Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 421 - 440 dari 1342 ayat untuk tak senonoh (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.03) (Luk 10:3) (full: ANAK DOMBA KE TENGAH-TENGAH SERIGALA. )

Nas : Luk 10:3

Orang percaya yang mengikuti kehendak Allah dengan setia akan terancam banyak bahaya. Mereka akan menjadi seperti anak domba yang tak berdaya di tengah-tengah serigala. Karena menyadari hal ini, kita harus berdoa memohon kehadiran, perlindungan, dan bantuan Allah.

(0.03) (Luk 16:8) (full: MEMUJI BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR ITU. )

Nas : Luk 16:8

Makna dari lukisan Yesus di sini ialah bahwa orang duniawi cukup memikirkan hal-hal duniawi sehingga mereka berusaha untuk kepentingan dan kesejahteraan pribadi mereka. Sebaliknya, orang percaya sering tak cukup berfokus ke sorga untuk menggunakan harta dunianya demi meningkatkan kepentingan rohani dan sorgawinya.

(0.03) (Kis 21:13) (full: PAULUS MENJAWAB. )

Nas : Kis 21:13

Kehendak dari mayoritas, dan bahkan keinginan suara bulat dari saudara-saudara seiman yang mengasihi belum tentu adalah kehendak Allah. Paulus tidak acuh tak acuh terhadap permohonan dan tangisan teman-temannya; namun ia tidak mungkin mengubah maksudnya yang tetap untuk bersedia dipenjarakan dan bahkan mati bagi Tuhan Yesus Kristus.

(0.03) (Rm 9:2) (full: AKU SANGAT BERDUKACITA ... BERSEDIH HATI. )

Nas : Rom 9:2

Keprihatinan dan kesedihan Paulus yang tak berkeputusan terhadap mereka yang tanpa Kristus (Rom 10:1; 11:14; 1Kor 9:22) seharusnya menjadi sikap setiap orang Kristen. Sikap dukacita dan kerelaan yang sama untuk menderita bagi keselamatan orang lain dimiliki oleh Musa (Kel 32:32) dan Yesus (Mat 23:37; Rom 3:24-25).

(0.03) (1Kor 10:12) (full: HATI-HATILAH SUPAYA IA JANGAN JATUH! )

Nas : 1Kor 10:12

Orang Israel, sebagai umat pilihan Allah, menyangka bahwa tak apa-apa jika mereka bermain-main dengan dosa, penyembahan berhala, dan kebejatan; namun mereka menerima hukuman. Demikian pula orang Korintus yang percaya bahwa mereka dapat dengan aman hidup dalam kesenangan duniawi, harus menyadari bahwa hukuman menunggu mereka juga.

(0.03) (2Kor 1:20) (full: AMIN. )

Nas : 2Kor 1:20

Kata penutup "Amin" dalam doa dan pemberitaan orang Kristen mengungkapkan keyakinan akan kasih dan kesetiaan Allah serta kepastian janji-janji-Nya. Itulah suara iman, yang meneguhkan lagi dan menyatu diri dengan kebenaran Injil Kristus yang tak tergoyahkan itu. Dalam kitab Wahy 3:14, Tuhan Yesus disebut sebagai "Amin".

(0.03) (Mzm 127:5) (jerusalem: di pintu gerbang) Pada pintu gerbang kota diadakan pengadilan, bdk 2Sa 15:2; Rut 4:1, untuk memutuskan perkara, perselisihan dan pertikaian. Anak-anak (yang dalam Maz 127:5 dibandingkan dengan anak panah) dapat menolong dan membela ayah mereka dalam perkara pengadilan: banyak anak adalah anugerah Tuhan yang menyatakan seseorang benar dan mereka juga mencegah hakim dari memutuskan hukum secara tak adil.
(0.03) (Kis 10:15) (jerusalem) Petrus diajak membebaskan diri dari segala ketakutan sehubungan dengan aturan mengenai halal dan haram, tahir dan najis, Kis 11:9. Bdk Mat 15:1-20 dsj; Rom 14:14,17. Kesimpulan diambil dalam Kis 15:9: Dengan kepercayaan Allah membersihkan hati orang-orang kafir, meskipun badan mereka yang tidak bersunat tetap "najis" menurut aturan Yahudi. Kesimpulan praktis: Petrus tak perlu takut-takut bergaul dengan orang-orang yang tidak bersunat, Kis 10:27-28.
(0.03) (2Kor 1:20) (jerusalem: hanya ada "ya") Kesetiaan Allah pada janjiNya, 2Ko 1:18+, sepenuhnya nyata dalam diri Yesus Kristus. Maka tak masuk akal bahwa Paulus yang hanya hidup untuk memberitakan Kristus itu menyangkal pemberitaannya itu dengan mengambil sikap yang mendua hati
(0.03) (Flp 3:11) (jerusalem: kebangkitan dari antara orang mati) Tak mungkin Paulus di sini berbicara tentang kebangkitan umum. Kebangkitan itu mengenai semua manusia, baik orang yang baik maupun yang jahat. Kebangkitan itupun tidak akan menyelamatkan orang jahat dari kematian kekal, Yoh 5:29. Sebaliknya apa yang dimaksudkan ialah kebangkitan sejati, yakni kebangkitan orang benar. Mereka diambil "dari antara orang mati" dan hidup bersama Kristus, bdk Luk 20:35+.
(0.03) (Kol 2:3) (jerusalem: di dalam Dialah) Ialah di dalam Kristus. Tetapi teks Yunani juga dapat dimengerti: di dalamnya; artinya: dan dalam rahasia (Kol 2:2). Memanglah rahasia itu "menyembunyikan" hikmat Allah yang tak berhingga: bdk Rom 16:25+; 1Ti 3:16+. Sasaran "rahasia" itu tidak lain kecuali Kristus, Kol 1:27, yang sendiri adalah "hikmat Allah", 1Ko 1:24-30, yang rahasia, 1Ko 2:8, dan sukar diketahui, Efe 3:8,19.
(0.03) (Kol 2:9) (jerusalem: kepenuhan) Arti kata "kepenuhan", Kol 1:19+, di sini dijelaskan dengan kata sifat "jasmaniah" (atau: badaniah) dan kata "keAllahan": di dalam Kristus yang dibangkitkan terkumpullah seluruh dunia ilahi (Kristus sendiri termasuk di dalamnya karena kepraadaanNya dan kemuliaanNya) dan seluruh dunia ciptaan yang langsung (kemanusiaan) atau tak langsung (jagat raya) bersatu dengan Kristus oleh karena inkarnasi dan kebangkitan Kristus: pendeknya segala sesuatunya yang ada, baik yang ilahi maupun yang bukan ilahi, itulah "pemenuhan" yang berdiam dalam Kristus.
(0.03) (1Tim 5:3) (jerusalem) Dapat dibedakan tiga macam janda: janda yang tak perlu ditolong oleh jemaat sebab mereka masih mempunyai kaum kerabat, 1Ti 4:4; janda yang perlu dibantu oleh jemaat, oleh karena benar-benar janda seorang diri di dunia, 1Ti 4:3,5,16; janda yang entah ditolong atau tidak oleh jemaat, dipanggil untuk menunaikan tugas resmi dalam jemaat, asal mereka memenuhi syarat-syarat yang agak keras, 1Ti 5:9-15.
(0.03) (Ibr 4:1) (jerusalem: masih berlaku) Perbandingan antara Musa dan Kristus, tak+senonoh&tab=notes" ver="">3:1 dst; bdk Kis 7:20-44+; Yoh 1:21+, diteruskan dengan perbandingan antara orang Israel dan orang Kristen. Oleh karena tidak mentaati firman Allah, orang Israel tidak masuk ke dalam "perhentianNya", yaitu Tanah Suci, tak+senonoh&tab=notes" ver="">3:17-19. Tetapi janji Allah tak mungkin digagalkan. Maka janji itu masih berlaku untuk orang Kristen yang dipanggil untuk masuk ke dalam perhentian dan kebahagiaan ilahi, yang dilambangkan oleh "perhentian" yang pertama itu.
(0.03) (2Taw 21:2) (sh: Kemenangan ajaib (Senin, 24 Juni 2002))
Kemenangan ajaib

Pernahkah Anda beroleh jalan keluar dari masalah rumit dengan cara yang tak terpikirkan? Kita biasa menyebutnya "kebetulan". Banyaknya "kebetulan" semacam itu membuat kita tak bisa lagi menyebutnya "kebetulan". Pasti ada sesuatu di luar kita yang lebih berkuasa yang mengaturnya.

Sikap rohaninya dan janji bahwa perang itu akan Allah selesaikan tidak membuat Yosafat terlena dan pasif. Sebaliknya ia tetap memerintahkan pasukannya untuk maju ke medan pertempuran (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">20). Pesannya pun menyiratkan bahwa keyakinan tentang penyertaan Allah akan membuat mereka mampu berperang, bukan duduk menonton saja. Entah karena terilhami oleh peristiwa Yosua atau Gideon yang menghancurkan musuh dengan sorak-sorai pujian, Yosafat juga memerintahkan pasukannya berbuat hal yang sama. Pujian adalah ungkapan iman yang memfokuskan diri pada kenyataan Allah, berakibat bahwa kenyataan diri terbentuk sesuai dengan kenyataan Allah itu, bukan dengan kondisi-kondisi duniawi yang tak menentu (ayat 21). Pada saat memuji Tuhan itulah, Tuhan sungguh menyatakan bahwa diri-Nya memang layak dipuji karena memang demikianlah Ia. Allah menyebabkan komplotan pasukan tersebut baku bunuh sendiri sampai habis total. (ayat 24). Semua barang yang mereka tinggalkan dirampas dan dibawa kembali k e Yer usalem dengan pujian yang mereka lantunkan dari Lembah Berakah (Lembah Berkat) sepanjang perjalanan pulang.

Yehuda aman selama dua puluh lima tahun pemerintahan Yosafat. Memang Yosafat masih mempunyai kelemahan (ayat 35-37). Entah dalam rangka apa ia membangun kapal-kapal besar yang akan berangkat ke Tarsis bersama Ahazia, raja Israel. Yosafat agaknya tidak bisa tegas menampik ajakan raja-raja Israel untuk melakukan sesuatu yang tidak jelas tujuannya. Meskipun demikian, Yosafat dicatat sebagai salah satu raja yang nilainya positif.

Renungkan: Kita bisa kehabisan akal dan cara, tetapi tidak demikian Tuhan. Begitu banyak cara Tuhan yang mengatasi akal tak pernah bisa kita duga (bukan tidak masuk akal) untuk menolong dan melepaskan kita. Hanya satu syaratnya: berserah penuh dan melakukan dengan taat apa pun yang Ia perintahkan.

(0.03) (Ayb 25:1) (sh: Kasih sayang Allah yang tak berkesudahan (Senin, 20 Desember 2004))
Kasih sayang Allah yang tak berkesudahan

Seberapa sering Anda menyadari bahwa di hadapan Allah, manusia kecil dan terbatas? Hari-hari Anda ditandai kesadaran demikiankah?

Bildad menjawab keputusasaan Ayub yang mencari pembelaan Allah, dengan menjabarkan siapakah manusia di hadapan Allah. Menurut Bildad, di hadapan Allah, manusia kecil dan terbatas (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">6). Bagi Bildad, kecil dan terbatas berarti tidak berdaya di hadapan Allah (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">4). Padahal pernyataan ini tidak perlu mengandung makna negatif karena keberadaan manusia yang terbatas dan kecil inilah yang membuat Allah memberikan kasih-Nya pada kita. Hendaklah di dalam curahan kasih Allah itu manusia semakin menyadari kebergantungan mutlak dirinya kepada Allah. Juga menemukan arti diri dan hidupnya dalam persekutuan dengan Allah.

Jika kita sudah memahami dan telah meletakkan makna teologis tersebut dalam pemikiran kita maka kita dapat menerima setiap rencana Allah baik suka maupun duka dengan lapang dada dan hati yang terbuka. Sebaliknya, jika kita berpihak pada pandangan Bildad pada nas ini, maka kita tidak akan pernah menemukan arti positif dari kata "kecil" dan "terbatasnya" manusia di hadapan Allah (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">4). Tanpa pemahaman teologis itu, kita akan terbentuk menjadi orang yang apatis dan tak berpengharapan. Menjadikan diri sendiri apatis dan tak berpengharapan akan menghalangi kita mengalami persekutuan yang indah dengan Allah. Akibatnya, kita cenderung melarikan diri untuk menghindar dari kasih Allah.

Selama manusia hidup, pasti mengalami banyak pergumulan. Semua pergumulan, termasuk penderitaan yang kita alami jika dipahami dalam proporsi teologis dan realitas hidup yang benar, akan memunculkan harapan bagi hidup kita sendiri, bahkan menjadikan kita sanggup menularkan pengharapan itu kepada orang lain. Inilah yang diharapkan berproses dalam diri anak Tuhan.

Renungkan: Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Baik penderitaan, peperangan, kemiskinan, bahkan kematian sekalipun. Justru, kasih Allahlah yang menjadikan keselamatan dinyatakan melalui Yesus Kristus.

(0.03) (Ayb 37:1) (sh: Memuji dalam kegelapan (Jumat, 16 Agustus 2002))
Memuji dalam kegelapan

Setelah berbicara tentang pengendalian Allah terhadap alam, pasal ini ditutup dengan peringatan bahwa Allah harus ditakuti dan dihampiri dengan kerendahan hati (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">23-24).

Elihu mulai dengan mengakui ketakutannya mendengarkan guntur kemarahan Tuhan (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">1-2, 36:33). Hal ini harus dikaitkan dengan kenyataan bahwa Allah melakukan hal-hal ajaib melampaui pengertian manusia (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">5). Guruh bukan sekadar fenomena alam, tetapi merupakan alat Allah untuk memperingatkan manusia. Allah, misalnya, juga ingin menunjukkan kuasa-Nya kepada makhluk bumi dengan mengirimkan salju dan hujan deras (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">6-8). Binatang-binatang pun terpaksa mencari tempat perteduhannya. Elihu juga mendaftarkan hal-hal yang menunjukkan kendali Allah atas cuaca (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">9-12), semuanya mengikuti petunjuk Allah.

Kemudian kembali Elihu berbicara hanya untuk Ayub (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">14-18). Ia mengundang Ayub untuk kembali mengingat kendali Allah terhadap langit dan bertanya dengan ironis apakah Ayub mampu melakukan hal-hal itu. Elihu menuduh bahwa dengan Ayub memajukan kasusnya, ia menganggap dirinya sama dengan Allah. Ayub dipaksa mengakui keterbatasannya. Perlu dicatat bahwa pertanyaan-pertanyaan ironis ini pun akhirnya nanti diajukan Allah sendiri (pasal tak+senonoh&tab=notes" ver="">38-41).

Ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">19-24 berisi ringkasan dari perkataan-perkataan Elihu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Ayub begitu tak berakal budi ketika menetapkan diri untuk berkonfrontasi melawan Allah. Allah begitu mulia dan dengan demikian tuduhan Ayub sia-sia. Allah hanya boleh ditakuti dan disembah. Topik utama dalam ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">19-22 adalah kontras antara terang dan gelap. Allah begitu terang, dan manusia yang hidup dalam kegelapan bahkan tidak mampu memandang Allah -- Ia tak terhampiri. Bagaimana mungkin manusia yang ada dalam kekelaman, tak berpengetahuan, bisa memajukan kasusnya di hadapan Allah yang memiliki terang hikmat sempurna? Tak mungkin manusia menemukan Allah (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">23).

Renungkan: Kala Anda tidak memahami Allah, pujilah Dia dan sembahlah keagungan-Nya. Biarlah hikmat-Nya turun atas kita.

(0.03) (Mzm 76:1) (sh: Genapi nazar Anda (Sabtu, 23 April 2005))
Genapi nazar Anda


Apakah yang layak Allah terima dari umat tebusan-Nya? Bukan saja iman dan harap, tetapi juga hormat, syukur, dan pujian. Lebih daripada itu, Allah patut menerima diri kita seutuhnya, kita adalah milik yang sudah ditebus-Nya.

Selangkah lebih maju lagi dari pasal tak+senonoh&tab=notes" ver="">75, Mazmur ini kini melukiskan pengalaman umat Allah. Penyelamatan bukan lagi janji melainkan fakta. Fakta itu sudah menjadi gunjingan sehari-hari seisi kota Allah, bahkan kehadiran-Nya merupakan pengalaman nyata. Wilayah umat yang sempat diduduki kekuatan kebatilan congkak yang mengacungkan kepalnya ke surga, kini telah direbut dan diduduki Allah. Allah telah menjadikan wilayah umat-Nya menjadi pondok-Nya (ayat tak+senonoh&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-3; Ibr.: gua singa). Gambaran ini menegaskan salah satu penyataan diri Allah bahwa Ia adalah Singa dari Yehuda, kini kembali bertakhta sebagai Raja di antara umat-Nya (ayat tak+senonoh&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Salem atau Sion sungguh adalah rumah tempat Allah bertakhta dan memerintah! Dari sanalah pancaran kemuliaan Allah keluar. Ketika kedahsyatan Allah memancar meujudkan keadilan, penghakiman, dan pemerintahan-Nya, tak ada kekuatan sehebat apa pun dapat bertahan (ayat tak+senonoh&tab=notes" vsf="TB" ver="">6-10), tak ada kondisi terlalu pelik dari umat- Nya yang tak terubahkan (ayat tak+senonoh&tab=notes" vsf="TB" ver="">11).

Nazar atau ucapan syukur seperti apakah yang patut umat Tuhan sepanjang masa panjatkan? Respons tepat bagaimanakah patut kita tunjukkan kepada Dia yang telah menebus kita dari dosa dan yang setia menopang kita dalam segala macam kegelapan hidup? Pertama, pernyataan kesetiaan tunggal kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kedua, kesetiaan melayani yang diujudkan dengan hidup yang memuliakan Tuhan, meninggalkan dosa, serta rajin menyaksikan penyelamatan-Nya seiring dengan perbuatan baik kita kepada banyak orang.

Tekadku: Hatiku, tubuhku, potensiku, segenap waktu kehidupanku adalah untuk-Mu, Tuhan, sebab Engkau telah menebusku dengan hidup Yesus Kristus yang tak ternilai harganya.

(0.03) (Ams 7:1) (sh: Tamu tak diundang (Rabu, 26 November 2003))
Tamu tak diundang

Begitu tahu bahwa tikus telah berada di dalam rumah, dengan sigap istri saya menyiapkan perangkap tikus. Keesokan harinya kami dapat melihat hasil tangkapan kami, yakni seekor tikus yang tergeletak tak berdaya. Tikus itu terperangkap karena ia hanya melihat makanan dan tidak melihat akibat dari memakan makanan di dalam perangkap tersebut.

Demikian pulalah dengan dosa perzinahan. Orang terperangkap karena hanya melihat kenikmatan yang ditawarkan meskipun sesaat dan tidak melihat bahaya yang terkandung di dalamnya. Setelah masuk ke dalam kenikmatan tersebut, seperti tikus tadi, ia menjadi tidak berdaya. Ia tidak sanggup melepaskan diri walau ia berkeinginan untuk melakukannya. Ia pasrah menunggu keputusan nasib ke mana akan membawanya kemudian (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">22,23). Penyebab terbelenggunya manusia dalam dosa perzinahan salah satunya adalah sepak terjang perempuan jalang atau tuna susila. Pekerjaan mereka tidak hanya untuk mencari nafkah. Mereka tidak peduli, apakah sasaran mereka sudah beristeri, berkeluarga atau masih pemuda (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">7). Dan laki-laki yang meladeni profesi mereka dikatakan Amsal sebagai laki-laki yang tak berakal budi, karena laki-laki itu tidak pernah memikirkan dampak dari hubungan tersebut. Disadari atau tidak, ia telah memasukkan dirinya ke dalam jaring-jaring maut yang berbahaya. Amsal menasihati, agar kita mewaspadai sepak terjang wanita jalang. Oleh karena itu Amsal memberikan cara-cara menghadapi mereka: Pertama, datang dan berseru kepada-Nya, hanya Dialah yang dapat menolong kita. Kedua, miliki komitmen yang teguh kepada didikan Allah. Ketiga, tidak membiarkan pikiran kosong, sehingga mengembara pada kesenangan yang membangkitkan hawa nafsu. Keempat, kendalikan nafsu dan belajar untuk hidup kudus.

Renungkan: Pada awalnya zinah menawarkan umpan yang harum, pada akhirnya zinah menyisakan bangkai.

(0.03) (Yeh 16:23) (sh: Kedegilan hati dan nafsu yang tak terpuaskan (Selasa, 28 Agustus 2001))
Kedegilan hati dan nafsu yang tak terpuaskan

Jikalau nafsu yang tak terpuaskan hadir bersama-sama dengan kebebalan dan masuk ke dalam hati seseorang, apakah masih ada harapan baginya? Inilah pertanyaan yang perlu kita perhatikan sementara mempelajari bagian ini.

Bagian ini secara nyata menggambarkan kedegilan bangsa Israel yang tidak mempercayai kekuasaan perlindungan Tuhan. Mereka digambarkan sebagai seorang ratu yang melacurkan dirinya dan siap bersundal dengan siapa saja yang ditemuinya di jalan (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">25). Ia menyukai Mesir yang menggairahkan hatinya (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">26), terus menambah persundalannya namun nafsunya tak kunjung terpuaskan (ayat 25, 26, 28-30). Ia bukannya menerima imbalan atas persundalannya, namun sebaliknya membayar mereka yang bersedia bersundal dengan dia (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">31-34). Ini merupakan gambaran keadaan Israel yang meninggalkan Tuhan dan bernafsu menyembah berhala apa saja yang mereka temui. Mereka mengabaikan perlindungan Tuhan dan mencari pertolongan dari Mesir, Asyur, dan Kasdim. Hatinya telah menjadi degil, terikat dengan keinginannya, dan bertekad untuk tetap melakukan kehendaknya. Mereka menyakiti hati Tuhan (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">26) dan tidak memiliki satu pun catatan reputasi yang baik di hadapan-Nya. Namun Tuhan tidak berdiam diri, Dia memperhatikan dan mengendalikan keliaran nafsu umat-Nya dengan mendatangkan hukuman atas mereka. Ia mengurangi daerah kekuasaan mereka dan memberikannya kepada Filistin (ayat tak+senonoh&tab=notes" ver="">27).

Melalui hal ini kita dapat mempelajari bahwa kegagalan untuk menghayati anugerah Tuhan mengakibatkan hadirnya kedegilan hati. Namun Tuhan tidak berdiam diri dan membiarkan umat-Nya terus menerus menjadi tidak peka dengan keadaan mereka yang memalukan. Ia peduli dan berinisiatif mengendalikan keadaan umat-Nya dengan mendatangkan hukuman. Ini semua dilakukan demi kebaikan umat-Nya.

Renungkan: Akar dari kedegilan hati umat Tuhan beserta nafsu liarnya terletak pada ketidakpekaan terhadap anugerah-Nya. Tuhan peduli dengan keadaan umat-Nya. Penghukuman yang mengendalikan itulah jawaban atasnya. Kita perlu mewaspadai kedegilan hati dan keliaran nafsu kita, serta bersyukur atas penghukuman Tuhan jikalau kita menerimanya. Lihatlah ke dalam hati dan mintalah Tuhan meneranginya!



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA