Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 501 - 520 dari 539 ayat untuk hidupnya (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.18) (Mzm 69:1) (sh: Menderita bagi Allah (Selasa, 16 Oktober 2001))
Menderita bagi Allah

Di dalam dunia kita menyaksikan dan mengalami sendiri berbagai penderitaan. Ada penderitaan yang terjadi karena seseorang melakukan kesalahan dan dosa, namun ada pula orang yang menderita justru karena membela dan melakukan kebenaran. Sesuatu yang janggal? Tidak juga. Di mana kebenaran ditegakkan, di situ pula kejahatan menghadang.

Pengalaman seperti itu dialami oleh pemazmur. Ia menyatakan bahwa karena Allah ia telah menanggung cela (ayat 8a), dan cintanya bagi rumah Allah menghanguskan dirinya (ayat 10a). Kesesakan yang menyerbu hidup pemazmur digambarkan dengan sangat dahsyat, bak orang yang tenggelam ke dalam sheol (dunia orang mati). Ia terasing dari hidupnya sendiri dan berada dalam ketidakberdayaan ketika marabahaya melingkupinya (ayat 1-3). Ada juga orang-orang yang begitu membenci dia tanpa alasan dan ingin menghabisi nyawanya (ayat 5), dan ia pun "mati" secara sosial karena dikucilkan dari masyarakat serta keluarganya sendiri (ayat 9-13).

Ketika kita menengok ke dalam kehidupan pemazmur, apakah kita dapat memahami perasaan dan situasi yang sedang dialaminya? Mazmur ini merupakan kekuatan bagi mereka yang rela menderita bagi Allah, namun akan terasa sangat asing bagi mereka yang tidak pernah menyadari bahwa mencintai Allah adalah sebuah perjuangan yang berat.

Bila kita telah memiliki empati terhadap kondisi pemazmur, barulah kita dapat memohon bersamanya kepada Allah, untuk dibebaskan dari musuh-musuh kebenaran (ayat 14-19). Kita diajak untuk mengamini kasih setia Allah (ayat 14, 17) bagi orang-orang yang menantikan dan mencari Dia (ayat 7). Dengan demikian, orang-orang yang mengasihi Tuhan dan menderita bagi-Nya paling tidak perlu belajar 2 hal dari pemazmur: [1] Mengakui ketidakberdayaan dirinya dalam menghadapi penderitaan karena mencintai Tuhan dan [2] Mengingat rakhmat Tuhan yang senantiasa memberikan penebusan bagi mereka yang dalam kesesakan.

Renungkan: Sebagai anak-anak kebenaran kita dipanggil untuk mencintai Allah dengan seluruh hidup kita, termasuk menanggung penderitaan yang dahsyat. Marilah kita meminta kepada Tuhan agar Ia memberikan keberanian bagi kita menjadi saksi kebenaran. Mari kita juga memohon kepada Dia agar menolong kita menjadi orang-orang yang senantiasa beriman dan berpengharapan karena kasih setia-Nya.

(0.18) (Mzm 71:1) (sh: Tempat perlindungan yang teduh (Jumat, 19 Oktober 2001))
Tempat perlindungan yang teduh

Kesusahan dan malapetaka tidaklah akan menghancurkan kehidupan umat Tuhan, karena di balik semuanya itu, Tuhan sedang berkarya dan membalikkan keadaan umat-Nya. Demikianlah kesaksian dari mazmur ini.

Mazmur ini secara umum merupakan doa permohonan yang menegaskan bahwa mereka yang berlindung kepada Tuhan tidak akan mendapat malu, karena mereka akan senantiasa mengalami penyertaan Tuhan di sepanjang umur hidupnya (ayat 1, 13, 24). Allah ada dekat mereka sejak dalam kandungan ibunya hingga keluar dari perut ibunya (ayat 6), sejak masa kanak-kanak hingga bertumbuh menjadi seorang pemuda (ayat 5, 17). Dan kasih setia-Nya akan terus berlangsung hingga masa tuanya, ketika kekuatan mereka telah memudar dan rambutnya memutih (ayat 9, 18).

Tuhan tidak akan membiarkan mereka yang berlindung pada-Nya terus tenggelam ke dalam berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Tuhan akan menjadi pengharapan dan kepercayaan mereka (ayat 5) di tengah berbagai ancaman, cengkeraman, dan rancangan jahat orang-orang fasik yang mengikhtiarkan kecelakaan mereka, mengincar nyawa, serta memusuhi jiwa mereka (ayat 4, 10, 13). Tuhan adalah gunung batu yang menjadi tempat perlindungan dan pertahanan yang teduh dan kuat bagi mereka (ayat 3, 4, 7). Hal seperti ini tidaklah dialami oleh orang fasik. Tuhan akan membuat mereka malu, tersipu- sipu, berselubung cela dan noda, hingga akhirnya habis lenyap (ayat 13, 24). Sebab Tuhanlah sumber keadilan (ayat 2, 19).

Respons mereka atas perlindungan dan keadilan Tuhan adalah: [1] memuji-Nya dengan sorak-sorai dan nyanyian syukur (ayat 6, 8, 22- 23); [2] menceritakan dan memberitakan keadilan, keselamatan, kuasa, keperkasaan, dan perbuatan Tuhan yang ajaib sepanjang kehidupan mereka (ayat 15-18, 24).

Renungkan: Tuhan tidak akan membiarkan kita terus tenggelam dalam problematika kehidupan. Ia akan mengangkat kita dari sana. Ia akan menghiburkan, memberikan keadilan, dan membuat kita menjadi semakin besar dan kuat melalui semuanya itu. Ia adalah tempat perlindungan yang teduh. Dasar rasa aman kita yang sejati tidaklah dibangun di atas harta, pendidikan, prestasi, relasi atau segala upaya kita, melainkan pada Tuhan yang melindungi dan memberikan keadilan.

(0.18) (Mzm 84:1) (sh: Rindu tak kunjung padam (Sabtu, 3 November 2001))
Rindu tak kunjung padam

Perasaan sangat mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Tidak selalu kita berada di dalam suasana hati yang sangat antusias ketika bersentuhan dengan hal-hal rohani. Ini merupakan hal yang amat wajar, sekaligus menunjukkan kelemahan kita sebagai orang-orang berdosa.

Itulah sebabnya, Mazmur yang kita baca hari ini terasa sangat luar biasa, karena seakan-akan pemazmur terlalu berlebihan, ketika berbicara mengenai kerinduannya untuk senantiasa bersekutu dengan Allah yang hadir di tempat kediaman-Nya. Pada waktu itu ia berada dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk beribadah di Yerusalem (2Raj. 18:13-16), padahal ia begitu mencintai Bait Allah (ayat 2-3). Ia iri terhadap burung-burung yang bebas bertengger di mana pun mereka suka (ayat 4). Ia meyakini kebahagiaan orang-orang yang senantiasa berada dekat Allah (ayat 5) dan selalu rindu berziarah ke Yerusalem (ayat 6-8), karena Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka.

Apakah pemazmur sungguh-sungguh meyakini maksud dan ucapannya? Tentu saja. Karena itulah ia berdoa kepada Allah agar raja di Yerusalem diberkati dan menjadi pelindung rakyat (ayat 10). Hanya apabila Tuhan memulihkan posisi raja dan keadaan Yerusalem, maka Bait Allah baru dapat dimasuki lagi dan pemazmur dapat kembali beribadah.

Kerinduannya yang tak kunjung padam ini dilandasi oleh nilai- nilai yang diyakininya, bukan sekadar perasaan. Seakan pemazmur ingin mengatakan bahwa bersama Tuhan semesta alam (ayat 2, 9, 13), ia tidak lagi kuatir akan hidupnya. Bukankah Allah tidak pernah mengecewakan orang yang menjaga kemurnian dirinya (ayat 12)? Itulah sebabnya ia menyebut berbahagia kepada setiap orang yang senantiasa bersekutu dengan Tuhan dan bersandar kepada-Nya (ayat 13).

Renungkan: Kerinduan kepada Allah seharusnya bukanlah sekadar hasil perasaan kita yang sering naik-turun, tidak menentu. Kita beribadah karena meyakini dengan penuh kesungguhan akan kebaikan dan perlindungan Allah. Mari kita memohon anugerah Tuhan agar Ia menolong kita memahami kasih-Nya yang besar dan mencondongkan hati kita ke arah Dia senantiasa.

(0.18) (Mzm 86:1) (sh: Kekuatan ingatan (Senin, 5 November 2001))
Kekuatan ingatan

Paling tidak ada 2 hal yang dapat membuat seseorang melupakan Allah: (a) Jika keadaan terlalu menyenangkan, atau sebaliknya (b) jika keadaan terlalu menyedihkan.

Mazmur ini merupakan doa yang dapat menjadi model bagi kita di dalam situasi yang sulit. Bukannya tenggelam dalam ketakutan karena nyawanya diancam (ayat 14), pemazmur melakukan hal-hal yang luar biasa. Pertama, ia mengakui keberadaan dirinya yang begitu malang (ayat 1b). Ini adalah tanda bahwa hubungan pemazmur dengan Allah sangat bersentuhan dengan pengalaman hidup kita secara nyata. Kedua, ia berdoa kepada Allah (ayat 2-7) agar dilepaskan dari jerat maut. Ia bukan hanya percaya bahwa Allah bisa menolong, tetapi kini meminta agar Allah bergegas mengulurkan tangan-Nya. Permohonan ini merupakan ciri orang yang percaya pada perjanjian kasih setia Allah. Terjemahan dalam ayat 2a seharusnya berbunyi "...sebab aku orang yang memiliki kasih setia." Sering munculnya penggunaan kata ganti orang kedua "Mu" dan "Engkau", yang menunjuk pada Tuhan, menimbulkan kesan bahwa pemazmur ingin Allah juga terlibat dalam setiap masalah yang dihadapinya. Ketiga, pemazmur mengakui bahwa Allah berkuasa serta unik (ayat 10). Di tengah kondisinya, ia tidak melupakan kepercayaan komunitasnya, bahwa kasih setia Allah besar bagi setiap orang yang percaya pada-Nya (ayat 5, 13, 15). Keempat, kita melihat bahwa pemazmur tidak sekadar berdoa supaya masalahnya selesai. Ia lebih maju selangkah lagi dengan meminta agar Tuhan mengubah hatinya semakin mengasihi Dia (ayat 11). Ini adalah tanda bahwa pemazmur tidak memanipulasi Allah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia tidak mengasihi Allah karena Allah menolong dia. Sebaliknya, karena ia mengasihi Allah, maka ia yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan dia jatuh ke tangan musuh. Kelima, pemazmur memuji-muji Allah karena Ia selalu baik (ayat 12-13).

Renungkan: Kadangkala kita dapat begitu tenggelam di dalam masalah kita, sehingga Allah terlupakan. Tetapkan hati Anda hari ini untuk senantiasa menengadah kepada-Nya dan mengingat kasih setia- Nya. Kita dapat berdoa seperti pemazmur agar Allah membulatkan hati kita untuk senantiasa takut akan Dia dalam setiap situasi hidup kita.

(0.18) (Mzm 94:1) (sh: Keadilan dan hukum akan kembali menang (Selasa, 9 April 2002))
Keadilan dan hukum akan kembali menang

Di antara mazmur-mazmur yang menggumuli masalah kejahatan dalam dunia, dalam terang Allah adalah raja, mazmur ini berbicara tentang keadilan Allah. Meskipun ide penobatan Allah sebagai raja tidak disinggung secara langsung, namun penekanan pada isu keadilan secara tidak langsung menegaskan kerajaan Allah dalam segi pemberlakuan kebenaran. Bila pasal 93 menekankan segi Allah sebagai Raja Pahlawan, mazmur ini menekankan segi Allah sebagai Raja Hakim.

Bila kita memikirkan tentang keadilan dan tugas hakim, maka tidak bisa dihindari kita akan mengaitkannya dengan masalah pelaksanaan penghakiman dan penghukuman. Berbeda dari anggapan bahwa Allah terlalu baik atau terlalu sibuk untuk mengganjar orang-orang yang dengan jemawa dan keji bersuka cita menindas yang lemah dan tak berdaya (ayat 4-6, 21), Allah akan menghukum. Fokus pengharapan penghakiman Allah itu adalah pada permohonan agar Allah “bangkit”, suatu ungkapan teofani, yaitu ketika Allah datang dalam kemuliaan-Nya khususnya pada akhir zaman kelak.

Berita tentang keadilan dan hukum akan kembali menang karena Allah akan bertindak sebagai Hakim yang benar, tidak hanya bertujuan pastoral kepada umat Allah, tetapi harus juga bertujuan memperingati orang-orang yang berbuat jahat (ayat 8-11). Allah tidak berdiam diri, tak mau tahu, menarik diri dalam ketidakpedulian. Sebaliknya Allah mendengar dan melihat (ayat 9) dan bertindak (ayat 10). Orang jahat berpikir mereka menentukan segala sesuatu, tetapi mazmur ini menegaskan bahwa ada Allah yang berdaulat yang selalu menegakkan keadilan dan hukum-hukum-Nya.

Hiburan bagi orang yang takut akan Allah bukan saja datang dari mengetahui tentang kedaulatan Allah, tetapi juga dari menerima dukungan, penghiburan, dan disiplin kasih Allah atas hidupnya (ayat 18-19). Orang yang takut akan Allah tidak diluputkan dari penderitaan karena kejahatan pihak lain, tetapi didisiplin Allah agar menjadi kesaksian yang hidup tentang kebenaran dan keadilan. Kebahagiaan orang benar tidak bersumber dari pemuasan hasrat jahat, tetapi dari tunduk pada kehendak Allah.

Renungkan: Pembalasan adalah hak Tuhan. Ini menghibur orang beriman dan perlu dinyatakan kepada orang yang berbuat dosa.

(0.18) (Mzm 104:19) (sh: Allah mengatur segala sesuatu (Minggu, 28 Maret 1999))
Allah mengatur segala sesuatu

Seluruh ciptaan, telah diatur Allah sedemikian rupa hingga masing-masingnya berada pada jalur dan waktu yang telah disediakan-Nya. Bulan tidak akan pernah menjadi matahari, begitu pula sebaliknya. Binatang yang keluar pada siang hari, akan beristirahat di malam hari; tumbuh-tumbuhan yang berbunga pada musim semi, tidak akan berbunga pada musim dingin, dst. Begitu pula dengan kita, meskipun kita adalah bagian tertinggi dari segenap ciptaan Allah, kita tetap berada di bawah kendali Allah. Namun fakta menunjukkan bahwa kita seringkali lupa akan posisi ini. Misalnya, ketika sukses dalam pekerjaan, keluarga, dlsb. kita menganggap bahwa kesuksesan ini diperoleh karena usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah; dan ketika kita berada dalam penderitaan, sengsara dan dijerat kemiskinan, kita sering beranggapan bahwa Allah membiarkan kita sendiri. Kita harus menyadari dan memahami bahwa masing-masing ciptaan telah Allah letakkan pada jalur menuju pemenuhan kehendak-Nya.

Setia pada Allah. Untuk tetap berada pada jalur yang telah Allah sediakan, dan demi memenuhi kehendak-Nya, maka sege-nap ciptaan harus setia dan tunduk pada ketetapan-ketetapan-Nya. Kesetiaan ini merupakan perwujudan respons kita terhadap kesetiaan dan pemeliharaan Allah yang telah terlebih dahulu Allah nyatakan dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita lupa untuk bertindak setia kepada Allah. Biasanya ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk berusaha melupakan hal-hal yang baik yang kita terima, dan mengingat-ingat hal-hal yang merugikan kita. Begitu mudahkah karya agung Allah yang telah begitu baik mencipta, memelihara, menebus dan memulihkan itu kita lupakan? Peringatan pemazmur pada ayat 29 dapat diartikan semudah kita membalikkan telapak tangan, semudah itu pula Allah bertindak pada ciptaan-Nya yang dengan sengaja melupakan kebesaran dan keagungan-Nya.

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku!" Sungguh suatu tindakan terpuji dan mengagumkan telah pemazmur bentangkan pada kita. Tak sedikitpun terbersit keinginannya untuk melupakan segala kebaikan Tuhan padanya. Bahkan seluruh keberadaan hidupnya diperuntukkan bagi pujian kepada Tuhan. Sampai sejauh ini kita hidup karena, dan bersama Tuhan. Pasti begitu banyak badai kehidupan yang berusaha menghancurkan hubungan kita dengan-Nya. Ikutilah jejak pemazmur yang begitu meyakini bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan memberikan kekuatan (31-32).

(0.18) (Mzm 104:19) (sh: Allah, sang penopang dan pemelihara semesta (Sabtu, 20 April 2002))
Allah, sang penopang dan pemelihara semesta

Dalam semua agama purba, terdapat kecenderungan untuk menyembah benda-benda alam yang dianggap menentukan kehidupan. Dua yang terpenting dari antaranya adalah matahari dan bulan. Selain penting bagi kehidupan makhluk, matahari dan bulan adalah kekuatan yang mengatur jalannya waktu: siang dan malam. Kini pemazmur memuji Allah karena melihat bahwa tidak saja Allah mengaruniakan bagi manusia semua kebutuhannya dan demi kesukaan hidupnya (ayat 14-18), Allah juga menjadikan matahari dan bulan pelayan-pelayan-Nya untuk memelihara kehidupan (ayat 19-23). Dengan demikian, sama halnya dengan kisah penciptaan dalam Kejadian 1, mazmur ini berfungsi menolak penyembahan terhadap benda-benda langit. Bila dalam Kejadian 1, hal itu diungkapkan dengan menempatkan matahari dan benda-benda langit bukan pada urutan sebab dari tanaman di bumi, tetapi sesudah semuanya ada, mazmur ini mengungkapkannya dalam uraian yang berbeda (ayat 19- 23).

Dalam ayat 24 dst., pemazmur seperti masuk ke dalam puncak luapan pujiannya. Bagian ini menyimpulkan seluruh perenungannya di bagian sebelumnya. Segala sesuatu berasal dari Allah: langit, bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia — Allah menciptakan semua itu dan semua menjadi saksi tentang hikmat Allah. Karya penciptaan Allah sekaligus menunjukkan Allah seperti seorang pembangun dan seniman. Kekuasaan dan hikmat Allah sekaligus tampil mencengangkan dalam setiap wujud dan bangun benda dan makhluk ciptaan-Nya. Sekali lagi di sini kepercayaan salah bangsa-bangsa sekitar Israel dikritik. Waktu itu ada kecenderungan melihat laut sebagai sumber kekacauan dan lewiatan sebagai monster yang mengancam kehidupan di bumi. Tetapi, pemazmur melihat lain. Laut tidak akan dapat menjadi ancaman atau melahirkan kekuatan yang menghabisi hidup sebab Allah mengendalikannya penuh (ayat 25-26). Bahkan seluruh irama hidup dalam alam semesta ini Allah yang mengaturnya. Karena itu, tidak saja semuanya bergantung penuh kepada-Nya, tetapi semua makhluk berbudi patut memuji-muji Allah (ayat 33-35).

Renungkan: Kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus tidak saja menegaskan pentingnya umat Tuhan bagi Tuhan, namun juga maksud Tuhan untuk menopang dan memelihara ciptaan-Nya dengan setia.

(0.18) (Yes 56:1) (sh: [KOSONG] (Rabu, 24 Agustus 2005))
[KOSONG]

Banyak orang merasa diri Kristen karena pada KTP-nya ia beragama Kristen. Ada juga orang yang merasa Kristen karena lahir dalam keluarga Kristen. Namun, kehidupan Kristennya tidak nampak: Ke gereja malas-malasan; pelayanan tidak mau terlibat; di tempat kerja ikut-ikutan cara dunia.

Nas hari ini mengajarkan bahwa seseorang bisa menjadi umat Allah walaupun ia bukan keturunan Israel. Artinya, mereka yang bukan Israel mendapat tempat dalam persekutuan dengan Allah. Syaratnya bukan garis keturunan, tetapi melakukan kehendak (hukum) Allah dan menegakkan keadilan (ayat 1). Salah satu bentuknya adalah memelihara hari Sabat (ayat 2, 4, 6). Peraturan Sabat adalah perintah Allah supaya umat-Nya beristirahat dari pekerjaannya agar tubuhnya dipulihkan dan disegarkan. Banyak orang melanggar Sabat bukan hanya dengan bekerja, tetapi dengan memaksa orang lain (mis. budak dan orang asing) bekerja. Inilah ketidakadilan. Menegakkan keadilan berarti, ia tidak lagi berlaku diskriminatif terhadap sesamanya. Sebab status sosial, ras, dan bangsa tidak menjadi penghalang seseorang untuk bersekutu dengan Allah dalam rumah-Nya yang kudus (ayat 5, 7).

Sebaliknya, mereka yang merasa diri umat Allah karena keturunan Israel bisa ditolak Allah, apabila mereka tidak melakukan kehendak Allah. Peringatan ini terutama ditujukan bagi para pemimpin umat yang berlaku jahat. Para pemimpin umat itu digambarkan sebagai binatang hutan dan anjing pelahap karena kerakusan dan kejahatan mereka (ayat 9-12). Mereka dikecam keras karena sebagai orang yang dipercaya Allah untuk memimpin umat-Nya, mereka justru mencari kesenangan dan keuntungan sendiri. Sehingga, walaupun mereka pemimpin Israel mereka tidak pantas disebut umat Allah.

Tanda-tanda lahiriah kekristenan bukanlah bukti seseorang Kristen. Bukti Kristen sejati adalah ketaatan kepada kehendak Allah melalui hidup kudus, adil, dan penuh kasih.

Renungkan: Kristen sejati adalah mereka yang hidupnya diubah Tuhan Yesus.

(0.18) (Yer 19:1) (sh: Terlambat sudah (Jumat, 29 September 2000))
Terlambat sudah

Berita anugerah bahwa Allah tidak akan menghukum jika bangsa Yehuda mau bertobat dan diperbaharui hidupnya (18:8) diresponi negatif oleh mereka, dengan mengatakan 'tidak ada gunanya' dan menolak untuk bertobat (18:12).

Kebenaran dalam peristiwa pemecahan buli-buli ini adalah segala sesuatunya sudah terlambat. Kejahatan bangsa Yehuda sudah bertimbun sampai ke langit dan tidak ada sedikit pun niat mereka untuk bertobat. Bagai kacang lupa kulitnya, mereka melupakan Allah yang telah menuntun keluar dari Mesir, memberi tanah perjanjian, dan memelihara hidup mereka. Mereka berpaling kepada berhala yang sama sekali tidak dan belum pernah mempunyai andil dalam kehidupan mereka (4). Kondisi rohani yang demikian pasti akan diikuti dengan kondisi sosial dan politik yang bobrok. Penindasan orang lemah merajalela. Ibadah dan pembantaian manusia yang lemah dan tak berdaya tidak dapat dibedakan lagi (5). Karena itulah penghukuman Allah yang dahsyat akan datang dan digambarkan dengan pemecahan buli-buli yang dibeli oleh Yeremia.

Buli-buli (bhs. Ibrani: baqbuq) yang dipakai sebagai tempat air minum itu berharga mahal. Bentuknya unik dengan leher menyempit dan tinggi mencapai 25 cm. Baqbuq yang mahal tapi dihancurkan menandakan bahwa walaupun bangsa Yehuda merupakan umat pilihan yang berharga dimata-Nya akan tetap menerima hukuman dahsyat, jika mereka tidak taat. Seperti Yeremia berkuasa atas baqbuq, demikian pula Allah berdaulat atas kehidupan bangsa Yehuda. Dilihat dari bentuknya, jika baqbuq ini pecah maka tidak dapat digunakan dan tidak dapat diperbaiki. Demikian pula bangsa Yehuda yang sudah memberontak kepada Allah, akan dibuang jauh dari tanah perjanjian, menjadi bangsa yang tidak berguna, dan tidak dapat kembali ke negaranya dengan usaha sendiri.

Renungkan: Kebenaran di atas merupakan peringatan keras bagi Kristen masa kini. Kita tidak dapat berlindung di balik dogma yang mengatakan bahwa kita adalah umat yang sangat berharga karena ditebus dengan harga yang mahal yaitu darah Kristus, lalu seenaknya menjalani kehidupan ini tanpa menghiraukan firman Tuhan. Allah tidak segan-segan menghukum umat-Nya sendiri dan menjadikan kita sekumpulan umat beragama yang tidak berguna bagi siapa pun.

(0.18) (Yer 22:20) (sh: Status rohani bukan jaminan keselamatan (Kamis, 5 Oktober 2000))
Status rohani bukan jaminan keselamatan

Sepanjang sejarah manusia, yang paling mudah membuat umat Allah berpaling dari-Nya adalah kelimpahan materi, kekuatan, kekuasaan dan status sosial. Bila seorang manusia mempunyai salah satu dari ketiga hal di atas, maka sangat sulit baginya untuk mendengar peringatan atau suara Allah melalui firman-Nya. Sebagai contoh seorang kristen yang mempunyai penghasilan Rp 15 juta rupiah tiap bulan tidak akan dapat menjawab dengan mudah bila ditanya apakah ia bergantung kepada pemeliharaan Allah atau bergantung kepada gajinya yang besar itu. Demikian pula seorang pejabat tinggi, apakah setiap harinya ia memasrahkan hidupnya kepada Allah atau kepada jabatannya yang tinggi?

Apa yang dialami Yehuda merupakan peringatan keras. Yehuda mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki oleh Mesir dan negara sekutunya dalam menghadapi serangan Babel, demikian pula kekayaan alam yang berlimpah di tanah perjanjian, sehingga mereka menolak untuk mendengarkan suara-Nya (21). Mereka telah dibutakan bahwa Allah yang mengendalikan kehidupan dan sejarah umat manusia (20, 22). Apa yang akan ditemui oleh orang yang mengandalkan kekuatan lain selain Allah? Terhina dan ternoda tiada tara; mengerang kesakitan yang tak tertahankan (22, 23) tanpa ada yang menolongnya.

Ada peringatan yang lebih keras yang berhubungan dengan status rohani seseorang. Status rohani seseorang bukan merupakan perlindungan atau perisai untuk menangkal hukuman yang harus ia terima akibat dosa. Sebagai contoh raja Konya atau Yoyakhin, ia adalah cincin meterai pada tangan kanan Allah yang berarti ia berharga di mata Allah dan sangat dekat dengan-Nya. Namun ketika ia terus memberontak kepada Allah, maka Allah tak segan-segan menjatuhkan hukuman yang mengerikan atasnya (28-30). Status rohaninya tidak dapat menyelamatkannya.

Renungkan: Banyak Kristen terlena dengan pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah dan kekal sifatnya. Pemahaman yang terbentuk dalam pikiran mereka adalah status kerohanian mereka sudah aman untuk selamanya. Sehingga tidak ada motivasi dalam diri mereka untuk menuntut kehidupan yang kudus. Namun harus selalu diingat bahwa status dibenarkan dan sudah diselamatkan bukan surat izin dan jaminan untuk tetap hidup dalam dosa.

(0.18) (Yer 26:1) (sh: Tidak selalu ada perlindungan (Jumat, 13 Oktober 2000))
Tidak selalu ada perlindungan

Pasal ini sebenarnya mengisahkan reaksi bangsa Yehuda ketika mendengarkan khotbah Yeremia tentang bait Allah (lihat Yeremia 7), pada permulaan pelayanan Yeremia di zaman pemerintahan raja Yoyakim. Reaksi awal dari para pemimpin rohani dan rakyat Yehuda sangat menggetarkan hati. Mereka menangkap Yeremia untuk dihukum mati sebab ia dinilai telah berkhianat terhadap bangsa dan negaranya (7-12).

Menerima reaksi yang demikian di awal pelayanannya tentu membuat Yeremia gentar dan takut. Tapi keadaan ini tidak membuat Yeremia berdiam diri, sebaliknya ia mengajukan pembelaannya (12-15). Pembelaan diri ini tidak dimaksudkan untuk mendapatkan pengampunan, karena dia memahami benar bahwa secara manusia musuh-musuhnya mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk membunuhnya. Tapi ia pun yakin bahwa hidupnya ada di tangan Tuhan. Pembelaan diri Yeremia ternyata agak memberi kelegaan, sehingga para pemuka dan seluruh rakyat memutuskan untuk membatalkan hukuman mati bagi Yeremia, karena mereka mengetahui bahwa berbicara atas nama Allah bukan merupakan pelanggaran hukum yang berat (16-18). Mereka juga takut ditimpa malapetaka karena membunuh seorang nabi Allah (19).

Namun apakah pembebasan Yeremia ini merupakan suatu tanda bahwa bangsa Yehuda terbuka hatinya terhadap firman-Nya? Tidak sama sekali. Peristiwa ini hanya memperlihatkan bahwa Allah tidak mengizinkan Yeremia dibunuh, sehingga tidak ada seorang pun yang berkuasa menyentuh nyawanya. Perlindungan dan jaminan Allah atas hidup hamba-Nya memang tidak selalu berupa keselamatan dari tangan musuh-musuh-Nya. Contohnya seorang nabi yang lain, Uria, yang mewartakan berita yang sama dan dihukum mati oleh raja Yoyakim.

Renungkan: Ketika kita memberitakan firman-Nya, berbagai reaksi akan timbul. Ada yang menganggapnya sebagai angin lalu, ada pula yang menentang dan menolaknya dengan sengit, namun ada juga yang menerimanya. Ada pemberita firman-Nya yang dilindungi oleh Allah. Namun ada pula yang diizinkan Allah untuk dibunuh oleh musuh-musuh Injil. Satu-satunya jaminan bagi Kristen yang mau menjadi seorang Yeremia adalah bahwa Allah berkuasa mutlak atas hidup mati hamba-Nya dan firman-Nya harus diperdengarkan. Siapkah kita?

(0.18) (Yer 31:18) (sh: Penggenapan sempurna di dalam Yesus (Kamis, 26 April 2001))
Penggenapan sempurna di dalam Yesus

Masa depan Yehuda sangat cerah baik secara rohani maupun materi. Mereka bukan lagi sebagai bangsa yang hina di hadapan bangsa-bangsa lain sebab Tuhan yang Benar dan Adil kembali bersemayam di tengah-tengah mereka (23-24). Kehadiran-Nya adalah sumber kekuatan dan kepuasan bagi masyarakat Yehuda yang membutuhkan (25). Populasi Yehuda yang habis karena perang akan ditumbuhkan demikian pula ternak sebagai sumber makanan (27). Allah tidak lagi mencanangkan malapetaka atas mereka namun merencanakan pembangunan bagi Yehuda (28). Mereka yang lahir di tanah pembuangan mengenal Allah sebagai Allah yang adil sebab mereka tidak lagi menanggung dosa nenek moyangnya dengan hidup sebagai tawanan di negara asing. Mengapa Allah melakukan semua itu?

Pertama, Allah mengasihi mereka dengan kasih-Nya yang kekal (20). Kedua, Yehuda sendiri sudah bertobat. Mereka mengakui dan menerima penderitaan mereka sebagai hajaran Allah karena pemberontakan mereka terhadap Allah (18). Mereka menyadari betapa menjijikkannya diri mereka (19) sehingga mereka sadar kecuali jika Allah membawa mereka balik maka mereka tidak mungkin berbalik kepada-Nya. Pertobatan yang demikian terjadi karena Allah yang memanggil umat-Nya dan memberikan penyataan- Nya. Dengan kata lain pertobatan ini merupakan anugerah- Nya. Anugerah Allah tidak hanya membawa mereka kepada pertobatan namun juga memampukan mereka untuk hidup menjadi umat Allah sebab Allah akan menaruh firman-Nya dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hatinya (31- 34). Itulah perjanjian yang baru. Allah melakukan transformasi hati manusia yang merupakan pusat kehendaknya. Karena itu mereka dapat mengenal Allah secara pribadi, dosanya diampuni dan dapat meresponi Allah dengan hati yang murni.

Renungkan: Yehuda memang sudah kembali dari pembuangan. Bait Allah yang kedua memang kembali dibangun dan ditahbiskan. Namun pertobatan yang memimpin kepada transormasi hati manusia hanya digenapi di dalam kematian Yesus Kristus. Kini siapa yang percaya kepada Yesus, Allah akan memulihkan hidupnya dan memulai karya transformasi dalam hati orang percaya. Anugerah ini memungkinkan setiap manusia untuk menikmati hidup dalam persekutuan dengan Allah.

(0.18) (Yer 49:23) (sh: Allah dalam percaturan politik dunia (Jumat, 25 Mei 2001))
Allah dalam percaturan politik dunia

Pasal 49 kitab Yeremia ditutup dengan 3 nubuat yang ditujukan kepada Damsyik, bangsa Arab, dan Elam. Ada persamaan – persamaan penting yang berhubungan dengan nubuat-nubuat itu.

Nubuat kepada Damsyik memaparkan kegentaran dan kengerian yang akan melanda mereka. Penduduknya akan merasakan kesesakan dan sakit beranak, karena tangan Allah yang menghukumnya. Namun dalam nubuat ini tidak dikatakan alasan penghukuman atasnya. Meskipun 2Raj. 24:2 mengisahkan serangan Aram ke Yehuda pada tahun 601-598 s.M., namun dalam nubuat ini tidak dinyatakan sama sekali bahwa itulah alasannya. Juga tidak ada data tentang manuver politik Damsyik untuk menentang Babel. Damsyik seakan-akan dimasukkan begitu saja ke dalam deretan bangsa-bangsa yang akan dihukum oleh Allah.

Suku-suku bangsa Arab adalah orang-orang yang tinggal di padang gurun dalam kemah-kemah dan hidupnya nomaden. Mereka mempunyai pemanah-pemanah jitu (Yes. 21:16-17). Penghukuman atas mereka lewat tangan Babel akan segera dijatuhkan namun alasan atas penghukuman itu tidak diungkapkan. Orang-orang Arab akan mengalami kengerian dan penderitaan yang sama seperti Damsyik, tanpa tahu alasan mengapa mereka mengalami semua itu. Hal yang sama juga terjadi atas orang-orang Elam. Bahkan nubuat pendek tentang Elam ini menyatakan berita Allah yang lebih mengerikan. Semua kata kerja dalam nubuat ini menggunakan orang pertama tunggal – Allah - dan menunjuk kepada tindakan Allah yang membawa berbagai kekuatan dunia untuk menyerang Elam.

Walaupun alasan Allah menghukum mereka tidak diungkapkan, tidak berarti bahwa mereka tidak bersalah di hadapan Allah. Kita harus menempatkan ketiga nubuat itu di dalam konteks rencana Allah bagi dunia yang sedang dilaksanakan melalui tangan Babel. Kebenaran yang kita pelajari adalah dalam percaturan politik internasional pada masa itu, segala kuasa dan kekuatan ada dalam tangan Allah. Rencana yang akan terlaksana adalah rencana-Nya, yang tidak dapat dihalangi siapa pun.

Renungkan: Inilah penghiburan bagi kita yang hidup dalam dunia dimana konflik politik semakin sengit, baik tingkat nasional maupun internasional. Allah yang berkuasa dan berdaulat mutlak adalah Allah kita di dalam Yesus Kristus

(0.18) (Yeh 2:1) (sh: Antara ketaatan dan gejolak hati (Selasa, 17 Juli 2001))
Antara ketaatan dan gejolak hati

Setelah menyatakan kemuliaan-Nya, Allah menyatakan panggilan dan firman-Nya kepada Yehezkiel. Sikap yang dituntut dari Yehezkiel adalah siap dan sigap (ayat 1), yang menandakan ketaatan yang tidak hanya emosional namun ketaatan yang cerdas. Ini diperlukan sebab tugas yang akan diemban bukanlah tugas yang ringan dan mudah. Allah sendiri mengakui bahkan memahami hal itu sehingga Ia menyebutkan berkali-kali karakteristik bangsa yang akan dilayani Yehezkiel (ayat 3-8). Namun Allah tidak hanya sebatas peduli, Ia juga akan selalu berada di belakang Yehezkiel untuk menguatkan hati dan terus memompa semangatnya, sehingga tugas Yehezkiel dapat dilaksanakan dengan baik (ayat 3:8-9).

Allah juga menegaskan bahwa yang terpenting bagi Allah adalah Yehezkiel melaksanakan tugas dengan setia bukan pertobatan bangsa Israel (ayat 5). Ini tidak berarti bahwa Allah hanya peduli kepada pelayan-Nya dan mengabaikan pertobatan manusia, sebab tujuan misi Yehezkiel adalah agar bangsa Israel mengetahui bahwa ada seorang nabi Allah di antara mereka dan bahwa mereka sudah diberi kesempatan untuk bertobat. Suatu saat Allah akan datang untuk menghakiminya.

Respons Yehezkiel terhadap firman dan panggilan Allah sangat indah yaitu ia taat secara total ketika diperintahkan untuk memakan seluruh gulungan kitab (ayat 3:1-3). Apa yang dihasilkan oleh ketaatan Yehezkiel? Kekuatan Ilahi untuk mewartakan firman-Nya walaupun isinya bertentangan dengan pengharapan bangsa Israel (ayat 3:1) serta kedamaian di dalam hidupnya (ayat 3:3). Emosi Yehezkiel juga bergejolak (ayat 3:14) yang disebabkan karena gabungan dua pemikiran yaitu ia merasakan ketidakadilan Allah yang mengutus dirinya dengan tugas yang berat, serta ia mengidentifikasikan dirinya dengan perasaan Allah terhadap umat- Nya yang senantiasa memberontak. Karena itu ia membutuhkan waktu untuk berdiam diri selama 7 hari (ayat 3:15). Berdiam diri merupakan terapi yang paling tepat bagi ketegangan emosi.

Renungkan: Banyak sekali saudara-saudara kita yang mempunyai panggilan seperti Yehezkiel yaitu melayani orang-orang yang secara sengaja menentang dan menantang Injil dan pelayanan Kristus. Emosi mereka seringkali juga bergejolak. Berdoalah untuk mereka serta berikan persembahan kepada Allah melalui mereka.

(0.18) (Yeh 23:22) (sh: Dampak-dampak penyimpangan (Selasa, 11 September 2001))
Dampak-dampak penyimpangan

Nabi Yehezkiel yang menerima panggilan sebagai seorang penjaga atau pengawas umat Allah, dengan penuh kesungguhan mengumumkan vonis Tuhan. Oleh karena Allah Maha Adil, maka Israel harus dihukum. Hanya oleh karena kesabaran Allah yang besar saja, maka Dia masih dapat mentolerir bangsa yang sudah bobrok itu sekian lamanya, tetapi Yehezkiel membawa pesan bahwa kesabaran Allah terhadap bangsa Israel akhirnya tiba pada batas-Nya. Oleh karena Israel melupakan dan membelakangi Tuhan, sekarang mereka sendiri yang harus menanggung akibat persundalan dan kemesumannya.

Penghakiman Allah tidak dapat dihapuskan (ayat 12:22, 27); penghakiman-Nya tidak dapat dihindari. Sabda-Nya: "Aku tidak akan merasa sayang kepadamu dan tidak akan kenal belas kasihan, tetapi Aku akan membalaskan kepadamu selaras dengan tingkah lakumu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji. Maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN". (ayat 7:4-27; 22:14). Waktu penghakiman tidak dapat diulur lagi (ayat 9:10; 24:14).

Allah dengan begitu gamblang dan transparan memaparkan dosa-dosa Israel, untuk menunjukkan betapa jijiknya perselingkuhan yang mereka perbuat. Namun hal ini bukan berarti Allah hanya terusik oleh dosa umat-Nya saja, melainkan sebagai sinyal Allah yang menginginkan umat-Nya merasa malu, menyesal, lalu bertobat. Amat disayangkan karena berulangkali respons dari umat Tuhan ketika menerima teguran-Nya adalah justru semakin mengingkari-Nya, sehingga tangan Allah harus menurunkan hukuman keras yang tidak terhindarkan.

Ada dampak-dampak dosa yang dapat kita lihat dari pernyataan Allah, "Aku akan dan Aku akan..." Namun untuk apakah hukuman itu? Jawabnya ada di ayat 49, yakni agar umat kembali kepada ikatan perjanjian-Nya, dengan mengakui bahwa Tuhan adalah Allah mereka.

Renungkan: Berani berbuat, berani menanggung risiko. Seharusnya setiap Kristen menganut motto ini di dalam hidupnya. Setiap perbuatan pasti membuahkan hasil yang mewajibkan setiap diri kita untuk memetiknya. Oleh karena itu, sebelum berbuat sesuatu, pikirkanlah terlebih dahulu apa akibatnya. Dosa bukan sekadar pelanggaran tapi pengingkaran terhadap janji setia-Nya

(0.18) (Yl 2:1) (sh: Siapakah yang dapat menahannya? (Jumat, 15 Juni 2001))
Siapakah yang dapat menahannya?

Ketika banjir besar melanda, ketika sebuah gunung berapi menyemburkan apinya, ketika terjadi tanah longsor, ketika terjadi peperangan antar bangsa atau suku, ketika wabah penyakit menyerang, ketika tindakan anarki merajalela, dan seterusnya … , siapakah yang dapat menahannya? Adakah manusia yang mampu mengatur dan mengatasinya? Pertanyaan serupa walau berbeda makna diajukan Yoel di akhir perikop yang kita baca hari ini.

Siapakah yang dapat menahan datangnya hari TUHAN yang hebat dan sangat dahsyat? Semua orang gemetar ketakutan menyaksikan pasukan perang Allah yang banyak dan kuat, yang muncul bagai fajar di tengah kegelapan dan kepekatan malam (1-2). Sebelum dan sesudahnya tidak pernah ada pasukan yang sedemikian hebat dan dahsyat. Pasukan ini sangat gesit menyapu membinasakan musuhnya (4-6), berlari dan berjalan beriring tiada putus menurut aturan barisan dan kesatuan tujuan (7-8), menyerbu kota dan memanjat tembok tanpa diketahui musuh saat kedatangannya (9), membuat bumi dan langit gemetar dan seluruh benda penerang tak sanggup menatapnya (10). Mengapa pasukan ini sedemikian hebat? Karena TUHAN pemimpin di depan mereka dan mereka adalah pasukan pelaku firman-Nya.

Penggambaran kedatangan hari TUHAN yang sedemikian dahsyat mengingatkan umat-Nya bahwa tidak seorang pun dapat menunda atau membatalkan waktu dan rencana-Nya. Ada saat pintu anugerah terbuka, ada pula saat penghakiman tiba. Dialah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Kasih, yang mengatur semuanya. Itulah sebabnya perikop ini terletak di antara pernyataan tentang hukuman Tuhan atas Yehuda dan seruan pertobatan. Baik hukuman maupun pernyataan tentang hari TUHAN, semata karena kasih dan anugerah- Nya kepada umat pilihan-Nya yang dikasihi dan dibentuk- Nya.

Renungkan: Kepastian hari TUHAN akan datang dan sudah dekat merupakan tanda peringatan keras dan serius sampai kedatangan-Nya tiba. Namun seringkali peringatan ini terdengar bagai berita usang tak bermakna kepastian, sehingga kita terlebih menikmati masa-masa penghukuman- Nya atas dosa-dosa kita. Masih bergemakah hati yang penuh tekad menjaga terang firman-Nya terpancar dalam hidupnya dan rela meninggalkan kebiasaan dosa? Jangan terlambat!!!

(0.18) (Yun 1:1) (sh: Tuhan belum selesai (Kamis, 13 Desember 2001))
Tuhan belum selesai

Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan peringatan Tuhan, peringatan yang membukakan peluang bertobatnya bangsa yang kejam itu.

Bagaimana respons Yunus? Menolak dan tidak rela! Ia berbalik arah dan pergi berlayar menuju Tarsis. Ia mengira dapat melarikan diri dari Tuhan. Bukankah ini suatu perkiraan yang keliru? Jika Yunus tidak rela melaksanakan tugas dari Tuhan, Tuhan pun tidak rela Yunus berbalik arah. Ia segera bertindak. Ia mengirimkan badai, yang oleh masyarakat saat itu diyakini sebagai akibat dosa terhadap Tuhan. Lalu, para pe-numpang kapal memutuskan untuk mengundi siapakah yang bertang-gung jawab atas malapetaka ini. Undian jatuh pada Yunus dan ia pun mengakui dosanya. Ia meminta mereka melemparnya ke laut agar ben-cana ini berlalu. Yunus berpikir, inilah akhir perjalanan hidupnya: be-rangkat sebagai nabi yang dipakai Tuhan, berakhir sebagai pelarian yang dibuang Tuhan; sekali lagi perkiraan yang keliru. Tuhan malah mengi-rimkan seekor ikan besar untuk menyelamatkan Yunus dari kematian.

Melalui perikop ini, kita belajar dua hal. Pertama, mata Tuhan tertuju pada semua bangsa, tidak hanya pada satu bangsa. Berbeda dengan kita yang selalu mengarahkan mata hanya kepada orang-orang tertentu; biasanya yang kita sukai, hormati, dan baik kepada kita. Tidak mudah untuk membagikan kasih Tuhan kepada orang yang tidak kita sukai, tidak kita hormati, dan tidak baik kepada kita. Tuhan meminta Yunus, dan juga kita, untuk mengasihi mereka yang tidak layak kita kasihi. Kedua, Tuhan belum selesai dengan kita. Diri kita adalah seum-pama bangunan yang masih belum selesai. Tuhan akan terus membentuk kita meski kadang kita melawan-Nya. Seperti Yunus, kita pun masih diberikan kesempatan menerima uluran tangan-Nya. Adakalanya Tuhan harus mengirimkan "badai" untuk menyadarkan kita. Tetapi, di tengah badai sekalipun, Ia tetap mengirimkan "ikan" untuk menyelamatkan kita.

Renungkan: Tuhan ingin agar kita memiliki mata-Nya dan hati-Nya. Maukah kita masuk ke dalam proses belajar mengasihi? Mari kita menyediakan diri kita senantiasa untuk dibentuk oleh Tuhan.

(0.18) (Mal 2:17) (sh: Meragukan Allah. (Minggu, 13 Desember 1998))
Meragukan Allah.

Umat bertanya dengan nada sinis, "Di manakah Allah yang menghukum?" Namun seolah-olah pertanyaan ini langsung dijawab, "Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!". Kedatangan Tuhan dipersiapkan oleh seorang utusan (">Mal. 3:1), yang oleh Tuhan Yesus diidentikkan dengan Yohanes Pembaptis (Mat. 11:10).

Menyangkal Tuhan. Bangsa Israel pada zaman nabi Maleakhi dan Kristen zaman ini, pasti yakin telah menyembah Allah yang benar. Tetapi selalu ada bahaya terjadinya penyimpangan. Misalnya, mengkondisikan Tuhan sesuai selera kita. Akibatnya, semua perbuatan salah dibenarkan! Kristen telah dibebaskan dari gelap menuju terang, dari buta total menjadi dapat melihat. Allah membuat perubahan radikal dalam diri manusia. Tetapi jika firman Tuhan tidak lagi dihargai otoritasnya, atau tidak lagi menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan, maka kebenaran pun menjadi kabur, kebaikan Tuhan diragukan.

Tuhan yang benar. Tuhan tidak membeda-bedakan dosa. Dari yang bersifat spiritual (sihir dan sejenisnya), yang bersifat pribadi (zinah), maupun dosa mempermainkan keadilan, menindas yang lemah, dlsb. Artinya, Tuhan tidak pernah menekankan pengecaman hanya kepada salah satu dosa saja. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang membuat perjanjian -- yang merangkul manusia dengan kasih yang tidak patut mereka terima; Tuhan yang dahsyat; Tuhan yang bertindak untuk meneguhkan keadilan; Tuhan yang tidak langsung menghancurkan, tetapi berkarya memurnikan iman yang seringkali melalui penderitaan (1Ptr. 5, 6); Tuhan, sumber Pengharapan. Mereka yang telah jatuh jauh pun seperti Petrus, diubah secara radikal sehingga hidupnya dimampukan menyenangkan hati Tuhan daripada menyusahkan (ayat 2:17;3:4" context="true">2:17; 3:4); Tuhan menuntut agar manusia hidup sesuai dengan hukum kasih dan akan menghakimi mereka yang tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, antara lain mereka seperti pemfitnah, pemeras tenaga pekerja dengan upah rendah, berlaku tidak adil dan tidak peduli terhadap orang lemah.

Renungkan: Sang Pemurni dosa yang dijanjikan itu telah datang dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Dia datang untuk menangani permasalahan dosa yang telah merasuk dalam seluruh keberadaan hidup orang percaya.

Doa: Jernihkanlah pemahaman kami mengenai Engkau, ya Tuhan semesta alam dan bantulah kami bersikap hormat dan penuh penghargaan kepada-Mu.

(0.18) (Mat 17:22) (sh: Teladan Seorang Guru (Senin, 19 Februari 2001))
Teladan Seorang Guru

Penderitaan seorang guru yang disegani, dihormati, dan diteladani, adalah kesedihan bagi murid-muridnya. Guru yang telah menjadikan dirinya dan hidupnya sebagai panutan dan bagian hidup murid-muridnya, akan menerima pengabdian diri murid-muridnya. Yesus telah menjadikan diri-Nya sebagai bagian dari kehidupan murid-murid-Nya, bahkan Ia memberikan nyawa-Nya bagi kehidupan mereka. Dialah Guru Agung sepanjang sejarah manusia.

Di Galilea, untuk kedua kalinya Yesus memberitahukan penderitaan yang akan dialami-Nya. Ia menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena Ia akan mengalami penderitaan sebagai Manusia yang lemah, tak berdaya, dapat merasakan sakit, tidak mampu membela diri, dan akan berhadapan dengan maut atau kematian. Namun Ia akan mengalami semua ini bukan karena kuasa manusia, melainkan diserahkan oleh Allah Bapa, yang kemudian akan membangkitkan-Nya dari kematian (ayat 23). Di sini nampak jelas bahwa Allah Bapa yang telah mengutus-Nya yang mengizinkan semuanya ini terjadi di dalam kedaulatan-Nya, demi keselamatan manusia. Mengingat kembali bahwa Gurunya akan menderita membuat hati murid-murid sangat sedih, karena mereka masih belum mengerti arti penderitaan Yesus Sang Mesias.

Sebagai Yahudi yang setia, Yesus pun memberikan teladan dalam membayar pajak untuk Bait Allah. Kewajiban membayar pajak sudah ditetapkan sejak zaman Musa (Kel.30:13), guna perbekalan rumah Tuhan. Analogi kewajiban orang asing membayar pajak bagi pemerintahan Roma dipakai Yesus untuk menunjukkan bahwa Anak Allah seharusnya tidak berkewajiban membayar pajak Bait Allah, demikian pula Petrus. Namun Yesus mengajarkan sekaligus memberikan teladan bagaimana Ia pun tetap melakukan kewajiban ini. Setiap Yahudi harus membayar 2 dirham/orang, tetapi mata uang yang beredar adalah 4 dirham, maka mereka harus membayar 4 dirham untuk 2 orang. Yesus menyuruh Petrus untuk memancing dan membuka mulut ikan yang pertama kali ditangkapnya, maka ia akan menemukan mata uang 4 dirham di dalam mulutnya. Dengan uang itulah Yesus dan Petrus membayar pajak.

Renungkan: Melalui sikap sederhana, Yesus pun menyatakan Keallahan-Nya sekaligus kerendahhatian- Nya dalam memenuhi kewajiban keagamaan. Inilah teladan Sang Guru Agung.



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA