Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 421 - 440 dari 3223 ayat untuk harus (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.21916302272727) (2Ptr 1:5) (full: MENAMBAHKAN KEPADA IMANMU. )

Nas : 2Pet 1:5

Petrus mencatat sifat-sifat baik yang harus dikembangkan oleh orang Kristen supaya menang dan berbuah secara rohani di hadapan Allah (ayat 2Pet 1:8). Frasa "sungguh-sungguh berusaha" (versi Inggris NIV -- "berusaha sekuat-kuatnya") menunjukkan bahwa orang percaya harus terlibat secara aktif dalam pertumbuhan Kristen (bd. Fili 2:12-13). Mereka yang menjadi orang Kristen harus langsung berusaha untuk menambahkan ketujuh sifat ini kepada iman mereka (ayat 2Pet 1:5-8). Perhatikan bahwa sifat-sifat kesalehan tidaklah bertumbuh secara otomatis tanpa usaha kita yang tekun untuk mengembangkannya

(lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).

(0.21696034090909) (Kej 22:1) (sh: Ketika cinta harus memilih! (Rabu, 12 Mei 2004))
Ketika cinta harus memilih!

Ketika cinta harus memilih! Allah mengasihi kita, memberikan berkat-berkat-Nya yang melimpah kepada kita. Kita mengasihi Allah oleh karena segala berkat yang dinyatakan-Nya untuk kita. Namun, kita harus beranjak dari situ, kita harus dapat mengasihi Allah karena Diri-Nya, bukan semata karena berkat-berkat-Nya! Itu yang sedang diuji dari diri Abraham. Ujian itu tidak tanggung-tanggung! Berkat yang paling berharga, yang paling prestisius, yang telah dibuktikan pantas didapatkan sekarang harus dilepas oleh pilihan mengasihi Allah.

Sebenarnya perikop ini tidak mengungkapkan pergumulan pribadi Abraham ketika diperhadapkan dengan pilihan menyerah-kan Ishak untuk dikorbankan karena ketaatan dan kasihnya kepada Allah, atau mempertahankan Ishak oleh karena kasih kepada diri sendiri. Namun, dengan imajinasi kita mencoba menangkap perasaan terdalam hati seorang ayah, baik dari sisi pribadi pun kehidupan sosial masyarakat. Bagi Abraham, anak yang ditunggu-tunggu selama puluhan tahun ini, yang telah membuatnya lelah secara fisik dan batin, adalah suatu harta kesayangan yang tidak mungkin dilepaskan. Secara sosial masyarakat, memiliki ahli waris kandung berarti meneruskan nama dan prestise keluarga. Pasti dua hal ini berkecamuk dalam hati Abraham. Belum lagi memikirkan pertanyaan teologis apakah kini Allah membatalkan janji-Nya?

Apapun pergumulan pribadi Abraham, ketetapan hati untuk lebih mengutamakan Allahlah yang membuat ia taat untuk mempersembahkan Ishak di mezbah. Kasih kepada Allah mengalahkan keinginan Abraham untuk mempertahankan hak miliknya. Oleh sebab itu, Allah semakin memperjelas pengenalan Abraham akan Allah dan rencana-Nya (ayat 16-18).

Renungkan: Saatnya akan tiba, Anda harus memilih mempertahankan hak, diri, keluarga, apa saja yang Anda kasihi atau melepaskannya demi kesetiaan dan kasih kepada Kristus!

(0.21696034090909) (Kel 4:18) (sh: Harus dikuduskan dulu! (Sabtu, 2 April 2005))
Harus dikuduskan dulu!

Harus dikuduskan dulu!
Seseorang yang mau dipakai Tuhan sebagai alat-Nya, tidak cukup hanya menyatakan kesediaan dan ketaatan. Ia harus menyesuaikan diri dengan panggilan kudus tersebut. Tanpa kekudusan tak seorang pun layak dipakai Tuhan.

Akhirnya, Musa taat pada pengutusan Allah. Dia memutuskan kembali ke Mesir. Suatu keputusan yang tidak mudah, namun dengan jaminan Tuhan Musa pulang (ayat 4:19). Atas izin mertuanya, Yitro ia membawa keluarganya pulang ke Mesir (ayat 18). Musa harus mempersiapkan umat Israel untuk keluar dari Mesir dengan menyatakan firman-Nya disertai tanda-tanda mukjizat (ayat 28-31). Kemudian Musa harus menghadap Firaun untuk pembebasan umat Israel. Tanda mukjizat pun akan menyertai Musa, baik yang sudah diberikan Tuhan sebelumnya maupun tulah kematian anak sulung Firaun kelak. Hukuman Tuhan jelas dan adil. Kalau Firaun menahan anak sulung Tuhan (Israel), maka Tuhan akan membunuh anak sulung Firaun (ayat 22-23). Dengan cara demikian kuasa Tuhan didemonstrasikan di hadapan orang yang menolak taat.

Mengapa tiba-tiba Tuhan mau membunuh Musa? Musa melalaikan sunat sebagai tanda perjanjian Abraham. Sunat merupakan tanda seseorang adalah umat perjanjian (lihat Kej. 17:9-14). Musa tentu sudah disunat, namun rupanya anaknya belum. Musa sebagai orang tua yang beriman bertangung jawab menyunatkan anaknya. Artinya, komitmen Musa untuk melayani Tuhan harus disertai dengan komitmen mengkuduskan diri dan keluarganya.

Sunat dapat dibandingkan dengan baptisan kudus. Seseorang memberi diri dibaptis sebagai pengakuan diri sudah menjadi anak Tuhan. Namun, yang jauh lebih penting bukan tanda melainkan kehidupan yang menunjukkan buah-buah pertobatan. Bagi hamba Tuhan, hal ini sangat penting. Pelayanan Anda dimulai dengan hidup kudus yang nyata di hadapan orang lain.

Camkan: Pelayanan kudus hanya dapat dilakukan oleh mereka yang hidupnya kudus.

(0.21696034090909) (Im 21:1) (sh: Harus kudus dan total (Senin, 23 September 2002))
Harus kudus dan total

Harus kudus dan total. Jika saat ini kepada kita ditanyakan tentang apakah para pendeta, atau pemimpin-pemimpin Kristen di Indonesia sudah ‘kudus’ bagi Tuhan dan bagi umat-Nya? Mungkin kita akan bingung dan balik bertanya. “Apa standar kekudusan menurut Tuhan?” Yang jelas standar kekudusan bagi para imam – pendeta, pemimipn Kristen – yang ditetapkan Allah lebih tinggi dari umat.

Terhadap para imam – orang-orang yang Allah panggil, urapi dan kudusakan untuk melaksanakan tugas-tugas khusus – Allah menetapkan peraturan-peraturan yang harus mereka penuhi. Pertama, ayat 1-9, peraturan yang berlaku bagi para imam biasa. Mereka dilarang untuk menyentuh mayat, kecuali mayat kerabat dekat, itu pun iman tersebut menjadi najis tujuh hari lamanya (ayat 1-4; bdk. Yeh. 44:25-27); dilarang meratapi orang mati, karena diangap mengikuti kebiasaan orang kafir waktu itu (ayat 5); dilarang menikahi perempuan yang bukan perawan dan janda (ayat 7-9).

Kedua, ayat 10-15, peraturan yang berlaku bagi imam besar. Mengingat kedudukan khas imam besar, maka peraturan-peraturan terhadap kenajisan lebih keras penekanannya. Mereka tidak boleh menerapkan tanda-tanda dukacita, dan tidak boleh menajiskan diri dengan mayat apa pun (ayat 11); dialrang keluar dari tempat kudus. Maksud ayat ini adalah mereka tidak boleh keluar dari tempat kudus untuk menghadiri upacara orang mati (ayat 12); istri mereka harus sebangsa (ayat 13-14).

Pada bagian akhir pasal ini, ditekankan tentang fisik yang tak bercacat (ayat 16-24). Peraturan ini mengingatkan kita tentang binatang kurban yang dipersembahkan kepada Allah harus tanpa cacat, demikian pula para imam yang mempersembahkannya, juga harus tanpa cacat.

Jelas bahwa peraturan-peraturan yang dibuat Allah bagi para imam ini didasarkan pada satu kepentingan bahwa seluruh hidup orang-orang yang telah Allah panggil, urapi, dan kuduskan, semata hanya untuk melayani dan memuliakan Allah.

Renungkan: Pahamilah panggilan Allah sebagai suatu kesempatan indah karena diundang hadir dalam sebuah pesta sukacita kekudusan yang luar biasa indah dan menakjubkan.

(0.21696034090909) (Hak 7:19) (sh: Tuntaskan pekerjaan Tuhan! (Minggu, 12 Oktober 1997))
Tuntaskan pekerjaan Tuhan!

Tuntaskan pekerjaan Tuhan!
Melaksanakan pekerjaan apa pun harus konsisten, bila orang ingin memerik hasilnya. Demikian pun halnya dengan pekerjaan Tuhan, dalam hal Gideon ini peperangan. Selain harus tuntas, juga harus ada tindak lanjut. Justru karena kedua hal itu diabaikanlah maka orang Israel saat itu harus mengalami banyak masalah dan sengsara.

Kelompok-kelompok kerja. Gideon membagi pasukan komandonya ke dalam tiga kelompok kerja (pokja). Kerja atau perang yang harus mereka lakukan bukanlah membunuh musuh atau memenggal kepala mereka, melainkan menaati aba-aba perang. Tugas mereka bukan menyerang dengan serangan fisik tetapi melakukan beberapa hal yang telah Tuhan atur sebelumnya yang menyebabkan kekacauan, kebingungan, kekalutan pada pasukan orang Midian. Tugas itu ialah meniup sangkakala, memecahkan buyung secara serempak, dan berteriak: "Demi Tuhan dan demi Gideon." Akibat taktik ilahi itu luar biasa! Musuh kacau balau terbirit-birit dan saling bunuh sendiri. Itulah hasil dari kelompok kerja yang taat dan kompak! Hikmat di atas konflik. Pemimpin perlu punya hikmat saat menghadapi konflik. Ini yang oleh para pakar masa kini disebut sebagai menejemen konflik. Orang-orang Efraim itu merasa tersinggung tidak diikutsertakan oleh Gideon dalam peperangan tersebut. Tetapi dengan sangat bijaksana Gideon menjelaskan bahwa alasannya bukan negatif. Bahkan ia menyanjung hal positif dalam diri mereka sehingga kemarahan mereka reda. Kalau Anda pemimpin, rendahkanlah diri Anda, berbicaralah positif dan berkatilah orang yang bereaksi atau bersikap negatif terhadap Anda.

Renungkan: Konflik dengan para musuh Tuhan harus diselesaikan dengan tegas berpegang pada kebenaran dan perintah Tuhan. Konflik intern dalam umat Tuhan hanya kasih dapat mengatasinya.

Doa: Padukan hati kami untuk tugas lebih besar dariMu.

(0.21696034090909) (Ams 10:1) (sh: Pendidikan bagi sebuah bangsa (Minggu, 23 Juli 2000))
Pendidikan bagi sebuah bangsa

Pendidikan bagi sebuah bangsa. Menata kembali bangsa kita yang sudah porak-poranda haruslah mengutamakan pendidikan budi pekerti dimulai dari generasi muda. Salomo sudah meyakini ini sejak kurang lebih 3000 tahun yang lampau. Tujuan utama dari pendidikan itu adalah menjadikan anak bijak dan berguna bagi masyarakat dimana ia hidup (1). Bijak di sini bukanlah semata-mata manusia yang terlatih dan trampil dalam disiplin ilmu yang ia pelajari namun juga meyakini dan menerapkan nilai-nilai etika kristen di dalam masyarakat dimana ia hidup.

Apakah yang diperlukan dalam materi `budi pekerti kristen'? Amsal memberikan beberapa materi yang harus ditanamkan di dalam hati dan pikiran anak muda. Pertama, pembinaan mental dan karakter kristen yang berhubungan berani kerja keras, ulet mencari, dan menciptakan kesempatan harus dilatihkan kepada mereka sejak dini dan terus-menerus. Tidak ada keberhasilan yang dapat dicapai dengan sikap santai, gampang putus asa, dan menunggu (4, 5). Kedua, kerelaan untuk menghormati dan tunduk kepada pemimpin dan siapa pun yang lebih tua, harus ditekankan dan dikembangkan (8). Ketiga, kehidupan moral yang bersih (9). Sebagai contoh: tidak terlibat dalam narkoba ataupun pornografi. Keempat, kejujuran harus dijunjung tinggi dan ditegakkan mulai dari hal yang paling kecil yaitu ulangan dan pekerjaan rumah hingga perkataan (10, 11). Kelima, kasih kepada sesama manusia harus terus menguasai hati anak-anak muda. Inilah satu-satunya syarat untuk menghentikan tawuran antar pelajar (12).

Renungkan: Penulis Amsal sangat menekankan pentingnya pendidikan karena ini berhubungan dengan kehidupan manusia (17). Karena yang bertanggung jawab dalam pendidikan, baik itu orang-tua, guru, pendeta, penginjil, harus terus berusaha menemukan dan mengembangkan metode pendidikan sehingga anak-anak tertarik, mau mendengarkan, dan akhirnya menerapkan (17).

Bacaan untuk Minggu ke-6 sesudah Pentakosta

2Raja-raja 4:8-16 Roma 6:1-11 Matius 10:37-42 Mazmur 89:1-4, 15-18

Lagu: Kidung Jemaat 356

(0.21696034090909) (Luk 14:15) (sh: Paradoks keselamatan dan paradoks manusia (Kamis, 30 Maret 2000))
Paradoks keselamatan dan paradoks manusia

Paradoks keselamatan dan paradoks manusia. Di dalam pengajaran Kristen, keselamatan juga diistilahkan sebagai "Perjamuan Dalam Kerajaan Allah" (ayat 15-24). Orang yang diundang dalam Perjamuan itu memang patut disebut berbahagia karena mereka diundang bukan berdasarkan perbuatan baik, atau penyangkalan diri, atau pun ketaatan mereka dalam menjalankan ajaran agama. Dengan kata lain Perjamuan itu gratis.

Walaupun gratis, ini tidak berarti bahwa keselamatan itu murah. Justru sebaliknya karena keselamatan itu sedemikian berharga, sehingga setiap orang yang menerimanya harus rela melepaskan/mengalami kehilangan segala sesuatu. Menerima keselamatan di dalam Yesus mungkin akan membawa konsekuensi negatif terhadap kariernya, kehidupan sosialnya, atau kehidupan keluarga, bahkan nyawanya. Setiap Kristen harus siap untuk memberikan tempat kedua setelah Kristus bagi segala sesuatu atau bahkan kehilangan yang paling berharga (ayat 25-26). Di samping itu ia pun harus siap menderita seperti Kristus dan disita segala hak dan miliknya kecuali "Anugerah di dalam Kristus" (ayat 27). Setiap orang yang mau mengikut Kristus harus menghitung-hitung dan mempersiapkan diri (ayat 25-35). Karena itulah walaupun keselamatan itu gratis namun ada kondisi yang tidak terelakkan yang harus dijalani bagi setiap pengikut-Nya. Inilah paradoks keselamatan.

Yesus mengungkapkan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana orang yang diundang ke dalam Perjamuan itu menolak untuk datang dengan berbagai alasan (ayat 15-24). Ternyata kesempatan untuk menghadiri Perjamuan itu bisa dipandang sebagai suatu kebahagiaan dan hak istimewa atau sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Bagaimanakah kita menggambarkan mereka yang menolak undangan? Mereka adalah yang menikmati anugerah Allah berupa ladang, lembu, dan perkawinan, namun memandang Pemberi Anugerah sebagai sesuatu yang membosankan. Mereka mengakui bahwa hidup di dunia bukan segala-galanya namun mereka mencari kepuasan di dalamnya. Mereka secara sengaja menolak keselamatan itu. Itulah paradoks manusia.

Renungkan: Supaya mendapatkan anugerah-Nya berupa kehidupan kekal, manusia harus segera ke luar dari paradoksnya dan masuk ke dalam paradoks keselamatan. Tidak ada pilihan lain.

(0.21696034090909) (Kis 10:23) (sh: Menerobos tembok status quo (Jumat, 4 Juli 2003))
Menerobos tembok status quo

Menerobos tembok status quo. Inilah salah satu babak pertumbuhan Kekristenan. Terkesan dari teks ini bahwa bertumbuh ternyata tidak mudah. Salah satu problem pertumbuhan seseorang ialah bagaimana ia harus meninggalkan rumah, atau menerobos tembok status quo. Orang tidak bisa tinggal dan mengurung diri hanya di dalam benteng kehidupannya untuk selama-lamanya, atau seperti katak di bawah tempurung. Tinggal mengurung diri di dalam rumah lalu beranggapan di luar rumah sama sekali tidak ada kehidupan. Seseorang harus berani meninggalkan rumah seperti burung yang berani meninggalkan sarangnya, tetapi tentu saja ia tidak boleh lupa bahwa ia harus kembali lagi ke sarangnya.

Kekristenan lahir di dalam rumah Yahudi. Kristen harus mengakui sebuah kenyatan bahwa ia sangat berhutang kepada rumah atau tradisi Yahudi. Di sana ia belajar tentang moral dan keagungan Allah. Di sana ia belajar tentang Taurat dan kebenaran dan nilai- nilai kehidupan lain yang sangat dalam, kaya, sarat, dan padat. Tetapi ia harus berani meninggalkan tradisi Yahudi itu. Dampak global kekristenan tidak bisa dibatasi dan dikurung dalam rumah Yahudi. Upaya untuk menerobos tembok status quo itu harus dilaksanakan.

Kristiani tidak ditentukan oleh makanan dan minuman yang halal atau haram. Tetapi identitas Kristiani ditentukan oleh Yesus Kristus Tuhan dan Juruslamat. Dengan perkataan lain, orang Kristen tidak boleh terperangkap dalam formalisme atau legalisme agama. Tetapi jiwa Kristiani ditemukan dalam diri Yesus Kristus di dalam peristiwa inkarnasi. Tuhan meninggalkan kesetaraannya dengan Allah dan menjadi manusia serta menyesuaikan diri dengan manusia, bahkan sampai mati di kayu salib.

Renungkan: Yesus adalah contoh yang jelas dalam menerobos tembok-tembok status quo.

(0.21696034090909) (1Kor 7:25) (sh: Menjaga keseimbangan (Sabtu, 13 September 2003))
Menjaga keseimbangan

Menjaga keseimbangan. Masalah percabulan adalah masalah yang harus disikapi dengan serius pula. Karenanya Paulus begitu keras menegur jemaat yang terlibat dalam masalah ini. Pada perikop ini Paulus kembali menyoroti masalah tersebut, hanya saja saat ini lebih diarahkan kepada tanggung jawab sebagai umat pilihan Allah. Paulus menyoroti empat hal: [1] jika seorang pria memilih untuk tidak terikat perkawinan dengan gadisnya, ia harus memusatkan perhatian pada Tuhan (ayat 32); [2] jika seorang pria memilih untuk terikat dalam lembaga perkawinan, ia harus menyenangkan isterinya (ayat 33); [3] bagi gadis yang tidak menikah, sebaiknya mereka memusatkan perhatian kepada perkara Tuhan supaya tubuh dan jiwa mereka tetap kudus (ayat 34a); [4] bagi yang ingin terikat dalam perkawinan mereka harus dapat menyenangkan suaminya (ayat 34b).

Dalam kondisi yang dikatakan darurat ini, Paulus terus berusaha mengimbau agar jemaat tetap menjalankan tanggung jawab yang Tuhan percayakan, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Imbauan Paulus di ayat 29 dan 30 ini sebenarnya paradoks: orang- orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; orang-orang yang menangis, seolah-olah tidak menangis, dst. Sebenarnya Paulus sedang tidak membingungkan kita, karena ayat-ayat ini diucapkan agar jemaat Korintus selalu mengingat bahwa tugas utama mereka adalah melayani Tuhan atau memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan. Kita melihat dua pelajaran penting: [1] orang percaya dituntut untuk memikirkan pelayanan secara serius, bukan hanya kepentingan pribadi saja; [2] mereka yang serius dalam pelayanan harus juga perlu memperhatikan keseimbangan antara pelayanan dan keluarga, sehingga tanggung jawabnya dapat terlaksana dengan baik.

Renungkan: Tiap kita mempunyai kebutuhan dan pergumulan pribadi yang berbeda-beda. Bagaimana kita menjaga keseimbangan antara keduanya?

(0.21696034090909) (Ef 4:7) (sh: Kesucian umat Allah (Selasa, 15 Oktober 2002))
Kesucian umat Allah

Kesucian umat Allah. Orang yang percaya pada Yesus harus hidup sesuai dengan panggilannya sebagi umat Allah. Paulus menasihatkan mereka untuk tidak lagi hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah (ayat 17). Bagaimanakah hidup orang yang tidak mengenal Allah? Hati mereka yang keras mengakibatkan pikiran sia-sia (ayat 17), pengertian gelap dan kebodohan, serta jauh dari Allah mengakibatkan mereka hidup di bawah murka Allah. Sehingga hidup mereka serba kacau yang nampak dari pikiran yang tumpul. Dikuasai hawa nafsu dan serakah berbuat cemar (ayat 19).

Sebagai umat Allah, orang percaya harus hidup suci, karena orang yang percaya Yesus telah belajar mengenal Yesus Kristus, mendengar Kristus dan menerima pengajaran dalam Kristus (ayat 21). Sentralitas Kristus terlihat jelas. Ini berarti orang percaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, setiap hari dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23). Tidak ada artinya menyatakan diri sebagai ciptaan baru namun tabiat dan kebiasaan lama masih terus dilakukan. Semua tabiat lama harus dibuang karena manusia lama sudah dibuang. Sekarang orang percaya harus membuang dusta dan berkata benar (ayat 25). Kebohongan menghancurkan persekutuan umat Allah. Orang percaya harus menguasai diri (ayat 26-27). Boleh marah, tetapi jangan menjadi angkuh, dendam dan benci. Boleh marah, namun jangan dipelihara dan berkembang tidak terkendali. Boleh marah, tetapi saat marah jangan membiarkan iblis mengubah kemarahan menjadi kekerasan dan kebencian. Orang percaya jangan mencuri tetapi bekerja keras dan jujur (ayat 28). Jangan mengambil hak dan milik orang lain. Orang percaya mempergunakan mulut untuk membangun sesama (ayat 29), bukan untuk menghancurkan orang lain (ayat 30). Orang percaya jangan memiliki relasi yang pahit, geram, marah, pertikaian, dan fitnah dengan sesama orang percaya. Sebaliknya, dalam persekutuan umat hendaklah ada keramahan, kasih dan pengampunan (ayat 31-32).

Renungkan: Adakah tabiat lama yang harus dibuang hari ini? Mengapa terus memelihara tabiat lama, bila itu berarti menyebabkan kematian?

(0.21696034090909) (1Tim 4:11) (sh: Bertekun (Sabtu, 15 Juni 2002))
Bertekun

Bertekun. Seorang pelayan seperti Timotius harus dapat mengatasi segala sesuatu yang berpotensi untuk menyulitkan, mencemarkan, menghalangi, bahkan menggagalkan pelayanan yang dilakukannya. Untuk itu, ketekunan menjadi kata kunci yang harus Timotius cermati dan perhatikan. Ia tidak boleh membiarkan umurnya menjadi perintang bagi dirinya atau batu sandungan bagi orang lain. Karena itu, ia perlu menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, dan kesuciannya (ayat 12). Timotius juga diminta untuk tetap bertekun dalam pembacaan dan pengajaran nas-nas Kitab Suci di antara jemaatnya (ayat 13), tidak lalai dalam mempergunakan karunia yang Tuhan berikan padanya (ayat 14), dan sungguh-sungguh membiarkan hidupnya dikuasai oleh hal-hal yang baik tersebut, sehingga kemajuannya nyata bagi orang-orang di sekitarnya (ayat 15). Timotius juga harus mengawasi dirinya sendiri dan ajarannya (ayat 1 6). K esemuanya itu harus dilakukannya dalam ketekunan (ayat 16). Singkatnya, Timotius harus memperhatikan semua aspek di dalam kehidupannya.

Akibat yang ditimbulkan dari semua ini adalah "engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau" (ayat 16). Melalui karya pelayanan Timotius dan melalui ketekunan Timotius di dalam melakukan hal-hal di atas tadi, Allah bekerja untuk menyelamatkan orang-orang yang mendengarkannya, dan juga diri Timotius sendiri.

Sebagai pelayan Tuhan, Timotius harus sungguh-sungguh memperhatikan hidupnya, mengusahakan hal-hal yang sempurna bagi Allah dalam ketekunan. Semua ini bertujuan tidak hanya agar orang tidak menganggap rendah diri Timotius karena umurnya, tetapi terutama demi terlaksananya panggilan Allah bagi Timotius (lih. 14).

Renungkan: Melayani Tuhan bukan hanya berarti menyisihkan sebagian waktu yang dikhususkan untuk Tuhan, tetapi, seperti yang pernah diajarkan rasul Paulus, mempersembahkan seluruh tubuh atau hidup kita (Rm. 12:1). Ketekunan kita sangat diperlukan di dalam mewujudkan semua hal tadi kehidupan kita sebagai pelayan-pelayan-Nya.

(0.21696034090909) (1Tim 6:11) (sh: Menjadi manusia Allah (Kamis, 20 Juni 2002))
Menjadi manusia Allah

Menjadi manusia Allah. Ayat 11-16 memberikan semacam inti dari keseluruhan nasihat Paulus kepada Timotius. Dengan penyebutan "manusia Allah" (ayat 11), Paulus menunjukkan bahwa status diri Timotius bukan hanya pemimpin, tetapi juga pemberi teladan di jemaatnya, agar mereka pun dapat mengikutinya menjadi manusia Allah. Karena itu, Timotius harus menjauhi semua hal yang tidak baik, dan sungguh-sungguh berusaha mengejar "keadilan, ibadah, kasih, kesabaran, dan kelembutan" (ayat 11). Sifat-sifat ini harus menjadi bagian dari hidupnya sebagai seorang manusia Allah. Karena itu, di ayat selanjutnya (ayat 12) Paulus mengambil gambaran dari sebuah pertandingan. Ia harus bertanding karena kondisi yang dihadapinya berat. Ia juga harus "merebut hidup yang kekal" (ayat 12), bukan dalam arti mencapai keselamatan hidup kekal dengan usahanya sendiri, tetapi dalam arti menunjukkan bahwa dirinya sungguh -sung guh adalah pemenang dalam pertandingan ini. Caranya adalah dengan menuruti "perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela" (ayat 14a), dan dengan memelihara apa yang telah dipercayakan kepadanya, baik pelayanannya maupun orang-orang yang dilayaninya (ayat 20). Allah dan Kristus Yesus menjadi saksi Timotius (ayat 13), dan pada akhirnya nama Yesus akan dimuliakan sebagai hasil dari perjuangannya (ayat 16).

Paulus meminta Timotius untuk mengikuti nasihat ini karena Yesus Kristus adalah "Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (ayat 15). Fakta ini cukup kuat untuk menjadi dasar bagi tingkah laku orang Kristen, "Yesus adalah raja atas hidup saya dan tiap bagiannya!" Prinsip itu juga harus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sekali lagi Paulus menasihati agar Timotius memperingatkan para orang kaya agar tidak mengandalkan kekayaan harta mereka dan menjadi tinggi hati, tetapi hanya berharap sepenuhnya kepada Allah saja (ayat 17-19). Perbuatan baik mereka menjadi tanda yang menghidupkan pengharapan mereka.

Renungkan: Kristen harus mampu membuktikan bahwa ia adalah manusia Allah, milik Allah dan pemenang pertandingan melalui setiap aspek kehidupannya.

(0.21696034090909) (Ibr 10:19) (sh: Kekudusan dalam Kekristenan (Rabu, 3 Mei 2000))
Kekudusan dalam Kekristenan

Kekudusan dalam Kekristenan. Kekristenan bukanlah suatu teori namun kebenaran yang aplikatif. Karena itu iman kristen dipraktekkan dan diekspresikan secara verbal. Kebenaran itu harus dihidupi bukan hanya secara apa yang nampak namun juga secara apa yang tidak nampak, yaitu kehidupan batin manusia. Demikian juga kekudusan Kristen bukanlah bersifat mistis ataupun magis, atau yang membuat Kristen menjadi manusia yang hidup dengan dirinya sendiri dan terpisah dari dunia, atau kekudusan yang menekankan kepada manusia batiniah saja, namun kekudusan yang komprehensif meliputi seluruh kehidupan manusia, dinamis, dan kooperatif.

Karya penebusan Kristus yang menguduskan manusia harus dihidupi dan diwujudnyatakan dalam kehidupan Kristen secara individu maupun komunitas. Oleh karena darah Kristus, Kristen mempunyai hak istimewa untuk menghampiri takhta Allah dengan penuh keberanian. Tidak ada lagi dosa yang menghambat. Tidak diperlukan lagi prosesi ataupun upacara yang bertele-tele untuk menghadap Allah, karena Kristen adalah umat yang kudus di hadapan Allah. Kekudusan itu harus dimanifestasikan melalui hati yang tulus dan keyakinan iman yang teguh ketika menghadap takhta Allah. Ini berarti kekudusan Kristen meliputi hati dan pikiran, ketulusan dan iman, perasaan dan logika.

Di samping itu, Kristen yang kudus harus berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan Kristen. Kristen harus selalu memandang kepada Kristus yang berdiri di sebelah kanan Allah, sebagai Imam Besar. Kristen janganlah mudah terombang-ambing oleh berbagai isu yang seringkali menggoncangkan imannya. Ia yang menjanjikan adalah setia sehingga apa pun yang terjadi dalam kehidupan Kristen di dunia, yakinlah bahwa Kristen akan tetap sampai kepada takhta Allah yang kudus. Berarti kekudusan meliputi ketekunan dan kesetiaan. Setelah kehidupan yang tidak kasat mata secara individual, Kristen harus menghidupi kebenaran Kristen secara komunitas, melawan dosa, Iblis, dan pencobaan. Kekudusan Kristen termanifestasikan ketika mereka berbagi hidup dengan yang lain, memberi, dan menerima dorongan, mendorong satu dengan yang lain dalam kasih dan perbuatan baik (24).

Renungkan: Janganlah mencoba menjadi Kristen yang individual. Allah memberikan gereja untuk saling mendukung dan saling membantu.

(0.21473504545455) (Kej 12:3) (ende)

Panggilan Abram adalah dasar historis panggilan Israel mendjadi Umat Tuhan. Dalam pertemuan dengan Tuhan, Abram mengalami, bahwa ia harus meninggalkan dunia kafir sekitarnja. Ini berarti pula, bahwa ia harus meninggalkan tanah miliknja, kaum-kerabatnja, dan melepaskan ikatannja dengan sukunja. Tetapi Tuhan mendjandjikan tanah baru dan keturunan subur kepadanja. Dia akan mendjadi Bapa bangsa baru.

Berkat jang semula diberikan kepada kepada Adam, sekarang dianugerahkan kepada Bapa bangsa Israel. Sekalian para bangsa akan mengakui, bahwa Israel setjara istimewa menerima Rahmat-anugerah Tuhan, dan akan ikut serta menerima berkat itu pula. Melalui Israel Berkat Tuhan akan kembali dilimpahkan atas seluruh umat manusia (lihat Kis 3:25; Gal 3:8).

(0.21473504545455) (Ul 30:11) (ende)

Pengenalan terhadap kehendak Allah dan djalan untuk menghambaNja bukanlah hasil dari adjaran rahasia jang harus ditjari dinegeri-negeri jang djauh ataupun jang didapat melalui djalan jang adjaib dengan menerobos kedalam suasana jang lebih tinggi. Tertjapainja hal itu bukanlah diatas kekuasaan manusia jang beriman. Allah telah mewudjudkan hubunganNja kepada bangsa Israil; diletakkan didalam mulut dan hati orang-orang Israil jang beriman (bdk. Yer 31:33). Bandingkan djuga Yer 30:4: Bangsa Israil dapat bertjerai-berai kenegeri-negeri jang djauh: namun sabda Allah jang menjelamatkan tidak pernah djauh. Mungkin ajat ini harus dipahami djuga dalam situasi pembuangan.

(0.21473504545455) (Luk 10:33) (ende: Seorang Samaria)

Ia melihat seorang Jahudi, jang sebenarnja bermusuhan dengan bangsa Samaria, kena tjelaka, dan ia segera merasa iba kasihan kepadanja, lalu menolongnja dengan tjinta-kasih jang halus dan sungguh, pun dengan agak banjak berkurban. Jesus tentu hendak menondjolkan, bahwa orang-orang Samaria dalam hatinja bukan orang "kafir", melainkan djauh lebih luhur dari para imam Jahudi, jang sebenarnja harus jang paling saleh. Tetapi inti perumpamaan itu berarti: Tiap-tiap orang jang melihat seorang sesamanja dalam kesusahan, harus merasa dirinja sebagai "sesama-manusianja" dan berwajib menolong dia, biar ia musuhnja. Orang Jahudi menganggap hanja orang sebangsanja sesama mereka.

(0.21473504545455) (Rm 12:1) (ende: Oleh sebab itu)

jaitu berdasarkan asas-asas jang diutarakan dalam bagian I. Dapat pula ditanggap sebagai penghubung bagian II dengan kalimat terachir bagian I, jaitu Rom 11:36. Memang bagian II menerangkan, bagaimana umat harus memuliakan Allah dan mengabdi kepadanja dengan kelakuan jang baik.

(0.21473504545455) (Ef 5:8) (ende: Dahulu kamu kegelapan)

jaitu semata-mata diliputi dan diresapi kegelapan, tanpa pengertian, tanpa tudjuan hidup pasti jang memberi harapan dan menggembirakan, tersesat dalam kedjahilan kelam, tanpa melihat suatu djalan keluar, seluruh suasana lahir dan batin suram dan murung belaka.

(0.21473504545455) (Im 2:1) (full: KORBAN SAJIAN. )

Nas : Im 2:1

Korban sajian merupakan sebuah persembahan kepada Allah sebagai suatu tindakan penyembahan, yang melambangkan penyerahan hasil pekerjaan seseorang kepada Allah. Dalam korban ini tersirat bahwa semua karya manusia harus dilakukan bagi Tuhan dan bahwa makanan sehari-hari harus diterima dengan ucapan syukur kepada-Nya (bd. 1Kor 10:31;

lihat cat. --> Kol 3:23).

[atau ref. Kol 3:23]

(0.21473504545455) (Bil 17:3) (full: PADA TONGKAT LEWI HARUS KAUTULISKAN NAMA HARUN. )

Nas : Bil 17:3

Pasal Bil 17:1-13 membela pemilihan suku Lewi sebagai pelayan-pelayan dan Harun sebagai imam besar oleh Allah. Tuhan mengadakan sebuah mukjizat untuk menunjukkan pemimpin pilihan-Nya (ayat Bil 17:8). Di bawah perjanjian yang baru, para pemimpin saleh yang dengan setia memberitakan firman Allah harus diakui dan ditaati (Ibr 13:17; bd. Rom 13:1-4; 1Tim 2:1-3).



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA