menikmati persekutuan yang indah dengan Tuhan pada jamuan makan yang disediakan di rumah-Nya (ayat 5b). Meresponi berkat-berkat ini maka umat-Nya bernyanyi, memuji-muji, bersorak-sorai, dan menepati janjinya kepada Tuhan (ayat 2, 14c). Renungkan: Di manakah letak kebahagiaan Anda yang sejati? Apakah hal itu terletak pada pemenuhan kebutuhan Anda ataukah dalam persekutuan Anda dengan Tuhan? Memang bukan sesuatu yang salah bila kita menikmati berkat-berkat yang Tuhan sediakan karena itu merupakan wujud dari perhatian-Nya, namun demikian apakah yang sebenarnya menjadi pusat perhatian Anda ketika bersekutu dengan Tuhan? Berkat-berkat-Nya, keindahan pemulihan hubungan yang dikerjakan- Nya, ataukah pribadi Tuhan yang melakukan semuanya itu? Apakah hal ini telah mendorong Anda untuk bernyanyi memuji Tuhan serta menepati janji kepada-Nya? |
(0.1853963902439) | (Mzm 69:1) |
(sh: Menderita bagi Allah (Selasa, 16 Oktober 2001)) Menderita bagi AllahMenderita bagi Allah. Di dalam dunia kita menyaksikan dan mengalami sendiri berbagai penderitaan. Ada penderitaan yang terjadi karena seseorang melakukan kesalahan dan dosa, namun ada pula orang yang menderita justru karena membela dan melakukan kebenaran. Sesuatu yang janggal? Tidak juga. Di mana kebenaran ditegakkan, di situ pula kejahatan menghadang. Pengalaman seperti itu dialami oleh pemazmur. Ia menyatakan bahwa karena Allah ia telah menanggung cela (ayat 8a), dan cintanya bagi rumah Allah menghanguskan dirinya (ayat 10a). Kesesakan yang menyerbu hidup pemazmur digambarkan dengan sangat dahsyat, bak orang yang tenggelam ke dalam sheol (dunia orang mati). Ia terasing dari hidupnya sendiri dan berada dalam ketidakberdayaan ketika marabahaya melingkupinya (ayat 1-3). Ada juga orang-orang yang begitu membenci dia tanpa alasan dan ingin menghabisi nyawanya (ayat 5), dan ia pun "mati" secara sosial karena dikucilkan dari masyarakat serta keluarganya sendiri (ayat 9-13). Ketika kita menengok ke dalam kehidupan pemazmur, apakah kita dapat memahami perasaan dan situasi yang sedang dialaminya? Mazmur ini merupakan kekuatan bagi mereka yang rela menderita bagi Allah, namun akan terasa sangat asing bagi mereka yang tidak pernah menyadari bahwa mencintai Allah adalah sebuah perjuangan yang berat. Bila kita telah memiliki empati terhadap kondisi pemazmur, barulah kita dapat memohon bersamanya kepada Allah, untuk dibebaskan dari musuh-musuh kebenaran (ayat 14-19). Kita diajak untuk mengamini kasih setia Allah (ayat 14, 17) bagi orang-orang yang menantikan dan mencari Dia (ayat 7). Dengan demikian, orang-orang yang mengasihi Tuhan dan menderita bagi-Nya paling tidak perlu belajar 2 hal dari pemazmur: [1] Mengakui ketidakberdayaan dirinya dalam menghadapi penderitaan karena mencintai Tuhan dan [2] Mengingat rakhmat Tuhan yang senantiasa memberikan penebusan bagi mereka yang dalam kesesakan. Renungkan: Sebagai anak-anak kebenaran kita dipanggil untuk mencintai Allah dengan seluruh hidup kita, termasuk menanggung penderitaan yang dahsyat. Marilah kita meminta kepada Tuhan agar Ia memberikan keberanian bagi kita menjadi saksi kebenaran. Mari kita juga memohon kepada Dia agar menolong kita menjadi orang-orang yang senantiasa beriman dan berpengharapan karena kasih setia-Nya. |
(0.1853963902439) | (Mzm 75:1) |
(sh: Cawan keadilan di tangan Tuhan (Selasa, 23 Oktober 2001)) Cawan keadilan di tangan TuhanCawan keadilan di tangan Tuhan. Mazmur ini merupakan nyanyian ajakan kepada umat Tuhan agar menantikan waktu Tuhan untuk menegakkan keadilan di atas bumi yang sudah rusak. Pemazmur mengajak kita untuk menyadari peran Tuhan sebagai Hakim atas alam ini yang akan mengokohkan penghakiman, sehingga kebenaran akan ditegakkan dan kejahatan akan dihancurkan. Inilah penghiburan bagi kita yang hidup di tengah masyarakat yang mempermainkan keadilan dan membiarkan ketidakbenaran semakin merajalela. Bumi dan penduduknya ini telah runtuh karena merebaknya ketidakbenaran. Namun Tuhan akan menegakkan kembali tiang-tiangnya yang telah roboh (ayat 4). Ia akan menentukan waktu penghakiman- Nya dan akan menyatakan kedaulatan kuasa-Nya. Ia akan melibatkan diri-Nya secara langsung dalam proses pengadilan ini (ayat 3). Ia memperdengarkan suara-Nya, menghardik orang-orang fasik yang menolak perintah-Nya untuk tidak membual, meninggikan tanduk mereka, dan mengajak-Nya bersitegang leher (ayat 5, 6), karena tidak ada suatu kuasa pun yang mampu menahan kedaulatan penghukuman-Nya. Tangan-Nya mengatur setiap peristiwa dan Ia berdaulat melaksanakan penghakiman-Nya. Tiada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya untuk meninggikan atau merendahkan seseorang (ayat 7-8). Ia meramu penghakiman-Nya dalam cawan murka-Nya, dan akan diminumkan-Nya kepada orang-orang fasik sampai kepada ampas- ampasnya (ayat 9). Ia tidak lagi menunda penghakiman-Nya. Ia akan melakukannya dengan tegas hingga tuntas, sehingga kekuatan orang- orang fasik akan dihancurkan dan kekuatan orang benar akan dinyatakan (ayat 11). Atas perbuatan Tuhan ini, umat Tuhan akan bersyukur kepada Tuhan, menyerukan nama-Nya, menceritakan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib, bersorak-sorai, dan bermazmur selama-lamanya (ayat 2, 10). Renungkan: Kesabaran Tuhan dan realita penderitaan manusia karena hadirnya ketidakadilan, bukanlah akhir dari kisah umat manusia di bumi. Akan tiba saatnya bagi Tuhan untuk tidak lagi bersabar terhadap kelaliman dunia ini. Akan tiba waktunya bagi hadirnya kekuasaan tanpa agresi dan kemuliaan tanpa kesombongan. Bagaimanakah Anda dapat berperan dalam perealisasian penegakan keadilan ini? |
(0.1853963902439) | (Mzm 78:17) |
(sh: Mencobai Tuhan (Minggu, 4 September 2016)) Mencobai TuhanKita mungkin sering mendengar atau membaca bahwa "Israel mencobai Tuhan." Mungkin banyak di antara kita tidak benar-benar mengerti apa yang dimaksudkan dengan mencobai Tuhan. Untuk itu, mari kita melihat apa yang dimaksud dengan mencobai Tuhan seperti yang digambarkan dalam nas hari ini. Tuhan telah memperlihatkan banyak keajaiban agar Firaun bersedia membebaskan umat-Nya. Ia juga memberikan pemeliharaan-Nya yang ajaib kepada umat-Nya selama di padang gurun. Apa yang Tuhan nyatakan dan lakukan tidak membuat umat-Nya percaya dan mengandalkan Tuhan. Mereka berkata, "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang Ia memukul gunung batu sehingga terpancar air dan membanjir sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya? (19-20). Apa yang mereka katakan di sini dinyatakan sebagai "mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menurut nafsu mereka" (18). Tentu saja Tuhan murka sebab mereka tidak percaya kepada-Nya dan tidak yakin akan keselamatan yang dilakukan-Nya (21-22). Tidak memercayai Tuhan sama halnya dengan mencobai Tuhan. Hal ini diteguhkan oleh apa yang Yesus katakan ketika Iblis meminta-Nya menjatuhkan diri hanya untuk membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah. Yesus menegaskan: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu" (Mat. 4:7). Pada dasarnya Iblis meminta Yesus untuk tidak percaya begitu saja, tetapi perlu pembuktian bahwa Ia adalah Anak Allah. Namun, Yesus memercayai ucapan Allah, sehingga tidak perlu meminta bukti apa pun. Jika mencobai Tuhan ada dalam ketidakpercayaan akan penyataan Tuhan, mungkin kita sering melakukan hal itu. Bukankah kita sering berpikir bahwa Tuhan tidak mengasihi kita ketika Ia tidak menjawab doa kita? Padahal, Tuhan telah menyatakan kasih-Nya kepada kita. Berhati-hatilah dan jangan terus-menerus mencobai-Nya! Hiduplah dengan iman dan percayalah pada firman-Nya walau kondisi kita tidak sesuai harapan. [IT] |
(0.1853963902439) | (Mzm 80:1) |
(sh: Buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat (Selasa, 30 Oktober 2001)) Buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamatBuatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat. Pernahkah Anda menitikkan air mata penyesalan ketika melihat kondisi hidup Anda yang sudah sedemikian berubah, rusak, dan hancur karena kesalahan-kesalahan Anda? Pada masa-masa seperti ini adakalanya sulit bagi kita untuk dapat melihat adanya pengharapan yang bersinar di balik selubung kegelapan itu. Hal seperti inilah yang terjadi pada bangsa Israel ketika mereka menyadari bahwa nyala murka Allah sedang berkobar atas mereka (ayat 5). Israel menyadari bahwa Allah telah memungut, membela, menanam, menyediakan tempat dan membuat mereka bertumbuh menjadi besar. Namun karena dosa-dosa dan ketidaktaatan mereka, maka Allah menjungkirbalikkan keadaan mereka dalam nyala murka-Nya (ayat 5), sehingga keadaan mereka seperti kebun anggur yang runtuh temboknya (ayat 13-14). Di tengah situasi yang pilu dan terjungkirbalik, pemazmur mengajak Israel untuk menyadari keadaan mereka, kembali berharap kepada Allah dan mengungkapkan janji setia kepada-Nya (ayat 19). Pemazmur mengajak Israel untuk melihat bahwa walaupun Israel memakan roti cucuran air mata dan meminum air mata yang berlimpah-limpah (ayat 6), namun mereka tetaplah memiliki Allah yang sama. Sekalipun mereka telah menjadi bahan olokan dan sasaran kejahatan (ayat 7, 13b, 14), namun Allah tetaplah berperan sebagai Gembala Israel. Dialah yang akan menggiring dan memulihkan Israel (ayat 2). Di balik penghukuman yang dilaksanakan-Nya terdapat pengharapan akan pemulihan dan penyelamatan yang memungkinkan Israel berseru momohon agar Tuhan berbalik kepada mereka, memandang, melihat dan mengindahkan keadaan mereka (ayat 15-16). Pengharapan akan pemulihan dan penyelamatan ini memiliki intensitas yang semakin memuncak, sebagaimana ditekankan dalam refrein lagunya: "Ya Allah (ayat 4); Ya Allah semesta alam (ayat 8); Ya Tuhan, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah- Mu bersinar, maka kami akan selamat (ayat 20)." Renungkan: Rintihan pilu pemazmur merupakan ratapan pertobatan, yang bukan hanya penyesalan, melainkan juga pengharapan akan pemulihan yang sedang Tuhan kerjakan, janji untuk setia kepada jalan Tuhan, dan tekad untuk bersaksi demi Nama-Nya. Sudahkah Anda menghidupi pertobatan dalam mazmur ini? |
(0.1853963902439) | (Mzm 84:1) |
(sh: Rindu tak kunjung padam (Sabtu, 3 November 2001)) Rindu tak kunjung padamRindu tak kunjung padam. Perasaan sangat mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Tidak selalu kita berada di dalam suasana hati yang sangat antusias ketika bersentuhan dengan hal-hal rohani. Ini merupakan hal yang amat wajar, sekaligus menunjukkan kelemahan kita sebagai orang-orang berdosa. Itulah sebabnya, Mazmur yang kita baca hari ini terasa sangat luar biasa, karena seakan-akan pemazmur terlalu berlebihan, ketika berbicara mengenai kerinduannya untuk senantiasa bersekutu dengan Allah yang hadir di tempat kediaman-Nya. Pada waktu itu ia berada dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk beribadah di Yerusalem (2Raj. 18:13-16), padahal ia begitu mencintai Bait Allah (ayat 2-3). Ia iri terhadap burung-burung yang bebas bertengger di mana pun mereka suka (ayat 4). Ia meyakini kebahagiaan orang-orang yang senantiasa berada dekat Allah (ayat 5) dan selalu rindu berziarah ke Yerusalem (ayat 6-8), karena Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka. Apakah pemazmur sungguh-sungguh meyakini maksud dan ucapannya? Tentu saja. Karena itulah ia berdoa kepada Allah agar raja di Yerusalem diberkati dan menjadi pelindung rakyat (ayat 10). Hanya apabila Tuhan memulihkan posisi raja dan keadaan Yerusalem, maka Bait Allah baru dapat dimasuki lagi dan pemazmur dapat kembali beribadah. Kerinduannya yang tak kunjung padam ini dilandasi oleh nilai- nilai yang diyakininya, bukan sekadar perasaan. Seakan pemazmur ingin mengatakan bahwa bersama Tuhan semesta alam (ayat 2, 9, 13), ia tidak lagi kuatir akan hidupnya. Bukankah Allah tidak pernah mengecewakan orang yang menjaga kemurnian dirinya (ayat 12)? Itulah sebabnya ia menyebut berbahagia kepada setiap orang yang senantiasa bersekutu dengan Tuhan dan bersandar kepada-Nya (ayat 13). Renungkan: Kerinduan kepada Allah seharusnya bukanlah sekadar hasil perasaan kita yang sering naik-turun, tidak menentu. Kita beribadah karena meyakini dengan penuh kesungguhan akan kebaikan dan perlindungan Allah. Mari kita memohon anugerah Tuhan agar Ia menolong kita memahami kasih-Nya yang besar dan mencondongkan hati kita ke arah Dia senantiasa. |
(0.1853963902439) | (Mzm 86:1) |
(sh: Kekuatan ingatan (Senin, 5 November 2001)) Kekuatan ingatanKekuatan ingatan. Paling tidak ada 2 hal yang dapat membuat seseorang melupakan Allah: (a) Jika keadaan terlalu menyenangkan, atau sebaliknya (b) jika keadaan terlalu menyedihkan. Mazmur ini merupakan doa yang dapat menjadi model bagi kita di dalam situasi yang sulit. Bukannya tenggelam dalam ketakutan karena nyawanya diancam (ayat 14), pemazmur melakukan hal-hal yang luar biasa. Pertama, ia mengakui keberadaan dirinya yang begitu malang (ayat 1b). Ini adalah tanda bahwa hubungan pemazmur dengan Allah sangat bersentuhan dengan pengalaman hidup kita secara nyata. Kedua, ia berdoa kepada Allah (ayat 2-7) agar dilepaskan dari jerat maut. Ia bukan hanya percaya bahwa Allah bisa menolong, tetapi kini meminta agar Allah bergegas mengulurkan tangan-Nya. Permohonan ini merupakan ciri orang yang percaya pada perjanjian kasih setia Allah. Terjemahan dalam ayat 2a seharusnya berbunyi "...sebab aku orang yang memiliki kasih setia." Sering munculnya penggunaan kata ganti orang kedua "Mu" dan "Engkau", yang menunjuk pada Tuhan, menimbulkan kesan bahwa pemazmur ingin Allah juga terlibat dalam setiap masalah yang dihadapinya. Ketiga, pemazmur mengakui bahwa Allah berkuasa serta unik (ayat 10). Di tengah kondisinya, ia tidak melupakan kepercayaan komunitasnya, bahwa kasih setia Allah besar bagi setiap orang yang percaya pada-Nya (ayat 5, 13, 15). Keempat, kita melihat bahwa pemazmur tidak sekadar berdoa supaya masalahnya selesai. Ia lebih maju selangkah lagi dengan meminta agar Tuhan mengubah hatinya semakin mengasihi Dia (ayat 11). Ini adalah tanda bahwa pemazmur tidak memanipulasi Allah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia tidak mengasihi Allah karena Allah menolong dia. Sebaliknya, karena ia mengasihi Allah, maka ia yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan dia jatuh ke tangan musuh. Kelima, pemazmur memuji-muji Allah karena Ia selalu baik (ayat 12-13). Renungkan: Kadangkala kita dapat begitu tenggelam di dalam masalah kita, sehingga Allah terlupakan. Tetapkan hati Anda hari ini untuk senantiasa menengadah kepada-Nya dan mengingat kasih setia- Nya. Kita dapat berdoa seperti pemazmur agar Allah membulatkan hati kita untuk senantiasa takut akan Dia dalam setiap situasi hidup kita. |
(0.1853963902439) | (Mzm 87:1) |
(sh: Menilai sebuah kota (Selasa, 6 November 2001)) Menilai sebuah kotaMenilai sebuah kota. Bagaimana kita harus menilai sebuah kota? Apa kriteria penilaiannya? Apakah perekonomiannya? Pusat perbelanjaan yang lengkap? Banyaknya gedung pencakar langit? Kebersihan dan kenyamanannya? Tingkat kriminalitas yang rendah? Transportasi dan sarana jalan raya yang memadai? Atau apa? Mazmur hari ini ingin mengajar kita mengenai suatu kriteria yang sangat berbeda untuk menilai sebuah kota. Sion, sebagai kota Allah, begitu dikagumi oleh pemazmur. Hal-hal yang begitu mulia dikatakan tentangnya (ayat 3). Apa yang menjadikan Sion begitu mulia?
Tiga hal dapat kita amati di sini. Pertama, Sion dijadikan kota
Allah. Meskipun Sion didirikan oleh manusia, Allah membuatnya
begitu istimewa, dikasihi tanpa syarat (ayat 1-2, bdk. Renungkan: Apa yang paling mengagumkan bagi kita ketika melihat kota kita sendiri? Mungkin kita hidup di desa terpencil atau kota kecil, atau mungkin pula di kota metropolitan. Di mana pun kita tinggal, kita diajarkan untuk mengagumi sebuah tempat bukan karena keindahan alamnya, kemegahan bangunannya, atau nilai-nilai sejarah yang dikandungnya, namun karena Allah menggenapi rencana keselamatan-Nya di sana. Maukah Anda juga menjadi alat Tuhan mewartakan kasih-Nya? |
(0.1853963902439) | (Mzm 89:1) |
(sh: Kasih setia Allah (Kamis, 8 November 2001)) Kasih setia AllahKasih setia Allah. Kita semua ingin memiliki pemerintahan yang bersih. Keadilan, kebenaran, kerukunan, keamanan, dan kesejahteraan merupakan nilai-nilai umum yang didambakan oleh warga masyarakat. Sayang sekali, dalam dunia ini tidak ada satu bangsa dan negara pun yang sempurna. Mungkinkah kehidupan yang ideal terwujud? Mazmur 89:1-19 menunjukkan adanya kemungkinan terwujudnya idealisme dalam sebuah bangsa dan negara, yakni terletak pada kasih setia Tuhan. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan suatu tekad yang indah, yaitu bersyukur atas kesetiaan Allah, bahkan ingin menceritakan-nya dari generasi ke generasi (ayat 2). Ia tahu bahwa Allah yang memimpin bangsa-Nya telah menetapkan rencana-Nya di surga (ayat 3) untuk memberkati takhta Daud seterusnya (ayat 4-5). Kasih setia Tuhan begitu luar biasa, sehing-ga makhluk-makhluk surgawi pun kagum akan keagungan-Nya (ayat 6-9). Dalam pengertian aslinya, istilah "kasih setia" biasanya dipakai dalam sebuah hubungan perjanjian antara 2 pihak. Ketaatan manusia akan menghasilkan berkat, sedangkan ketidaktaatan membawa hukuman. Maka memang ada unsur kesetiaan di dalam istilah "kasih setia". Namun demikian, kesetiaan bukan satu- satunya unsur di sana. Yang lebih penting adalah "kasih". Allah memberikan kasih setia-Nya bukan melulu karena syarat yang telah dipenuhi manusia, tapi terutama karena pemberian- Nya berdasarkan anugerah semata. Ia menegakkan takhta Daud karena kasih-Nya yang cuma-cuma, dan inilah yang membuat langit kagum. Allah yang memberikan kasih setia-Nya menjalankan kuasa pemerintahan di atas takhta Daud dengan tongkat keperkasaan- Nya yang mulia (ayat 10-17). Mereka yang berbagian dalam anugerah ini disebut ber-bahagia. Allah sendiri yang melindungi kerajaan yang dikasihi-Nya dan raja yang diurapi- Nya untuk menjadi wakil-Nya di dunia (ayat 18-19). Renungkan: Segala kekuasaan dan nilai yang mulia hanya mungkin terwujud bila kasih setia Allah menopangnya. Marilah kita ber-syukur kepada-Nya dan mewujudkan nilai-nilai kerajaan-Nya di dunia. Doakan juga agar pemerintah kita selalu sadar akan sumber kekuasaan mereka, sehingga mereka bisa menjalankan roda pemerintahan berlandaskan takut akan Tuhan. |