Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 401 - 420 dari 545 ayat untuk kelompok-kelompok tugas (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.14) (Mat 11:2) (sh: Kebimbangan adalah manusiawi. (Senin, 19 Januari 1998))
Kebimbangan adalah manusiawi.

Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi besar, yang mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Khotbah pertobatan diserukannya dengan berani dan tidak kenal kompromi, meskipun harus menghadapi raja Herodes, yang berkuasa atas negeri itu. Bagi hamba Tuhan lain, mungkin akan berpikir dua kali, apabila harus menuding kesalahan seseorang apalagi penguasa. Demikianlah kualitas pelayanan dan pengabdian Yohanes Pembaptis. Tetapi kini dia bimbang dan kecewa. Benarkah Yesus, Mesias yang dinanti-nantikan? Sebesar apapun seorang hamba Tuhan, dia bisa kecewa. Tuhan Yesus tidak marah.

Dia mengerti kelemahan hamba-hamba-Nya. Bila kita dalam kebimbangan dan kecewa, kita tidak usah merasa malu dan berdosa. Hal itu manusiawi. Tuhan Yesus mengerti dan mengasihi kita. Dia memuji hamba-Nya sebagai nabi Terbesar. Kita orang percaya juga memiliki posisi yang sama dengan Yohanes Pembaptis. Kita diberi tugas dan tanggungjawab untuk mempersiapkan kedatangan Yesus kedua kali ke dalam dunia ini. Kita harus berani menyerukan berita pertobatan, tidak kenal kompromi dengan berita yang menyenangkan telinga. Yesus akan memuji kita apabila "suara kenabian" setia kita perdengarkan di tengah dunia yang bobrok ini.

(0.14) (Mat 17:14) (sh: Hidup dalam iman. (Selasa, 17 Maret 1998))
Hidup dalam iman.

Sekian lama bersama Yesus dalam tugas pelayanan, ternyata bukanlah jaminan bahwa para murid memiliki iman yang bertumbuh. Bahkan, sekalipun sudah sekian lama mereka mendengar khotbah Tuhan. Sekalipun acapkali menyaksikan tanda mukjizat-Nya. Saat diperhadapkan pada tantangan untuk menyembuhkan seorang yang sakit ayan, mereka tidak dapat mengidentifikasikan diri pada iman bahwa Tuhan pasti menyembuhkan anak tersebut melalui mereka. Tuhan menegur kekerdilan imannya dan mendorong mereka untuk belajar dari prinsip tumbuhan sesawi. Iman kecil yang bergantung pada Yang Maha besar mampu membuat hal-hal besar.

Melangkah dalam iman. Masa akhir bersama Tuhan hampir tiba. Mesias yang dijanjikan akan mengalami penderitaaan. Karena itu Tuhan mempersiapkan mereka untuk bertumbuh dalam iman. Untuk kedua kalinya Ia menyampaikan berita bahwa Dia akan diserahkan dan dibunuh. Ia harus mengakhiri masa pelayanan-Nya. Namun para murid tidak akan ditinggalkan sendiri. Roh Kudus akan membantu mereka mengayunkan langkah melanjutkan misi pelayanan-Nya.

Renungkan: Jangan menanggapi kematian Yesus dengan sedih, dan bermuram, sebab kematian Yesus merupakan puncak kasih-Nya dan menyebabkan kita dapat bersekutu kekal dengan-Nya.

(0.14) (Mat 25:1) (sh: Gadis-gadis sahabat pengantin. (Sabtu, 18 April 1998))
Gadis-gadis sahabat pengantin.

Bukan saja pada zaman itu pasangan mempelai meminta para sahabatnya untuk mengiringinya, kini pun masih terjadi. Tugas seperti itu tentu merupakan suatu kepercayaan besar dan kehormatan. Bisa dimengerti bahwa para gadis yang tidak sungguh mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut sang mempelai adalah para sahabat yang sangat tidak bertanggungjawab.

Murid sejati, murid palsu. Berulangkali Tuhan memperingatkan para pengikut-Nya, agar menguji diri bahwa mereka sungguh adalah pengikut-Nya yang sejati. Sejak permulaan Injil Matius, kita sudah diberikan berbagai perumpamaan. Antara lain: jalan lebar jalan sempit, bangunan atas karang bangunan atas pasir, dlsb. Kini murid sejati diwakili oleh para gadis yang cerdik berjaga-jaga, para murid palsu diwakili oleh para gadis bodoh yang tak berbekal dan terlena.

Surga hanya bagi murid sejati. Kebahagiaan surgawi yang Tuhan janjikan hanya berlaku bagi murid sejati. Murid palsu akan ditolak Tuhan masuk ke dalam hukuman kekal. Sebelum terlambat, pastikan bahwa Anda sungguh murid Yesus!

Renungkan: Agar dapat bersiap menantikan Tuhan, banyak hal yang harus kita tolak dari hidup kita.

(0.14) (Mrk 12:28) (sh: Yang seharusnya diutamakan: kasih! (Minggu, 6 April 2003))
Yang seharusnya diutamakan: kasih!

Sebagian saudara-saudari kita di Barat sudah berani memakai suatu istilah yang sangat jujur: church industry (terjemahan bebas: industri rohani). Makna istilah ini luas, dan tidak dengan sendirinya berkonotasi buruk. Bait Allah dengan berbagai institusinya seperti korban bakaran dan sembelihan juga adalah salah satu contoh "industri rohani" pada zaman Yesus. Semuanya dipakai Allah untuk menjadi berkat bagi umat-Nya. Tetapi semuanya juga terbuka kepada penyelewengan, ketika entah institusi korban bakaran, penerbitan SH, buku/kaset rohani dll. dilakukan semata hanya demi memenuhi kebutuhan religiositas belaka, baik yang bersifat formal ataupun emosional (atau malah cari untung!), dan bukan agar umat makin mengasihi Allah dan sesamanya dalam kasih yang sejati dan hidup.

Penyelewengan seperti ini yang berkali-kali dikecam para nabi, dan terakhir oleh Yesus sendiri (lht. pasal kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">7). Ini juga disadari oleh sang ahli Taurat. Hal yang paling utama adalah pengajaran yang dikutip dari Ul. 6:4-5, mengasihi Allah, dan mengasihi sesama, bukan pemuasan kebutuhan rohani yang emosional/formal. Lubang jebakan inilah yang mengintai Kristen masa kini. Kasih yang konsisten terhadap Allah dan manusia adalah yang terutama dalam hidup Kristen. Tanpanya, Kristen hanya akan menjadi pendusta rohani dan jauh dari Kerajaan Allah.

Renungkan: Tugas kita: mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (I Yoh. 3:18).

(0.14) (Luk 10:21) (sh: Ucapan syukur dan bahagia (Minggu, 15 Februari 2004))
Ucapan syukur dan bahagia

Sekembalinya para murid dari tugas mewartakan Injil (Kabar Baik), Yesus mengekspresikan sukacita dan rasa syukur-Nya kepada Allah (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">21). Para murid yang diutus-Nya mengerti rencana Allah dan turut berperan serta dalam misi-Nya dengan penuh tanggung jawab. Bahkan dalam perjalanan misi tersebut para murid menyaksikan melalui peristiwa-peristiwa penyembuhan yang mereka lakukan bahwa kuasa Yesus melebihi kekuasaan setan-setan (lih. kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">10:18-19).

Yesus bersyukur dan bersukacita semata-mata bukan untuk apa yang telah para murid lakukan tetapi untuk apa yang telah Allah lakukan. Allah menyembunyikan berita Kerajaan Allah dari orang-orang bijaksana, tetapi menyatakannya pada orang-orang yang kecil alias rendah hati (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">21). Yesus menyetujui tindakan Allah tersebut. Sikap Yesus ini sebenarnya mengindikasikan kepada kita bahwa antara Bapa dan Anak terjalin suatu hubungan persekutuan yang dalam, saling mengenal secara utuh.

“Tidak seorang pun yang tahu siapa Bapa selain dari Anak dan orang yang kepadanya Anak berkenan menyatakannya” (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">22). Dengan perkataan lain, Yesus yang secara istimewa dan khusus hidup dalam persekutuan dengan Allah, mau menyatakan kepada kita siapakah sebenarnya Allah, dan mau membuka mata dan hati kita supaya kita ini pun tahu bagaimana memperoleh hidup dalam persekutuan dengan Allah.

Renungkan: Tidak ada rasa sukacita dan istimewa yang besar selain yang dirasakan oleh setiap orang yang mengambil komitmen menjadi murid-Nya.

(0.14) (Yoh 10:11) (sh: Bukan upahan (Rabu, 27 Januari 1999))
Bukan upahan

Gembala yang baik rela berkorban bagi kawanan domba-Nya tanpa pamrih, tanpa upah. Berbeda dengan gembala upahan yang melakukan tugas bukan karena tanggung jawab tetapi karena upah yang diterima. Ia tidak segan-segan lari meninggalkan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya, bila kesulitan muncul tiba-tiba. Para gembala yang dimaksud Yesus mungkin sekali adalah para ahli Taurat dan orang Farisi yang menentang Dia, yang tidak memimpin umat kepada hidup. Mereka bukan menjamin keselamatan para domba tetapi justru mencelakakan.

Bukan sekandang tapi sekawan. Hal-hal yang Tuhan Yesus utarakan sebenarnya sangat sederhana dan sangat menentukan nasib manusia. Namun kesederhanaan pesan ini ternyata juga tak dipahami pendengarNya. Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia pun menerima domba lain yang ingin dituntun-Nya dan bergambung bersama domba milik-Nya, terjadi pertentangan dan penolakan. Pernyataan Yesus: "Akulah Gembala yang baik, sebenarnya menegaskan bahwa banyak para pemimpin agama zaman itu, dan kini banyak gembala seperti Dia. Serahkanlah diri pada tuntunan kasih Yesus Kristus, Gembala yang baik, yang di dalam-Nya kita mendapatkan kebutuhan hidup masa kini dan kelak.

Doa: Tuhan terima kasih, bahwa Engkau bukanlah gembala upahan.

(0.14) (Yoh 17:1) (sh: Doa Imam Besar (Kamis, 11 Maret 1999))
Doa Imam Besar

Inilah saat yang paling menentukan bagi Yesus. Dia menghadapi saat akhir penggenapan misi-Nya, yakni sengsara dan kematian. Sungguh suatu keadaan yang berat yang harus Yesus hadapi. Itulah sebabnya Ia datang kepada Bapa-Nya dalam doa; yang dikenal dengan sebutan "Doa Imam Besar". Yesus minta dimuliakan kembali seperti kemuliaan-Nya semula sebelum Ia datang sebagai manusia. Permintaan-Nya ini menegaskan tentang siapa Dia. Ia akan merampungkan karya penyelamatan-Nya melalui kematian-Nya di kayu salib. Bukan hanya itu, bahkan dalam sengsara dan kematian-Nya itulah sebenarnya Ia tengah dimuliakan.

Doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Yesus mendoakan murid-murid-Nya agar mereka dipelihara dan menjadi satu (11), dilindungi dari segala yang jahat (15), dan dikuduskan di dalam kebenaran (17), supaya mereka mampu dan layak melaksanakan misi sebagai utusan-utusan Kristus. Mereka yang adalah milik Kristus dan juga milik Bapa, justru akan menjadi musuh dunia. Karena itu, mereka perlu ditopang oleh doa agar setia dalam tugas dan tekun dalam penderitaan.

Renungkan: Di saat yang paling genting dalam hidup-Nya, Yesus masih mampu berdoa untuk orang lain. Bagaimana dengan kita, pernahkah tindakan Yesus ini kita hayati dan menjadikan bagian dalam hidup kita?

(0.14) (Kis 8:4) (sh: Makin dibabat, makin merambat (Rabu, 9 Juni 1999))
Makin dibabat, makin merambat

Sejarah mengisahkan bahwa kekristenan berulang kali menghadapi tekanan, ancaman, hambatan bahkan penganiayaan. Wajarlah, bila orang-orang Kristen saat itu merasa takut dan cemas. Tetapi menjadi tidak wajar bila ketakutan itu menutupi kedaulatan kuasa Allah. Penganiayaan yang hebat atas jemaat mula-mula di Yerusalem tidak menghentikan perkembangan pemberitaan Injil, tetapi malah menyebabkan pemberitaan itu tersebar luas. Jemaat mula-mula menyerahkan sepenuhnya kepercayaan mereka kepada Allah; sehingga mampu menghadapi berbagai tekanan di sekitar mereka.

Kedahsyatan kekuatan Injil. Tekanan, ancaman, hambatan bahkan penganiayaan ternyata tidak mampu membendung kekuatan Injil untuk menyebar sampai ke Samaria. Tepat seperti yang Tuhan perintahkan di dalam amanat agung-Nya, Injil kini bukan saja mencapai berbagai golongan masyarakat, tetapi mulai beranjak ke perbatasan dengan wilayah kafir, Samaria. Gereja di Samaria itu baru lahir dan masih muda, bahkan mutu pertobatan mereka masih perlu melalui proses pemurnian. Simon masih dipengaruhi dengan praktek perdukunan dan beranggapan bahwa kuasa Roh Kudus dapat dibeli dengan uang. Untuk tugas pendewasaan jemaat baru itu, maka gereja Yerusalem mengutus Petrus dan Yohanes.

(0.14) (Kis 13:26) (sh: Perjumpaan yang mengubah dan memperbarui (Senin, 21 Juni 1999))
Perjumpaan yang mengubah dan memperbarui

Perjumpaan Tuhan Yesus dengan para murid setelah kebangkitan-Nya telah membuat hidup para murid berubah secara radikal. Mereka tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tidak lagi menikmati anugerah keselamatan untuk diri sendiri, tetapi mereka memberitakan keselamatan itu ke seluruh dunia. Dalam rangka mengemban tugas kesaksian itulah mereka kini berani menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Tantangan. Paulus dan Barnabas sebagai saksi Kristus memberitakan bahwa Allah menganugerahkan keselamatan di hadapan orang-orang Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Padahal orang Yahudi memegang prinsip bahwa hanya dengan melakukan hukum Taurat orang akan selamat. Mereka tidak keberatan orang-orang kafir masuk dalam persekutuan; asalkan terlebih dahulu melakukan sunat dan upacara-upacara agama lainnya. Sejak dulu hingga sekarang, dunia memang cenderung mengutamakan penampilan lahiriah daripada menghayati dan hidup sesuai dengan nilai-nilai hidup Allah. Kesalehan diukur dari seberapa banyak kewajiban agama yang dijalankan. Padahal melalui sikap hati yang sungguh-sungguh menjunjung tinggi Allah akan lahir perilaku yang berharga di hadapan Allah dan umat-Nya.

Doa: Tuhan Yesus, ajar kami untuk memiliki sikap Kristiani sejati.

(0.14) (Rm 4:13) (sh: Memegang teguh janji Tuhan. (Senin, 18 Mei 1998))
Memegang teguh janji Tuhan.

Menilik usianya yang sudah usur dan kondisi lahiriahnya sangat terbatas, maka seharusnya Abraham tidak mungkin lagi mendapat keturunan (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">19). Tetapi imannya tidak tergoyahkan teguh memegang janji Tuhan Allah. Ia justru semakin kuat berharap akan kegenapan janji Allah itu meski kondisi dirinya tidak memungkinkannya mengalami kegenapan jaji itu (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">20-21). Atas dasar iman itulah ia dibenarkan Allah (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">13). Bukan hanya itu, penggenapan janji yang dialaminya karena beriman teguh itu menjadikan Abraham bapa banyak bangsa (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">17). Semua orang beriman dari segala bangsa di dunia ini dihisapkan menjadi keturunan Abraham.

Ia akan memiliki dunia. Bertolak dari prinsip iman Abraham ini, Paulus maju selangkah lebih jauh. Jelas ia bukan saja bicara tentang abraham, tetapi tentang yang lebih besar dari Abraham. Dalam Perjanjian Lama tidak pernah dijanjikan kepada Abraham bahwa ia akan memiliki dunia (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">13). Dunia yang dimaksud ialah manusia-manusia yang dibenarkan dan dijadikan umat Allah karena beriman kepada hidup dan karya Yesus Kristus. Jadi yang dipikirkan Paulus ialah Yesus Kristus sendiri. Ialah pusat iman kita, yang kepada-Nya Allah berkenan memberikan seisi dunia ini untuk dimiliki dan diperintah-Nya dalam kebenaran.

Doa: Tuhan, teguhkanlah iman kami untuk tetap setia memegang janji-Mu dan tetap setia menjalankan tugas suruhan kami, yaitu menjadi berkat bagi orang lain.

(0.14) (Rm 13:1) (sh: Sikap terhadap pemerintahan. (Selasa, 28 Juli 1998))
Sikap terhadap pemerintahan.

Setiap pemerintah yang sah berasal dari Tuhan. Karena itu Kristen tidak boleh melawan, tetapi harus tunduk kepada pemerintah. Memang tidak ada pemerintah mana pun yang sempurna, bahkan tidak sedikit yang salah dan jahat. Tetapi ingat bahwa perintah ini dituliskan Paulus kepada jemaat yang hidup dalam konteks pemerintah Roma yang tidak ramah kepada Kekristenan. Barangsiapa melawan pemerintah melawan ketetapan Tuhan, berarti juga melawan Tuhan sendiri. Tujuan Tuhan memberikan pemerintah ialah agar dunia tertib dan aman. Jika mandat yang Tuhan percayakan itu tidak lagi terlaksana, entah karena pemerintah itu tidak berdaya mengekang kejahatan, atau sistem pemerintahan itu sendiri merosot menjadi jahat, tugas orang beriman bukanlah berontak, tetapi berdoa agar Tuhan campur tangan, dan menyuarakan kebenaran firman Allah!

Kewajiban terhadap pemerintah. Penyelenggaraan pemerintahan memerlukan dana. Maka rakyat perlu membayar pajak, cukai dan berbagai kewajiban yang lain. Semua ditetapkan menurut peraturan dan disesuaikan dengan kemampuan rakyat. Kita tidak boleh menolak, bersungut-sungut, menipu, juga tak boleh menuruti keinginan salah aparat pejabat tertentu. Kita berpegang pada prinsip membayar apa yang harus kita bayar. Pemerintah juga harus bisa dipercaya dan jujur.

(0.14) (Rm 15:22) (sh: Merencanakan hidup dan pelayanan. (Senin, 03 Agustus 1998))
Merencanakan hidup dan pelayanan.

Paulus menyadari, waktu dan pelayanannya sangat singkat; karena itu seluruh hidup dan pelayanannya ia rencanakan dengan teliti. Dalam kesaksiannya kepada jemaat Efesus (Kis. 20), ia berusaha tidak mengabaikan satu pun dari tugas yang Tuhan bebankan padanya. Dalam bagian ini, ia merencanakan mengunjungi kota Yerusalem, Roma, dan Spanyol. Ketiga perjalanan itu menempuh jarak 4.500 km. Selain jauh, perjalanan darat dan laut waktu itu relatif lebih sukar dan berisiko tinggi dibandingkan sekarang. Namun baginya kehendak Tuhan lebih utama dari kesenangan pribadi.

Pelayanan yang seutuhnya. Dunia menawarkan 'prinsip kesenangan'. Ini membuat kita sulit mentaati kehendak Tuhan yang menuntut risiko dan penyangkalan diri. Namun, kesenangan dan kesukaan sejati hanya melimpah bagi mereka yang mentaati kehendak Tuhan. Sudahkah Anda merencanakan hidup dan kerja Anda sesuai dengan panggilan Tuhan? Paulus sangat memikirkan kepentingan dan kesejahteraan orang lain. Ia sangat memegang teguh prinsip 'lebih berbahagia memberi daripada menerima' (kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">20:35">Kis. 20:35). Apakah kita cukup memperhatikan penginjilan dan sumbangsih sosial nyata yang serasi dalam pelayanan kita kini?

(0.14) (2Kor 2:12) (sh: Bau yang harum dari Kristus. (Jumat, 04 September 1998))
Bau yang harum dari Kristus.

Minyak harum menarik orang. Paulus bersyukur karena Allah menjadikannya "bau harum" Kristus di tengah-tengah semua orang (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">15). Dia dapat mengemban tugas mulia itu karena ia bekerja dengan maksud murni tanpa mencari keuntungan maupun ketenaran pribadi (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">17). Sebaliknya, dalam misi Kristus yang didorong oleh maksud tersembunyi mencari keuntungan maupun ketenaran, hanya akan sukses sebentar, lalu berakhir kacau dalam kekecewaan. Apakah kesaksian hidup kita bagaikan "bau harum" Kristus sehingga banyak orang mencari Dia?

Dampak yang berbeda. "Bau harum" Kristus yaitu kesaksian hidup kita membawa akibat menghidupkan bagi yang meresponi Injil dan membinasakan bagi yang menolak Injil (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">15-16). Bagaimanapun respons orang terhadap Injil, janganlah kita dipengaruhinya. Bila melalui pelayanan kita, orang beroleh keselamatan, hendaklah kita memuliakan Kristus. Bila sebaliknya, hendaklah kita tetap meninggikan Kristus dan Injil-Nya. Sebagai murid Kristus, kita harus tetap dan konsekuen menyebarkan harum-Nya ke tengah-tengah dunia ini.

Renungkan: Kita baru dapat membawakan bau harum Kristus, jika kita rela membuang bau busuk yang tak berkenan kepada-Nya.

Doa: Kiranya masyarakat Indonesia mencium harum Kristus melalui hidup dan pelayanan umatMu, Tuhan.

(0.14) (Ef 3:1) (sh: Membuka rahasia Allah (Rabu, 5 November 2003))
Membuka rahasia Allah

Pengalaman yang seseorang atau sekelompok orang lalui maupun nikmati, pasti memberi alasan akan kekhususan diri orang atau kelompok tersebut. Secara positif pengakuan ini memacu orang atau kelompok tersebut untuk meningkatkan kualitas pengalaman atau kemampuannya. Namun, secara negatif, jika kekhususan itu ditempatkan pada porsi “perasaan” tanpa iman dan logika, maka siapapun akan merasa dirinya sendirilah ang paling benar, dan orang lain pasti salah. Orang-orang Yahudi melalui penyataan Allah dan pengalaman hidup nenek moyang mereka bersama Allah, merasa bahwa mereka dikhususkan Allah. Begitu pula dengan orang-orang non Yahudi -- orang-orang Yunani para pengikut agama misteri—melalui pengalaman spiritual, mereka beranggapan bahwa hanya mereka yang memiliki hikmat ilahi. Kedua anggapan ini sungguh keliru, karenanya Paulus mengungkapkan suatu kebenaran, yaitu rahasia Allah. Orang-orang non Yahudi yang sudah percaya telah dipersatukan dengan orang-orang Yahudi yang percaya dalam satu tubuh, yaitu jemaat. Paulus mengatakan bahwa rahasia Allah ini telah memberikan pengaruh yang dahsyat terhadap diri dan pelayanannya. Olehnya Paulus didorong untuk mewartakan Injil kepada semua orang Tugas kita, orang-orang yang percaya kepada Kristus pada masa kini, sebagaimana yang dilakukan oleh jemaat pada masa lampau (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">10) adalah memberitakan dan menawarkan rahasia Allah itu kepada semua orang untuk mereka alami. Apakah saat ini kita semua sudah melakukannya?

Renungkan: Seandainya setiap orang Kristen seperti Paulus: menyadari diri sebagai pelayan Kristus bukan pelayan diri sendiri, dan menyadari pertolongan anugerah Allah, pastilah Gereja Tuhan akan mampu menjadi peragaan pelbagai hikmat Allah.

(0.14) (1Tim 5:1) (sh: Penuh kemurnian (Minggu, 16 Juni 2002))
Penuh kemurnian

Pada bagian ini Paulus membahas tentang sikap dan kewajiban Timotius sebagai pemimpin jemaat. Jika para pengajar sesat di awal pasal empat menggunakan "tipu daya pendusta-pendusta", maka Paulus memerintahkan Timotius menangkalnya "dengan penuh kemurnian" (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">1).

Paulus meminta Timotius agar tidak "keras terhadap orang yang tua, tetapi menegur dia sebagai bapa" (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">1). Tugas Timotius sebagai pemimpin tidak boleh membuatnya mengesampingkan kewajiban untuk menghormati orang yang lebih tua. Kata "bapa" dan "ibu" yang digunakan di ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">1 dan 2 menunjuk pada pengertian orang tua kandung; ia harus menghormati orang-orang yang lebih tua seperti kepada orang tua kandungnya. Bagi kebanyakan orang, rasanya sulit untuk melaksanakan kedua prinsip ini sekaligus. Namun, itu mutlak harus ditaati oleh seorang pelayan Kristen.

Dalam nada yang sama, Paulus mengingatkan Timotius, dalam menegur orang-orang yang lebih muda, agar tetap menganggap mereka sebagai "saudaramu" dan "adikmu". Anak kalimat "dengan penuh kemurnian" (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">2), selain menunjuk pada semua kelompok orang yang ada dalam 1-2, secara khusus juga menunjuk pada perlakuan terhadap para "perempuan muda" jemaatnya. Hubungan yang terjadi antara pria dan wanita di dalam lingkungan jemaat dan pelayanan harus dilandasi oleh kemurnian hati dan hidup di dalam Tuhan. Ketiadaan kemurnian seperti ini telah menyebabkan tercemarnya kesaksian jemaat karena masalah seksual.

Renungkan: Bagaimana Anda dapat ikut mewujudkan hubungan "dengan penuh kemurnian" di tengah komunitas jemaat Anda?

(0.14) (2Tim 4:1) (sh: Menuju garis finis (Minggu, 1 September 2002))
Menuju garis finis

Sekali lagi Paulus berpesan pada Timotius untuk melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Namun, pada bagian ini Paulus memberikan alasan yang lain lagi, dari sudut pandang masa depan. Pertama, berkaitan dengan tugasnya sebagai pemberita firman dan pengajar, karena akan datang masa dimana orang lebih suka dengan ketidak benaran dan “dongeng” (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">2-4). Kedua,karena penghakiman yang akan datang. Dua kali Paulus menyinggung pengajaran tentang Allah sebagai Hakim. Kesadaran ini seharusnya juga menjadi inspirasi yang membuat Timotius makin sungguh-sungguh melayani. Ketiga, Karena apa yang menanti Paulus “mahkota kebenaran” (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">6-8), seperti atlit pada pertandingan olahraga Yunani/Romawi purba. Tetapi, mahkota kebenaran ini bukanlah imbalan setimpal atas jerih payah pelayanan Paulus. Paulus dengan jelas menyebutnya sebagai sesuatu yang “akan dikaruniakan”(ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">8, apodosei). “Mahkota kebenaran” itu melambangkan pembenaran yang datangnya dari Tuhan sendiri, walaupun dihadapan pengadilan dan dimata dunia, Paulus adalah pesakitan yang duduk dikursi terdakwa. Sudut pandang kemasa depan inilah yang menjadi dasar supaya Timotius sebagai pemberita firman bersikap siap sedia (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">2), menguasai diri dalam segala hal (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">4), dan “menunaikan” tugas pelayanannya, seperti seorang atlit yang mencapai garis finis dengan baik.

Renungkan: Pelayanan kita yang terutama adalah kehidupan kita sehari-hari.

Bagaimana kita dapat mencapai garis akhir, bergantung pada cara kita memandang diri sendiri: sebagai atlit yang harus terus memotivasi diri, berlatih dan berjuang, atau penonton yang duduk santai?

(0.14) (Ibr 3:7) (sh: Peringatan kedua (Selasa, 5 Oktober 1999))
Peringatan kedua

Inti dari peringatan kedua adalah firman Tuhan sudah diberitakan lewat Musa. Sikap Israel terhadap kepemimpinan dan petunjuk Musa, dengan sendirinya adalah sikap mereka terhadap Allah sendiri. Menolak firman yang disampaikan Musa berarti menolak firman Allah. Sikap menolak dan mengeraskan hati akan berakibat fatal. Ketidakpercayaan dan ketidaktaatan mengarah pada akibat tragis! Karena Kristus lebih tinggi dan lebih mulia daripada Musa, maka menolak beriman dan taat kepada-Nya merupakan pemberontakan yang tidak dapat ditolerir. Sebab menolak dan menyimpang dari keselamatan yang Kristus anugerahkan, adalah murtad yang menghasilkan kebinasaan.

Percaya dan taat. Dua hal inilah yang harus Kristen lakukan. Hidup selalu dalam iman dan ketaatan sebagai respons kepada firman keselamatan. Salah satu tugas Gereja yang sangat penting adalah menyediakan atau membangun persekutuan di mana ada nasihat, dorongan, dan dukungan dari satu kepada yang lain. Inilah cara yang paling efektif dan penting untuk mencegah terjadinya penolakan dan sikap mengeraskan hati terhadap firman Tuhan.

Doa: Lembutkanlah hatiku menerima kebenaran firman-Mu. Ampunilah aku yang sering berontak terhadap Engkau. Berikanlah hati yang taat dan percaya penuh kepada kedaulatan-Mu. Amin.

(0.14) (Why 3:1) (sh: Dikatakan hidup, padahal mati (Minggu, 27 Oktober 2002))
Dikatakan hidup, padahal mati

Kepada sidang jemaat di Sardis, Tuhan menyatakan bahwa diri-Nya “memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu”. Dialah yang empunya Gereja, juga Roh yang diutus-Nya bersemayam mendampingi segenap Gereja-Nya. Dengan demikian, Ia berhak atas Gereja, dan pendampingan Roh terhadap Gereja menegaskan hak itu sekaligus – dalam hal ini menyangkut kehidupan rohaninya.

Dengan klaim demikian, Tuhan, Raja Gereja menegur keras sidang jemaat di Sardis, yang “dikatakan hidup, padahal engkau mati”. Indikatornya: “tidak ada satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.” Tentu saja ini merupakan suatu keadaan yang sangat gawat. Barangkali yang terjadi di sana adalah keduniawian sudah begitu mewarnai sidang jemaat, sehingga tidak lagi tertarik pada hal-hal menyangkut Kerajaan Allah. Berbagai aktivitas yang dikerjakan mungkin masih berwujud Kristen, tetapi esensinya tidak lagi. Tujuannya semakin jauh dari tugas dan panggilan yang diemban Gereja Yesus Kristus. Namun, Tuhan masih minta mereka bertobat. Dengan kata lain, dalam murka-Nya, Kristus masih memberikan kesempatan. Ya, kesempatan untuk bertobat, yang secara radikal mengembalikan orientasi hidup mereka sebagai sidang jemaat maupun warga jemaat kepada ketuhanan Kristus dalam segala sesuatu.

Renungkan: Itulah kebangunan rohani yang riil, yang berintikan perubahan radikal pola pikir dan pola laku kehidupan beriman yang sudah sangat duniawi nampaknya tidak bisa ditunda-tunda lagi. Tanpa pertobatan, tanpa kebangunan, sidang jemaat dan warganya ada di bawah murka Tuhan.

(0.14) (Yoh 7:32) (sh: Perpecahan lebih tajam (Selasa, 15 Januari 2002))
Perpecahan lebih tajam

Kesaksian Tuhan Yesus dalam ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">37-38 telah menimbulkan perpecahan yang tajam di kalangan pendengar-Nya. Penulis Yohanes memakai istilah yang cukup kuat guna merekam perpecahan yang terjadi sebagai akibat kesaksian tersebut. Penulis mempergunakan kata `skisma' (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">43). Pendengar-Nya terpecah dalam beberapa kelompok. Kelompok yang pertama menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">40), sementara yang lain berpendapat bahwa Yesus adalah Mesias (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">41). Kelompok yang lain dengan keras tidak dapat menerima bahwa Yesus adalah Mesias (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">42). Melihat `skisma' yang ditimbulkan oleh kesaksian tersebut, maka ada baiknya kita melihat lebih dalam isi kesaksian tersebut.

Kesaksian tersebut disampaikan pada puncak hari raya Pondok Daun (ayat 37). Yesus sedang bersaksi tentang kehadiran Roh Kudus di dalam hidup orang percaya. Dalam kesaksian-Nya, Yesus memakai simbol air terhadap Roh Kudus. Mengapa kesaksian tentang Roh Kudus membawa pendengar-Nya pada kesimpulan bahwa Yesus adalah Mesias? Beberapa teks dari Perjanjian Lama menjawab pertanyaan ini. Dalam Yesaya kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">11:1-5, 10; 42:1-4; 61:1 kedatangan Mesias berkaitan dengan kedatangan Roh Kudus. Di samping itu, menurut Yoel 2:28-29, kedatangan Mesias juga berkaitan dengan pencurahan Roh Kudus kepada semua orang percaya. Tuhan Yesus pada awal pelayanan-Nya mengutip Yesaya 61:1 dalam khotbah-Nya (Lukas 4:18). Ketika membicarakan kedatangan Mesias dalam surat Roma 15:12, rasul Paulus juga mengutip Yesaya 11:10. Rasul Petrus pada hari Pentakosta mengutip Yoel 2:28-29.

Dalam ayat-ayat dalam Perjanjian Lama terlihat bahwa Allah yang memberikan Roh. Namun, dalam Yohanes 7:37, Yesus yang memberikan Roh. Ia mengundang orang untuk percaya agar Roh dapat diberikan. Semuanya ini menunjuk satu hal, yakni ke-Allahan Yesus, karena hanya Allah yang dapat mencurahkan Roh Allah. Kesaksian inilah yang membuat para pendengar-Nya terpecah tajam.

Renungkan: Setiap yang percaya kepada Yesus, maka padanya diberi Roh Kudus. Tidak ada orang yang percaya kepada Yesus yang tidak memiliki dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Jika Anda dipenuhi dan dipimpin Roh Allah, bersyukurlah karena hak istimewa tersebut.

(0.14) (Ibr 8:1) (sh: Dukungan "Orang Kuat". (Kamis, 27 April 2000))
Dukungan "Orang Kuat".

Di Indonesia banyak sekali contoh dimana seorang  yang sebenarnya sudah terbukti bersalah dan    dapat dihukum, namun tiba-tiba divonis bebas. Setelah diteliti    ternyata orang tersebut mempunyai hubungan baik dengan seorang    pejabat tinggi. Karena itu ia tidak dapat tersentuh hukum.    'Lawan-lawan politiknya pun  tidak mampu menjatuhkannya. Mengapa    bisa demikian? Karena ia mempunyai dukungan dari "'orang kuat".

Kristen di dunia sebenarnya juga mempunyai dukungan dari "Orang    Kuat" yaitu Yesus Kristus Tuhan kita, namun tentunya tidak dalam    konteks negatif seperti contoh di atas. Ia adalah Orang kuat    kita karena Ia adalah Imam Besar kita (ayat kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">1). Setelah Ia    menyelesaikan karya penebusan-Nya di dunia yang dimulai dari    kelahiran, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga,    Kristus masih terus berkarya di surga sebagai  Imam Besar kita.    Ia adalah Imam Besar kita bukan berdasarkan spekulasi idealisme    atau teori belaka, namun berdasarkan fakta. Yesus sebagai Imam    Besar begitu nyata dan Dialah Imam Besar milik Kristen sepanjang    zaman. Karena imam besar keturunan Lewi selalu berganti-ganti    karena kematian, sedangkan keimaman Yesus adalah abadi di Surga.

Sebagai Imam Besar Ia akan melakukan pelayanan seperti yang    dilakukan oleh imam keturunan Lewi, yaitu mempersembahkan korban    penghapus dosa, menjadi perantara antara Allah dan manusia, dan    menjadi juru syafaat (kelompok-kelompok+tugas&tab=notes" ver="">2:11). Pelayanan imam keturunan Lewi    hanyalah gambaran dari apa yang Yesus kini lakukan di surga.    Selain itu sebagai Imam Besar, Ia duduk di sebelah kanan takhta    Yang Mahabesar. Ini berarti, Ia juga mempunyai kuasa dan hak    penuh atas seluruh alam semesta, seperti Allah Bapa sendiri.

Renungkan: Karena itulah Kristen tidak perlu takut dan gentar    menghadapi gelombang zaman dan tantangan dari kelompok-kelompok    tertentu yang makin lama makin besar dan berat, yang siap untuk    menerkam, melibas, bahkan menghancurkan kita.Yesus tidak hanya    menjanjikan kuasa yaitu Roh Kudus sebelum naik ke surga, namun    Ia juga masih peduli, terus berkarya, dan melakukan pelayanan-    Nya untuk mendukung kita sebagai Imam Besar di surga. Ia tahu    persis apa yang kita butuhkan, karena selain Anak Allah, Dia    juga Anak Manusia. "Dialah Orang Kuat kitab.



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA