Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 60 dari 772 ayat untuk saat itu AND book:[1 TO 39] AND book:19 (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.93) (Mzm 83:1) (sh: Menyongsong kemenangan (Senin, 26 September 2005))
Menyongsong kemenangan

Menyongsong kemenangan Berbicara tentang kemenangan dalam kondisi sulit, rasanya tidak realistis. Hal yang tidak realistis inilah yang mendominasi doa Asaf ini. Umat Israel sedang terancam persekongkolan jahat bangsa-bangsa yang memusuhi mereka (ayat 8-9). Dalam situasi buruk ini, Perjanjian Allah dan doa yang mengantisipasi kemenangan menjadi dasar umat Israel bersikap sehingga mereka mampu menghadapi persekongkolan jahat itu.

Umat Israel menyadari arti perjanjian Allah bagi mereka dan implikasinya terhadap kesulitan yang mereka alami. Dengan mengadakan perjanjian, Allah menempatkan diri-Nya di pihak umat-Nya. Ia menjadi penyelamat, pemilik, dan pelindung umat-Nya, maka para musuh umat Israel akan menjadi musuh Allah sendiri. Atas dasar ini, pemazmur berseru agar Tuhan membuyarkan kekuatan dari persekongkolan jahat itu (ayat 14-16). Hasilnya, doa permohonan berubah menjadi doa menyongsong kemenangan. Asaf mengingat akan perbuatan-Nya di masa lalu saat para hakim satu per satu mematahkan kejahatan bangsa-bangsa zaman mereka (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-13).

Berdoa berdasarkan perjanjian ilahi harus menjadi disiplin rohani kita. Realitas hidup tidak selalu ramah. Kesepakatan jahat dari orang-orang yang berprinsip hidup berbeda dengan kita dapat menekan kita. Hadapilah perilaku dari orang tak beriman itu dengan fakta Perjanjian Allah bagi kita. Kita adalah umat perjanjian karena nyawa Kristus dan meterai Roh Allah. Namun, kita hanya dapat menghayati kekuatan yang datang dari fakta perjanjian Allah itu, jika kita sendiri aktif menautkan diri kita kepada-Nya. Kesadaran tinggi bahwa kita adalah milik-Nya membuat kita memiliki keyakinan teguh bahwa apa pun yang kita alami justru akan membuat pihak lawan mengakui kemuliaan Allah (ayat 17-19).

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.93) (Mzm 119:17) (sh: Kuat menghadapi penindasan (Minggu, 27 Oktober 2013))
Kuat menghadapi penindasan

Judul: Kuat menghadapi penindasan
Peraturan yang berkekuatan hukum merupakan suatu kepastian untuk suatu kegiatan yang sah. Kenyataannya, masih bergantung dengan bagaimana penegakan hukum itu sendiri, yaitu oknum di baliknya apakah dapat dibeli atau dikibuli.

Dua bait berikut Mazmur 119 memaparkan pergumulan pemazmur dalam menjalani hidup ini, di mana sepertinya tidak ada penegakan hukum. Yang ada ialah orang-orang kurang ajar, yang menyimpang dari firman Tuhan (21) dan para pemuka yang melawan hukum dengan menyerang si pemazmur (23). Hukum dijungkirbalikkan. Orang benar ditindas dan dipersalahkan. Pejabat menyalahgunakan kuasa untuk kepentingan mereka sendiri. Hal inilah yang dirasakan pemazmur.

Di tengah rasa terasing (19), berduka (25, 28), dan tergoda untuk melawan ketidakadilan dengan dusta (29), pemazmur tetap bergeming melekat pada Taurat Tuhan. Malah pemazmur berdoa meminta agar ia lebih lagi menyadari keajaiban Taurat (18) dan lebih lagi merindukan (20) dan tetap menggemarinya (24). Pemazmur juga berdoa agar dirinya tetap teguh dalam menekuni Taurat dan sepenuhnya taat melakukan kehendak Tuhan. Dalam doanya pemazmur memohon Tuhan melindunginya dari dipermalukan para musuhnya justru karena kesetiaannya pada Taurat.

Memang dalam dunia yang bengkok dan kacau balau ini, yang lurus, yang teratur sesuai kebenaran terlihat bukan hanya langka tetapi aneh. Tidak heran sindiran seperti, sok suci, katro, munafik, mudah dilabelkan kepada kita yang mau konsisten menjalankan kehendak Allah. Belum lagi penindasan yang terang-terangan atas kegiatan iman kita. Jangan lupa bahwa dunia ini tetap milik Allah. Dia berdaulat atas segala isinya, termasuk mereka yang memusuhi-Nya, umat-Nya. Setialah pada-Nya, tetap konsisten melakukan firman-Nya. Tuhan akan menganugerahkan kekuatan dan kemenangan pada hamba-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.92) (Mzm 74:1) (sh: Allah membela umat-Nya (Kamis, 21 April 2005))
Allah membela umat-Nya

Allah membela umat-Nya
Mazmur ini adalah suatu nyanyian ratapan atas Bait Allah yang telah dihancurkan ketika Yerusalem diinvasi oleh bangsa Babel pada tahun 587 SM. Umat Allah telah dibawa ke pembuangan. Sion, tempat mezbah Allah pernah ada dan yang merupakan lambang kehadiran Allah sendiri telah menjadi celaan di antara bangsa-bangsa kafir (ayat 3-9). Peristiwa penghancuran itu rupanya sudah berlangsung lama, sementara Yerusalem dan Bait Suci masih tetap menjadi reruntuhan, dan umat Tuhan belum kembali dari pembuangan. Keadaan itu membuat peMazmur bertanya "Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya?" (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1a). Sepertinya Allah telah melupakan umat-Nya sendiri (ayat 2,19) dan mendiamkan serta membiarkan umat-Nya tertindas yang justru membuat para musuh mencela dan menista Dia (ayat 9-11).

Dalam situasi yang tidak berpengharapan itu ternyata peMazmur tidak berpaling dari Allah. Ia percaya bahwa Allah yang disembahnya berkuasa atas alam semesta ini. (ayat 12-17). Oleh keyakinan itu ia mohon supaya Allah bangkit menolong umat-Nya. PeMazmur memberikan alasan bahwa perbuatan para musuh kepada mereka itu sebenarnya dilakukan kepada Allah sendiri. TUHANlah yang dicela dan dinista oleh para musuh (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">18,22-23). PeMazmur juga mengingatkan Allah akan perjanjian yang Allah telah ikat dengan umat-Nya. Atas dasar perjanjian itu peMazmur mohon supaya Allah bertindak menyelamatkan mereka (ayat 20-22).

Saat Gereja ditindas dan dianiaya oleh musuh-musuh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya Allah sendirilah yang dicela dan dinista oleh mereka. Ingat juga bahwa Allah kita adalah Allah Semesta Alam. Ia berdaulat atas semua kejadian di muka bumi ini. Panjatkan doa mohon pertolongan yang sama dengan yang dipanjatkan oleh si peMazmur. Keberanian doa kita juga didasarkan oleh ikatan perjanjian Tuhan dengan Gereja-Nya di dalam Tuhan Yesus.

Ingat: Kristus adalah kepala Gereja yang akan bertindak membela umat-Nya demi nama-Nya dan pada waktu-Nya.

(0.92) (Mzm 113:1) (sh: Kewajiban memuji (Kamis, 2 Mei 2002))
Kewajiban memuji

Kewajiban memuji. Mazmur ini dibuka dengan suatu seruan kepada semua hamba Tuhan untuk memuji Tuhan pada segala waktu dan tempat. Mengapa? Karena Tuhan mengatasi segala sesuatu: Ia mengatasi waktu: “sekarang dan selamanya” (ayat 2). Ia mengatasi kehidupan: “Dari terbitnya hingga terbenamnya matahari” (ayat 3), yaitu di segala tempat di muka bumi. Ia juga mengatasi ketinggian, yang menyangkut Pemerintahan-Nya: “Ia ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi” (ayat 4). Kemuliaan Allah (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4b) yang bersinar itu menunjuk pada kekuatan Khalik dan Penentu sejarah. Keberadaan-Nya itu menunjukkan betapa Tuhan, Allah Israel itu, Mahatinggi, tak ada yang sebanding dengan Dia (Yes. 40:12-26) dan tak ada Allah selain Dia (Yes. 44:6).

Namun, Allah yang bertakhta dalam ketinggian surgawi bukanlah Allah yang tidak peduli pada keberadaan umat-Nya di bumi. Umat-Nya yang dilecehkan dan diperlakukan tidak semena-mena diangkat dan didudukkan di tempat yang layak. Wujud kepedulian Allah pertama-tama ditujukan kepada orang-orang hina dan miskin, yaitu mereka yang lemah kedudukannya, mereka yang tidak mempunyai keterampilan atau keahlian yang diperlukan masyarakat, mereka yang menganggur dan berkekurangan. Mereka diangkat dan didudukkan di antara para bangsawan. Di tempat itu, masa depan mereka direncanakan, kedudukan mereka diperbarui, dan segala kerinduan mereka dipuaskan (ayat 7-8).

Kedua, Allah peduli terhadap keberadaan wanita mandul yang saat itu dipandang hina dan terkutuk, disakiti hatinya, dianggap tidak berguna. Wanita mandul inilah yang diangkat Tuhan tidak hanya untuk menjadi seorang yang penuh sukacita karena menjadi ibu, tetapi juga masa depannya. Tuhan telah menghapuskan aibnya di depan manusia (bdk. Kej. 30:23; Luk. 1:25). Perbuatan Allah di masa itu, digenapi penuh dalam sikap Yesus terhadap orang berdosa. Tuhan Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya agar orang-orang berdosa dan hina terangkat menjadi anak-anak Allah.

Renungkan: Hidup yang memuji Allah mengandung dua aspek yang tak terpisahkan satu dengan lainnya yaitu ibadah kepada Allah dan kepada sesama.

(0.92) (Mzm 127:1) (full: JIKALAU BUKAN TUHAN YANG MEMBANGUN. )

Nas : Mazm 127:1-5

Hanya yang berasal dari Allah dan diberkati oleh-Nya benar-benar berarti dalam hidup ini; sebaliknya, jikalau Allah tidak ada dalam hidup kita, kegiatan kita, sasaran dan keluarga kita, maka segala sesuatu itu sia-sia dan akan berakhir dengan kekecewaan dan kegagalan. Karena itu, kita harus mencari berkat dan bimbingan Allah di dalam segala sesuatu sejak permulaan kehidupan kita

(lihat cat. --> Luk 24:50).

[atau ref. Luk 24:50]

(0.92) (Mzm 44:1) (sh: Puji Tuhan! Allah mengasihi kami! (Minggu, 8 Februari 2004))
Puji Tuhan! Allah mengasihi kami!

Puji Tuhan! Allah mengasihi kami! Demikianlah seruan pemazmur pada bagian pertama mazmur ini. Pemazmur mulai dengan mengaminkan pengalaman bangsanya pada masa lampau. Allah telah menopang nenek moyangnya dengan tangan kanan-Nya yang perkasa melawan musuh-musuh Israel. Semuanya itu perbuatan besar Allah (ayat 2-4).

Pemazmur juga menyatakan kepercayaannya bahwa pada masa kini pun Allah adalah raja Israel yang telah memberikan kemenangan demi kemenangan untuk mereka. Oleh karena itu pujian dan syukur dikumandangkan bagi Allah.

Namun, segera mazmur pujian ini berubah menjadi ratapan. Tuhan telah menyerahkan mereka ke tangan para musuh mereka. Bagi pemazmur, segala yang menimpa mereka ini adalah perbuatan tangan Allah sendiri melawan mereka (ayat 10-17).

Pemazmur mewakili umat Israel memeriksa diri, kalau-kalau ada dosa yang menyebabkan Allah berpaling melawan mereka. Setelah yakin tidak ada, pemazmur kembali menyatakan kesetiaan bangsanya kepada Tuhan. Mereka menerima hajaran tangan Tuhan dengan tetap memegang ikatan perjanjian yang pernah nenek moyang mereka adakan dengan Tuhan.

Akhirnya, dengan keyakinan bahwa Tuhanlah di balik semua penderitaan mereka, pemazmur memohon agar Tuhan jugalah yang menolong mereka dengan segera. Pemazmur mengingatkan Tuhan akan kasih setia-Nya, supaya Tuhan menolong umat-Nya.

Renungkan: Saat penderitaan menimpa Anda, percayalah Allah masih peduli pada Anda.

(0.92) (Mzm 57:1) (sh: Membentuk dan membuka. (Jumat, 6 Maret 1998))
Membentuk dan membuka.

Membentuk dan membuka.
Pergumulan hidup tidak saja membentuk sikap dan mengubah kebiasaan tetapi juga membuka watak yang sudah ada untuk mengungkapkan diri. Itulah yang terjadi dalam kisah Daud ketika ia harus terus berusaha membebaskan dan menyembunyikan diri karena dikejar-kejar Saul dan tentaranya. Namun Daud membuktikan bahwa dalam kondisi yang serba tertekan, dan terancam ini, ia tidak mengikuti ambisi dan dendam pribadi. Buktinya, Daud tidak menggunakan kesempatan untuk membunuh Saul yang sedang tertidur dalam gua. Bukankah ini kesempatan emas? Memang pertimbangan manusia mengatakan bahwa ia bertindak bodoh. Tetapi pertimbangan Allah lewat pengalaman hidup Daud adalah lebih tepat, jelas dan bijak.

Prinsip yang benar. Mengapa Daud tidak menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan dendam? Bukankah itu saat yang paling gampang? Keyakinannya untuk terus berpegang pada prinsip hidup yang benar, yaitu bahwa Tuhanlah yang memberi perlindungan baginya, mengendalikan hidupnya, menerima keluhannya dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahannya. Penyelesaian yang berasal dari pertimbangan diri sendiri bukan menyelesaikan tetapi justru menimbulkan permasalahan baru.

(0.92) (Mzm 59:1) (sh: Dikepung orang jahat. (Rabu, 22 April 1998))
Dikepung orang jahat.

Dikepung orang jahat.
Pernahkah Anda menjadi korban iri hati, kebencian, fitnah, sumpah serapah bahkan kutuk? Dalam bagian ini kita melihat serangkaian panjang pengalaman derita Daud, saat melarikan diri dari pengepungan Saul. Ada empat hal terungkap: musuh yang licik, seruan pembebasan, Penolong yang pengasih dan puji-pujian yang berkelanjutan. Musuh yang licik itu mengepung dan menghadang bagaikan anjing-anjing yang mengepung tembok kota. Begitulah musuh! Berusaha membuat Anda dijerat, terpuruk dan harus berteriak minta tolong (bdk. Yoh. 10:10).

Penolong dan kidung pujian. Yahweh yang Mahakuasa bertahta. Ia memegang kendali, termasuk atas musuh. Ia pembela yang tak kenal suap. Bila sendirian, nilai Anda nol besar. Namun bila anda mengutamakan Dia, Anda menjadi mayoritas dan kuat. Jika Allah beserta atau di pihak Anda, siapakah lawan Anda? Anda menang dan menyanyikan kekuatan Allah, Benteng, Penolong dan Perlindungan itu! Karena Yesus Tuhan kita hidup, kita dapat bermadah ria sejak terbit matahari sampai ia terbenam tiap hari. Itulah tanda awal bahwa Anda sedang mencicipi zaman baru yang kelak akan didatangkan-Nya ke bumi ini sebagai kesempurnaan dari karya penyelamatan-Nya.

Doa: Berpihaklah kepada Umat-Mu yang terancam dan teraniaya.

(0.92) (Mzm 70:1) (sh: Iman yang mampu menerobos keadaan genting (Kamis, 18 Oktober 2001))
Iman yang mampu menerobos keadaan genting

Iman yang mampu menerobos keadaan genting. Keadaan yang genting, kacau, dan tak terkendali seringkali memperhadapkan kita pada berbagai kemungkinan, risiko, kepanikan, dan tindakan yang harus diambil secara cepat. Tidak jarang, pada situasi seperti ini kita harus berhadapan dengan ketegangan, berbagai kebingungan, dan tersudut oleh berbagai tindakan yang gegabah. Pada situasi seperti ini, iman memegang peranan yang penting. Iman akan menuntun kita untuk mengambil tindakan-tindakan yang tepat, yang tidak berdasarkan pada pertimbangan yang kacau, melainkan pada kebergantungan kepada Allah yang mengendalikan keadaan.

Mazmur 70 ini merupakan pancaran iman Daud yang mampu menerobos keadaan genting. Pengenalannya akan Allah menolongnya untuk tidak putus asa ataupun terpancing untuk bertindak gegabah, ketika diperhadapkan dengan situasi yang tidak terkendali. Sebaliknya, ia menunjukkan respons yang sangat mengagumkan. Dalam keadaan genting, ia menyediakan waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, berinteraksi dengan-Nya, dan berdoa memohon agar Tuhan memberikan pertolongan-Nya dengan segera (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2, 6). Ia menyadari ketidakberdayaannya, namun memiliki pengharapan yang kuat kepada Tuhan (ayat 3-5). Ia tidak bertindak gegabah mengandalkan kekuatan dan strateginya sendiri, melainkan bergantung sepenuhnya kepada pertolongan Tuhan. Inilah teladan dari iman yang terpancar kuat di tengah keadaan yang genting.

Keputusan untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dalam situasi yang genting, bukanlah tindakan yang mudah diterapkan. Tetapi di sinilah letak nilai iman. Karena di dalam iman terkandung risiko. Iman yang mampu menerobos segala keadaan dan keterbatasan adalah iman yang mampu bertahan ketika diperhadapkan dengan pertaruhan dan risiko yang besar.

Renungkan: Ketika kita menghadapi situasi yang penuh dengan kepanikan, di mana kita tidak lagi dapat menguasai keadaan, janganlah bersandar pada kekuatan sendiri. Sediakanlah waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, berinteraksi dengan-Nya, dan bersandar sepenuhnya pada pertolongan-Nya yang akan datang tepat pada waktunya.

(0.92) (Mzm 81:1) (sh: Menyanyikan kebaikan Tuhan. (Kamis, 20 Agustus 1998))
Menyanyikan kebaikan Tuhan.

Menyanyikan kebaikan Tuhan.
Hati yang bersukacita dan gembira dalam kehidupan, menjadi keinginan setiap orang. Namun kesukaan, ungkapan nyanyian rohani dan puji-pujian adalah kualitas hidup umat yang ada dalam hubungan akrab dengan Allah. Di dalam Roh kita dimampukan berdoa, memuji Tuhan dengan benar. Kita miskin dalam puji-pujian bila hati kita beku terhadap keindahan dan mukjijat Tuhan. Bila kebaikan dan pertolongan Tuhan, tak terhitung jumlahnya atas hidup kita masing-masing, dosalah membuat kita tak mampu mensyukurinya.

Doa yang terlambat. Tujuan Asaf menyanyikan pujian tersebut adalah untuk mengingat-ingat karya penyelamatan Tuhan guna konteks penyelamatan Israel saat itu. Sayang Israel terlalu lambat meresponi Tuhan. Memang Tuhan Allah panjang sabar dan kemurahan-Nya kekal. Namun keadaan Israel yang berkeras hati membuat mereka menempatkan diri di luar jangkauan kesabaran dan kemurahan Tuhan itu. Dalam tugas kita menyaksikan Injil dan menyuarakan kebenaran pun kita harus tegas memberikan peringatan. Kasih karunia Tuhan bukan untuk dipermainkan!

Renungkan: Kristen, beritakan terus kebenaran tentang Injil, keadilan, kekudusan. Teguhkan hati untuk juga menyuarakan ancaman hukuman ilahi!

Doa: Bangkitkanlah di antara umatMu orang-orang yang berbicara vokal tentang kebenaran.

(0.92) (Mzm 104:1) (sh: Kebesaran Allah (Sabtu, 27 Maret 1999))
Kebesaran Allah

Kebesaran Allah. Ketika kita menyaksikan keagungan karya ciptaan Allah, sungguh nyata kebesaran Allah, Sang Pencipta. Kali ini pemazmur mempersegar ingatan itu kembali, dengan memaparkan kepada kita bahwa kebesaran Allah tidak akan pudar, sekalipun waktu terus berputar. Hingga zaman pemazmur, dirasakan bahwa semua ciptaan-Nya dipelihara-Nya dengan setia: alam semesta, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu semua terpancar dari puji-pujiannya kepada Allah. Ada banyak alasan bagi kita untuk memelihara dan menghargai segala ciptaan-Nya.

Menghargai hidup. Kini kita hidup di tengah dunia yang semakin hari semakin dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang mencengangkan: penindasan, penganiayaan, pembunuhan. Menyedihkan, karena tindakan-tindakan ini menunjukkan betapa sikap saling menghargai hidup sudah tidak ada lagi. Sejak Allah mencipta hingga saat ini, kita tahu bagaimana Allah begitu menghargai hidup setiap ciptaan-Nya. Sebagai ciptaan yang tetap berada dalam lingkaran pemeliharan Tuhan, bagaimana kita menghargai hidup? Sikap pemazmur yang begitu mengagungkan Tuhan dalam hidupnya merupakan wujud penghargaannya atas hidupnya.

Doa: Tuhan, ampunilah saya bila selama ini saya kurang menghargai hidup yang telah Engkau anugerahkan.Terima kasih karena Engkau tetap mengasihi dan menghargai hidup saya.

(0.92) (Mzm 119:113) (sh: Taurat Tuhan adalah perisai (Minggu, 2 Juni 2002))
Taurat Tuhan adalah perisai

Taurat Tuhan adalah perisai. Pengalaman hidup pemazmur menunjukkan bahwa Taurat adalah perisai yang telah membela dan mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan dan janji-Nya (ayat 116). Ia juga menyadari bahwa usahanya untuk setia dan taat terhadap Taurat Tuhan bukanlah jalan untuk memperoleh keselamatan (ayat 117), "Sokonglah aku, supaya aku selamat." Bahkan ketika pemeras-pemeras menindas pemazmur (ayat 121,122), ia mengatakan, "Mataku sangat merindukan keselamatan ... dari pada-Mu dan ... " (ayat 123,124).

Dengan demikian, walaupun pemazmur sudah sekuat tenaga berusaha setia dan menjalankan Taurat Tuhan, ia tetap sadar bahwa jaminan keselamatan itu ada pada Allah (ayat 122). Keselamatan yang dimaksudkan di sini juga berarti selamat dari godaan untuk berbuat jahat; selamat dalam menjalankan firman Tuhan agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan jahat. Hal ini tampak dari kata-kata pemazmur, "menjauhlah dariku, hai penjahat-penjahat; aku hendak memegang perintah-perintah Allahku "(ayat 115).

Beberapa ayat dari pemazmur ini menggambarkan bahwa ia berada dalam keadaan tertindas. Tertindas bukan secara materiil, tetapi moril. Ia digoda untuk meninggalkan Taurat dan Allah. Saat itu, masa pembuangan, adalah masa pencobaan berat bagi mereka yang setia kepada Allah dan Taurat-Nya. Mereka dipaksa untuk hidup menurut kepercayaan bangsa Babel yang politeistis. Banyak orang percaya yang merasa kehilangan kesempatan untuk meraih keuntungan dari jalan-jalan yang jahat.

Renungkan: Pernahkah Anda berdoa, "Ya Tuhan lepaskan aku dari godaan yang menggiurkan ini," ketika berhadapan dengan godaan yang jahat, tetapi menawarkan kesukaan dunia?

(0.92) (Mzm 132:1) (sh: Kesetiaan Daud kepada Tuhan (Sabtu, 11 September 1999))
Kesetiaan Daud kepada Tuhan

Kesetiaan Daud kepada Tuhan. Mazmur ini mengungkapkan isi hati Daud yang menggambarkan kesetiaannya kepada Tuhan. Ia merasa tak layak tinggal di istana, jika belum membangun Bait Allah (ayat 2-5). Oleh karena itu, ia mohon agar Tuhan mengizinkannya melaksanakan keinginan tersebut. Dengan alasan tertentu Tuhan tidak mengizinkan Daud membangun rumah bagi-Nya. Tuhan mengetahui dalamnya kasih Daud kepada-Nya. Tuhan berjanji akan membalas kesetiaan Daud. Hal itu diwujudkan-Nya dalam kerajaan Daud yang besar serta ditetapkannya keturunan Daud, yakni Salomo sebagai raja terbesar sepanjang sejarah Israel (ayat 11). Kita mempelajari dua hal: (ayat 1) Tuhan adil dan bijaksana, karena Ia tidak pernah melupakan kasih dan kesetiaan anak-Nya. (ayat 2) Kesetiaan dan pengabdian Daud kepada Tuhan adalah teladan bagi generasi selanjutnya. Tuhan sangat adil dan bijaksana; Ia tidak pernah melupakan kasih dan kesetiaan anak-Nya yang berseru kepada-Nya.

Pilihan Allah. Suatu kerajaan yang kokoh akan digenapi pada saat kedatangan Yesus Kristus sebagai Raja. Dialah yang diurapi Allah; semua musuh-musuh-Nya akan ditaklukkan-Nya; dan semua umat-Nya beroleh kemenangan. Sambutlah kedatangan- Nya.

(0.92) (Mzm 6:1) (sh: Beriman dalam pergumulan (Sabtu, 15 Februari 2003))
Beriman dalam pergumulan

Beriman dalam pergumulan. Frasa bahasa Inggris berikut meringkaskan pandangan umum tentang bagaimana beriman di tengah pergumulan yang berat: "to keep a stiff upper lip". Arti bebasnya, menjaga bagian atas bibir tetap kaku pada saat apa pun, karena bibir bagian atas kita selalu bergerak dan berubah bentuk, bila sang empunya bibir atas sedang ada dalam keadaan emosional, senang atau sedih. Pendeknya, jika dalam pergumulan, tetaplah tegar, kendalikan diri, dan jangan salahkan Allah.

Pemazmur gagal total untuk melakukan itu. Jangankan menjaga bibir atasnya tetap kaku, ranjangnya pun digenangi oleh air matanya (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7b). Tulang-tulangnya gemetar (ayat 4) dan matanya sembab (ayat 8). Ia mengeluh merana (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">3a,7a) dan bertanya, "berapa lama lagi?" (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">4b). Setelah itu semua, baru kemudian pemazmur menyambungnya dengan pernyataan keyakinan bahwa Allah akan menolong dan membelanya (ayat 9-11).

Mazmur ini memberikan wawasan yang sehat tentang bagaimana beriman dalam pergumulan. Darinya kita menyimpulkan suatu sikap iman terhadap pergumulan yang seimbang. Pengalaman iman kita mengizinkan kita untuk berduka, meratap, dan bahkan mengeluh. Bahkan, seperti teladan pemazmur, semua ratap dan keluhan itu ditujukan langsung kepada Allah. Ini bukan kekurang-ajaran, bukan pula ketidakpercayaan, tetapi hak dari seorang anak untuk mengeluh kepada Bapanya. Ini juga berarti memberikan kesempatan bagi Allah untuk menjawab keluhan kita dan menolong kita. Kita belajar bahwa dasar yang teguh bagi Kristen untuk menghadapi pergumulan bukanlah iman terhadap konsep, tetapi kepada Allah yang hidup, yang mendengarkan dan menjawab doa-doa kita.

Renungkan: Doa bukanlah topeng religius untuk menutupi kelemahan kita dengan tindakan rohani, tetapi ekspresi atas hubungan yang akrab dengan Allah dalam kejujuran dan penyerahan diri.

(0.92) (Mzm 8:1) (sh: Mengapa gereja terus bertengkar? (Sabtu, 6 Januari 2001))
Mengapa gereja terus bertengkar?

Mengapa gereja terus bertengkar? Apa penyebab utama perselisihan dan perpecahan gereja sampai saat ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesombongan yang masih menguasai hati Kristen. Pada hakikatnya kesombongan adalah salah satu bentuk manifestasi mempertuhankan diri sendiri. Karena itu kesombongan harus dihancurkan. Bagaimana caranya? Kita dapat meneladani pemazmur.

Melalui ayat pertama dan ayat terakhir dari Mazmur ini, pemazmur melantunkan nyanyian kekagumannya yang indah kepada Tuhan dimana di dalamnya nama Allah yang mulia ditinggikan. Kekaguman kepada Allah ini sulit diekspresikan sehingga pemazmur hanya dapat mengungkapkan dengan kata-kata 'Ya TUHAN, Tuhan kami`. Kita tidak perlu kaget karena memang tidak ada akal yang dapat mengukur dan tidak ada lidah yang dapat menyatakan, walaupun hanya setengah dari kebesaran Tuhan.

Mengapa pemazmur begitu terkagum-kagum akan kebesaran Allah? Sebab kebesaran Allah tidak hanya dapat dilihat dari apa yang di langit di atas namun juga yang di bumi di bawah, khususnya dari makhluk yang dianggap paling lemah yaitu bayi-bayi dan anak- anak yang menyusu. Pemeliharaan Allah yang luar biasa kepada mereka terlihat ketika Allah mengubah darah seorang ibu menjadi air susu dan memberikan kemampuan bayi-bayi untuk menyusu. Melalui itu semua Allah memelihara dan menumbuhkan.

Pengenalan yang benar akan kebesaran Allah, menuntun manusia kepada kesadaran akan ketidakberdayaan dan ketidaklayakan dirinya (ayat 4-5). Pengenalan akan kebesaran Allah akan menuntun manusia untuk menemukan jati diri yang sebenarnya di hadapan Allah dan di antara makhluk ciptaan lainnya. Jika sekarang manusia mempunyai kemampuan, otoritas, dan kedudukan yang tinggi di dunia, semua itu semata-mata anugerah Allah (ayat 6-9).

Renungkan: Berdasarkan pemahaman di atas, adakah alasan yang membenarkan manusia untuk menjadi sombong, sehingga merendahkan dan melecehkan orang lain? Jika pemazmur membuka dan menutup mazmur ini dengan pujian kekaguman sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan dirinya, hal-hal lain apakah yang dapat Anda lakukan sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan kita dihadapan-Nya?

(0.92) (Mzm 20:1) (sh: Pemimpin dan pendukungnya (Selasa, 13 Maret 2001))
Pemimpin dan pendukungnya

Pemimpin dan pendukungnya. Perebutan kekuasaan masih terjadi di bumi Indonesia. Menghangatnya suhu politik ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berada ditingkat elit namun juga dirasakan oleh para 'akar rumput'. Hal ini disebabkan karena para elit politik berlomba-lomba mencari pendukung dari 'akar rumput' sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Para akar rumput yang sudah terbujuk untuk mendukung tokoh tertentu akan sudi melakukan tindakan apa pun mulai dari demonstrasi, kerusuhan, hingga pemasangan bom demi kelanggengan kedudukan tokoh yang didukungnya.

Bagaimana mendukung pemimpin secara kristen? Apakah kita sebagai 'akar rumput' Kristen pun menghalalkan cara apa pun untuk mendukung pemimpin kita? Benarkah kita mendukungnya dengan cara yang efektif dan efisien? Kita akan belajar itu semua dari salah seorang pemimpin terbesar dalam sejarah manusia yaitu Daud.

Daud sebagai seorang pemimpin besar menggubah sebuah nyanyian yang berisi doa bagi seorang pemimpin. Hal ini mengungkapkan kerinduan Daud sebagai pemimpin untuk mendapatkan dukungan berupa doa dari para pendukungnya. Daud membutuhkan doa dari pendukungnya untuk 3 bidang yang berhubungan erat dengan tanggung jawabnya. Pertama, ia membutuhkan pertolongan, kekuatan, dan bimbingan dari Tuhan untuk menghadapi kesulitan, tekanan, bahkan serangan dari berbagai pihak (2-3). Ia tidak memohon dihindarkan dari semua itu sebab ia menyadari bahwa salah satu tugas pemimpin adalah menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat walaupun pasti akan menimbulkan serangan dan tekanan terhadap dirinya. Kedua, ia membutuhkan dukungan doa untuk kehidupan kerohaniannya (4). Seorang pemimpin yang kehidupan kerohaniannya tidak sehat akan gagal mengemban tugas dan tanggung jawabnya (7-9). Ketiga, ia membutuhkan pertolongan Tuhan untuk menyelesaikan segala program dan rencananya demi memajukan masyarakat. Program yang baik tanpa penyertaan Tuhan tidak akan berarti bagi masyarakat.

Renungkan: Para pemimpin kita saat ini pun membutuhkan doa untuk 3 bidang yang diungkapkan Daud. Karena itu marilah Kristen berdoa syafaat untuk para pemimpin bangsa supaya mereka dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar.

(0.92) (Mzm 30:1) (sh: Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001))
Sukacita juga menderita

Sukacita juga menderita. Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya.

Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13).

Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya.

(0.92) (Mzm 58:1) (sh: Masih adakah keadilan? (Sabtu, 12 Juni 2004))
Masih adakah keadilan?

Masih adakah keadilan? Bukan hanya di zaman ini, tetapi bahkan sejak zaman di mana pemazmur hidup, ketidakadilan telah merajalela. Para penguasa dan para hakim bertindak semena-mena. Melihat keadaan ini, pemazmur tidak tinggal diam. Mazmur 58 ini merupakan suatu seruan yang menuntut agar keadilan ditegakkan.

Sambil membandingkan situasi itu dengan situasi zaman Daud pemazmur mempertanyakan integritas para penguasa tersebut (ayat 1) dan menyingkapkan kejahatan mereka (ayat 2-6). Mereka adalah orang-orang yang menggunakan otoritas dan kekuasaannya untuk menindas dan melakukan kejahatan (ayat 3). Perhatikan prinsip penting pemazmur menghubungkan kejahatan mereka ini dengan hakikat mereka sejak dilahirkan dan bahkan sejak di dalam kandungan (ayat 4).

Kejahatan mereka semakin menegaskan keberadaan mereka yang fasik dan sesat di hadapan Tuhan. Mereka bahkan tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang ditujukan kepada mereka (ayat 5). Karena itu, pemazmur memohon agar Allah menghukum mereka dengan menghancurkan kekuatan mereka (ayat 7) dan menghilangkan pengaruh mereka untuk seterusnya (ayat 8-10).

Akhirnya, hanya ketika Allah menyatakan keadilan-Nya terhadap para penguasa/hakim yang lalim inilah orang benar dapat bersukacita (ayat 10-11). Memang terkadang Allah sepertinya berdiam diri ketika ketidakadilan terjadi. Tetapi hal itu tidak menjadikan pemazmur kehilangan pengharapannya. Ia percaya bahwa suatu saat Allah akan memberi pahala bagi orang benar yang setia berharap kepada Dia, dan Ia pasti menghakimi mereka yang tidak adil (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">10), karena Dialah satu-satunya Hakim yang ADIL, Sumber segala keadilan.

Renungkan: Ketika kita diperlakukan secara tidak adil, adakah kita berusaha menghakimi dengan cara kita sendiri ataukah kita rela mempercayakan diri kita kepada Tuhan, Hakim yang Adil, dan menantikan Dia dengan setia?

(0.92) (Mzm 63:1) (sh: Kehausan yang dipuaskan (Kamis, 17 Juni 2004))
Kehausan yang dipuaskan

Kehausan yang dipuaskan. Bayangkan Anda di padang gurun tersesat. Kehausan membuat Anda mencari-cari dengan insting untuk hidup. Sayangnya, banyak orang di padang gurun terjebak dengan fatamorgana, sepertinya menemukan sumber air, ternyata hanya bayang-bayang yang membawa kepada kematian.

Pemazmur mengalami kehausan dan kerinduan akan Allahnya seperti orang yang terjebak dalam kegersangan hidup (ayat 2). Namun ia tidak terjebak ke dalam fatamorgana, karena Allah hidup dan nyata selalu dapat dihampiri oleh karena kasih-Nya. Maka dengan "insting" iman, ia bisa melihat Allah yang penuh kasih setia dan hidup seperti di bait suci ketika ia beribadah kepada-Nya (ayat 3). Oleh karena itu tekadnya adalah ia akan menaikkan syukur dan menyatakan komitmen untuk hidup bagi Dia (ayat 3-5).

Pada bagian kedua mazmur ini (ayat 6-9), seruan kerinduan itu dibalaskan dengan pengalaman menikmati keselamatan dari Allah. Kerinduan dan kehausan sejati (ayat 2) akan dipuaskan oleh kenikmatan meja perjamuan ilahi (ayat 6). Bila pada bagian pertama ia bertekad (akan) memegahkan Tuhan (ayat 4), maka sekarang ia bertindak (sedang) bersorak-sorak dan memuji-muji-Nya (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6, 8). Bagaikan gayung bersambut, iman kepada Tuhan tidak sia-sia!

Itu sebabnya di bagian ketiga (ayat 10-12) dengan berani si pemazmur melihat kepada orang-orang yang mengikhtiarkan celakanya. Ia tahu sebagaimana kasih setia Tuhan dinyatakan dalam hidupnya, mereka yang melawan Tuhan akan menerima hukumannya (ayat 10-11).

Setiap orang percaya pasti pernah mengalami kegersangan hidup. Pada saat sedemikian, ingatlah bahwa Allah tetap nyata dan kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Tanamkanlah kesadaran mendalam bahwa Allah bukan hanya pelepas dahaga jiwa kita, Ia juga mendengar seruan kita.

Tekadku: Aku hendak memuji Tuhan lagi, karena dahagaku, Engkaulah yang sudah memuaskannya.

(0.92) (Mzm 75:1) (sh: Keadilan Allah sumber harapan kita (Jumat, 22 April 2005))
Keadilan Allah sumber harapan kita

Keadilan Allah sumber harapan kita
Mengeluh, mencurahkan gejolak hati saat mengalami kesulitan hidup (pasal saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">74), adalah wajar. Memuji Tuhan, bersaksi tentang kebesaran-Nya dalam situasi hidup sulit yang sama, wajarkah? Bila Anda menjawab tidak, bersiaplah untuk berubah sesudah merenungkan Mazmur ini!

Situasi dan kondisi boleh sama sukar dan muskil, namun orang beriman bisa maju lebih daripada sekadar bersikap jujur mencurahkan isi hati di hadapan Tuhan. Doa adalah perjumpaan riil dengan Allah. Selain mengakui keberadaan diri secara jujur, doa juga menjumpai dan mengakui keberadaan Allah secara jujur. Bila itu terjadi, firman yang Allah ucapkan akan terdengar ulang secara baru (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">3). Prinsip kebenaran dan penghakiman Allah atas orang berdosa dan kenyataan bahwa Allah tak akan membiarkan dunia yang dikasihi-Nya diluluhlantakkan oleh para pelaku kejahatan, bukan lagi teori. Dalam perjumpaan nyata dengan Allah, kebenaran itu akan menjadi kenyataan seturut waktu Allah (ayat saat+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">3a). Dari perjumpaan itu, mengalirlah syukur dan kesaksian akan kedahsyatan Allah dan keajaiban karya-karya-Nya (ayat 2).

Sumber harapan kita bukan beberapa aspek diri dan sifat Allah, tetapi keseluruhan-Nya. Kita cenderung hanya menekankan sifat pemurah dan kasih Allah. Padahal Allah menyatakan banyak lagi sifat diri-Nya yang harus kita kenali dan imani penuh. Apabila kita hanya mengimani kebaikan-Nya dan tidak percaya pada keadilan dan penghakiman-Nya, bagaimana kita beroleh penghiburan dan pengharapan menghadapi berbagai kejahatan dalam hidup ini? PeMazmur mampu bersyukur dan bersaksi kendati kesulitan masih menekannya, sebab ia menatap kepada kedaulatan dan keadilan Allah. Kekuatan sejahat sedahsyat apa pun, tunduk ke bawah perintah Allah (ayat 7-8). Kejahatan merajalela segila apa pun, pasti harus menenggak cawan murka Allah (ayat 9).

Renungkan: Perhitungkan Allah sepenuh yang Ia nyatakan dalam firman-Nya, baru Anda dapat memperlakukan kondisi hidup macam apa pun sebagai seorang pemenang.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA