Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 481 - 500 dari 524 ayat untuk Bekas luka (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.08) (Luk 9:1) (sh: Pelayanan dan harga yang harus dibayar (Jumat, 21 Januari 2000))
Pelayanan dan harga yang harus dibayar

Melayani memiliki risiko. Risiko menghadapi orang banyak dengan berbagai latar belakang, tantangan, atau penolakan. Kemungkinan pelayanan membawa kita pada penderitaan karena ditolak. Tuhan Yesus tidak memberikan proteksi khusus agar kita dapat melakukan segala pekerjaan-Nya dengan mulus tanpa tantangan. Ketika Tuhan Yesus memanggil kedua belas murid-Nya untuk diutus, Ia tahu bahwa murid-murid akan menghadapi banyak masalah. Orang-orang yang menderita berbagai penyakit, kerasukan setan, orang-orang yang menolak berita yang mereka kabarkan akan dihadapi mereka. Selain menghadapi tantangan, murid-murid pun perlu menggumuli kebutuhan hidup mereka. Pemenuhan kebutuhan mereka tergantung sepenuhnya dari orang-orang yang menyambut kehadiran dan mempercayai berita mereka. Mencukupkan diri dalam segala kondisi dan situasi adalah hal yang harus mereka atasi. Semua ini adalah harga yang harus mereka bayar sebagai utusan Yesus.

Diutus dan diperlengkapi dengan kuasa dan tenaga, itulah yang terjadi atas murid-murid. Medan pelayanan begitu berat, maka Yesus memberikan kepada mereka kuasa dan tenaga. Dengan kuasa dan tenaga dari Yesus, murid-murid mampu mengatasi berbagai masalah dan tantangan. Karena itu tatkala berita Kerajaan Allah disebarluaskan ke seluruh wilayah, orang-orang sakit disembuhkan dan orang-orang yang dirasuki setan dilepaskan. Kuasa dan tenaga yang dikaruniakan kepada murid-murid membuat berita Kerajaan Allah dan pewujudan kuasa Kerajaan Allah dialami oleh banyak orang. Berita ini tersebar ke segala wilayah bahkan sampai ke istana Herodes.

Banyak orang bertanya-tanya siapakah Yesus yang menjadi pusat berita murid-murid. Herodes pun sempat mencemaskan ketenaran Yesus dan membuat ia ingin bertemu. Inilah keberhasilan murid- murid. Bukan diri mereka yang diberitakan, bukan ketenaran diri yang mereka cari, tetapi Yesus pusat berita Kerajaan Allah, yang memberi mereka kuasa dan tenaga itulah yang dberitakan.

Renungkan: Kekerasan hati manusia, tantangan, rintangan, masalah, penyakit, dan kuasa setan hanya bisa diatasi dengan kuasa dan tenaga dari Kristus Yesus. Sebagai utusan Yesus Kristus, kita perlu diperlengkapi dengan kuasa dan tenaga dari Dia.

(0.08) (Luk 9:10) (sh: Memberi bukan karena memiliki (Sabtu, 22 Januari 2000))
Memberi bukan karena memiliki

Minta diperhatikan seringkali menjadi tuntutan kita daripada memberi perhatian kepada sesama. Ada banyak faktor penyebabnya. Pada umumnya sifat manusia egois, diri sendirilah yang menjadi target. Sebab itu berbagai alasan bisa saja muncul tatkala diperhadapkan pada kebutuhan orang lain yang perlu diperhatikan. Tidak ada dana, tidak ada waktu, bisa tetapi harus ada usaha ekstra, sulit penuh tantangan itu yang biasa membuat seseorang berdalih memberi perhatian, bantuan, atau pertolongan kepada sesama.

Yesus mengatakan: "Kamu harus memberi mereka makan!" kepada murid-murid di Betsaida. Siapkah Yesus dengan bekal yang cukup untuk 5000 orang lebih? Tidak! Murid-murid pun tidak. Ketidaksiapan dan kesulitan yang ada pada mereka membuat murid-murid mencari jalan pintas dan mengatakan: "Suruhlah orang banyak itu pergi!" Mereka pun letih dan ingin cepat-cepat beristirahat untuk membeli makanan perlu menempuh jarak yang jauh dan saat itu sudah larut malam. Memang bukan perkara mudah memberi perhatian kepada sesama kala kita tidak siap dan kondisi tidak mendukung. Namun Tuhan Yesus mengajar meski kemampuan terbatas tetap perlu ada usaha. Meski kondisi sepertinya tidak memungkinkan, perlu tetap mencari cara mengatasinya. Murid-murid memberikan apa yang ada pada mereka, lima roti dan dua ikan. Begitu ada upaya dan menyerahkan apa yang ada, Tuhan Yesus meminta murid-murid mengatur ribuan orang agar distribusi dapat dilakukan dengan mudah. Dan terjadilah mujizat. Lima ribu lebih orang makan kenyang dan masih sisa 12 bakul makanan.

Renungkan: Peristiwa ini dicatat di 4 Injil. Tentu suatu pengajaran yang penting bagi setiap murid Tuhan Yesus. Banyak orang di sekitar kita membutuhkan perhatian, pertolongan, dan bantuan kita. Semakin kita memperhatikan diri sendiri, semakin kita tidak peka pada kebutuhan sesama. Semakin kita memfokuskan perhatian pada kesulitan dan masalah diri, semakin kita tak ingin mengambil bagian dalam masalah sesama. Perlu belajar dari Tuhan Yesus yang siap sedia dalam segala keadaan, bersama Dia melayani sesama yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Kita dituntut memberi bukan karena kita sedang dalam keadaaan berlebih, tetapi dari apa yang kita miliki dapat dijadikan-Nya berkat bagi orang lain.

(0.08) (Luk 9:37) (sh: Penyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa ini. (Selasa, 7 Maret 2000))
Penyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa ini.

Peristiwa pengusiran roh jahat ini bukan sekadar peristiwa penyembuhan    biasa. Karena peristiwa ini mengekspresikan 3 hal penting yaitu    (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">1) hubungan yang khusus dan kasih yang besar dari seorang ayah    terhadap anak tunggalnya, (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">2) akibat tragis dari roh jahat    terhadap anaknya sehingga membuat hubungan anak dan ayah    terputus, dan (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">3) hubungan ayah dan anak kembali terjalin mesra    setelah anaknya disembuhkan.

Bila dihubungkan dengan ucapan Yesus dalam ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">41, maka 3 hal    itu memanifestasikan apa yang terjadi antara Allah dan bangsa    Israel, yang dulunya mesra namun hubungan itu rusak karena dosa    mereka. Dosa ini dimulai dari tidak tahu berterimakasih kemudian    tidak percaya, lalu menjadi ketidaktaatan, pemisahan dari Allah    dan kehilangan iman kepada-Nya. Maka agama dan tradisi mereka,    kekuatan roh jahat dan takhayul lebih menarik bagi mereka    daripada Allah Bapa sendiri.

Untuk memulihkan keadaan ini tidak cukup dengan khotbah-khotbah    moral dan nasihat-nasihat saja. Mereka membutuhkan penyataan    Allah, penglihatan akan kebesaran dan kemuliaan-Nya untuk    menghancurkan daya tarik dosa, perzinahan rohani, dan    menyadarkan mereka kembali akan siapakah Allah. Dengan demikian    akhirnya akan menumbuhkan kembali iman, penyembahan, dan    ketaatan. Inilah yang dilakukan oleh Yesus. Setelah semua murid    yang tidak ikut ke gunung untuk berdoa tidak mampu mengusir roh    jahat, Yesus cukup menegur dengan keras dan anak itu sembuh.    Tindakan Yesus berhasil membangkitkan ketakjuban semua orang    akan kebesaran Allah. Dengan kata lain tindakan Yesus merupakan    penyataan kebesaran Allah kepada umat-Nya. Inilah misi Yesus    Kristus bahwa Dia datang dari kemuliaan yang tak terhampiri    untuk menyatakan kemuliaan Allah kepada umat-Nya, agar mereka    kembali kepada-Nya.

Suatu bangsa yang sudah rusak secara moral dan akhlaknya,    dimana kebenaran agama dan moral hanya dipandang sebagai    kebenaran normatif membutuhkan terapi khusus agar bangsa ini    dapat kembali kepada Allah dan melihat kembali kebesaran dan    kemuliaan-Nya.

Renungkan: Kristen di Indonesia seharusnya dapat memancar-kan    kemuliaan Allah yang menakjubkan, sehingga bangsa kita dapat    disadarkan kembali kepada jalan yang benar.

(0.08) (Luk 10:21) (sh: Tiga prinsip penting.   (Selasa, 21 Maret 2000))
Tiga prinsip penting.  

Kristus datang ke dunia membawa ajaran yang kedengarannya aneh dan saling bertentangan satu    dengan yang lain. Namun sesungguhnya ajaran-Nya itu indah, kaya,    dan dinamis. Di dalam ajaran Yesus itu selalu termanifestasikan    bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya dan kasih-Nya selalu sebagai    poros. Ada tiga prinsip penting dalam ajaran-Nya: sikap taat dan    bersyukur, kasih, dan memberikan prioritas yang benar kepada    Allah.

Dalam hal taat dan bersyukur, Yesus sudah memberikan teladan-    Nya ketika Ia bergembira dalam Roh Kudus dan bersyukur kepada    Tuhan Pencipta langit dan bumi. Ia melihat keadaan-Nya dari    perspektif kedaulatan Allah dan rencana-Nya yang agung. Sikap    Yesus memberikan suatu teladan bahwa kedaulatan Allah bukan    untuk dipertanyakan atau diresponi negatif, namun untuk ditaati    dan disyukuri. Dalam hal kasih,  Ia memberikan contoh dalam    bentuk kisah orang Samaria yang baik hati. Padahal sebelumnya,    Ia berpesan secara keras kepada tujuhpuluh murid agar    mengebaskan debu suatu kota yang melekat pada kaki, jika orang-    orang di dalamnya menolak. Namun apabila orang-orang yang telah    memusuhinya membutuhkan bantuannya, maka haruslah ditolong    dengan sepenuh hati seperti yang telah ditunjukkan kisah orang    Samaria.  Kasih harus dinyatakan kepada semua orang walaupun    berbeda agama, namun ini tidak berarti bahwa perbedaan agama    tidak menjadi soal sejauh kita saling mengasihi. Yesus sudah    menunjukkan kasih yang demikian juga.

Yesus kembali mengajar tentang prioritas ketika ia mengoreksi    apa yang tidak tepat dalam diri Marta. Saat itu Ia sedang dalam    perjalanan ke Yerusalem untuk disalibkan dan ini berarti bahwa    Maria dan Marta tidak akan mempunyai banyak waktu lagi untuk    bertemu dengan-Nya. Karena itu Yesus menuntut Maria dan Marta    memberikan waktu yang terbanyak bagi persekutuan mereka bertiga.    Dengan kata lain Marta harus tahu kapan harus melayani dan kapan    harus berdiam diri di hadapan-Nya.

Renungkan: Di zaman ini nampaknya ketiga hal di atas merupakan    nilai-nilai atau sikap yang sudah langka. Karena kekuasaan dan    kekuatan selalu dihubungkan dengan kekayaan, kemewahan, dan    fasilitas. Kasih selalu dihubungkan dengan siapa dan darimana    orang yang akan kita kasihi. Kemudian kesibukan pelayanan    menggantikan jam doa, jam PA, dan mungkin jam ibadah Minggu.

(0.08) (Luk 11:1) (sh: Yang terutama dalam hidup Kristen. (Rabu, 22 Maret 2000))
Yang terutama dalam hidup Kristen.

Hal yang utama dan yang pertama dalam kehidupan Kristen adalah memberikan Allah    kesempatan untuk berbicara kepada kita. Hal yang utama dan yang    kedua adalah Kristen harus berbicara kepada-Nya. Kita harus    berdoa, karena tujuan terpenting dalam hidup kita tidak dapat    dicapai tanpa doa. Apa saja yang terpenting dan yang paling    perlu dalam hidup kita? Seperti sebuah perjalanan panjang, kita    senantiasa berjalan ke depan. Apakah tujuan hidup kita? Apa yang    seharusnya menjadi ambisi utama kita?

Dalam Doa Bapa Kami kita menemukan jawabannya, yaitu bahwa    kepentingan Allah harus diutamakan (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">2). Kita berdoa agar nama-    Nya dikuduskan, yaitu dikhususkan sebagai  yang paling suci,    paling bernilai, dan paling mulia. Nilai kehidupan manusia tidak    akan dihargai secara pantas kecuali jika manusia memandang Nama-    Nya sebagai yang paling berharga dan merupakan sumber dari    seluruh nilai yang benar. Kepentingan pribadi merupakan hal    utama yang kedua yang dipintakan dalam doa yaitu dengan urutan    kebutuhan fisik, moralitas dan rohani (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">3-4). Yesus tidak    menyangkal bahwa kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar    manusia. Setelah kebutuhan fisik, kita perlu pengampunan untuk    masa lalu kita dan terlepas dari pencobaan di masa yang akan    datang. Kita perlu pengampunan dan bimbingan-Nya setiap hari    seperti kita perlu berkat jasmani-Nya tiap hari juga.

Inilah prioritas yang benar dalam doa kita. Namun Yesus tidak    berhenti sampai di sini, Ia menambahkan permintaan lain dalam    doa yang akan menyatakan secara lebih nyata lagi apa prioritas    utama kita dan perhitungan kita tentang apa yang paling penting    dalam hidup ini, yaitu Roh Kudus. Yesus memahami bahwa murid-    murid-Nya selama hidup di dunia ini akan mengalami segala macam    pencobaan, masalah, dan marabahaya, yang selain membahayakan    hidupnya juga dapat menggoyahkan imannya. Itulah sebabnya Ia    mengajarkan bahwa Allah Bapa sudah siap memberikan yang terbaik    bagi anak-anak-Nya yaitu Roh Kudus jika mereka memintanya dengan    sungguh. Meminta karunia Roh Kudus bukanlah suatu peristiwa yang    terjadi sekali dalam hidup.

Renungkan: Dalam kehidupan di negara kita sekarang ini yang    segala sesuatunya sangat tidak pasti, di mana Kekristenan terus-    menerus di bawah ancaman, hal apakah yang senantiasa Anda minta    kepada Allah?

(0.08) (Luk 11:14) (sh: Mereka yang berpihak kepada Yesus. (Kamis, 23 Maret 2000))
Mereka yang berpihak kepada Yesus.

Mukjizat dalam perikop ini sesungguhnya untuk mendemonstrasikan eksistensi Allah dan    Kerajaan-Nya. Juga untuk memberitakan bahwa Allah sudah datang    untuk membebaskan manusia dari ikatan belenggu kuasa Setan.    Terompet peperangan sudah ditiup dan peperangan rohani sudah    dimulai.

Sikap netral sangat mustahil dalam peperangan ini. Seperti    mereka yang sudah menyaksikan penyataan kuasa Roh Kudus yang    langsung dan nyata, kemudian mereka dituntut untuk menentukan    sikap terhadap Kerajaan-Nya (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">23). Demikian juga setiap pengikut-    Nya. Untuk itu apa yang harus dialami oleh mereka yang berada di    pihak-Nya? Mereka harus mengalami pembaharuan total di mana Roh    Kudus tinggal dalam hidupnya. Tidak seperti keadaan orang yang    didatangi kembali roh-roh lain yang lebih jahat karena hidupnya    dibiarkan kosong (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">24-26). Di samping itu mereka harus juga    mempunyai hubungan rohani secara pribadi dengan Kristus bukan    hubungan secara fisik karena menjadi ibu dari Yesus (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">27). Dan    hubungan ini  harus dipelihara dengan jalan senantiasa    mendengarkan dan memelihara firman-Nya (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">28).

Selain itu ada hal-hal yang harus dihindari oleh pengikut-Nya,    di dalam menjalani kehidupan beribadahnya selama di dunia.    Mereka tidak boleh menekankan simbol-simbol dan ritual agama,    sehingga mengabaikan realita dan kewajiban moral  yang    dinyatakan oleh simbol-simbol keagamaan (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">38). Mereka juga tidak    boleh menggantikan moralitas kehidupan dengan ketaatan terhadap    tata ibadah lahiriah. Hal ini seperti orang farisi yang yakin    kekudusan hidupnya karena mencuci cawan dan pinggannya (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">39).    Dalam menaati perintah-perintah-Nya haruslah seimbang. Janganlah    melakukan satu hal yang kecil dengan ekstrimnya, namun justru    mengabaikan perintah-perintah yang lebih hakiki (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">42). Orang    percaya tidak boleh menjalankan kehidupan agamanya hanya untuk    mendapatkan kemuliaan dirinya, kecuali untuk kemuliaan-Nya (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">43).

Renungkan: Karena itu dalam peperangan rohani zaman ini,    mereka yang berpihak kepada-Nya adalah orang-orang yang hidup    dipimpin oleh Roh Kudus, yang hidup mengagungkan dan menjalankan    firman-Nya. Dan semua itu dimanifestasikan dalam kehidupan moral    yang sesuai dengan standar Allah, bukan standar pribadi ataupun    standar masyarakat.

(0.08) (Luk 13:22) (sh: Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya. (Selasa, 28 Maret 2000))
Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya.

Ada seorang Kristen yang merasa senang sekali karena akan berjumpa dengan    Bapak X yang sekarang sudah menduduki posisi nomer satu dalam    sebuah sekolah teologia. Ia ingin segera bertemu dan berbincang-    bincang dengan Bapak tersebut. Beberapa tahun lalu Bapak X ini    pernah menginap di rumahnya ketika masih berstatus sebagai    seorang mahasiswa. Namun, apakah yang terjadi ketika berjumpa?    Bapak X menyambutnya dengan dingin, seakan-akan tidak pernah    mengenal orang tersebut. Ketika diingatkan bahwa ia pernah tidur    di rumahnya, Bapak X hanya berkata bahwa ia lupa. Betapa malunya    orang  tersebut.

Walaupun tidak persis sama, kisah nyata di atas dapat    memberikan gambaran lebih lanjut betapa pentingnya pengenalan    dan hubungan pribadi di antara dua pihak, seperti yang    diutarakan oleh Yesus dalam perumpamaan-Nya (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">22-30).  Merasa    kenal dan merasa dekat, tidaklah cukup untuk menyatakan bahwa    dua pribadi itu saling mengenal  (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">26). Hal ini dialami oleh    orang yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesta perjamuan.    Perumpamaan ini menggambarkan bahwa "gede rasa" rohani sangat    berbahaya. Kita seringkali mengira bahwa dengan melakukan banyak    pelayanan Gerejawi, atau mendengarkan khotbah tiap hari Minggu,    atau mengikuti PA di gereja, sudah membawa kita pada hubungan    pribadi dengan Yesus. Itu adalah 'gede rasa' rohani dan tidak    cukup membawa kita kepada keselamatan kekal. Kita perlu menerima    Yesus secara pribadi dan menjalin hubungan pribadi dengan-Nya    agar kita semakin mengenal kehendak-Nya.

Pengenalan pribadi penting, karena pengenalan yang salah akan    membuat seseorang memiliki persepsi yang salah tentang pihak    yang merasa dikenal. Herodes memiliki pengenalan yang salah    tentang Yesus, sehingga membuatnya memiliki persepsi yang salah.    Ia berpikir bahwa Yesus ada untuk membangun kekuatan politik dan    akan merongrong kekuasaannya atau pun untuk membuat kekacauan di    daerah kekuasaan-nya. Itulah sebabnya ia ingin membunuh-Nya.

Renungkan:  Mengenal Kristus secara pribadi dan benar bukanlah    perkara mudah, karena kriteria pengenalan itu ditentukan oleh    Dia sendiri. Kadar pengenalan kita terhadap Dia akan menentukan    tindakan dan sikap kita terhadap-Nya.

(0.08) (Luk 17:20) (sh: Sifat manusia yang tidak pernah berubah. (Selasa, 4 April 2000))
Sifat manusia yang tidak pernah berubah.

Jawaban Yesus atas pertanyaan orang Farisi tentang kapankah Kerajaan Allah    akan datang (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">20-21) tidak dimaksudkan untuk mengingkari apa yang    nantinya diajarkan-Nya kepada murid-murid-Nya, yaitu tentang    penampakan Kerajaan-Nya di masa mendatang (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">24). Ia menyatakan    bahwa walaupun Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah,    namun sesungguhnya sudah hadir di antara mereka dalam pribadi    Yesus Kristus (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">21). Orang-orang Farisi tidak mampu melihat    Kerajaan Allah karena pikiran mereka sebetulnya sudah    terkontaminasi  oleh gemerlapnya dunia yang mereka kejar,    sehingga pemahaman mereka tentang Kerajaan Allah pun menjadi    salah.

Kesalahan orang-orang Farisi itu terus berulang pada generasi    selanjutnya, walaupun berbeda wujudnya. Yesus sudah menegaskan    bahwa kedatangan Kerajaan-Nya akan tergenapi. Ketika itu, banyak    orang akan  terkejut karena tidak siap. Mereka terlalu sibuk    dengan urusan-urusan sendiri dan tidak bisa melepaskan diri dari    perkara duniawi, seperti yang terjadi pada zaman Nuh dan Sodom    Gomora. Sikap manusia terhadap harta di sepanjang segala zaman    tidak pernah berubah. Bila kita melihat di sekitar kita sekarang    ini, manusia-manusia terlalu sibuk dengan urusan, kepentingan,    keuntungan, dan kepuasan pribadi yang semuanya berhubungan    dengan harta. Mereka berlomba-lomba untuk mempunyai harta    sebanyak-banyaknya dalam waktu dan dengan tenaga yang sekecil-    kecilnya. Salah satu penyebabnya adalah merebaknya budaya    konsumerisme dewasa ini. Hal ini semakin ditumbuhsuburkan dengan    kemajuan media cetak dan elektronik. Akibatnya kehidupan mereka    sehari-hari hanya dipenuhi bagaimana mendapatkan harta,    menikmati, dan mempertahankan apa yang sudah dimilikinya; karena    mereka tidak bisa membayangkan kehidupan tanpa segala kenikmatan    dan kemewahan. Akibatnya mereka tidak dapat membayangkan bahwa    Kerajaan Allah atau "Dunia yang lain" sudah di ambang pintu dan    akan segera masuk ke dalam realita manusia dan menghapus segala    ilusi yang ditawarkan dunia.

Renungkan: Kedatangan-Nya kelak akan menempatkan "harta benda"    dalam perspektif yang sesungguhnya. Ini dapat dipergunakan untuk    kekekalan namun juga dapat menghancurkan manusia karena membuat    mereka buta dan melupakan perkara-perkara rohani.

(0.08) (Luk 18:1) (sh: Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda. (Rabu, 5 April 2000))
Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda.

Banyak Kristen seringkali menolak apabila diminta untuk memimpin doa    baik dalam suatu ibadah, persekutuan, atau pertemuan-pertemuan    ibadah lainnya. Alasan mereka bermacam-macam, salah satunya    adalah mereka malu bila doanya didengar oleh orang lain karena    kata-katanya tidak bagus. Bila kita teliti alasan itu, maka kita    dapat menyimpulkan bahwa keengganan mereka itu dapat dimaklumi.    Dari kata-kata yang diucapkan dalam doa mereka, secara tidak    disadari sebetulnya mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan    pikiran. Dengan kata lain, hakikat doa adalah memancarkan    mengenai sikap kepada dan keyakinan kita akan Allah.

Dua perumpamaan yang Yesus ajarkan juga berhubungan dengan    hakikat doa. Dalam perumpamaan yang pertama (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">1-8), permasalahan    yang diajukan bukannya seorang Kristen harus berteriak kepada    Allah agar dibela. Namun permasalahannya adalah ketika Kristen    berteriak kepada Allah dan Ia tidak menjawab dan tidak bertindak    apa-apa, maka hatinya tergoda untuk memutuskan, tidak perlu    meminta kepada Allah karena Ia tidak memperhatikan. Namun    perintah Kristus sangat jelas yaitu bahwa Kristen harus berdoa    dengan tidak jemu-jemu. Berhenti berdoa berarti kita meragukan    kebaikan dan pemeliharaan Allah.

Perumpamaan yang kedua (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">9-14) juga menyatakan bahwa doa    disadari atau tidak mengungkapkan apa yang kita pikirkan tentang    diri kita sendiri. Hal ini dapat merupakan sesuatu yang salah    seperti yang diungkapkan dalam doa seorang Farisi. Lalu,    bagaimanakah kita seharusnya berdoa secara benar dan dikenan    Tuhan? Kita sudah belajar dalam "Doa Bapa Kami" tentang doa yang    benar seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Namun ada satu    hal yang perlu kita ingat yaitu bahwa dalam doa kita, harus    terungkap sikap ketergantungan kita secara tulus kepada Allah,    seperti sikap seorang anak kecil yang bergantung total kepada    orangtuanya.

Renungkan: Perumpamaan ini tidak dimaksudkan untuk mendukung    mereka yang tidak malu berdoa di depan umum. Sebaliknya    perumpamaan ini mempertegas bahwa doa bukanlah suatu hal yang    dapat disepelekan.  Oleh karena itu kita harus belajar berdoa    dengan serius yaitu  doa yang berkenan di hadapan-Nya.

(0.08) (Luk 18:18) (sh: Apakah yang terutama dalam hidup ini? (Kamis, 6 April 2000))
Apakah yang terutama dalam hidup ini?

Ini tampaknya merupakan strategi yang dijalankan oleh orang kaya dalam bacaan    kita hari ini. Di hadapan masyarakat umum, ia mempunyai    kehidupan moralitas yang tidak tercela karena ia telah mentaati    Hukum Taurat yang berbicara tentang hubungan antar manusia (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">20).    Sebagai pengusaha ia bersih luar dan dalam. Sebagai anak pun ia    termasuk anak yang berbakti kepada orang-tua. Kehidupan    moralitas yang mengagumkan ini bukan baru dijalani satu atau dua    tahun. Sebaliknya ia telah menjalani kehidupan untuk waktu yang    lama. Kesetiaan dan ketahanujiannya sudah terbukti.

Apa yang orang kaya lakukan ini, bagi Allah tidaklah cukup.    Allah masih menuntut kesempurnaan dalam menaati Hukum Taurat.    Dalam hal ini si orang kaya itu masih belum mengungkapkan    ketaatannya terhadap hukum yang pertama dan yang utama. Kualitas    hubungan dengan Allah yang dituntutNya tidak sekadar suatu    ketaatan agama seperti memberikan persembahan korban tiap bulan,    bahkan tiap hari. Lebih lagi, Allah menuntut tempat terutama di    dalam hati, jiwa, dan pikiran seseorang.

Perintah Yesus kepada orang kaya itu untuk menjual seluruh    hartanya, membagi-bagikan kepada orang miskin, dan mengikut    Tuhan  merupakan suatu ujian untuk mengetahui dimanakah orang    kaya itu menempatkan hati, jiwa, dan pikirannya. Dari perintah    itu terungkaplah   bahwa ia tidak menempatkan Allah pada porsi    utama dalam hidupnya. Bahkan bagi dirinya, nilai hidup kekal    yang ia ingin dapatkan tidak lebih besar dari kekayaan yang ia    miliki. Melalui ujian itu terungkaplah bahwa ia tidak sungguh-    sungguh secara utuh menggenapi Hukum Taurat Padahal Allah    menuntun ketaatan yang sempurna. Karena itulah murid-murid    bertanya siapakah yang dapat diselamatkan. Yesus meresponi    pertanyaan murid-murid-Nya dengan menegaskan bahwa bagi  Allah    tidak ada yang mustahil. Bahkan Dia menambahkan bahwa ada banyak    hal-hal lain yang jauh melebihi dari apa yang pernah mereka    miliki baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang yang    akan mereka terima  (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">30). Itu semua dimungkinkan karena kuasa    Allah.

Renungkan: Allah telah membuat ketidakmungkinan menjadi    kemungkinan melalui kasih-Nya yang melampaui segala kemungkinan    yang dapat dipikirkan manusia.

(0.08) (Luk 19:1) (sh: Ada berapa Zakheus di Indonesia? (Sabtu, 8 April 2000))
Ada berapa Zakheus di Indonesia?

Zakheus adalah seorang laki-laki yang secara fisik tidak sempurna karena pendek, namun    ia seorang yang kaya karena ia seorang pemungut cukai. Walaupun    kaya, tak seorang pun mau menerima dia, tidak juga Sinagoge.    Lebih tragisnya lagi uang banyak yang ia miliki tidak dapat    memberikan kompensasi atas penolakan yang ia alami. Dia telah    jauh tersesat. Karena itu bagaimana mungkin seorang yang sudah    jauh tersesat dapat menemukan jalan menuju  Kerajaan Allah?    Tentu saja ia tidak dapat, namun dia dapat ditemukan dan dibawa    masuk ke dalam Kerajaan Allah oleh Yesus (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">9-10). Dengan kata    lain oleh karena kasih karunia-Nya, Zakheus telah diterima oleh    Allah masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Penerimaan Allah ini memberikan dampak yang luar biasa dalam    diri Zakheus. Ia mampu melihat bahwa harta berlimpah-limpah yang    telah ia cari dan dapatkan dengan susah payah, bahkan dengan    pengorbanan hidup bermasyarakatnya selama ini ternyata sia-sia.    Zakheus telah menemukan identitas dirinya yang benar yaitu anak    Abraham (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">9) yang merupakan nenek moyangnya, yang dibenarkan oleh    iman kemudian hidup sesuai dengan iman. Zakheus sudah    membuktikan bahwa ia hidup sesuai dengan identitasnya.    Keselamatan yang ia terima sudah membawa perubahan sikap yang    total terhadap kewajiban sosialnya. Dan ini sangat penting    karena jika ia nantinya akan memerintah bersama Kristus maka ia    harus belajar dan melatih sikap Kristen terhadap harta dalam    dunia sekarang ini.

Bagaimana seorang percaya harus bersikap dan bertindak terhadap    harta yang dimilikinya, dipertegas oleh Kristus dalam    perumpamaan tentang uang mina (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">11-27). Setiap orang percaya    haruslah bertanggungjawab untuk menggunakan dan mengembangkan    dengan setia setiap kekayaan, waktu, dan talenta yang sudah    dipercayakan Tuhan kepadanya, karena Tuhan akan meminta    pertanggungjawabannya. Itulah kewajiban yang sesuai dengan    identitasnya.

Renungkan:  Anugerah yang besar itu juga telah memberikan    identitas yang sama kepada Anda  identitas yang juga diberikan    kepada Zakheus. Berarti ada banyak Zakheus di bumi Indonesia.    Berarti pula akan ada banyak orang yang berhasil dientaskan dari    kemiskinan di bumi Indonesia tercinta.

(0.08) (Luk 20:20) (sh: Yesus dan kekuasaan-Nya. (Selasa, 11 April 2000))
Yesus dan kekuasaan-Nya.

Dalam renungan hari ini Yesus memperlihatkan betapa besar kekuasaan yang Ia miliki dan    bagaimana Ia menggunakan kekuasaan-Nya. Yesus bukan hanya    keturunan Daud (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">41-44). Dia pun tunas dan sekaligus keturunan    Daud (Why.  22:16). Dia sudah ada sebelum Abraham (Yoh. 8:58).    Dia adalah Allah sendiri. Allah yang sudah ada sejak kekekalan    hingga kekekalan. Dia adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah    Yakub, dan Allah semua yang hidup (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">37-38). Betapa besar    kekuasaan dan wewenang-Nya atas seluruh alam semesta dan isinya.    Di tangan-Nya terletak kekuasaan yang mutlak. Di tangan-Nya    seluruh kekuasaan yang ada berasal.

Ketika Penguasa yang mutlak itu datang ke dalam dunia, Ia tidak    merebut kekuasaan Kaisar atas Israel (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">20-26). Sebaliknya ia    menegaskan bahwa Kaisar sudah bertindak sesuai dengan legitimasi    yang dimiliki. Karena itu ia berhak menarik pajak atas seluruh    masyarakat Israel. Pajak adalah milik Kaisar. Karena Allah jauh    lebih berkuasa dari Kaisar, maka Ia berhak atas sesuatu yang    jauh lebih bernilai daripada sekadar pajak yaitu kasih,    penyembahan, dan hidup manusia yang untuknya Kristus telah mati.    Kristus telah memberikan teladan bahwa kekuasaan itu tidak    serakah, tidak merebut apa yang menjadi hak orang lain,    kekuasaan tidak korupsi dan kekuasan itu menyatakan dirinya    berdasarkan kebenaran bukan berdasarkan kepentingan kekuasaan    itu sendiri.

Selanjutnya Yesus memberikan contoh sekali lagi tentang    kekuasaan yang dipakai untuk mendatangkan kemuliaan bagi dirinya    sendiri, mencari gengsi di mata masyarakat, dan mengeksploitasi    rakyat kecil demi keuntungan pribadi (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">45-47). Tidak demikian    halnya dengan penggunaan kekuasaan Yesus. Ia tidak mencari    gengsi dan kemuliaan pribadi apalagi keuntungan diri sendiri.    Sebaliknya kekuasaan yang Yesus miliki adalah kekuasaan yang    menghormati hak orang lain walaupun lebih rendah dari-Nya.    Kekuasaan-Nya dipakai demi kesejahteraan orang lain. Kekuasaan-    Nya dipakai untuk memuliakan Allah dan bukan diri-Nya sendiri.    Kekuasaan yang tidak berpusat pada diri sendiri. Inilah konsep    penggunaan kekuasaan yang benar.

Renungkan: Bila setiap orang memahami konsep penggunaan    kekuasaan yang benar dan bertekad untuk menerapkannya, maka    tidak banyak orang yang berambisi untuk mendapatkan kekuasaan.

(0.08) (Luk 21:1) (sh: Bahaya terbesar bagi Gereja Tuhan.(Rabu, 12 April 2000))
Bahaya terbesar bagi Gereja Tuhan.

Berdasarkan penelitian, jauh lebih banyak manusia mati karena bakteri yang tidak kasat    mata karena terlalu kecil, daripada karena diterkam harimau yang    jauh lebih besar, lebih kuat, dan lebih seram penampakannya.    Fakta ini menunjukkan bahwa bahaya yang tidak nampak sulit    dihindari, karena dampak yang ditimbulkan tidak langsung maka    sulit terdeteksi. Demikian pula bagi Gereja Tuhan. Bahaya yang    tidak nampak akan membawa kehancuran yang fatal bagi misi dan    keberadaannya di dunia.

Dalam masyarakat yang sudah sedemikian korup, baik sistem    sosial maupun agamanya, ternyata masih ada individu-individu    yang mempunyai dedikasi penyembahan kepada Allah yang luar    biasa, seperti yang ditunjukkan oleh janda miskin dengan    persembahannya (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">1-4). Ia memberikan dengan seluruh tekad    kerelaan untuk mempersembahkan seluruhnya kepada Allah. Bukan    seperti pada orang kaya yang tindakan dan sikap kehidupan    beragamanya sama sekali tidak mencerminkan dedikasinya kepada    Allah. Orang kaya di sini bisa dikatakan mewakili korupsi besar-    besaran yang terjadi di dalam kehidupan beragama orang Israel.    Korupsi yang demikian, yang tidak mau bertobat, nantinya akan    membawa kehancuran Bait Allah seperti yang dinubuatkan oleh    Yesus (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">5-6). Sejarah memang membuktikan bahwa Bait Allah    akhirnya dihancurkan oleh Kaisar Roma. Betapa dahsyatnya dampak    yang ditimbulkan dari korupsi dalam tubuh umat Tuhan. Ia mampu    menghancurkan seluruh keberadaan dan misi umat Tuhan di dunia.    Hal ini adalah bahaya terbesar bagi umat Tuhan sepanjang zaman.

Yesus juga menjabarkan bahaya-bahaya lain yang akan mengancam    kehidupan umat Tuhan seperti penyesat-penyesat, bencana alam,    peperangan, bahkan bahaya penderitaan fisik dan mental yang akan    dialami oleh murid-murid-Nya (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">12-19). Namun itu semua tidak    dikatakan Tuhan akan memberikan dampak yang menghancurkan bagi    kehidupan umat Tuhan. Sebaliknya penderitaan fisik dapat menjadi    kesempatan bagi umat Tuhan untuk bersaksi. Bahkan Yesus sendiri    akan memberikan kekuatan untuk tetap menang dalam penderitaan.

Renungkan: Karena itulah gereja Tuhan zaman kini harus    memberikan porsi waktu, pikiran, dan dana yang besar bagi    pembangunan rohani umat-Nya. Jangan biarkan korupsi rohani    menggerogoti gereja kita.

(0.08) (Luk 21:20) (sh: Segala sesuatu ada waktunya. (Kamis, 13 April 2000))
Segala sesuatu ada waktunya.

Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk bertumbuh, ada waktu untuk menjadi tua, dan ada    waktu untuk mati. Dari ungkapan-ungkapan itu terbesit suatu    fakta bahwa semua manusia diberi waktu yang terbatas. Bila waktu    itu berlalu maka sirna pula segala kesempatan yang terkandung di    dalam waktu itu. Tidak ada satu alat pun yang mampu    memutarbalikkan waktu.

Prinsip ini juga berlaku bagi Yerusalem. Kristus sudah    memberikan tanda bahwa waktu yang diberikan kepada Yerusalem    untuk bertobat sudah habis dan tempatnya akan hancur, tinggal    reruntuhan (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">20). Tidak akan ada lagi mukjizat yang akan dibuat    Allah untuk menyelamatkannya. Kesempatan sudah sirna, sekarang    waktunya Allah menjatuhkan hukuman atasnya melalui penindasan    bangsa-bangsa lain. Masa itu ditandai dengan terbukanya    kesempatan bagi bangsa-bangsa lain untuk mendengarkan Injil    Yesus Kristus. Berjuta-juta orang akan menerima Injil    keselamatan. Namun kesempatan untuk mendengarkan Injil    keselamatan juga ada batas waktu-nya. Habisnya waktu itu akan    terjadi ketika Kristus datang untuk kedua kalinya dengan penuh    kekuasaan dan kemuliaan. Kedatangan-Nya ini akan ditandai dengan    bencana, malapetaka, dan kekacauan. Pada puncaknya bumi beserta    segala isinya akan musnah dan diganti dengan langit dan bumi    yang baru (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">33). Pada waktu itulah kesempatan manusia untuk    mendengar Injil sudah tertutup dan penghakiman dimulai.

Di balik ketegasan dan keadilan Allah ada kemurahan dan belas    kasih-Nya. Ia memberikan dua resep untuk menghadapi masa-masa    akhir ini, agar umat-Nya tidak terhempas dalam kekacauan.    Pertama, menjaga diri agar tidak ikut arus dunia ini (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">34);    kedua, berjaga-jaga dan berdoa. Menjaga hati dan berdoa saling    berhubungan satu dengan yang lain. Menjaga hati penting, karena    hati adalah pusat dari seluruh kehendak manusia. Dari sanalah    terpancar seluruh pribadi manusia. Ingatlah, karena hati bangsa    Israel bengkok, maka Bait Allah dihancurkan. Oleh sebab itu hati    harus dijaga. Menjaga hati tidaklah mudah, hal itu membutuhkan    kekuatan besar, karena kita harus melawan arus zaman dan    kekuatan setan yang besar.

Renungkan: Waktu kita sangat terbatas, maka dalam daftar    kebutuhan bagi kehidupan Kristen yang harus menempati urutan    pertama adalah menjaga hati dan berdoa.

(0.08) (Luk 22:7) (sh: Persiapan yang matang dan waktu yang tepat. (Sabtu, 15 April 2000))
Persiapan yang matang dan waktu yang tepat.

Kristus kembali membuat persiapan untuk memasuki Yerusalem dengan    mengirimkan dua murid-Nya kepada orang yang "tak dikenal" (10-    13).  Ia menyuruh kedua murid itu untuk meminjam ruangan sebagai    tempat jamuan Paskah bersama. Jamuan Paskah itu harus dilakukan    pada waktu malam. Secara manusiawi waktu malam adalah waktu yang    sangat berbahaya bagi-Nya. Selama di Yerusalem, bila malam tiba    dan kerumunan orang banyak yang mengikuti-Nya bubar, Yesus pergi    bermalam di Bukit Zaitun, dan baru siang harinya Ia pergi ke    Bait Allah untuk mengajar (Bekas+luka&tab=notes" ver="">21:37-38). Hal ini dilakukan untuk    menghindari penangkapan sebelum waktunya tiba. Oleh karena itu    Ia masuk ke Yerusalem pada waktu malam dan tempat di mana Ia    akan makan Paskah harus dirahasiakan. Sebetulnya ini merupakan    kejanggalan besar karena Yerusalem adalah kota Allah, namun    sekarang sudah menjadi pusat pemberontakan manusia terhadap    Allah.  Ketika waktunya tiba, Ia duduk bersama murid-murid-Nya    untuk makan Paskah. Kita bisa melihat betapa semuanya berjalan    tepat sesuai dengan apa yang sudah Allah rencanakan. Ini semua    menunjukkan bahwa jika Mesias harus menderita, ini bukan karena    kecelakaan atau sesuatu yang belum pernah dikatakan sebelumnya.    Sebaliknya ini semua sudah dinubuatkan sebelum dunia dijadikan    (1Ptr. 1:20). Hal itu merupakan waktu yang tepat bagi Allah    untuk menggenapi janji penebusan bagi umat manusia, karena    persiapan akhir sudah dikerjakan dengan serius. Yesus rindu    makan Paskah sebelum janji Paskah itu digenapi. Ini berarti pula    bahwa penetapan Perjanjian yang Baru berdasarkan darah Kristus    dilaksanakan (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">19-20). Umat Allah yang baru akan segera dipilih    dan Iblis dihancurkan.

Dari rencana dan pelaksanaan yang sangat tepat waktu    menunjukkan bahwa si Perencana adalah Pribadi Yang Agung dan    Berdaulat penuh, sehingga tidak ada halangan berarti yang dapat    menggagalkan rencana-Nya. Allah sangat serius terhadap    keselamatan umat manusia.

Renungkan: Karena itu Kristen harus menjalani kehidupan ini    dengan serius dan dengan rencana dan tujuan yang matang agar    hidup yang kita miliki berdasarkan anugerah-Nya, berpadanan    dengan karya penebusan-Nya.

(0.08) (Luk 22:39) (sh: Semuanya bermula di sini. (Senin, 17 April 2000))
Semuanya bermula di sini.

Setelah perjamuan malam selesai, Yesus menuju Bukit Zaitun, tempat yang biasa Ia kunjungi (21:37-    38). Yudas, sang pengkhianat mengenal benar tempat itu. Terlihat    di sini bahwa Yesus tidak berniat melarikan diri. Jika Kerajaan    Allah segera didirikan, maka peperangan dengan penguasa    kegelapan harus dilakukan. Tiba di sana Yesus memerintahkan para    murid untuk berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan; karena    Iblis telah menyusun seluruh kekuatannya dan bergabung dengan    manusia berdosa untuk menentang terwujudnya kehendak Allah.    Pencobaan itu ingin menghindari peperangan, ingin menyerah,    ingin melarikan diri, dan tidak mau melakukan kehendak-Nya.

Setelah itu Yesus menjauhkan diri dari murid-murid-Nya. Apa    yang dilakukan Yesus menunjukkan dengan gamblang, pusat    peperangan ketika  masa depan seluruh ciptaan dipertaruhkan. Ini    suasana yang sangat genting. Hasil dari peperangan itu    tergantung penuh pada diri-Nya. Jika Ia gagal maka seluruh    ciptaan akan terhilang selamanya; jika Ia berhasil, kemenangan    mutlak akan dipetik. Kemudian Dia berlutut. Inilah pemandangan    yang indah dan kemenangan besar. Ia berlutut di Bukit Zaitun.    Beberapa hari yang lalu Dia datang ke bukit yang sama, dan Ia    dielu-elukan sebagai Raja (lih. Bekas+luka&tab=notes" ver="">19:35-38) Sesampainya di    Yerusalaem Ia mendapati bahwa Yerusalem sudah berada di tangan    para pemberontak Allah, Bait Allah sudah dipenuhi dengan    perampok. Bagaimana mereka dapat diselamatkan dari murka Allah    dan dipulihkan kembali kepada ketaatan dan penyembahan kepada    Allah yang benar?

Upacara keagamaan tidak mampu mengubah seorang pemberontak    menjadi kudus. Jika Yerusalem dan seluruh dunia dibawa kembali    kepada Allah, semuanya bermula di Bukit Zaitun. Sang Mesias    harus menegakkan kehendak Allah di bumi dengan jalan mentaatinya    terlebih dahulu. Kristus mentaati kehendak Allah  meminum cawan    itu meskipun pahit. Ketika ditangkap, Yesus menghadapinya tanpa    pedang. Ia paham, yang dihadapi bukanlah kekuatan fisik.

Renungkan: Masalah kejahatan di dunia tidak dapat diatasi    dengan taktik politik dan konflik senjata, namun hanya dengan    ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa. Semuanya bermula di Getsemani    dan harus menyebar ke seluruh pelosok dunia. Di mana Kristen    berada di situ kehendak Allah harus ditegakkan dan    diwujudnyatakan.

(0.08) (Luk 22:54) (sh: Sikap manusia terhadap kebenaran. (Selasa, 18 April 2000))
Sikap manusia terhadap kebenaran.

Setelah Yesus ditangkap dan dibawa pergi, hampir semua murid-Nya meninggalkan-Nya.    Petrus masih mengikuti Dia, namun kemudian secara tiba-tiba ia    menyadari bahwa dirinya berada di pihak yang salah. Dia tidak    bermaksud demikian, namun ia tidak memahami dengan benar sifat    dari peperangan itu dan senjata apa yang diperlukan untuk    memenangkannya. Peperangan itu antara Kebenaran dan dusta dan    Kebenaran itu secara mutlak ada di dalam seorang Pribadi Tunggal     Yesus Kristus. Kebenaran tidak ditegakkan dengan kekuatan    fisik, tetapi dengan kekuatan rohani.

Di halaman rumah Imam Besar itu, Petrus menyangkal Yesus.    Ketika seorang hamba berkata dengan penuh keyakinan 'Sungguh,    orang ini juga bersama-sama dengan Dia' (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">59), hamba itu    menyatakan bahwa apa yang ia ketahui adalah benar. Ini merupakan    kesempatan terakhir bagi Petrus untuk memenangkan peperangan dan    tetap berdiri dalam Kebenaran. Namun ia telah menyangkal    kebenaran dan bersembunyi di balik kepura-puraan atau kepalsuan.    Itulah sikap Petrus terhadap Kebenaran. Ia mengenal Kebenaran,    tetapi ia melarikan diri daripadanya, menghindarinya, bahkan    menyangkalinya demi kepentingan pribadi. Ia telah kalah dalam    pencobaan.

Para tua-tua, ahli Taurat, dan imam sepertinya menunjukkan    sikap ingin mengenal Kebenaran ketika mereka mengajukan    pertanyaan kepada Yesus (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">66-67). Tetapi sesungguhnya mereka    tidak berminat  mendapatkan Kebenaran. Mereka tidak siap percaya    atau pun mendiskusikan kebenaran itu bersama-Nya. Mereka hanya    ingin mendapatkan alasan untuk menghukum-Nya. Karena itu Yesus    tidak memberikan jawaban detail atau mempertahankan argumentasi-    Nya.  Respons Yesus terhadap dua jenis sikap manusia itu    berbeda. Terhadap Petrus, Ia berjanji akan berdoa untuknya, agar    imannya tidak jatuh sehingga ia bisa menguatkan saudaranya yang    lain. Walaupun saat ini kalah, dikemudian hari ia bisa menang.    Janji ini berlaku juga bagi semua orang percaya di dalam    mempertahankan Kebenaran di dalam hidup.

Renungkan: Inilah respons Kristus yang penuh kasih. Sedangkan    terhadap sikap yang tidak acuh terhadap Kebenaran, Yesus pun    tidak akan mengacuhkan mereka untuk menyatakan Kebenaran. Mereka    dibiarkan dalam keadaan tersesat.

(0.08) (Luk 23:1) (sh: Sikap Kristen terhadap ketidakadilan. (Rabu, 19 April 2000))
Sikap Kristen terhadap ketidakadilan.

Ketidakadilan dalam pengadilan dunia dapat dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana-    rencana-Nya. Pilatus dan Herodes adalah orang-orang yang    mempunyai wewenang mutlak untuk mengadili Yesus. Itulah sebabnya    para imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua membawa Yesus kepada    mereka untuk diadili. Tuduhan-tuduhan palsu dan berat ditimpakan    kepada Yesus. Meskipun demikian Pilatus tetap tidak dapat    menemukan kesalahan apa pun dalam diri Yesus. Segala tuduhan    yang dilemparkan kepada Yesus tidak merupakan bukti yang    otentik. Namun demikian, Pilatus tidak membebaskan, malah    mengirim-Nya ke Herodes. Herodes pun tidak menemukan kesalahan.    Sekali lagi, ia tidak membebaskan Yesus malahan mengirim balik    ke Pilatus.

Kedua penguasa ini sangat identik. Sama-sama berkuasa    mengadili, membebaskan, atau menghukum terdakwa. Sama-sama tidak    mendapati kesalahan Yesus. Namun juga sama-sama tidak    membebaskan-Nya. Inilah ketidakadilan itu: Yesus tidak    mendapatkan kebebasan yang menjadi hak-Nya, karena para penguasa    tidak menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Hak Yesus    dirampas demi kedudukan para penguasa, demi menghindari konflik    atau permasalahan yang timbul jika Yesus dibebaskan.  Dengan    kata lain mereka mengorbankan kebenaran demi kebohongan. Namun    demikian, tanpa mereka sadari ketidakadilan yang mereka jalankan    itu dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana agung-Nya, yakni    menyelamatkan umat manusia dari dosa.

Di zaman kita sekarang ini, ketidakadilan juga banyak terjadi    di sekitar kita. Hak rakyat kecil dirampas. Kebebasan beragama    hanyalah kata-kata dusta. Tidak ada pengadilan bagi mereka yang    membakar gereja, padahal sudah berapa ratus gereja yang dibakar    di Indonesia. Namun demikian, janganlah kita memandang    ketidakadilan itu sebagai tanda dari ketidakberkuasanya Tuhan    atas negara Indonesia. Ia adalah Allah yang tetap berkuasa untuk    menggenapkan segala rencana dan janji-Nya.

Renungkan: Dalam negara yang penuh ketidakadilan Dia akan    tetap berkarya, karena Ia mampu memakai setiap kesempatan bagi    kebaikan umat-Nya. Marilah kita memandang kepada Dia yang sedang    menggenapkan rencana-Nya  di bumi Indonesia tercinta ini.    Milikilah peran sebagai pelaku dan penegak kebenaran-Nya.

(0.08) (Luk 23:13) (sh: Asal bukan Yesus. (Kamis, 20 April 2000))
Asal bukan Yesus.

Seringkali kita berpendapat bahwa puncak pemberontakan manusia terhadap Allah terjadi pada waktu Yesus    tergantung di kayu salib. Sesungguhnya puncak itu terjadi pada    waktu pengadilan tahap akhir terhadap Yesus di hadapan Pilatus,    karena disalib-kannya Yesus "hanyalah" merupakan pelaksanaan    dari apa yang sudah diputuskan di dalam pengadilan.

Situasi di dalam pengadilan tahap akhir itu sungguh mengerikan    dan bisa dikatakan 'gila-gilaan'. Tergambar dengan jelas bahwa    manusia telah kehilangan akal sehatnya dan kehilangan nilai-    nilai luhur yang seharusnya ada dalam hati nuraninya. Betapa    tidak, dalam pengadilan itu terungkap dengan jelas bahwa manusia    secara terang-terangan sengaja menolak dan melenyapkan Kebenaran    dengan segala risikonya, untuk berpihak dan mempertahankan    dusta. Tiga kali Pilatus mengajukan usul untuk membebaskan Yesus    dengan kompensasi-kompensasi tertentu, seperti Yesus dihajar    terlebih dahulu baru dibebaskan, karena Ia terbukti tidak    bersalah. Namun demikian, hal itu tidak dapat memuaskan nafsu    dan meredam niat mereka untuk melenyapkan Yesus. Yang lebih    tragis lagi, mereka lebih memilih hidup bersama dengan seorang    penjahat besar seperti Barabas, daripada harus hidup bersama    Yesus yang selama hidup-Nya telah banyak menolong masyarakat,    membawa perbaikan sosial bagi masyarakat, dan mengajarkan    prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan firman-Nya.

Segala perbuatan baik yang dilakukan Yesus dianggap sampah dan    lebih buruk dari seorang pemberontak dan pembunuh besar. Sikap    ini tidak masuk akal karena mereka  berprinsip: asal bukan Yesus    atau asal bukan Kebenaran. Seberapa besar  usaha mereka untuk    melenyapkan Kebenaran, itu hanya akan lebih menyatakan Kebenaran    itu sendiri. Hal ini terungkap dari ucapan Yesus kepada para    perempuan Yerusalem (ayat Bekas+luka&tab=notes" ver="">31).

Renungkan: Jika rakyat yang hidup dalam suatu masyarakat    beradab di bawah pemerintahan yang stabil dapat membangkang    pemerintah dan menuntut pembunuhan orang yang tidak bersalah,    jika para imam yang mengetahui dan memahami hukum-hukum Ilahi    dapat menggunakan dusta untuk menekan para penguasa melakukan    pembunuhan, apa yang akan terjadi di dalam masyarakat yang sudah    tidak menghormati keadilan, hukum, moralitas, agama, dan Allah?

(0.08) (Luk 23:50) (sh: Tindakan sederhana mempunyai makna besar. (Sabtu, 22 April 2000))
Tindakan sederhana mempunyai makna besar.

Yusuf dari Arimatea jarang disebut-sebut dalam Alkitab. Perannya baru    nampak pada waktu penguburan Yesus. Dia adalah anggota Majelis    Besar yang baik dan benar, dan yang menanti-nantikan Kerajaan    Allah. Dia adalah seorang yang tidak setuju dengan keputusan    Majelis untuk menyalibkan Yesus, tetapi dia tidak dapat berbuat    apa-apa untuk menentang keputusan tersebut. Yang bisa dilakukan    oleh Yusuf adalah meminta mayat Yesus kepada Pilatus untuk    dikuburkan di makam yang masih baru.

Dalam kesibukan masa pra Paskah, Yusuf masih menyempatkan diri    untuk mempersiapkan dan menguburkan Yesus. Walaupun peristiwa    penguburan orang mati merupakan peristiwa biasa, namun    sesungguhnya peristiwa ini penting untuk menegaskan bahwa Yesus    sungguh mati   dan bukan hanya pingsan atau mati suri. Ini    adalah fakta sejarah manusia.  Tindakan Yusuf yang sederhana itu    sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan satu penghargaan    terhadap Yesus. Dalam tangan Yesus tindakan sederhana itu    menjadi kesaksian yang memperkokoh iman Kristen di sepanjang    sejarah manusia dan menggenapkan rencana-Nya bagi umat manusia    yaitu Yesus mati, dikuburkan, dan bangkit.

Apa yang akan terjadi seandainya Yesus dikuburkan dalam kuburan    masal? Apakah Kristen nantinya bisa menyebut kubur yang kosong    sebagai bukti kebangkitan-Nya? Ini bukan suatu kebetulan bahwa    Yusuf mempersembahkan kubur yang masih kosong bagi Yesus, namun    Allah turut berkarya. Kristen masa kini dapat meneladani Yusuf    dalam hal melakukan pelayanan, pekerjaan ataupun tugas lainnya    baik itu hal yang besar ataupun kecil, lakukan itu bagi    kemuliaan Allah. Niscaya Allah akan mempergunakannya untuk    menjadi berkat bagi banyak orang dan menjadi kesaksian yang    kokoh bagi Injil Kristus. Yang menghalangi Kristen untuk berbuat    sesuatu adalah pemikiran bahwa tindakan mereka tidak dapat    memberikan dampak yang menyeluruh bagi masyarakat. Karena itu    percuma saja melakukannya. Namun bagaimana seandainya Yusuf    berpikir bahwa memberikan kubur baru tidak dapat membangkitkan    Yesus dan karena itu percuma saja melakukannya?

Renungkan: Lakukan semua perkara, baik kecil maupun besar bagi    kemuliaan-Nya, maka Dia yang akan menggenapkan rencana-Nya di    dalam dan melalui diri kita.



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA