Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4641 - 4660 dari 4889 ayat untuk greek:4 [Pencarian Tepat] (0.010 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10301017391304) (Gal 6:1) (sh: Kepedulian terhadap yang lemah (Sabtu, 18 Juni 2005))
Kepedulian terhadap yang lemah

Kepedulian terhadap yang lemah
Teguran Paulus yang keras terhadap penyimpangan yang terjadi di jemaat Galatia pasti akan menghasilkan respons yang beragam. Ada yang disadarkan akan kesalahannya, berdukacita, dan hendak bertobat. Ada pula kelompok orang yang tidak jatuh ke dalam kesalahan tersebut, namun memakai surat Paulus ini untuk menghakimi kelompok mereka yang sudah tersesat.

Paulus tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh karena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap kristiani itu adalah ujud kualitas kekristenan sejati. Pertama, ia tidak akan menghakimi saudara yang sedang jatuh, sebaliknya ia akan mengampuni dan mengangkatnya (ayat 1). Ini adalah sikap yang meneladani Kristus. Kedua, ia menyadari diri juga lemah dan bisa jatuh sehingga akan selalu berjaga-jaga agar tidak jatuh (ayat 3). Dengan kesadaran seperti itu, terbangunlah sikap saling menolong di antara sesama anak Tuhan (ayat 2). Ketiga, ia tidak menilai diri dengan memakai standar manusia melainkan standar Firman (ayat 4-5). Keempat, ia akan rendah hati menerima teguran firman karena kesalahannya dan bersikap hormat kepada yang menegur dengan kasih (ayat 6). Paulus juga terus mendorong supaya orang yang jatuh cepat bertobat karena Allah tidak dapat dipermainkan (ayat 7-8). Akhirnya, Paulus juga menasihati jemaat Galatia agar terus menerus mewujudkan karakter ilahi mereka dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan menjadi berkat (ayat 9-10).

Gereja seharusnya menjadi wadah kasih persaudaraan diwujudkan. Ada teguran atas kesalahan, ada pertobatan dari kesalahan yang dilakukan, ada pengampunan untuk orang yang bertobat, dan ada hormat kepada orang yang menegur. Semua itu harus dilandaskan atas kasih Tuhan. Jangan menunggu orang lain, mulailah dari diri Anda.

Renungkan: Orang yang suka menolong banyak sahabatnya, dan para pengampun berlimpah saudaranya.

(0.10301017391304) (Gal 6:11) (sh: Mana yang penting: iman atau tanda? (Minggu, 19 Juni 2005))
Mana yang penting: iman atau tanda?

Mana yang penting: iman atau tanda?
Kekristenan sering dihubungkan dengan hal-hal yang lahiriah, seperti salib, lilin, buku Alkitab, atau hal-hal yang formal seremonial seperti sakramen baptisan dan sakramen perjamuan kudus. Hal-hal itu memang penting sejauh berfungsi sebagai sarana dan bukan menjadi inti iman. Bila hal-hal tersebut mendapatkan penekanan yang berlebihan maka bisa berakibat hal-hal yang lebih mendasar, seperti iman, terabaikan.

Pada bagian akhir suratnya, Paulus menyimpulkan bahwa orang-orang yang memaksa jemaat Galatia untuk disunat adalah orang-orang yang memegahkan hal-hal lahiriah sebagai tanda kesalehan. Pada hakikatnya orang sedemikian sebenarnya mengingkari iman Kristen sejati (ayat 12). Mereka adalah orang-orang munafik yang menuntut orang lain menaati ajaran mereka sementara mereka sendiri menghindar semua beban berat itu (ayat 13; bandingkan dengan teguran Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi di Mat. 23:4). Paulus sendiri memiliki tanda-tanda lahiriah (ayat 17). Namun, tanda lahiriah itu ada karena kesetiaannya memikul salib untuk melayani Tuhan. Paulus tidak bermegah atas tanda-tanda lahiriah tersebut. Bagi Paulus yang penting bukan tanda melainkan iman sejati yang ada di baliknya (ayat 15).

Ketika kekristenan hanya berhenti sebatas tanda lahiriah maka ada begitu banyak kerugian yang akan dialami oleh orang Kristen. Imannya akan mandek bahkan dalam bahaya mati karena tidak lagi menjadi dasar hidup kekristenannya. Yang muncul adalah sejenis kemunafikan. Dari luar kelihatan saleh, tetapi di dalam imannya keropos. Bagaimana mungkin kekristenan seperti itu bisa bertahan menghadapi badai pencobaan? Semudah orang menyembunyikan kalung salib agar tidak ketahuan sebagai orang Kristen, segampang itulah orang menyangkali Tuhannya kalau kualitas kekristenannya hanya sebatas "kulit".

Renungkan: Iman sejati akan mewujud dalam kesaksian hidup yang memberkati orang lain.

(0.10301017391304) (Ef 1:1) (sh: Keselamatan ajaib (Jumat, 31 Oktober 2003))
Keselamatan ajaib

Keselamatan ajaib. Ajaibnya keselamatan dari Tuhan, akan kita sadari apabila kita membandingkan keadaan kita di luar Kristus dengan berkat-berkat rohani yang kita dapat dalam keselamatan (ayat 3). Juga apabila kita merenungkan bahwa untuk mewujudkan keselamatan itu, Allah Bapa (ayat 3-6), Putra (ayat 7-12), Roh Kudus (ayat 13-14) mengerjakan karya-karya yang indah, serasi dalam kerjasama demi kita ciptaan-Nya yang telah berontak berdosa terhadap-Nya.

Kota Efesus, lazimnya kota besar, pastilah dipenuhi dengan berbagai gaya hidup yang salah. Namun, di kota itu kini keselamatan telah mewujud. Orang percaya yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam kehidupan mereka mengalami keselamatan ajaib. Mereka bukan lagi orang yang hidup sia-sia dalam kecemaran dosa. Mereka diubah Tuhan menjadi orang-orang kudus (ayat 1). Sejak itu, berkat rohani seperti kasih karunia dan damai sejahtera (ayat 2), serta seluruh kepenuhan arti keselamatan (ayat 3) menjadi pengalaman riil mereka. Itulah keajaiban keselamatan yang Tuhan kerjakan dari waktu ke waktu, termasuk yang kini Anda terima dan alami.

Bagian ini berbicara tentang sumber keselamatan dan maksud keselamatan. Bapa telah memilih kita (ayat 4), menetapkan kita menjadi anak-anak-Nya (ayat 5). Rencana itu terwujud karena Putra-Nya, Yesus Kristus melakukan karya penyelamatan bagi kita. Itu akan kita renungkan besok. Ajaran tentang rencana keselamatan dan pilihan kekal Allah Bapa ini membuat keselamatan bertumpu pada sesuatu yang pasti dan bukan pada kondisi atau pengalaman kita. Maksud keselamatan adalah agar kita hidup memuliakan Allah. Menerima anugerah Allah yang ajaib ini pasti mendorong kita menaikkan pujian syukur dan menjadikan kehidupan kita suatu kepujian yang serasi dengan kemuliaan dan anugerah-Nya itu.

Renungkan: Keajaiban rencana keselamatan Allah dan kurban penyelamatan yang ditanggung-Nya bagi kita, menolong kita agar dapat menghayati keselamatan, mensyukurinya, dan hidup kudus.

(0.10301017391304) (Ef 1:7) (sh: Hak dan tanggung jawab anak-anak Allah (Sabtu, 1 November 2003))
Hak dan tanggung jawab anak-anak Allah

Hak dan tanggung jawab anak-anak Allah. Diangkatnya kita menjadi anak-anak Allah adalah dampak dari keputusan Allah memilih kita. Sebagai anak, ada hak yang harus kita terima dan ada kewajiban yang harus kita jalankan. Pernyataan Paulus ini, merupakan adaptasi dari hukum Romawi saat itu yang menetapkan bahwa anak yang diadopsi juga harus memiliki dan menikmati hak yang sama dengan anak kandung.Pertanyaan buat kita adalah siapa saja anak-anak Allah itu? Paulus menegaskan bahwa anak-anak Allah tidak hanya terdiri dari etnis Yahudi saja, tetapi juga etnis non Yahudi. Hal ini jelas melalui kata “kami” (ayat 11,12), dan kata “kamu juga” (ayat 13). Kedua etnis ini sekarang tidak hanya memiliki dasar yang sama yaitu Yesus Kristus (ayat 11,13), tetapi juga sama-sama berada dalam Kristus, memiliki warisan yang sama dan dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda bahwa mereka adalah sah milik Kristus (ayat 13-14).

Kita adalah orang-orang Kristen yang juga anak-anak pilihan Allah di dalam Kristus. Kita sudah mengalami penebusan,pengampunan dosa oleh pengurbanan Kristus. Langkah selanjutnya yang harus kita lakukan, sebagai tanggung jawab kita adalah: Pertama, hidup kudus dan tanpa cela. Dalam hal ini kita bertanggung jawab untuk meninggalkan perilaku cemar kita dan memasuki proses penyucian yang dilakukan oleh Roh Kudus. Kedua, bergandengan tangan dengan seluruh umat percaya membawa kasih Kristus yang telah kita terima dan alami kepada orang yang belum mengenal-Nya agar mereka pun dapat dipersatukan dalam karya penebusan-Nya.

Renungkan: Pancarkan kemuliaan Tuhan yang telah memilih dan memiliki kita secara utuh dan penuh melalui sikap hidup kita, sehingga dunia dapat melihat tanda bahwa kita adalah sah milik Allah.

(0.10301017391304) (Ef 2:11) (sh: Ingatlah masa lalu (Rabu, 9 Oktober 2002))
Ingatlah masa lalu

Ingatlah masa lalu. Masa lalu yang manis dan indah bila diingat akan menyenangkan hati. Sebaliknya, masa lalu yang gelap dan kelam bila diingat akan membuat depresi dan hati sedih. Mengapa Paulus mengingatkan masa lalu jemaat Efesus? Dengan mengingat masa lalu mereka akan semakin menyadari perubahan yang telah Allah kerjakan. Kesadaran ini akan membuk mata rohani betapa ajaibnya anugerah Allah.

Bagaimana keadaan jemaat Efesus sebelum menerima Kristus? Dalam ayat 11-12 terungkap 5 bentuk: [1]. Jemaat Efesus dahulu tanpa Kristus. Jika jemaat Efesus tanpa Kristus maka semua berkat-berkat dan pekerjaan Allah melalui Kristus tidak dapat dialami. Mereka tidak mengenal Kristus. [2]). Jemaat Efesus dahulu tanpa kewargaan. Mereka dikatakan tidak tidak termasuk warga negara Israel. Apa maksudnya? Menjadi Kristen tidak berarti menjadi warga negara Israel. Ungkapan ini menunjukkan bahwa jemaat Efesus dahulu tidak hidup di bawah pemerintahan Allah. Semua hukum-hukum Allah yang mengatur umat-Nya tidak mereka kenal. Dahulu jemaat Efesus tidak termasuk anggota kerajaan Allah. [3]. Jemaat Efesus dahulu tanpa perjanjian. Allah tidak mengikat perjanjian dengan mereka seperti Allah mengikat perjanjian dengan Israel. Sehingga janji-janji sebagai umat perjanjian tidak berlaku pada mereka. [4]. Jemaat Efesus dahulu tanpa pengharapan. Mereka tidak memiliki pengharapan bahwa suatu hari Allah akan menjadikan mereka umat-Nya. Hidup tanpa pengharapan. Mereka tidak memiliki pengharapan bahwa suatu hari Allah akan menjadikan mereka umat-Nya. Hidup tanpa pengharapan untuk menjadi umat Allah. [5]. Jemaat Efesus dahulu tanpa Allah. Mereka menyembah banyak allah. Mereka tidak memiliki relasi pribadi dengan Allah yang hidup. Inilah keadaan manusia yang tidak percaya pada Yesus.

Renungkan: Semua kita pun seperti jemaat Efesus bukan Yahudi, maka tidak memiliki hak-hak. Ingatlah semua perubahan yang telah dilakukan Allah melalui dan di dalam hidup kita masing-masing. Apakah kita semakin menjadi serupa dengan Kristus? Mengapa orang sekitar kita tidak melihat perubahan dalam diri kita?

(0.10301017391304) (Ef 2:13) (sh: Apa yang Kristus lakukan bagi kita? (Kamis, 10 Oktober 2002))
Apa yang Kristus lakukan bagi kita?

Apa yang Kristus lakukan bagi kita? Sekarang Paulus menjelaskan bagaimana Allah telah mendekatkan mereka dengan-Nya dan menjadikan mereka satu umat. Perseteruan Allah dengan mereka dan antara mereka dengan Israel telah dirubuhkan oleh kurban darah Kristus yang tercurah di kayu salib. Perseteruan telah didamaikan. Kristulah kurban damai perseteruan antara manusia dan Allah dan sesama (ayat 14). Tidak hanya tembok pemisah antara manusia dan Allah yang rubuh, tetapi tembok pemisah antara etnis Yahudi dan etnis-etnis nonYahudi pun dihancurkan.

Bagaimana Kristus melakukannya? Paulus menjelaskan tiga hal yang dikerjakan Kristus di kayu salib (ayat 15-16). [1]. Yesus membatalkan hukum Taurat (ayat 15). Selain membatalkan hukum-hukum yang memisahkan Yahudi dan nonYahudi seperti hukum sunat dan makanan halal/haram, Yesus juga membatalkan fungsi Taurat sebagai jalan keselamatan. Tetapi fungsi Taurat sebagai hukum bagi umat Allah tetap berlaku sebagai petunjuk hidup baru. [2]. Tuhan Yesus menciptakan satu umat yang baru (ayat 15). Semua etnis Yahudi atau nonYahudi dipersatukan menjadi satu umat di dalam dan oleh Yesus. Namun ini tidak berarti bahwa Yahudi dan nonYahudi bersatu membentuk etnis ketiga atau hilangnya etnis Yahudi dan nonYahudi. Etnis Yahudi tetap Yahudi, etnis nonYahudi tetap nonYahudi. Yang dibatalkan adalah ketidaksetaraan di hadirat Allah. [3].Yesus mendamaikan etnis Yahudi dan nonYahudi dengan Allah (ayat 16). Sekarang umat yang telah didamaikan Kristus disebut sebagai kawan sewarga (ayat 19), dan anggota kerajaan Allah yang hidup di bawah pimpinan dan hukum-hukum Allah. Umat yang didamaikan ini juga disebut keluarga Allah (ayat 19). Sebagai anggota keluarga Allah secara otomatis, relasi antaretnis pun diungkapkan dengan istilah ‘saudara’. Selanjutnya, umat yang didamaikan itu juga disebut sebagai tempat kediaman Allah (ayat 21-22).

Renungkan: Jika ada perintang yang kita biarkan menghalangi penghayatan kita sebagai warga kerajaan Allah, sebagai suatu keluarga Allah, kita sedang menghinakan kurban kematian Kristus.

(0.10301017391304) (Ef 3:1) (sh: Paulus, pemberita Injil (Jumat, 11 Oktober 2002))
Paulus, pemberita Injil

Paulus, pemberita Injil. Dalam memberitakan Injil kepada etinis nonYahudi, Paulus banyak mendapatkan tantangan. Pemberitaan Injil inilah yang menyebabkannya menjadi tahanan kaisar Nero. Tetapi Paulus tidak pernah melihat hidupnya, sehingga Paulus menyebut diri sebagai tahanan Kristus (ayat 1).

Dalam menjelaskan dirinya sebagai pemberita Injil, dua hal terungkap: berita Injil dan tugas memberitakan Injil. Berita yang disampaikannya dalah misteri atau rahasia (ayat 3,4,9). Berita Injil disebut rahasia bukan karena isinya kabur, atau hanya diketahui para elite rohani, tetapi karena ia adalah kebenaran yang dinyatakan Allah kepada manusia (ayat 5). Apa isi rahasia Injil? Umat Allah terdiri dari segala etnis (ayat 6). Istilah semua etnis penting sekali. Umat Allah tidak meliputi semua manusia, karena banyak manusia yang dengan sadar dan sengaja menolak untuk menjadi umat Allah. Jika Allah memaksa semua manusia yang menolak-Nya menjadi umat-Nya, maka sedikitnya dua hal terjadi: Allah adalah diktator dan manusia berubah menjadi robot. Umat Allah bersifat internasional. Tidak ada lagi perbedaan etnis Yahudi dan etnis nonYahudi. Semua etinis umat Allah memiliki kesamaan: sebagai ahli waris, sebagai anggota tubuh Kristus dan sebagai peserta janji (ayat 6). Ini terjadi melalui persatuan umat dengan Kristus.

Manusia dari segala etnis memiliki relasi dengan Allah melalui iman pada Yesus sehingga setara sebagai satu umat. Kepada Paulus, Allah menyatakan rahasia ini. Paulus sekarang memberitakan rahasia kekayaan Kristus kepada semua etnis nonYahudi sehingga jemaat lahir (ayat 8). Tidak hanya Paulus, juga jemaat sekarang wajib memberitakan rahasia menyatunya semua etnis sebagai umat Allah kepada semua manusia (ayat 9). Melalui jemaat, Allah sekarang menyingkapkan rahasia-Nya kepada malaikat dan pemerintah dan penguasa di surga (ayat 10). Jadi tidak hanya Pauus yang memberitakan rahasia rencana Allah itu, juga jemaat turut serta dalam pemberitaan Injil.

Renungkan: Memberitakan Injil adalah tugas yang mulia karena mewartakan rahasia kekal Allah (ayat 10).

(0.10301017391304) (Ef 4:7) (sh: Karunia-karunia umat Allah (Senin, 14 Oktober 2002))
Karunia-karunia umat Allah

Karunia-karunia umat Allah. Kesatuan umat Allah tidak berarti bahwa semua orang Kristen menjadi seragam atau satu bentuk dalam segalanya. Bukan kesatuan seperti ini yang dimaksudkan. Keragaman memperkaya bahkan memperindah kesatuan. Keragaman tanpa kesatuan akan mencipkakan kekacauan. Sebaliknya, kesatuan tanpa keragaman akan menakutkan. Keragaman umat Allah terlihat dari berbagai bentuk karunia.

Kepada setiap orang percaya diberikan karunia (ayat 7). Dalam teks ini, Paulus hanya memberikan 5 karunia: rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar (ayat 11). Kelima bentuk karunia berkaitan dengan tugas pengajaran. Dari daftar karunia ini jelas karunia rasul dan nabi tidak diperlukan lagi dalam jemaat masa kini karena Alkitab telah lengkap tertulis. Tidak boleh dalam zaman modern ini ada yang mengklaim sebagai rasul atau nabi sehingga perkataannya setara dengan otoritas Kitab Suci dan diperlakukan sebagai Kitab Suci. Kanonisasi Alkitab selesai. Sekarang yang dibutuhkan adalah pengajaran agar isi Alkitab dimengerti. Orang yang baru percaya pada Yesus harus didewasakan imannya. Pengajaran adalah sarana utama pendewasaan iman. Mengapa iman didewasakan? Tujuannya, agar semua jemaat diperlengkapi untuk tugas pelayanan. Bila jemaat telah diperlengkapi untuk tugas pelayanan maka pada akhirnya tubuh Kristus akan bangun. Jadi pemberian karunia bertujuan untuk pembangunan tubuh Kristus (ayat 12), bukan untuk kepentingan pribadi atau prestise pribadi. Semua jemaat diberikan karunia untuk pembangunan tubuh Kristus yakni jemaat. Meski berbeda-beda harus disadari bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama. Semua karunia diberikan oleh Kristus (ayat 7). Jadi tidak hanya Roh Kudus sumber karunia. Kristus juga memberi karunia kepada jemaat. Bila ada orang Kristen mengklaim punya karunia tetapi karunia tersebut tidak untuk membangun jemaat, maka dapat dikatakan karunia tersebut tidak berasal dari Kristus.

Renungkan: Karunia apakah yang Anda miliki? Bagaimana Anda telah mengembangkan karunia tersebut berperan dalam pembangunan tubuh Kristus?

(0.10301017391304) (Ef 4:7) (sh: Kesucian umat Allah (Selasa, 15 Oktober 2002))
Kesucian umat Allah

Kesucian umat Allah. Orang yang percaya pada Yesus harus hidup sesuai dengan panggilannya sebagi umat Allah. Paulus menasihatkan mereka untuk tidak lagi hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah (ayat 17). Bagaimanakah hidup orang yang tidak mengenal Allah? Hati mereka yang keras mengakibatkan pikiran sia-sia (ayat 17), pengertian gelap dan kebodohan, serta jauh dari Allah mengakibatkan mereka hidup di bawah murka Allah. Sehingga hidup mereka serba kacau yang nampak dari pikiran yang tumpul. Dikuasai hawa nafsu dan serakah berbuat cemar (ayat 19).

Sebagai umat Allah, orang percaya harus hidup suci, karena orang yang percaya Yesus telah belajar mengenal Yesus Kristus, mendengar Kristus dan menerima pengajaran dalam Kristus (ayat 21). Sentralitas Kristus terlihat jelas. Ini berarti orang percaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, setiap hari dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23). Tidak ada artinya menyatakan diri sebagai ciptaan baru namun tabiat dan kebiasaan lama masih terus dilakukan. Semua tabiat lama harus dibuang karena manusia lama sudah dibuang. Sekarang orang percaya harus membuang dusta dan berkata benar (ayat 25). Kebohongan menghancurkan persekutuan umat Allah. Orang percaya harus menguasai diri (ayat 26-27). Boleh marah, tetapi jangan menjadi angkuh, dendam dan benci. Boleh marah, namun jangan dipelihara dan berkembang tidak terkendali. Boleh marah, tetapi saat marah jangan membiarkan iblis mengubah kemarahan menjadi kekerasan dan kebencian. Orang percaya jangan mencuri tetapi bekerja keras dan jujur (ayat 28). Jangan mengambil hak dan milik orang lain. Orang percaya mempergunakan mulut untuk membangun sesama (ayat 29), bukan untuk menghancurkan orang lain (ayat 30). Orang percaya jangan memiliki relasi yang pahit, geram, marah, pertikaian, dan fitnah dengan sesama orang percaya. Sebaliknya, dalam persekutuan umat hendaklah ada keramahan, kasih dan pengampunan (ayat 31-32).

Renungkan: Adakah tabiat lama yang harus dibuang hari ini? Mengapa terus memelihara tabiat lama, bila itu berarti menyebabkan kematian?

(0.10301017391304) (Ef 4:7) (sh: Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri (Sabtu, 8 November 2003))
Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri

Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri. Bersatu bukan berarti menghilangkan keunikan kepribadian setiap orang dan juga bukan berarti meleburkan diri dalam sebuah komunitas sehingga kehilangan jati diri.Dalam bagian ini Paulus meneruskan pembahasan dengan menekankan bahwa panggilan Allah agar kita menjadi satu, tidak akan membuat kita kehilangan jati diri dan talenta/kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Karena itu Paulus menuliskan bahwa Allah tidak menganugerahkan kasih karunia yang sama kepada kita, tetapi masing-masing dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus (ayat 7). Paulus berbicara tentang anugerah Allah dalam konteks kemampuan jemaat melayani Allah. Di dalam gereja ada jemaat yang berfungsi sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar (ayat 11). Semua fungsi ini menunjukkan bahwa:

[1] setiap orang Kristen, tidak hanya pendeta atau pemimpin jemaat, memikul tanggung jawab untuk membangun tubuh Kristus sesuai dengan karunia Tuhan yang ada di dalam dirinya;

[2] setiap orang Kristen dapat mencapai kedewasaan rohani yang lebih matang dan iman yang stabil, sehingga tidak mudah untuk diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (ayat 13-14);

[3] setiap orang Kristen dimampukan menjaga prinsip-prinsip kebenaran Allah dalam bertingkah laku dan bertutur kata sehingga semakin bertumbuh ke arah Kristus (ayat 15).

Penjelasan di atas semakin mempertegas keyakinan kita bahwa komunitas Kristen memiliki kesatuan dan persatuan yang sejati; dan fungsi serta kemampuan yang Allah anugerahkan kepada kita, dapat kita pergunakan untuk membangun tubuh Kristus dan melayani Kristus.

Renungkan: Sudahkah Anda terlibat dengan orang Kristen lainnya membangun tubuh Kristus dan melayani Kristus dengan kemampuan yang Allah anugerahkan untuk Anda?

(0.10301017391304) (Ef 4:25) (sh: Berani tampil beda (Senin, 10 November 2003))
Berani tampil beda

Berani tampil beda. Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan atribut yang dipakai mulai dari baju, pernak-pernik sampai tingkah lakunya. Kita akan menyimpulkan bahwa atribut itu merupakan upaya mereka untuk mempublikasi identitas dirinya dengan harapan orang memahami siapa dirinya. Mereka mencari identitas dengan ikut “tren”. Paulus menginginkan agar jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya adalah agar mereka menjadi berbeda dengan orang di luar Kristus. Oleh karena itu Paulus memberikan beberapa penekanan, yaitu: [1] moralitas bagi kehidupan orang Kristen, di antaranya tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah, tidak emosional, dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor (ayat 25-31); [2] landasan kehidupan yang telah diletakkan oleh Kristus, yaitu kasih-Nya yang dalam untuk umat-Nya sehingga Ia rela menyerahkan diri sebagai persembahan kurban yang harum bagi Allah (ayat 5:2). Paulus menegaskan agar jemaat mempraktikkan pola kasih Kristus ini dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan dalam kehidupan Kristen. Di zaman sekarang ini, sulit menemukan orang atau keluarga Kristen yang memiliki pola hidup seperti ini. Artinya, tidak semua orang Kristen dapat mempraktikkan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran Paulus. Akan tetapi jangan kita mengartikan kesulitan itu sama dengan tidak mungkin. Yesus Kristus telah mencontohkan hal tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang menjadi mungkin bagi kita.

Renungkan: Maukah Anda mendasarkan hidup Anda pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga keunikan kita nyata dalam dunia ini?

(0.10301017391304) (Ef 5:3) (sh: Catatan waktu (Selasa, 11 November 2003))
Catatan waktu

Catatan waktu. “Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap. Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus (ayat 3); Hidup dalam berbagai perkataan kotor dengan hidup penuh ucapan syukur (ayat 4); Hidup seperti orang bebal dengan hidup seperti orang arif (ayat 15); Hidup dalam pengaruh anggur yang memabukkan dengan hidup yang penuh dengan Roh (ayat 18). Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah (ayat 5-6). Apakah tujuan dari perbandingan ini? Pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan. Kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Yaitu, dalam pengertian menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.

Waktu terus berjalan. Ingatlah bahwa apa yang telah kita perbuat pasti tercatat dalam waktu dan tidak mungkin dapat dihapus oleh siapapun juga.

Renungkan: Apa yang sedang dan akan Anda perbuat atau kerjakan dalam hidup kini? Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbing-Nya ke arah hidup yang bijaksana sehingga Anda dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan Anda.

(0.10301017391304) (Ef 6:1) (sh: Mendidik dan melayani (Kamis, 13 November 2003))
Mendidik dan melayani

Mendidik dan melayani. Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena ketidakharmonisan relasi dalam keluarga. Misalnya, seorang anak laki-laki tidak menyesal telah membunuh ayah kandungnya. Alasannya, karena ia marah melihat sikap ayahnya yang selalu menyiksa ibu yang dicintainya. Peristiwa ini menginformasikan kepada kita bahwa ternyata ketidakharmonisan hubungan suami isteri berdampak pada sikap anak terhadap orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya taat dan hormat kepada mereka. Keinginan ini hanyalah ambisi orang tua semata jika anak-anak tidak dididik atau diberitahu caranya. Agar keinginan ini menjadi proyek keluarga, Paulus memaparkan tugas orang tua. Pertama, orang tua, khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak bukan tugas yang mudah, sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan amarah bagi anak-anak (ayat 4). Anak bukan robot yang hanya menerima dan mengerjakan hal-hal yang yang diinginkan orang tua. Hendaklah para orang tua memperlakukan anak-anak mereka seperti Yesus memperlakukan umat yang Ia kasihi. Begitu pula antara tuan (atasan) dengan hamba (karyawan). Seorang hamba haruslah taat dan melayani tuannya. Sikap seperti hamba inilah yang seharusnya menjadi sikap orang Kristen terhadap Kristus: taat dan melayani Kristus (ayat 5-7). Sebaliknya, seperti Allah memperlakukan kita, hamba-Nya dengan baik, seperti itu pulalah, tuan-tuan harus memperlakukan para hamba mereka dengan adil dan layak. Dengan demikian tidak akan ada perlakuan sewenang-wenang terhadap para pekerja (ayat 9).

Renungkan: Didiklah anak-anak kita dalam kasih Allah sebagai pribadi yang utuh. Perlakukanlah pembantu, pekerja, karyawan kita dengan adil dan layak.

(0.10301017391304) (Ef 6:10) (sh: Perlengkapan rohani untuk hidup suci (Sabtu, 19 Oktober 2002))
Perlengkapan rohani untuk hidup suci

Perlengkapan rohani untuk hidup suci. Paulus mengingatkan bahwa ada kuasa-kuasa yang tidak kelihatan yang berusaha merusak kesatuan umat dan menyelewengkan kesucian umat. Pemerintah, penguasa dan roh jahat di u dara (ayat 12); Roh-roh jahat ini sangat berkuasa dan licik penuh tipi muslihat. Manusia tidak mampu melawan mereka.

Jadi apa yang harus diperbuat? Ada dua sikap ekstrim yang harus dihindari. [1]. Terlalu memberi perhatian berlebihan terhadap roh-roh jahat sehingga mengabaikan kuasa Kristus. [2]. Mengabaikan kehadiran roh-roh jahat dalam dunia. Manusia lemah dan tidak mungkin menghadapi roh-roh. Karenanya orang percaya harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (ayat 10). Kuasa Allah telah diungkapkan melalui salib Kristus. Maut dan kuasa Iblis telah dikalahkan. Karenanya orang Kristen harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 13).

Ada 6 jenis perlengkapan: kebenaran, pembenaran, berita Injil damai sejahtera, iman, keselamatan, dan firman Allah. Kebenaran adalah kebenaran isi Alkitab atau hidup kristiani yang benar (ayat 14). Baju zirah pembenaran adalah pulihnya relasi dengan Allah melalui Yesus yang melindungi orang percaya dari semua tuduhan iblis (ayat 14). Kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera sangat dibenci iblis karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia dari cengkeraman roh-roh jahat (ayat 15). Iman pada Allah berarti percaya pada janji Allah, akan melindungi kita dari serangan iblis berbentuk keraguan dan kebimbangan. Orang Kristen telah menerima keselamatan dari Allah dan sedang menanti sepenuhnya pada saat Yesus datang kedua kali; masa kini Allah menyelamatkannya dari semua serangan si jahat. Perlengkapan terakhir adalah firman Allah yang merupakan pedang Roh (ayat 17). Yesus melawan serangan iblis dengan firman Allah (Mat. 4:1-10). Kita tidak tahu kapan dan bagimana iblis menyerang. Itulah sebabnya kita harus siap sedia, dengan setiap hari menjadikan firman Allah santapan kita dan setiap hari kita wujudkan dalam hidup.

Renungkan: Kita adalah milik Tuhan; Tuhan sudah menjadikan semua hal yang perlu agar kita suci seperti Kristus.

(0.10301017391304) (Flp 4:8) (sh: Berpikir positif ala Kristen (Rabu, 2 Juni 2004))
Berpikir positif ala Kristen

Berpikir positif ala Kristen. Ayat 8 sering disebut orang sebagai Pemikiran Positif ala Kristen. Setelah lahir baru kita masuk ke dalam proses pengudusan yang berjalan seumur hidup. Pengudusan yang dikerjakan Tuhan mencakup seluruh aspek dalam hidup kita, salah satu yang sangat penting yaitu aspek pikiran.

Dalam dosa manusia suka memikirkan apa yang jahat dan tidak benar di mata Tuhan. Paulus mengajak jemaat di Filipi belajar mengontrol atau melatih pikiran untuk hal-hal yang baik. Banyak hal yang kita lakukan dipicu dan dikendalikan oleh apa yang kita pikirkan. Misalnya jika kita berpikir jahat tentang seseorang maka kita akan menyatakannya pula dalam relasi dan sikap kita terhadap dia. Ketika kita berpikir kotor kita didorong untuk melakukan hal yang kotor pula. Sebaliknya, apabila kita memikirkan apa yang benar, yang mulia, yang adil, suci dan seterusnya (ayat 8), kita juga akan melakukan hal-hal benar, mulia, adil, suci. Paulus sendiri mempraktikkan prinsip ini, sehingga ia dapat hidup tanpa didikte oleh keadaan (ayat 10-13).

Pikiran tidak memiliki kekuatan otonom untuk menentukan apa yang hendak dipikirkannya. Pikiran membutuhkan anugerah Tuhan agar dapat berfungsi dengan benar. Pengudusan pikiran adalah hal yang sangat penting. Dengan anugerah Tuhan kita melatih pikiran kita dengan jalan merenungkan firman Tuhan (ayat 8). Hal-hal dalam ayat 8 meliputi berbagai macam modus kehidupan. "Yang benar" mencakup aspek rasionalitas; "yang mulia" aspek ibadah; "yang adil" aspek hukum; "kesucian atau kemurnian" mencakup aspek kesalehan; "yang manis" aspek estetika; "sedap didengar" aspek informasi yang kita konsumsi; "kebajikan" berkaitan dengan moral dan etika; "patut dipuji" mencakup konsep nilai. Kekristenan mengajarkan keutuhan dan bukan keterkepingan. Jika hati kita telah dikuduskan oleh Kristus maka seluruh aspek hidup kita pun harus dikuduskan.

Tekadku: Aku akan belajar melatih pikiranku untuk merenungkan hal-hal yang benar, yang mulia, dll. dan mengekspresikannya dalam totalitas hidupku!

(0.10301017391304) (Flp 4:14) (sh: Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah (Kamis, 3 Juni 2004))
Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah

Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah. Bagian terakhir surat ini mencatat sukacita Paulus karena jemaat di Filipi boleh berbagi dalam pelayanan Paulus termasuk dengan harta milik mereka. Paulus mengangkat hal ini bukan dengan motivasi agar dia sebagai hamba Tuhan boleh menerima lebih banyak dan lebih banyak lagi. Dia bukan seorang hamba Tuhan yang mempersoalkan fasilitas hidup atau lebih parah lagi serakah dan tamak, melainkan telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (ayat 11). Paulus pernah hidup dalam kekurangan maupun kelimpahan, dan segala perkara itu ditanggungnya di dalam Dia (ayat 12). Hidupnya tidak digoncangkan oleh keadaan miskin atau kaya, dia telah belajar untuk sepenuhnya bergantung pada Tuhan yang sanggup memberi kekuatan kepadanya.

Dengan kemurnian motivasi seperti itu Paulus dapat mendorong jemaat untuk terus memberi persembahan. Paulus mendidik jemaat untuk terlibat dan berbagi dalam pekerjaan Tuhan. Memberi bagi pekerjaan Tuhan sungguh adalah suatu hak istimewa yang tidak diberikan Tuhan kepada setiap orang. Tuhan tidak membutuhkan apa-apa dari kita sebab segala sesuatu adalah milik-Nya. Kesempatan memberi adalah kebahagiaan dan kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada mereka yang dilibatkan-Nya.

Sekali lagi, bagi Paulus yang utama bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya. Harta dunia suatu saat akan lenyap dan musnah, namun mereka yang dengan bijaksana menggunakannya untuk pekerjaan Tuhan telah mengubahnya menjadi simpanan yang bertahan sampai kepada kekekalan. Mari kita belajar berkorban bukan hanya waktu, tenaga, kepandaian kita, melainkan juga harta kita, uang kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kita juga akan menikmati buah-buahnya.

Renungkan: Allah akan memenuhi segala kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya, agar kita dapat menjadi pemberi-pemberi bagi Allah.

(0.10301017391304) (Kol 1:1) (sh: Pengucapan syukur (Rabu, 14 April 2004))
Pengucapan syukur

Pengucapan syukur. Rasul Paulus dan teman-teman sepelayanan tidak hanya sekali mengucap syukur tetapi selalu. Hal ini dilakukan mengingat Allah patut menerima hormat dan pujian atas karya-Nya yang menarik mereka dari kegelapan ke dalam terang-Nya. Itu adalah pekerjaan Tuhan yang sangat istimewa bukan hasil usaha manusia. Ia menyadari bahwa kenyataan akan penyebaran injil dan pertumbuhan iman jemaat Kolose itu berpusat pada karya Yesus Kristus. Maka patutlah ia bersyukur.

Pertama, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang mau menerima Injil Yesus Kristus. Jemaat Kolose telah menyambut kasih karunia dan damai sejahtera Allah Bapa di dalam Yesus Kristus yang diberitakan oleh Epafras; dan Epafras mendengar berita Injil dari Rasul Paulus di Efesus (Kis. 19:10). Ciri-ciri Injil: berpusat kepada pribadi Yesus Kristus (ayat 2,4), merupakan 'firman kebenaran' (ayat 5), berita kasih karunia (ayat 6b), dan diperuntukkan bagi seluruh dunia (ayat 6).

Kedua, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang imannya ditujukan kepada obyek yang tepat, yaitu Yesus Kristus. Jemaat di Kolose telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus (ayat 2). Meskipun banyak ajaran dan guru-guru palsu berkembang di Kolose.

Ketiga, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang setia menjadi murid Kristus. Paulus menghargai sikap jemaat untuk menjadi murid Epafras hingga mereka mengenal kasih karunia Allah yang sebenarnya (ayat 6). Tentu saja, dengan penekanan bahwa Epafras adalah hamba Kristus yang setia. Epafras telah menjadi model yang diteladani oleh jemaat (ayat 7).

Gereja masa kini hendaknya selalu mensyukuri karya Tuhan dalam pemberitaan Injil dan pertumbuhan iman gereja-Nya.

Yang kulakukan: Selalu mensyukuri karya Tuhan Yesus dalam membangun dan memelihara gereja-Nya di seluruh dunia.

(0.10301017391304) (Kol 1:15) (sh: Jati diri Yesus Kristus (Jumat, 16 April 2004))
Jati diri Yesus Kristus

Jati diri Yesus Kristus. Demi kepentingan keselamatan manusia, Allah menyatakan diri-Nya dan mengungkapkan rencana keselamatan itu. Satu-satunya cara untuk menyatakan diri-Nya adalah dalam wujud manusia yang tidak berdosa, yang dapat berhubungan serta berbicara dengan manusia yang berdosa. Dengan demikian kita dapat melihat kemuliaan Allah pada wajah Kristus (ayat 15). Kristus adalah Pencipta dan segala sesuatu adalah ciptaan-Nya termasuk yang tidak dapat dilihat oleh mata, yaitu makhluk-makhluk sorgawi seperti para malaikat, yang melayani Tuhan maupun yang memberontak menjadi iblis dan roh-roh jahat (Ef.6:12). Yesus Kristus sudah ada sebelum segala ciptaan ada. Ia berasal dari kekekalan hingga kekekalan; tidak mempunyai permulaan dan tidak pula mempunyai akhir. Ia adalah Allah (bdk. Yoh.1:1,2).

Hubungan Kristus dengan jemaat diibaratkan dengan kepala dan tubuh. Kristus adalah kepala dan jemaat adalah tubuh. Kepala adalah sumber kehidupan dan mengikat anggota tubuh menjadi satu kesatuan. Kristus hidup untuk selama-lamanya, demikian pun yang akan dialami semua tebusan-Nya. Oleh karena Yesus Kristus disebut sebagai yang sulung dalam kebangkitan-Nya, maka semua tebusan-Nya kelak akan menyusul. Kristus menjadi yang terpenting dan utama dari segala sesuatu, sebab tanpa Dia kita tidak mempunyai harapan (ayat 18).

Kristus dan Bapa adalah satu (bdk. Yoh. 10:30). Apa yang hanya dilakukan oleh Allah dilakukan oleh Yesus Kristus. Segala sesuatu yang terdapat pada diri Allah terdapat juga pada diri Kristus (ayat 19). Dengan perantaraan Kristus, Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Manusia berdosa tidak sanggup dan tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah.

Renungkan: Kristus telah mencurahkan darah-Nya di kayu salib. Ia melaksanakan penebusan yang memungkinkan kita dapat diperda-maikan dengan Allah (ayat 20).

(0.10301017391304) (Kol 1:24) (sh: Bersukacita karena penderitaan (Minggu, 8 Juli 2001))
Bersukacita karena penderitaan

Bersukacita karena penderitaan. Jika pada Anda ditanyakan apakah Anda dapat merasakan sukacita ketika berada dalam penderitaan apalagi ketika Anda sedang bekerja bagi Tuhan? Jujur kita katakan bahwa tidak ada seorang pun yang senang menderita. Tetapi mengapa rasul Paulus berkata demikian? Bila kita melihat kembali keberadaan Paulus sebagai hamba Kristus, kita menemukan tokoh kristen yang dengan sungguh-sungguh membaktikan hidupnya bagi Kristus. Kita juga dapat melihat bahwa karena kesetiaannya inilah banyak orang yang menerima Kristus, tetapi banyak juga yang menolak Kristus bahkan berespons berlebihan, membenci dan menyiksa Paulus. Bagaimana reaksi Paulus terhadap respons orang-orang yang menolaknya? Paulus sama sekali tidak mempedulikan respons tersebut, asal orang-orang mengenal Kristus, beriman teguh pada-Nya, dan bertumbuh dewasa secara rohani.

Hal apa yang mendasari semangat Paulus melayani? Yesus Kristus. Paulus menempatkan dirinya secara mutlak di bawah otoritas Kristus sebagai pusat pelayanannya. Karya keselamatan Kristus merupakan bagian utama dari setiap pemberitaannya, dan semua pertumbuhan warga jemaat diarahkan kepada Kristus

Melalui sikap Paulus ini Kristen belajar tentang banyak hal yang harus diteladani, yaitu bahwa sebagai seorang pelayan Allah, Paulus tidak melihat pelayanan itu sebagai beban, tetapi melihatnya sebagai suatu peran serta, terlibat dan ambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk jemaat-Nya. Kedua, menderita karena melayani Kristus bukanlah suatu hukuman melainkan hak istimewa karena diperkenankan mengambil bagian dalam karya-Nya.

Renungkan: Apabila dalam pelayanan, Anda mengalami kesusahan dan penderitaan, bersukacitalah sebab Anda telah mengambil bagian dalam penderitaan yang Kristus alami.

Bacaan untuk Minggu Ke-5 sesudah Pentakosta

Ayub 38:1-11

II Korintus 5:16-21

Markus 4:35-41

Mazmur 107:1-3, 23-32

Lagu: Kidung Jemaat 424

PA 1 Kolose 1:15-23

Ketika Paulus menulis surat ini, Ia tahu bahwa iman dan keyakinan Jemaat Kolose sedang berusaha diguncangkan dan diserang oleh orang-orang yang menyebut dirinya kaum intelektual (kaum Gnostik). Ajaran ini sangat tidak puas dengan pengajaran Kristen yang dinilai sangat sederhana, sehingga mereka ingin mengubahnya menjadi suatu filsafat. Dalam usaha mengubah pemahaman iman jemaat, golongan ini memberikan pengajaran yang menjatuhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang satu- satunya. Berhasilkah upaya mereka? Apa yang Paulus lakukan sebagai upaya untuk memperteguh iman dan keyakinan jemaat Kolose? Kita akan mempelajarinya dalam PA di bawah ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Menurut kaum Gnostik, Yesus hanyalah salah satu dari sekian banyak perantara Allah dengan manusia. Apakah pengajaran ini bertentangan dengan pemahaman kristiani? Apakah yang Paulus lakukan untuk menangkis pernyataan tersebut? Sebutkan tujuh hal penting yang Paulus kemukakan tentang Yesus (ayat 15-18)!

2. Dari penjelasan Paulus tentang keutamaan Kristus, dapatkah Anda menjelaskan tentang: (a) Siapa Yesus Kristus di dalam diri-Nya (ayat 15); (b) Siapa Yesus Krsitus bagi penciptaan (ayat 16-17); (c) Siapa Yesus Kristus bagi gereja (ayat 18); (d) Siapa Yesus Kristus bagi segala sesuatu (ayat 19-20); (e) Apakah tujuan kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia (ayat 21-23)! Mengapa manusia tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah? Jelaskan!

3. Uraian Paulus tentang keutamaan Kristus selain telah mementahkan ajaran golongan gnostik, juga meneguhkan keyakinan iman Kristen kepada Yesus Kristus. Menurut Anda, bagaimanakah seharusnya Kristen menyikapi pengajaran-pengajaran miring tentang Kristus dari luar, dan dari dalam kekristenan? Apa yang harus Kristen lakukan? Jelaskan!

4. Apakah yang harus Kristen lakukan, dalam tindakan konkret, sebagai konsekuensi dan tanggung jawab terhadap tindakan pendamaian Yesus Kristus? Jelaskan!

(0.10301017391304) (1Tes 3:1) (sh: Kekristenan dan penderitaan (Minggu, 26 Oktober 2003))
Kekristenan dan penderitaan

Kekristenan dan penderitaan. Nampaknya ada hubungan antara kekristenan dan penderitaan. Inilah sebuah kebenaran yang paling tidak disukai oleh orang Kristen. Tetapi, meskipun demikian iman Kristiani dan penderitaan akan sering kali berjalan bergandengan tangan.

Paulus telah mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa kesusahan akan datang (ayat 3). Sekarang kesusahan sudah datang. Kini, Paulus mencemaskan iman jemaatnya, itu sebabnya ia mengirim Timotius untuk menguatkan dan menasihati mereka (ayat 1-5). Puji Tuhan, Timotius pulang membawa kabar yang sangat menggembirakan, yaitu bahwa iman dan kasih jemaat Tesalonika tidak tergoyahkan oleh penderitaan yang mereka alami (ayat 6). Berita ini sangat menghibur Paulus, yang saat itu sedang mengalami kesulitannya sendiri (ayat 7). Karena itu Paulus memanjatkan doa syukur (ayat 9) dan doa permohonan (ayat 10), agar Tuhan sendiri memelihara mereka dan menambahkan kasih serta iman mereka (ayat 12-13).

Seperti jemaat Tesalonika, kita pun akan diterpa penderitaan. Tetapi, ketika penderitaan itu datang menerpa kehidupan anak-anak Tuhan, jangan kita goyah apalagi jatuh. Karena kita memiliki teladan, bukan hanya rasul besar seperti Paulus, tetapi juga jemaat Tesalonika, yang tidak beda jauh daripada kita. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk goyah dan jatuh!

Renungkan: Waktu penderitaan melanda hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan berdaulat untuk memelihara dan menjaga kita. Kita perlu berdoa untuk iman dan kasih agar bertahan dan menang.


Bacaan untuk minggu ke-21 sesudah Pentakosta

Amsal 3:13-18; Ibrani 4:12-16; Markus 10:17-27; Mazmur 90:1-8,12-17

Lagu: KJ 277



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA